Mendeteksi logam berat Pb dan Cd Pada Sapi Bali yang Dipelihara di TPA Suwung Denpasar.

DETEKSI LOGAM BERAT Pb DAN Cd DAN HUBUNGANNYA DENGAN
SGPT/SGOT DARAH SAPI BALI YANG DIPELIHARA DI TPA SUWUNG
KOTA DENPASAR
Oleh
I Ketut Berata, Ni Nyoman Werdi Susari, I Made Kardena
Laboratoeium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
E-mail : iketutberata@yahoo.com
Abstrak
Sapi bali memiliki keunggulan yaitu memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan
dengan bukti dapat hidup baik pada tempat pembuangan sampah (TPA). Penelitian
bertujuan untuk memeriksa patofisiologi dikaitkan dengan kadar plumbum (Pb) dan
cadmium (Cd) dalam darahnya. Pemilihan sampel didasarkan pada umur minimal 2
tahun dan sapi lahir di TPA. Sampel darah sapi diambil masing-masing dari 5 ekor dan
ditampung sebagian dalam tabung berisi EDTA untuk mencari plasma dan sebagian
lagi tanpa EDTA untuk pemeriksaan kadar SGPT/SGOT serum. Hasil pemeriksaan
tidak ditemukan logam berat Cd dalam plasma darah. Sedangkan pemeriksaan kadar Pb
dan SGPT/SGOT) ditemukan masing-masing Pb 10,216 ppm 131/34; Pb 9,295
ppm (76/ 35); Pb 7,390 ppm (73/27); Pb 5,616 ppm (83/21); Pb 5,0048 ppm
(65/36). Dari hasil pemeriksaan menunjukkan adanya hubungan antara tinggi kadar Pb
dengan kadar SGPT/SGOT. Kesimpulan penelitian ini adalah tidak ditemukan adanya
logam berat Cd. Terdapat hubungan positif antara kadar logam berat Pb dengan kadar

SGPT/SGOT pada sapi yang dipelihara di TPA Denpasar.
Kata-kata kunci : daya adaptasi, logam berat (Pb, Cd), SGPT/SGOT.

PENDAHULUAN
Sapi bali merupakan plasma nutfah dengan banyak keunggulan dibandingkan
jenis sapi lainnya. Salah satu keunggulan sapi bali adalah daya adaptasi terhadap
lingkungan yang sangat tinggi (Handiwirawan et al., 2007). Hal ini terbukti sapi bali
banyak dipelihara di tempat pembuangan akhir (TPA), tumbuh dan berkembang dengan
baik. Sapi bali yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar berkisar 500 ekor, dengan
cara dilepas. Pemeliharaan sapi bali di TPA lain di Bali juga ada, tetapi pendataaan
mengenai jumlah, belum ada laporan. Sumber pakan dan minum sapi dari bahan
buangan TPA tentu telah tercemar oleh limbah yang mungkin saja berbahaya bagi
kesehatan ternak sapi dan yang mengkonsumsi dagingnya.

1

Kontrol terhadap kesehatan ternak sapi yang dipelihara di TPA sangat penting
untuk dilakukan agar daging yang dihasilkan benar-benar sehat. Sebagai indikator dari
ternak yang sehat, selain secara penampilan (performance) juga dapat didasarkan pada
uji fungsi hati dan daya kekebalan sapi terhadap agen infeksius. Hati sebagai pusat

metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan mineral, sangat berkaitan dengan bahanbahan yang dimakan. Pakan yang tercemarbahan berbahaya, jika terserap di usus secara
akumulasi dapat menyebabkan penyimpangan metabolisme pada hati (Herscowitz,
1993). Hasil metabolisme yang menyimpang dapat mengakibatkan status kesehatan
sapi terganggu dan kualitas daging yang dihasilkan menjadi tidak sehat. Patofisiologis
hati secara serologis dapat diukur dengan uji fungsi hati. Uji fungsi hati yang paling
umum yaitu pengukuran enzim transaminase SGPT (Serum Glutamate Pyruvate
Transaminase) dan SGOT(Serum GlutamateOxaloacetat Transminase) (Harper, et
al.,). Selain itu patofisologis hati dapat diperiksa terhadap adanya cemaran logam berat
seperti misalnya timah hitam (Pb). Keracunan logam berat Pb umumnya dapat
menyebabkan degenerasi otak (Harte, et al., 1991) dan anemia (Sugiharto, 1987) dan
pengecilan organ hati disertai adanya badan inklusi intranuklir di hepatosit (Percy, et
al., 2007).Tingkat patofisologis berdasarkan variasi kadar SGOT/SGPT dan logam
berat, menggambarkan berat ringannya cemaran limbah TPA terhadap status kesehatan
sapi. Tingkat patofisiologis ini juga sangat dipengaruhi olehi variabel-variabel seperti
umur, lamanya dipelihara di TPA dan asal sapi. Sedangkan uji patologis hati secara
pascamati dapat diukur dengan pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi. Untuk
pemeriksaan ini, maka sapi harus dinekropsi (dipotong), hati diperiksa, selanjutnya
diambil untuk diproses dalam pembuatan preparat histopatologi.
Penyimpangan metabolisme akibat asupan pakan tercemar akan menyebabkan
hewan lebih peka terhadap penyakit infeksius. Hepatotoksik akibat berbagai sebab,

