UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SIWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH BERBASIS BUDAYA BATAK (PBM-B3) PADA KELAS XII IPS SMA NEGERI 1 GALANG.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH BERBASIS BUDAYA BATAK
(PBM-B3) PADA KELAS XII IPS SMA NEGERI 1 GALANG
Tesis Oleh: Pommer Simbolon
NIM.0809725023
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH BERBASIS BUDAYA BATAK
(PBM-B3) PADA KELAS XII IPS SMA NEGERI 1 GALANG
Tesis Oleh: Pommer Simbolon
NIM.0809725023
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(3)
UPAYA MENlNGKATKANKEMAMPUAN PEMECA HAN MASALAH MATEMATIS S ISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMRELAJARAN MATEMATlKA BERDASARKAN MASALAH RERBASIS B UDAY A RATAK.
(Pl3M-B3) PADA KELAS XlllPS SMA NEGF.RI I GALANG
Disusun dan di~jukan o lc h J•OMMER SIMBOLON
NfM : 0809725023
Telah dipertahankan didcpan Panitia Ujian Tesis pada tanggal 6 Maret 20 13 dan dinyatakan telah mem eoulu salah satu syarat untuk mcmperoleh Gelar Magister
Pendidikan Program Studi Pendidikan M atcmatika
Menyetujui Tim Pembimbing
Medan, 6 Maret 20 13
Pembimbing TI
Proft~
l!!h,
M .Pd ~ . 19610205 198803 1003Mengctahui v
~
f _ ~ '~\ O niveQjrektut"Bl-ograro Pa scasarjana r sitas Negeri Mcdan~~
..,_:-
-
~
;7 r
//~
Prq f . .Or. H. Abdul Muin S ibuea, M .Pd ~. 195~ I ~ 0819K- 1 031 002
(4)
Lembar Pen ~esa han Tesis
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAllANMASALAI I MATEMATIS SISWA MELA LUl PENERA PAN MODEL PRMBRLAJARAN MATEMATIKA BEROASARKAN MASALAH BERBASIS BUDAY A BATAK
(PRM-B3) PADA KELAS XJJ IPS SMA NEGERI I GALANG
Prof.
D isusun Olch
POMMER SIMBOLON NIM : 0809725023
Mcnyclujui Tim Pembimbing Tes is
Mcdan, 6 Maret 2013
Pembimbing 11,
¢
Prof Dr. Sahat Saragih, M.Pd NlP. 19610205 198803 1003
Mcngctahui Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
~P?-.v?
~
Syahpu lra,
M.Pd(5)
No
2
....
.)
4
5
PERSETUTIJAN DEWAN PENGUJI UJIA~ TESIS • 1AGISTER PENDIDI.KA..'J
Nama
Prof. Dr. Bornuk Sinaga M.Pd. NIP. 19650910 199102 1 001
Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd. NiP. 196102051988031003
Dr. Edi Svahputra. M.Pd . NIP. 195701211989031001
Dr. Kms. Muhanunad A.min l auzi. ~1.Pd. ~. 196~062 <:'' c,Q.3031 00 I
Dr. E. Elvis Napitupulu. MS. NIP. i 963 1225198803 1004
(6)
PERNYATAANTlDAK M EL/\KUKAN PLAGIATDAN M EMALSU KAN DATA
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
NIM
: Pommer Simbolon : 0809725023 Angkalan : rx
Prodi : Pendidikan Matematika
... ...., .
.
Judul Tesis: UPA VA MEN£NGKA TKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAll MA TEMA TIS SlSW A MELAL\Jl PENF.KAP AN MODEL PEMRELAJARAN BEROASARKAN. MASALAH BERBASIS BUDAY A BATAK (PDM-U3) PADA KELAS XII ll'S 2 SMA NEGERI I GALANG
dengan ini menyatakan:
I. benar tesis saya ada!ah knryn saya sendiri, bukan dikerjakan oleh orang lain. 2. saya lidak melakukan plagiat dalam penu]jsan tesis saya.
3. saya tidak ada meruhah atau memalsukan data dalam pene]jtian saya.
Jika temyala d ikcmudia.n hari diketahui saya melakukan snlah salu hal dialas maka saya bersedia dikenai sanksi yang hcrlaku berupa pencopotan gelar saya.
Demikian pemyataan ini saya huat dengan sebenamya.
Diketahui
Syarifuddin, M .Sc., Ph.D. NlP. 1959112219860 11001
Medan, 12 Februari 201 3 Saya yang mmembual pem yataan Mli!..~1!! ' t'F.RAI~ · /
...
-5036FAAF!l . 650®>:0:ot··
jofJJPJ(7)
i
ABSTRAK
POMMER SIMBOLON. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa melalui Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-B3) Pada Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Galang.
Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.
Tujuan Penelitian: Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis, mengetahui peningkatan ketuntasan belajar matematika, dan mendeskripsikan kadar aktivitas aktif belajar para siswa kelas XII IPS SMA Negeri 1 Galang dalam pelaksanaan model PBM-B3 serta mendeskripsikan tingkat kemampuan guru mengelola model PBM-B3 di kelas XII IPS SMA Negeri 1 Galang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 1 Galang Kabupaten Deli Serdang. Subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPS 2 tahun Pelajaran 2012-2013 terdiri dari 11 orang laki-laki dan21 orang perempuan. Objek penelitian: 1) Objek proses adalah penerapan model PBM-B3, perangkat pembelajaran antara lain RPP, Buku Pegangan Siswa, Lembar Aktivitas Siswa, Buku Pegangan Guru, lembar observasi. 2) Objek produk adalah kemampuan pemecahan masalah matematis. Data-data penelitian diperoleh dari lembar observasi siswa dan guru, tes kemampuan pemecahan matematis siswa (TKPMM), tes hasil belajar (THB) dan angket respon siswa. Hasil validasi instrumen penelitian dalam kategori baik dapat digunakan dengan revisi sedikit, dan Hasil validasi perangkat pembelajaran dalam kategori baik dapat digunakan tanpa revisi. Hasil uji coba instrument TKPMM, THB memiliki validitas dalam kategori valid. Penelitian dilaksanakan 2 siklus dan tes diberikan pada setiap akhir siklus. Hasil tindakan silkus I dan siklus II: 1) hasil TKPMM siklus I rata-rata 3,4, dan secara klasikal kategori baik 9,4%, siklus II rata-rata nilai 6,2 dan secara klasikal kategori baik 81%. 2) hasil THB siklus I rata-rata 6,0, dan secara klasikal kategori baik 46,9%. Siklus II rata-rata nilai 7,6 dan secara klasikal kategori baik 87,4%. 3) hasil observasi aktivitas aktif siswa siklus I terdapat 1 dari 5 aktivitas memenuhi toleransi persentase waktu ideal (PWI), siklus II terdapat 5 dari 5 aktivitas memenuhi toleransi PWI. 4) hasil observasi kemampuan guru mengelola model PBM-B3 pada siklus I rata-rata nilai 3,5 (kategori cukup). Siklus II rata-rata nilai 4 (kategori baik). Kesimpulan penelitian 1) Penerapan model PBM-B3, dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. 2) Penerapan model PBM-B3, dapat meningkatkan ketuntasan belajar matematika siswa. 3) Penerapan model PBM-B3 dapat meningkatkan aktivitas belajar aktif siswa. 4) Penerapan model PBM-B3, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola model PBM-B3. Peneliti menyarankan 1) Model PBM-B3 menjadi alternatif dikelas untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis, dan meningkatkan ketuntasan belajar matematika siswa. 2) perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi guru.
Kata Kunci: Model, Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa.
(8)
ii
ABSTRACT
POMMER SIMBOLON. Effort to enhance the student mathematical problem solving ability through applying the Batak culture problem based instruction (BCPBI) model in Galang state senior high school 1 on grade XII Social programs.
Thesis. Post Graduate Program Medan State University, 2013
The research aims: To know ability enhance of student mathematical problem solving ability, to know enhance the mathematics learn passed and to descript the active learn activity by student grade XII social program Galang state senior high school through applying the BCPBI and so to descript the ability level of teacher to manage the BCPBI on grade XII social program Galang state 1 senior high school. This research is a classroom action research in Galang state 1 senior high school on study year 2012-2013. Research subject is all students grade XII social program Galang state 1 senior high school, male are 11 and female are 21. Research object, 1) Object of process is
aplying the BCPBI model, and learn preparation as soon as learn plan (RPP), Student hand book
(Buku pegangan siswa), Teacher hand book (Buku pegangan guru), student activity sheet (LAS) and observation sheet, 2) Object of product is the student matematical problem solving ability.
