PENGARUH KOMPOSISI BAGIAN KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA VAL) DAN WAKTU PENGHANCURAN TERHADAP KANDUNGAN DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KUNYIT.

(1)

PENGARUH KOMPOSISI BAGIAN KUNYIT (

CURCUMA

DOMESTICA

VAL) DAN WAKTU PENGHANCURAN

TERHADAP KANDUNGAN DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN

KUNYIT

Amna Hartiati ; Sri Mulyani ; Syaifullah Nizar Rahmat Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Udayana

Koresponden : amnahartiati@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi campuran bagian kunyit dan waktu penghancuran tertentu terhadap kandungan dan aktivitas antioksidan, dan menentukan komposisi campuran bagian kunyit dan waktu penghancuran dengan kandungan dan aktivitas antioksidan tertinggi.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, faktor pertama terdiri dari 5 perlakuan perbandingan bagian empu dan rimpang sbb : (0% : 100%; 25% : 75%; 50% : 50%; 75% : 25%; 100% : 0%) dan faktor kedua yaitu waktu penghancuran (3,5 dan 4,5) menit, perlakuan diulang 2 kali. Variabel yang dianalisis adalah : Total Fenol, aktifitas antioksidan metode TBA dan kapasitas antioksidan metode DPPH.

Hasil penelitian menunjukkan perbandingan empu dan rimpang kunyit serta waktu penghancuran berpengaruh nyata dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap total fenol, dan kapasitas antioksidan filtrat kunyit. Analisis aktifitas antioksidan metode TBA dan kapasitas antioksidan metode DPPH menunjukkan hasil trend aktivitas antioksidan terbaik dengan kapasitas antioksidan tertinggi dihasilkan dari perlakuan 100% rimpang, waktu penghancuran 3,5 menit, dengan nilai total fenol = 1,76% dan nilai kapasitas antioksidan = 0,17%.

Kata kunci :bagian kunyit, rimpang, empu, waktu penghancuran, antioksidan.

PENDAHULUAN

Kunyit merupakan rempah dan salah satu bahan obat yang bisa dimanfaatkan sebagai minuman tradisional dan dewasa ini telah dikembangkan sebagai minuman fungsional. Kunyit yang mempunyai warna kuning memiliki komponen warna seperti kurkumin, dihidrokurkumin dan desmethoksikurkumin (Sudarsonoet al., 1996). Kunyit merupakan salah satu bahan utama minuman kunyit asam yang berpotensi sebagai minuman fungsional. Minuman kunyit asam dimasukkan sebagai salah satu jenis minuman fungsional karena, (1) merupakan produk pangan yang berasal dari bahan alami, (2) dapat dan layak dikonsumsi sebagai bagian dari diet atau menu sehari-hari, (3) mempunyai fungsi tertentu pada saat dicerna, serta dapat memberikan peran dalam proses tubuh tertentu (Astawan, 2009).


(2)

Minuman fungsional didefinisikan sebagai minuman yang berpengaruh positif terhadap kesehatan dan kebugaran.

Minuman kunyit asam biasa digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri haid, menghilangkan sembelit, menghilangkan bau mulut dan badan, serta menjadi minuman para ibu yang baru saja melahirkan (Nirmala, 1999). Minuman kunyit asam diketahui saat ini merupakan salah satu produk unggulan bagi PT. Sido Muncul. Minuman kunyit asam (turmeric natural drink) baru-baru ini meraih penghargaan sebagai Best Product Encouragement Prize pada konferensi internasional The 8th ASEAN Food Conference di Vietnam (Anon, 2003a). Khasiat yang terdapat pada minuman kunyit asam menyebabkan minuman kunyit asam merupakan salah satu produk yang paling diminati dan paling laris pada industri minuman fungsional.

Minuman kunyit asam dewasa ini sudah dapat dijumpai di pasaran, tetapi setelah dikaji pada proses pembuatannya, terutama untuk kunyit kurang memperhatikan bagian-bagian kunyit yaitu rimpang atau empu yang digunakan sebagai bahan formulasinya. Perbedaan bagian kunyit yang digunakan akan mempengaruhi kandungan dan aktivitas antioksidan serta rasa produk, ini sesuai dengan Rukmana (2004) yang menyatakan bahwa setiap bagian tanaman mempunyai kandungan dan aktifitas antioksidan yang berbeda-beda. Selama ini penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan minuman kunyit asam tidak spesifik pada bagian-bagian kunyit yang akan digunakan, sehingga perlu diteliti lebih lanjut tentang bagian kunyit yang memiliki kandungan dan aktivitas antioksidan tertinggi.

