UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN TO (1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN TOLAK PELURU
GAYA O’BRIEN DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT PADA
SISWA KELAS VIII.2 DI SMPN 9 KOTA BEKASI.
Tatang Iskandar1
Universitas Islam 45 Bekasi
Papapt42nk@gmail.com
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah “untuk
mengetahui apakah dengan memodifikasi bola tolak peluru yang terbuat dari
bola plastik ukuran kecil dan didalamnya dicampur dengan pasir dan semen
dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya membelakangi/gaya
O’Brien di SMPN 9 Kota Bekasi”, Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklusnya mempunyai
empat langkah yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Sumber data ini adalah siswa kelas VIII.2 SMPN 9 Kota Bekasi tahun
ajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa 44 dengan rincian siswa 20 siswa
putra dan 24 siswa putri, teknik pengumpulan data diantaranya: tes praktik
dan observasi lapangan.Dari hasil analisis yang diperoleh, terdapat
peningkatan pada hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2, baik dalam
peningkatan rata-rata kelas pembelajaran tolak peluru gaya O’Brien maupun
nilai ketuntasan hasil belajarnya. Nilai rata-rata kelas VIII.2 tolak peluru gaya
O’Brien adalah 74, siswa yang tuntas sebanyak 19 siswa dan siswa yang

tidak tuntas sebanyak 25 siswa. Nilai rata-rata kelas VIII.2 tolak peluru gaya
O’Brien siklus 1 adalah 78, siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa dan siswa
yang tidak tuntas sebanyak 14 siswa siswa. Nilai rata-rata kelas VIII.2 tolak
peluru gaya O’Brien siklus 2 adalah 82, siswa yang tuntas sebayak 41 siswa
dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 3 siswa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan modifikasi bola plastik ukuran kecil yang didalamnya dicampur
pasir dan semen dapat meningkatkan hasil belajar tolak peluru gaya
membelakangi/gaya O’Brien kelas VIII.2 di SMPN 9 Kota Bekasi tahun ajaran
2013/2014.
Kata kunci: Hasil belajar, tolak peluru gaya O’Brien, Modifikasi bola plastik
ukuran kecil yang didalamnya dicampur pasir dan semen.
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, baik
sebagai pribadi, maupun sebagai warga negara. Karena tanpa pendidikan
1

Tatang Iskandar; Dosen PJKR FKIP Universitas Islam “45” Bekasi

akan sulit untuk mewujudkan manusia yang berkualitas dan dapat berguna
bagi bangsa dan negara. Karena tanpa pendidikan akan membuaat

keterpurukan suatu masyarakat, bangsa, maupun negara.
Olahraga adalah bagian integral dari peradaban manusia yang
keberadaannya berguna bagi kehidupan, dengan berolahraga seseorang
akan dapat menjaga kesehatan, atau memperoleh kesenangan pribadi.
Dalam mendapatkan kesehatan dan kesenangan juga dapat meningkatkan
prestasi olahraga yang digemari seperti atletik.
Menurut Syaiful Sagala (2009:61) pembelajaran adalah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar oleh peserta didik.
Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis olahraga yang secara garis
besar dapat dikelompokan menjadi lari, lempar, dan lompat. Atletik
merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade pertama
pada 776 SM. Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah
PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia). Cabang yang disebut induk atau
ibu olahraga adalah atletik. Nomer yang diperlombakan dalam atletik ada
beberapa macam diantaranya: lari, lompat, lempar, dan tolak. Sedangkan
untuk lempar adalah lempar cakram, lempar martil, untuk tolak adalah tolak
peluru.

Menurut Feri Kurniawan (2012:37) Tolak peluru adalah atlet atau siswa
melemparkan bola yang terbuat dari besi dan melempar sejauh mungkin,
merupakan salah satu nomor pada cabang atletik faktor tersebut ada yang
bersifat internal misalnya: bakat, emosi, suasanalain, motivasi dan lain-lain.
Sedangkan faktor yang bersifat eksternal diantaranya: faktor pelatih, sarana
dan prasarana, lingkungan, dan sosial budaya.

Memodifikasi sarana atau alat pembelajaran pendidikan jasmani
merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kendala atau kesulitan yang di
hadapi oleh siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam hal ini
Yoyo Bahagia dan Sufyar Mujianto (2009 : 28) berpendapat, “lakukan
modifikasi

peralatan,

apabila

peralatan

diduga


sebagai

penghambat

keberhasilan”.