Research data prepare from observation sheets, problem solving ability test (TKPMM),
mathematics learn passed test (THB) and the students responces questioner. Validation result of
the research instruments is good category with thin revision, and the learn preparation is good category without revision. Trying result of the research instruments are valid in validity criterion. The study comprised two cycles and the test given at the end of each cycle. The result of the action
research, 1) The average value of TKPMM I cycles is 3,4 and classical good category is 9,4%, the
average value of TKPMM II cycles is 6,2 and classical good category is 81%. 2) The verage value
of THB I cycles is 6,0 and classical good category is 46,9%, the average value of THB cycles II is
7,6 and classical good category is 87,4%, 3) 1 of 5 activity are reached the ideal time percent
(PWI) on I cycles, and 5 of 5 activity reached the PWI on II cycles. 4) Level of the teacher ability
to manage BCPBI model average value is 3,5 (enought category) on I cycles and average value is 4 (good category) on II cycles. Conclusion 1) through applying BCPBI model to enhance students mathematical problem solving ability, 2) through applying BCPBI model to enhance matematics learn passed level, 3) through applying BCPBI model to enhance student active learn activity, 4) through applying BCPBI model to enhance ability level for teacher to manage the BCPBI model. Suggestion 1). BCPBI model is a good alternative to effort to enhance student mathematical problem solving ability and effort to enhance mathematics learn passed level, 2) learn preparation and research instrument of BCPBI model is a good decide to get that as a referencies.
Key words: Model, Batak culture, Problem based instruction, Student Mathematical Problem Solving ability
(9)
131
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas kasih karunianya memberi kesehatan dan semangat menyelesaikan tesis ini. Saya berusaha untuk menyajikan tesis ini yang terbaik. Penelitian ini dikhususkan menelaah penerapan pembelajaran berdasarkan masalah berbasis budaya Batak (PBM-B3) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, aktivitas aktif siswa, sikap/minat siswa dan kemampuan guru mengelola model PBM-B3.
Era ini sepertinya kesemrawutan, menonjolkan kebebasan dan keunikan individu, ini akan terus mengalir seperti air melanda mengglobal. Era informasi yang membuat dunia menjadi sangat kecil. Ini merupakan tantangan pendidikan sehingga inovasi pembelajaran harus dilakukan dalam mempersiapkan diri agar peserta didik mampu beradaptasi.
Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik diharapkan menjadi motivasi implementasi ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, membuat lebih resisten terhadap konsekuensi globalisasi. PBM-B3 kelak menjadi model
pembelajaran yang disukai karena prinsip interaksi sosial Dalihan Na Tolu yang
mendasari interaksi sosial dalam belajar adalah budaya.
Terimakasih kepada Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd. (dosen pembimbing I), Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd (dosen pembimbing II) yang telah banyak memberikan bimbingan tesis ini.
Terimakasih pada seluruh para dosen, guru besar dan staf sekolah Pascasarjana Unimed khususnya prodi pendidikan matematika, semoga ilmu pengetahuan dan pengalaman ini bisa saya amalkan untuk memajukan pendidikan bangsa.
Terimakasih kepada seluruh teman-teman mahasiswa program studi pendidikan matematika angkatan tahun 2009 kelas B atas kerja sama dan dukunganya. Salut buat teman-teman sekalian yang walaupun sudah dewasa menjelang tua namun masih lucu, kemajuan pendidikan bangsa tanggungjawab kita.
Terimakasih kepada teman-teman guru SMAN 1 Galang, khusus sdri. Berniwanta Girsang, S.Pd., telah membantu kelancaran penelitian ini. Sdri. Eni Muliawati, M.Pd., sdra. Marsito, M.Si., sebagai teman berdiskusi untuk kebaikan penelitian ini.
Terimaksih kepada seluruh khalayak yang meluangkan waktu untuk belajar dan membaca, khususnya membaca tesis ini. Semoga karya yang kecil ini bermanfaat.
Lubuk Pakam, Maret 2013
Penulis
POMMER SIMBOLON NIM. 0809725023
(10)
i DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1
1.2. Identifikasi masalah ……… 19
1.3. Batasan Masalah ……… 19
1.4. Rumusan Masalah ………. 20
1.5. Tujuan Penelitian ……… 20
1.6. Manfaat Penelitian ……… 21
1.7. Definisi Operasional ... 22
BAB II: KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori ... 25
2.1.1. Karakteristik Matematika ………... 26
2.1.2. Kemampuan Pemecahan Masalah …... 29
2.1.3. Aktivitas Belajar Siswa ... 38
2.1.4. Kemampuan Guru mengelola Pembelajaran ... 39
2.1.5. Model PBM-B3 ... 43
2.1.6. Teori Belajar yang Mendukung... 48
2.1.7. Penelitian yang Relevan ... 53
2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Tindakan ... 55
2.2.1. Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah ... 55
2.2.2. Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa ... 56
(11)
ii
2.2.4. Pengajuan Hipotesis Tindakan... 57
BAB III: METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 59
3.2. Lokasi dan waktu penelitian ... 59
3.3. Subjek dan Objek Penelitian... 60
3.4. Mekanisme dan Rancangan Penelitian... 61
3.4.1 Tahap Perencanaan ... 61
3.4.2 Tahap Pelaksanaan ... 65
3.4.3 Tahap Observasi ... 67
3.4.4 Tahap Refleksi ... 68
3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ... 69
3.5.1 Instrumen tes Kemampuan Masalah ... 70
3.5.2 Instrumen Tes Hasil Belajar ... 71
3.5.3 Karakteristik Butir Soal ... 72
3.5.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 77
3.5.5 Lembar Observasi Respon siswa terhadap Pembelajaran ... 79
3.5.6 Lembar Observasi Kemampuan Guru Menyelenggarakan Pembelajaran dengan Menerapkan PBM-B3 ... 80
3.6. Teknik Analisis Data ... 82
3.7. Kriteria dan Target Keberhasilan ... 86
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Perencanaan Siklus I ... 87
4.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 89
4.1.3 Observasi Siklus I ... 91
4.1.4 Evaluasi Siklus I ... 100
4.1.5 Refleksi Siklus I ... 113
4.1.6 Perencanaan Siklus II ... ... 120
4.1.7 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 123
(12)
iii
4.1.9 Evaluasi Siklus II ... 132
4.1.10 Refleksi Siklus II ... 147
4.2 Temuan Penelitian ... 151
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 155
4.3.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa 156 4.3.2 Peningkatan Ketuntasan Belajar Matematika ... 159
4.3.3 Aktivitas Aktif Siswa ... 161
4.3.4 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran ... 164
4.4 Keterbatasan Penelitian ... 166
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 168
5.2 Saran ... 170
(13)
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2-1 Indikator kemampuan pemecahan masalah matematis ... 37
2-2 Aktivitas Siswa dalam kegiatan PBM-B3 ... 39
2-3 Kegiatan Guru dalam setiap fase sintaksis model PBM-B3 ... 46
2-4 Rubrik Asesmen Extended Responce type esai ... 48
3-1 Kriteria Validasi Instrumen ... 62
3-2 Alokasi waktu pelaksanaan kegiatan Pembelajaran ... 62
3-3 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah ... 70
3-4 Kisi-kisi tes pemecahan Masalah ... 71
3-5 Kisi-kisi tes hasil belajar ... 71
3-6 Kriteria reliabilitas butir soal ... 73
3-7 Kriteria Validitas bitir soal ... 74
3-8 Kriteria daya pembeda ... 75
3-9 Kriteria tingkat kesukaran butir soal ... 76
3-10 Aktivitas siswa yang diamati selama proses pembelajaran ... 78
3-11 Kategori aktivitas Siswa ... 79
3-12 Kriteria tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran ... 80
3-13 Aktivitas guru yang diamati selama proses pembelajaran ... 81
3-14 Kriteria ketuntasan belajar (KKM) ... 83
3-15 Kriteria keberhasilan pembelajaran ... 86
4-1Kadar aktivitas siswa siklus I ... 92
4-2 Hasil penilaian LAS perkelompok siklus I ... 95
4-3 Hasil pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus I 95 4-4 Hasil angket respon siswa siklus I ... 99
4-5 Skor tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa siklus I ... 101
4-6 Skor tes hasil belajar matematika siswa siklus I ... 111
4-7 Catatan lapangan siklus I ... 113
4-8 Hasil refleksi siklus I ... 118
(14)
v
4-10 Kadar aktivitas siswa siklus II ... 124
