Kandungan Pati dan Kurkuminoid Simplisia Kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai Parameter Pemilihan Aksesi Terbaik

KANDUNGAN PATI DAN KURKUMINOID SIMPLISIA KUNYIT
(Curcuma domestica Val.) SEBAGAI PARAMETER
PEMILIHAN AKSESI TERBAIK

ERIKA FEBRIANANTO

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kandungan Pati dan
Kurkuminoid Simplisia Kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai Parameter
Pemilihan Aksesi Terbaik adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2013
Erika Febriananto
NIM G84090026

ABSTRAK
ERIKA FEBRIANANTO. Kandungan Pati dan Kurkuminoid Simplisia Kunyit
(Curcuma domestica Val.) sebagai Parameter Pemilihan Aksesi Terbaik.
Dibimbing oleh EDY DJAUHARI P.K. dan WARAS NURCHOLIS.
Mutu simplisia sebagai bahan baku obat ditentukan oleh persentase
komponen metabolit tertentu yang terkandung dalam simplisia tersebut. Pemilihan
aksesi unggul kunyit berdasarkan kandungan kurkuminoid sebagai komponen
utama dan fraksi pati sebagai matriks penyusunnya. Penelitian ini bertujuan
menganalisis kemampuan adaptasi tanaman kunyit dari efek genetiknya terhadap
kandungan kurkuminoid dan fraksi pati simplisia kunyit dari aksesi untuk
memperoleh aksesi terbaik dengan kandungan kurkuminoid tinggi dan fraksi pati
yang rendah. Aksesi yang digunakan adalah BPTO, Ciemas, Nagrak, Ngawi,
Wonogiri, dan dua varietas unggul dari Balitro Bogor yaitu Turina-1 dan Turina2. Penetapan kandungan pati menggunakan metode Luff-Schoorl. Pengukuran
kandungan kurkuminoid dilakukan dengan instrumen HPLC. Kandungan pati

seluruh sampel berkisar antara 2.361-3.421%. Kandungan pati terendah dimiliki
oleh varietas Turina-1 sebesar 2.361% dan disusul aksesi Ciemas sebesar 2.565%.
Kandungan kurkuminoid seluruh sampel berkisar antara 4.776-5.793%.
Kandungan kurkuminoid tertinggi dimiliki oleh aksesi Ciemas sebesar 5.793%.
Berdasarkan data penelitian aksesi asal Ciemas terpilih sebagai aksesi unggul
karena memiliki kandungan kurkuminoid tertinggi dan kadar pati yang tergolong
rendah.
Kata kunci: kunyit, kurkuminoid, pati

ABSTRACT
ERIKA FEBRIANANTO. Starch and Curcuminoids Content of Turmeric
(Curcuma domestica Val.) Simplisia as The Selection Parameters for The Best
Accession. Supervised by EDY DJAUHARI PK and WARAS NURCHOLIS
The quality of simplicia as medicine raw materials determined by
percentage of certain metabolites components contained in the simplicia. The
selection of turmeric best accession based on curcuminoids content as the main
component and starch content as a matrix constituent. This research aimed to
analyze adaptability of plants from its genetic effects of turmeric towards
curcuminoids and starch content of turmeric simplicia from several accession to
acquire best accession with high curcuminoids and low starch. The accession that

were used such as BPTO, Ciemas, Nagrak, Ngawi, Wonogiri, and the last two
from Balitro Bogor best varieties i.e. Turina-1 and Turina-2. Starch measurement
used Luff-schoorl methods. Curcuminoids were measured using HPLC. Starch
content of all sample is 2.361-3.421%. Turina-1 have lowest starch content is
2.361% and followed by accession of Ciemas is 2.565%. Curcuminoids contents
of all sample is 4.776-5.793%. Accession of Ciemas have highest curcuminoids
content 5.793%. Accecions from Ciemas selected for best accecions because it has
high curcuminoids and low starch content.
Keywords: curcuminoids, starch, turmeric