Ekstraksi merupakan istilah yang digunakan untuk setiap kegiatan, pada proses ini komponen-komponen pembentuk bahan berpindah ke dalam cairan lain (pelarut). Metode yang paling sederhana untuk mengekstraksi padatan adalah mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut, lalu memisahkan larutan dengan padatan tidak terlarut (Widyastuti, 1995). Waktu ekstraksi akan mempengaruhi senyawa aktif yang terlarut kedalam cairan ekstraksi. Waktu pemblenderan (ekstraksi) pada umumnya berkisar antara 3 menit sampai dengan 4 menit (Anon, 2000a). Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang penghancuran bagian empu dan rimpang kunyit pada berbagai perlakuan yaitu dari 0% 100 % bagian dengan waktu penghancuran 3,5 dan 4,5 menit.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh komposisi campuran bagian kunyit dan waktu penghancuran tertentu terhadap kandungan dan aktivitas antioksidan serta menentukan komposisi campuran bagian kunyit dan waktu penghancuran dengan kandungan dan aktivitas antioksidan tertinggi.


(3)

METODE PENELITIAN

Alat yang digunakan pada penelitian ini diantaranya adalah: Spektrofotometer (Turner SP-870), Centrifuge (EC HN-S II 0-9000 rpm), Vortex (Thermolyne), Oven (Blue M), Inkubator (Memmert, model 500), kertas saring, tabung reaksi (Pyrex), aluminium foil, Gelas ukur 100 ml, timbangan analitik (MetlerToledo AB-204), pipet volume, pipet tetes, glass 500 ml(Pyrex), kertas label, dan pipet mikro.

Bahan yang digunakan adalah rimpang dan empu kunyit varietas lokal yang diperoleh dari daerah Kintamani - Bali. Bahan kimia yang digunakan adalah, buffer fosfat, asam trikloroasetat acid (TCA), larutanthiobarbiturit acid(TBA),butylated hidroksitoluene (BHT) dari Brathaco Chemical, etanol dari Brathaco Chemical, Folin ciocalteu phenol dari Merck, asam gallat dari Sigma, sodium karbonat dibeli dari Merc, radikal DPPH (2,2-dhiphenil-1-picryldhydrazyl radical) dibeli dari Sigma.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial, faktor pertama terdiri dari 5 perlakuan perbandingan bagian empu dan rimpang sbb : (0% : 100%; 25% : 75%; 50% : 50%; 75% : 25%; 100% : 0%) dan faktor kedua yaitu waktu penghancuran (3,5 dan 4,5) menit, perlakuan diulang sebanyak 2 kali sehingga terdapat 20 unit percobaan, sehingga kombinasi perlakuan penelitian sebagai berikut :

Tabel 1. Kombinasi Perlakuan Penelitian

Perlakuan (K) Waktu Penghancuran (T) Empu : Rimpang (%) 3,5 menit (1) 4,5 menit (2)

0% : 100% (1) K1 T1 K1 T2

25% : 75% (2) K2 T1 K2 T2

50% : 50% (3) K3 T1 K3 T2

75% : 25% (4) K4 T1 K4 T2

100% : 0% (5) K5 T1 K5 T2

Pengamatan dilakukan terhadap kadar total fenol, aktivitas antioksidan dengan metode thiobarbiturit acid (TBA) (Kikuzaki Dan Nakatami, 1993) dan kapasitas antioksidan diphenylpieryl hydrazyl(DPPH) (Yun, 2001).

. Data yang dihasilkan dianalisis keragamannya dan dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda Duncan apabila hasil data signifikan. Selanjutnya ditentukan kandungan antioksidan tertinggi dilihat dari kadar total fenol dan juga aktifitas antioksidan yang tertinggi.