4-11 Hasil penilaian LAS perkelompok pada siklus II ... 128
4-12 Kemampuan guru mengelola pembelajaran siklus II ... 128
4-13 Skor TKPMM siklus II ... 133
4-14 Skor THB siklus II ... 145
4-15 Catatan lapangan siklus II ... 147
(15)
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
1-1Pola jawaban siswa untuk soal nomor 1 ... 3
1-2Pola jawaban sola nomor 1 sebanyak 7 ... 4
1-3Pola jawaban soal nomor 2 sebanyak 21 ... 6
1-4Pola jawaban soal nomor 3 sebanyak 2 ... 7
1-5Pola jawaban soal nomor 3 sebanyak 11 ... 8
1-6Pola jawaban soal nomor 4 sebanyak 6 ... 9
1-7Dalihan natolu ... ... 16
1-8Dalihan natolu dan sihal-sihal serta Ampang ... 16
2-1 Pola interaksi sosial dalihan na tolu ... 45
3-1 Alur pelaksanaan penelitian tindakan ... 69
4-1 Chart Hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I ... 93
4-2 Chart Kemampuan pengelolaan pembelajaran ... 97
4-3 Chart Kemampuan pemecahan masalah ... 101
4-4 Pola jawaban soal nomor 1 jenis 1 ... 103
4-5 pola jawaban soal nimor 1 jenis 2 ... 104
4-6 Pola jawaban soal nomor 2 jenis 1 ... 105
4-7 Pola jawaban soal nomor 2 jenis 2 ... 107
4-8 Pola jawaban soal nomor 3 jenis 1 ... 109
4-9 Pola jawaban soal nomor 3 jenis 2 ... 110
4-10 Chart Nilai TKPMM siklus II ... 111
4-11 Chart Nilai ketuntasan belajar siklus II ... 112
4-12 Chart Nilai tes hasil belajar siklus II ... 113
4-13 Chart aktivitas aktif siswa siklus II ... 123
4-14 Chart kemampuan pengelolaan pembelajaran siklus II ... 130
(16)
vii
4-16 Pola jawaban soal nomor 1 jenis 1 ... 135
4-17 Pola jawaban soal nomor 1 jenis 1 (sambungan) ... 136
4-18 Pola jawaban soal nomor 1 jenis 2 ... 137
4-19 Pola jawaban soal nomor 2 jenis 1 ... 138
4-20 Pola jawaban soal nomor 2 jenis 1 (sambungan) ... 139
4-21 Pola jawaban soal nomor 2 jenis 2 ... 140
4-22 Pola jawaban soal nomor 3 jenis 1 ... 141
4-23 Pola jawaban soal nomor 3 jenis 1 (sambungan) ... 142
4-24 Pola jawaban soal nomor 3 jenis 1 (sambungan) ... 143
4-25 Pola jawaban soal nomor 3 jenis 2 ... 144
4-26 Chart Nilai TKPMM siklus II ... 145
4-27 Chart ketuntasan belajar matematika siswa siklus II ... 146
4-28 Chart THB siklus II .(individu) ... 147
4-29 Chart TKPMM siklus I, siklus II perkategori ... 156
4-30 Chart TKPMM siklus I, siklus II individu ... 157
4-31 Chart THB siklus I, siklus II perkategori ... 160
4-32 Chart THB siklus I, siklus II individu ... 160
4-33 Chart Aktivitas siswa siklus I, siklus II ... 162
(17)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran hal
I. Instrumen Penelitian
1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa .. 176
2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa ... 177
3 Alternatif Pemecahan Masalah pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa... 178
4 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Tes ... 189
5 Tes Hasil Belajar ... 190
6 Kunci Jawaban THB ... 196
7 Angket Respons Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak ... 197
8 Lembar Pengamatan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak ... 198
9 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak ... 200
II. Perangkat Pembelajaran 1 Pengembangan Silabus ... 203
2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 206
3 Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 234
4 Buku Pegangan Siswa (BPS) ... 265
5 Buku Pegangan Guru (BPG) ... 285
III. Validasi Instrumen Penelitian dan Perangkat Pembelajaran 1 Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 355
2 Validasi Buku Pegangan Guru (BPG) ... 356
3 Validasi Buku Pegangan Siswa (BPS) ... 357
4 Validasi Lembar Aktivitas Siswa (LAS) ... 358
5 Validasi Tes Hasil Belajar ... 361 6 Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa 361 IV. Uji Coba Instrumen Penelitian dan Perangkat Pembelajaran
(18)
ix
1 Deskripsi Hasil Uji Coba Instrumen dan Perangkat Pembelajaran.. 366 2 Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 368 3 Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa 370 V. I. Hasil Penelitian
1 Hasil Tes Hasil Belajar ... 377 2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa... 381 3 Hasil Pengamatan Kemampuan Pengelolaan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak ... 385 4 Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak ... 393 5 Hasil penilaian LAS ... 395 6 Hasil Pengamatan Respons Siswa Terhadap Kegiatan
Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak. ... 397 7 Daftar kelompok diskusi PBM-B3 ... 401
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Trends in International Mathematics and Science Study(TIMSS) 2009 lembaga
yang mengukur hasil pendidikan melaporkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia pada tahun 1999 berada diurutan 34 dari 38 negara, pada tahun 2003 berada diurutan 34 dari 45 negara, dan tahun 2007 berada diurutan 36 dari 46 negara. Fakta diatas mengisyaratkan bahwa ada masalah yang mendasar dalam pembelajaran matematika di kelas saat ini. Kita tahu bahwa matematika adalah pengetahuan yang sangat banyak menggeluti kehidupan manusia. Sinaga (1999:1) mengatakan:
Matematika merupakan pengetahuan yang esensial, sebagai dasar untuk bekerja seumur hidup dalam abad globalisasi. Oleh karena matematika suatu pengetahuan yang esensial dan dasar maka penguasaan tingkat tertentu terhadap matematika sangat diperlukan oleh semua siswa agar kelak memungkinkan dapat bekerja dengan baik dan bermutu. Pada era globalisasi semua sendi kehidupan dirasuki oleh perangkat-perangkat teknologi canggih sehingga tiada pekerjaan tanpa matematika.
Hudoyo (2003:23) menyatakan bahwa “matematika bukanlah pengetahuan yang hanya diperlukan dirinya sendiri, tetapi merupakan pengetahuan yang bermanfaat untuk sebagian besar ilmu-ilmu lain”. Frederich Gauss (Sumardyono, 2004:20) menyatakan “Mathematics is the queen of science...” matematika adalah ratu bagi ilmu pengetahuan.
Matematika mengembangkan berpikir logis. Suriasumantri 1990 (Saragih, 2007:28) mengatakan “berpikir logis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan berpikir untuk memperoleh suatu pengetahuan menurut pola tetentu”. Makna dari kutipan-kutipan diatas bahwa (1) matematika mutlak dibutuhkan dalam kehidupan, (2) ada masalah pembelajaran matematika di indonesia, apabila masalah ini dibiarkan akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan daya saing bangsa Indonesia di dunia.
(20)
2
Bangsa Indonesia sangat mengerti dan menyikapi masalah ini dengan melakukan berbagai usaha disegala aspek yang berkenaan dengan pendidikan bangsa, sarana prasarananya, termasuk memperbaharui dan memperbaiki kurikulum. Depdiknas (2003) menyatakan:
Kecakapan matematika mulai dari SD hingga SMA sederajat adalah: (1) Menunjukkan Pemahaman Konsep. (2) mampu mengomunikasikan gagasan (3) Mampu bernalar (4) Mampu memecahkan masalah (4) Memiliki sikap menghargai matematika. Kemampuan bernalar, pemahaman atas konsep, kemampuan komunikasi dan koneksi matematik akan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang kelak akan menciptakan anak bangsa yang kompetitif.
Peneliti mengadakan penelitian sederhana dengan mengujikan 4 (empat) butir soal yang merupakan uji kemampuan pemecahan masalah matematika kepada siswa kelas XII. IPS-2 SMAN 1 Galang ternyata, kemampuan pemecahan masalah siswa sangat rendah, karena dari 31 orang siswa tak satupun mampu tuntas memecahkan masalah nomor 1, 20 orang siswa mampu memecahkan masalah nomor 2 namun belum menunjukkan proses pemecahan masalah yang benar, dan ada 3 (tiga) orang siswa yang mampu memecahkan masalah nomor 3, serta tidak seorangpun siswa mampu memecahkan masalah nomor 4.
Berikut ini gambaran jawaban siswa, penulis menggolongkan pola pekerjaan siswa sejenis.
Masalah nomor 1:
Pak Togar penjual ikan, menjajakan jualannya ke lorong-lorong kota bersepeda. Dari TPI, ikan Mas dan ikan Mujair ia beli masing-masing 16.000,00 rph per kg dan 8.000,00 rph per kg. Setiap pagi Pak Togar membeli ikan dengan modal 320.000,00 rph untuk ia jual per hari. ia menempatkan ikan tersebut pada keranjang sepedanya yang mampu menampung beban 40 kg. Ikan mas dan mujair ia jual ming-masing seharga 18.000,00 rph per kg dan 12.000,000 rph per kg. Tulislah bentuk matematika sistem pertidaksamaan linear dua variabel yang menyatakan permasalahan ini.
