PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 2 SABAH BALAU LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR

SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 2 SABAH BALAU LAMPUNG SELATAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

YUSPA MAY LINDA

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS dengan menerapkan model cooperative learning tipe think pair share.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus dimana tiap siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, kinerja guru, dan tes hasil belajar. Teknik analisis data berupa analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata aktivitas siswa pada siklus I (57,59), siklus II (66,24) dan siklus III (78,65). Rata-rata aktivitas siswa pada siklus I ke siklus II meningkat sebesar 8,65, dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 12,41. Kemudian untuk rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I (65,88), siklus II menjadi (69,81) dan siklus III sebesar (81). Peningkatan nilai rata-rata kelas dari siklus I ke siklus II sebesar 3,93 dan pada siklus II ke siklus III meningkat sebesar 11,19. Sedangkan ketuntasan belajar pada siklus I (53,85%), siklus II (61,54%), dan siklus III (80,77%).

Kata kunci: Model cooperative learning tipe think pair share, aktivitas belajar, hasil belajar, IPS.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana pembentukan manusia seutuhnya serta untuk mengembangkan minat dan kepribadian siswa. Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia yang berbudi pekerti luhur, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa yang maju selalu diawali dengan kesuksesan pendidikan, sebab lembaga pendidikan adalah tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas serta menjadi motor penggerak kemajuan dan kemakmuran bangsa.

Hal tersebut sejalan dengan pengertian pendidikan berdasarkan Undang-undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Bab 1, pasal 1 bahwa, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menurut Ihsan (2008: 3−4) pendidikan bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan zaman. Pendidikan yang dikelola secara tertib, teratur, efektif, dan efisien akan mempercepat


(3)

tercapainya tujuan nasional. Pendidikan formal di Indonesia terbagi menjadi empat jenjang, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi (PT).

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 17 ayat 1 menegaskan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa pendidikan pada jenjang sekolah dasar merupakan penentu dalam membangun pondasi dan keberhasilan belajar siswa untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan pada jenjang sekolah dasar terdiri dari beberapa mata pelajaran, salah satu diantaranya adalah pelajaran IPS.

Djahiri (dalam Sapriya, dkk., 2006: 7) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Pembelajaran IPS tidak hanya bersifat hafalan dan pemahaman konsep saja, tetapi bagaimana proses dalam pembelajaran itu lebih bermakna, membuat siswa lebih aktif, mengembangkan rasa ingin tahu, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses pembelajaran tidak terlepas dari ketiga ranah tersebut, ketiganya saling terkait satu sama lain,


(4)

pengetahuan yang membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.

Guru merupakan komponen penting dalam sistem pendidikan. Berdasarkan kaitannya dengan pernyataan di atas, guru seharusnya mampu menentukan strategi atau model pembelajaran yang dipandang dapat sesuai dengan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. Joyce mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Trianto, 2010: 22). Berdasarkan hasil observasi dan diskusi dengan guru kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan pada tanggal 20 November dan 6 Desember 2012, ditemukan beberapa kekurangan. Selama proses pembelajaran guru kurang melibatkan siswa, saat menjelaskan materi guru lebih banyak terpaku pada buku cetak serta kurang mengoptimalkan model maupun metode pembelajaran lainnya secara maksimal. Pola pembelajaran bersifat guru-sentris (teacher centered). Siswa kurang berani bertanya dan mengemukakan pendapat. Kecenderungan pembelajaran yang demikian, mengakibatkan lemahnya pengembangan potensi diri siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa kurang antusias mengikuti proses kegiatan baik dari awal sampai akhir pembelajaran, yang akhirnya membuat hasil belajar


(5)

siswa pun rendah. Sedangkan aktivitas belajar siswa juga masih rendah, terlihat dari siswa yang jarang bertanya mengenai materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini terbukti bahwa dari 26 orang siswa, hanya 10 orang siswa atau 38,46% yang telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 63.

Mencermati uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan belum berlangsung sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk meminimalisir dan mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya suatu perubahan ataupun perbaikan dalam proses pembelajaran IPS. Guru hendaknya dapat mengubah strategi dengan menggunakan model pembelajaran serta dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif dan berpusat kepada siswa sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses belajar. Salah satu model pembelajaran yang dirasa dapat mengatasi permasalahan di atas, adalah model cooperative learning tipe think pair share.

Model cooperative learning tipe think pair share menuntut siswa terbiasa memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dengan menggali pengetahuan yang mereka miliki secara mandiri, setelah itu siswa mendiskusikan apa yang mereka pikirkan dengan teman sekelompoknya (Suyatna, 2011: 86). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ”Meilinda Purwanti” dengan judul


(6)

Mata Pelajaran IPS Pokok Bahasan Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Di Kelas V SD

Negeri Cisalasih”, membuktikan bahwa penerapan model cooperative

learaning tipe think pair share dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Mengacu pada penjelasan di atas, maka perlu dilakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS kelas IV di SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan.

2. Rendahnya hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan.

3. Guru masih mendominasi dalam proses pembelajaran, menyebabkan pembelajaran monoton, kurang aktif, dan kurang menyenangkan bagi siswa.

4. Siswa kurang berani bertanya dan mengungkapkan pendapat.

5. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang bervariasi secara maksimal, antara lain think pair share.


