PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN REALISTIK DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI SMP NEGERI 5 MEDAN.

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA
SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN REALISTIK
DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI SMP
NEGERI 5 MEDAN

T ESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

VERI PRAMUDIA FADLI
8146172070

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2017


KATA PENGANTAR

‫بسم اه الرحمن الرحيم‬
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Perbedaan
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis dan Disposisi Matematis Antara
Siswa yang Diberi Pendekatan Realistik Dengan Pendekatan Inkuiri Di SMP
Negeri 5 Medan”. Shalawat beserta salam penulis sanjungkan kepada hadirat Nabi
Muhammad SAW sebagai pembawa risalah kepada ummatnya.
Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan
Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).
Penelitiaan ini merupakan studi eksperimen yang melibatkan pelajaran
matematika dengan pendekatan realistik dan pendekatan inkuiri. Dalam proses
penyusunan tesis banyak hal yang telah dilalui, diantaranya menghadapi kendala
dan keterbatasan serta bimbingan/arahan yang terwujud dalam motivasi berbagai
pihak, sehingga keterbatasan dan kekurangan dapat teratasi dengan baik. Sejak
mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan
semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan keikhlasan

dan ketulusan baik langsung maupun tidak langsung sampai terselesainya tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kebaikan tersebut.
Terima kasih dan penghargaan khususnya peneliti sampaikan kepada:

iii

1.

Teristimewa tesis ini dipersembahkan untuk Ayahanda Drs. Mahli, M.Pd dan
Ibunda Fatimah Wasliyah yang senantiasa memberikan semangat dan
dukungan moril serta do’a kepada penulis. Serta Adiku Satu-satunya Rina
Fitriani, S.Pd yang menjadi penyemangat dalam proses penyelesaian tesis ini.
Sry Lestari MDF., S.H.I., M.E.I., yang selalu memberikan semangat serta
motivasi dan turut serta membantu dalam proses penyelesaian tesis ini. Serta
seluruh keluarga besar yang berada di Muara Kiawai Pasaman Barat dan
keluarga besar yang berada di Padangsidimpuan yang telah memberikan
dukungan moril maupun materi sejak sebelum kuliah sampai proses
perkuliahaan berjalan, hingga menyelesaikan pendidikan ini.

2.


Ribuan terimakasih kepada Bapak Dr. KMS. M. Amin Fauzi, M.Pd, selaku
dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. Asmin, M.Pd., selaku dosen
Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan serta
motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini kepada penulis.

3.

Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Mulyono, M.Si selaku
Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana
UNIMED yang senantiasa memberikan dorongan kepada kami selama
mengikuti perkuliahan dan memberikan saran dan kritik yang membangun
untuk menjadikan Tesis ini menjadi lebih baik, serta Bapak Dapot Tua
Manullang, M.Si selaku Staf Program Studi Pendidikan Matematika.

4.

Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd
dan Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd. selaku Narasumber yang telah banyak
memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.


iv

5.

Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED
yang

telah

memberikan

bantuan

dan

kesempatan

kepada


penulis

menyelesaikan tesis ini.
6.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika Program Pascasarjana
UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermakna
kepada penulis selama menjalani pendidikan.

7.

Bapak Syahbilal, S.Pd., selaku kepala Sekolah SMP Negeri 5 Medan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
lapangan.

8.

Rekan-rekan saya di kelas Dikmat B2 serta sahabat seperjuangan angkatan
XXIII Prodi Matematika yang telah memberikan dorongan, semangat serta
bantuan lainnya kepada penulis.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada

penulis. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan,
khususnya pendidikan matematika. Untuk itu, penulis masih mengharapkan kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini.

Medan,
Penulis,

Veri Pramudia Fadli
NIM. 8146172070

v

2017

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ….

i
ii
iii
vi
viii
x

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................
1.2. Identifikasi Masalah .................................................................
1.3. Batasan Masalah........................................................................
1.4. Rumusan Masalah .....................................................................
1.5. Tujuan Penelitian ......................................................................
1.6. Manfaat Penelitian ....................................................................


1
21
22
22
23
24

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1.
2.1.1.
2.1.2.
2.1.3.
2.1.4.
2.1.5.
2.1.6.
2.2.
2.3.
2.4.

Kerangka Teoritis .....................................................................

Pemahaman Konsep Matematis ................................................
Disposisi Matematis Siswa .......................................................
Pendekatan Realistik ................................................................
Pendekatan Inkuiri ....................................................................
Proses Jawaban Siswa ...............................................................
Teori Belajar yang Mendukung ................................................
Penelitian yang Relevan ...........................................................
Kerangka Konseptual ...............................................................
Hipotesis Penelitian ..................................................................

25
25
30
34
45
53
54
62
67
70


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
3.2.
3.3.
3.4.
3.5.
3.6.
3.7.
3.7.1.
3.7.2.

Tempat dan Waktu Penelitian .........................................
Populasi, Sampel dan Teknik Penyuplikan .....................
Desain Penelitian ..............................................................
Definisi Operasional .........................................................
Teknik Pengumpulan Data ...............................................
Prosedur Penelitian ...........................................................
Teknik Analisis Data ........................................................
Analisis Statistik Deskriptif .............................................

Analisis Statistik Infrensial ..................................................

vi

72
72
73
74
76
89
92
93
95

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................
4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis .......................................
4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tentang Disposisi
Matematis Siswa ..............................................................
4.1.3. Analisis Satistik Infrensial Hasil Tes Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis .......................................
4.1.4. Analisis Satistik Infrensial Hasil Tes Skala Disposisi
Matematis Siswa ..............................................................
4.1.5. Proses Jawaban Siswa ......................................................
4.2. Temuan Penelitian ............................................................
4.2.1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ......
4.2.2. Disposisi Matematis Siswa ..................................................
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ...........................................
4.3.1. Faktor Pembelajaran .........................................................
4.3.2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis .................
4.3.3. Disposisi Matematis Siswa ..................................................
4.3.4. Proses penyelesaian Jawaban Siswa ................................
4.4. Keterbatasan Penelitian ....................................................