(21)
3
Ada 9 (sembilan) jenis jawaban siswa atas masalah nomor 1 dan jawaban yang terbanyak adalah jenis-jenis berikut:
Gambar I-1: Pola jawaban siswa untuk soal nomor 1 sebanyak 10
Memperhatikan pola jawaban ini dapat disimpulkan bahwa siswa tidak paham pertanyaan, tidak dapat mengelompokkan konstanta yang ada yang saling terkait, siswa ini hanya dapat membedakan variabel terhadap objek yang dipermasalahkan. 32,26% memberi jawaban jenis ini.
(22)
4
Gambar I-2: Pola jawaban soal nomor 1 sebanyak 7
Memperhatikan pola jawaban ini dapat disimpulkan bahwa siswa tidak paham masalah, tidak dapat mengelompokkan konstanta yang ada yang saling terkait, siswa ini hanya dalam membedakan variabel atau objek yang dipermasalahkan. 25,58% memberi jawaban jenis ini.
Dari semua jenis jawaban menunjukkan bahwa siswa kurang memahami kalimat demi kalimat dalam soal, kurang memahami arti variabel yang dibuatnya, kurang mampu mengelompokkan dan mengaitkan konstanta-konstanta dengan variabel yang tepat, artinya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah.
(23)
5
16000 + 8000 ≤ 320000 + ≤ 40
≥ 0 ≥ 0 , ∈
Keterangan
= banyaknya ikan mas (kg), = banyaknya ikan mujair (kg)
Apabila diakumulasi secara klasikal ternyata masalah 1 hampir terjawab karena pertidaksamaan-pertidaksamaan yang diminta sebagian besar sudah tampil yaitu. Jawaban:
16000 + 8000 ≤ 320000, jawaban: + ≤ 40, sehingga diharapkan berdiskusi dapat mengatasi masalah belajar semacam ini.
Masalah nomor 2:
Ada 6 (enam) jenis jawaban siswa atas masalah nomor 2 dan jawaban terbanyak adalah jenis-jenis berikut:
Linda dan Tuti berbelanja di toko swalayan masing-masing membeli buku tulis dan pensil
jenis yang sama. Linda
membayar 10.000,00 rupiah
untuk 3 buku tulis serta 1 pensil, Tuti membayar 13.000,00 rupiah untuk 4 buku tulis dan 1 pensil. Berapa harga 1 buku tulis dan 1 pensil.
(24)
Gamba Memperhatikan jaw benar. 61,74% memberi ja
≥ 8 hal ini masih menja
Masalah 3:
Ada 9 (sembilan) je benar sebagai berikut:
pa di g dua pe m
6
bar I-3: Pola jawaban soal nomor 2 sebanyak 21 waban ini disimpulkan bahwa siswa paham ma jawaban jenis ini, tetapi belum mencapai k njadi masalah pembelajaran.
) jenis jawaban masalah nomor 3, terdapat se
Tunjuklah dua titik berbeda pada bidang kartesius yang disediakan pada lembar kerja, gambarlah garis lurus melalui dua titik tadi lalu tentukanlah
persamaan linear yang
menyatakan garis tersebut.
k 21
masalah, jawabannya i ketuntasan klasikal
(25)
7
Gambar1-4: Pola jawaban masalah 3 sebanyak 2
Inti permasalahan yang ditampilkan dalam masalah nomor 3 adalah bahwa suatu garis lurus dapat dibuat menggunakan dua titik. Menemukan persamaan linier menggunakan koordinat-koordinat titik-titik tersebut dan kemudian disebut persamaan garis lurus. Dalam hal ini dibutuhkan pengetahuan awal yaitu mengenai gradien atau indeks kemiringan garis, dalam hal ini dianggap telah dikuasai sebelumnya oleh para siswa.
(26)
8
Gambar I-5: Pola jawaban soal nomor 3 sebanyak 11
Memperhatikan jawaban yang diberikan siswa seperti pola jawaban ini dapat disimpulkan bahwa siswa memahami permasalahan yaitu menentukan persamaan garis lurus melalui dua titik, namun dalam pemecahan siswa menuliskan diawal pekerjaannya bentuk persamaan linier yang menurutnya adalah jawaban yang diinginkan lalu kemudian mensubstitusi secara bergantian angka nol kedalam persamaan dan hasilnya sama sekali tidak benar ditunjukkan oleh gambar yang dibuat. Siswa tidak mampu menyajikan proses pemecahan masalah secara logis. Siswa yang memberikan jawaban seperti ini sebanyak 11 orang dari 31 orang siswa yaitu 35,48%.
Masalah 4:
Tulislah persamaan garis lurus yang sejajar dengan garis yang persamaanya 4. 000 + 3.000 = , ∈ berada pada posisi paling ujung kanan bidang yang diarsir pada gambar berikut.
(27)
Ada 2 (dua) jenis pola ja
Gamba Memperhatikan jaw disimpulkan bahwa siswa siswa mengerti mengenai g sekali”. Memperhatikan permasalahan, atau tidak m
9
jawaban untuk masalah 4 sebagai berikut:
bar I-6 Pola jawaban soal nomor 4 sebanyak 6 awaban yang diberikan siswa seperti pola j a kurang memahami maksud pertanyaan dal i garis. Jenis jawaban lainya “Siswa tidak me n keadaan ini disimpulkan bahwa siswa k memiliki cukup waktu.
k 6
a jawaban ini dapat dalam masalah tetapi emberi jawab sama a tidak mengenal
(28)
10
Dari 4 masalah yang diajukan secara klasikal tidak terpecahkan, sehingga pengamatan ini menunjukkan tingkat kemampuan pemecahan masalah dalam rentang 0 sd 10 adalah = !"#"#$ %!=&'()*∗), =,&*&) = 1,8
Jaworski (1994) mengemukakan bahwa “pembelajaran matematika tidaklah mudah”. Pendapat ini tidak mematikan semangat guru namun harus menjadi motivasi untuk berinovasi dan berkreasi dalam pembelajaran dikelas. Memang tidak dipungkiri bahwa sebahagian guru dalam melaksanakan tugasnya hanya melepas rodi saja, sebahagian karena telah kehilangan kompetensi keguruannya. Hasil penelitian Portal Dunia Guru (2007) menunjukkan:
Terdapat fenomena bagaimana tindakan guru di kelas, memang banyak guru matematika tidak mampu melaksanakan KBM dengan baik, walaupun seluruh guru telah dibekali sepuluh kompetensi guru. Fenomena itu antara lain (1) Banyak siswa malas mengikuti pembelajaran matematika hanya karena cara guru yang menyajikan pembelajaran tidak sesuai dengan keinginan siswa. (2) Siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika dan akibatnya hasil belajar matematika tidak sesuai harapan. (3) Sebagian siswa berpendapat bahwa guru menyampaikan materi matematika tidak menarik. (4) Pembelajaran matematika oleh guru terlalu monoton bahkan guru cenderung kurang dapat berkomunikasi dengan siswa sehingga suasana kelas menjadi kaku.
Ternyata bukan materi matematika yang terlalu sukar dipelajari, tetapi beberapa hal yang dipaparkan diatas menjadi momok yang menyulitkan siswa dalam belajar matematika. Kutipan diatas sedikitnya mengingatkan kita agar mengintrospeksi pembelajaran yang telah kita lakukan.
Beberapa hal merupakan ciri praktek pendidikan di Indonesia yang belum relevan dengan tujuan pembelajaran matematika didukung pernyataan Marpaung (2006:7) mengatakan bahwa:
(29)
11
Pembelajaran matematika (lama), yang sampai sekarang pada umumnya masih berlangsung di sekolah (kecuali sekolah mitra PMRI), didominasi paradigma lama yaitu paradigma mengajar dengan ciri-ciri: (a) guru aktif mentransfer pengetahuan ke pikiran siswa (b) siswa menerima pengetahuan secara pasif ( murid berusaha menghafal pengetahuan yang diterima) (c) Pembelajaran bersifat mekanistik (d) pembelajaran dimulai dari guru dengan menjelaskan konsep atau prosedur menyelesaikan soal, memberi soal-soal latihan pada siswa (e) guru memeriksa dan memberi skor pada pekerjaan siswa dan (f) jika siswa melakukan kesalahan, guru memberi hukuman dalam berbagai bentuk (pengaruh behaviorisme).
Dari kutipan diatas diambil makna bahwa rendahnya kemampuan matematika
seperti dinyatakan oleh TIMSS, diakibatkan oleh kesalahan dalam pembelajaranya sendiri.
Ratumanan (2004:32) mengemukakan:
Siswa hampir tidak pernah dituntut mencoba strategi sendiri atau cara alternatif dalam memecahkan masalah. Siswa pada umumnya duduk sepanjang waktu diatas kursi dan jarang siswa berinteraksi sesama siswa selama pelajaran berlangsung. Siswa cenderung pasif menerima pengetahuan tampa ada kesempatan mengolah sendiri pengetahuan yang diperoleh, aktifitas siswa seolah terprogram mengikuti algoritma yang dibuat guru.
