Kajian Kawasan Ekonomi Khusus di Indones

KAWASAN EKONOMI KHUSUS DI
INDONESIA, TANTANGAN DAN
MASA DEPAN (MENDUKUNG NAWA
CITA)1
LATAR BELAKANG:

I

ndonesia merupakan negara besar di ASEAN. Negara yang memiliki 5 pulau besar dan
pulau-pulau kecil yang banyak dan kaya akan potensi alamnya. Indonesia merupakan negara
digdaya perairan dan laut serta daratan di ASEAN namun belum menunjukkan peranan besar
dalam pengembangan ekonomi regional kawasannya.
Dengan sudut pandang yang berbeda terhadap posisi dan peranan Indonesia di ASEAN, lebih
luasnya adalah ASIA, maka tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia memiliki luas wilayah yang
memiliki potensi sebagai sumber bahan baku bagi produk akhir berbagai sektor industri. Di
Indonesia kita memliki pertambangan terbesar dunia yakni emas dan tembaga di Papua, Hutan
sebagai sumber papan/kayu terbesar di dunia setelah Brasil yakni Pulau Kalimantan yang disebut
Borneo, Sumatera dan Papua. Kita memiliki tambang Nikel, Timah, Batu Bara dan potensi
perkebunan yang sangat banyak.
Namun, cara pandang kita terhadap negara sendiri menjadikan kita gagal menjadi operator
ekonomi di ASEAN/ASIA. Kita tidak menempatkan sebagai negara digdaya tambang,

perkebunan dan perairan kelautan. Kita memilih untuk menempatkan diri sebagai penerima
manfaat akhir.
Kawasan Ekonomi Khusus, yang digaungkan oleh Pemerintah sebenarnya bukan kebijakan baru
dalam kebijakan perdagangan dunia, kebijakan ini telah dikenal sejak oleh negara di Ireland
(sumber: wikipedia.org) pada tahun 1950 yang kemudian berkembang di Amerika Latin dan
Asia. Hingga saat ini beberapa kawasan ekonomi khusus dunia yang berkinerja baik berada di
China, Singapura, dan Korea Selatan. Negara-negara tersebut berhasil meningkatkan tarikan
investasi asing langsung. Berdasarkan laporan dari UNCTAD pada tahun 2013, China berhasil
menarik investasi asing langsung (FDI) total sebesar 123.911 million US$, India berhasil
menarik investasi asing langsung (FDI) total sebesar 28.199,45 million US$, Singapura berhasil
menarik investasi asing langsung (FDI) total sebesar 63.772,32 million US$ dan Korea Selatan

1
Oleh Tiar Pandapotan Purba, ST, IAP, disampaikan dalam rangka Bappenas call for paper and international conference, implementing
Nawacita: Strategies and Policies, April-Agustus 2015.

yang baru memulai Kawasan Ekonomi Khususnya sejak 2003 sudah menarik investasi asing
sebesar 12. 220, 70 million US$.
Sementara Indonesia, yang sudah memulai kebijakan pembangunan kawasan ekonomi
khususnya yakni Batam (kemudian berkembang menjadi Bintan dan Karimun/Pengembangan

BBK) sejak 1980 (Kebijakan berumur 35 tahun) berhasil menarik investasi asing sebesar 8.09
million US$ (Sumber: BP Batam, 2014). Dimana FDI Nasional sebesar 18.444,00 million US$.
Sedangkan kawasan ekonomi khusus lainnya seperti Sabang, Sei Mangkei, Tanjung Lesung, dan
Bitung masih belum menunjukkan kinerja, economic attraction.
Kebijakan pengupahan yang rendah, pemberian insentif pajak, retribusi administrasi perusahaan
yang murah bahkan nol, nilai sewa lahan dan atau pabrik yang murah dengan rentang waktu
yang panjang (hingga 90 tahun) menjadi daya tarik kawasan ekonomi wilayah manapun, yang
mana pemerintahannya membutuhkan gerakan ekonomi yang baik bagi masyarakatnya. Contoh
saja kerjasama pengembangan kawasan ekonomi khusus (SEZ) seperti Singapura-China, ChinaAfrika, China-India, Jepang-Myanmar dan Singapura-Indonesia. Kerjasama ini merupakan
bentuk kebijakan upaya untuk memberi dinamika ekonomi lokal dan upaya untuk menekan laju
pengangguran dan kemiskinan.
TUJUAN:

M

encermati kinerja kawasan ekonomi khusus di Indonesia terhadap kawasan ekonomi
khusus lainnya di beberapa negara Asia, kajian ini berusaha untuk melihat
sejauhmana perkembangan KEK Indonesia dengan Negara lain seperti Amerika,
China (Tiongkok), India dan Malaysia, tantangan dan peluang serta hambatan yang akan
dihadapi.


METODA:

P

raktik terbaik atau best practice yang akan disandingkan dalam kajian ini adalah SEZ
Mauritus, Malaysia dan China yang dinilai berhasil dalam peningkatan GDP dan
menekan angka pengangguran (Laporan Bank Dunia, 2011). Desain studi dan rencana
kerja papers ini akan melakukan penyandingan beberapa indikator potensial berkembangnya
SEZ seperti tingkat pengangguran penduduk (yang merupakan faktor penting dalam
pemberdayaan dan pelibatan dalam menggerakan ekonomi kawasan khusus), GDP, FDI,
kebijakan pengupahan, program alih pengetahuan ketenagakerjaan, tingkat pendidikan
masyarakat, tingkat kemiskinan, posisi geografis SEZ/KEK, potensi lokal (sumber daya alam),
sistem administrasi investasi di kawasan SEZ/KEK, biaya hidup di sekitar kawasan, nilai tukar
mata uang dan kesiapan infrastruktur seperti energi, jalan, telekomunikasi, perbankan dan
pelabuhan.
HASIL DAN TEMUAN:

S


moot–Hawley Tariff, atau yang dikenal dengan UU Tarif 1930 Amerika, yang
diprakarsai oleh Senator Reed Smoot and Representative Willis C merupakan bagian
catatan penting sejarah panjang perekonomian di Amerika. Kala itu dalam upaya untuk
melindungi industri manufaktur dan pertanian, Amerika menerapkan tariff tinggi
impor barang kepada 20.000 produk dalam sejarah perdagangan di Amerika.
Penerapan tariff tinggi ini menyebabkan Negara penghasil menjadi marah besar dan protes
kepada Amerika. Protes tidak hanya dilakukan oleh pengusaha tetapi beberapa tokoh besar
Amerika lainnya. Protes paling keras dilakukan oleh Canada yang memiliki hubungan dagang
dengan Amerika, dimana pada saat itu ekspor barang Amerika ke Canada sebesar 30% total
ekspor Amerika. Protes ini disebut dengan aksi balas dendam Canada terhadap perlakuan barang
ekspor Canada ke Amerika. Aksi terjadi hingga 1932 dan disebut dengan masa perang tariff
perdagangan. Dipercayai oleh para ekonom pada saat itu bahwa depresi ekonomi global yang
terjadi pada saat itu juga disebabkan oleh perang tariff yang diprakarsai oleh Amerika tersebut.
Sebelum Special Economic Zone (SEZ) dikenal (di Ireland, Shannon Airport pada tahun 1950
sebagai basis tempat transit strategis menuju Eropa-Amerika bagi pesawat penumpang dan
kargo), Amerika merupakan pencetus kawasan ekonomi khusus yang disebut dengan Foreign
Trade Zone/FTZ. Paket kebijakan ini tertuang di UU 1934 sebagai upaya untuk menjawab
kegagalan ekonomi dalam negeri yakni kebijakan Smoot-Hawley, yang ditandai dengan
rendahnya ekspor dan rendahnya impor barang serta tingkat pengangguran yang tinggi dimasa
itu. Paket kebijakan ini merupakan stimulus untuk menarik perdagangan luar negeri. Kebijakan

Foreign Trade Zone ini berhasil mempertahankan lapangan kerja dan investasi modal di
Amerika.
Konsep spasialnya adalah kawasan foreign trade zone tersebut berada di dekat pintu masuk
pelabuhan di wilayah Amerika yang dikendalikan oleh badan bea cukai dan perbatasan yang atur
dibawah pengawasan dewan keamanan dalam negeri. Kawasan foreign trade zone tersebut
didefinisikan sebagai kawasan yang memiliki perlakuan pabean yang berbeda dengan kawasan
diluarnya. Kawasan foreign trade zone ini terisolasi, tertutup dan diawasi yang mana didalam
kawasan memiliki fasilitas untuk pemuatan, pembongkaran, penanganan, penyimpanan,
pengolahan, memanufaktur, ruang pamer yang akan dikirim kembali melalui darat/laut/udara.
Kebijakan ini digunakan untuk me-attractive-kan perdagangan internasional dan membuka
lapangan pekerjaan seluasnya di Amerika. Saat ini terdapat 292 kawasan di Amerika yang
berstatus aktif dan memiliki pelabuhan masuk (Sumber: international trade administration, USA,
2014).

Kemudian foreign trade zone mulai berkembang di Ireland dengan nama baru yaitu special
economic zone (SEZ). SEZ di Ireland berkembang pada tahun 1950 dimana kawasan tersebut
memanfaat posisi strategis sebagai transit lokasi barang ke Amerika – Eropa. Hingga saat ini
Shannon Free Zone masih aktif dan masih menjadi kontribusi pendapatan di Negara Irlandia.
Kemudian hingga 1970 SEZ berkembang ke Negara-negara di Asia hingga Afrika. Laporan
Bank Dunia dalam “Special Economic Zone, progress, emergin challenges, and future


direction”, perbedaan antara FTZ, EPZ, SEZ adalah tujuan dari dibangunnya kawasan dimana
FTZ merupakan dukungan untuk perdagangan barang dalam kawasan yang tidak lebih dari 50 ha
dan memiliki pelabuhan masuh yang terintegrasi dimana barang yang ditangani untuk
dikonsumsi domestik dan atau di re-ekspor, contohnya adalah Free Zone di Amerika dan
Panama. Sedangkan special economic zone adalah kawasan yang terintegrasi dengan multi guna
dan multi aktifitas dengan luas yang bisa mencapai 1000 ha terkoneksi dengan pelabuhan dan
pangsa pasar barang yang ditangani (perjual-belikan) di domestic dan ekspor. Contohnya
Shenzen-China dan Indonesia.
Terlihat bahwa pengembangan kebijakan kawasan ekonomi khusus sejak 1930, 1950 dan 1970
menjadi trending topic pengembangan ekonomi di dunia. Berdasarkan laporan dari FIA: 2008
yang dilaporkan oleh Bank Dunia, ekspor dari kawasan ekonomi khusus di dunia mencapai 200
miliar US$ dan memperkerjakan orang sebanyak 40 juta tenaga kerja. Laporan dari international
labour organizations (ILO) mencatat bahwa sudah terdapat 3,500 kawasan ekonomi khusus
tersebar di 130 negara dunia. Ini menunjukkan bahwa pendekatan paket kebijakan untuk mengenerate pendapatan melalui investasi langsung asing menjadi model ekonomi yang berhasil.
FTZ AMERIKA
Ekonomi Amerika membaik ketika paket kebijakan foreign trade zone atau dikenal dengan free trade zone yang
dikembangkan di 25 negara bagian di Amerika. 5 (Lima) destinasi paling diminati oleh investor adalah Texas,
Louisiana, South Carolina, Missisippi, dan Florida. Laporan dari foreign trade zone board USA pada tahun 2012
menyatakan bahwa badan tersebut menerima proposal permohonan pembukaan kawasan baru dan pengembangan

kawasan yang sudah ada sejumlah 125 permintaan. Bahwa terdapat 171 kawasan ftz yang aktif dengan sektor
produksi manufaktur dengan jumlah perusahaan mencapai 2800 dan membuka lapangan kerja sebanyak 340,000
tenaga kerja Amerika.
Pertumbuhan ekspor melalui kawasan ftz tersebut total mencapai US$640 miliar dimana jika dibandingkan pada
tahun 2010 hanya mencapai US$534 miliar. Yang artinya terus naik dan produktif. Barang-barang yang masuk
melalui kawasan ftz tersebut 57%-nya adalah barang yang memiliki keterkaitan dengan barang domestic, yang
artinya terjadi kombinasi barang (merging). 83% aktifitas pada kawasan ftz adalah kegiatan manufaktur/produksi
barang dengan total nilai US$ 535 milyar sisanya adalah aktifitas distribusi pergudangan yang mencapai US$106
miliar. Pertumbuhan investasi melalui kebijakan ftz dan konsentrasi kegiatan industry membawa dampak yang
signifikan yakni 6 kali lipat sejak 1993 hingga 2012, dimana pada tahun 1993 sebesar US$104 miliar mencapai
US$732 miliar, dimana pada saat itu juga terjadi inflasi pada harga minyak mentah dalam kurun waktu 19 tahun. 6
(enam) kali lipat pertumbuhan dalam kurun waktu 9 tahun melalui pendekatan kawasan ftz merupakan kebijakan
yang patut dijadikan model, dengan catatan kondisi tertentu.
7 (tujuh) jenis barang manufaktur yang aktif masuk dan berkontribusi sebesar lebih dari US$ 1,500 juta melalui
kawasan ftz Amerika meliputi minyak/petroleum, komponen kendaraan, elektronik, parmasi, mesin/peralatan,
perkapalan, obat-obatan dan barang lain seperti makanan, minuman, tekstil yang berkontribusi sebesar US$2-900
juta. Sedang distribusi barang dari pergudangan dalam kawasan ftz yakni 10 jenis barang yang berkontribusi lebih
dari US$1,000 juta meliputi minyak/petroleum, kendaraan, mesin/peralatan, komponen kendaraan, tekstil/sepatu,
produk konsumsi, elektronik, parmasi, dan besi/mineral. Sedangkan barang yang berkontribusi dari US$ 0, 2-900
juta meliputi cat, amunisi, komponen pesawat, kayu, tembakau, kimia, optik, besi, parfum, plastik dan lainnya.


