PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERBANTUAN SOFTWARE CABRI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI MTS TERPADU SYAMSUDDHUHA.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) BERBANTUAN SOFTWARE CABRI SEBAGAI UPAYA

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

SISWA DI MTs TERPADU SYAMSUDDHUHA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh: MUZAKIR 8116171013

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Muzakir. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Software CABRI Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematika Siswa MTs Terpadu Syamsuddhuha Melalui. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Medan. 2013.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII-1 MTs Terpadu Syamsuddhuha melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Software CABRI. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini dikembangkan perangkat dan instrumen penelitian. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, (2) Lembar Aktivitas Siswa. Insrumen yang dikembangkan adalah: (1) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah, Tes Angket Motivasi Belajar Siswa, (3) Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa, (4) Lembar Observasi Aktivitas Guru. Seluruh perangkat dan instrumen yang digunakan telah divalidasi dan telah diujicobakan. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, hasil analisis data siklus I diperoleh gambaran sebagai berikut : (1) rerata nilai tes kemampuan pemecahan masalah 49,5 atau 35% dari 30 siswa memiliki tingkat pencapaian dengan

kategori minimal “baik”, (2) rerata nilai tes angket motivasi belajar matematik 73,46%

siswa memberikan pernyataan positif dan 26,54% siswa memberikan pernyataan negatif, (3) 4 dari 8 kategori aktivitas yang memenuhi persentase waktu ideal, (4) 4 dari 10 kategori kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran atau rerata 40% dengan nilai rerata 3,99 berada pada kategori “cukup baik”. Dari hasil analisis data siklus II diperoleh gambaran sebagai berikut : (1) rerata nilai tes kemampuan pemecahan masalah 64,3 atau 80% dari 30 siswa memiliki tingkat pencapaian dengan kategori minimal “baik”, (2) rerata nilai tes angket motivasi belajar matematik 91,8% siswa memberikan pernyataan positif dan 8,2% siswa memberikan pernyataan negatif, (3) 6 dari 8 kategori aktivitas yang memenuhi persentase waktu ideal (4) 8 dari 10 kategori kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran atau rerata 80% dengan nilai rerata 4,7 berada pada kategori

“baik”. Berdasarkan hasil pada siklus I dan II dapat disimpulkan bahwa penerapan

pembelajaran berbasis masalah berbantuan software CABRI dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematik siswa serta dapat memenuhi persentase waktu ideal bagi aktivitas belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Saran dalam penelitian ini adalah sebelum PBM menggunakan CABRI diterapkan diperkenalkan terlebih dahulu pada siswa langkah-langkah PBM dan cara menggunakan CABRI, memperhatikan siswa secara individu dalam belajar dan menggunakan kalimat yang mudah dalam membuat LAS atau intrumen tes.

Kata Kunci : Pembelajaran Berbasis Masalah, Pemecahan Masalah, dan Motivasi Belajar Matematika


(7)

ii ABSTRACT

Muzakir. Application of Problem Based Inttroduction receive aid software CABRI as to improve the students ability in Solving The Problem and motivation in Studying Mathematics of the junior high school of MTs Syamsuddhuha by means of thesis. Graduate Program. University of Medan. 2013.

This research was caused by low of ability in solving the problem and less of student’s motivation in mathematics. It’s caused by faulty the application of problem based introduction. This research was application the problem based introduction receive and software CABRI to improve the students’ ability in solving the problems. This research was improved by (1) designing lesson plan (2) student’s worksheet the instrument was improved by (1) problem saving test (2) observation of student’s activity (3) observation

of teacher’s activity. All of sets of comments and instrument was validation and test on

based on the data result above tell the first cycle of problem solving test is 49,5% or 35% of 30 students the average score is “good” (2) observation check list its shows that 73,46 % students positive and 26,54 % students are negative. (3) 4 of 8 categories the activity was get a good criterion, (4) 4 of 10 categories teachers ability in introduction or 40 % with average score is 3,99 % at very good criterion. The result of the second cycle tell that problem salving test 64,3 % or 80 % from 30 students the average score is “good” (2) Observation check list it shows that 91,8 % students are positive and 8,2 % students are negative, (3) 6 of 8 categories the activity was get a good criterion, (4) 8 of 10 categories teacher’s ability in introduction or 80 % with the average score is 4,7 % at good criterion. Based on the data result above tell that the fist cycle and the second cycle can be concluded that the application of problem based learning could develop students’ problem solving and motivation in studying mathematics and full fill ideal time

percentage for student’s activity and teachers’ ability in solving the problem and

motivation in studying mathematics. Application of problem based introduction which software CABRI is to improve the ability in solving the problem and motivation. Suggestion for this research is before problem based introduction use CABRI must introduce to the students about problem based introduction an howto use CABRI, take note of the students in studying and using easy sentence in observation of student’s activity or instrument test.

Keyword : Problem Based Introduction Solving the Problem and Motivasition in Studying Mathematic’s


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Pertama dan utama sekali penulis memanjatkan rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini ditulis dan diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Untuk penulisan tesis ini --sebagai seorang guru-- penulis melakukan penelitian tindakan kelas (classroom action research) tentang “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Software CABRI Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematika Siswa di MTs Terpadu Syamsuddhuha”

Sejak mulai persiapan sampai selesainya penulisan tesis ini, penulis mendapatkan semangat, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dra. Ida Karnasih, M.Sc.Ed.,Ph.D., sebagai Pembimbing I yang telah menuangkan ilmu sehingga peneliti memahami hakikat penelitian itu sebenarnya.

2. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd., sebagai Pembimbing II yang telah mengarahkan peneliti dalam penyempurnaan penelitian ini.

3. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd., sebagai Ketua Prodi Pendidikan Matematika, yang telah mengarahkan dan memberikan suport kepada penulis sejak awal perkuliahan sampai penyelesaian studi.

4. Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Dr Edy Surya, M.Si., dan Bapak Dr. W. Rajaguguk, M.Pd sebagai narasumber/penguji yang telah banyak memberikan masukan dan arahan sejak proposal sampai penyempurnaan tesis ini.


(9)

iv

5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNIMED, yang telah menuangkan ilmu yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian pendidikan.

6. Bapak H. Zulkifli Idris, M.Pd sebagai Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Utara, yang telah memberikan izin penelitian di daerahnya. 7. Bapak H. Muslim A. Rahman, S.Ag sebagai Kepala MTs Terpadu

Syamsuddhuha dan seluruh dewan guru MTs Terpadu Syamsuddhuha Kab. Aceh Utara yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Ibu Nurlaila, S.Pd dan Ibu Farhaton, S.Pd, sebagai observer dan Bapak Faizin, S.Pd sebagai Foto graver dan syuting video, yang telah membantu dan memberikan masukan penulis sejak awal sampai akhir pelaksanaan penelitian. 9. Istriku Tercinta Zahratul Hayah, S.Ag yang telah memberikan rasa kasih

sayang, perhatian dan dukungan serta dorongan sejak sebelum kuliah, dalam perkuliahaan hingga menyelesaikan pendidikan ini.

10.Serta teman-teman mahasiswa angkatan XIX kelas A reguler dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

11.Seluruh mahasiswa Aceh, yang telah memberikan perhatian yang sangat besar untuk penyelesaian penulisan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sekalian demi kesempurnaan dalam penulisan-penulisan selanjutnya. Akhir kata, semoga tesis ini bermanfaat.

Medan, September 2013


(10)

v DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ………. i

ABSTRACT ..……….. ii

KATA PENGANTAR ……… DAFTAR ISI ……….. iii v DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ………... 21

1.3 Batasan Masalah ……… 21

1.4 Rumusan Masalah ……….. 22

1.5 Tujuan Penelitian ………... 23

1.6 Manfaat Penelitian ………...….. 23

1.7 Definisi Operasional ………... 25

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masalah dalam Matematika ……….… 28

2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika ……….. 30

2.2.1 Langkah-langkah Kemampuan Pemecahan Masalah .… 34 2.3 Motivasi Belajar Matematika ……….…. 43

2.3.1 Jenis dan Sifat Motivasi ……….… 48

2.3.2 Fungsi Motivasi ………....… 50

2.3.3 Pentingnya Motivasi dalam Belajar ………..…. 2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar ………… 51 52 2.4 Pengertian Model Pembelajaran ……….…… 53

2.5 Model Pembelajaran Matematika …………...……… 56

2.6 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ………... 57

2.6.1 Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 60

2.6.2 Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ……... 62

2.6.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ………...… 63

2.6.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Berbasis Maslaah ………. 65 2.7 Tinjauan Materi Bangun Ruang ...………....………

2.7.1 Informasi Tentang Balok dan Kubus ……….…… 2.7.2 Konteks Dunia Nyata …………...……… 2.7.3 Unsur-unsur Pada Bangun Balok dan Kubus …………. 2.7.4 Luas Permukaan Balok ………...………

2.7.5 Volume Balok ………

2.7.6 Luas Permukaan Kubus ………...…… 2.7.7 Volume Kubus ………...……

66 67 68 69 70 71 72 72


(11)

vi

2.8 Penerapan Materi Kubus dan Balok Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ………... 2.9 Media Software CABRI dalam Pembelajaran Matematika ….. 2.10 Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ………...……… 2.11 Hasil Penelitian yang Relevan ………...………

2.12 Kerangka Konseptual ………

2.12.1 Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Software CABRI untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematik Siswa ………...…… 2.12.2 Cara Menggunakan Software CABRI pada Materi

Kubus dan Balok ………...………… 2.12.3 Proses Penyelesaian Masalah Siswa dalam

Menyelesaikan Masalah Matematika dengan Penerapan Model Pembelajarab Berbasis Masalah... 2.13 Hipotesis Tindakan ………...