Kecenderungan praktek pembelajaran yang kurang baik seperti dalam kutipan-kutipan diatas juga terjadi di SMA Negeri 1 Galang, sehingga diperlukan lebih banyak lagi inovasi penelitian tindakan seperti ini. Dari kutipan pendapat ahli diatas diambil makna bahwa guru harus memberikan kebebasan kepada siswa dari mulai memahami, menganalisis, menghubung-hubungkan hingga menyimpulkan pelajaranya. Guru berani melepaskan muridnya menghadapi tantangan pelajaran, memotivasi aktivitas belajar, menerapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM).
Guru hendaklah mampu merancang dan melaksanakan PAIKEM sesuai dengan kebutuhan, memahami berbagai strategi, metode dan model pembelajaran dengan teori belajar yang mutahir. Tugas guru memang tidak ringan namun pemerintah sudah memberikan dukungan dengan baik melalui sertifikasi guru dan memberi tunjangan profesi dengan maksud agar guru benar-benar profesional dalam melaksanakan
(30)
12
pembelajaran, guru harus kompeten. Guru harus profesional menguasai teori belajar yang baik, model pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran pokoknya menguasai metodologi pembelajaran dan mahir mendesain pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki seorang guru matematika memampukannya untuk membuat pembelajaran matematika menarik dan menyenangkan.
Paradigma baru pendidikan yang berorientasi kebutuhan siswa dan aktivitas siswa, upaya individu siswa yang disebut dengan teori Konstruktivis. Menurut Mahoney (Tim instruktur PLPG unimed, 2008:24) “konsep utama konstruktivisme adalah membangun struktur secara berkelanjutan”. Konstruktivisme pada dasarnya merupakan sebuah teori tentang batas-batas pengetahuan manusia, suatu keyakinan bahwa semua pengetahuan harus merupakan produk dan tindakan kognitif masing-masing individu (Tim instruktur PLPG unimed, 2008: 25).
Von Glasersfeld “Theory of knowledge with roots in philosophy, psychology
and cybernetics” (p.162), menggambarkan konstruktivisme; In the constructivist perspective, knowledge is constructed by the individual through his interactions with his environment. Artinya; dalam pandangan penganut konstruktivis, pengetahuan dibangun oleh pribadi melalui interaksi dengan lingkunganya (Suparno, 1997).
Siswa berasal dari latar belakang, lingkungan sosial dan pengalaman yang berbeda-beda maka dalam menimba ilmu cocoknya diberikan kebebasan dalam hal cara yang tentu disesuaikan dengan kebiasaannya. Begitulah makna dari kutipan diatas. Prinsip-prinsip konstruktivis yang banyak digunakan dalam pembelajaran antara lain (1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri, baik secara personal maupun secara sosial, (2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar, (3) murid aktif mengonstruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah, (4) guru
(31)
13
sekedar membantu menyediakan sarana dan menciptakan situasi agar proses mengonstruksi oleh siswa berjalan baik.
Peneliti mengajukan model pembelajaran yang mengakomodir cukup banyak syarat-syarat prinsip-prinsip konstrutivisme yaitu menyusun sendiri (pembelajaran berdasarkan masalah), belajar bermakna dan masalah yang dibahas berada dalam linkungan kehidupan ril siswa (budaya). Kehidupan ril siswa adalah keseharian kegiatan dan ruang pikir (intelektual) siswa sesuai dengan umur dan perkembangan jasmani dan rohaninya. Budaya atau kebiasaan (“siswa”) merupakan segala sesuatu yang sangat menyatu dengan diri dan kehidupan (“siswa”). Manusia (“siswa”) gemar berkelompok dalam suatu komunitas. Suatu komunitas (“siswa”) memiliki ciri dan karakter yang unik dalam menjalani kehidupanya. Suatu komunitas menganut tata cara yang sesuai dengan mereka, menyatu dengan diri mereka baik secara rohani dan jasmani.
Mempelajari sesuatu yang baru akan lebih mudah apabila pendekatan dilakukan berbasis budaya dengan alasan karena budaya sudah berakar pada diri para siswa semenjak ia dilahirkan. Tiap-tiap suku bangsa memiliki budayanya sendiri-sendiri, ini dapat dipastikan karena setiap komunitas manusia mendapat masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut dengan cara mereka sendiri yang sesuai dengan jiwa dan hati mereka secara komunitas. Dalam menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi oleh kelompok atau suatu komunitas tentu mempunyai kekhasan dan kehandalan-kehandalan tersendiri.
Koentjaraningrat (1996:72) mengatakan.
Menurut Antropologi: Kebudayaan adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar. Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang tidak dibiasakannya dengan belajar (yaitu tindakan naluri, reflex atau tindakan-tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologi, maupun berbagai
(32)
14
tindakan yang membabibuta), sangat terbatas. Bahkan berbagai tindakan yang merupakan nalurinya (misalnya makan, minum, dan berjalan) juga telah banyak dirombak oleh manusia sendiri sehingga menjadi tindakan kebudayaan.
Dari kutipan diatas ditangkap makna bahwa belajar sangat erat hubungannya dengan kebudayaan boleh berarti kebudayaan itu ada karena belajar dan belajar untuk kebudayaan. Belajar akan lebih menarik, bermakna bila dihantarkan dengan kebudayaan dan berada dalam kebudayaan tersebut. Kalimat ini saya katakan untuk menunjukkan begitu menyatunya belajar dengan kebudayaan. Menurut Koentjaraningrat (1996:73)
Istilah kebudayaan dan culture. Kata kebudayaan berasal dari bahasa
sanskerta buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau kekal. Kata asing culture .. , memiliki makna yang sama
dengan kebudayaan, yang kemudian berkembang menjadi segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam. --- (p:76). Nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh warga suatu masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai pedoman orientasi pada kehidupan para warga masyarakat bersangkutan.—sejak kecil orang telah diresapi oleh berbagai nilai budaya yang hidup didalam masyarakatnya, sehingga konsep-konsep budaya itu telah berakar dalam alam jiwanya. Karena itu untuk mengganti suatu nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai buadaya lain diperlukan waktu lama.
Dari kutipan diatas diambil simpulan bahwa sangat bijaksana apabila pembelajaran yang dilakukan kepada siswa mengikuti nilai-nilai kebudayaan siswa. Peneliti menerapkan model PBM-B3 dan berharap dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis para siswa. Model PBM-B3 merupakan pembelajaran yang dikendalikan
dengan masalah yang konteksnya pada lingkungan budaya dengan interaksi Dalihan Na
(33)
15
Gambar 1-7: Dalihan Na Tolu
Dalam hubungan kekerabatan orang Batak terikat satu dengan yang lainya dengan
tiga cara yaitu (1) Dongan tubu, (2) Boru, (3) Hula-hula dengan demikian disebut dengan
ungkapan “Dalihan Na Tolu” (dalam bahasa melayu artinya tungku nan bertiga). Dalam
hubungan orang Batak dengan dunia luar kekerabatan disebut dengan ungkapan Dalihan
Na Tolu pa Opat Sihal-sihal artinya tungku nan bertiga dengan penyocok (Adjustment)
sebagai yang ke empat. Dalam hal ini pihak ke empat disebut Dongan Sahuta, komunitas
seperti ini dalam istilah Batak ada sebutan suhi ampang na opat (pojok bakul nan empat).
(a) Sihal-sihal & Dalihan Na Tolu (b) Ampang
Gambar 1-8 (a) Dalihan Natolu dan Sihal-sihal (b) Ampang
Ampang (dalam bahasa indonesia disebut Bakul) adalah suatu wadah yang terbuat
dari anyaman bambu atau rotan alasnya dibuat persegi empat dan bagian mulut atasnya berbentuk lingkatran, biasanya berisi 10-20 liter padi. Banyak bagian kegiatan adat Batak
memerlukan ampang seperti ampang tempat tulang belulang leluhur dan sebutan sihunti
ampang (penjujung bakul) pada acara adat ( mangadati).
Dongan sahuta (dalam bahasa Indonesia berarti kerabat sekampung). Kerabat
sekampung tidak terbatas marga dan suku yang berfungsi dan bertugas melegalkan dan membenarkan (mengevaluasi, memberi petunjuk supaya jangan salah serta jangan
(34)
16
masalah yang timbul secara tiba-tiba, yang baru ataupun yang sudah biasa, maka orang Batak secara otomatis mengetahui fungsi dan tugasnya masing-masing dengan melihat titik pusat terjadinya permasalahan atau titik pusat kegiatan. Dalam model PBM-B3 yang
ditampilkan di sini adalah interaksi dalihan na tolu dan masalah yang diasajikan
melibatkan budaya ( budaya Batak). Siswa membentuk kelompok Dalihan Na Tolu yang
setiap kelompoknya terdiri dari subkelompok dongan tubu, boru, hula-hula
masing-masing 2 (dua) orang serta pihak instruktur dan guru sebagai kelompok dongan sahuta
terdiri dari 2-3 siswa ditambah guru. Masalah yang ditampilkan dalam pembelajaran
adalah merupakan fakta budaya (budaya Batak).