108
109
116
122
136
139
152
152
152
153
153
157
159
161
162

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1.
5.2.

Simpulan ........................................................................... 165
Saran ................................................................................. 166

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

vii

169

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.

: Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan
Realistik
: Sintak Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
: Jumlah Seluruh Siswa di SMP Negeri 5 Medan
: Desain Penelitian

39

77

Tabel 3.4.
Tabel 3.5.
Tabel 3.6.
Tabel 3.7.
Tabel 3.8.

: Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis
: Kisi-Kisi Tes Pemahaman Konsep Matematis
: Skor Item Disposisi Siswa
: Kisi-Kisi Skala Disposisi Siswa
: Daftar Nama Validator
: Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

Tabel 3.9.

:

Tabel 3.10.

:

Tabel 3.11.

:

Tabel 3.12.
Tabel 3.13.
Tabel 3.14.
Tabel 3.15.
Tabel 3.16.
Tabel 3.17.

:
:
:
:
:
:

Tabel 2.2.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.

Tabel 3.18
Tabel 3.19.

:
:

Tabel 3.20

:

Tabel 4.1.

:

Tabel 4.2.

:

Tabel 4.3.

:

Tabel 4.4.

:

Tabel 4.5.

:

Hasil Validasi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis (Tes awal) Setiap Butir
Hasil Validasi Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis (Tes akhir) Setiap Butir
Hasil Validasi Skala Disposisi Siswa Setiap Butir
Pernyataan
Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi rxy
Interpretasi Koefisien Reabilitas
Klasifikasi Daya Pembeda
Interpretasi Indeks Kesukaran
Interpretasi Koefisien Reabilitas
Interval Skor Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis
Kategori Tingkat Disposisi Matematis Siswa
Rancangan Analisis Data Untuk ANAKOVA
Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis Statistik,
Kelompok Data dan Jenis Ujian Statistik yang Digunakan
Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eksperimen 1 Secara Kuantitatif
Tes Akhir Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eksperimen 1 Secara Kuantitatif
Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eksperimen 2 Secara Kuantitatif
Tes Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa Kelas Eksperimen 2 Secara Kuantitatif
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Tes Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa
viii

50
72
74

78
79
80
81
82
82

83
83
85
86
87
88
93
93
94
96
107
109
110
111
112
115

Tabel 4.6.

:

Tabel 4.7.

:

Tabel 4.8.

:

Tabel 4.9.

:

Tabel 4.10.

:

Tabel 4.11.

:

Tabel 4.12.

:

Tabel 4.13.

:

Tabel 4.14.

:

Tabel 4.15.

:

Tabel 4.16.

:

Tabel 4.17.

:

Tabel 4.18.

:

Tabel 4.19.
Tabel 4.20.
Tabel 4.21.
Tabel 4.22.

:
:
:
:

Tabel 4.23.

:

Tabel 4.24.
Tabel 4.25.

:
:

Skor Awal Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2
Secara Kuantitatif
Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2
Secara Kuantitatif
Skor Awal Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1
Secara Kuantitatif
Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1
Secara Kuantitatif
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Disposisi Matematis Siswa
Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1
Deskripsi Uji Normalitas Data Tes Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2
Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Awal Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1
dan Eksperimen 2
Hasil Uji Homogenitas Varians Tes Awal Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1
dan Eksperimen 2
Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Eksperimen 1
Hasil Perhitungan Koefisien Persamaan Regresi Kelas
Eksperimen 2
Analisis Varians Untuk Uji Indenpendensi Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen 1
Analisis Varians Untuk Uji Indenpendensi Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen 2
Analisis Varians Uji Linieritas Kelas Eksperimen 1
Analisis Varians Uji Linieritas Kelas Eksperimen 2
Analisis Kesamaan Dua Model Regresi
Uji Kesejajaran Dua Model Regresi
Analisis Kovarians Tes Kemampuan Pemahaman
Konsep Matematis
Hasil Uji Rata-rata Skala Disposisi Matematis Siswa
Hasil Uji Mann-Whitney Skala Disposisi Matematis Siswa

ix

116
117
118
119
121
123
124
126

126
127
127
129
129
130
131
132
133
135
137
137

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.
Gambar 1.2
Gambar 3.1.
Gambar 4.1.
Gambar 4.2.
Gambar 4.3.
Gambar 4.4.
Gambar 4.5.
Gambar 4.6.
Gambar 4.7.
Gambar 4.8.
Gambar 4.9.
Gambar 4.10.
Gambar 4.11
Gambar 4.12
Gambar 4.13.
Gambar 4.14.
Gambar 4.15.

: Lingkaran o
Salah Satu Jawaban Siswa pada Tes Kemampuan
:
Pemahaman Konsep Matematis
: Prosedur Penelitian
Diagram Hasil Tes Awal Kemampuan Pemahaman
:
Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1
Diagram Hasil Tes Akhir Kemampuan Pemahaman
:
Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 1
Diagram Hasil Tes Awal Kemampuan Pemahaman
:
Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2
Diagram Hasil Tes Akhir Kemampuan Pemahaman
:
Konsep Matematis Siswa Kelas Eksperimen 2
Diagram Hasil Postes Kemampuan Pemahaman Konsep
: matematis Siswa pada Kelas Eksperimen 1 dan
Eksperimen 2
Diagram Hasil Skor Awal Disposisi Matematis Siswa
:
pada Kelas Eksperimen 2
Diagram Hasil Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa
:
pada Kelas Eksperimen 2
Diagram Hasil Skor Awal Disposisi Matematis Siswa
:
pada Kelas Eksperimen 1
Diagram Hasil Skor Akhir Disposisi Matematis Siswa
:
pada Kelas Eksperimen 1
Normalitas Tes Awal dan Akhir Kemampuan
:
Pemahaman Konsep Matematis Siswa
Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis
:
Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 1
Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis
:
Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 2
Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis
:
Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 3
Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis
:
Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 4
Proses Jawaban Tes Pemahaman Konsep Matematis
:
Siswa Butir 1 Kelas Eksperimen 2 dan Eksperimen 5