73 77 83 91 96 98 102 108 109

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ………...

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……….. 111 112 3.3 Subjek dan Objek Penelitian ………... 113 3.4 Mekanisme dan Rancangan Penelitian ………...

3.4.1 Tahapan Perencanaan ………...… 3.4.2 Tahap Pelaksanaan ………...…

3.4.3 Tahap Observasi ………

3.4.4 Tahap Refleksi ………...

3.5 Intrumen dan Teknik Pengumpulan Data ………... 3.5.1 Instrumen Tes Kemampuan Pemecahan Masalah …... 3.5.2 Angket Motivasi Belajar Matematika ……… 3.5.3 Analisis Validasi Butir Tes ………... 3.5.4 Analisis Reliabilitas Tes …………...……... 3.5.5 Analisis Daya Pembeda ………. 3.5.6 Analisis Tingkat Kesukaran ………... 3.5.7 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa …………... 3.5.8 Lembar Observasi Aktivitas Guru ………. 3.5.9 Dokumen Lembar Jawaban Siswa ………. 3.6 Teknik Analisis Data ………...

3.6.1 Analisis Data Kinerja Siswa dalam Pembelajaran …….. 3.6.2 Analisis Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika ……….

3.6.3 Analisis Motivasi Belajar ……….. 3.6.4 Analisis Data Aktivitas Belajar Siswa ………..

113 114 117 118 118 119 120 123 125 127 129 130 130 131 132 132 133 134 135 136


(12)

vii

3.6.5 Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran ……...……… 3.6.6 Analisis Data Proses Penyelesaian Jawaban Siswa

dalam Memecahkan Masalah Matematika ……… 3.6.7 Kriteria Keberhasil ………...

138 139 139

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Validasi/Penilaian Ahli ……… 141 4.1.1 Hasil Uji Coba Lapangan ...………...…….

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ………..…….. 4.2.1 Perencanaan Siklus I ………...…..

143 144 144 4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus I ..……… 145 4.2.3 Gambaran Kinerja Siswa dalam Proses Pembelajaran ...

4.2.4 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Siklus I ...

148 155 4.2.5 Hasil Tes Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa .. 157 4.2.6 Observasi Siklus I ..…...…………..……....………… 165 4.2.7 Proses Penyelesaian Jawaban Tes KPM ... 170 4.2.8 Refleksi Terhadap Kinerja Siswa dalam Menyelesaikan

LAS …....………...………... 174 4.2.9 Refleksi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematik Siswa ……...…… 175 4.2.10 Refleksi Terhadap Angket Motivasi Belajar Matematik

Siswa …...……….. 4.2.11 Refleksi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa ...……… 4.2.12 Refleksi Terhadap Kemampuan Guru dalam Mengelola

Pembelajaran ……...…...……… 4.2.13 Refleksi Terhadap Proses Penyelesaian Jawaban dalam

Memecahkan Masalah Matematika ...……….. 4.2.14 Revisi Instrumen tes dan Perangkat Pembelajaran ………...

176 177 179 180 183 4.3 Perencanaan Siklus II ...………...………….

4.3.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ………...……….. 4.3.2 Gambaran Kinerja Siswa dalam Proses Pembelajaran.... 4.3.3 Hasil Observasi Siklus II ……… 4.3.4 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II ... 4.3.5 Proses Penyelesaian Jawaban Tes Pemecahan Masalah

Matematika ………...… 4.3.6 Hasil Tes Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa .. 4.3.7 Refleksi Terhadap Kinerja Siswa Menyelesaikan

Masalah dalam LAS ………...………...

4.3.8 Refleksi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa Siklus II … 4.3.9 Refleksi Terhadap Kemampuan Guru Mengelola

Pembelajaran Siklus II ………...………. 4.3.10 Refleksi Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah

Siklus II ………...………...………

184 185 188 192 196 198 202 210 210 211 212


(13)

viii

4.3.11 Refleksi Terhadap Proses Penyelesaian Jawaban

Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika ……… 212 4.4 Pembahasan Penelitian ………...……… 214

4.4.1 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Matematika ……...……….. 215 4.4.2 Peningkatan Motivasi Belajar Matematik Siswa ....…… 216 4.4.3 Pemenuhan Persentase Waktu Ideal bagi Aktivitas

Belajar Siswa ………...………. 218 4.4.4 Kemampuan guru dalam mengelola Pembelajaran …...

4.4.5 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa dalam

Memecahkan Masalah Matematika ………...………...

219 222 4.5 Keterbatasan Penelitian ………. 223 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ……….. 225 5.2 Saran ………. 229

DAFTAR PUSTAKA ……….. 231


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.2 Sintaksis Model Pembelajaran Berbasis Masalah ………….. 43 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ……… 120 3.2

3.3 3.4 3.5 3.6

Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemecahan Masalah... Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Matematika Siswa ……... Skor Alternatif Jawaban Angket Motivasi ………. Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi ……….. Interpretasi Koefisien Reliabilitas ………..

122 124 124 126 128 3.7 Indikatir / Aspek Kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran ……… 131

3.8 3.9 3.10

Kriteria Skor Gain Ternormalisasi ……...……… Persentase Waktu Ideal Aktivitas Siswa ……… Interval Proses Jawaban ………...

134 135 136 4.1 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ..………... 142 4.2

4.3 4.4 4.5 4.6

Kinerja siswa menyelesaiakan LAS siklus I…………... Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Pemecahan Masalah (TKPM) siklus I secara kuantitatif ... Senang Menjalankan Tugas Belajar ……….. Menunjukkan minat mendalami materi yang dipelajari lebih jauh …...………...……...………… Bersemangat dan bergairah untuk berprestasi ……...

155 156 158 159 160 4.7 4.8 4.9

Merasa Pentingnya Belajar ……...……….. Ulet dan Tekun dalam menghadapi masalah belajar ... Mempunyai kegiatan untuk meraih cita-cita dengan cara

belajar ………...……...

161 161 162 4.10

4.11

Hadiah (Reward) ………...……….. Hukuman ……...….

163 164 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 4.19 4.20

Persaingan dengan teman / lingkungan ………...………. Pencapaian PWI Siklus I ………...….. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I .……… Hasil Proses Penyelesaian Jawaban TKPM Siklus I ……….. Refleksi Siklus I ………...…...….. Revisi Instrumen dan Perangkat Pembelajaran ………...

Pencapaian PWI Siklus II ……….. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II ………...

Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah (TKPM) Siklus

II ………

164 166 169 171 181 181 192 195 197


(15)

x 4.21

4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27 4.28 4.29 4.30 4.31

Hasil Proses Penyelesaian Jawaban TKPM Siklus II ………

Senang Menjalankan Tugas Belajar ……...…………...

Menunjukkan minat mendalami materi yang dipelajari lebih

jauh ………...………...………...…… Bersemangat dan bergairah untukberprestasi ……… Merasa Pentingnya Belajar ………...………. Ulet dan Tekun dalam Menghadapi masalah belajar ……….

Mempunyai kegiatan untuk meraih cita-cita dengan cara

belajar ………...………...………... Hadiah (Reward) ………...………...……….. Hukuman ………...………...………..

Persaingan dengan Teman / Lingkungan ………...….

Refleksi Siklus II ………...………...………..