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan menggunakan modifikasi metode Afifah (2003) yang diuraikan sebagai berikut kunyit yang berumur ± 9 bulan. Rimpang dan empu kunyit segar yang sudah dikupas, diiiris dan ditimbang lalu dicuci. Kemudian diblender dengan air


(4)

dibilas dengan air 400 ml, lalu disaring. Cairan filtrat kunyit yang pertama dicampur dengan cairan hasil pembilasan ampas kunyit, sehingga diperoleh cairan dengan volume larutan 750 ml. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Rimpang kunyit dan Empu kunyit yang telah dikupas

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Zat Aktif Fenol

Pengujian kadar total fenol pada penelitian ini, menggunakan standar asam galat. Metode yang digunakan adalah spektofotometri dengan perubahan warna yang terjadi setelah sampel direaksikan dengan reagen Folins dan Na-karbonat. Semakin pekat warna yang dihasilkan maka nilai absorbansinya semakin tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa

Filtrat kunyit

350 ml air

Ampas 400 ml air

Dicuci Ditimbang 250g

Penghancuran sesuai perlakuan (3,5 menit dan 4,5 menit)

Ampas Filtrat

kunyit (1)

Filtrat kunyit (2) Disaring

Dibilas

Disaring dengan kain saring

Pencampuran

Air Kotoran

Analisis : 1. Total fenol 2. Metode TBA 3. DPPH


(5)

kandungan total fenol dari sampel juga tinggi. Persamaan garis lurus standar asam galat yang diperoleh adalah y = 0,012x + 0,054 dengan nilai R² = 0,994

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan komposisi bagian empu dan rimpang serta waktu penghancuran berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap total fenol filtrat kunyit dan interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh sangat nyata (p<0,01). Hasil nilai rata rata total fenol pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Nilai rata rata total fenol pada perlakuan perbandingan empu dan rimpang kunyit dengan waktu penghancuran.

Perlakuan (K) Rata-rata Fenol (%)

Empu : Rimpang (%) 3,5 menit (T1) 4,5 menit (T2)

0% : 100% (K1) 1,76 ab 1,20 e

25% : 75% (K2) 1,95 a 1,47 cd

50% : 50% (K3) 1,31 de 1,59 bc 75% : 25% (K4) 1,47 ab 1,75 ab 100% : 0% (K5) 1,76 ab 1,68 bc

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05).

Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai total fenol filtrat kunyit berkisar antara 1,20% sampai 1,95%, nilai total fenol tertinggi diperoleh dari perlakuan K2T1 dengan nilai 1,95% yang tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan perbandingan empu dan rimpang kecuali pada perlakuan K3T1. Hasil ini menunjukkan bahwa pada umur panen 9 bulan kandungan flavanoid baik pada empu maupun rimpang sudah terbetuk optimal. Hasil ini juga sejalan dengan pendapat Lenny (2006) yang menyatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa polifenol, sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.

Perbedaan nilai perlakuan K2T1 (1,95%) dan K1T2 (1,20%) ini menunjukkan bahwa waktu penghancuran besar pengaruhnya terhadap jumlah senyawa flavanoid yang mampu terfiltrat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu penghancuran terbaik yaitu 3,5 menit (T1), ini berarti bahwa penghancuran kunyit dalam waktu 3,5 menit sudah mampu menghasilkan partikel dengan ukuran dan luas permukaan yang lebih baik dibanding waktu


(6)

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 Hari -0 Hari -1 Hari -2 Hari -3 Hari -4 Hari -5 K1T1 K2T1 K3T1 K4T1 K5T1 K1T2 K2T2 K3T2

waktu penghancuran 4,5 menit disebabkan waktu tersebut sudah melebihi dari waktu optimal untuk mengfiltrat komponen flavanoid, sehingga menurunkan kandungan dan komponen senyawa-senyawa flavanoid yang terdapat pada sampel.

Antioksidan utama tanaman fenolik dapat dibagi menjadi 4 kelompok umum, yaitu : asam-asam fenol (gallic, protichatechuic, caffeic, dan rosmarinic acids), phenolic diterpens (carsonol dan carnosic acid), flavanoid (quercetin dan catechin), dan minyak volatile (eugenol, carvacrol, thymol, dan menthol). Asam-asam fenol umumnya bertindak sebagai antioksidan dengan menangkap radikal bebas sedangkan flavanoid dapat mencari radikal bebas dan mengchelate logam sebagaimana mestinya (Engeseth dan Geldof 2002). Senyawa fenolik pada bahan pangan merupakan hasil metabolisme sekunder tanaman. Fenolik dan komponen polifenol termasuk kelas utama dari antioksidan alami pada tanaman. Fenol pada makanan dan minuman selalu dianalisa menggunakan reagenfolins(Prakash 2001).

Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode TBA

Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode tiobarbituric acid (TBA) menunjukkan bahwa perlakuan antara empu dan rimpang kunyit dengan 5 perlakuan yang berbeda menghasilkan trend penghambatan terbentuknya malodialdehyde (MDA) yang berbeda-beda selama pengamatan. Kontrol yang merupakan perlakuan tanpa penambahan filtrat kunyit menunjukkan trend terbentuknya malodialdehyde (MDA) yang semakin meningkat. Perlakuan BHT merupakan perlakuan dengan penambahan antioksidan sintetik BHT (butylated hidroksitoluene) memiliki trend penghambatan terbentuknya malodialdehyde(MDA) yang paling rendah.


(7)

Dari Gambar 2. menunjukkan bahwa penambahan filtrat kunyit mampu menghambat pembentukan malodialdehyde (MDA), hal ini ditunjukkan dengan nilai absorbansi perlakuan yang lebih kecil dibandingkan kontrol. Gambar 4. Menunjukkan bahwa trend aktivitas antioksidan sampel kunyit berada di bawah aktivitas antioksidan pada kontrol. Ini berarti rata-rata sampel kunyit memiliki aktivitas antioksidan dan mampu menghambat pembentukan malodialdehyde (MDA) pada minyak. Trend aktivitas antioksidan pada sampel yang terbaik dilihat berdasarkan sampel yang mendekati garis aktivitas antioksidan sintetik butylated hidroksitoluene (BHT) yaitu sampel dengan perlakuan K1T1 (100% rimpang, waktu 3,5 menit). Penelitian yang dilakukan oleh (Zakaria, dkk., 2002) pada kunyit dengan menggunakan pelarut air dan diklorometana mempunyai aktivitas antioksidan serupa yaitu terbukti mempunyai kemampuan menghambat pembentukan malodialdehyde (MDA).

1. Kapasitas Antioksidan Metode DPPH

Metode sederhana yang dapat dilakukan untuk menguji kapasitas antioksidan dari tanaman adalah menggunakan radikal bebas DPPH. DPPH digunakan untuk mengikat semua antioksidan yang larut dalam air, larut lemak, tidak larut atau terikat pada dinding sel yang hampir tidak bebas. Senyawa tersebut mampu bereaksi dengan DPPH, sehingga uji antioksidan dengan radikal bebas DPPH sangat luas digunakan, termasuk mampu mengukur kapasitas antioksidan pada sistem biologis yang kompleks (Prakash 2001).

Prinsip pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode DPPH, didasarkan pada kemampuan antioksidan dalam mendonorkan elektron ke radikal bebas stabil (DPPH), yang dibuktikan dengan adanya perubahan warna, dari warna ungu selanjutnya mengalami reaksi reduksi menjadi DPPH-H berwarna kuning/ tidak berwarna. Standar antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standart asam galat. Hasil pengukuran kurva asam galat DPPH diperoleh persamaan regresi y = -0,088x + 0,897, dengan nilai R² = 0,986

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan bagian empu dan rimpang serta waktu penghancuran berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kapasitas antioksidan filtrat kunyit dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05). Hasil nilai rata rata kapasitas antioksidan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.


(8)

empu dan rimpang kunyit dengan waktu penghancuran

Perlakuan (K) Rata-rata Kapasitas Antioksidan (%) Empu : Rimpang (%) 3,5 menit (T1) 4,5 menit (T2)

0% : 100% (K1) 0,17 a 0,13 b

25% : 75% (K2) 0,15 ab 0,09 c

50% : 50% (K3) 0,15 ab 0,08 c

75% : 25% (K4) 0,13 b 0,10 c

100% : 0% (K5) 0,13 b 0,09 c

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05).

Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai rata- rata kapasitas antioksidan filtrat kunyit berkisar antara 0,08% sampai 0,17%. Nilai tertinggi diperoleh dari perlakuan K1T1 yaitu filtrat yang diperoleh dari 100% rimpang dengan waktu 3,5 menit dengan nilai 0,17% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K2T1 dan K3T1. Hasil ini sejalan dengan nilai total fenol dan TBA. Nilai total fenol yang tinggi dan trend penghambatan tebentuknya MDA menghasilkan nilai kapasitas antioksidan yang tinggi. Sedangkan pada perlakuan K2T2 diperoleh nilai terkecil, ini sesuai dengan hasil analisis TBA yang juga menunjukkan perlakuan K2T2 merupakan perlakuan dengan kemampuan terkecil dalam menghambat tebentuknya MDA.