x

7
8
92
109
110
111
112
114
117
118
119
120
125
141
144
146
149
151

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu pilar penting untuk meningkatkan sumber

daya manusia yang berkualitas dan yang memiliki karakteristik tertentu seperti
wawasan pengetahuan yang luas, kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan
sehari-hari yang dihadapinya serta sikap dan perilaku yang positif terhadap
lingkungan alam sekitarnya dalam peningkatan kualitas dan kesejahteraan hidup
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan memegang peranan penting
dalam menentukan maju atau tidaknya suatu negara dengan menciptakan
masyarakat terpelajar sebagai syarat terbentuknya masyarakat yang maju, mandiri
dan kreatif. Dengan kata lain pendidikan menjadi tolak ukur maju mundurnya
suatu bangsa. Selain itu, pemerintah juga menuangkan pentingnya pendidikan
untuk mengembangkan potensi siswa dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional mengenai fungsi dan tujuan yang menyatakan
bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Hal tersebut merupakan bentuk usaha yang dibuat oleh pemerintah di
bidang pendidikan yang dapat diterapkan di sekolah. Sekolah merupakan salah
satu lembaga pendidikan formal yang melaksanakan serangkaian kegiatan proses

1

2

pembelajaran, yang mana matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
harus dipelajari dan dipahami oleh siswa disetiap jenjang pendidikan baik SD/MI,
SMP/MTs dan SMA/MA maupun Perguruan Tinggi. Karena pembelajaran
matematika memegang peranan penting dalam pengembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Matematika sebagai suatu disiplin ilmu memiliki
karakteristik yang berbeda dengan ilmu lainnya karena matematika bukan hanya
pengetahuan tentang objek tertentu tetapi juga menuntut cara berpikir untuk
mendapatkan pengetahuan itu, matematika menyajikan suatu cara bagaimana
manusia itu berpikir baik dilihat dari pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logik, matematika itu ialah bahasa yang menggunakan istilah
yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan
simbol yang jelas, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide daripada mengenai
bunyi. Matematika merupakan salah satu pendukung kemajuan IPTEKS, karena
sebagai salah satu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern,
matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mengembangkan daya pikir manusia di era globalisasi dan kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya menurut Cockroft (Abdurrahman, 2010 : 253), mengemukakan
bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: 1) selalu digunakan
dalam segala seni kehidupan, 2) semua bidang studi memerlukan keterampilan
matematika yang sesuai, 3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan
jelas, 4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5)
meningkatkan kemampuan belajar logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, 6)
memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Hal
ini juga menunjukkan betapa matematika memberikan siswa banyak pengetahuan

3

dan sarana untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan
disposisi matematis siswa dalam belajar memecahkan masalah yang menantang
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengembangan kemampuan pembelajaran matematis juga dapat dilihat dari
rumusan tujuan pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan KTSP 2006
dalam (Sumarmo, 2011 : 23) pengembangan kemampuan matematika dan nilai
diatas termuat dalam rumusan tujuan pembelajaran matematika : a) memahmai
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah, b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dari beberapa pernyataan matematika, c) memecahkan masalah,
d) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan, e) dan memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan matematika
memegang peranan penting dalam menentukan maju atau tidaknya suatu negara
dengan

menciptakan

masyarakat

terpelajar

sebagai

syarat

terbentuknya

masyarakat yang maju, mandiri dan kreatif yang dapat menciptakan bangsa yang
lebih baik lagi.
Diantara kemampuan matematika siswa yang sangat penting untuk
dikembangkan dikalangan siswa adalah kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa terhadap konsep di dalam matematika, karena jika siswa

4

mempunyai pemahaman terhadap konsep paling tidak siswa akan tertarik lebih
lanjut untuk mempelajari matematika. Sejalan dengan Joyce, dalam Rahmi
(2012:57) mengatakan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep
matematis yang dimiliki siswa dapat dilihat dari indikator : 1) menyatakan ulang
sebuah konsep; 2) mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai
dengan konsep; 3) memberikan contoh bukan contoh dari konsep; 4) menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 5) mengembangkan syarat
perlu atau syarat cukup dari suatu konsep; 6) menggunakan, memamfaatkan dan
memilih prosedur tertentu; dan 7) mengaplikasikan konsep atau algoritma ke
pemecahan masalah. Menurut Walle (2008 : 27) mengungkapkan ”ada beberapa
keuntungan pemahaman konsep bagi siswa, diantaranya meningkatkan ingatan,
meningkatkan kemampuan pemecahan soal, membangun sendiri pemahaman, dan
memperbaiki sikap dan percaya diri”.
Pemahaman

konsep

matematis

adalah

kemampuan

siswa

dalam

menerapkan, mengidentifikasi dan menghubungkan konsep-konsep, prinsipprinsip dan ide-ide matematika untuk memperoleh makna atau arti sesuatu dari
ide-ide abstrak yang dapat digunakan seseorang untuk menuliskan konsep
matematis. Sedangkan menurut Joyce (2009:136) menyatakan seorang siswa
dikatakan telah memahami suatu konsep apabila mampu menjelaskan defenisi
dengan kata-kata sendiri menurut sifat-sifat/ciri-ciri yang esensial, mampu
membuat/menyebutkan contoh dan bukan contoh, dan mampu mendeskripsikan
pemikirannya atau menyelesaikan masalah. Kemampuan pemahaman konsep
matematis dapat diartikan sebagai kemampuan memaknai suatu konsep dengan
pertanyaan mengapa, dari mana, atau bagaimana suatu konsep tersebut. Tanpa