(7)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah penerapan model cooperative learning tipe think pair share dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dan perumusan masalah di atas, penelitian ini mempunyai tujuan untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan dengan menerapkan model cooperative learning tipe think pair share Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan dengan menerapkan model cooperative learning tipe think pair share Tahun Pelajaran 2012/2013.


(8)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak antara lain:

1. Bagi siswa

Dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran IPS.

2. Bagi guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelasnya, serta menambah dan mengembangkan kemampuan guru dalam menggunakan model pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukkan dan sebagai inovasi kegiatan pembelajaran guna meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi peneliti

Berguna untuk menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share, sehingga kelak ketika menjadi seorang guru Sekolah Dasar mampu menjalankan tugas dan pekerjaannya secara professional.


(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD 1. Pengertian IPS

Ilmu pengetahuan sosial (IPS) secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 merupakan istilah untuk pengertian social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.edu/ operator /upload /s-pgsd_0802684_chapter2.pdf) mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisa gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau suatu perpaduan.

Menurut Trianto (2010: 171) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan imterdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial. (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya).

Selanjutnya Djahiri (dalam Sapriya, dkk, 2006: 7) mengemukakan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial


(10)

dan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, budaya, hukum dan politik, yang mempelajari, menelaah serta menganalisa gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan.

2. Fungsi dan Tujuan IPS

Pembelajaran IPS di sekolah dasar berfungsi mengembangkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari yang terus berkembang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Guna menciptakan generasi yang mandiri dan sejahtera, sehingga dapat menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, sebagai dasar berkehidupan dalam masyarakat

Selanjutnya Gross (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 14) mengemukakan bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Berdasarkan Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, tujuan mata pelajaran IPS bagi peserta didik bahwa:

(a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. (b) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tau, inkuiri,


(11)

memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. (d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas, maka penulis simpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah mempersiapkan siswa agar menguasai pengetahuan, sikap serta mengenal konsep-konsep yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat di tingkat lokal, nasional maupun global dan sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mampu berpatisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.

3. Karakteristik Pembelajaran IPS

Menurut pendapat A. Kosasih Djahiri mengemukakan beberapa karakteristik pembelajaran IPS adalah sebagai berikut: a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau

sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu).

b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang ilmu saja, melainkan bersifat komperhensif (meluas/dari berbagai ilmu sosial dan lainnya.

c. Mengutamakan peran aktif para siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis.


(12)

d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat.

e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil (mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadinya proses internalisasi secara mantap dan aktif pada diri siswa.

f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antarmanusia yang bersifat manusiawi.

g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya.

h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya.

i. Dalam pengembangan Program Pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang menjadi ciri IPS itu sendiri (Sapriya, dkk., 2006: 8).

4. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dikenalkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Bahan kajian dalam IPS SD diantaranya meliputi keadaan suatu wilayah, perekonomian, dan perkembangan masyarakat Indonesia yang terjadi sejak masa lalu hingga masa kini. Pembelajaran IPS ditekankan pada pendekatan


(13)

konstruktivistik yang menitikberatkan siswa untuk membangun dan menggali pemahaman mengenai materi yang diajarkan. Menurut Honebein (dalam Supriatna, dkk., 2007: 39) landasan kuat dalam pembelajaran IPS yang bersifat kontruktivistik adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan pengalaman menjadi pengetahuan. b. Mengembangkan pengalaman dengan beragam perspektif. c. Mengembangkan pembelajaran dalam konteks nyata.

d. Mendorong terbentuknya rasa memiliki terhadap apa yang dipelajarinya.

e. Menempatkan proses belajar sebagai proses sosial.

f. Mendorong penggunaan beragam cara dalam belajar sesuai dengan kebiasaan masing-masing.

g. Mendorong kesadaran diri dalam proses mengkonstruksi pengetahuan.

Pembelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Melalui pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Adapun ruang lingkup dalam pembelajaran IPS di Sekolah Dasar menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek yaitu: (a) Manusia, tempat, dan lingkungan, (b) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan (c) Sistem Sosial dan, Budaya dan (d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.


(14)

B. Belajar

1. Teori Belajar

Teori belajar merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya proses belajar atau bagaimana cara memproses informasi di dalam pikiran siswa. Terdapat beberapa teori yang melandasi suatu model pembelajaran, diantaranya yaitu: teori perkembangan kognitif Piaget, teori penemuan Jerome Bruner, teori pembelajaran sosial Vygotsky, teori pembelajaran perilaku dan teori kontruktivisme (Trianto, 2011: 27-39).

Teori yang melandasi model cooperative adalah kontruktivisme. Kontruktivisme adalah suatu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada (Isjoni, 2007: 30). Rusman, dkk., (2012: 37) memaparkan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik adalah kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya, ia sendiri yang bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.

Budiningsih (2005: 58) mengungkapkan bahwa belajar menurut pandangan konstruktivistik merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan dilakukan oleh siswa sendiri dan ia haruslah aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa belajar menurut pandangan kontruktivisme adalah siswa dituntut untuk membangun pengetahuannya sendiri,


(15)

dan ia haruslah aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari, dan bertanggung jawab atas hasil belajarnya.

2. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh individu. Sebagaimana diartikan dalam KBBI (2007: 203) aktivitas merupakan keaktifan; kegiatan. Aktivitas terdiri atas dua bagian, yaitu aktivitas fisik dan psikis. Dimyati & Mudjiono (2006: 236) mengemukakan aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai suatu proses, yaitu proses belajar sesuatu yang merupakan kegiatan mental mengolah bahan belajar atau pengalaman lain. Lebih lanjut, Kunandar (2011: 277) mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh individu secara fisik maupun psikis yang mencakup sikap, perhatian serta aktivitas untuk mendapatkan pengetahuan maupun pengalaman belajar guna mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses pembelajaran.


(16)

3. Hasil Belajar

Suatu proses pembelajaran pasti akan diakhiri dengan hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hamalik, (2008: 30) bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti. Dimyati & Mudjiono, (2006: 18) menyatakan hasil belajar merupakan hal yang dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran, dari yang mulanya tidak mengerti menjadi mengerti, yang ditandai dengan adanya perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

C. Model Pembelajaran

Seorang guru di dalam proses pembelajaran tentunya pasti akan mempersiapkan terlebih dahulu apa yang akan disampaikan kepada siswa seperti dengan menyusun rencana pembelajaran atau


(17)

menggunakan variasi model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, juga dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut dan tingkat kemampuan peserta didik. Disamping itu pula, setiap model pembelajaran selalu mempunyai sintak atau tahap-tahap, antara yang satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan inilah biasanya berlangsung diantara pembukaan dan penutupan pembelajaran, yang harus dipahami oleh guru agar model- model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil (Trianto, 2010: 52).

Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk mensiasati suatu perubahan pada siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Salah satunya adalah menggunakan model cooperative learning.

D. Cooperative Learning

1. Pengertian cooperative learning

Secara sederhana kata “cooperative” berarti mengerjakan

sesuatu secara bersama sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim (Isjoni, 2007: 6). Menurut Slavin (dalam Solihatin & Raharjo, 2007: 4) mengatakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan


(18)

bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Lebih lanjut lagi Depdiknas (dalam Komalasari, 2010: 62) mengatakan bahwa cooperative learning merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning adalah model pembelajaran yang bertumpu pada kerja kelompok kecil secara kolaboratif yang terdiri dari 4-6 orang siswa. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda, ketika menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Macam-macam Cooperative Learning

Model Cooperative learning memiliki beberapa variasi diantaranya adalah sebagai berikut: (a) Jigsaw, (b) Group investigation, (c) Think Pair Share, (d) Number Head Together, (e) Teams Games Tournament, (f) Student Team Acievement Division (Trianto, 2010: 67). Berdasarkan model-model cooperative learning di atas, maka penulis memilih model think pair share karena didalam model ini siswa dituntut untuk berpikir secara individual


(19)

maupun kelompok untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru, sehingga timbulah interaksi antar sesama siswa.

E. Model Cooperative Learning Tipe Think Pair Share 1. Pengertian Think Pair Share

Think pair share adalah salah satu model cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Siti (fisikasma_online.blogspot.com) Think pair share memberikan peluang kepada para siswa untuk dapat mendiskusikan ide-ide yang mereka miliki dalam rangka menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Model cooperative learning tipe think pair share dilandasi oleh teori belajar kontruktivisme dimana siswa yang harus menemukan, membangun serta bertanggung jawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya.

Arends (dalam Trianto, 2010 :81) menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespons dan saling membantu.

Selain itu menurut Cholis think pair share adalah suatu model cooperative learning yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling membantu satu sama lain. Model ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Cooperative learning tipe think-pair-share ini


(20)

relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman (Adib, 2006: 12).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model think pair share membantu para siswa dalam mengembangkan pemahaman konsep dan materi pembelajaran, serta mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara mandiri maupun kelompok dengan berbagi ide-ide maupun informasi sehingga dapat menarik kesimpulan dan mengembangkan kemampuan mempertimbangkan nilai-nilai dari suatu materi pelajaran.

2. Langkah-langkah Think Pair Share

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran think pair share menurut Trianto, (2010: 81) adalah sebagai berikut:

a. Langkah 1: Berpikir (Thinking)

Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2: Berpasangan (Pair)

Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

c. Langkah 3: Berbagi (Sharing)

Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling


(21)

ruangan dari pasangan ke pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

Sedangkan menurut Huda, (2012: 136), langkah-langkah model model cooperative learning tipe think pair share dalam pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok. Setiap kelompok terdiri dari empat anggota/siswa.

b. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

c. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

d. Kelompok membentuk anggota-anggotanya secara berpasangan.

e. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

f. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

Apabila jumlah siswa dalam suatu kelas ganjil, maka guru menggabungkan siswa tersebut ke dalam kelompok yang dirasa guru memiliki prestasi belajar yang rendah, karena akan banyak masukan-masukan atau pendapat-pendapat dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. (Prastuti, 2009: 57).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka penelitian ini dilaksanakan menggunakan langkah-langkah model cooperative learning tipe think pair share menurut pendapat Huda, Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas yang menyebabkan sulit untuk pengkondisian kelas sehingga tidak banyak waktu yang terbuang.