KANDUNGAN PATI DAN KURKUMINOID SIMPLISIA KUNYIT
(Curcuma domestica Val.) SEBAGAI PARAMETER
PEMILIHAN AKSESI TERBAIK

ERIKA FEBRIANANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biokimia


DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kandungan Pati dan Kurkuminoid Simplisia Kunyit (Curcuma
domestica Val.) sebagai Parameter Pemilihan Aksesi Terbaik
Nama
: Erika Febriananto
NIM
: G84090026

Disetujui oleh

Drs Edy Djauhari PK, MSi
Pembimbing I

Waras Nurcholis, SSi, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir I Made Artika, MAppSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Kandungan Pati dan
Kurkuminoid Simplisia Kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai Parameter
Pemilihan Aksesi Terbaik berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan
prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Departemen Biokimia, FMIPA
IPB. Karya ilmiah ini memberikan deskripsi mengenai topik penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis sejak bulan November 2012 sampai Februari 2013 di
Kebun Koleksi PT. Soho, Sukabumi dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Drs Edy Djauhari PK, MSi

selaku pembimbing utama dan Waras Nurcholis, SSi, MSi selaku pembimbing
kedua yang telah membimbing dan memberikan arahan serta motivasi selama
penulisan karya tulis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan
Biokimia angkatan 46 yaitu Syifa, Eko, Andin, Januar, Yunan yang telah
memberikan dukungannya selama ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan
kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Di
samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Latifah K. Darusman
selaku Kepala Pusat Studi Biofarmaka Institut Pertanian Bogor, serta seluruh staf
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka yaitu Bapak Zaim, Bapak Rudi, Bapak
Taopik, Mas Endi, Mas Antonio dan seluruh pihak di Pusat Studi Biofarmaka
yang telah membantu selama penelitian sampai pengumpulan data.
Karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari
pembaca diharapkan dapat menyempurnakan tulisan ini. Penulis juga berharap
skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan inspirasi positif kepada pembaca.

Bogor, Februari 2013
Erika Febriananto

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR


viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Bahan dan Alat

2

Prosedur Penelitian


3

HASIL

6

Kadar Air Rimpang Segar

6

Kandungan Pati Simplisia Kunyit

7

Kandungan Kurkuminoid Simplisia Kunyit

7

PEMBAHASAN


8

Kadar Air Rimpang Segar Sampel Aksesi Kunyit

8

Kandungan Pati Simplisia Kunyit

9

Kandungan Kurkuminoid Simplisia Kunyit

9

Kandungan Pati dan Kurkuminoid sebagai Paramater Pemilihan
Aksesi Terbaik

10


SIMPULAN

11

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR GAMBAR
1 Kadar air rimpang segar sampel kunyit
2 Kandungan pati simplisia seluruh aksesi kunyit
3 Kandungan kurkuminoid dari tujuh simplisia aksesi kunyit


6
7
8

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Alur penelitian
Denah petak budidaya sampel kunyit di Kebun PT Soho, Sukabumi
Contoh perhitungan kandungan pati simplisia kunyit
Contoh perhitungan kadar kurkuminoid aksesi kunyit Ciemas
Analisis statistik data kadar air rimpang segar kunyit
Analisis statistik data kadar pati sampel simplisia kunyit
Analisis statistik data kadar kurkuminoid sampel simplisia kunyit