Employees/Total Merchandise

Kinerja FTZ United States
400,000

$4,000

350,000

$3,500

300,000

$3,000

250,000

$2,500


200,000

$2,000

150,000

$1,500

100,000

$1,000
$500

50,000
0
Employees in the zone
Total Domestic and foreign
merchandise receive (Current $ Bil)

1993

292,000

1997
310,000

2010
320,000

2011
340,000

2012
370,000

$104

$178

$534


$641

$732

Active FTZ Projects

122

141

168

171

174

Firms Using a Zone

2,700

3,550

2,400

2,800

3,200

$-

SEZ INDIA
Mencermati banyaknya pakar ekonomi di India, yang meminta agar pemerintah India tidak terburu-buru dalam
mengembangkan special economic zone/sez’ India, yang disetujui sebanyak 546 zones memberi kesan kepada
foreign player sebagai kebijakan yang sporadis dan takut kehilangan momentum. India saat ini memiliki kawasan
aktif ekonomi khusus sebanyak 192 zones. Dalam pencatatan kinerja kawasan, India berhasil membuka lapangan
pekerjaan bagi warga sebanyak 1,277,6452. Pada awalnya India mengembangkan kawasan berupa EPZ yang dinilai
tidak berdampak besar pada pertumbuhan ekonomi, sehingga sejak tahun 2000 mulai mengembangan konsep
pengembangan special economic zones dan berhasil memberi dampak pada pertumbuhan ekspor dan menekan laju
pengangguran.
Beberapa kawasan ekonomi khusus India yang berhasil seperti Nokia Special Economic Zone (Telecom Equipment
SEZ), Mahindra City SEZ (Apparel and fashion accessories; IT/Hardware; Auto-ancillary), Apache SEZ
Development India Private Limited (Footwear SEZ), dan Reliance Jamnagar Infrastructure Limited (Multi-product
SEZ). Laporan dari kementerian Dalam Negeri India, (sumber: www.indiainbusiness.nic.in) menyampaikan bahwa
total investasi asing dan pemerintah sebesar 365 triliun rupiah.
Namun, India masih berfikir dan bekerja keras dalam menarik investasi asing karena pengangguran dan tingkat
kemiskinan masih sangat besar. Pada tahun 2013, tingkat kemiskinan di India mencapai 21.9% atau mencapai 274
ribu jiwa. Permasalahan lainnya adalah buruknya kualitas infrastruktur dasar seperti jalan, energy, kereta api, dan
pelabuhan bandara. Dengan tingkat pengangguran terbuka (sumber: World Bank 2013) sebesar 3.6% atau sama
dengan 45 juta jiwa masih menganggur, India masih memiliki banyak pekerjaan domestik yang harus dibenahi.

2

Laporan dari sezindia.nic.in, 2014

US$Billion/Employement

Kinerja SEZ India
35.00

600,000

30.00

500,000

25.00

400,000

20.00
300,000
15.00
200,000

10.00

100,000

5.00
Investment
Employment

SEZs Notified
under the Act
32.79

State/Pvt. SEZs
set up before 2006
1.06

Central
Government SEZs
1.65

552,048

66,547

91,617

-

SEZ CHINA
Pada Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) CEO Summit yang dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2013,
mantan duta besar United Nation dari Singapura menyatakan bahwa telah terjadi keseimbangan kekuasaan ekonomi
dunia, dimana ia membandingkan dan memproyeksi data ekonomi dunia tahun 1980-2017 antara Amerika dan
China dalam kontribusi PDB Dunia. 1980 PDB Dunia: US Share, 25%; China Share, 2.5%, 2017 PDB Dunia: US
Share, 17, 6% China Share, 18.0%.
Saat ini China, memiliki pengaruh besar dalam perekonomian dunia setelah Amerika, Inggris dan Negara Eropa
lainnya. Walaupun GDP China saat ini mengalami pertumbuhan hingga 7.60% lebih besar dari pada pertumbuhan di
Amerika tidak membuat posisi China lebih baik dalam GDP Perkapita dimana China sebesar 6,726 US$ Juta
sementara Amerika sebesar 52,220 US$ Juta.
Kebijakan ekonomi terbuka China yang dimulai pada tahun 1970, China mulai mengembangkan kawasan ekonomi
khusus di sepanjang pesisir pantai selatan (berdekatan dengan Hong Kong). Awalnya China ingin menguji kebijakan
tersebut karena selain tingkat kemiskinan, pengangguran dan infrastruktur yang buruk pada saat itu permasalahan
pada saat itu adalah masyarakat daratan China masih mempercayai bahwa kebijakan ekonomi yang tertutup dan
mengandalkan kekuatan domestic melalui paham komunis menjadi kunci kekuatan Negara. Namun Sejak China
mereformasi kebijakannya dan membuka pintu bagi dunia luar, China berhasil menjadi Negara dengan ekonomi
terbesar ketiga dunia. Saat itu China mengembangkan special economic zone di Shenzen, Shantou dan Zhuhai yang
merupakan awalnya ujicoba untuk menarik investasi dari Hong Kong (Floating Hong Kong) yang ternyata berhasil
dan mulai mengembangkan ke wilayah pesisir utara dan daratan utara berbasis potensi kawasan seperti pertanian,
perkebunan dan peternakan.
Berdasarkan laporan dari UNCTAD: 2013, foreign direct investment (FDI) di China mencapai US$ 4, 3 juta dan
laporan dari Bank Dunia: 2011 kontribusi dari kawasan SEZ yang ada sebesar 22%. Ini menujukkan bahwa paket
kebijakan ekonomi terbuka melalui pengembangan special economic zone (SEZ) memiliki andil besar dalam
pertumbuhan ekonomi China. Paket kebijakan pengembangan kawasan ekonomi khusus skala domestik juga sedang
dikembangkan dan saat ini China sedang mengembang pendekatan ekonomi kawasan baru di sisi utara dengan nama

Economic and Technological Development Zone (ETDZ). Ada 54 kawasan ETDZ yang akan dikembangkan tersebar
di 25 provinsi di China.