Tabel 4. Juga menunjukkan trend bahwa, semakin banyak bagian empu pada komposisi penghancuran filtrat kunyit maka semakin kecil nilai kapasitas antioksidan yang terkandung pada sampel. Hal ini karena kapasitas antioksidan pada bagian empu kunyit sudah mengalami penurunan dibandingkan bagian rimpang.

Trend waktu penghancuran menunjukkan bahwa semakin lama waktu penghancuran maka semakin kecil nilai kapasitas antioksidan filtrat komposisi bagian kunyit, hal ini dikarenakan waktu penghancuran 4,5 menit sudah melebihi dari waktu optimal untuk mengfiltrat komponen senyawa antioksidan, sehingga menurunkan kandungan dan komponen senyawa-senyawa antioksidan yang terdapat pada sampel.


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Perlakuan perbandingan empu dan rimpang kunyit serta waktu penghancuran berpengaruh nyata dan juga memiliki interaksi yang berpengaruh nyata, terhadap total fenol, dan kapasitas antioksidan filtrat kunyit.

2) Perlakuan yang menghasilkan total fenol tertinggi dari perlakuan K2T1. Metode TBA menunjukkan hasil trend aktivitas antioksidan terbaik pada sampel dengan perlakuan K1T1. Dan metode DPPH menghasilkan perlakuan kapasitas antioksidan tertinggi dari perlakuan K1T1. Perlakuan terbaik yang menghasilkan kandungan dan aktivitas antioksidan tertinggi adalah filtrat kunyit dari perlakuan K1T1, dengan nilai total fenol = 1,76% dan nilai kapasitas antioksidan = 0,17%.

Saran

Untuk mengetahui lebih spesifik peningkatan kandungan antioksidan pada bagian kunyit, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan antioksidan bagian kunyit berdasarkan umur panen tanaman kunyit.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, E. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonimus.2000a. Waktu Pemblenderan.http://digilib.petra.ac.id.Diakses tanggal 02 Maret 2011. Anonimus. 2003a. Kunyit Asam Raih Penghargaan ASEAN Food Conference 2003.

http://www.sinarharapan.co.id/index.html. Diakses tanggal 17 Februari 2011

Astawan, M. 2008.Pangan Fungsional untuk Kesehatan yang Optimal.Jur TPG IPB. Bogor. European Medicine Agency (EMEA). (2009).Assessment Report on Curcuma longa L. Rhizoma.

Tersedia : http ://www.ema.europa.eu. Diakses tanggal 19 Agustus 2011.

Geldof N, Engeseth NJ. 2002. Antioxidant capacity of honeys from various floral sources based on the determination of oxygen radical absorbance capacity and inhibition of in vitro lipoprotein oxidation in human serum samples. J Agric Food Chem 50:3050-5.

Kikuzaki, H. and Nakatami, N. 1993. Antioxidant Effects of Some Ginger Constituens. J. Food Science. 58 (6):1407-1410

Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid. Online:http://www.pdf-searcher.com/SENYAWA-FLAVONOID,-FENIL-PROPANOID-DAN-ALKALOID.html, diakses tanggal 10 Oktober 2010.

Marxen, K. Vanselow K.H., Lippemeier S., Hintze, R., Ruser, A dan Hansen, U.P. 2007. Determination of DPPH Radical Oxidation Caused by Methanolic Extracts of Some Microalgal Species by Linear Regression Analysis of Spectrophotometric Measurements. Nirmala. 1999. Khasiat Dibalik Segarnya Jamu Gendong. http://www.w3.org/1999/xhtml. Diakses


(10)

Rukmana. 2004.Temu-Temuan. Kanisius. Yogyakarta.

Sakanaka S, Tachibana Y, Okada, and Yuki. 2005. Preparationand antioxiant properties of extracts of Japanese persimo leaf tea (kakinocha-cha).Food chemistry89. 569-575.

Sudarsono et.al,. 1996. Kunyit(Curcuma longa Linn.http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com.Diakses tanggal 20 Agustus 2011

Widyastuti. 1995. Mempelajari Pengaruh Perbandingan Serbut Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dengan Pelarut dan Lama Ektraksi Terhadap Produksi Kurkumin. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yun, L.2001.Free Radical Scavenging Properties of Conjugated Linoic Acids. J. of Agric. and Food Chem. 49:3452-3456.