199 203 204 205 205 206 207 208 209 209 213


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

3.1 Alur Pelaksanaan Penelitian ………... 118

4.1 Proses Penyelesaian Masalah dalam LAS 1 …………... 149 4.2 Siswa Sedang Mempresentasikan hasil kerja kelompok

dengan menggunakan Software CABRI ………. 150 4.3 Penyelesaian Masalah dalam LAS 1 dengan Software

CABRI ... 151

4.4 Penyelesaian Masalah dalam LAS 2 ……… 152

4.5 Penyelesaian masalah dalam LAS 2 dengan Software

CABRI ...……….. 153 4.6 Proses Penyelesaian masalah LAS 3 ……...….. 154 4.7 Penyelesaian Masalah dalam LAS 1 dengan Software

CABRI ... 155 4.8

4.9

Rerata Skor TKPM Siklus I ……...….. Tingkat Pemenuhan PWI aktivitas siswa siklus 1 ……...

157 167 4.10 Rerata Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ..……... 170 4.11 Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus I butir 1 .… 172 4.12 Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus I butir 1 ...… 172 4.13 Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus I butir 2 ...… 173 4.14 Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus I butir 3 ... 173 4.15

4.16

Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus I butir 4 ... Proses penyelesaian masalah dalam LAS 4 ………...

174 189 4.17 Penyelesaian Masalah dalam LAS 4 dengan Software

CABRI ... 189 4.18 Proses penyelesaian masalah dalam LAS 5 ………... 190 4.19 Penyelesaian Masalah dalam LAS 5 dengan Software

CABRI ... 191 4.20 Proses penyelesaian jawaban dalam latihan mandiri 5 ... 191 4.21 Tingkat Pemenuhan PWI Aktivitas Siswa Siklus II ….... 193 4.22 4.23 4.24 4.25 4.26 4.27

Rerata Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ……... Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Siklus II .... Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus II butir 1 ... Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus II butir 2 ... Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus II butir 3 ... Proses penyelesaian jawaban TKPM siklus II butir 4 ...

196 198 200 200 201 202


(17)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HAL

1. PERANGKAT PEMBELAJARAN ……… 239

2. INTRUMEN PENELITIAN ………..… 298

3. VALIDASI PERANGKAT PEMBELAJARAN DAN

INSTRUMEN PENELITIAN ……….. 337

4. HASIL UJICOBA INSTRUMEN PENELITIAN ………..… 346

5. HASIL PENELITIAN ……….……….... 361


(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, sehingga peran pendidikan dalam kelangsungan hidup manusia dan perkembangan suatu bangsa merupakan faktor yang paling penting. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini sangat pesat sehingga informasi yang terjadi di dunia dapat diketahui segera, waktu dan batas negara sudah tidak ada perbedaan lagi, akibatnya lahirlah suatu masa atau era yang dikenal dengan globalisasi. Seiring kehadiran IPTEK tersebut pemecahan masalah, berpikir kritis, kreatif dan kemampuan komunikasi serta kemampuan vokasional menjadi sangat penting artinya sebanding dengan perkembangan IPTEK di tengah kehidupan masyarakat. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Sudah seharusnya pendidikan itu mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi kemampuan kompetitif, inovatif dan komunikatif serta kolaboratif sehingga akan memudahkan menyerap informasi dan mampu berkomunikasi dengan menggunakan teknologi. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu saja diperoleh dengan suatu proses pendidikan yang berkualitas.

Demikian juga matematika yaitu ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan berbanding lurus dengan kemajuan sains dan teknologi. Sehingga matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan


(19)

2

memajukan daya pikir manusia untuk menguasai dan menciptakan teknologi pada masa mendatang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruhi berbagai kehidupan manusia. Seperti halnya komputer, jenis teknologi ini sangat membantu dan memperingankan manusia dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan administratif. Mengingat fungsinya, komputer belakangan ini banyak dimanfaatkan orang mulai dari pasar, warung, toko terutama dikantor-kantor. Demikian halnya dalam dunia pendidikan khususnya dalam pendidikan matematika, komputer membawa dampak bagaimana matematika harus diajarkan guru dan dipelajari siswa. Hal ini menimbulkan kontraversi antara kubu yang enggan menggunakan teknologi dengan kubu yang memandang penting pemberdayaan teknologi dalam pembelajaran matematika.

Sebagai antisipasi dalam menghadapi permasalahan era globalisasi tersebut, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu, berwawasan, dan memiliki keunggulan yang kompetitif. Sumber daya manusia yang diharapkan adalah sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang pendidikan No 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif, mengembangkan potensi dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.


(20)

3

Pemerintah menekankan melalui (PerMendiknas) Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2006) bahwa matematika mendasari perkembangan kemajuan teknologi, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia, matematika diberikan sejak dini di sekolah untuk membekali anak dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sitematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Semua kemampuan itu merupakan bekal dan modal penting yang diperlukan anak dalam meniti kehidupan di masa yang akan datang dengan penuh tantangan dan perubahan dengan cepat, Matematika sangat penting perannya setiap jenjang pendidikan. Matematika sebagai Queen of sciences mempunyai peran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun pada kenyataannya bahwa matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sulit difahami oleh siswa, Wahyudin (dalam Marzuki 2006). Sehingga tidak heran dewasa ini banyak siswa yang tidak senang terhadap matematika yang kemungkinan disebabkan sulitnya dalam memahami dan mempelajari matematika. Siswa tidak ada keinginan untuk berusaha serta berpikir tingkat tinggi mencari solusi pada setiap kesulitan yang ditemukan dalam mempelajari matematika tetapi malah sedapat mungkin selalu menghindar dari kesulitan yang dialaminya, akibatnya rendahnya hasil belajar siswa pada bidang matematika. Berdasarkan dari data yang diperoleh pada siswa kelas VIII MTs Terpadu Syamsuddhuha tahun pelajaran 2011/2012 nampak hasil belajar siswa dibidang matematika masih rendah, yaitu 60 untuk rata-rata kelas, 60% untuk daya serap, dan 65% untuk ketuntasan belajar. Dari data tersebut terlihat bahwa


(21)

4

hasil belajar matematika siswa masih belum mencapai yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu 65 untuk rata-rata kelas, 65% untuk daya serap dan 85% untuk ketuntasan belajar, (sumber nilai raport siswa tahun pelajaran 2010/2011).

Di sekolah MTs Terpadu Syamsuddhuha tahun pelajaran 2011/2012 juga memperlihatkan hasil belajar siswa dibidang studi matematika rendah, dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru matematika di sekolah tersebut terdapat nilai rata-rata kelas 60 dan untuk ketuntasan belajar 65%. Sriyanto (2007) juga mengatakan: “mata pelajaran matematika masih merupakan penyebab utama siswa tidak lulus UN, dari semua peserta yang tidak lulus, sebanyak 24,44% akibat tidak lulus dalam mata pelajaran matematika, sebanyak 7,9% akibat mata pelajaran bahasa.

Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa dikarenakan banyak siswa yang menganggap matematika sulit dipelajari dan karekteristik matematika yang bersifat abstrak sehingga siswa menganggap matematika merupakan momok yang menakutkan, diperkuat oleh Sriyanto (2007) yang menyatakan bahwa matematika sering kali dianggap sebagai momok menakutkan dan cenderung dianggap pelajaran yang sulit oleh sabahagian besar siswa, hal tersebut sejalan dengan Ruseffendi (1991): Matematika bagi anak-anak umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi dianggap sebagai ilmu yang sukar kalau bukan pelajaran yang dibenci. Abdurrahman (2003) mengatakan bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan belajar dan lebih-lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar.


(22)

5

Banyak faktor yang menjadi penyebab rendahnya motivasi belajar dan kemampuan pemecahan masalah, salah satunya adalah ketidak tepatan dan kurang bervariasi dalam penggunaan model dan media pembelajaran yang digunakan guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat konvenseional dan banyak didominasi guru (Huddyd, 1990). Pola pembelajaran seperti itu harus diubah dengan cara mengiring peserta didik mengkonstrusikan ilmunya sendiri dan menemukan konsep-konsep secara mandiri. Untuk mengantisipasi permasalahan di atas, guru dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.

Dengan kata lain diharapkan guru kiranya mampu meningkatkan motivasi belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan memecahkan masalah dalam belajar matematika. Kemampuan memecahkan masalah merupakan tujuan umum dalam pengajaran matematika dan bahkan jantungnya matematika, (Mariono, 2000). Oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, baik dilatihkan ataupun dibiasakan kepada siswa sedini mungkin, dengan memuat masalah atau soal-soal yang dapat memotivasi siswa, sehingga permasalahan yang ada dapat dipecahkan oleh siswa dengan mudah.