Beberapa kebijakan insentif yang diberikan oleh China meliputi: Insentif berupa subsidi seperti pelatihan tenaga
kerja, dana riset, pembebasan inspeksi pajak, proses karantina yang dipercepat, penyederhanaan aturan keluar masuk
barang; investasi senilai lebih dari 30 juta US$ diberi insentif berupa konsesi pajak, potongan pajak, subsidi pajak
untuk proyek berteknologi tinggi dan melebihi dari 30 juta US$ investasi; pengurangan pajak dan atau pembebasan
pajak untuk sektor pertanian, kehutanan dan peternakan pada daerah tertinggal; pengurangan dan subsidi pajak
untuk sektor jasa keuangan3.
Pengalaman China dalam bekerjasama mengenbangkan kawasan SEZ dapat dilihat pada tahun 1983, dimana Jepang
menjadi mitra kerjasama internasional untuk membuat master plan pelabuhan Qindao, kemudian pada awal 1990
Jepang melalui JICA (Japans International Cooperation Agency) menyediakan bantuan untuk membangun jalan
bebas hambatan Jiaozhou Bay, rel kereta api, pabrik pengolahan limbah yang kesemuanya itu berada di Qindao
Economic Development Zone. Kemudian di tahun 1994, provinsi Jiangsu , yakni kota Wuxi dan Suzhou
membangun kawasan industry bermitra dengan Singapura dan belajar dari Kawasan Industri Singapura. Kawasan
SEZ tersebut dikelola oleh Singapura dengan kepemilikan yang dominan, namun dalam perjalanannya China
mengambil alih kepemilikan dan mengungan beberapa Negara lainnya seperti Amerika, Jepang, Australia dan
Inggris untuk ambil bagian dalam perencanaannya.
Sejak 2006, sesuai dengan inplementasi rencana ekonomi China, China berencana akan membuka 50 kawasan
ekonomi baru di luar China dengan tujuan untuk men-generate pertumbuhan ekonomi domestic melalui kerjasama
ekonomi antar Negara. Beberapa kawasan yang telah dibuka berada di Afrika, Mesir, Amerika Serikat-South
Carolina, Cuba, Pakistan, Zambia dan Dubai. Masifnya pengembangan kawasan ekonomi baru tersebut tidak lepas
dari keinginan China untuk masuk pasar perdagangan barang manufaktur di Afrika, Amerika, dan Eropa tanpa
langsung mengekspornya dari China. Jika mekanisme pasar yang direncanakan tersebut berhasil dengan demikian
China dapat meningkatkan value chain di negaranya. Namun beberapa laporan penelitian lainnya menyatakan
bahwa ekspansi China di Afrika, Mesir dan Zambia dinilai belum berhasil, karena faktor finansial dan tidak adanya
keterkaitan antara barang domestik dan impor dari China.

SEZ INDONESIA
Special Economic Zone (SEZ) di Indonesia, sebenarnya sudah dimulai sejak 1970 (sama dengan China) dimana
kebijakan tersebut dilaksanakan oleh Pertamina di Pulau Batam (P. Sambu). Sewaktu itu Indonesia melalui
Perusahaan Pertamina memanfaatkan lokasi strategis P Sambu dijadikan tempat penyimpanan dan penjualan minyak
(petroleum) di selat strategis dan paling sibuk kedua setelah Hong Kong yaitu Selat Philips (Singapura). Paska
pulangnya Habibie dari Jerman dan melihat visi Singapura yang akan menguasai perdagangan melalui alih kapal,
transit dan penyimpanan (kargo) di Pelabuhan, Habibie mengambil langkah kebijakan mengembangkan Pulau
Batam dengan nama Otoritas Pengembangan Industri Pulau Batam untuk mengambil keuntungan berupa
ketersediaan lahan untuk industri manufaktur dan perminyakan. Saat itu Habibie mendefinisikannya sebagai ‘teori
balon Singapura’. Cerita sukses mengembangkan Batam sudah banyak dipublikasikan, sejarah perubahan status
mulai dari undang-undang No 36 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas hingga UndangUndang tentang Kawasan Ekonomi Khusus yang mana Batam, Bintan dan Karimun akan dipayungi didalamnya.

Berdasarkan pengkajian yang peneliti lakukan, di Indonesia terdapat 2 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
Bebas yakni Sabang dan BBK. Seperti yang diketahui, Sabang merupakan sebuah pulau di ujung pulau Sumatera
yang ditetapkan menjadi KPBPB hingga sekarang dan masih terus ditingkatkan infrastruktur pelabuhan, air minum,
3