(1)

kandungan total fenol dari sampel juga tinggi. Persamaan garis lurus standar asam galat yang diperoleh adalah y = 0,012x + 0,054 dengan nilai R² = 0,994

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan komposisi bagian empu dan rimpang serta waktu penghancuran berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap total fenol filtrat kunyit dan interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh sangat nyata (p<0,01). Hasil nilai rata rata total fenol pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2. Nilai rata rata total fenol pada perlakuan perbandingan empu dan rimpang kunyit dengan waktu penghancuran.

Perlakuan (K) Rata-rata Fenol (%)

Empu : Rimpang (%) 3,5 menit (T1) 4,5 menit (T2) 0% : 100% (K1) 1,76 ab 1,20 e

25% : 75% (K2) 1,95 a 1,47 cd

50% : 50% (K3) 1,31 de 1,59 bc 75% : 25% (K4) 1,47 ab 1,75 ab 100% : 0% (K5) 1,76 ab 1,68 bc

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05).

Tabel 2. menunjukkan bahwa nilai total fenol filtrat kunyit berkisar antara 1,20% sampai 1,95%, nilai total fenol tertinggi diperoleh dari perlakuan K2T1 dengan nilai 1,95% yang tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan perbandingan empu dan rimpang kecuali pada perlakuan K3T1. Hasil ini menunjukkan bahwa pada umur panen 9 bulan kandungan flavanoid baik pada empu maupun rimpang sudah terbetuk optimal. Hasil ini juga sejalan dengan pendapat Lenny (2006) yang menyatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa polifenol, sehingga bersifat kimia senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena merupakan senyawa polihidroksi (gugus hidroksil) maka juga bersifat polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol, aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.

Perbedaan nilai perlakuan K2T1 (1,95%) dan K1T2 (1,20%) ini menunjukkan bahwa waktu penghancuran besar pengaruhnya terhadap jumlah senyawa flavanoid yang mampu terfiltrat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu penghancuran terbaik yaitu 3,5 menit (T1), ini berarti bahwa penghancuran kunyit dalam waktu 3,5 menit sudah mampu menghasilkan partikel dengan ukuran dan luas permukaan yang lebih baik dibanding waktu


(2)

0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 0,14 Hari -0 Hari -1 Hari -2 Hari -3 Hari -4 Hari -5 K1T1 K2T1 K3T1 K4T1 K5T1 K1T2 K2T2 K3T2

waktu penghancuran 4,5 menit disebabkan waktu tersebut sudah melebihi dari waktu optimal untuk mengfiltrat komponen flavanoid, sehingga menurunkan kandungan dan komponen senyawa-senyawa flavanoid yang terdapat pada sampel.

Antioksidan utama tanaman fenolik dapat dibagi menjadi 4 kelompok umum, yaitu : asam-asam fenol (gallic, protichatechuic, caffeic, dan rosmarinic acids), phenolic diterpens (carsonol dan carnosic acid), flavanoid (quercetin dan catechin), dan minyak volatile (eugenol, carvacrol, thymol, dan menthol). Asam-asam fenol umumnya bertindak sebagai antioksidan dengan menangkap radikal bebas sedangkan flavanoid dapat mencari radikal bebas dan mengchelate logam sebagaimana mestinya (Engeseth dan Geldof 2002). Senyawa fenolik pada bahan pangan merupakan hasil metabolisme sekunder tanaman. Fenolik dan komponen polifenol termasuk kelas utama dari antioksidan alami pada tanaman. Fenol pada makanan dan minuman selalu dianalisa menggunakan reagenfolins(Prakash 2001).

Pengujian Aktivitas Antioksidan Metode TBA

Hasil uji aktivitas antioksidan dengan metode tiobarbituric acid (TBA) menunjukkan bahwa perlakuan antara empu dan rimpang kunyit dengan 5 perlakuan yang berbeda menghasilkan trend penghambatan terbentuknya malodialdehyde (MDA) yang berbeda-beda selama pengamatan. Kontrol yang merupakan perlakuan tanpa penambahan filtrat kunyit menunjukkan trend terbentuknya malodialdehyde (MDA) yang semakin meningkat. Perlakuan BHT merupakan perlakuan dengan penambahan antioksidan sintetik BHT (butylated hidroksitoluene) memiliki trend penghambatan terbentuknya malodialdehyde(MDA) yang paling rendah.