5

memahami konsep maka siswa akan sulit dalam memaknai dan menggunakan
konsep tersebut dalam pembelajaran. Jika siswa mempunyai pemahaman
matematis yang baik, paling tidak siswa akan lebih tertarik untuk mempelajarai
matematik.
Namun kenyataannya pembelajaran matematika belum mencapai taraf
kualitas yang diharapkan, khususnya pemahaman konsep matematis siswa
terhadap pembelajaran matematika dan masih jauh dari kata memuaskan, karena
matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, rumit, membosankan, tidak
menarik, tidak menyenangkan, dan matematika dianggap sebagai pelajaran yang
menakutkan bagi sebagian besar siswa. Ansari (2012 : 2) juga mengemukakan
bahwa: Merosotnya pemahaman matematika siswa di kelas antara lain karena : (a)
dalam mengajar guru sering mencontohkan pada siswa bagaimana menyelesaikan
soal; (b) siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru melakukan
matematika, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri; dan (c) pada saat
mengajar matematika, guru langsung menjelaskan topik yang akan dipelajari,
dilanjutkan dengan pemberian contoh, dan soal untuk latihan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil Trend in Internasional Mathematics and
Science Study (TIMSS) sebuah studi yang diselenggarakan oleh International
Association for the Evaluation Achievement (IEA), seperti yang di langsir dari
kementerian pendidikan dan kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih
Indonesia masih di bawah rata-rata Internasional. Hasil studi TIMSS 2003,
Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata
411, sedangkan skor internasional 467. Hasil TIMSS 2007, Indonesia berada di
peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor

6

rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru yaitu hasil studi TIMSS 2011,
Indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata
386,

sedangkan

skor

rata-rata

internasional

500

(IEA,

2012).

(http://nasional.sindonews.com/read/804091/15/pembelajaran-matematika-diindonesia-masuk-peringkat- rendah-1384111047).
Jika dibandingkan dengan negara ASEAN, seperti Singapura, Thailand dan
Malaysia, posisi Indonesia masih di bawah negara-negara tersebut. Hasil studi
TIMSS 2003, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 1 dan 10 dengan skor
rata-rata 605 dan 508. Hasil studi TIMSS 2007, Singapura dan Malaysia berada
diperingkat 3 dan 20 dengan skor rata-rata 593 dan 474. Hasil TIMSS 2011.
Singapura dan Malaysia berada di peringkat 2 dan 26 dengan skor rata-rata 611
dan 440. (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss).
Dapat kita lihat bahwa kemampuan-kemampuan matematika siswa
khususnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa belum menunjukkan
hasil yang memuaskan, bahkan dapat dikatakan masih sangat jauh dari hasil yang
memuaskan dan sangat mengkhawatirkan, sehingga berbuntut kepada sikap
negatif siswa terhadap matematika. Menurut Abdurrahman (2010:251) bahwa
“orang banyak memandang matematika sebagai bidang studi yang paling sulit”.
Sehingga tidak heran kalau banyak siswa yang tidak senang terhadap pelajaran
matematika di sekolah sering kali menjadi momok, siswa mengganggap
matematika pelajaran yang sulit, anggapan tersebut tidak terlepas dari persepsi
yang berkembang dalam masyarakat tentang matematika merupakan ilmu yang
abstrak,

penuh

dengan

lambang-lambang

dan

rumus-rumus

yang

membingungkan, yang muncul atas pengalaman kurang menyenangkan ketika

7

belajar matematika di sekolah. Menurut Junaidah (2013:55) bahwa rendahnya
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa terlihat dari kualitas
pemahaman matematis siswa yang disebabkan oleh proses pembelajaran dimana
guru terlalu berkonsentrasi pada latihan soal yang bersifat prosedural sehingga
tidak memungkinkan siswa cepat memperoleh makna dari kegiatan pembelajaran.
Dimana pembelajaran matematika yang dilakukan selama ini kurang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam mengemukakan ide dan
gagasan yang akan mengarahkan kepada pembentukan pengetahuan matematika
mereka sendiri dan siswa lebih banyak bergantung pada guru yang mengakibatkan
pembelajaran terpusat pada guru (teacher-centred) dimana guru berperan aktif
sementara siswa menjadi pasif.
Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa penting untuk di
kembangkan, namun pada kenyataannya pemahaman konsep matematis siswa
masih rendah. Hal ini terlihat pada contoh kasus yang ditemukan peneliti yang
memberikan soal pemahaman konsep matematis kepada siswa sebagai berikut:
C

Perhatikan lingkaran yang berpusat
di

o pada gambar 1 disamping!

Sebutkanlah semua garis yang

O

D

B

merupakan jari-jari dan diameter
pada lingkaran gambar 1 tersebut!
E

A
F
Gambar 1. Lingkaran

o

Dari soal yang diberikan guru kepada siswa, berikut ini merupakan salah
satu jawaban siswa dari soal tersebut.

8

Gambar 2. Salah satu jawanban siswa pada tes kemampuan
pemahaman konsep matematis.
Lembar jawaban ini memperlihetkan bahwa kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa masih rendah, karena siswa tidak dapat membedakan
mana yang disebut jari-jari dan diameter dari lingkaran diatas, sehingga tidak
mampu menuliskan apa yang diketahui dari gambar lingkaran pada soal tersebut.
Hal ini juga disebabkan karena pemahaman konsep matematis siswa tentang
lingkaran masih rendah. Akibatnya siswa pun tidak dapat menyelesaikan soal
yang menuntut pemahaman konsep matematis dengan benar. Ini disebabkan
kurangnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang kurang
memadai juga turut mempengaruhi cara siswa menganalisis permasalahan yang
mereka hadapi, sehingga siswa tidak mampu untuk menyelesaikan masalahnya.
Dari gambaran jawaban siswa di atas dapat diketahui pula bahwa guru
dalam pembelajaran matematika hanya menyampaikan materi pelajaran sesuai
dengan tuntutan kurikulum, tanpa memperhatikan makna yang diperoleh siswa
dari pembelajaran sehingga pembelajaran matematika tidak berarti bagi siswa. Hal