Dari uraian tersebut tampak memecahakan masalah merupakan kemampuan yang seharusnya didapatkan oleh siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah. Sejalan dengan itu, dalam KTSP 2006 juga menekankan secara eksplisit tujuan pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut: (a) Membekali peserta didik agar dapat memiliki kemampuan memperoleh,


(23)

6

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. (b) Mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. (c) Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. (d) Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Berdasarkan standar komptensi yang termuat dalam kurikulum dan tujuan pembelajaran dalam KTSP (2006) tersebut, aspek kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan komponen yang sangat penting harus dimiliki oleh siswa. Pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal sehingga siswa lebih tertantang dan termotivasi untuk mempelajarinya. Menurut Polya (1985) dalam pemecahan masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu: (1) memahami masalah, (2) merancanakan pemecahan masalah, (3) menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana, (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh. Karena itu pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi, serta siswa didorong dan diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya.


(24)

7

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran matematika. Soejadi (1991) menyatakan bahwa dalam matematika kemampuan pemecahan masalah bagi seorang siswa

akan membantu keberhasilan siswa tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sagala (2009) juga menyatakan bahwa menerapkan pemecahan masalah dalam

proses pembelajaran penting, karena selain para siswa mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, mereka juga termotivasi untuk bekerja keras. Akan tetapi fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematik siswa masih rendah. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian menurut Wardani (2002) bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika belum mencapai taraf ketuntasan belajar. Kemampuan pemecahan masalah masih rendah juga tampak berdasarkan observasi yang dilakukan di sekolah, salah satu materi yang sulit dirasakan oleh siswa adalah kubus dan balok, sebagian siswa tidak memahami soal yaitu tidak menemukan apa yang diketahui dan apa yang ditanya pada soal dan rumus apa yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal. Ini masih salah satu diantara pokok bahasan yang dirasa sulit oleh siswa.

Dari hasil jawaban ulangan harian siswa yang peneliti temukan pada siswa MTs Terpadu Syamsuddhuha menunjukkan bahwa 80 % dari jumlah siswa kesulitan mengerjakan soal penerapan rumus-rumus kubus dan balok, 60% dari jumlah siswa kesulitan mengerjakan soal cerita bentuk aplikasi rumus kubus dan balok yang berkaitan dengan dunia nyata, sedangkan 70 % dari jumlah siswa


(25)

8

kesulitan dalam menyelesaikan soal dalam bentuk pemecahan masalah terkait dunia nyata.

Sebagai contoh Masalah Oven Listrik

(Gambar 1.1 Microwave berbentuk Balok)

Sebuah Oven listrik (microwave) berbentuk balok (seperti pada gambar). bila ukuran sisi yang panjang microwave tersebut 50 cm, panjang sisi yang pendek 25 cm dan panjang dari bawah ke atas 30 cm. berapakah luas permukaan oven listrik di atas ?.

Beberapa siswa menjawab sebagai berikut :

Luas permukaan adalah L = 2 (p x l x t)

L = 2 ((50 cm x 250 cm x 30cm)

L = 2 (37.500 cm2)

L = 75.000 cm2

Jadi luas pemukaan oven listrik adalah 75.000 cm2

Jawaban di atas salah, hal ini disebabkan kebiasaan siswa tidak membuat apa yang diketahui dan ditanya, siswa juga kebingungan bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah di atas, rumus yang digunakan juga salah, sehingga siswa mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut, hasilnya juga salah. Kondisi seperti ini yang mengakibatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika masih rendah, kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam


(26)

9

pembelajaran kurang membantu kemampuan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah siswa, dari permasalahan terkait dunia nyata di atas siswa akhirnya tidak mampu menyelesaikan permasalahan tersebut, sehingga dapat kita katakan bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat rendah. Oleh karena itu kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu dilatihkan dan dibiasakan kepada siswa sedini mungkin. Kemampuan ini diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah matematika dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini seperti yang dikemukakan Ruseffendi, (1991:291) bahwa: kemampuan memecahkan masalah amatlah penting bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam kegiatan pemecahan masalah, meliputi: mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, serta kecukupan unsur yang diperlukan, merumuskan masalah situasi sehari-hari dan matematik; menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau luar matematika; menjelaskan/menginterpretasikan hasil sesuai masalah asal; menyusun model matematika dan menyelesaikannya untuk masalah nyata dan menggunakan matematika secara bermakna. Polya (1985) menyebutkan empat langkah dalam penyelesaian masalah, yaitu: 1) memahami masalah; 2) merencanakan pemecahan; 3) melakukan perhitungan; dan 4) memeriksa kembali. Fakta rendahnya kemampuan pemecahan masalah juga diperkuat dari hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA). Indonesia


(27)

10

adalah salah satu negara peserta PISA. Distribusi kemampuan matematika siswa dalam PISA 2003 adalah level 1 (sebanyak 49,7% siswa), level 2 (25,9%), level 3 (15,5%), level 4 (6,6%), dan level 5 – 6 (2,3%). Pada level 1 ini siswa hanya mampu menyelesaikan persoalan matematika yang memerlukan satu langkah. Secara proporsional, dari setiap 100 siswa SMP di Indonesia hanya sekitar 3 siswa yang mencapai level 5 – 6.

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa juga dapat dilihat dari laporan Trend in Internasional Mathematic and Sciense Study (TIMSS, 2009) yang menyebutkan bahwa kemampuan siswa indonesia dalam pemecahan masalah hanya 25 % dibanding dengan negara-negara seperti Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang yang sudah 75 % serta berdasarkan hasil dari peniltian MIPA yang melaporkan peringkat matematika Indonesia yang pesertanya SMP kelas 2 adalah: tahun 1999 peringkat 34 dari 38 peserta; tahun 2003 peringkat 34 dari 45 peserta; tahun 2007 peringkat 36 dari 48 peserta. Ketidakmampuan siswa menyelesaikan masalah seperti di atas dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Karena itu kemampuan pemecahan masalah dalam matematika perlu dilatih dan dibiasakan kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan siswa sebagai bekal dalam memecahkan masalah matematika dan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sardiman (2009) menyatakan bahwa salah satu faktor penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematik siswa adalah dipengaruhi oleh pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar,


(28)

11

memotivasi siswa untuk belajar dan memacu siswa untuk belajar, belum mampu membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah. Saragih (2009) juga mengatakan bahwa rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika adalah wajar jika dilihat dari proses pembelajaran yang dilakukan, kebanyakan guru mengajarkan matematika dengan menerangkan konsep matematika, memberikan contoh cara menyelesaikan soal, sedikit tanya jawab (jika ada), dilanjutkan dengan meminta siswa mengerjakan soal yang sejenis dengan soal yang diberikan guru.

Proses pembelajaran tidak hanya memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa siswa aktif dan kreatif belajar mencapai perubahan tingkah laku. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung masih menggunakan metode konvensional. Kurangnya kegiatan yang menarik dalam pembelajaran dapat menyebabkan rendahnya keinginan siswa untuk mengikuti pelajaran. Selain itu pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru juga mengakibatkan rendahnya keinginan siswa untuk belajar.

Beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya motivasi belajar (Sardiman, 2009) diantaranya, pertama cita-cita atau aspirasi siswa, suatu keinginan atau cita-cita akan terpenuhi apabila diiringi dengan usaha. Suatu usaha merupakan salah satu bentuk adanya motivasi yang bisa datang dari diri sendiri maupun orang lain. Kedua kemampuan siswa, keinginan seorang siswa untuk belajar pasti diringi dengan kemampuan atau kecakapan yang dimilikinya agar dapat tercapai tujuan yang dinginkan. Ketiga kondisi siswa, kondisi adalah suatu


(29)

12

keadaan yang dilingkupi di siswa, dimana kondisi siswa ini terdiri dari dua macam yaitu kondisi rohani dan jasmani. Keempat kondisi lingkungan siswa, lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar kita baik yang bersifat abstrak maupun konkrit. Salah satu bentuk lingkungan yang ada disekitar siswa diantaranya tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan di masyarakat.

David Mc Cleeland dalam Sardiman (2009) dalam teori motivasinya mengatakan bahwa produktifitas seseorang dapat ditentukan oleh “virus mental” yang ada pada dirinya. Virul mental adalah kondisi jiwa yang mendorong seseorang untuk mampu mencapai prestasinya secara maksimal. Virus mental yang dimaksud terdiri dari 3 (tiga) golongan kebutuhan, yaitu: need of achievement (kebutuhan untuk keberhasilan), need of affiliation (kebutuhan untuk memperluas keberhasilan), dan need of power (kebutuhan untuk menguasai sesuatu).