dapat

menimbulkan

penurunan

imunitas

terhadap

agen

infeksius

(Abbas,

et.al.,2000).Salah satu penyakit infeksius yang menyerang sapi bali adalah penyakit
Jembrana. Penyakit Jembrana bersifat endemis yang sangat merugikan peternak dan
negara, karena sapi bali asal Bali ditolak masuk ke negara-negara tujuan eksport.


METODE PENELITIAN
1.1.

Rancangan Penelitian
2

Penelitian yang dirancang selama 2 tahun digambarkan langkah-langkah sebagai
berikut:

Pemilihan sampel secara cross sectional. Kriteria : sapi lahir di lokasi TPA

Pengambilan darah dan pemeriksaan serum SGOT, SGPT dan Pb
Sebagai kontrol digunakan serum sapi dengan pakan hijauan

Analisis data tingkat patofisiologis : kadar SGPT, SGOT dan Pb dalam serum

Gambar 1. Bagan alur penelitian

1.2.


Pemilihan Sampel Penelitian
Sapi yang dipilih sebagai sampel penelitian untuk tahun pertama adalah sapi-sapi
yang berumur 2 tahun, betina dan sapi yang lahir di lingkungan TPA Kota
Denpasar. Hasil pendataan (menurut pemilik) diperoleh jumlah sapi sesuai kriteria
berjumlah 26 ekor.

1.3.

Pengambilan dan Pemeriksaan SGOT, SGPT dan Logam Berat Pb
Darah sebanyak 20 ml diambil dari vena jugularis dan ditampung dalam tabung
(vaccum tube) tanpa antikoagulan. Darah dalam tabung dibiarkan dalam suhu
kamar selama 2 jam, selanjutnya disentrifugasi 2.000 rpm selama 10 menit untuk
mengeluarkan serum. Serum dibagi atas 3 bagian yaitu masing-masing untuk
pemeriksaan SGPT, SGOT dan kadar Pb. Pemeriksaan SGOT,dan SGPT dalam
serum dilakukan dengan menggunakan alat Auto analizer (Refloton(R) plus)
Adapun caranya adalah dengan meneteskan satu tetes darah (30μ l ) pada batang kit.
Setiap parameter menggunakan batang kit yang berbeda, kemudian masukkan ke
Auto analyzer. Tunggu beberapa menit, alat akanmembaca hasilnya secara otomatis
(Kendran, et al, 2012).
3


Pengukuran kadar Pb serum dilakukan sesuai metode APHA (1995) menggunakan
kit lead test kits (Osumex, USA). Sebagai kontrol digunakan serum dari 3 ekor sapi
yang

dipelihara

secara

kereman

(dikandangkan)

dengan

pakan

hijauan.

Pemeriksaan kadar SGOT, SGPT, dan Pb dalam serum dilakukan setiap 3 bulan,

sehingga diperoleh trend antara kadar SGOT, SGPT dan Pb dalam 3 kali
pemeriksaan selama 10 bulan.
3.4.Analisis Data
Data-data kadar SGPT, SGOT dan Pb dianalisis dengan statistik parametrik sidik
ragam dan uji lanjut dari Duncan. Hubungan kadar SGPT, SGOT dan Pb dengan
variabel lainnya dianalisis dengan deskriftif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan darah dari 11 ekor sapi di TPA diperoleh hasil adanya
logam berat Pb dalam plasma darah sapi TPA, tetapi tidak ditemukan adanya logam
berat Cd. Data sapi dan kadar logam berat Pb serta kadar SGOT/SGPT sapi TPA
disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan SGOT/SGPT dan Logam Berat Pb dalam Darah Sapi
TPA
No

Umur Sapi

Kadar Pb


Kadar SGOT/SGPT (U/L)