9

ini disebabkan karena siswa hanya menghapalkan materi-materi yang diberikan
guru. Dengan ilmu yang diperoleh dari penghapalan ini, mengakibatkan siswa
hanya mengingat pengetahuan yang diperoleh tanpa mengetahui bagaimana
proses dari pengetahuan tersebut. Pengetahuan yang diperoleh dengan hapalan
tidak bisa bertahan lama karena hanya mengandalkan ingatan. Hal ini yang
menyebabkan rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis siswa
terhadap matematika yang berujung pada rendahnya hasil belajar siswa yang tidak
sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal sekolah.
Padahal kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu
kemampuan matematis yang diharapkan dapat dimiliki siswa sebagai salah satu
kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika baik berupa
lambang-lambang, symbol-symbol dan rumus-rumus yang dituangkan kedalam
ide-ide maupun bentuk grafik, tabel, diagram, gambar, persamaan. Hal ini yang
menjadi alasan peneliti untuk mengangkat kemampauan pemahaman konsep
matematis sebagai salah satu kemampuan matematis yang sangat penting.
Selain pentingnya suatu kemampuan pemahaman konsep matematis dalam
pembelajaran matematika bagi siswa, hal lain yang dianggap penting adalah sikap
siswa dalam mempelajari matematika yang salah satunya adalah disposisi
matematis siswa. Disposisi matematis siswa dapat dimaknai sebagai kesukaan dan
apresiasi terhadap matematika, kecenderungan untuk berfikir dan bertindak
dengan positif, termasuk kepercayaan terhadap diri sendiri, ketekunan serta
antusias dalam belajar, gigih dalam menghadapi permasalahan, fleksibel, mau
berbagi dengan orang lain, serta reflekstif dalam kegiatan matematik. Seperti kata
Nurjaman (2014: 377) bahwa “disposisi matematik akan memberi banyak manfaat

10

diantaranya, transfer of knowledge terhadap siswa akan berjalan sesuai yang
diharapkan, suasana pembelajaran menjadi menyenangkan yang pada akhirnya
akan menghasilkan hasil yang maksimal serta guru akan lebih semangat dalam
menjalankan tugasnya di kelas”.
Disposisi

sangat

penting

perannya

dalam

membuat

pembelajaran

matematika berjalan baik. Disposisi matematis merupakan salah satu faktor yang
ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa memerlukan disposisi yang
akan menjadikan mereka gigi menghadapi masalah yang lebih menantang, untuk
bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri, dan untuk mengembangkan
kebiasaan baik di matematika. Bahkan lebih dari itu, disposisi matematis berperan
dalam membuat siswa menikmati pembelajaran matematika dan pada gilirannya
membuat siswa dapat mendapatkan manfaat dan menerapkan matematika dalam
kehidupannya sehari-hari. Menurut Sukamto (2013 : 93) bahwa “disposisi
matematis berkaitan dengan peserta didik dalam menyelesaikan masalah
matematikayang mencakup sikap percaya diri, tekun, berminat, dan berpikir
fleksibel untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian masalah.”.
Disposisi matematis memiliki peran yang esensial dalam pembelajaran
matematika di sekolah. Seperti pendapat Husen (2014: 482) bahwa “esensialitas
disposisi matematis siswa akan terwujud jika disposisi dipandang sebagai salah
satu faktor yang turut menentukan keberhasilan belajar siswa. Sejalan dengan hal
tersebut, dalam proses belajar siswa cenderung membutuhkan rasa percaya diri
dan kegigihan dalam menghadapi setiap masalah yang diberikan”. Dari
pernyataan ini disimpulkan bahwa kepercayaan diri, ketekunan, kegigihan,
keingintahuan dan sikap reflektif sangat diperlukan dalam pembelajaran

11

matematika. Menurut Husnidar, dkk (2014 : 76) bahwa “disposisi adalah
kecenderungan secara sadar pada manusia yang ditunjukkan ketika berintekrasi
dengan sesama, dengan kata lain disposisi itu menunjukkan karakteristik
seseorang. Siswa yang memiliki disposisi tinggi akan lebih gigih, tekun, dan
berminat untuk mengeksplorasi dan mencoba hal-hal baru. Hal ini memungkinkan
siswa tersebut memiliki pengetahuan lebih dibandingkan siswa yang tidak
menunjukkan perilaku demikian. Pengetahuan inilah yang menyebabkan siswa
memiliki kemampuan-kemampuan tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa disposisi matematis menunjang kemampuan matematis siswa.
Dari penjelasan di atas, tampak pentingnya disposisi matematis siswa dalam
belajar matematika. Namun kondisi di lapangan belum sesuai dengan yang
harapan. Berdasarkan wawancara peneliti dengan siswa SMP Negeri 5 Medan
yang bernama Fijar Maharani, mengatakan bahwa “matematika itu pelajaran yang
sangat sulit dipahami, gurunya menakutkan, dan banyak simbol-simbol yang tidak
dipahami, dan gurunya asyik sendiri dalam pembelajaran .” Sama halnya dengan
yang dikatakan Putri Adela siswa SMP Negeri 5 Medan kelas VIII “cara guru
mengajarkan matematika kurang menyenangkan, waktu terasa lama berputar
kalau belajar matematika, kalau bertanya kepada guru karena tidak mengerti,
malah dibilang tidak belajar dan memperhatikan.”
Terkait dengan hasil wawancara tersebut di atas, penulis pernah
memberikan satu pertanyaan kepada 60 siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Medan,
yaitu diantara kalian siapa yang suka pelajaran matematika?. Mendengar
pertanyaan tersebut, kebanyakan siswa dengan spontan dan secara bersamaan
menjawab tidak suka. Kemudian penulis mengarahkan agar siswa menuliskan