Dalam kebudayaan Batak, apabila menghadapi suatu masalah maka akan diadakan suatu bentuk musyawarah guna menyelesaikan permasalahan tersebut sebagai berikut (1)
Tonggo raja ( sise atau sungkun, hata ni ulaon, paniroion, rimpunan). Tahap ini adalah
merupakan rapat besar untuk memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah,
pembagian tugas dan menentukan siapa yang terlibat (2) Ulaon. Tahap ini adalah
melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan pada tonggo raja (3)
Mangolophon. Tahap terahir dari kegiatan adalah melihat kembali, legalisasi dan penutup.
Ini menunjukkan bahwa orang Batak selalu menerapkan strategi pemecahan masalah dengan baik sebagaimana George Polya kemukakan yaitu: Memahami masalah, merencanakan pemecahan masalah, melaksanakan pemecahan masalah sesuai rencana, melihat kembali pemecahan masalah.
SMA Negeri 1 Galang berada di daerah pedesaan yang berkembang. SMAN 1 Galang mengasuh siswa yang heterogen yaitu Batak, Melayu dan Jawa. Model PBM-B3 disampaikan dengan bahasa yang dimengerti oleh siswa sehingga menerapkan model PBM-B3 pada SMAN 1 Galang akan dapat terlaksana dengan baik. Kemudian daripada itu
(35)
17
dan kepada para siswa dijelaskan bahwa ada hak/kewajiban dan peran yang harus dilakonkannya sesuai subkelompoknya masing-masing. Siswa harus bergilir mendapat
subkelompok dongan tubu, hula-hula, maupun boru agar lebih memahami tanggungjawab
dan hak. Setiap siswa dari suku manapun tidaklah sulit melakonkan peran dongan tubu,
hula-hula, maupun boru. Untuk lebih memperlancar PBM-B3 didalam buku pegangan
guru secara ringkas dijelaskan peran dan lakon setiap subkelompok dalihan na tolu.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan siswa memecahkan masalah matematika masih termasuk kategori
rendah.
2. Prestasi belajar matematika siswa masih termasuk kategori rendah.
3. Aktifitas siswa dalam belajar matematika masih bersifat pasif menerima
pengetahuan.
4. Respon siswa terhadap matematika masih termasuk kategori rendah.
5. Model pembelajaran yang diterapkan guru selama ini kurang relevan dengan tujuan
dan karakteristik matematika.
6. Dalam proses pembelajaran guru belum berupaya merancang masalah dari
lingkungan budaya siswa.
7. Guru belum melibatkan fakta dan lingkungan budaya dalam memotivasi siswa
belajar matematika.
1.3. Batasan Masalah
Dari beberapa masalah yang teridentifikasi diatas agar penelitian ini lebih fokus, maka masalah yang akan diteliti fokus pada
(36)
18
1. Prestasi belajar matematika siswa termasuk kategori masih rendah.
2. Aktifitas siswa dalam belajar matematika masih bersifat pasif menerima
pengetahuan.
3. Model pembelajaran yang diterapkan guru selama ini kurang relevan dengan tujuan
dan karakteristik matematika.
4. Kemampuan siswa memecahkan masalah matematika termasuk kategori masih
rendah.
5. Dalam proses pembelajaran, guru belum berupaya merancang masalah dari
lingkungan budaya siswa.
6. Guru belum melibatkan fakta dan lingkungan budaya dalam memotivasi siswa
belajar matematika.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab yaitu:
1. Apakah dengan penerapan model PBM-B3 dapat meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa?
2. Apakah dengan penerapan model PBM-B3, kriteria ketuntasan minimal (KKM)
matematika siswa terpenuhi?
3. Bagaimana aktivitas siswa dalam penerapan PBM-B3?
4. Bagaimana respon siswa terhadap komponen PBM-B3?
5. Bagaimana tingkat kemampuan guru menyelenggarakan pembelajaran dengan
menerapkan model PBM-B3?
6. Bagaimana proses pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah Polya?
(37)
19
Sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian diatas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa
yang mengikuti PBM-B3.
2. Mendeskripsikan ketuntasan belajar matematika siswa yang mengikuti PBM-B3.
3. Mendeskripsikan kadar aktivitas siswa yang mengikuti PBM-B3.
4. Mendeskripsikan faktor-faktor yang menghambat kelancaran PBM-B3 dan
alternatif mengatasinya termasuk mewawancara siswa yang justru menurun prestasinya.
5. Mendeskripsikan respon siswa terhadap komponen PBM-B3.
6. Mendeskripsikan tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran.
7. Mendeskripsikan proses pemecahan masalah.
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian, dapat diperoleh manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Apabila penerapan model PBM-B3 dalam penelitian ini berpengaruh positif
terhadap hasil belajar siswa, maka model PBM-B3 dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif strategi meningkatkan kualitas pembelajaran matematika, dan secara khusus memperbaiki hasil belajar.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi guru SMA dalam
pembelajaran serta berguna bagi pengembangan kurikulum matematika SMA.
3. Sebagai sumber informasi bagi sekolah, bahwa penerapan model PBM-B3 suatu
(38)
20
4. Menyajikan rekomendasi model PBM-B3 berkaitan dengan etnis masyarakat
sekolah.
1.7. Defenisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pembelajaran berdasarkan masalah adalah konsep belajar yang dalam proses
belajar dimulai dengan menyajikan masalah, memecahkan masalah, selama proses kegiatan pemecahan masalah ditemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
2. Budaya adalah nilai kehidupan kelompok masyarakat, yaitu kebiasaan, kesenian,
bahasa, adat-istiadat, tata krama, kepercayaan, makanan dan daerah habitat.
3. Batak adalah satu suku bangsa Indonesia yang memiliki prinsip-prinsip interaksi
sosial, sistem kekerabatan yang disebut Dalihan Na Tolu.
4. Nilai-nilai didikan leluhur suku Batak dalam pembelajaran. Menurut Gultom
(1992) menyatakan, suku Batak memandang anakkon ki do na ummarga di au
anakkon ki do hamoraon di au. Artinya anak adalah harta yang tertinggi nilainya,
anak adalah segalanya bagi suku Batak. Sehingga pertumbuhan anak, pendidikan anak adalah perhatian utama.
5. Dalihan Na Tolu pada tulisan ini diambil arti sebahagian yaitu interaksi di dalam
melakukan kegiatan menghadapi sesuatu pekerjaan. Ada tiga subkelompok kekerabatan dalam interaksi sosial Batak yang saling mengisi, saling mendukung,
dan harus bertiga yaitu dongan tubu, boru, dan hula-hula. Akan tetapi masayakat
(39)
21
dibutuhkan satu kelompok lagi yaitu dongan sahuta sehingga menjadi empat
subkelompok sehingga dikatakan dengan dalihan na tolu pa opat sihal-sihal.
6. PBM-B3 adalah model pembelajaran yang dalam prosesya dimulai dengan
menyajikan masalah, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan mengaitkan masalah dalam lingkungan budaya
Batak, budaya para siswa menggunakan interaksi sosial Dalihan Na Tolu yang
merupakan falsafah sosial suku Batak.
7. Rencana Pelaksanaan pembelajaran adalah suatu pedoman bagi guru
mengoperasionalkan pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan secara efektif dan efisien dengan sistem pendukung antara lain, Buku Pegangan Guru (BPG) Buku Pegangan Siswa (BPS) dan Lembar Kerja Siswa (LAS).
8. Aktifitas siswa adalah keterlibatan siswa dan guru, siswa dan siswa dalam
pembelajaran yang diukur dengan instrumen lembar observasi aktivitas siswa (LOAS). Kadar aktivitas siswa adalah seberapa besar persentase waktu yang digunakan oleh siswa untuk melakukan tiap indikator/kategori aktivitas siswa.
9. Faktor-faktor penghambat kelancaran penerapan PBM-B3 adalah semua aspek
yang mempengaruhi kegiatan diantaranya mungkin oleh karena buku pegangan guru, buku pegangan siswa, LAS, perbedaan suku siswa dan/atau guru dan kebudayaan Batak yang disajikan. Dan lain-lainya.
10.Respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran adalah pendapat senang/ tidak
senang dan baru/ tidak baru terhadap komponen pembelajaran yang dikembangkan. Respon siswa diukur dengan menggunakan instrumen respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
(40)
22
11.Kemampuan guru mengelola pembelajaran adalah keterampilan guru
melaksanakan setiap tahap-tahap pembelajaran yang diukur melalui lembar observasi model PBM-B3.
12.Hasil belajar adalah penguasaan atau daya serap siswa melalui pemecahan masalah
terhadap materi ajar.