14
15
16
16
18
18
18

PENDAHULUAN
Bahan alam yang banyak digunakan untuk pengobatan di Indonesia salah
satunya adalah kunyit (Curcuma domestica Val.). Tanaman kunyit ini
dikelompokkan ke dalam Kingdom Plantae, Divisi Spermatophyta, Sub-Divisi
Angiospermae, Kelas Monocotyledone, Ordo Zingiberales, Famili Zingiberaceae,
Genus Curcuma, Spesies Curcuma domestica Val. Penyebaran tanaman ini adalah
kawasan Asia Tenggara khususnya Indonesia dan dapat tumbuh optimal pada
daerah dengan suhu yang berkisar antara 20–30°C serta memiliki curah hujan
1500-2000 mm/tahun (Kloppenburgh 2006).
Khasiat kunyit sebagai bahan alam untuk obat terutama disebabkan
kandungan senyawa kurkuminoid di dalamnya. Kurkuminoid merupakan
komponen yang memberi warna kuning pada rimpang kunyit dan temulawak
(Sidik et al. 1995). Kurkuminoid dapat didefinisikan sebagai senyawa fenolik
(Sharma et al. 2005) yang terdiri atas tiga komponen penyusunnya, antara lain
senyawa kurkumin dan dua senyawa turunannya yaitu demetoksikurkumin dan
bisdemetoksikurkumin (Funk et al. 2006). Karakteristik senyawa ini adalah
berwarna kuning atau kuning jingga, berbentuk serbuk dengan rasa pahit, larut
dalam aseton, alkohol, dan hampir tidak larut dalam air, tetapi cukup stabil di pH
asam lambung (Jurenka 2009).
Kandungan kurkuminoid pada rimpang kunyit berkhasiat sebagai
antioksidan, antiinflamasi, antibakteri, antihepatotoksik, antikolesterol, dan
antikanker (Sidik 2006). Menurut Anand et al. (2008), golongan fenolik ini
memiliki aktifitas yang mampu menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2)
yang berperan dalam pembentukan prostaglandin (PGE2). Prostaglandin
merupakan salah satu mediator inflamasi yang terbentuk dari metabolisme asam
arakhidonat (Sharma 2004). Oleh karena itu, kunyit memiliki potensi untuk terus
dikembangkan menjadi sediaan herbal yang mampu menghambat perusakan
radikal bebas dan reaksi inflamasi di dalam tubuh.
Penggunaan tanaman obat dalam industri farmasi, kosmetik, makanan, dan
minuman bergantung pada metabolit yang dikandung tanaman tersebut. Mutu
simplisia berkaitan erat dengan produk akhir yang diinginkan. Mutu simplisia
sebagai bahan baku obat ditentukan oleh persen komponen metabolit tertentu
yang terkandung dalam simplisia tersebut. Hal inilah yang digunakan dalam
menentukan varietas unggul kunyit perlu diperhatikan kandungan kurkuminoid
sebagai komponen utama dan fraksi pati sebagai matriks penyusunnya (Balittro
2009). Kandungan pati yang rendah akan memudahkan proses ekstraksi
selanjutnya (Batubara et al. 2005) dan kandungan kurkuminoid yang tinggi
merupakan salah satu syarat dalam perakitan varietas baru (Balittro 2009).
Potensi kunyit untuk dikembangkan sebagai sediaan terapi herbal
mendorong masyarakat untuk membudidayakannya. Budidaya tanaman kunyit ini
telah banyak tersebar di berbagai daerah. Menurut Sidik et al. (1995) produksi
rimpang dipengaruhi oleh tempat tumbuh. Pada dataran rendah (240 meter di atas
permukaan laut) produksi rimpang segar kunyit lebih tinggi. Kandungan pati di
dataran rendah juga lebih tinggi dan kandungan tersebut makin berkurang pada
dataran tinggi. Sebaliknya kandungan minyak atsiri tertinggi diperoleh pada
ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut. Respon tanaman terhadap kondisi

2
lingkungan tumbuh mempengaruhi produktivitas metabolitnya, baik pada kondisi
normal atau pada saat mengalami cekaman (Solichatun et al. 2005). Meskipun
belum ada SNI atau standar lain yang ditetapkan (MMI atau Farmakope
Indonesia), kandungan kurkuminoid dalam rimpang kunyit minimum adalah
sekitar 5% (Balittro 2009). Metabolit pada tanaman dapat dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan dan faktor genetiknya.
Penelitian ini bertujuan menganalisis kemampuan adaptasi tanaman kunyit
dari efek genetiknya terhadap kandungan kurkuminoid dan fraksi pati simplisia
kunyit dari aksesi BPTO, Ciemas, Nagrak, Ngawi, Wonogiri, dan pembanding
dua varietas unggul dari Balitro Bogor yaitu Turina-1 dan Turina-2. Hal ini
berdasarkan penelitian Prahaditya (2013) yang menyebutkan bahwa seluruh
sampel di atas memiliki keragaman genetik yang tinggi yaitu dengan tingkat
polimorfisme 100%. Penelitian ini diharapkan mampu memperoleh aksesi kunyit
dengan kemampuan adaptasi yang baik sehingga memiliki kandungan
kurkuminoid tinggi dan fraksi pati rendah dengan lokasi dan perlakuan budidaya
yang sama sehingga aksesi yang terpilih berpotensi dieksplorasi lebih lanjut
sebagai suatu varietas. Alasannya adalah semakin tinggi kurkuminoid yang
terkandung maka semakin baik kualitas simplisia kunyit untuk sediaan herbal
(Balittro 2009) dan juga jika pati yang terkandung rendah akan mempermudah
proses ekstraksi selanjutnya.