Pembelajaran Tolak Peluru
Hasil belajar adalah kemauan yang diperoleh anak setelah melalui
kegiatan belajar, Abdurrahman(1999:14). Belajar itu sendiri merupakan suatu
dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan
perilaku yang relatif menetap. Belajar merupakan sebuah proses yang
kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup,
sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adanya perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan
yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun
yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Kegiatan belajar mengajar dalam
pelajaran


pendidikan

jasmani

amat

berbeda

pelaksanaannya

dari

pembelajaran mata pelajaran lain. Pendidikan jasmani adalah “pendidikan
melalui aktifitas jasmani”. Dengan berpartisipasi dalam aktifitas fisik, siswa
dapat

menguasai

keterampilan


dan

pengetahuan,

mengembangakan

apresiasi estesis, mengembangkan keterampilan generik serta nilai dan sikap
yang positif, dan memperbaiki kondisi fisik untuk mencapai tujuan pendidikan
jasmani.
Menurut Samsudin (2008 : 21). Pada dasarnya program pembelajaran
pendidikan jasmani memiliki kepentingan yang yang relative sama dengan
program pendidikan lainnya dalam hal ranah pembelajaran, yaitu sama-sama
mengembangkan tiga ranah utama: psikomotor, efektif, dan kognitif. Namun
ada satu kekhasan dan keunikan dari dari program pembelajaran penjas

yang tidak dimiliki oleh program pendidikan lain, yaitu dalam hal
pengembangan wilayah psikomotor, yang biasanya dikaitakan dengan tujuan
mengembangkan kebugaran jasmani anak dan pencapaian keterampilan
geraknya.
Menurut Feri Kurniawan (2012:37) Tolak peluru adalah atlet atau siswa

melemparkan bola yang terbuat dari besi dan melempar sejauh mungkin.
Menurut Gerry A.Carr

(2006:203) Kemajuan terbesar dalam teknik tolak

peluru terjadi pada tahun 1950, ketika Parry O’Brien memulai tolakannya
menghadap bagian belakang ring. Metode ini, yang dikenali sebagai teknik
O’Brien atau lebih dikenal dengan teknik meluncur, digunakan oleh
mayoritasatlet tolak peluru.

Gambar 1
(sumber :Gerry A.Carr dalam modul atletik untuk sekolah
2006:205)
Teknik

yang

mendapat

popularitas


adalah

teknik

berputar,

yang

menggunakan putaran seperti lempar cakram melintasi ring tolak peluru,
bukan bergerak kebelakang atau atau meluncur yang mencirikan teknik
O’Brien. Kedua teknik sama-sama mencapai keberhasilan.
Pada olahraga tolak peluru, bola yang digunakan untuk melempar
yang terbuat dari besi itu berukuran untuk senior putra :7.257 kg, untuk senior
putri :4 kg, untuk yunior putra : 5 kg, untuk yunior putrid :3 kg.
1. Teknik berputar/ gaya O’Brien

Teknik berputar merupakan putaran gaya lempar cakram atau juga
disebut dengan teknik gaya O’Brien. Gerakan menolak menirukan
gerakan yang digunakan dalam teknik meluncur.

a. Awalan
Atlet berputar pada jantung kedua telapak kaki kearah lemparan. Dengan
terus berputar pada kaki kiri,atlet kemudian bergerak melintasi ring.posisi
tolakan yang terjadi pada akhir putaran sama seperti teknik meluncur.
Kaki kanan ditekukan dan kaki kiri dijulurkan ke depan. Badan ditekukan
pada pinggul ke arah belakang ring. Kedua kaki berputar dan diluruskan
ke atas, menggerkan pinggul dan dada ke arah lemparan. Tolakan
diselesaikan dengan melururuskan tangan dan jari. Setelah peluru
meninggalkan tangan tangan, atlet sering melakukan gerakan reserve
dengan cara yang sama dengan teknik meluncur.
b. Pelaksanaan (proses)
Atlet menekukan kaki kanan dan mengangkat badan untuk bersiap-siap
meluncur ke belakang melintasi ring. Atlet menendangkan kaki kiri ke
belakang, dan secara serentak kaki kanan digerakan kea rah pusat
ring, Badan tetap dirundukan. Pada akhir gerakan meluncur, atlet
menarik kaki kanan dibawah tubuh dan menempatkan kaki kiri didepan
dingkaran.
c. Akhiran
Atlet memulai tolakan dengan gerakan berputar pada kaki kanan ke
arah sektor lemparan. Pinggul diputar, dada didorong ke depan, dan