Ada tiga unsur motivasi yang harus diperhatikan dalam melihat pengaruhnya (Sardiman, 2009), yaitu; Pertama tujuan, manusia adalah makhluk bertujuan, meski tidak ada manusia yang mempunyai tujuan yang benar-benar sama. Demikian juga sama halnya dengan organisasi. Idealnya semua manusia organisasional memiliki motivasi tinggi dan ada kesadaran dalam diri mereka bahwa tujuan organisasi adalah bagian dari tugas keorganisasian dan juga tujuan hidupnya. Kedua kekuatan dari dalam diri individu, manusia adalah insan yang memiliki energi, apakah itu energy fisik, otak, mental dan spiritual dalam arti luas. Kekuatan ini berakumulasi dan menjelma dalam bentuk dorongan batin seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Ketiga keuntungan, manusia


(30)

13

bekerja ingin mendapatkan keuntungan adalah manusiawi, meskki harus dihindari sikap yang hanya ingin bekerja manakala ada keuntungan langsung (direct profit) yang akan diperolehnya. Rasa dekat terhadap kebutuhan, keinginan memperoleh imbalan, rasa ingin meningkatkan diri dan seperangkat keinginan mencari keuntungan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan aktivitas manusia.

Proses pembelajaran yang searah, menoton dan didominasi oleh guru menyebabkan kurangnya termotivasi siswa untuk belajar matematika yang dapat mengarah pada proses pembelajaran yang tidak aktif. Siswa akan merasa jenuh dan kurang tertarik untuk mengikuti pelajaran sehingga tidak ada motivasi untuk memahami materi apa yang diberikan oleh guru. Motivasi mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang tinggi bisa gagal karena kurangnya motivasi dalam belajar. Motivasi mempunyai peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar baik bagi guru maupun siswa.

Menurut Gagne dan Berliner (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006:42) motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktifitas seseorang. Rendahnya motivasi membuat siswa malas belajar bahkan acuh terhadap pelajaran matematika. Dalam pelaksanaan sering dujumpai guru yang gagal membawa siswanya belajar yang mungkin dikarenakan menggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat. Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu


(31)

14

aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi. Motivai kegiatan belajar adalah suatu keadaan yang tedapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam siswa yang membangkitkan minat siswa, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa akan dapat tercapai, karena dengan pemberian motivasi yang positif akan menambah semangat belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2009) yang menyatakan bahwa “hasil belajar itu dikatakatan optimal bila ada motivasi yang tepat untuk siswa”. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa sangat bermanfaat bagi guru untuk membangkitkan, meningkatkan, dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

Kegiatan belajar semacam itu jelas tidak memberikan kompetensi matematik siswa sebagaimana dituntut dalam Permendiknas No. 22 (Depdiknas 2006) bahwa pembelajaran matematika yang diharapkan adalah munculnya berbagai kompetensi yang dapat dikuasai oleh siswa, diantaranya adalah kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan kemampuan yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar matematika yang optimal. Selain


(32)

15

memberikan prioritas pada kemampuan pemecahan masalah sebagai upaya mengembangkan pola pikir siswa, juga diperlukan adanya motivasi, karena dengan adanya motivasi siswa akan berani aktif dalam mengungkapkan gagasan, temuan atau bahkan perasaan siswa terhadap matematika.

Namun fakta di lapangan berdasarkan hasil observasi terhadap guru dalam proses pelaksaan pembelajaran matematika, memperlihatkan bahwa guru hanya mencari kemudahan saja serta senantiasa dikejar oleh target waktu untuk menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki oleh siswa, soal-soal yang di berikan oleh guru adalah soal-soal yang ada di buku paket yang mengakibatkan siswa kurang memahami terhadap masalah-masalah matematika yang berkaitan dengan kehidupan nyata yang ada di sekeliling siswa, serta contoh masalah yang diberikan tersebut terlebih dahulu diselesaikan secara demonstrasi kemudian siswa diberikan soal sesuai dengan contoh tersebut, guru masih beranggapan yang demikian dilakukan akan meningkatkan kemampuan siswa padahal kebalikannya siswa hanya mencontoh apa yang dikerjakan guru, karena dalam menyelesaikan soal tersebut siswa hanya mengerjakan seperti apa yang dicontohkan oleh guru tanpa perlu menggunakan kemampuan sendiri dalam menyelesaikannya.

Guru dalam Penilaian terhadap suatu masalah hanya melihat pada hasil akhirnya saja dan jarang memperhatikan proses penyelesaian masalah menuju ke hasil akhir. Hal ini nampak dari hasil survei dari setiap soal yang diujicobakan kepada setiap siswa ditemukan proses penyelesaian jawaban siswa yang tidak ada


(33)

16

perbedaannya, sehingga siswa tidak dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika untuk meningkatkan pengembangan kemampuannya.

Pembelajaran konvensional seperti di atas juga akan menyebabkan kurangnya motivasi belajar terhadap matematika karena guru kurang mampu memanfaatkan multimedia dalam pembelajaran untuk memecahkan masalah, guru hanya menggunakan teknologi komputer pada media powerpoin saja tidak pernah memanfaatkan software-software dalam pembelajaran matematika padahal dengan menggunakan software dapat memudahkan belajar matematika. Seorang guru mengajar matematika tidak cukup hanya mengandalkan penguasaan materi, akan tetapi diperlukan strategi dan metode yang tepat agar siswa merasa senang dan bersemangat belajar matematika.

Fenomena proses pembelajaran guru di lapangan selama ini juga diperkuat oleh Somerset dan Suryanto (dalam Asikin, 2002) yang mengemukakan bahwa pembelajaran matematika yang selama ini dilaksanakan oleh guru adalah pembelajaran biasa yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau berdasarkan kepada behaviourist dan structuralist. Guru hanya memilih cara yang paling mudah dan praktis bagi dirinya, bukan memilih bagaimana cara membuat siswa itu termotivasi untuk belajar, sehingga siswa kurang menggunakan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah. Hasil wawancara peneliti pada salah seorang guru di MTs Terpadu Syamsuddhuha, Bahwa siswa susah di ajak untuk menggunakan cara belajar tanpa memberikan rumus atau contoh terlebih dahulu dan untuk memotivasikannya juga sangat sulit karena menganggap matematika itu susah dimengerti.


(34)

17

Menyingkapi permasalahan yang timbul dalam pendidikan matematika sekolah tersebut perlu dicari model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan termotivasi belajar matematika siswa. Berdasarkan pendapat tersebut, tampak dari pembelajaran berbasis masalah memiliki tujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Piaget (Arend, 2008) mengatakan pembelajaran berbasis masalah dimana guru memberikan berbagai situasi (masalah) yang menempatkan permasalahan dalam dunia nyata sehingga siswa dapat bereksperimen, mengujicobakan berbagai hal untuk melihat apa yang akan terjadi, memanipulasi benda-benda, memanipulasi simbol-simbol, melontarkan pertanyaan dan mencari jawaban sendiri, mengkonsilasikan apa yang ditemukan dan membandingkannya dengan temuan siswa yang lain.

Sinaga (2007) juga mengatakan bahwa salah satu model pembelajaran kontruktivis yang mengaktifkan siswa dalam berkolaborasi untuk memecahkan masalah adalah model pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini menurut Arends (2008) memiliki esensi yaitu menyajikan berbagai kondisi permasalahan yang real, yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa melalui berbagai penyelidikan dan investigasi. Sehingga peran para guru adalah untuk menyajikan berbagai masalah kontekstual dengan tujuan untuk memotivasi siswa, membangkitkan gairah siswa, meningkatkan aktivitas belajar siswa, belajar terfokus pada penyelesaian masalah sehingga siswa berminat untuk belajar, menemukan konsep.


(35)

18

Salah satu usaha guru untuk membuat siswa termotivasi dalam proses belajar adalah dengan memanfaatkan media pembelajaran. Media berbasis komputer merupakan salah satu bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi, media berbasis komputer disebut “computer Assisted Instruction” atau CAI. Pengajaran model CAI menggunakan komputer dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat belajar secara individual, keterpaduan materi dapat terlaksana sehingga pengajaran dengan CAI dapat diterapkan di sekolah-sekolah. Hal ini sesuai dengan apa yang diinginkan UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pada pasal 20 butir b, bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalnya, guru berkewajiban untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Depdiknas, 2006c). Oleh karena itu, guru yang professional adalah guru yang mampu meramu, merancang, dan menemukan media pembelajaran yang dapat memudahkan dan memotivasikan siswanya dalam proses belajar. Misalnya dengan adanya penggunaan gambar-gambar yang bergerak (animasi) dalam mendiskripsikan konsep matematika, di samping akan mengkonkritkan materi matematika yang bersifat abstrak juga dapat menambah daya penguatan (inforcement) serta dapat membangkitkan minat baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar (Hamalik, 2001).

Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika adalah media berbasis komputer dengan software CABRI Geometry II, dimana pembelajaran yang merupakan dynamic, eksperimen, observasi, eksplorasi, tepat


(36)

19

waktu dan konjektur salah satu karakteristiknya memainkan peranan yang sangat penting dalam membantu siswa menyelesaikan permasalahan matematika. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi matematik siswa, agar tujuan ini tercapai maka sangat baik apabila menerapkan model pembelajaran berbasis masalah ini dengan menggunakan software CABRI. Software CABRI adalah salah satu software atau perangkat lunak yang sangat membatu siswa dalam proses belajar, pemanfaatan software CABRI dalam pembelajaran dikelas merupakan suatu inovasi baru dalam pembelajaran matematika, karena yang selama ini kita ketahui bahwa dalam pembelajaran matematika di kelas selama ini bersifat konvensional, kegiatan pembelajaran lebih didominasi oleh guru, akan tetapi dengan menggunakan software CABRI siswa dapat mengembangkan cara belajarnya dengan lebih baik.

Penggunaan software CABRI Selain dapat mengakomodasi siswa yang lamban juga dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, memudahkan siswa untuk menyerap apa yang disampaikan guru, sehingga terjadinya simulasi karena tersedianya animasi geometri, warna dan musik yang dapat menambah realisme. Pernyataan ini diperkuat oleh Hamalik (1994), menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan miinat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa, media pebelajan juga dapat menigkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.


(37)

20

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti mencoba menggabungkan model pembelajarn berbasis masalah dengan media teknologi komputer (CABRI), untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematik siswa. Model pembelajaran berbasis masalah sangat baik apabila dipadukan dengan media teknologi terutama pada penggunaan software CABRI, karena hal ini dapat membantu mengembangkan daya kreativitas siswa melaui investigasi yang mereka lakukan. Software CABRI diharapkan bisa menghadirkan bentuk gambar atau animasi yang lebih menarik dan berkesan, sehingga pembelajarn bisa dirasakan oleh siswa lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

Dari uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mengembangkan pembelajaran matematika yang sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang ada serta berpandangan pada perkembangan teknologi pada tuntutan era globalisasi dan kurikulum, untuk mengungkapkan bagaimana pembelajaran berbasis masalah (PBM) dengan menggunakan software CABRI dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematik siswa yang pada akhirnya akan memperbaiki hasil belajar matematika siswa. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Berbantuan Software CABRI Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Motivasi Belajar Matematika Siswa di MTs Terpadu Syamsuddhuha”.


(38)

21

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Siswa kurang mampu dalam memecahkan masalah matematika.

2. Motivasi belajar matematika siswa masih rendah karena terkesan sebagai mata pelajaran yang sulit.

3. Pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan siswa menjadi pasif, kurang aktif dan tidak antusias.

4. Pembelajarn yang selama ini digunakan oleh guru belum mampu mengaktifkan siswa dalam belajar, memotivasi siswa untuk belajar dan memacu siswa untuk belajar serta belum mampu membantu siswa dalam menyelesaikan soal-soal berbentuk masalah.

5. Guru belum menggunakan media berbasis teknologi komputer dalam proses pembelajaran matematika yang berbantuan software-software, karena kurangnya pemahaman guru dalam menggunakan teknologi. 6. Belum diterapkannya pembelajaran yang mengarah kepada peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.

7. Belum nampaknya proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah matematika.

1.3.Batasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalah dalam pembelajaran matematika seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka ppenelitian ini perlu


(39)

22

dibatasi sehingga lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak yang luas terhadap permasalahan yang diteliti. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan pemecahan masalah matematika siswa, motivasi belajar matematika siswa, kadar aktivitas aktif siswa dalam pembelajaran berbasis masalah, dan untuk mengetahui proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah. Adapun upaya yang dipilih untuk menanggulangi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan software CABRI.

1.4.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan software CABRI dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII-1 MTs Terpadu Syamsuddhuha pada materi kubus dan balok ?

2. Bagaimana model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software CABRI dapat memenuhi persentase aktivitas aktif belajar siswa kelas VIII-1 MTs Terpadu Syamsuddhuha pada materi kubus dan balok.

3. Bagaimana efektivitas siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan software CABRI ?

4. Bagaimana proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah matematika.


(40)

23

1.5.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh informasi tentang penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan software CABRI. Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan cara meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematika siswa kelas VIII-1 MTs Terpadu Syamsuddhuha pada materi kubus dan balok setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan software CABRI.

2. Mendeskripsikan pemenuhan persentase waktu ideal bagi aktivitas aktif belajar siswa kelas VIII-1 MTs Terpadu Syamsuddhuha pada materi kubus dan balok setelah model pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan software CABRI diterapkan

3. Mendeskripsikan efektivitas aktif siswa dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) berbantuan software CABRI

4. Mendiskripsikan proses penyelesaian masalah yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah matematika

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan baik bagi siswa, guru, madrasah maupun peneliti adalah sebagai berikut:


(41)

24

1. Bagi siswa

Diharapkan dengan adanya pembelajaran berbasis masalah (PBM) berbantuan software CABRI dapat memotivasi siswa terhadap pembelajaran matematika dan bisa menggunakan media teknologi komputer dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam perencanaan kegiatan belajar mengajar dan membiasakan guru menggunakan software-software dalam mengajar matematika, dalam hal ini software CABRI, serta meningkatkan professional guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di Madrasah.

3. Bagi Madrasah

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan aktivitas aktif siswa dalam pengelolaan pendidikan dan dapat mengambil kebijakan ketika penerapan inovasi pembelajaran baik matematika maupun pelajaran lain sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan kulaitas guru. Memberikan motivasi kepada setiap guru untuk mengembangkan model-model pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematik siswa dan juga menyediakan sarana teknologi komputer agar bisa digunakan oleh guru dalam pembelajaran. 4. Bagi peneliti

- Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas khususnya pada


(42)

25

materi kubus dan balok dengan penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software CABRI.

- Sebagai upaya pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya dalam inovasi proses belajar mengajar baik dalam matematika maupun dalam penggunaan ICT.

1.7.Definisi Operasional.

Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini, perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematik adalah kemampuan menyelesaikan dan memecahkan soal-soal atau masalah matematika rutin atau tidak rutin yang tidak dapat segera dipecahkan. Langkah-langkah pemecahan masalah meliputi aspek memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah, menyelesaikan masalah yaitu melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali langkah-langkah pengerjaan dari hasil yang diperoleh.

2. Motivasi adalah dorongan atau kekuatan dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan yang dikehendaki siswa.

3. Model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah yang mengikuti langkah-langkah: (1) mengorientasikan siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan siswa belajar, (3) memberikan bantuan menyelidiki,


(43)

26

mengabalisa secara mandiri atau kelompok, (4) mengembangkan dan menampilkan hasil karya, (5) menganalisa dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah

4. Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah suatu model pengajaran yang mengunakan masalah otentik dalam mengkontruksikan berbagai konsep dan prinsip matematika yang diawali dengan penyajian suatu masalah yang nyata dan bermakna kepada siswa sehingga siswa dapat melakukan penyelidikan autentik, kerjasama dan menemukan penyelesaian masalah oleh mereka sendiri.

5. Program CABRI adalah salah satu program atau software interaktif yang dapat dipergunakan untuk belajar geometri dan trigonometri. Dengan Software CABRI ini guru juga dapat membuat animasi geometri.

6. Aktivitas aktif belajar siswa adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara aktif maupun pasif selama proses pembelajaran berlangsung dan diamati oleh dua orang observer diukur berdasarkan pencapaian yang meliputi: (1) mendengar, memperhatikan penjelasan guru, (2) membaca/memahami masalah kontekstual di LAS, (3) menyelesaikan masalah/menemukan cara atau jawaban dari masalah, dan menulis penyelsaian masalah, merangkum dan menyimpulkan suatu prosedur/konsep, (4) memperagakan hasil/presentasi, (5) berdiskusi/bertanya kepada teman pada guru, (6) menarik kesimpulan suatu prosedur/konsep, (7) mencatat hal-hal yang relevan dengan proses belajar mengajar, (8) perilaku siswa yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar.


(44)

27

7. Kubus dan balok adalah materi bangun ruang sisi datar yang diajarkan pada pelajaran matematika kelas VIII SMP berdasarkan KTSP SMP tahun 2006. Adapun materi yang dipelajari dalam balok dan kubus tersebut meliputi : (1) menentukan unsur-unsur balok dan kubus, (2) menemukan dan menghitung panjang rusuk-rusuk balok dan kubus, (3) membuat jaring-jaring balok dan kubus, (4) menemukan dan menghitung luas permukaan balok dan kubus, (5) menemukan dan menghitung volume balok dan kubus. (6) menemukan dan menghitung luas permukaan dan volume balok dan kubus jika ukuran rusuknya berubah-ubah.