12

alasan dari jawabannya ke dalam selembar kertas. Dari hasil jawaban siswa
banyak variasi jawaban kenapa siswa tidak suka pelajaran matematika,
diantaranya karena matematika pelajaran yang sulit, membosankan, dan tidak
menarik, ada juga yang mengatakan bahwa guru dalam mengajar yang tidak
menarik bahkan sangat membosankan. Diantara 60 siswa hanya 15 siswa yang
menjawab suka pada pelajaran matematika.
Dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM 2000)
disposisi matematika memuat tujuh komponen : (1) Percaya diri dalam
menggunakan matematika, (2) Fleksibel dalam menggunakan matematika
(bermatematika), (3) Gigih dan ulet dalam mengerjakan tugas-tugas matematika,
(4) Penuh memiliki rasa ingin tahu dalam bermatematika, (5) Melakukan refleksi
atas cara berpikir, (6) Menghargai aplikasi matematika, dan (7) Mengapresiasi
peranan matematika.
Bedasarkan hasil diatas kita dapat melihat banyak siswa tidak suka belajar
matematika karena matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit, rumit,
membosankan, tidak menarik, tidak menyenangkan, dan matematika dianggap
sebagai pelajaran yang menakutkan bagi sebagian besar siswa. Ini disebabkan
karna kurangnya disposisi matematis siswa dan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Hal ini dapat kita lihat dari beberapa indikator disposisi
matematis yang tidak dimiliki siswa antara lain : banyaknya yang tidak percaya
diri dalam menjawab soal matematika, kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam
bermatematika, banyak siswa tidak merespon betapa besarnya peranan
matematika terhadap ilmu lain, dan tidak memiliki kemauan yang tinggi dalam
belajar matematika. Dibandingkan dengan siswa yang memiliki disposisi

13

matematis tinggi akan lebih gigih, tekun, dan berminat untuk mengeksplorasi dan
mencoba hal-hal baru. Hal ini memungkinkan siswa tersebut memiliki
pengetahuan lebih dibandingkan siswa yang tidak menunjukkan perilaku
demikian. Dengan sikap inilah yang menyebabkan siswa memiliki kemampuankemampuan tertentu. Dengan demikian disposisi matematis siswa merupakan
suatu hal yang harus ada dalam diri siswa yang berguna untuk meningkatkan
prestasi siswa dalam belajar matematika dan menunjang kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.
Dari beberapa masalah diatas kita dapat melihat bahwa masih rendahnya
kemampuan

pemahaman

konsep

matematis

dan

disposisi

siswa

yang

mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa yang tidak mencapai kriteria
ketuntasan minimal sekolah. Disamping itu rendahnya hasil belajar matematika
siswa tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola pembelajaran. Menurut
Marpaung (2004) guru cenderung memindahkan pengetahuan yang dimilki ke
pikiran siswa, mementingkan hasil dari pada proses, mengajarkan secara urut
halaman per halaman tanpa membahas keterkaitan antara konsep-konsep atau
masalah. Dalam pembelajaran matematika guru cendrung menekankan siswanya
untuk meniru guru cara menyelesaikan soal-soal sehingga lebih bersifat hapalan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Solichan (2011) di sekolah, guru matematika
masih cenderung membelajarkan penyelesaian soal matematika dengan cara
"menyontek" dari cara yang sudah ada. Hal itu kemudian diajarkan kembali
kepada peserta didiknya dalam waktu lima menit. Padahal, seorang ahli
matematika menyelesaikan soal itu bisa mencapai satu hari, sebab ahli matematika
menemukan sendiri cara menjawab soal itu, sedangkan guru lebih banyak meniru

14

cara orang lain untuk menyelesaikan soal, sehingga lebih bersifat hafalan. Hal
yang sama dikemukakan oleh Hadi (2010) yang menyatakan:
Beberapa hal yang menjadi ciri pembelajaran matematika di Indonesia
selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan
pelajaran dengan menggunakan metode ceramah atau Pembelajaran
matematika secara biasa sementara para siswa mencatatnya pada buku
catatan. Guru dianggap berhasil apabila dapat mengelola kelas sedemikian
rupa sehingga siswa-siswa tertib dan tenang mengikuti pelajaran yang
disampaikan guru, pengajaran dianggap sebagai proses penyampaian
fakta-fakta kepada para siswa. Siswa dianggap berhasil dalam belajar
apabila mampu mengingat banyak fakta, dan mampu menyampaikan
kembali fakta-fakta tersebut kepada orang lain, atau menggunakannya
untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Guru sendiri merasa belum
mengajar kalau tidak menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa.
Hal tersebut diatas biasanya terjadi karena pembelajaran yang biasanya di
lakukan oleh guru dalam kelas. Pendekatan yang digunakan oleh para guru pada
umumnya di sekolah merupakan pendekatan yang berpusat pada guru (teacher
oriented). Guru biasanya menyampaikan materi dalam buku paket, memberikan
informasi, pengertian, konsep secara langsung kepada siswa, memberikan contoh
penerapan rumus matematika, dan kemudian mengerjakan latihan-latihan yang
tidak sepenuhnya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Pendekatan pembelajaran tersebut memberi kesan yang kurang baik kepada
siswa, karena dapat menimbulkan sikap negatif siswa terhadap matematika.
Mereka hanya melihat matematika sebagai suatu kumpulan aturan dan latihanlatihan yang mendatangkan kebosanan. Tidak ada manfaatnya mempelajari
matematika dalam kehidupannya, karena aktivitas siswa hanya mengulang
prosedur atau menghafal tanpa diberi peluang lebih banyak berinteraksi dengan
sesama, ini dapat memberikan kesan bahwa matematika merupakan suatu hafalan
bukan untuk belajar bekerja sendiri. Hal ini juga sesuai dengan hasil temuan
Wahyudin seperti dikutip Effendi (2012: 3) yaitu sebagian besar siswa tampak