tubuh diangkat ke depan. Sisi kanan tubuh berputar ke depan
mengelilingi kaki kiri diluruskan, dan pelurusan tangan dan jari yang
melempar menyelasaikan tolakan. Setelah peluru meningalkan tangan
kiri, kaki berbalik untuk menghentikan atlet agar tidak terjatuh ke depan
ring dan mengakibatkan pelanggaran.
Menurut Yoyo Bahagia dan Sufyar Mujianto(2010:25), Modifikasi
merupakan salah satu upaya yang dapat di lakukan para guru penjas agar

proses pembelajaran penjas dapat mencerminkan Development Appropriate
practice (D…A…P) Artinya adalah tugas ajar yang diberikan harus
memperhatikan

perubahan

kemampuan

anak

dan


dapat

membantu

mendorong perubahan tersebut. Dengan demikian tugas ajar tersebut harus
sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik yang sedang dipelajarinya.
Tidak sedikit guru penjas yang terjebak dalam ketergantungan penyajian
materi pembelajaran penjas kepada hal-hal yang sifatnya prinsip dan standar
serta harus sesuai dengan kurikulum yang sudah ditentukan. Hingga tidak
sedikit pula para guru penjas dilanda kebosanan, yang selanjutnya kondisi
seperti ini akan berdampak pada pembentukan dan pengembangan psikosiko culture peserta didik. Oleh karena itu pengetahuan pemahaman tentang
azas serta esensi modifikasi penjas (fasilitas dan perlengkapan penjas), akan
banyak membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran penjas.
Guru yang kreatif akan mampu menciptakan sesuatu yang baru, atau
memodifikasi yang sudah ada untuk disajikan dengan cara yang lebih
menarik, sehingga anak merasa senang mengikuti pelajaran yang diberikan.
1. Apa dan Mengapa modifikasi
Menurut Yoyo Bahagia dan Sufyar Mujianto (2010 : 28) Beberapa aspek
analisis modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: tujuan,
karakteristik materi, kondisi lingkungan. dan evaluasi. Khusus dalam penjas,
disamping pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang tujuan,
karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasi. Keadaan fasilitas
perlengkapan dan media pengajaran penjas yang dimiliki oleh sekolah akan
mewarnai kegiatan itu sendiri.
Seperti telah dibahas minimnya fasilitas dan perlengkapan pendidikan
jasmani yang dimiliki sekolah-sekolah, menuntut guru penjas untuk lebih
kreatif dalam memberdayakan dan mengoptimalkan penggunaan fasilitas dan
perlengkapan yang ada. Sesuai dengan kodisi siswa dan sekolahnya.
Halaman sekolah, taman, ruang kosong, parit dan sebagainya yang ada

dilingkungan sekolah yang dapat direkayasa dan dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan melakukan
modifikasi fasilitas maupun perlengkapan tersebut sebenarnya tidak akan
mengurangi aktifitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran penjas
melainkan sebaliknya, siswa lebih aktif karena siswa di fasilitasi untuk lebih
banyak bergerak, dengan pendekatan bermain dalam susasana riang
gembira.
Dari pendapat tersebut dapat diartikan bahwa pendekatan modifikasi
dapat digunakan sebagai suatu alternative dalam pembelajaran pendidikan
jasmani.

