PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE T.A 2012/2013.

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan berkatNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan waktu yang
direncanakan.
Skripsi ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe T.A 2012/2013” disusun untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika,

Fakultas Matematika Dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak
Drs. Syafari, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan
skripsi ini sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Prof. Dr. Asmin,

M.Pd dan Bapak Mulyono, S.Si.,M.Si, yang telah memberikan masukan dan
saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dra. Nerli Khairani, M.Si,
selaku dosen pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen
beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu
penulis. Penghargaan juga disampaikan kepada Bapak kepala sekolah (Bapak
Bastaria Sinulingga, S.Pd, M.Pd) dan Bapak guru matematika (Bapak J.Lubis ) di
SMA Negeri 2 Kabanjahe yang telah banyak membantu selama penelitian ini.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ibunda Seni Modelina
Sinuraya dan Ayahanda Teruna Bakti Perangin-angin yang telah banyak memberi
kasih sayang, semangat, nasehat, dan doa sehingga perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Buat Abangda Handy Theorema
Perangin-angin,

dan Adinda Trynanda Modesta Perangin-angin yang telah

memberikan doa dan motivasi kepada penulis. Terima kasih buat sahabatku Fretty
Junita L, Vran Siska Barus, Teddy Alfra Siagian yang saling memotivasi dalam

v


penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga buat teman-teman seperjuangan DIK
B’09 yang memberikan dukungan dan masukan kepada penulis. Khususnya
terima kasih kepada yang terkasih Hendro Handoko Sihite yang telah banyak
membantu, memberi masukan dan selalu memberi semangat dan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini,
namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan
baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.
Penulis berharap kiranya skripsi ini berguna bagi penulis dan pembaca dalam
usaha peningkatan pendidikan di masa yang akan datang.

Medan,

Agustus 2013

Charlely Tesi P
NIM.409111016


iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2
KABANJAHE T.A. 2013/2014
Charlely Tesi (409111016)
ABSTRAK
Masalah dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar
matematika siswa yang masih rendah, sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada bentuk pangkat dan akar di
kelas X SMA negeri 2 Kabanjahe T.A. 2013/2014.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2
Kabanjahe T.A. 2013/2014 yang berjumlah 32 orang dan objek dalam penelitian
ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi bentuk pangkat dan akar
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah observasi dan tes.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri
dari 2 siklus. Dalam pelaksanaan siklus I, siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok asal secara heterogen berdasarkan tes awal. Kelompok tersebut terdiri
dari 2 (berpasangan). Sedangkan pada pelaksanaan siklus II, kelompok asal
dibentuk berdasarkan hasil THB I dimana setiap kelompok terdiri dari 2 orang
(berpasangan) .
Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan aktivitas belajar siswa
berada pada kategori peningkatan sedang dimana meningkat sebesar 25% dari
56,24% di siklus I menjadi 81,24% di siklus II. Hasil belajar siswa juga
mengalami peningkatan yang termasuk pada kategori peningkatan sedang,
peningkatan ini dilihat dari adanya penambahan jumlah siswa yang memperoleh
ketuntasan belajar yaitu 8 orang, dari 20 orang di siklus I menjadi 28 orang di
siklus II dan peningkatan nilai rata-rata kelas sebesar 9 dari 62,84 di siklus I
menjadi 71,84 di siklus II. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan dengan kategori sedang pada aktivitas dan hasil belajar siswa setelah
diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada materi
bentuk pangkat dan akar di kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe T.A. 2013/2014.

DAFTAR TABEL

Halaman


Tabel 2.1 Indikator Aktivitas Siswa

13

Tabel 2.2 Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan konvensional

19

Tabel 2.3 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

20

Tabel 3.1 Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran

38

Tabel 3.2 Kriteria Aktivitas Siswa

39


Tabel 4.1 Tingkat ketuntasan hasil belajar siswa pada tes awal

44

Tabel 4.2 Data Kesalahan siswa pada tes awal

45

Tabel 4.3 Deskripsi hasil observasi guru dalam pembelajara siklus I

51

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Belajar siswa I

52

Tabel 4.5 Deskripsi Tes Hasil Belajar I

53


Tabel 4.6 Paparan nilai tes hasil belajar siswa

54

Tabel 4.7 Data kesalahan siswa pada tes hasil belajar I

56

Tabel 4.8 Deskripsi hasil observasi guru dalam pembelajaran siklus II

66

Tabel 4.9 Deskripsi hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa II

67

Tabel 4.10 Deskripsi Tes Hasil Belajar II

68


Tabel 4.11 Paparan nilai tes hasil belajar II

69

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

13

DAFTAR GRAFIK

Halaman

Grafik 4.1. Peningkatan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II

74

Grafik 4.2. Peningkatan Aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II


75

Grafik 4.3. Peningkatan indikator aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II