13.Ketuntasan belajar adalah: Tuntas individu jika siswa menjawab benar ≥ - (- =
nilai KKM) dan tuntas klasikal jika ≥ 8 siswa tuntas individu.
14.Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah penyelesaian soal dan
pertanyaan yang memenuhi prinsip-prinsip pemecahan masalah.
15.Kemampuan awal siswa ialah nilai matematika siswa sebelum memasuki
pembelajaran model PBM-B3, dapat kiketahui melalui nilai ujian sebelumnya atau dengan ujian secara khusus yang gunanya adalah untuk mengelompokkan siswa
(41)
131
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan temuan, hasil analisis data penelitian, dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada Bab III dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:
1) Hasil tindakan pada siklus I, setelah diberikan tes kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa terdapat 3 dari 32 orang siswa yang mengikuti tes memiliki nilai dengan kategori minimal “baik” atau sebesar 9,4% siswa memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis secara klasikal. Kemudian setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II sebanyak 3(tiga) kali pertemuan siswa kembali diberi tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, terdapat 26 dari 32 orang siswa memiliki nilai dengan kategori minimal “baik”. Tingkat keberhasilan pada siklus II ini secara klasikal sebesar 81,2% ini berarti ada peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dari siklus I ke siklus II
2) Hasil tindakan siklus I, setelah diberikan Tes Hasil Belajar matematika
terdapat 15 dari 32 orang siswa mengikuti tes memiliki nilai dengan kategori minimal “baik”. Berarti 46,9% tingkat ketuntasan belajar matematika secara klasikal. Kemudian setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi sebanyak 3 (tiga) kali pertemuan, terdapat 26 dari 32 orang siswa yang mengikuti tes memiliki nilai dengan kategori minimal “baik”. Berarti 81,2% tingkat ketuntasan belajar matematika klasikal. Dilihat dari
(42)
132
persentase keberhasilan siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar matematika siswa.
3) Hasil observasi aktivitas siswa pada tindakan siklus I terdapat 1 (satu) dari
5 (lima) kategori pengamatan aktivitas aktif siswa berada pada batas toleransi yang ditentukan, dan setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II diperoleh 5 (1ima) dari 5 (lima) kategori pengamatan aktivitas aktif telah berada pada batas toleransi yang ditentukan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan kadar aktivitas aktif siswa dari siklus I ke siklus II.
4) Hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
pada siklus I aspek penilaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berbasis masalah berada pada kategori “cukup baik” (3,5). Setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II setiap aspek penilaian kemampuan guru mengelola pembelajaran berada dalam kategori “baik” (4). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam pengelolan pembelajaran dari siklus I ke siklus II.
5) Hasil Observasi Respons Siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah Berbasis Budaya Batak menunjukkan bahwa siswa dan guru menyenangi kegiatan belajar dan berdiskusi yang diterapkan.
(43)
133
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan diatas, dapat
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1) Alokasi waktu pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini hanya dilakukan
6 (enam) kali pertemuan dalam waktu 2 bulan. Untuk penelitian lebih lanjut agar dilaksanakan dalam waktu setidaknya 1(semester) atau 6 (enam) bulan, sehingga hasil yang diperoleh maksimal.
2) Penelitian selanjutnya agar menambah alokasi waktu pertemuan dalam
penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah berbasis budaya Batak.
3) Dalam penelitian ini, subjek yang diamati adalah siswa kelas XII IPS 2
SMAN 1 Galang. Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti subjek pada tingkat sekolah yang yang lainya yang sederajat pada daerah lainnya.
4) Bagi guru matematika, model PBM-B3 dapat menjadi salah satu alternatif
pembelajaran yang akan diterapkan dikelas yang dinilai dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan ketuntasan belajar matematika siswa serta aktivitas belajar siswa.
5) Penerapan model PBM-B3 mampu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah matematis dan ketuntasan belajar matematia siswa. Temuan penelitian, hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya meningkatkan kemampauan pemecahan masalah matematis pada jenjang yang berbeda maupun mata pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini.
6) LAS dan BPS pada penelitian ini disajikan telah menyinggung sedikit
mengenai masalah yang akan diujikan, sebaiknya berbeda daripada yang telah dibahas dalam LAS dan BPS namun masil memiliki level sama.
(44)
131
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ahmad B.(2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah. Tesis
tidak di terbitkan. Medan: PPS UNIMED.
Ambarita J. (2004). Pembelajaran Matematika SMU dengan Pendekatan PMR.
Makalah disajikan dalam seminar nasional Workshop Pendidikan Matematika, FMIPA UNIMED, 29-30 Agustus 2004
Arikunto S, (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung :
Bumi Aksara.
Arikunto S, (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Ari Y., Rosihan, Indriyastuti, (2008). Perspektif Matematika 3 Untuk kelas XII
SMA dan MA. Solo. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo Jawa Tengah.
Borich, Gary D. (1990). Observation Skills for Effective Teaching. Englewood
Cliffs: Merril Publisher
Budhi W.S, (2003). Langkah Awal Menuju ke Olimpiade Matematika. CV.
Ricardo. Jakarta
Sapa’at A. (2008). Paradigma Pembelajaran Matematika Bermakna dan
Menyenangkan. Portal Dunia Guru. (November 2008).
Dahar R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. (1995). Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta : Depdikbud.
Freudenthal H. (1973). Mathematics as an Aducational Task. Dordrecht, The
Netherlands: Riedel.
Grinnell, Jr., Richard M. (1998). Social Work Research and Evaluation. Third
(45)
132
Gultom S. (2008). Learning Revolution. Makalah disajikan dalam seminar
nasional dalam rangka acara UNIMED FAIR 2008. UNIMED, 27 Agustus 2008.
Hamalik O. (1990). Perencanaan berdasarkan sistem. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
Hamalik O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hudojo H. (1980). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Hudojo H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan P2LPTK Jakarta.
Ibrahim M., Nur M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
UNESA.
Kemp, et all. (1994). Designing effective instruction. NY: Macmillan College
Publishing Company, Inc. New York. ISBN 0-02-362989-4 .
Karnasih I. (2001). Prospek Pendidikan Matematika di Sumatera Utara. Makalah
disajikan dalam seminar sehari Penerapan Matematika Realistik Pada Sekolah dan Madrasah November 2001.
Karnasih I. (1998). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru
dan SPG. Bandung: Tarsito.
Koentjaraningrat. (1997). Pengantar Antropologi Pokok-pokok etnografi I.
Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (1997). Pengantar Antropologi Pokok-pokok etnografi II.
Jakarta: Rineka Cipta.
Krulik S., & Rudnick J.A. (1996). The New Source for Teaching Reasoning and
Problem Solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn and bacon.
Marpaung Y. (2006). Karateristik PMRI (Pendidikan Matematika Realistik
Indonesia), Jurnal Pendidikan Matematika MATHEDU, Volume 1 nomor,
Edisi Januari 2006. Surabaya: PPS UNESA.
Marzuki A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa (Penelitian Eksperimen Pada MAN
(46)
133
Buntet Pesantren Kabupaten Cirebon)”. Tesis tidak diterbitkan. Bandung. UPI. Bandung.
Nasution A.H. Dkk, (1994). Matematika 2 untuk Sekolah Menengah Umum Kelas
2. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
National Council of Teacher Mathematics. (2000). Principles anf Standards for
Schools Mathematics. USA: Reston V.A.
Polya G. (1980). On Solving Mathematical Problem in High School, dalam Krulik
Stephen & Rays, Robert E. (eds). Problem Solving in School Mathematics. Reston-Virginia, NCTM.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. (2003). Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Depdiknas.
Russenfendi E.T. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Semarang Press.
Shadiq F. (2007). Laporan Hasil Seminar Lokakarya Pembelajaran Matematika.
Jogjakarta: P4TK
Safari (2004). Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta:
Direktorat Dikmenum.
Saragih S. (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui PMR. Disetasi tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI.
Sinaga B. (1999). Efektivitas Model Pembelajaran Bedasarkan Masalah
(Problem-based Instruction) pada kelas 1 SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPS UNESA.
Sinaga B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan
Masalah Berbasis Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPS UNESA.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Salvin, Robert E. (1994). Educational Psycology, Theorie and Practice. Fourth
(47)
133
Soedjadi R. (1994). Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wahana
Pendidikan dan Pembudayaan Penalaran, Media pendidikan Matematika Nasional, Nomor 4 Th.3. Surabaya: IKIP Surabaya.
Soedjadi R. (1995). Miskonsepsi Dalam Pengajaran Matematika (pokok-pokok
tinjauan dengan konstruktivisme), Surabaya: IKIP Surabaya.
Soedjadi R. (2001). Kiat Pendidikan di Indonesia, (konstalasi keadaan masa kini
menuju harapan masa depan). Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi: Depdiknas.