Understand China, 2014. www.understand-china.com

energy, telekomunikasi dan jalannya. Kontribusi Kawasan Ekonomi Sabang sendiri belum terlihat atraktif didalam
PDB Nasional. Berbeda halnya dengan Batam dan Pengembangan Bintan dan Karimun yang sudah memberikan
kontribusi kepada PDB Nasional hingga 68 Triliun Rupiah hingga tahun 2014 4. Beberapa pengembangan
infrastruktur lainnya yang sedang dipromosikan di BBK diantaranya pembangunan pelabuhan container Tanjung
Sauh, Pengembangan Pelabuhan Batu Ampar, Energi, Jalan Bebas Hambatan, Jembatan Batam-Bintan dan
Monorail/Kereta Api.
Sejak awal tahun 2010, dengan terbitnya undang-undang kawasan ekonomi khusus di Indonesia, yang diprakarsai
oleh Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi. Indonesia meloloskan beberapa kawasan ekonomi khusus untuk
dibangun dan menarik investasi asing ke dalam kawasan. KEK tersebut meliputi KEK Sei Mangkei, KEK Tanjung
Lesung, KEK Bitung, KEK MBTK, KEK Mandalika, KEK Palu, KEK Morotai dan KEK Tanjung Api-Api.
Delapan KEK tersebut lolos dalam seleksi yang dilaksanakan oleh Dewan Kawasan Nasional (DKN) KEK.
Kebijakan ini dapat dikatakan belum berdampak karena walaupun pemerintah sudah turut andil dalam investasi
kawasan berupa pembangunan infrastruktur dan penyiapan kebijakan penarik investasi, namun investasi asing yang
langsung masuk ke kawasan belum cukup signifikan.
Indonesia saat ini masih memiliki kemiskinan sebesar 12,5% atau 31,2 juta orang masih miskin 5. Laporan Biro Pusat
Statistik Indonesia, jumlah pengangguran terbuka per bulan Agustus 2014 sebesar 14.8 juta orang. Seperti yang kita
ketahui pengangguran terbuka adalah orang-orang yang sungguh-sungguh tidak memiliki pekerjaan walaupun sudah
berusaha untuk mencari pekerjaan. Artinya Indonesia membutuhkan kebijakan-kebijakan ekonomi yang dapat
membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk dapat memperkerjakan 14.8 juta jiwa tersebut. Melihat data
sakernas, 2012 yang dikeluarkan oleh BPS, jika dipisahkan menurut pulau, maka di Pulau Sumatera pengangguran
terdapat sebesar 5.62% sama dengan 1.4 juta orang, Pulau Jawa-Bali sebesar 7.04% sama dengan 5.06 juta orang,
Pulau Kalimantan sebesar 5.03% sama dengan 358 ribu orang, Pulau Sulawesi sebesar 5.42% sama dengan 446 ribu
orang, Kepulauan Nustra sebesar 3.77% sama dengan 167 ribu orang, Kepulauan Maluku sebesar 6.38% sama
dengan 73 ribu orang dan Papua sebesar 3.63% sama dengan 71 ribu orang. Memperhatikan data tersebut, terlihat
bahwa secara menyeluruh kebijakan ekonomi di Indonesia belum mampu menjawab kebutuhan domestik terhadap
pekerjaan dan kesejahteraan. Data tersebut belum lagi jika disandingkan dengan tingkat pengupahan dan kebutuhan
ril masyarakat Indonesia.
Laporan dari World Bank 2015 terkait survey bisnis, Indonesia berada dalam posisi yang buruk terutama
permasalahan birokrasi dan infrastruktur. Indonesia menempati posisi 114 dari total 189 negara dimana posisi
tersebut tidak lebih baik dari Malaysia ( rank 11) dan Vietnam (rank 78)6
KEK Batam yang telah berusia 35 tahun, dengan total fasilitasi investasi pemerintah sebesar 42 triliun hingga tahun
2014 mampu menyerap tenaga kerja hingga 300.000 orang (tidak termasuk multiplier sector lainnya), dengan total
investasi asing mencapai US$8 milyar dengan jumlah perusahaan yang mencapai 1000 mampu memberikan
sumbangsih sebesar 0,62% terhadap PDB Nasional (Sumber: Perhitungan Sendiri). Harapan dewan kawasan
nasional dengan 8 KEK yang akan memberikan kontribusi PDB nasional sebesar 1-3% dari total PDB Nasional
menunjukkan ada harapan besar paket kebijakan kawasan ekonomi khusus membawa dampak positif bagi
Indonesia. Namun pemerintah perlu menyadari bahwa investasi pemerintah ( domestic investment) yang dilakukan
sekarang (Rp. 5, 047 triliun7) belum cukup dan perlu dilaksanakan dengan full commitment agar tujuan
pengembangan KEK hingga menghasilkan produk konsumsi domestic dan non domestic dapat dicapai. Tidak hanya
itu pemerintah perlu menyiapkan kajian yang mendalam terhadap keterkaitan hilir dan hulu barang massif konsumsi

4

Foreign Direct Invesment, total 2014, BP Batam, 2014.
World Bank, 2011
6
Chris Brummitt, Bloomberg/Jakarta Post,”can Indonesia’s 50 cent -an-hour workers mimic China’s success”, Saturday, April 11, 2015.
7
Paparan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Manado, 11 Agustus 2014.
5

di domestic dan luar agar terjadi interaksi dan yang paling penting produk akhir yang merupakan produk yang
memiliki nilai tambah (value added) tersebut diterima masyarakat domestic dan non domestic.
Permasalahan lainnya yang harus dikaji lebih jauh adalah, kebijakan pemerintah dalam mengembangkan kawasan
industri di sekitar ibukota Jakarta yang berdampak pada perubahan fungsi lahan strategis (Jawa Barat dan Banten)
dan belum maksimalnya tarikan lapangan pekerjaan terhadap investasi industri di Jabodetabek.

Tingkat Pengangguran Terbuka (Bappenas-Sakernas, 2012)
6,000,000

8
7

5,000,000

6

Jumlah TPT

4,000,000

5
4

3,000,000

3

2,000,000

2
1,000,000

Jumlah Pengangguran
%

1
Sumatera
1,427,338

Jawa-Bali
5,068,520

Nustra
167,771

Kalimantan
358,808

Sulawesi
446,612

Maluku
73,720

Papua
71,472

5.61

7.04

3.77

5.03

5.42

6.38

3.62

Kinerja Kawasan SEZ Batam (BP Batam, 2014)

Kumulatif Investasi/Tenaga Kerja

20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

350,000
300,000
250,000
200,000
150,000
100,000
50,000
2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Kumulatif Investasi Total
(US$ Milyar)

13.66

14.1

14.59

14.92

15.69

16.47

17.52

Kumulativ Investasi Asing
(US$ Milyar)