(22)

3. Kelebihan dan Kekurangan Think Pair Share

Setiap model ataupun metode pembelajaran, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Begitu juga dengan model think pair share. Berikut adalah kelebihan model think pair share menurut Ibrahim (http://www.sriudin.com) adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Model pembelajaran think pair share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru.

b. Memperbaiki kehadiran, Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan.

c. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi siswa, sehingga dapat rajin sekolah dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

d. Hasil belajar lebih mendalam, Dengan pembelajaran think pair share perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

e. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran think pair


(23)

share menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Selanjutnya menurut Hartina (http://ariffadholi.blogspot.com) kelemahan think pair share yaitu: (1) banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor, (2) lebih sedikit ide yang muncul, dan (3) tidak ada penengah jika terjadi perselisihan dalam kelompok.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menerapkan model cooperative learning tipe think pair share dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013”.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research, Wardhani, dkk., (2007: 1.3), selain itu Arikunto, dkk., (2006:16) Secara garis besar, terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle). Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali tetapi beberapa kali hingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran IPS menggunakan model cooperative learning Tipe think pair share di SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan. Dalam setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).


(25)

Siklus penelitian tindakan kelas ini digambarkan seperti gambar berikut:

Gambar 3.1 prosedur PTK

Sumber: Modifikasi dari Arikunto, dkk., (2006: 16). B. Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaborasi partisipan antar peneliti dengan guru kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan. Adapun subjek penelitiannya adalah siswa dan seorang guru kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan, dengan jumlah siswa 26 orang yang terdiri dari 10 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.

Refleksi SIKLUS II

Pengamatan

Dst.

Perencanaan

Pelaksanaan Pengamatan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan


(26)

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau, Jalan Duworowati, Sabah Balau Lampung Selatan.

3. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap yaitu dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun pelajaran 2012/2013.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Non Tes

Teknik Non tes dilaksanakan melalui observasi, digunakan untuk mengamati aktivitas belajar siswa maupun kinerja guru pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dilaksanakan oleh pengamat (observer).

2. Teknik Tes

Teknik Tes yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar Panduan Observasi

Digunakan untuk mengetahui bagaimanakah aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan model cooperative learning tipe think pair share di kelas. Observasi dilakukan oleh observer terhadap aktivitas siswa maupun kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.


(27)

2. Tes Formatif

Soal-soal tes formatif, digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa nilai-nilai siswa setelah diimplementasikan pembelajaran model cooperative learning tipe think pair share guna mengetahui hasil belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Digunakan untuk menganalisis aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis yang digunakan berupa analisis deskriptif yaitu berupa narasi untuk mendeskripsikan data.

a. Data kinerja guru

Data kinerja guru diperoleh dari pengamatan observer selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil dari pengamatan dianalisis menggunakan rumus:

N =

x 100 Keterangan:

N = nilai yang dicari/diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum ideal yang diamati 100 = bilangan tetap


(28)

Setelah diperoleh nilai kinerja guru, kemudian dikategorikan sesuai dengan kualifikasi sebagai berikut:

Tabel: 3.1 Kriterian Kategori Kinerja Guru

No Rentang nilai Kategori

1 N > 80 Sangat baik

2 60 < N ≤ 80 Baik

3 40 < N ≤ 60 Cukup

4 20 < N ≤ 40 Kurang

5 N ≤ 20 Sangat kurang

Modifikasi dari Poerwanti (2008: 7.6). b. Data aktivitas belajar siswa

Data aktivitas belajar siswa diperoleh dengan cara menggunakan lembar observasi. Data kualitatif aktivitas siswa dianalisis menggunakan rumus:

NA =

Keterangan:

NA = Nilai aktivitas yang dicari atau diharapkan JS = Jumlah skor yang diperoleh

SM = Skor maksimum ideal dari aspek yang diamati 100 = Bilangan tetap

Diadopsi dari Aqib dkk.,( 2009: 41).

Setelah diperoleh presentase aktivitas belajar siswa kemudian dikategorikan sesuai dengan kriteria hasil observasi pada tabel berikut ini:


(29)

Tabel 3.2 Kriteria hasil observasi aktivitas

No Tingkat keaktifan Kategori

1 > 80 Sangat aktif

2 61-80 Aktif

3 41-60 Cukup aktif

4 21-40 Kurang aktif

5 < 20 Pasif

Modifikasi dari Arikunto (2007: 44). 2. Analisis Kuantitatif

Digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan belajar siswa yang erat hubungannya dengan penguasaan materi yang diajarkan guru. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara individual digunakan rumus berikut di bawah ini:

NA =

Keterangan:

NA = Nilai Akhir

SB = Skor yang diperoleh dari jawaban benar pada tes TS = Total Skor Maksimum dari tes

100 = Konstanta (diadopsi dari Purwanto, 2008: 112).

Untuk menghitung nilai rata-rata seluruh siswa dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

=

Keterangan:


(30)

x = Jumlah nilai N = Banyak siswa Adopsi Muncarno (2010: 15).

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal digunakan rumus sebagai berikut:

P = x 100% Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar siswa (Aqib,dkk., 2009: 41).

F. Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari tiga siklus dan masing-masing siklus memiliki empat tahapan kegiatan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun tahapan-tahapan siklus sebagai berikut:

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Berdiskusi dengan guru kelas untuk menganalisis materi yang sudah diajarkan guna penyesuaian penyusunan perangkat pembelajaran yaitu “Koperasi dalam Perekonomian Indonesia”. b. Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan

SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang


(31)

standar proses yang disesuaikan dengan pembelajaran cooperative learning tipe think pair share.

c. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. d. Menyusun alat evaluasi pembelajaran, seperti LKS, soal-soal tes

dan media pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan 1)

Pada siklus I pertemuan 1, diawali dengan persiapan guru yang berkolaboratif dengan peneliti. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share meliputi beberapa tahapan antara lain.

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1. Salam pembuka. 2. Doa.

3. Absensi.

4. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 orang siswa.


(32)

5. Guru membagikan nomor dada kepada masing- masing siswa guna mempermudah observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara singkat dengan menggunakan media gambar untuk mempermudah siswa berpikir dan menggali pengetahuan awal siswa.

2. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS, terkait materi yang dipelajari.

3. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir. 4. Secara individu mencari jawaban atau pendapat yang

bersumber dari buku yang relevan.

5. Siswa berpikir, menganalisis dan menjabarkan jawaban terkait pertanyaan yang didapat secara individu.

6. Selanjutnya siswa berdiskusi jawaban satu sama lain secara berpasangan dengan teman sekelompoknya sehingga menghasilkan jawaban yang mereka anggap paling benar. 7. Guru mengkondisikan siswa agar aktif dalam diskusi

kelompok.

8. Kemudian pasangan bertemu kembali dalam kelompok besarnya untuk berbagi hasil diskusi dengan pasangannya


(33)

kepada pasangan-pasangan lain yang ada dalam kelompok besar tersebut.

9. Setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari setiap kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya.

10.Guru membimbing siswa untuk dapat aktif dalam menanggapi dan memberikan masukan kepada masing-masing kelompok.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar rajin mengulang pelajaran dirumah.

3. Salam penutup. Pertemuan 2

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru adalah sebagai berikut.

1. Salam pembuka. 2. Doa.

3. Absensi.

4. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran kemudian guru membagi siswa


(34)

menjadi 6 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 orang siswa.

5. Guru membagikan nomor dada kepada masing- masing siswa guna mempermudah observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran lanjutan pada pertemuan yang lalu secara singkat dengan menggunakan media gambar untuk mempermudah siswa berpikir dan menggali pengetahuan awal siswa.

2. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS, terkait materi yang dipelajari.

3. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir. 4. Secara individu mencari jawaban atau pendapat yang

bersumber dari buku yang relevan.

5. Siswa berpikir, menganalisis dan menjabarkan jawaban terkait pertanyaan yang didapat secara individu.

6. Selanjutnya siswa berdiskusi jawaban satu sama lain secara berpasangan dengan teman sekelompoknya sehingga menghasilkan jawaban yang mereka anggap paling benar.


(35)

7. Guru mengkondisikan siswa agar aktif dalam diskusi kelompok.

8. Kemudian pasangan bertemu kembali dalam kelompok besarnya untuk berbagi hasil diskusi dengan pasangannya kepada pasangan-pasangan lain yang ada dalam kelompok besar tersebut.

9. Setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari setiap kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya.

10.Guru membimbing siswa untuk dapat aktif dalam menanggapi dan memberikan masukan kepada masing-masing kelompok.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

2. Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran IPS.

3. Salam penutup. 3. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah


(36)

dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja guru. 4. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Siklus II

Pada akhir siklus I telah dilakukan refleksi oleh semua tim peneliti untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Adapun pelaksanaan pada siklus II ini meliputi:

1. Tahap Perencanaan

a. Mendata kembali kekurangan dan kendala yang ada di siklus I. b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II

berdasarkan refleksi dari siklus I.

c. Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses yang disesuaikan dengan pembelajaran cooperative


(37)

learning tipe think pair share, dengan materi pembelajaran yaitu “Perkembangan dalam Teknologi”.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung.

e. Menyusun alat evaluasi seperti LKS, soal-soal tes dan media pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan 1) a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1. Salam pembuka. 2. Doa.

3. Absensi.

4. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 orang siswa.

5. Guru membagikan nomor dada kepada masing- masing siswa guna mempermudah observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.


(38)

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara singkat dengan menggunakan media gambar berupa gambar “ HP, gepyok padi, dan mesin penggiling padi untuk mempermudah siswa berpikir dan menggali pengetahuan awal siswa.

2. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS, terkait materi yang dipelajari.

3. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir. 4. Secara individu mencari jawaban atau pendapat yang

bersumber dari buku yang relevan.

5. Siswa berpikir, menganalisis dan menjabarkan jawaban terkait pertanyaan yang didapat secara individu.

6. Selanjutnya siswa berdiskusi jawaban satu sama lain secara berpasangan dengan teman sekelompoknya sehingga menghasilkan jawaban yang mereka anggap paling benar. 7. Guru mengkondisikan siswa agar aktif dalam diskusi

kelompok.

8. Kemudian pasangan bertemu kembali dalam kelompok besarnya untuk berbagi hasil diskusi dengan pasangannya kepada pasangan-pasangan lain yang ada dalam kelompok besar tersebut.


(39)

9. Setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari setiap kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya.