8. Rutin adalah permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran matematika dalam kurikulum permasalahan tersebut mudah dipelajari dan dipecahkan oleh siswa karena permasalahan sering muncul dan mudah sehingga hanya dalam hafalan saja sudah bisa menjawab.

9. Non Rutin dalam arti soal yang tidak sering muncul dalam soal-soal matematika. Soal non rutin ini sangat efisien untuk selalu diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk melatih daya nalar dan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah, khususnya memecahkan masalah non rutin. 10.Proses Penyelesaian Jawaban adalah langkah-langkah, variasi jawaban yang

digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam matematika.


(45)

226 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka pada bagian ini disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan software CABRI, dalam pembelajaran berbasis masalah ada 5 tahapan; Orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing secara individu atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi penyelesaian masalah.

2) Pada siklus I, secara klasikal terdapat 14 dari 30 orang siswa yang mengikuti tes kemampuan pemecahan masalah memiliki nilai dengan kategori minimal

“baik” atau sebesar 35%. Hasil ini tentu masih jauh dari kriteria keberhasilan

yang ditentukan. Menurut pengamatan observer siswa kesulitan menyelesaikan tes disebabkan kalimat soal sulit dipahami dan kurangnya pemahaman cara menggunakan Software CABRI. Kondisi ini diatasi pada siklus II dengan cara merevisi soal, menggunakan kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami dan mempersiapkan bahan ajar Software CABRI agar dapat membantu siswa memahami cara menggunakannya dalam pembelajaran. Selanjutnya, di akhir siklus II siswa kembali diberi tes pemecahan masalah. Hasilnya adalah terdapat 22 dari 30 orang siswa memiliki nilai dengan kategori minimal “baik”. Tingkat keberhasilan pada


(46)

227

siklus II ini secara klasikal sebesar 80% . Bila diukur dengan gain ternormalisai terdapat peningkatan sebesar 0,68 (sedang). Ini berarti perbaikan proses pembelajaran telah terjadi dan terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dari siklus I ke Siklus II.

3) Pada siklus I, secara klasikal terdapat 73,46% siswa memberikan pernyataan positif dan 26,54% siswa memberikan jawaban negatif. Hasil ini juga tentu masih jauh dari kriteria keberhasilan yang ditentukan. Hal ini disebabkan oleh kesulitan siswa memahami pernyataan karena tidak bisa membedakan mana pernyataan positif dan mana yang menjadi pernyataan negatif dan siswa takut dikurangi nilainya bila diisi dengan yang sebenarnya. Kondisi ini diatasi dengan cara merevisi butir pernyataan dengan memberikan tanda positif (+) dan tanda negatif (-) sehingga mudah dipahami serta mengarahkan siswa untuk berani mengisi dengan keadaan yang sebenarnya dan tidak ada pengaruh dengan nilai rapornya. Selanjutnya di akhir pembelajaran pada siklus II diperoleh hasil bahwa secara klasikal terdapat 91,8% siswa memberikan pernyataan positif dan 8,2% siswa memberikan pernyataan negatif. Ini berarti perbaikan proses pembelajaran telah terjadi dan terdapat peningkatan motivasi belajar matematika siswa dari siklus I ke Siklus II. 4) Pada siklus I terdapat 4 (empat) dari 8 (delapan) kategori pengamatan

aktivitas belajar siswa memenuhi persentase aktivitas siswa yang ditentukan. Hasil ini tentu masih belum memenuhi persentase waktu ideal aktivitas belajar yang ditetapkan. Secara umum observer mendata bahwa siswa membaca LAS secara berulang-ulang, ragu-ragu menuliskan penyelesaian


(47)

228

masalah, takut mengungkapkan cara menyelesaikan masalah, terlalu sering mencatat, kurangnya rasa tanggungjawab menyelesaikan LAS, melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini diatasi dengan cara membiasakan proses pembelajaran dengan menggunakan media LAS dan Software CABRI (komputer), memotivasi siswa untuk tidak ragu menuliskan penyelesaian, mendorong siswa untuk berani mengungkapkan cara menyelesaikan masalah, mengarahkan siswa mencatat hal-hal yang penting saja dan mengatur posisi tempat duduk agar kelompok siswa yang melakukan aktivitas diluar kegiatan belajar mengajar lebih dekat dengan observer. Selanjutnya pada siklus II diperoleh 6 (enam) dari 8 (delapan) kategori pengamatan aktivitas belajar telah memenuhi persentase waktu ideal aktivitas belajar siswa yang ditentukan. Hal ini berarti proses perbaikan bagi pemenuhan persentase waktu ideal aktivitas belajar siswa telah terjadi dari siklus I ke siklus II.

5) Dari hasil obervasi terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I aspek penilian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran berbasis masalah berada pada kategori “cukup baik” (nilai 3,9). Setelah diberikan tindakan pada siklus II setiap aspek penilaian kemampuan guru mengelola pembelajaran berada dalam kategori “baik”, (nilai 4,7). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran dari siklus I ke siklus II.

6) Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa dalam memecahkan masalah siklus I terdapat rerata 97,5% pada aspek memahami


(48)

229

masalah, 35% pada aspek merencanakan masalah, 87,5% pada aspek melaksanakan rencana dan 30% pada aspek memeriksa kembali hasilnya. Angka ini belum menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa menuliskan unsur kecukupan data, belum terbiasa menuliskan rencana strategi penyelesaian dan belum terbiasa memerikasa kembali hasil penyelesaian masalah. Kondisi ini diatasi dengan cara mengarahkan siswa untuk terbiasa menuliskan kecukupan data melalui pengerjaan latihan, membiasakan siswa untuk menuliskan rencana strategi penyelesaian pada saat mengerjakan latihan, dan membiasakan siswa untuk memeriksa kembali penyelesaian dengan mengujicobakan pilihan jawaban yang tersedia pada saat mengerjakan latihan. Selanjutnya di siklus II terdapat rerata 97,5% pada aspek memahami masalah, 92,5% pada aspek merencanakan penyelesaian, 92,5% pada aspek melaksanakan rencana dan 90% pada aspek memeriksa kembali hasil penyelesaian masalah. Hal ini menunjukkan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam memecahkan masalah matematika lebih baik pada siklus II di setiap aspeknya.

7) Dari hasil observasi efektivitas siswa pada tindakan siklus I terdapat rerata 2 (dua) dari 3 (tiga) tujuan pembelajaran pada setiap pertemuan yang berada pada batas toleransi yang ditentukan atau 55% siswa efektif dalam pembelajaran berbasis masalah, sedangkan batas toleransi secara klasikal minimal siswa mencapai ≥80%. Setelah diberikan tindakan pada siklus II diperoleh 3 (tiga) dari 3 (tiga) tujuan pembelajaran yang diamati pada


(49)

230

efektivitas aktif siswa telah berada pada batas toleransi yang ditentukan atau terdapat 80% siswa mampu melaksanakan semua tujuan pembelajaran disetiap pertemuannya, dengan demikian ketuntasan secara klasikal sudah terpenuhi. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan efektivitas aktif siswa dari siklus I ke siklus II.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1) Pada siklus I siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran berbasis masalah apalagi dengan menggunakan komputer, oleh karena itu disarankan agar sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis masalah siswa diperkenalkan dahulu dengan model pembelajarannya dan cara menggunakan software-software tersebut dengan cara menginformasikan tahapan-tahapan pelaksanaan pembelajaran dimaksud dan langkah-langkah menggunakan software CABRI.

2) Dalam menyusun instrumen disarankan agar menggunakan kalimat sederhana yang mudah dipahami siswa, bila perlu sisipkan gambar-gambar ilustrasi agar siswa lebih mudah memahami soal tersebut.

3) Pada saat pembelajaran berlangsung terutama pada tahap ketiga yaitu membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok disarankan kepada guru agar lebih memperhatikan kelompok yang mengalami kesulitan namun jangan terfokus pada satu kelompok saja.


(50)

231

4) Pada akhir pembelajaran kiranya perlu diberikan latihan sebagai sarana untuk memantapkan pemahaman akan konsep yang baru dipelajari sekaligus melatih kemampuan siswa.

5) Pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan motivasi belajar matematik siswa ini membutuhkan pemanfaatan waktu yang tepat. Oleh karena itu disarankan agar guru benar-benar merancang dan menggunakan alokasi waktu dengan tepat.

6) Efektivitas siswa dalam pembelajaran berbasis masalah baru tercapai 80% siswa mampu melaksanakan semua tujuan pembelajaran yang ada disetiap pertemuan, diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih meningkat lagi pada efektivitas belajar siswa.