Karena

pendekatan

ini

mempertimbangkan

tahap-tahap

perkembngan dan karakteristik anak, sehinggga anak akan mengikuti
pelajaran pendidikan jasmani dengan senang dan gembira.
2. Tujuan Modifikasi
Menurut Yoyo Bahagia dan Sufyar Mujianto (2010 : 30). Aspek analisis
modifikasi ini tidak terlepas dari pengetahuan guru tentang: tujuan,
karakteristik materi, kondisi lingkungan, dan evaluasinya.
Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan pula

dengan

tujuan

pembelajaran, mulai dari tujuan yang paling rendah sampai dengan tujuan
yang paling tinggi. Tujuan modifikasi pembelajaran ini dapat dilakukan
dengan cara membagi tujuan pemebelajaran ke daalam tiga komponen yaitu:
a. Tujuan perluasan adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan
pada perolehan penetahuan dan kemampuan melakukan bentuk atau
wujud

kererampilan

yang

dipelajari

tanpa

memperhatikan

aspek

efesiensinya.
b. Tujuan penghalusan adalah tujuan pembelajaran yang lebih menekankan
pada perolehan dan pengetahuan kemampuan melakukan gerak secara
evesiensi.
c. Tujuan penerapan maksudnya yang lebih menekankan pada perolehan
pengetahuan dan kemampuan tentang efektif tidaknya gerakan yang
dilakukan melalui kreteria tertentu sesuai dengan tingkat kemempuan
siswa.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan maksud dan tujuan dari penelitian yang digunakan adalah
metode.Penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Saur Tampubolon(2014 :
16), Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang diprakarsi
untuk memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar dikelas secara
langsung. Dengan kata lain, PTK dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan
dan memperbaiki mutu proses belajar mengajar dikelas namun apabila PTK
penjas tidak harus dikelas karena pembelajaran penjas lebih sering dilakukan
diluar kelas (lapangan), serta membantu memberdayakan guru dalam
memecahkan masalah pembelajaran disekolah.
Subjek PTK ini adalah peserta didik kelas VIII.2 di SMPN 9 Kota Bekasi yang
berjumlah 44 siswa terdiri dari: Laki-laki 20 siswa dan Perempuan 24 siswa.
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian
ini dilangsungkan.. Penelitian siklus I dilaksankan pada tanggal 3 dan 10 April
dan siklus II pada tanggal 17 dan 24 April 2014. Tempat penelitian ini
dilakukan di SMPN 9 Kota Bekasi, Jl.Swantara Nomor 4 Jatiasih.
Model Rencana tindakan siklus 1

Perencanana
tindakan

Pelaksanaa
n tindakan

Observasi

Pelaksanaa
n tindakan

Rencana perbaikan tindakan pada siklus 2(Revisi)
Evaluasi/

Observasi

Refleksi

Pelaksanaa
n tindakan
perbaikan

Perencanan
an tindakan
perbaikan

Gambar 2

Hasil
penelitian

( Saur Tampubolon 2014:28)

Refleksi

SIKLUS 1

Pelaksanaan

Pengamatan

Pengamatan

Refleksi

SIKLUS 2

Pelaksanaan

Pengamatan

?
Gambar 3
Sumber : Mia Kusumawati(2014 ; 157)
Dalam instrument penelitian ini peneliti menggunakan penelitian
tindakan kelas (PTK) sebagai berikut:
1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap
ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan
yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak
yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses yang
dijalankan.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi
atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Pengamatan (observasing), yaitu kegiatan pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksanaan
mencatat sedikit demi sdikit apa yang terjadi agar memperoleh data
yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha
untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati

karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara cermat mengenali
hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Semua data yang telah dikumpulkan dicek kelengkapan dan disensor
mana yang digunakan, mana yang tidak, data disajikan dan dianalisis
untuk melakukan verivikasi data yang dibutuhkan.Selanjut dianalisis
dengan prosedur seperti dibawah ini.
1. Mencari rata – rata
Rata – rata (X) =
Dimana :
= jumlah
= nilai
= jumlah sampel
2. Kualitatif
P=
Dimana
P
= Presentasi Keberhasilan
F
= Jumlah yang berhasil
n
= Jumlah responden
100% = Bilangan tetap
HASIL
Kondisi awal hasil pembelajaran tolak peluru gaya O’Brien pada siswa
kelas VIII.2 SMPN 9 Kota Bekasi. Sebelum diberikan tindakan modifikasi
media pembelajaran rata-rata nilai kelas VIII.2 hanya mencapai nilai
Tabel 4.1
Data Presentase Ketuntasan Siswa Dalam Pembelajaran
Tolak Peluru Gaya O’Brien Sebelum Tindakan

Jumlah siswa

Rata-

Nilai

Nilai

rata

Tertinggi

Terendah

Yang Mencapai KKM