10.Guru membimbing siswa untuk dapat aktif dalam menanggapi dan memberikan masukan kepada masing-masing kelompok.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar rajin mengulang pelajaran di rumah dan memberikan tindak lanjut kepada siswa melalui pemberian tugas membaca buku paket tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

3. Salam penutup.

Pertemuan 2 a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1. Salam pembuka. 2. Doa.


(40)

4. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 orang siswa. 5. Guru membagikan nomor dada kepada masing-masing siswa

guna mempermudah observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara singkat dengan menggunakan media gambar “teknologi komunikasi dan transportasi” untuk mempermudah siswa berpikir dan menggali pengetahuan awal siswa.

2. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS, terkait materi yang dipelajari.

3. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir. 4. Secara individu mencari jawaban atau pendapat yang

bersumber dari buku yang relevan.

5. Siswa berpikir, menganalisis dan menjabarkan jawaban terkait pertanyaan yang didapat secara individu.

6. Selanjutnya siswa berdiskusi jawaban satu sama lain secara berpasangan dengan teman sekelompoknya sehingga menghasilkan jawaban yang mereka anggap paling benar.


(41)

7. Guru mengkondisikan siswa agar aktif dalam diskusi kelompok.

8. Kemudian pasangan bertemu kembali dalam kelompok besarnya untuk berbagi hasil diskusi dengan pasangannya kepada pasangan-pasangan lain yang ada dalam kelompok besar tersebut.

9. Setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari setiap kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya.

10.Guru membimbing siswa untuk dapat aktif dalam menanggapi dan memberikan masukan kepada masing-masing kelompok.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

2. Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran IPS.

3. Salam penutup. 3. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah


(42)

dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja guru. 4. Tahap Refleksi

Hasil yang dicapai dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap ini. Refleksi dilakukan dengan melihat data observasi apakah proses pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Siklus III

Pada akhir siklus II telah dilakukan refleksi oleh guru dan observer dalam mengkaji proses pembelajaran maka diharapkan hasil pembelajaran pada siklus III ini lebih baik dari pada hasil siklus II. Adapun langkah-langkah pada siklus III ini, antara lain:

1. Tahap Perencanaan

a. Mendata kembali kekurangan dan kendala yang ada pada siklus II.

b. Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus III berdasarkan refleksi dari siklus II.

c. Membuat perangkat pembelajaran yakni menganalisis pemetaan SK/KD, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Permendiknas No 41 Tahun 2007 tentang standar proses yang disesuaikan dengan pembelajaran cooperative


(43)

learning tipe think pair share, dengan materi pembelajaran yaitu “Masalah Sosial di lingkungan Setempat”.

d. Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung. e. Menyusun alat evaluasi seperti LKS, soal-soal tes dan media

pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Pertemuan 1) a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1. Salam pembuka. 2. Doa.

3. Absensi.

4. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 orang siswa.

5. Guru membagikan nomor dada kepada masing- masing siswa guna mempermudah observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.


(44)

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara singkat dengan menggunakan media gambar berupa gambar” Tawuran pelajar, gambar anak yang sedang dimarahi ibunya,

dan gambar pengemis” untuk mempermudah siswa berpikir

dan menggali pengetahuan awal siswa.

2. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS, terkait materi yang dipelajari.

3. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir. 4. Secara individu mencari jawaban atau pendapat yang

bersumber dari buku yang relevan.

5. Siswa berpikir, menganalisis dan menjabarkan jawaban terkait pertanyaan yang didapat secara individu.

6. Selanjutnya siswa berdiskusi jawaban satu sama lain secara berpasangan dengan teman sekelompoknya sehingga menghasilkan jawaban yang mereka anggap paling benar. 7. Guru mengkondisikan siswa agar aktif dalam diskusi

kelompok.

8. Kemudian pasangan bertemu kembali dalam kelompok besarnya untuk berbagi hasil diskusi dengan pasangannya kepada pasangan-pasangan lain yang ada dalam kelompok besar tersebut.

9. Setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari setiap kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya.


(45)

10.Guru membimbing siswa untuk dapat aktif dalam menanggapi dan memberikan masukan kepada masing-masing kelompok.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

2. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar rajin mengulang pelajaran di rumah.

3. Salam penutup. Pertemuan 2

a. Kegiatan Awal

Kegiatan awal dalam penelitian yang telah dilakukan guru adalah sebagai berikut:

1. Salam pembuka. 2. Doa.

3. Absensi.

4. Guru mengkondisikan kelas dan mengecek kesiapan siswa untuk memulai pembelajaran kemudian guru membagi siswa menjadi 6 kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-6 orang siswa. 5. Guru membagikan nomor dada kepada masing- masing siswa

guna mempermudah observer mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


(46)

6. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan materi pembelajaran secara singkat dengan menggunakan media gambar berupa gambar ” upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan sosial”. Untuk mempermudah siswa berpikir dan menggali pengetahuan awal siswa.

2. Guru memberikan pertanyaan dalam bentuk LKS, terkait materi yang dipelajari.

3. Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk berpikir. 4. Secara individu mencari jawaban atau pendapat yang

bersumber dari buku yang relevan.

5. Siswa berpikir, menganalisis dan menjabarkan jawaban terkait pertanyaan yang didapat secara individu.

6. Selanjutnya siswa berdiskusi jawaban satu sama lain secara berpasangan dengan teman sekelompoknya sehingga menghasilkan jawaban yang mereka anggap paling benar. 7. Guru mengkondisikan siswa agar aktif dalam diskusi

kelompok.