75

Grafik 4.4. Peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus I ke siklus II

76

Grafik 4.5. Peningkatan ketuntasan belajar siswa

77

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. RPP Siklus I


83

Lampiran 2. RPP Siklus II

93

Lampiran 3. Lembar Aktivitas Siswa I

106

Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa II

118

Lampiran 5. Kisi-kisi THB I

127

Lampiran 6. Kisi-kisi THB II


128

Lampiran 7. Tes Hasil Belajar I

129

Lampiran 8. Tes Hasil Belajar II

131

Lampiran 9. Alternatif THB I

133

Lampiran 10 Alternatif THB II

136

Lampiran 11 Validitas THB I

140

Lampiran 10. Validitas THB II

143

Lampiran 13. Lembar observasi aktivitas siswa

146

Lampiran 14. Pedoman penilaian aktivitas siswa

154

Lampiran 15 Lembar observasi pembelajaran

156

Lampiran 16 Pedoman penilaian pembelajaran

160

Lampiran 17 Data Hasil Observasi Aktivitas siswa

162

Lampiran 18 Keterkaitan antara aktivitas belajar dan hasil belajar siswa

175

Lampiran 18 Dokumentasi Penelitian

178

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kualitas pembelajaran dan prestasi belajar matematika di Indonesia sampai
saat ini masih belum mengalami perubahan yang menggembirakan. Secara umum
prestasi belajar matematika siswa SMA di Indonesia lebih rendah dibandingkan
dengan prestasi belajar mata pelajaran lainnya. Seperti yang diungkapkan dalam
(http://sains.kompas.com/read/2012/06/02) “Siswa yang mengikuti ujian nasional
2012 yang tidak lulus terbanyak dalam mata pelajaran matematika, kemudian
diikuti Bahasa Inggris, IPA, dan Bahasa Indonesia, ungkap Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan, Mohammad Nuh. “Seluruhnya 229 siswa tidak lulus mata
pelajaran matematika,” ungkap nya kepada pers saat menyampaikan hasil Ujian
Nasional (UN) 2012. “Hal ini disebabkan siswa tidak dapat memenuhi batas
minimal kelulusan yang ditargetkan”.
Salah satu penyebab rendahnya prestasi belajar tersebut adalah secara
umum siswa masih menganggap bahwa matematika itu sulit. Abdurrahman
(2003:252) menjelaskan: “Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah,
matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa
baik yang berkesulitan belajar maupun bagi yang tidak berkesulitan belajar”.
Disamping itu belum digunakannya pembelajaran yang variatif, interaktif, dan
menyenangkan akan memicu siswa tidak menyukai matematika dan menganggap
matematika sebagai pelajaran yang menakutkan. Pembelajaran lebih terpusat pada
guru, bukan pada siswa. Guru mendominasi pembelajaran, sementara siswa hanya
menjadi pendengar dan pencatat yang baik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Turmudi (2008:10) menjelaskan bahwa:
“Ilmu pengetahuan (matematika) yang selama ini disampaikan
menggunakan system transmission knowledge (bagaikan menuangkan air
dari poci ke dalam gelas), siswa disuruh diam dengan “manis”,
mendengarkan expository (uraian dan penjelasannya) guru, menirukan
ucapan guru, mengimitasikan proses menggambarnya guru, mengkopi apa
1

2

yang diberikan guru didepan kelas. Dengan kata lain semuanya adalah
aktivitas pasif”.
Hal ini berdampak pada sikap siswa yang kurang mandiri, tidak berani
mengungkapkan pendapat sendiri, selalu meminta bimbingan guru dan kurang
gigih mencoba menyelesaikan masalah matematika, sehingga pengetahuan yang
dipahami siswa hanya sebatas yang diberikan guru. Kenyataan pengajaran
matematika seperti ini membuat pengajaran matematika menjadi tidak menarik,
sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar matematika yang pada akhirnya
mengakibatkan penguasaan siswa terhadap matematika menjadi relatif rendah.
Dimyati (2006:238) menjelaskan: “Faktor intern yang berpengaruh dalam
proses belajar siswa adalah (1) Sikap terhadap belajar, (2) Motivasi belajar, (3)
Konsentrasi belajar, (4) Mengolah bahan belajar, (5) Menyimpan perolehan hasil
belajar, (6) Menggali hasil belajar yang tersimpan, (7) Kemampuan berprestasi
atau unjuk hasil belajar, (8) Rasa percaya diri siswa, (9) Intelegensi dan
keberhasilan belajar, (10) Kebiasaan belajar dan (11) Cita-cita siswa. Sedangkan
faktor ekstern yang berpengaruh dalam proses belajar siswa adalah (1) Guru
sebagai pembina siswa belajar, (2) Prasarana dan sarana pembelajaran, (3)
Kebijakan penilaian, (4) Lingkungan sosial siswa di sekolah dan (5) Kurikulum