Soejono. (1998). Pengajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Steffe L.P. Eds. (1996). Theoris of Mathematics. Aukland: Penguin Books
Sudijono, A. (1997). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Suherman, E. (1993). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Bandung:
Sinar Baru.
Suparno P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisisus.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Dirjendikdasmen
PPPG Matematika Yogyakarta.
Taylor, Lyn. (1993). Vigotskyan Scientific Concepts: Implications for
Mathematics Education. Focus on Learning Problem in Mathematics Vol. 15, 2-3.
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika UPI. (2001). Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.
Tim Instruktur PLPG. (2008). Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru.
Medan: UNIMED.
TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study). (2009) tersedia online pada
http://nces.ed.gov/timss/tables03.asp (diakses maret 2010)
(1)
persentase keberhasilan siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan belajar matematika siswa.
3) Hasil observasi aktivitas siswa pada tindakan siklus I terdapat 1 (satu) dari 5 (lima) kategori pengamatan aktivitas aktif siswa berada pada batas toleransi yang ditentukan, dan setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II diperoleh 5 (1ima) dari 5 (lima) kategori pengamatan aktivitas aktif telah berada pada batas toleransi yang ditentukan, hal ini menunjukkan adanya peningkatan kadar aktivitas aktif siswa dari siklus I ke siklus II.
4) Hasil observasi terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I aspek penilaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berbasis masalah berada pada kategori “cukup baik” (3,5). Setelah tindakan diperbaiki sesuai refleksi, pada siklus II setiap aspek penilaian kemampuan guru mengelola pembelajaran berada dalam kategori “baik” (4). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam pengelolan pembelajaran dari siklus I ke siklus II.
5) Hasil Observasi Respons Siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak menunjukkan bahwa siswa dan guru menyenangi kegiatan belajar dan berdiskusi yang diterapkan.
(2)
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1) Alokasi waktu pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini hanya dilakukan 6 (enam) kali pertemuan dalam waktu 2 bulan. Untuk penelitian lebih lanjut agar dilaksanakan dalam waktu setidaknya 1(semester) atau 6 (enam) bulan, sehingga hasil yang diperoleh maksimal.
2) Penelitian selanjutnya agar menambah alokasi waktu pertemuan dalam penerapan model pembelajaran berdasarkan masalah berbasis budaya Batak.
3) Dalam penelitian ini, subjek yang diamati adalah siswa kelas XII IPS 2 SMAN 1 Galang. Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti subjek pada tingkat sekolah yang yang lainya yang sederajat pada daerah lainnya. 4) Bagi guru matematika, model PBM-B3 dapat menjadi salah satu alternatif
pembelajaran yang akan diterapkan dikelas yang dinilai dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan ketuntasan belajar matematika siswa serta aktivitas belajar siswa.
5) Penerapan model PBM-B3 mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan ketuntasan belajar matematia siswa. Temuan penelitian, hasil analisis data, perangkat pembelajaran, maupun instrumen yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya meningkatkan kemampauan pemecahan masalah matematis pada jenjang yang berbeda maupun mata pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini. 6) LAS dan BPS pada penelitian ini disajikan telah menyinggung sedikit
mengenai masalah yang akan diujikan, sebaiknya berbeda daripada yang telah dibahas dalam LAS dan BPS namun masil memiliki level sama.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Ahmad B.(2011). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah. Tesis tidak di terbitkan. Medan: PPS UNIMED.
Ambarita J. (2004). Pembelajaran Matematika SMU dengan Pendekatan PMR.
Makalah disajikan dalam seminar nasional Workshop Pendidikan Matematika, FMIPA UNIMED, 29-30 Agustus 2004
Arikunto S, (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bandung :
Bumi Aksara.
Arikunto S, (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Ari Y., Rosihan, Indriyastuti, (2008). Perspektif Matematika 3 Untuk kelas XII
SMA dan MA. Solo. PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Solo Jawa
Tengah.
Borich, Gary D. (1990). Observation Skills for Effective Teaching. Englewood
Cliffs: Merril Publisher
Budhi W.S, (2003). Langkah Awal Menuju ke Olimpiade Matematika. CV.
Ricardo. Jakarta
Sapa’at A. (2008). Paradigma Pembelajaran Matematika Bermakna dan
Menyenangkan. Portal Dunia Guru. (November 2008). Dahar R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdikbud. (1995). Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Mata
Pelajaran Matematika. Jakarta : Depdikbud.
Freudenthal H. (1973). Mathematics as an Aducational Task. Dordrecht, The
Netherlands: Riedel.
Grinnell, Jr., Richard M. (1998). Social Work Research and Evaluation. Third
(4)
Gultom S. (2008). Learning Revolution. Makalah disajikan dalam seminar nasional dalam rangka acara UNIMED FAIR 2008. UNIMED, 27 Agustus 2008.
Hamalik O. (1990). Perencanaan berdasarkan sistem. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Hamalik O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hudojo H. (1980). Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Hudojo H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan P2LPTK Jakarta.
Ibrahim M., Nur M. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
UNESA.
Kemp, et all. (1994). Designing effective instruction. NY: Macmillan College Publishing Company, Inc. New York. ISBN 0-02-362989-4 .
Karnasih I. (2001). Prospek Pendidikan Matematika di Sumatera Utara. Makalah disajikan dalam seminar sehari Penerapan Matematika Realistik Pada Sekolah dan Madrasah November 2001.
Karnasih I. (1998). Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru
dan SPG. Bandung: Tarsito.
Koentjaraningrat. (1997). Pengantar Antropologi Pokok-pokok etnografi I.
Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (1997). Pengantar Antropologi Pokok-pokok etnografi II.
Jakarta: Rineka Cipta.
Krulik S., & Rudnick J.A. (1996). The New Source for Teaching Reasoning and
Problem Solving in Junior and Senior High School. Boston: Allyn and bacon.
Marpaung Y. (2006). Karateristik PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia), Jurnal Pendidikan Matematika MATHEDU, Volume 1 nomor, Edisi Januari 2006. Surabaya: PPS UNESA.
Marzuki A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa (Penelitian Eksperimen Pada MAN
(5)
Buntet Pesantren Kabupaten Cirebon)”. Tesis tidak diterbitkan. Bandung. UPI. Bandung.
Nasution A.H. Dkk, (1994). Matematika 2 untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
National Council of Teacher Mathematics. (2000). Principles anf Standards for
Schools Mathematics. USA: Reston V.A.
Polya G. (1980). On Solving Mathematical Problem in High School, dalam Krulik Stephen & Rays, Robert E. (eds). Problem Solving in School Mathematics. Reston-Virginia, NCTM.
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan. (2003). Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Kebijakan Umum Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Russenfendi E.T. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang
Non-Eksakta Lainnya. Semarang Press.
Shadiq F. (2007). Laporan Hasil Seminar Lokakarya Pembelajaran Matematika.
Jogjakarta: P4TK
Safari (2004). Teknik Analisis Butir Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta:
Direktorat Dikmenum.
Saragih S. (2007). Pengembangan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi
Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui PMR. Disetasi
tidak diterbitkan. Bandung: PPS UPI.
Sinaga B. (1999). Efektivitas Model Pembelajaran Bedasarkan Masalah
(Problem-based Instruction) pada kelas 1 SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: PPS UNESA.
Sinaga B. (2007). Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak. Disertasi tidak diterbitkan. Surabaya: PPS UNESA.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Salvin, Robert E. (1994). Educational Psycology, Theorie and Practice. Fourth
(6)
Soedjadi R. (1994). Memantapkan Matematika Sekolah Sebagai Wahana
Pendidikan dan Pembudayaan Penalaran, Media pendidikan Matematika
Nasional, Nomor 4 Th.3. Surabaya: IKIP Surabaya.
Soedjadi R. (1995). Miskonsepsi Dalam Pengajaran Matematika (pokok-pokok
tinjauan dengan konstruktivisme), Surabaya: IKIP Surabaya.
Soedjadi R. (2001). Kiat Pendidikan di Indonesia, (konstalasi keadaan masa kini
menuju harapan masa depan). Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi:
Depdiknas.
Soejono. (1998). Pengajaran Matematika. Jakarta: Depdikbud.
Steffe L.P. Eds. (1996). Theoris of Mathematics. Aukland: Penguin Books
Sudijono, A. (1997). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Suherman, E. (1993). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Bandung:
Sinar Baru.
Suparno P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Kanisisus.
Sumardyono. (2004). Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Dirjendikdasmen PPPG Matematika Yogyakarta.
Taylor, Lyn. (1993). Vigotskyan Scientific Concepts: Implications for
Mathematics Education. Focus on Learning Problem in Mathematics Vol. 15, 2-3.
Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika UPI. (2001). Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.
Tim Instruktur PLPG. (2008). Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru.
Medan: UNIMED.
TIMSS (Trends in Mathematics and Science Study). (2009) tersedia online pada http://nces.ed.gov/timss/tables03.asp (diakses maret 2010)