8. Kemudian pasangan bertemu kembali dalam kelompok besarnya untuk berbagi hasil diskusi dengan pasangannya


(47)

kepada pasangan-pasangan lain yang ada dalam kelompok besar tersebut.

9. Setelah diskusi kelompok selesai perwakilan dari setiap kelompok maju untuk membacakan hasil diskusinya.

10.Guru membimbing siswa untuk dapat aktif dalam menanggapi dan memberikan masukan kepada masing-masing kelompok.

c. Kegiatan Akhir

1. Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

2. Menentukan tindak lanjut berdasarkan hasil diskusi dengan memberikan tes formatif kepada siswa untuk melihat tingkat penguasaan materi pelajaran IPS.

3. Salam penutup. 3. Tahap Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar panduan observasi yang telah dibuat. Lembar panduan observasi berisi tentang instrumen-instrumen yang berkenaan dengan aktivitas siswa dan kinerja guru. 4. Tahap Refleksi

Pada tahap terakhir siklus ini yaitu refleksi peneliti mengkaji aktivitas dan hasil belajar siswa serta kinerja guru selama


(48)

pembelajaran berlangsung dari siklus I, II, dan III . Sebagai bahan perbandingan hasil penilaian tiap siklus dalam bentuk persentase dilihat apakah ada peningkatan rata-rata nilai dan sebagai pertimbangan apakah siklus akan dilanjutkan atau dicukupkan.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:

1. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan pada proses pembelajaran di setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa berupa peningkatan nilai rata-rata serta persentase ketuntasan hasil belajar siswa yaitu ≥75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM.


(49)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari meningkatnya rata-rata nilai pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 57,59 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 66,24. Selanjutnya meningkat kembali pada siklus III menjadi 78,65, dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,65 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 12,41.

2. Penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 65,88. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 69,81. Selanjutnya pada siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan kembalai sebesar 81. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53,85%. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 61,54%. Selanjutnya pada siklus III terjadi peningkatan kembali


(50)

sebesar 80,77%. Siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,69% dan antara siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 19,23%. B. Saran

1. Bagi siswa

Siswa hendaknya lebih aktif dan rajin dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya. Siswa juga diharapkan dapat lebih bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh guru, baik itu tugas individu maupun tugas kelompok. 2. Bagi guru

Guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang bervariasi, menarik dan kreatif yang sesuai dengan kebutuhan siswa, agar pembelajaran tidak membosankan dan monoton. Salah satunya dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share.

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya dapat melengkapi sarana dan prasarana yang belum memadai, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan dan tentunya dapat memperbaiki kualitas mutu pendidikan.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini mengkaji tentang perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe think pair share, maka dari itu diharapkan untuk peneliti berikutnya agar dapat menerapkan model pembelajaran yang sama dengan harapan hasil yang dicapai dapat lebih baik lagi.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2010. penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode think-pair share dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas iv sdn manggis ngancar kab. Kediri. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/07140038-m-adib.ps Diaskes pada tanggal 5 November 2012 @ 09.30 WIB.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anonim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Grafika Ofset. Jakarta. Hartina. 2008. Kelebihan Think-Pair-Share.

(http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/metode-think-pair

share.html1:55:00PM. Diakses pada tanggal 11 November 2012 @ 13.00 WIB.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode Teknik Struktur dan Model Penerapannya. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Ibrahim. 2010. Model Pembelajaran Think Pair and Share. http: //www.sriudin.com/2010/05 Model- pembelajaran- think- pair- and- share. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2012 @16.02 WIB.


(52)

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar–dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2010. Bahan Ajar Materi Perkuliahan Statistik Pendidikan. Bahan Ajar. Metro.

Nasucha, Yakub, dkk., 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Media Perkasa. Yogyakarta.

Permendiknas Tahun 2006 No 22 Tentang Standar Isi. Depdiknas. Jakarta. Tahun . 2007. No 41 Tentang Standar Proses.Depdiknas. Jakarta. Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti

Depdiknas. Jakarta

Prastuti, Ida Fitria. 2009. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV MI Islamiyah Banjarpoh Pulorejo Ngoro. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.Lib. uin-malang.ac.id/thesis/abstract/07140058-isa-fitria-prastuti.ps. Diakses pada tanggal 2 Februari 2013 @ 10.30 WIB.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip- prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Sardjiyo. 2009. Tinjauan Pustaka. Repository.upi.edu/operator/upload/s-pgsd-0802684-chapter2.pdf

.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Sinar Grafika Offset. Jakarta.


(53)

Suyatna. 2011. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam Jabatan Rayon 07 Modul Guru Kelas SD A. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Takari, Enjah. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif IPA. GANESINDO. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana. Jakarta.

.2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Bumi Aksara. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Rineka Cipta. Jakarta.

Wardhani, IGAK. Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yeni Siti, F. 2010. Fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/model-pembelajaran-kooperatif.tipe.html. Diakses pada tanggal 27 November 2012 @ 17.00 WIB.