METODE
Pemilihan aksesi kunyit terbaik dilakukan dengan pengukuran kandungan
pati dan kurkuminoid dari setiap aksesi yang dibudidayakan pada lokasi dan
kondisi yang sama. Tanaman kunyit yang digunakan adalah koleksi aksesi kunyit
dari Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB antara lain BPTO, Ciemas, Nagrak,
Ngawi, Wonogiri, dan menggunakan pembanding dua varietas unggul dari Balitro
Bogor yaitu Turina-1 dan Turina-2. Tahapan pascapanen dilakukan dilanjutkan
pengukuran kandungan pati dan kurkuminoid simplisia kunyit tersebut. Data yang
diperoleh kemudian diolah dan didapatkan aksesi yang terbaik dari aksesi yang
diamati (Lampiran 1).
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah koleksi aksesi kunyit dari Pusat Studi
Biofarmaka LPPM IPB antara lain BPTO, Ciemas, Nagrak, Ngawi, Wonogiri, dan
dua varietas unggul dari Balitro Bogor yaitu Turina-1 dan Turina-2, aqua
tridestilata, aquades, etanol 70%, standar kurkuminoid (kurkumin,
demetoksikurkumin, bisdemetoksikurkumin), alumuniumfoil, metanol, eter,
alkohol 10%, HCl 25%, NaOH 45%, KI 30%, H2SO4, amilum 3% larutan tio, es
batu dan bahan analisis lainnya.
Alat yang digunakan dalam penilitian ini adalah mikropipet (Socorex),
neraca digital, vortex, vial, labu takar, gelas ukur, gelas piala, cawan porselen,
tabung Erlenmeyer, tabung reaksi, spatula, neraca analitik, oven, penggiling 100
mesh, pipet tetes, pipet volumetrik, tip, pisau, inkubator, freezer, penangas air,
kertas saring, dan HPLC LC-2010HT pabrikan Shimadzu.

3
Prosedur Penelitian
Prosedur Budidaya Seluruh Aksesi Kunyit
Penanaman dilakukan di kebun koleksi PT. Soho, Kecamatan Nagrak,
Kabupaten Sukabumi. Seluruh sampel ditanam pada kondisi dan lokasi yang
sama. Metode penanaman yang digunakan sesuai Standart Operational Procedure
(SOP) budidaya kunyit dari Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB. Kebun terbagi
menjadi 21 petak, jarak tanam yang digunakan adalah 80cm × 20cm, pupuk yang
digunakan antara lain pupuk kandang, urea, SP-36, dan KCl, pemberian pupuk
dilakukan dengan dosis dan periode yang sama. Denah petak budidaya sampel
kunyit disajikan pada Lampiran 2. Karakteristik sifat fisik dan kimia tanah dari
kebun penelitian telah diuji di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Faperta, IPB dan disajikan pada Tabel 1 (Ambarsari et al.
2011).
Penanganan Pascapanen dan Penentuan Kadar Air Rimpang Segar
Penetapan kadar air rimpang segar menggunakan metode Depkes (1989)
yang diacu dalam Krisyanella et al. (2012). Rimpang kunyit yang masih segar dari
hasil panen kemudian dibersihkan dari akar rimpang dan tanah yang masih
menempel di sela-sela rimpang. Anakan dan indukan dipisahkan dan ditimbang
sehingga diperoleh bobot basah (a). Langkah selanjutnya yaitu seluruh sampel
dicuci bersih dan dipotong dengan ketebalan kurang lebih 1-5 mm. Sampel yang
sudah dipotong kemudian dijemur dibawah sinar matahari sampai kering. Kondisi
fisik sampel yang sudah kering dapat diamati dengan tanda mudah dipatahkan
dengan ibu jari dan warna sampel berubah sedikit pudar. Seluruh sampel yang
telah kering ditimbang dan diperoleh bobot kering sampel (b). Adapun rumus
perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:
kadar air rimpang segar (%) =
×100%
Preparasi Sampel
Simplisia kering yang diperoleh kemudian digiling dengan ukuran 100 mesh
sehingga diperoleh serbuk simplisia dengan ukuran 100 mesh. Serbuk simplisia
kering yang dihasilkan selanjutnya digunakan untuk penetapan kandungan
kurkuminoid dan fraksi patinya. Seluruh data hasil pengukuran kandungan
kurkuminoid dan pati dikoreksi menggunakan kadar air simplisia kering yang
telah diuji sebelumnya.