Masalah tersebut juga terjadi di SMA Negeri 2 Kabanjahe, prestasi hasil
belajar matematika juga masih relatif rendah. Hal ini terlihat dari data perolehan
nilai rata-rata hasil ujian semester. Dari 32 siswa, hanya 6 siswa yang mencapai
kriteria ketuntasan minimal (

), 26 siswa lainya memperoleh nilai < 67 atau

dibawah nilai KKM . Sesuai ketentuan Depdikbud (dalam Daryanto, 2011: 191),
yaitu kelas dikatakan tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah
mencapai daya serap lebih atau sama dengan 65% pembelajaran. Dalam hal ini, di
kelas X SMA Negeri 2 Kabanjahe, hanya 18,75 tingkat kelulusan yang diperoleh
dan hal tersebut masih jauh dari kata baik.

3

Melihat rendahnya hasil belajar siswa tersebut, pihak sekolah mengaku telah
melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan antara lain
melengkapi buku-buku perpustakaan, mendisplinkan proses belajar mengajar baik
siswa maupun guru, dan mengikutsertakan guru dalam pelatihan-pelatihan, setiap
guru mata pelajaran wajib membuat perangkat-perangkat pembelajaran seperti
program tahunan, program semester, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran.
Namun, walau demikian hasil belajar matematika siswa masih cenderung rendah.
Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk memilih SMA Negeri 2 Kabanjahe
sebagai lokasi untuk melakukan penelitian.

Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi awal yang dilakukan pada
february 2013, terhadap guru dan siswa yang hasil belajarnya rendah . Adapun
hasil observasi dan wawancara terkait dengan siswa yang tidak tuntas ditemukan
beberapa jawaban antara lain:
1. Siswa menganggap pelajaran matematika sebagai pelajaran yang sulit dan
rumit apalagi penyampaiannya dengan metode ceramah khususnya pokok
bahasan bentuk pangkat dan akar,
2. Masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru dalam menjelaskan
materi.
3. Sering kali ketika diberi kesempatan untuk bertanya siswa hanya berdiam,
sementara siswa belum memahami materi yang disampaikan guru.
4. Kadang kala jika ada siswa yang bertanya kepada guru, teman-temannya malah
melecehkannya.
5. Sebagian besar siswa tidak dapat mengerjakan latihan, sementara mereka tidak
berusaha untuk membaca buku untuk mengerjakan latihan tersebut atau
bertanya kepada temannya yang dapat mengerjakan.

4

Disamping itu , dari hasil wawancara terhadap guru matematika, Ibu S.N.
Sinuraya, mengatakan bahwa salah satu nilai siswa yang agak rendah yaitu pada
materi bentuk pangkat dan akar. Dan setelah peneliti melakukan tes awal terlihat
bahwa siswa belum memahami sifat-sifat operasi aljabar pada bilangan yang
sebenarnya itu merupakan prasyarat dalam materi tersebut. Menurut ibu S.N.:
“ Hasil belajar matematika siswa secara umum masih rendah, masih
banyak siswa yang memperoleh nilai dibawah rata-rata. Saya melihat,
secara umum siswa memang kurang menyukai pembelajaran matematika,
siswa sangat pasif, sehingga tidak ada keinginan untuk belajar matematika
itu sendiri. Sudah sering dilakukan motivasi namun mereka memang
seolah tidak berniat untuk mengikuti pembelajaran.”
Jika diperhatikan, secara umum siswa tidak memiliki keinginan untuk
belajar matematika yang terlihat dari rasa bosan, jenuh siswa pada pembelajaran .
Tidak ada ketertarikan sehingga siswa lebih memilih untuk pasif atau tidak aktif.
Slavin (dalam Trianto, 2009: 30) mengatakan bahwa ”Perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan
aktif berinteraksi dengan lingkungannya”. Dapat dikatakan bahwa aktivitas
merupakan salah satu hal yang mempengaruhi proses pembelajaran. Namun, jika
permasalahan ini masih berlanjut aktivitas belajar siswa ini akan semakin
menurun. Semakin lama siswa akan semakin bosan, dan menganggap matematika
sebagai mata pelajaran tuntutan kurikulum saja . Siswa tidak dapat menerima
makna dari pembelajaran matematika itu sendiri dan pada akhirnya akan
berdampak pada hasil belajar siswa.