15

mengikuti dengan baik setiap penjelasan atau informasi dari guru, siswa sangat
jarang mengajukan pertanyaan pada guru sehingga guru asyik sendiri menjelaskan
apa yang telah disiapkannya, berarti siswa hanya menerima saja apa yang
disampaikan oleh guru. Guru pada umumnya mengajar dengan metode ceramah
dan ekspositori. Hal ini juga didukung oleh pendapat Ruseffendi yang dikutip
Effendi (2012: 4) yang menyatakan bahwa selama ini dalam proses pembelajaran
matematika di kelas, pada umumnya siswa mempelajari matematika hanya diberi
tahu oleh gurunya dan bukan melalui kegiatan eksplorasi. Itu semua
mengindikasikan bahwa siswa tidak aktif dalam belajar. Melalui proses
pembelajaran seperti ini, kecil kemungkinan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa dapat berkembang.
Berdasarkan fenomena diatas, sudah seharusnya guru mencari suatu cara
untuk dapat meningkatkan kemampuan matematis yang dimiliki siswa bahkan
sikap positif siswa dalam mempelajari matematika dan menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini kemampuan
matematis dan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yang
diharapkan meningkat adalah kemampuan pemahaman konsep matematis dan
disposisi matematis siswa dalam mempelajari matematika. Guru dapat melakukan
peningkatan terhadap kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi,
metode, model, strategi maupun pendekatan pembelajaran. Salah satu cara yang
dapat dilakukan guru untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika yaitu dalam penyusunan berbagai macam skenario kegiatan
pembelajaran di kelas. Agar pembelajaran tersebut berjalan sesuai dengan
kompetensi dan tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai khususnya dalam

16

pembelajaran matematika, guru dapat menerapkan suatu pendekatan pembelajaran
yang dapat membangun pengetahuan siswa agar kemampuan pemahaman konsep
matematis dan disposisi belajar matematika siswa dapat ditingkatkan.
Salah satu pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan siswa adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa, pembelajaran yang mengkondisikan
siswa aktif dalam proses belajar matematika serta pembelajaran yang dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi
matematis siswa. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi
matematis siswa, diantaranya adalah pendekatan realistik dengan pendekatan
inkuiri. Pendekatan Realistik diadopsi dari Realistic Mathematic Education
(RME) dikembangkan di Belanda tahun 1970-an oleh Institut Freudenthal dan
saat ini telah berkembang luas diberbagai negara, termasuk Indonesia.
Pendekatan realistik merupakan bagian dari pendidikan matematika realistik
(PMR). Menurut Sanjaya (2010:127) bahwa pendekatan diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran dimana istilah
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wijaya (2012:28)
bahwa:
“Dalam Pendidikan Matematika Realistik, konteks yang digunakan diawal
pembelajaran ditujukan untuk titik awal pembangunan konsep matematika
dan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
eksplorasi strategi penyelesaian masalah. Selain bermanfaat untuk
mendukung kegiatan eksplorasi, penggunaan konteks di awal pembelajaran
juga akan bisa meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar.
Pembelajaran matematika yang langsung dimulai pada tahap matematika
formal seringkali menimbulkan kecemasan matematis (mathematical
anxiety) bagi siswa.”

17

Pendidikan Matematika Realistik (PMR) merupakan suatu pendekatan
dalam pembelajaran matematika di Belanda yang memiliki konsep utama yaitu
kebermaknaan konsep matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Freudhental
(dalam Wijaya, 2012:20) yang menyatakan bahwa proses belajar siswa hanya
akan terjadi jika pengetahuan (knowledge) yang dipelajari oleh siswa akan
bermakna bagi siswa itu sendiri. Sedangkan Cord menyatakan suatu pengetahuan
akan menjadi bermakna bagi siswa jika proses pembelajaran dilaksanakan dalam
suatu konteks atau pembelajaran menggunakan permasalahan realistik. Menurut
Wijaya (2012:21) penggunaan permasalahan realistik (context problem) dalam
PMR memiliki posisi yang jauh berbeda dengan penggunaan permasalahan
realistik dalam pendekatan mekanistik. Dalam PMR, permasalahan realistik
digunakan sebagai pondasi dalam membangun konsep matematika atau disebut
juga sebagai sumber untuk pembelajaran sedangkan dalam pendekatan mekanistik
permasalahan realistik ditempatkan sebagai bentuk aplikasi suatu konsep
matematika yang dijadikan sebagai kesimpulan atau penutup dari proses
pembelajaran.
Akan tetapi, seperti yang dikemukakan oleh Ibu Imelda Tampubolon, S.Si,
Bapak Ali Marwan Hasibuan, S.Pd dan Bapak Ali Rahman Hasibuan, S.PdI
selaku guru matematika SMP Negeri 5 Medan yang di wawancarai pada bulan
april 2016 dengan kesimpulan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran
matematika, guru matematika masih jarang menerapkan suatu pendekatan
pembelajaran

yang

dapat

membangun

pengetahuan

siswa,

selama

ini

pembelajaran yang dilakukan masih cenderung berpusat pada guru. Selama ini
materi pelajaran yang diberikan guru dan dibahas bersama siswa adalah materi