Tabel 1 Sifat fisik dan kimia tanah kebun penelitian Nagrak (Ambarsari et al.
2011)
Parameter
Tekstur:
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)
C-organik (%)
N-total (%)

Nilai
7.98
44.22
47.80
1.67
0.17

4
Pengukuran Kadar Air Simplisia Kunyit
Data kadar air simplisia yang diperoleh hanya dijadikan sebagai faktor
koreksi untuk kandungan kurkuminoid dan pati yang dianalisis. Penentuan kadar
air menggunakan metode dari SNI yang termodifikasi (1992). Cawan porselen
dikeringkan terlebih dahulu selama 3 jam dalam oven pada suhu 105°C, lalu
didinginkan dalam eksikator selama 1 jam kemudian beratnya ditimbang (a).
Sampel ditimbang seberat 5 gram (b), dimasukkan ke dalam cawan porselen,
kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 4 – 6 jam pada suhu 105°C, lalu
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang kembali (c). Pekerjaan ini diulang
sampai 3 kali, hingga dicapai berat konstan. Selanjutnya dihitung kadar airnya.
Adapun rumus penentuan kadar air sebagai berikut:
% Bahan kering (BK) =
x 100%
% Kadar air = 100 - % BK

Pengukuran Kandungan Pati Simplisia Kunyit
Prinsip Pengujian Kandungan Pati Simplisia Kunyit. Penetapan
kandungan pati ini menggunakan metode Luff-Schoorl (Fardiaz 1989). Pati
dihidrolisis menggunakan asam sehingga menghasilkan monomer-monomer gula,
kemudian gula yang terbentuk direaksikan dengan pereaksi Luff-Scohrl
selanjutnya ditentukan jumlahnya sebagai kandungan pati dalam sampel.
Preparasi Sampel. Sebanyak 3 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam
gelas piala 250 ml dan ditambahkan aquades sebanyak 50 ml kemudian diaduk
selama 1 jam. Suspensi serbuk kunyit yang diperoleh kemudian disaring dengan
kertas saring Whatman tipe 4 dan ditambahkan dengan aquades sampai volume
filtrat 250 ml. Filtrat tersebut mengandung karbohidrat yang terlarut air dan
dibuang. Untuk menghilangkan kandungan lemak pada sampel, pati yang tersisa
pada kertas saring dicuci 5 kali dengan 10 ml ether. Eter dibiarkan menguap dari
sisa pati pada kertas saring kemudian dicuci kembali menggunakan 150 ml
alkohol 10% untuk menghilangkan lebih lanjut karbohidrat yang terlarut.
Residu yang diperoleh kemudian dipindahkan secara kuantitatif dari kertas
saring ke dalam Erlenmeyer dengan cara pencucian dengan 200 ml aquades dan
ditambahkan 20 ml HCl ±25%. Erlenmeyer ditutup dan dipanaskan di atas
penangas air sampai mendidih selama 2.5 jam. Larutan residu kemudian
didinginkan dan dinetralkan dengan NaOH 45% kemudian diencerkan sampai
volume 500 ml. Campuran tersebut disaring kembali menggunakan kertas saring.
Filtrat yang diperoleh akan dianalisis menggunakan metode Luff-Schoorl.
Pereaksi Luff-Schoorl dibuat dengan 25 g CuSO4, 100 ml H2O, 50 g asam sitrat,
50 ml H2O, 388 g Na2CO3 dan diencerkan sampai volume 1 L dan dihomogenkan.
Penetapan Kandungan Pati. Sebanyak 25 ml filtrat diambil dan
dicampurkan dengan 25 ml larutan Luff-Schoorl pada labu Erlenmeyer 200 ml.
Campuran tersebut dikocok sampai homogen. Labu Erlenmeyer berisi campuran
tersebut dipanaskan pada suhu mendidih selama 10 menit. Tepat pada waktu 10
menit, labu Erlenmeyer didinginkan dengan cepat pada bak es untuk
menghentikan reaksi yang terjadi. Ke dalam labu Erlenmeyer tersebut
ditambahkan 10 ml KI 30% dan 25 ml H2SO4 4N. Kemudian campuran yang
diperoleh dititrasi dengan larutan tio (Na2S2O3 0.1 N) menggunakan indikator 1