(3)

Dari Gambar 2. menunjukkan bahwa penambahan filtrat kunyit mampu menghambat pembentukan malodialdehyde (MDA), hal ini ditunjukkan dengan nilai absorbansi perlakuan yang lebih kecil dibandingkan kontrol. Gambar 4. Menunjukkan bahwa trend aktivitas antioksidan sampel kunyit berada di bawah aktivitas antioksidan pada kontrol. Ini berarti rata-rata sampel kunyit memiliki aktivitas antioksidan dan mampu menghambat pembentukan malodialdehyde (MDA) pada minyak. Trend aktivitas antioksidan pada sampel yang terbaik dilihat berdasarkan sampel yang mendekati garis aktivitas antioksidan sintetik butylated hidroksitoluene (BHT) yaitu sampel dengan perlakuan K1T1 (100% rimpang, waktu 3,5 menit). Penelitian yang dilakukan oleh (Zakaria, dkk., 2002) pada kunyit dengan menggunakan pelarut air dan diklorometana mempunyai aktivitas antioksidan serupa yaitu terbukti mempunyai kemampuan menghambat pembentukan malodialdehyde (MDA).

1. Kapasitas Antioksidan Metode DPPH

Metode sederhana yang dapat dilakukan untuk menguji kapasitas antioksidan dari tanaman adalah menggunakan radikal bebas DPPH. DPPH digunakan untuk mengikat semua antioksidan yang larut dalam air, larut lemak, tidak larut atau terikat pada dinding sel yang hampir tidak bebas. Senyawa tersebut mampu bereaksi dengan DPPH, sehingga uji antioksidan dengan radikal bebas DPPH sangat luas digunakan, termasuk mampu mengukur kapasitas antioksidan pada sistem biologis yang kompleks (Prakash 2001).

Prinsip pengukuran kapasitas antioksidan dengan metode DPPH, didasarkan pada kemampuan antioksidan dalam mendonorkan elektron ke radikal bebas stabil (DPPH), yang dibuktikan dengan adanya perubahan warna, dari warna ungu selanjutnya mengalami reaksi reduksi menjadi DPPH-H berwarna kuning/ tidak berwarna. Standar antioksidan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standart asam galat. Hasil pengukuran kurva asam galat DPPH diperoleh persamaan regresi y = -0,088x + 0,897, dengan nilai R² = 0,986

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan bagian empu dan rimpang serta waktu penghancuran berpengaruh sangat nyata (p<0,01) terhadap kapasitas antioksidan filtrat kunyit dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata (p<0,05). Hasil nilai rata rata kapasitas antioksidan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.


(4)

empu dan rimpang kunyit dengan waktu penghancuran

Perlakuan (K) Rata-rata Kapasitas Antioksidan (%) Empu : Rimpang (%) 3,5 menit (T1) 4,5 menit (T2)

0% : 100% (K1) 0,17 a 0,13 b

25% : 75% (K2) 0,15 ab 0,09 c

50% : 50% (K3) 0,15 ab 0,08 c

75% : 25% (K4) 0,13 b 0,10 c

100% : 0% (K5) 0,13 b 0,09 c

Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05).

Tabel 4. menunjukkan bahwa nilai rata- rata kapasitas antioksidan filtrat kunyit berkisar antara 0,08% sampai 0,17%. Nilai tertinggi diperoleh dari perlakuan K1T1 yaitu filtrat yang diperoleh dari 100% rimpang dengan waktu 3,5 menit dengan nilai 0,17% yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan K2T1 dan K3T1. Hasil ini sejalan dengan nilai total fenol dan TBA. Nilai total fenol yang tinggi dan trend penghambatan tebentuknya MDA menghasilkan nilai kapasitas antioksidan yang tinggi. Sedangkan pada perlakuan K2T2 diperoleh nilai terkecil, ini sesuai dengan hasil analisis TBA yang juga menunjukkan perlakuan K2T2 merupakan perlakuan dengan kemampuan terkecil dalam menghambat tebentuknya MDA.

Tabel 4. Juga menunjukkan trend bahwa, semakin banyak bagian empu pada komposisi penghancuran filtrat kunyit maka semakin kecil nilai kapasitas antioksidan yang terkandung pada sampel. Hal ini karena kapasitas antioksidan pada bagian empu kunyit sudah mengalami penurunan dibandingkan bagian rimpang.