Melihat besarnya dampak dari aktivitas siswa terhadap hasil belajar siswa
pada bidang study matematika, hendaklah dilakukan upaya untuk meningkatkan
aktivitas siswa . Kurangnya aktivitas dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
berbagai faktor satu diantaranya model pembelajaran yang digunakan oleh guru.
Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti di SMA Negeri 2 Kabanjahe
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika disekolah tersebut secara umum
masih menggunakan model pembelajaran konvensional yakni ceramah, Tanya
jawab, dan pemberian tugas. Pembelajaran banyak didominasi guru sementara

5

siswa duduk secara pasif menerima informasi Kondisi ini menunjukkan bahwa
metode yang digunakan guru masih kurang bervariasi.

Lie ( 2010; 3) mengemukakan bahwa :
“Tuntutan dalam dunia pendidikan sudah banyak berubah. Kita tidak bisa
lagi mempertahankan paradigma lama bahwa jika seseorang mempunyai
pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti dapat mengajar.
Banyak guru masih menganggap paradigma lama ini satu-satunya
alternative. Mereka mengajar dengan metode ceramah mengharapkan
siswa Duduk, Diam , Dengar , Catat dan Hapal ( 3DCH) serta mengadu
siswa satu sama lain.”
Oleh karena itu Lie (2010; 4-5) juga mengemukakan bahwa :
“Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar dan
mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut :
1. Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan siswa.
2. Siswa membangun pengetahuan secara aktif
3. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan
siswa.
4. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi
guru dan siswa.”
Strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah
diskusi kelas, Namun kenyataannya, strategi ini tidak terlalu efektif karena
meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi , kebanyakan
siswa hanya diam dan menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh
beberapa siswa saja. Menurut Isjoni ( 2009; 20)
“Salah satu metode pembelajaran yang berkembang saat ini adalah
pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini menggunakan kelompokkelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi,
saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah
belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan
saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan
materi masalah dalam belajar.”

6

Ada beberapa model pembelajaran kooperatif yang dapat dikembangkan
dalam pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe TPS (
Think Pair Share) . Model pembelajaran kooperatif tipe TPS ini melibatkan siswa
berperan aktif , aktif untuk diri sendiri, aktif untuk berdiskusi dalam kelompok,
dan aktif untuk berbagi hasil dengan yang lain. Menurut Frang Lyman (dalam
Trianto 2009; 81)
“Strategi Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Think Pair share merupakan suatu
cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan , dan prosedur
yang digunakan dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk
berpikir,untuk merespon dan saling membantu.”
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS
DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE
T.A. 2013/2014

1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi, yaitu:
1. Siswa masih menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit
2. Rendahnya aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas
3. Rendahnya hasil belajar matematika siswa
4. Pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru kurang bervariasi

1.3. Batasan Masalah
Batasan dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TPS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas
X SMA Negeri 2 Kabanjahe Tahun ajaran 2013/2014

7

1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka disusunlah rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2
Kabanjahe tahun ajaran 2013/2014 ?
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2
Kabanjahe tahun ajaran 2013/2014 ?

1.5.

Tujuan Penelitian :

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2
Kabanjahe tahun ajaran 2013/2014.
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share di kelas X SMA Negeri 2
Kabanjahe Tahun ajaran 2013/2014.

1.6. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas , maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat berikut :
1. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih berperan aktif dalam
pembelajaran matematika
2. Sebagai alternatif bagi guru mata pelajaran matematika dalam upaya
meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa
3. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran
4.

Sebagai bahan studi banding penelitian yang sama dikemudian hari.

81

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Arikunto, S., dkk., (2008), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Bumi Aksara,
Jakarta.
Daryanto.2011. Penelitian Tindakan Kelas dan penelitian Tindakan Sekolah.
Gava Media : Yogyakarta
Dimyati, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,
(2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal Penelitian
Mahasiswa Program Studi Pendidikan, FMIPA Unimed.
Hamalik, O, (2008), Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Bandung.
Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
antar Peserta Didik, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Gramedia : Jakarta.
Muntazhimah, (2011), Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan Bulat melalui Model Pembelajaran Kooperatif
tipe STAD Berbantuan Chip Bilangan pada Siswa Kelas VII SMP N 1
Lubuk Pakam T.A 2011/2012, FMIPA UNIMED, Medan.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, P.T. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.

Sihombing, W.L., (2012), Telaah Kurikulum Matematika, FMIPA Universitas
Negeri Medan, Medan.

82

Slameto,(2003), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Slavin, Robert .2005. Cooperative Learning. Nusa media: Bandung.
Sudjana, Nana, (2009), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Trianto,(2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika, Leuser
Cita Pustaka, Jakarta
Laporan Mendikbud dalam http://sains.kompas.com/read/2012/06/07 diakses
Rabu, 27 januari 2013. Pukul 14.00 WIB.
Wikipedia,

(http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar), Diakses 20 April 2013.