5
ml amilum 2 %. Volume tio (Na2S2O3) yang digunakan dicatat digunakan sebagai
volume sampel.
Dilakukan pula titrasi untuk penatapan volume blanko. Blanko dibuat
dengan 25 ml aquades dan 25 ml larutan Luff-Schoorl. Hasil analisis pati ini
diperoleh dari perhitungan % glukosa dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
% glukosa =

(

-

)

×100%

Kandungan (%) glukosa yang diperoleh kemudian dikonversi menjadi kandungan
pati dengan faktor konversi 0.91. Adapun rumus konversinya sebagai berikut:
Kandungan pati (%) = 0.91 × Kandungan glukosa

Pengukuran Kandungan Kurkuminoid Simplisia Kunyit menggunakan
HPLC (High Performance Liquid Chromatography)
Penentuan kandungan kurkuminoid simplisia menggunakan metode dari
Jayaprakasha et al. (2002). Sebanyak 25 mg serbuk simplisia ditimbang dan
dilarutkan ke dalam 5 ml metanol. Larutan disaring menggunakan kertas saring
kemudian ditempatkan pada vial HPLC. Sebanyak 10 µl dari larutan ekstrak
kunyit dari masing-masing sampel diinjeksikan ke dalam kolom HPLC. Standar
kurkuminoid yang digunakan dengan konsentrasi 0.5 ppm. Kondisi HPLC untuk
analisis ini adalah kolom C18, dengan fase gerak metanol, laju alir (flow rate) 1
ml/menit, panjang dan diameter kolom yaitu 25 cm x 4.6 mm, pressure limit 200
kg/cm2, volume injeksi sebanyak 10 μL, suhu kolom yang digunakan adalah 48ºC,
analisis dilakukan pada panjang gelombang 254 nm dengan detektor UV-Vis.
Setelah running selesai, dilakukan analisis data menggunakan rumus perhitungan
seperti berikut:
[inject] (ppm) =

×[standar]

[sampel] (mg/g) =
[sampel] (%) =

× 100%

Total kurkuminoid (%) = [sampel]kurkumin + [sampel]desmetoksikurkumin +
[sampel]bisdesmetoksikurkumin

Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik menggunakan
perangkat SPSS dengan metode percobaan rancangan acak lengkap (RAL) dan
menggunakan metode ANOVA (Analysis of Variance) untuk menganalisis data
(Mattjik 2002) serta uji lanjut menggunakan Duncan. Model rancangan tersebut
adalah Yij = � + � + � pada selang kepercayaan 95%,

6
Keterangan:
i = 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7
j = 1, 2, dan 3
Yij = pengamatan aksesi kunyit ke-i dan ulangan ke-j
� = pengaruh rataan umum
� = pengaruh rataan ke-i,
� = pengaruh galat pengamatan aksesi ke-i dan ulangan ke-j
Perlakuan ke-i yaitu:
i=1 untuk aksesi Ciemas
i=2 untuk aksesi Wonogiri
i=3 untuk aksesi BPTO
i=4 untuk aksesi Ngawi
i=5 untuk aksesi Nagrak
i=6 untuk varietas pembanding Turina-1
i=7 untuk varietas pembanding Turina-2