(51)

232

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Abbas dan Nurhayati (2006). “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Penilaian

Portofolio Di SMPN 10 Gorontalo”. (Online), Tesedia

(http;//www.depdiknas.go.id/jurnal/S1/nurhayati-penerapan.pdf,

Ahmad, B. (2011). P e n e r ap an Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Sebagai Upaya Meningkatkan K e m a m p u a n P e m a h a m a n K o n s e p M a t e m a t i k a d a n K o m u n i k a s i M a t e m a t i k S i s w a S e k o l a h M e n e n g a h . T e s i s . T i d a k d i p u b l i k a s i k a n . M e d a n : Pascasarjana Universitas Unimed.

Arends, R. I (2008). Learning to Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---.(2009). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifah. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarja Universitas Negeri Padang.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta Asikin, M. (2002). Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika I.

(Online)(http:www.ocw.unnes.ac.id/ocw/matematika/pendidikan matematika, (diakses 19 Maret 2013)

Atun, I (2006). Pembelajaran Matematika dengan Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division untuk Meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.

Dahar, R.W (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktoral Jendral Perguruan Tinggi Dekdikbud


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Abbas dan Nurhayati (2006). “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Dengan Penilaian Portofolio Di SMPN 10 Gorontalo”. (Online), Tesedia (http;//www.depdiknas.go.id/jurnal/S1/nurhayati-penerapan.pdf,

Ahmad, B. (2011). P e n e r ap an Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Sebagai Upaya Meningkatkan K e m a m p u a n P e m a h a m a n K o n s e p M a t e m a t i k a d a n K o m u n i k a s i M a t e m a t i k S i s w a S e k o l a h M e n e n g a h . T e s i s . T i d a k d i p u b l i k a s i k a n . M e d a n : Pascasarjana Universitas Unimed.

Arends, R. I (2008). Learning to Teach. Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

---.(2009). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arifah. (2008). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Padang: Program Pascasarja Universitas Negeri Padang.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara : Jakarta Asikin, M. (2002). Dasar-Dasar Proses Pembelajaran Matematika I.

(Online)(http:www.ocw.unnes.ac.id/ocw/matematika/pendidikan matematika, (diakses 19 Maret 2013)

Atun, I (2006). Pembelajaran Matematika dengan Kooperatif Tipe Student Teams Achievment Division untuk Meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah dan Komunikasi Siswa. Tesis tidak diterbitkan. Bandung : Program Pascasarjana UPI Bandung.

Dahar, R.W (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktoral Jendral Perguruan Tinggi Dekdikbud


(2)

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 Tenntang Standar Isi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas

Daulay, L. A. (2011). Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Koneksi Matematika Siswa SMP dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis tidak dipublikasikan. Medan: Pascasarjana Unimed.

Fakhruddin. (2011). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Konvensional. Tesis. Medan : PPs Unimed. (Tidak dipublikasi)

Fauzi, A. (2011). Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Pendekatan Pemebelajaran Metakognitif Di Sekolah Menegah Pertama. Disertasi UPI Bandung. Tidak Dipublikasikan.

Fathani, H.Y. (2009). Memahami Kembali Deskripsi dan Definisi Matematika:http://masthoni-wordpress.com/2009/07/12/melihat-kembali-definisi-dan-deskripsi-matematika/ (diakses pada tanggal 16 Maret 2013)

Hamalik (1994). Media Pendidikan (cetakan ke-7). Bandung: Citra Aditya. ...,. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasanah, A. 2004. “Mengembangkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik melui pembelajaran berbasis masalah yang menekankan pada representasi matematik”,Tesis. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hamzah, B. U. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasratuddin. (2008). Pengajaran Matematika Dengan Pendekatan Interaktif. Jurnal Pendidikan Matematika Paradigma Vol. 1 No. 1 Edisi Juni 2008.

Huddyd, Herman. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang.

Ibrahim, M, dkk. (2000). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : Unesa.


(3)

Kantowski, M.G. (1981). Problem Solving Mathematics Education Research: Implications for the 80’s. Virginia: NCTM.

Kesumawati, N. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman, Pemecahan Masalah, dan Disposisi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Disertasi. Bandung. UPI, tidak dipublikasikan.

Krulik S, and Jesse A. R, (1996). The New Sourcebook For Teaching Reasoning and ProblemSolving in Junior and Senior High School, Allyn and Bacon, Needham Heights, Massachusetts

Maryunis, A. (2003). ”Metode pemetaan informasi dalam proses belajar mengajar matematika”. Jakarta: Pascasarjana IKIP Jakarta.

Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa. Tesis. FMIPA. UPI. Masykur. (2007). Mathematical Intelligance. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Meltzer, D.E. (2002). The Relationship between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gains in Physics : a Possible “ Hidden Variabel” in Diagnostic Pretes Scores. Ames, Iowa : Department of Physics and Astronomy. [Online] Tersedia : http://www.physics.iastate.edu/per/

docs/Addendum_on_ normalized_gain.pdf [4 Maret 2013]

Muhibbinsyah. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Munawaroh, S. (2011), Upaya Peningkatan Motivasi Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan seramble dengan Pemanfaatan Macromedia Flash (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP n 2 Grobongan). Surakarta. Skripsi FKIP UMS (Skipsi, tidak diterbitkan)

Napitupulu, E. (2008). Mengembangkan kemampuan menalar dan memecahkan masalah melalui pembelajaran berbasis masalah (PBM). Jurnal Pendidikan Matematika Paradigma Vol. 1 No. 1 Edisi Juni 2008.

Nasution, S. 2010. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta. Penerbit Bumi Aksara. Nurhadi (2004). Pembelajaran Konstektual dan Penerapannya dalam KBK.


(4)

Prihatiningrum, W. (2011), Peningkatan Keaktifan dan Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Think Pairs Share (TPS) dengan Pemamnfaatan Media Pembelajaran Berbasis Komputer. Surakarta: Skripsi FKIP UMS (skripsi, tidak diterbitkan)

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Polya, G. (1985). How to Solve it. A New Aspect of Mathematical Method. New

Jersey : Princeton University Press

Ruseffendi, E.T. (1991). Pengantar Kepada Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung:Tarsito.

Rusman, (2012). Moodel-model Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Safari. (2004). Teknik analisis butir soal instrument tes dan nontes dengan manual dan kalkulator

Saragih, S. (2009). Analisis Strategi Kognitif Siswa SLTP Negeri 35 Medan dalam Menyelesaikan Soal-soal matematika. Jurnal Penelitian Kependidikan Universitas Negeri Malang. 10, (2).

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Sardiman, A.M (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grasido Persada.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Edisi 1, cetakan ke-6. Jakarta. Kencana Prenada Media Group

Sinaga, B. (1999). Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction) pada Kelas 1 SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Vol 10. Nomor 2. Maret 2004.

---.(2007). Pengembangan Metode Pembelajaran Matematika Berdasarkan Masalah Berbasis Budaya Batak (PBM-P3M). Disertasi. UNESA. (tidak dipublikasi).

Shadiq, F. (2004). Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi. Makalah disajikan dalam Diklat Instruktur / Pengembang Matematika SMA Jenjang Dasar di PPPG Matematika Yokyakarta

Sofyan, D. (2008). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Siswa


(5)

Sekolah Menengah Pertama. Tesis tidak dipublikasi. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Soejadi, R (1991). Kiat Belajar Matematika di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sriyanto, (2007). Strategi Sukses Menguasai Matematika. Jakarta: Indonesia cerdas.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung. Tarsito.

Sudijono, A. (2013). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sujono, (1988). “Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah, Jakarta:

Dekdikbud. Direktorat Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Suhendra. (2005). Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Belajar Kecil Untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA Pada Aspek Problem Solving Matematik. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Suprijono, A.(2009). Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta : Kanisius.

Sutama. (2010). Penelitian Tindakan Teori dan Praktek dalam PTK, PTS, dan PBTK. Semarang: CV. Citra Mandiri Utama.

TIMSS (Trens in Mathematics Sciens Study). (2009) Tersedia online

http://nces.cd.gov/timms/result07.asp ( diakses 29 Maret 2013)

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Wardani, S. (2002). Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika melalui Model Kooperatif Tipe JIGSAW. Bandung: Tesis SPs UPI. Tidak diterbitkan.

Widdiharto,R.(2004). MODEL-MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP. Makalah disampaikan pada Diklat Instruktur/Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar di Yogjakarta 10 s.d. 23 Oktober 2004 PPPG Matematika Yogyakarta. [on-line]. Available


(6)

Winkel, W.S. (1987). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Wibowo, D.A, (2010), Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kontekstual (PTK Pada Kelas IV SD Negeri Lebak Wangi Tahun Pelajaran 2009/2010), Surakarta: Skripsi FKIP UNS (Skripsi, tidak diterbitkan)