Trend waktu penghancuran menunjukkan bahwa semakin lama waktu penghancuran maka semakin kecil nilai kapasitas antioksidan filtrat komposisi bagian kunyit, hal ini dikarenakan waktu penghancuran 4,5 menit sudah melebihi dari waktu optimal untuk mengfiltrat komponen senyawa antioksidan, sehingga menurunkan kandungan dan komponen senyawa-senyawa antioksidan yang terdapat pada sampel.


(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Perlakuan perbandingan empu dan rimpang kunyit serta waktu penghancuran berpengaruh nyata dan juga memiliki interaksi yang berpengaruh nyata, terhadap total fenol, dan kapasitas antioksidan filtrat kunyit.

2) Perlakuan yang menghasilkan total fenol tertinggi dari perlakuan K2T1. Metode TBA menunjukkan hasil trend aktivitas antioksidan terbaik pada sampel dengan perlakuan K1T1. Dan metode DPPH menghasilkan perlakuan kapasitas antioksidan tertinggi dari perlakuan K1T1. Perlakuan terbaik yang menghasilkan kandungan dan aktivitas antioksidan tertinggi adalah filtrat kunyit dari perlakuan K1T1, dengan nilai total fenol = 1,76% dan nilai kapasitas antioksidan = 0,17%.

Saran

Untuk mengetahui lebih spesifik peningkatan kandungan antioksidan pada bagian kunyit, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan antioksidan bagian kunyit berdasarkan umur panen tanaman kunyit.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, E. 2003. Khasiat dan Manfaat Temulawak : Rimpang Penyembuh Aneka Penyakit. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Anonimus.2000a. Waktu Pemblenderan.http://digilib.petra.ac.id.Diakses tanggal 02 Maret 2011. Anonimus. 2003a. Kunyit Asam Raih Penghargaan ASEAN Food Conference 2003.

http://www.sinarharapan.co.id/index.html. Diakses tanggal 17 Februari 2011

Astawan, M. 2008.Pangan Fungsional untuk Kesehatan yang Optimal.Jur TPG IPB. Bogor. European Medicine Agency (EMEA). (2009).Assessment Report on Curcuma longa L. Rhizoma.

Tersedia : http ://www.ema.europa.eu. Diakses tanggal 19 Agustus 2011.

Geldof N, Engeseth NJ. 2002. Antioxidant capacity of honeys from various floral sources based on the determination of oxygen radical absorbance capacity and inhibition of in vitro lipoprotein oxidation in human serum samples. J Agric Food Chem 50:3050-5.

Kikuzaki, H. and Nakatami, N. 1993. Antioxidant Effects of Some Ginger Constituens. J. Food Science. 58 (6):1407-1410

Lenny, Sofia. 2006. Senyawa Flavonoid, Fenil Propanoid dan Alkaloid. Online:http://www.pdf-searcher.com/SENYAWA-FLAVONOID,-FENIL-PROPANOID-DAN-ALKALOID.html, diakses tanggal 10 Oktober 2010.

Marxen, K. Vanselow K.H., Lippemeier S., Hintze, R., Ruser, A dan Hansen, U.P. 2007. Determination of DPPH Radical Oxidation Caused by Methanolic Extracts of Some Microalgal Species by Linear Regression Analysis of Spectrophotometric Measurements. Nirmala. 1999. Khasiat Dibalik Segarnya Jamu Gendong. http://www.w3.org/1999/xhtml. Diakses


(6)

Rukmana. 2004.Temu-Temuan. Kanisius. Yogyakarta.

Sakanaka S, Tachibana Y, Okada, and Yuki. 2005. Preparationand antioxiant properties of extracts of Japanese persimo leaf tea (kakinocha-cha).Food chemistry89. 569-575.

Sudarsono et.al,. 1996. Kunyit(Curcuma longa Linn.http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com.Diakses tanggal 20 Agustus 2011

Widyastuti. 1995. Mempelajari Pengaruh Perbandingan Serbut Kunyit (Curcuma domestica Val.) Dengan Pelarut dan Lama Ektraksi Terhadap Produksi Kurkumin. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yun, L.2001.Free Radical Scavenging Properties of Conjugated Linoic Acids. J. of Agric. and Food Chem. 49:3452-3456.