5.18

5.6

5.94

6.16

6.78

7.28

8.08

Tenga Kerja Indonesia

261,285 260,350 288,318 313,544 330,592 330,592 330,592

DAMPAK INVESTASI DAN TENAGA KERJA SEZ

0

0

Melihat indikator kinerja ekonomi kawasan, baik di Amerika, India, China dan Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
adanya aktifitas didalam kawasan terutama aktifitas manufaktur seperti elektronik, mesin, tekstil, dan lainnya. Untuk
Amerika sendiri, terlihat pola atraksi ekonomi kawasan ftz-nya sangat menarik. Dimana apabila terjadi kenaikan
aktivitas barang asing dan domestik masuk ke kawasan ftz sebesar US$ 178 billion (tahun 1997) terjadi tarikan
tenaga kerja sebesar 18,000 orang, kemudian pada tahun 2011 terjadi peningkatan aktifitas di kawasan sebesar US$
107 billion mampu menarik tenaga kerja sebanyak 20,000 orang ke dalam kawasan ftz. Jika dihitung besaran
pertumbuhan aktifitas kawasan dari tahun 1993-2012, setiap ada atraksi berupa arus masuk barang (foreign and
domestic) sebesar 50% terjadi peningkatan tarikan tenaga kerja sebesar 50% dari tahun perhitungan dan atau setiap
ada aktifitas didalam kawasan sebesar US$ 10,000 million, maka tenaga kerja yang akan ditarik sebesar 1000 orang,
demikian kelipatan seterusnya.
Belajar dari pengembangan Batam sebagai kawasan perdangan bebas dan pelabuhan bebas yang telah berusia 35
tahun, terlihat pergerakan investasi (domestic and foreign ) terhadap serapan tenaga kerja yang ada sangat dinamis.
Dengan menggunakan data (2008-2014) yang ada, dapat disimpulkan bahwa untuk menarik (serapan) tenaga kerja
sebesar 50,000 orang dibutuhkan investasi sebesar US$ 26,000 milyar (26 triliun) 8.
Melihat dua pola data yakni di Amerika dan Indonesia (PBPB Batam) tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin
besar investasi (dan atau aktifitas barang) didalam kawasan maka semakin besar pula tarikan jumlah tenaga kerja
yang ada. Jika melihat tingkat pengangguran kita sebesar 6.3% dengan kondisi ekonomi sekarang, maka dapat
dipastikan stagnansi ekonomi dan permasalahan kependudukan menjadi kendala besar dalam mewujudkan
kesejahteraan dan digdaya Negara. Dengan pengalaman empirikal di Amerika, China dan India, Indonesia memiliki
persoalan yang sama yaitu rendahnya GDP/GDP Perkapita, kemiskinan, improving of infrastructure, low
investment, low knowledge dan pengangguran yang masih tinggi. Jika pun kita berharap pada 8 kawasan ekonomi
khusus yang diestimasikan dapat memberikan sumbangsih GDP sebesar 3% pada kurun waktu 30 tahun mendatang,
Indonesia baru menutup sebesar 1,600,000 tenaga kerja sementara pada tahun dasar ini (2014) Indonesia memiliki
tingkat pengangguran terbuka sebesar 6.3% atau sama dengan 15, 7 juta orang. Kebijakan multitahun dan
multiharapan ini menjadi penting untuk didukung oleh pemerintah pusat dan daerah, terutama kalangan innovator
dalam menciptakan produk dan lapangan pekerjaan.

KESIMPULAN/REKOMENDASI:

1. India terkesan sangat sporadis dalam mengembangkan kebijakan kawasan ekonomi
khususnya, terlihat dengan adanya persetujuan pengembangan kawasan ekonomi khusus
hingga more than 500 lokasi, padahal kinerja kawasan yang sudah ada belum
menunjukkan kontraksi ekonomi seperti paska pengembangan kawasan ekonomi di
Chinnai-Nokia India.
2. Belajar dari China, bagaimana memanfaatkan surplus tenaga kerja didalam negeri dan
pontensi pasar dalam negeri, kebijakan pengembangan produk lokal berteknologi tinggi
dan massive konsumsi memperkuat kinerja ekonomi kawasan khususnya (SEZ). Selain
itu adanya sulplus energi di China juga mendorong kebijakan pemerintah China untuk
8

Perhitungan sendiri dengan menggunakan data yang dirilis oleh BP Batam, 2008-2014.

memberikan paket kebijakan pengembangan industri teknologi tinggi yang digandrungi
oleh anak muda di China. Pengembangan kawasan ekonomi khusus sektor pertanian juga
di dorong oleh pemerintah China dengan paket kebijakan yang pro rakyat yang
dibuktikan dengan insentif dan kerjasama dengan petani sebagai pemilik komoditas.
3. Penerapan kebijakan yang cepat, tepat dan efisien dalam menarik investasi asing di
Indonesia dengan berbagai penyederhanaan prosedur masing harus terus dilakukan, untuk
menjaga daya saing internasional.
4. Penerapan standar-standar lingkungan yang sehat juga tetap menjadi utama sebagai
bagian dari keberlanjutan investasi.
5. Stabilitas sosial, politik dan keamanan dalam negeri serta kesepahaman kondisi domestik
dari masyarakat menjadi sangat penting dalam upaya untuk mewujudkan ketahanan
masyarakat dan kedigdayaan negara.

REFERENSI

Laporan dan Paper:

1. Sari
Wahyuni,
Esther
Sri
Astuti,
Mardha
Thilla
Amelia;
https://www.academia.edu/6051004/The_Role_of_Special_Economic_Zones_in_China_
Economy_Development;
2. Jin Wang, The Economic Impact of Special Economic Zones: Evidence from Chinese
Municipalities, London School of Economics, Job Market Paper, This version Nov, 2009;
3. Sean Woolfrey, special economic zone and regional integration in Africa, tralac working
paper, July 2013;
4. Thomas Farole, Gokhan Akinci, Special Economic Zones, Progress, Emerging
Challenges, and Future Directions, World Bank, 2011;
5. Leonard Sahling, China’s Special Economic Zones and National Industrial Parks — Door
Openers to Economic Reform, ProLogis Research Bulletin, Spring, 2008;
6. Aradhna Aggarwal , Impact of Special Economic Zones on Employment, Poverty and
Human
Development,
Working
Paper,
2007.
http://icrier.org/pdf/Working_Paper_194.pdf
7. Jaivir Singh, Labour Law and Special Economic Zones in India, Working Paper Series
Centre for the Study of Law and Governance Jawaharlal Nehru University, New Delhi,
2009;
8. John E. Bryson, Timothy F. Geithner, Foreign-Trade Zones Board 2011, 73rd Annual
Report Of The Foreign Trade Zones Board To The Congress Of The United States;
9. Armida S. Alisjahbana, Arah Kebijakan Dan Strategi Percepatan Pengembangan
Kawasan Timur Indonesia, Rapat Koordinasi Bank Indonesia – Pemerintah Pusat dan
Daerah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional, Manado, 11 Agustus 2014;

Website:

1. http://blogs.worldbank.org/developmenttalk/china-s-special-economic-zones-andindustrial-clusters-success-and-challenges;
2. https://prezi.com/pnzgx56nj3pn/gdp-growth-in-chinas-special-economic-zones/
3. http://understand-china.com/a-guide-to-chinas-top-gross-domestic-product-gdp-regions/;
4. http://understand-china.com/;
5. http://unctadstat.unctad.org/CountryProfile;
6. http://www.publishersweekly.com/;
7. http://www.newsweek.com/chinas-hottest-cities-and-kashgar-72333;
8. http://english.mofcom.gov.cn/article/zt_business/lanmub/;
9. Ernst and young, Special Economic Zones and tax exemption in China,
https://www2.eycom.ch/publications/items/china/tax_special_economic_zones/en.pdf;
10. Olivia Chung, How foreign firms dodge taxes in China, Asia Times, 2007;
11. B23,
ECER,
East
Coast
Economic
Region,
http://www.mia.org.my/new/downloads/circularsandresources/budget/2011/b23.pdf;
12. http://sezindia.nic.in/about-fsheet.asp
13. http://www.ibef.org/download/SEZs-Role-in-Indian-Manufacturing-Growth.pdf;
14. http://indianresearchjournals.com/pdf/IJMFSMR/2012/December/12.pdf;
15. http://www.india-briefing.com/news/guide-indias-special-economic-zones-9162.html/
16. http://indiainbusiness.nic.in/newdesign/index.php?param=industryservices_landing/369/2
;
17. http://www.business-standard.com/article/economy-policy/sezs-hobbled-by-taxesinfrastructure-114120300440_1.html;
18. http://www.doingbusiness.org/~/media/GIAWB/Doing%20Business/Documents/AnnualReports/English/DB15-Chapters/DB15-DTF-and-DBRanking.pdf

MATRIK KAJIAN DAN KINERJA (FTZ) UNITED STATES, DAN SEZ (INDIA, CHINA, MALAYSIA DAN INDONESIA)
United States
269 FTZ, tersebar di Texas,
Louisiana, South Carolina,
Missisippi, dan Florida dan 19
negara bagian lainnya.