(1)

47

pembelajaran berlangsung dari siklus I, II, dan III . Sebagai bahan perbandingan hasil penilaian tiap siklus dalam bentuk persentase dilihat apakah ada peningkatan rata-rata nilai dan sebagai pertimbangan apakah siklus akan dilanjutkan atau dicukupkan.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila:

1. Terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Sabah Balau Lampung Selatan pada proses pembelajaran di setiap siklusnya.

2. Adanya peningkatan hasil belajar siswa berupa peningkatan nilai rata-rata serta persentase ketuntasan hasil belajar siswa yaitu ≥75% dari jumlah siswa yang mencapai KKM.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dari meningkatnya rata-rata nilai pada setiap siklusnya. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 57,59 kemudian meningkat pada siklus II sebesar 66,24. Selanjutnya meningkat kembali pada siklus III menjadi 78,65, dengan demikian terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 8,65 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 12,41.

2. Penerapan model cooperative learning tipe think pair share pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terbukti dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 65,88. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata mengalami peningkatan sebesar 69,81. Selanjutnya pada siklus III nilai rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan kembalai sebesar 81. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 53,85%. Kemudian pada siklus II mengalami peningkatan yaitu sebesar 61,54%. Selanjutnya pada siklus III terjadi peningkatan kembali


(3)

94

sebesar 80,77%. Siklus I ke siklus II terjadi peningkatan sebesar 7,69% dan antara siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 19,23%. B. Saran

1. Bagi siswa

Siswa hendaknya lebih aktif dan rajin dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajarnya. Siswa juga diharapkan dapat lebih bertanggung jawab atas tugas yang diberikan oleh guru, baik itu tugas individu maupun tugas kelompok. 2. Bagi guru

Guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang bervariasi, menarik dan kreatif yang sesuai dengan kebutuhan siswa, agar pembelajaran tidak membosankan dan monoton. Salah satunya dengan menggunakan model cooperative learning tipe think pair share.

3. Bagi sekolah

Sekolah hendaknya dapat melengkapi sarana dan prasarana yang belum memadai, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan dan tentunya dapat memperbaiki kualitas mutu pendidikan.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini mengkaji tentang perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan model cooperative learning tipe think pair share, maka dari itu diharapkan untuk peneliti berikutnya agar dapat menerapkan model pembelajaran yang sama dengan harapan hasil yang dicapai dapat lebih baik lagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adib, M. 2010. penerapan pembelajaran kooperatif dengan metode think-pair share dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas iv sdn manggis ngancar kab. Kediri. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Lib.uin-malang.ac.id/thesis/fullchapter/07140038-m-adib.ps Diaskes pada tanggal 5 November 2012 @ 09.30 WIB.

Andayani, dkk. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta.

Anonim. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Grafika Ofset. Jakarta. Hartina. 2008. Kelebihan Think-Pair-Share.

(http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/metode-think-pair

share.html1:55:00PM. Diakses pada tanggal 11 November 2012 @ 13.00 WIB.

Huda, Miftahul. 2012. Cooperative Learning Metode Teknik Struktur dan Model Penerapannya. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Ibrahim. 2010. Model Pembelajaran Think Pair and Share. http: //www.sriudin.com/2010/05 Model- pembelajaran- think- pair- and- share. Diakses pada tanggal 2 Nopember 2012 @16.02 WIB.


(5)

96

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar–dasar Kependidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. ALFABETA. Bandung.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama. Bandung.

Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Muncarno. 2010. Bahan Ajar Materi Perkuliahan Statistik Pendidikan. Bahan Ajar. Metro.

Nasucha, Yakub, dkk., 2010. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Media Perkasa. Yogyakarta.

Permendiknas Tahun 2006 No 22 Tentang Standar Isi. Depdiknas. Jakarta. Tahun . 2007. No 41 Tentang Standar Proses.Depdiknas. Jakarta. Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti

Depdiknas. Jakarta

Prastuti, Ida Fitria. 2009. Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas IV MI Islamiyah Banjarpoh Pulorejo Ngoro. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.Lib. uin-malang.ac.id/thesis/abstract/07140058-isa-fitria-prastuti.ps. Diakses pada tanggal 2 Februari 2013 @ 10.30 WIB.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip- prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rusman, dkk. 2012. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Rajawali Press. Jakarta.

Sapriya, dkk. 2006. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. UPI PRESS. Bandung.

Sardjiyo. 2009. Tinjauan Pustaka. Repository.upi.edu/operator/upload/s-pgsd-0802684-chapter2.pdf

.

Solihatin, Etin & Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model Pembelajaran IPS. Sinar Grafika Offset. Jakarta.


(6)

Suyatna. 2011. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam Jabatan Rayon 07 Modul Guru Kelas SD A. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Takari, Enjah. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif IPA. GANESINDO. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana. Jakarta.

.2011. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP. Bumi Aksara. Jakarta.

Universitas Lampung. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Rineka Cipta. Jakarta.

Wardhani, IGAK. Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta.

Yeni Siti, F. 2010. Fisikasma-online.blogspot.com/2010/12/model-pembelajaran-kooperatif.tipe.html. Diakses pada tanggal 27 November 2012 @ 17.00 WIB.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 64

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 1 PALAPA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 137 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IVA SD NEGERI 1 PANJANG SELATAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 2 53

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD NEGERI 2 SABAH BALAU LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

0 9 68

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SEMESTER II SD 5 KARANGBENER TAHUN PELAJARAN 20132014

0 0 23