1

10 bulan

5,0048 ppm Pb

65 /

36

2

2 tahun

7,390 ppm Pb

73


/

27

3

3 tahun

10,216 ppm Pb

131 /

34

4

4 tahun

5,616 ppm Pb


83

/

21

5

4 tahun

9,295 ppm Pb

76

/

35

Dari Tabel 4.1 diatas, maka tampak adanya variasi kadar logam berat Pb dan
kadar SGOT/SGPT. Secara umum tampak adanya hubungan antara kadar logam berat

Pb dengan kadar SGOT, dimana kadar Pb = 10,216 ppm pada sapi umur 3 tahun
dijumpai kadar SGOT 131 U/L, merupakan kadar tertinggi. Walaupun demikian kadar
SGPT tidak mencerminkan adanya hubungan. Hasil statistik menunjukkan bahwa
4

antara kadar Pb dengan SGOT terdapat hubungan, tetapi antara kadar Pb dengan SGPT
tidak ada hubungan.

SGOT (Serum Glutamic Oxoloacetic Transaminase) disebut enzim Aspartate
Aminotransferase (AST). Enzim ini lebih banyak terdapat di jantung, hati, otot

skelet, ginjal, dan sel darah merah. Enzim ini sering disebut enzim Aspartate
Aminotransferase (AST) dan dilepaskan pada kerusakan sel-sel atau umumnya
meningkat pada infeksi akut (Harper, et al, 1977). Kadarnya dalam darah akan

meningkat bila terjadi kerusakan dan iritasi sel. Hasil ini menunjukkan bahwa
lobam berat Pb tidak hanya mengiritasi jaringan hati, tetapi seluruh sel-sel yang
berinti dan sel darah merah. Berdasarkan temuan ini, maka perlu penelitian lebih
lanjut tentang distribusi lobam berat Pb dalam berbagai jaringan.

Cemaran

logam berat Pb dalam jaringan terutama yang umum dikonsumsi oleh manusia,
merupakan hal yang merugikan bagi konsumen. Keracunan logam berat Pb pada
manusia dapat menyebabkan gangguan syaraf pusat ((Harte, et al., 1991).

KESIMPULAN
1. Ditemukan logam berat Pb dengan kadar yang bervariasi antara 5,0048-10,256
ppm pada plasma darah sapi yang dipelihara di TPA Denpasar, tetapi tidak
ditemukan adanya Cd
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Pb plasma darah sapi TPA
dengan SGOT, tetapi tidak dengan SGPT

DAFTAR PUSTAKA
APHA, 1995: Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, American
public health association, American water work association and water pollution
control federation.Washington, DC, American Public Health Association.
Barbour, M.T., Gerritsen, J., Snyder, B.D., Stribling,
Abbas,A.K., Lichtman,A.H., and Pober, J.S. 2000.Cellular and Molecular Immunology.
4th.Ed. Saunders Co.p.