India
KandlaSEZ, SEEPZ, Cochin,
Madras, Visakhapatnam, Falta,
and Noida

Tahun Pembangunan

1950

Masa Pembangunan
Populasi nasional
Populasi Wilayah KEK
Luas wilayah nasional
Luas wilayah SEZ/KEK
PDB nasional (FY 2013)
PDB growth (FY 2013)
Kontribusi ke PDB
Nasional
% Kemiskinan dari
Populasi
Nasional
(Berpendapatan 1-2 US
$ per hari)
Tingkat Pengangguran
Terbuka Nasional (Es
WB 2014)
Estimasi
pembukaan
lapangan kerja
Investasi yang sudah
dicapai (FDI)
Rata-rata upah buruh

Going business
323.8 juta jiwa

1965, regulasi SEZ dimulai
pada 2000
Developing
1.252,1 juta jiwa
120,761,087 jiwa
2,973,190 km²
532,37 km²
1,924,452 juta US$
4.90 %
307,912.32 Millions US$ (16%
dlm PDB)
21.9% (FY 2010, WB)

SEZ Location

Target investasi 2020
Dukungan Infrastruktur

9,156,640 km²
16,911,086 juta US$
1.90 %
Na

China
Shenzhen, Xiamen, Shantou,
Zhuhai (semua kawasan berada di
Provinsi Guangdong, di Pantai
Selatan China dimana akses
barang transportasi laut sangat
mudah), terus berkembang ke 14
kota di pesisir selatan, 15 kawasan
perdagangan bebas, 32 kawasan
teknologi, 53 kawasan teknologi
tinggi, dan Fujian Provinsi.
Sedang mengembangkan 54 state
level
of
economic
and
technological development zones.
1980

Malaysia
East
Coast
Economic
Region/Koridor
Pantai
Timur
Malaysia yang meliputi Negara
bagian Kelantan, Terengganu,
Pahang dan Mersing

Indonesia
Batam, Half of Karimun, Half of Bintan;
Sabang, Developing SEZ: Sei Mangkei,
Tanjung Lesung, dan Bitung

2007, August

1971 (BP Batam)

Developing
1,385.6 juta jiwa
153,040,000 jiwa
9,388,211 km²
336,600 km²
9,318,901 juta US$
7.60 %
9,318,901 Million US$
Source: World Bank)
13.4% (2011, CIA)

Developing till 2020
29.7 juta jiwa
4,494,947 jiwa
328,550 km²
67,107.60 km²
310.383 juta US$
4.00 %
RM 23 Billion

Developing, 35 tahun (BP Batam)
249,9 juta jiwa
1,169,761 jiwa
1,811,570 km²
6,1692.6 km²
868,991 juta US$
5.70 %
65 Triliun Rupiah (BP Batam)

3.8% (FY 2009, WB)

12.5% (FY 2011, WB)

(22%

7.4%

3.6%

4.6%

3.2%

6.3%

340,000 tenaga kerja

1,413,835 tenaga kerja

30 juta tenaga kerja

55.000 tenaga kerja

350.000 tenaga kerja (BP Batam)

187,528.00 juta US$

US$ 36.5 Milyar

4,286,694.46 Juta US$

8 US$ Per Jam, 1600 US$
(Perbulan)

3500 Rs (Perbulan)

200

500
USD/Month
(Tergantung kebijakan di masingmasing provinsi) (Perbulan)
(na) not aplicable
Bandar
Udara
Internasional,
Jaringan kereta api, jalan dan jalan
tol, pelabuhan laut dalam di pesisir
selatan
China,
energy,
telekomunikasi, perbankan.

RM 55.8 billion (FY 2013,
ECERDC Annual Report)
291 USD (tergantung kebijakan
negara bagian) (Perbulan)

8.08 US $ Milyar (Total, FY 2014, BP
Batam)
300 USD (tergantung kebijakan provinsi)
(Perbulan)

RM 110 billion
Jaringan kereta api dan kereta api
cepat, jalan nasional, jalan pesisir,
bandara
internasional
dan
pelabuhan
yang
sedang
ditingkatkan
dan
dibangun,
telekomunikasi nirkabel, energy,
perbankan.

Moreover 3% of GDP
Jaringan energy hingga 700 MW, jalan
nasional, bandara internasional, pelabuhan
container/umum internasional, pelabuhan
ferry
internasional,
telekomunikasi
kabel/nirkabel, perbankan, air bersih.

Pelabuhan,
telekomunikasi,
lainnya

jalan,
energy dan

25% of GDP
Pelabuhan Laut, Jalan, Energi,
telekomunikasi. Tidak ada data
dukungan soal perumahan.

Potensi Kawasan

United States
Minyak, mesin, elektronik,
parmasi,
aksesoris,
kapal,
makanan,
tekstil,
sepatu,
kendaraan.

India
IT/ITES,
Engineering,
electronic
hardware,
textiles,
Biotechnology, Gems &
Jewellery
634 SEZ Area

China
Manufaktur, garmen, minyak,
kayu, elektronik, kemikal, susu,
dan produk pertanian pangan,
lainnya

Malaysia
Manufaktur, Minyak, Gas dan
Petrokemikal, Pariwisata, Pertanian
dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia

Indonesia
Manufaktur, Minyak dan Gas, Perkapalan,
Petrokemikal, Pariwisata dan Industri Kelas
Tinggi (Penerbangan)

54
ETDZ
(Economic
and
technological Development Zone.

Pekan Automotive Park (PAP);
Malaysia-China Kuantan Industrial
Park (MCKIP); Gambang Halal
Park; Pasir Mas Halal Park;
Kemaman Heavy Industry Park,
Agropolitan Pekan

Jalan tol, rail way, Batam Bintan Bridges,
Tanjung Sauh Terminal Port, Batu Ampar
Port, Hang Nadim Airport Expanding,
Developing Area Rempang and Galang Area,
Janda Berias Maritime Zone.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) lainnya
Seperti Tanjung Lesung, Sei Mangkei,
MBTK, Palu, Bitung, Morotai, Tanjung ApiApi, Mandalika
1000 perusahaan

Proyek

Pengembangan
(permintaan)
125
kawasan/sub
kawasan
ekonomi khusus (FTZ)

Jumlah
Perusahaan
Asing Aktif
Badan Perijinan

2800

Na

500.000 (estimate)

na

FTZ Board

BoA (Board of Approval), ACZ
(Approval Committee at Zone)

Bebas pabean, penyederhanaan
administrasi investasi

Insentif berupa pembebasa
bea/cukai, pembebasan pajak
penghasilan, pembebasan pajak
alternatif, pembebasan pajak
pembagian
deviden,
pembebasan pajak penjualan
dan pembebasan pelayanan
pajak.