18

pelajaran formal (abstrak). Oleh karena itu, siswa sangat sering mengeluh ketika
membahas materi yang ada di buku paket di karenakan terlalu banyak kalimat dan
rumus yang harus dimengerti dan dihafal, sehingga kurang begitu menarik minat
belajar siswa untuk mempelajari matematika. Seharusnya, guru memberikan
materi diawal pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa
agar siswa tertarik dan senang mempelajari matematika bahkan menjadikan siswa
untuk lebih mudah mempelajari matematika.
Pendekatan inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara pendidik dan
peserta didik. Menurut Sefalianti (2014:14) Pembelajaran dengan pendekatan
inkuiri ini berpusat pada siswa sehingga siswa benar-benar terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran. Adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran tersebut mampu mendorong siswa untuk mendapatkan suatu
pemahaman konsep atau prinsip matematika yang lebih baik sehingga siswa akan
lebih tertarik terhadap matematika.
Pendekatan Pembelajaran Inkuiri dipilih dalam pembelajaran karena: 1)
Pendekatan inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna; 2) Pendekatan inkuiri
dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
mereka; 3) Pendekatan inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses

19

perubahan tinggkah laku berkat adanya pengalaman; 4) Dimana strategi
pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan
diatas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan
terhambat oleh siswa lain yang lemah dalam belajar.
Keberhasilan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi bagaimana
seorang guru dapat menguasai metode, model, strategi maupun pendekatan
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas dan tujuan pembelajaran yang
diharapkan tercapai khususnya dalam pembelajaran matematika, Selain itu
pendekatan matematika realistik juga berdampak langsung pada peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis siswa.
Hasibuan

(2011)

menyatakan

dalam

penelitiannya

bahwa

kemampuan

pemahaman konsep antara siswa yang memperoleh pembelajaran melalui PMR
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran melalui
pendekatan inkuiri. Begitu juga dengan disposisi matematis antara siswa yang
memperoleh pembelajaran melalui PMR lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang memperoleh pembelajaran melalui pendekatan inkuiri. Berdasarkan hasil
penelitian hasibuan mengatakan bahwa ada peningkatan kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa setelah diberi pembelajaran PMRI yang mana hasil ini
ditegaskan kembali dalam penelitian anisa.
Anisa, (2014) menyatakan dalam penelitiannya bahwa peningkatan
kemampuan pemahaman konsep matematis dan motivasi belajar siswa dengan
pembelajaran

pendidikan

matematika

realistik

lebih

baik

dibandingkan

peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis dan motivasi belajar
siswa dengan pendekatan CTL. Pembelajaran dengan pendidikan matematika

20

realistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam
pembelajaran dan memiliki sikap positif terhadap mata pelajaran matematika.
Berdasarkan hasil penelitian anisa bahwa dengan pendidikan matematika realistik
dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa hal ini di
perkuat oleh penelitian zubainur.
Zubainur, (2014) telah melakukan penelitian di tingkat Sekolah Dasar (SD)
untuk melihat disposisi siswa dalam kelas matematika dengan menggunakan
Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI). Penelitian ini menunjukkan
bahwa disposisi matematika untuk siswa yang diajar menggunakan PMRI lebih
tinggi daripada siswa yang menggunakan pendekatan konvensional dengan hasil
menunjukkan bahwa pendekatan PMRI dapat dijalankan di Aceh, tetapi belum
seutuhnya.
Jelas di tegas oleh beberapa penelitian sebelumnya bahwa RME (Realistic
Mathematics Education) atau pendekatan realistik memiliki peranan yang sangat
penting dalam proses pembelajaran matematika, yang mana dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematis dan disposisi matematis siswa.
Dimana ini merupakan salah satu pembelajaran yang dapat membangun
pengetahuan siswa, pembelajaran yang berpusat pada siswa serta pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis dan
disposisi matematis siswa dengan menerapkan suatu pendekatan realistik atau
pendidikan matematika realistik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa perlu untuk merealisasikan
upaya tersebut dalam suatu penelitian dengan judul : “Perbedaan Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematis dan Disposisi Matematis Antara Siswa Yang

21

Diberi Pendekatan Realistik Dengan Pendekatan Inkuiri Di SMP Negeri 5
Medan”.

1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan maka dapat

diidentifikasi masalah yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa
2. Rendahnya motivasi siswa untuk belajar khususnya matematika
3. Siswa masih mengalami kesulitan belajar matematika
4. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep matematis yang dimiliki
peserta didik.
5. Rendahnya disposisi matematis yang dimiliki peserta didik.
6. Kurangnya perhatian pelaku pendidik terhadap kemampuan pemahaman
konsep matematis dan disposisi matematis peserta didik.
7. Pendekatan pembelajaran yang kurang tepat.
8. Pendekatan pembelajaran matematika yang digunakan guru belum
bervariasi seperti : pendekatan realistik, pendekatan inkuiri dan pendekatanpendekatan pembelajaran lainya
9. Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru masih mendominasi dalam kelas
dan siswa kurang aktif, sehingga pembelajaran kurang menyenangkan.
10. Proses jawaban yang diberikan siswa masih kurang tepat.
11. Pembelajaran matematika di kelas kurang melibatkan pera

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan kemampuan menulis matematis melalui pendekatan matematika realistik (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas III MIN Bantargebang)

3 18 199

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN REALISTIK BERBANTUAN GEOGEBRA DAN KONTEKSTUAL DI SMP NEGERI 1 ANGKOLA TIMUR.

0 1 44

PERBEDAAN KEMAMPUAN SPASIAL DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PEMBELAJARAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK BERBANTUAN APLIKASI WINGEOM DENGAN BERBANTUAN APLIKASI CABRI DI MTS S ISLAMIYAH KOTAPINANG.

0 9 39

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN REALISTIK DAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI KELAS VII SMP NEGERI 23 MEDAN TAHUN AJARAN 2016/2017.

0 3 28

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS ANTARA SISWA YANG DIBERI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI MTSN 1 RANTAUPRAPAT.

0 2 33

PERBEDAAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DENGAN PENDEKATAN EKSPOSITORI DI SMP NEGERI TAKENGON.

0 2 43

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK.

0 2 39

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS, BERPIKIR ALJABAR, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK.

1 3 97

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, PEMECAHAN MASALAH, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK.

3 26 59

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, PEMECAHAN MASALAH, DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK.

5 12 69