5

Astawa, N.M., Hartaningsih, N., Dharma, D.M.N., Tenaya, W.M., Budiantono, dan
Ekaana,W. 2005. Replikasi Virus Jembrana pada Kultur Limfosit Darah
Tepiasal Sapi Bali. J.Vet.6(4):135-142.
Berata, IK, Winaya, IBO, Kardena, IM, Ariana, INT. 2010. Histopathological Changes
of the Liver, Kidney, and Spleen of Bali Cattle that were Given 2%
Concentrate in Grass Feed. Oral Presenter in the International Seminar on
Conservation and Improvement of World Indigenous cattle.3-4 September 2010
at Udayana University
Berata, IK., Winaya, IBO., Kardena, IM.2012. Perubahan Histologis dan Respons
Imunitas Sapi Bali yang Diberikan Pakan Campuran Konsentrat. J.Kedokteran
Hewan. FKH Unsyah. Vol.6(2) Sept 2012. Akreditasi Dirjen Dikti
Campbell, R.S.F. 1996. The Comparative Pathology of the Lentiviruses. In: Wilcox,
G.E., Soeharsono, S., Dharma, D.M.N., Copland, J.W. Editors. Jembrana
Disease and the Bovine Lentiviruses. ACIAR Proceeding No.75. p.115-123
Dharma, D.M.N. 1996. The Pathology of Jembrana Disease. In : Wilcox, G.E.,
Soeharsono, S., Dharma, D.M.N., Copland, J.W., Editors. Jembrana Disease
and The Bovine Lentiviruses. ACIAR Proceedings No. 75. p. 26-28
Gibson, G.G. and P.Skett. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Penerjemah: Iis Aisyah
B. UI Press. 314 hal
Handiwirawan, E dan Subandriyo. 2007. Potensi dan Ke., Mayes P.A.1977. Review of
Physiological Chemistry. 17th.Ed. Lange Medical Pub.
Harper, H.A., Rodwell, V.W., Mayes, P.A. 1977. Review of Physiological Chemistry.
17th Ed.Lange Medical Pub.
Hartaningsih, N. 2002. Teknik Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA) untuk
Deteksi Antibodi Virus Jembrana. In Hartaningsih (Ed): Manual Diagnosa
Laboratorik Penyakit Jembrana. Materi Kursus Peningkatan Metoda Diagnosa
Penyakit Jembrana ACIAR-BPPV Denpasar.
Harte, J., Holdren, C., Schneider, R. and Shirley, C. 1991. Toxics A to Z, A Guide to
Everyday Pollution Hazards. University of California Press.
Herscowitz, H.B. 1993. Imunofisiologi : Fungsi Sel dan Interaksi Seluler dalam
Pembentukan Antibodi. In : Bellanti, J.A. Editor. Imunologi III. UGM Press.
p.126-171.
Jovanovic, B., Mihaljev, Z., Maletin, S. and Palic, D. 2011. Assessment of heavy metal
loadin chub liver (Cyprinidae – Leuciscus cephalus) from the Nišava River
(Serbia).Biologica Nyssana 2(1) 51-58
Kendran, A.A.S. Damriyasa, I M., Dharmawan, N.S., Ardana, I.B.K., Anggreni, L.D.
2012.Profil Kimia Klinik Darah Sapi Bali. Jurnal Veteriner Vol.13(4).
Kertayadnya, G., Wilcox, G.E., Soeharsono, S., Hartaningsih, N., Coelen, R.J.,
Cook,R.D., Collins, M.E., and Brownlie, J. 1993. Characteristics of A
Retrovirus Associated With Jembrana Disease in Bali Cattle. J.of.Gen.Virol.
Kiernan, J.A.1990. Histological & Histochemical Methods : Theory & Practice. 2nd Ed.
Pergamon Press.330-354.
Martojo, H. 2002. A Simple selection program for smalholder Bali cattle farmers. In:
Proceeding of an ACIAR Workshop on “Strategies to Improve Bali Cattle in
Eastern Indonesia”, Denpasar Bali, Indonesia.
Mitchel, R.N., and Kumar, V.,2003. Diseases of Immunity. In: Kumar, V., Cotran, R.S.
and Robbins, S.L. Editors. Robins Basic Pathology 7 thEd. Saunders.p.103-164.
6

Payne, W.J.A. and D.H.L.Rollinson. 1973. Bali Cattle. World Animal Review.7:13-and
21
Payne, W.J.A. and J.Hodges. 1997.Tropical Cattle :Origin, Breeds and Breeding
Policies. Blackwell Science.
Percy, D.H and S.W.Barthold. 2007. Pathology of Laboratory Rodents and
Rabbits.3rd.Ed. Blackwell Pub.
Putra, A.A.G. and Sulistyana, K.1996. Epidemiological Observations of Jembrana
Disease in Bali. Aciar Proceding No.75.p.90-95
Soesanto, M., Soeharsono, S.,Budiantono, A., Sulistyana, K.,Tenaya, M., Wilcox, G.E.
1990. Studies on Experimental Jembrana Disease in Bali Cattle. II.Clinical
Signs and Haematological Changes. J.of Comp.Pathol.103. 61-71.
Steel, R.G.D. and Torrie, J.H.1989. Prinsip dan Prosedur Statistika, Suatu Pendekatan
Biometrik. Penerbit PT Gramedia Jakarta.748
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Peneglolaan Air Limbah. UI-Press.190 hal
Sutika, I K.2013. Nusa Penida Proyek Percontohan Pemurnian Sapi Bali.
http://www.antarabali.com/berita/4429/nusa-penida-proyek-percontohanpemurnian-sapibali
Wahjuni, RS., and Bijanti, R. 2006. Uji Efek Samping Formula Pakan Komplit
terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Pedet Sapi Friesian Holstein. Med.Ked.Hewan.
22(3):174-179
Wareing, S. 1996. Investigation of The Cell Mediated Immune Response to Jembrana
Disease Virus Proteins in Cattle. In. Wilcox, G.E., Soeharsono, S., Dharma,
DMN, Copland, J.W. Eds. Jembrana Disease and Bovine Lentiviruses. ACIAR
Proceedings No.75. p.83-84.
Wareing, S., Hartaningsih, N., Wilcox, G.E., and Penhale, W.J. 1999. Evidence for
Immunosupression Associated With Jembrana Disease Virus Infection of
Cattle. J.Vet.Microbiol. 68: p.179-185
Yu, M.H. (2005). "Soil and water pollution: Environmental metals and metalloids".
Environmental Toxicology: Biological and Health Effects of Pollutants. CRC
Press.

7

8