Regional Permitts and National
Committee/
Jawatankuasa
Pelaksanaan
Dan Penyelarasan
Insentif pada sektor-sektor tertentu
sesuai zona pengembangan:
Pembebasan pajak penghasilan
selama 10 tahun; pembebasan pajak
bea masuk, pajak penjualan dan
cukai, pembebasan pajak ekspor
akibat dari peningkatan ekspor,
pembebasan pajak pada sektor
wisata, dan lainnya.

BKPM on stop services, Pelayanan Satu Atap
(PTSA) di KEK

Kebijakan
penarik
investasi/attractive
regulation for FDI

Success SEZ

Texas,
Louisiana,
South
Carolina,
Missisippi,
dan
Florida

Iskandar
(IDR)

Batam, Bintan, Karimun,

Produk teknologi Tinggi

Teknologi pengolahan minyak,
mesin dan perlengkapan, serta

Nokia Special Economic Zone
(Telecom Equipment SEZ),
Mahindra City SEZ (Apparel
and
fashion
accessories;
IT/Hardware; Auto-ancillary),
Apache SEZ Development India
Private Limited (Footwear
SEZ),
Reliance
Jamnagar
Infrastructure Limited (Multiproduct SEZ)
Nokia, Fashion

Berada di tingkat provinsi dan
kota
masing-masing,
dimungkinkan adanya ditingkat
nasional.
Insentif berupa subsidi seperti
athin tenaga kerja, dana riset,
pembebasan inspeksi pajak, proses
karantina
yang
dipercepat,
penyederhanaan aturan keluar
masuk barang; investasi senilai
lebih dari 30 juta US$ diberi
insentif berupa konsesi pajak,
potongan pajak, subsidi pajak
untuk proyek berteknologi tinggi
dan melebihi dari 30 juta US$
investasi; pengurangan pajak dan
atau pembebasan pajak untuk
sektor pertanian, kehutanan dan
peternakan pada daerah tertinggal;
pengurangan dan subsidi pajak
untuk sektor jasa keuangan.
Shenzhen, Shouzhou

Redmi, Zhongtong Bus,

Proton

Development

Region

Insentif berupa pengurangan pajak bumi dan
bangunan;
fasilitas
impor
berupa
penangguhan bea masuk, pembebasan cukai,
tidak dipungut PPn dan PPnBM dan PPh
Impor; kemudahan/keringanan perijinan
usaha,
pelabuhan,
keimigrasian
dan
keamanan; fasilitas PPh dan tambahan
fasiltias sesuai zona.

Makanan, Hypermart, Nexian, GT Radial,
Garment (Lea, The Executive, Terry Palmer,

Faktor Sukses

United States
kendaraan.
Exxon,
ConocoPhillips,
BMW,
Chevron,
Keterkaitan barang impor dan
domestik menjadi produk akhir
dan ber-value added.

India

China

Malaysia

Indonesia
Buccheri), Elektronik (Polytron, Essenza,
Byon), Shipyard, Airplane (Habibie Projects)

Populasi penduduk yang besar
dengan upah rendah; dominansi
masyarakat yang berpendidikan
rendah; Kesiapan infrastruktur

Populasi penduduk yang besar
dengan upah rendah; produk
dalam negeri yang berlimpah
(kreatif) dan multi kualitas,
kebijakan
investasi
yang
disederhanakan, paket kebijakan
nol pajak, bead an cukai; Kesiapan
infrastruktur

Populasi penduduk yang besar
dengan upah rendah; dominansi
masyarakat yang berpendidikan
rendah; Kesiapan infrastruktur

Populasi penduduk yang besar dengan upah
rendah;
dominansi
masyarakat
yang
berpendidikan rendah; Kesiapan infrastruktur

Sumber: Koleksi peneliti dari berbagai sumber, hingga tahun 2014

TIAR PANDAPOTAN PURBA, ST, IAP

RIWAYAT PENULIS:

P

enulis adalah seorang sarjana teknik bidang perencanaan wilayah dan kota, lahir di pulau
belakang padang (Provinsi Kepulauan Riau) pada tanggal 1 juni 1980. Tinggal di
Tangerang Selatan, Banten. Berprofesi sebagai konsultan individual dan independen pada
pekerjaan pemerintah. Beberapa pengalaman penulis adalah membantu pemerintah dalam
penyusun rencana strategis lima tahunan di Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas di Batam, Bintan dan Karimun. Selain itu juga membantu pemerintah
dalam menyusun keterpaduan kebijakan pembangunan pusat terhadap kebijakan spasial pada
kawasan strategis di Indonesia, diantaranya Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
Batam, Bintan dan Karimun, Sabang dan Sei Mangkei.
Selain itu penulis juga aktif menulis di website institusi professional yakni almega geospasia
expert (aoga expert) yang berfokus kepada kebijakan pembangunan dan kebijakan spasial di
Indonesia. Penulis suka memantau isu dan perkembangan pembangunan di Negara Indonesia,
Asean dan Asia karena keterkaitan ekonomi regional antar negara yang sangat kuat. Penulis juga
berfokus dan senang pada pemantauan kebijakan ekonomi khusus terutama terkait
pengembangan ekonomi kawasan baru, yang dipandang sebagai bagian dari upaya pemerintah
Indonesia untuk men-generate ekonomi dan membuka akses lapangan pekerjaan seluas-luasnya
bagi masyarakat Indonesia.
Penulis juga senang memperhatikan kebijakan pemerintah Indonesia terkait program PNPM
yang dinilai oleh lembaga-lembaga asing dunia sangat berhasil di Indonesia terkait upaya
pemerintah dalam memerangi kemiskinan dan gejolak negatif sosial.
Tiar Pandapotan Purba, ST, IAP (081310418551)
Email: tiar.poerba@gmail.com