HASIL
Kadar Air Rimpang Segar
Kadar air rimpang segar diperoleh dari data bobot rimpang basah dan kering
saat perlakuan pascapanen. Pengeringan dilakukan pada kondisi yang sama
selama lima hari dan dipastikan sampel benar-benar kering. Kadar air rimpang
segar dari seluruh sampel rimpang kunyit yang diamati berkisar antara 76.3787.06% (Gambar 1). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hanya aksesi dari
Wonogiri dan Turina-1 yang berbeda nyata (significant level 95%), sedangkan
aksesi yang lain seluruhnya tidak berbeda nyata. Hasil pengukuran kadar air
rimpang segar ini menunjukkan bahwa setiap aksesi memiliki respon yang
berbeda terhadap lingkungan yaitu mekanisme penyerapan air dari lingkungan
tumbuh yang berbeda sehingga kadar air segar setiap aksesi berbeda.
Kadar air rimpang segar (%)

90

87.06b±6.53

81.06ab±7.0

85

79.89ab±1.85
76.37a±6.05
79.5ab±1.89

78.78ab±4.0
79.29ab±1.82

80
75
70
65
Ciemas

Nagrak

Ngawi

Turina-1 Turina-2
Sampel kunyit

BPTO

Wonogiri

Gambar 1 Kadar air segar sampel kunyit
Keterangan: aAngka-angka pada data label yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

7
Kandungan Pati Simplisia Kunyit
Hasil penentuan kandungan pati simplisia tanaman kunyit dari 5 aksesi dan
2 varietas terlihat pada Gambar 2. Penentuan kandungan pati pada simplisia
sampel kunyit yang diamati mengguanakan metode Luff-Schoorl. Adapun
kandungan pati yang terdapat pada sampel kunyit yang diamati berkisar antara
2.361-3.421%. Data kandungan pati yang diperoleh telah terkoreksi dengan data
kadar air simplisia masing-masing sampel. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
kandungan pati pada setiap aksesi tidak berbeda nyata (significant level 95%).
Data yang diperoleh menunjukkan kandungan pati setiap aksesi cukup bervariasi
meskipun tidak signifikan. Varietas Turina-1 dari Balittro memiliki kandungan
pati terendah yaitu 2.361% dan diikuti aksesi dari Ciemas yaitu 2.565% serta
aksesi yang lain. Hasil yang diharapkan untuk pemilihan aksesi terbaik adalah
aksesi dengan kandungan pati yang rendah yaitu aksesi Ciemas dan varietas
pembanding Turina-1.
Kandungan Kurkuminoid Simplisia Kunyit
Hasil penentuan kandungan kurkuminoid dari simplisia kunyit
menggunakan HPLC LC-2010HT pabrikan Shimadzu disajikan pada Gambar 3.
Kandungan kurkuminoid dari tujuh simplisia aksesi kunyit yang dilakukan
berkisar antara 4.776-5.793%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kandungan
kurkuminoid pada masing-masing aksesi tidak berbeda nyata (significant level
95%). Data yang diperoleh menunjukkan kandungan kurkuminoid setiap aksesi
cukup bervariasi meskipun tidak signifikan. Kandungan kurkuminoid tertinggi
dimiliki oleh aksesi asal Ciemas sebesar 5.793%. Kandungan kurkuminoid
merupakan parameter utama menentukan mutu simplisia. Berdasarkan
kecenderungan data menunjukkan bahwa aksesi asal Ciemas memiliki kandungan
kurkuminoid tertinggi dari seluruh aksesi yang diteliti.

Kandungan pati (%)

4
3.5

3.421a±0.37

3.158a±0.61

3.105a±0.41
2.565a±0.25

3

2.73a±0.87
2.361a±1.19

2.536a±1.34

2.5
2
1.5
1
Wonogiri

Ciemas

Turina-1

Turina-2
BPTO
Sampel kunyit

Nagrak

Ngawi

Gambar 2 Kandungan pati simplisia seluruh aksesi kunyit
Keterangan: aAngka-angka pada data label yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

Kandungan kurkuminoid (%)

8
7.000
6.500
6.000
5.500
5.000
4.500
4.000
3.500
3.000
2.500

5.5a±0.76

Wonogiri

5.793a±0.14
5.137a±0.88

Ciemas

5.364a±0.77

5.277a±0.77

5.017a±0.7

4.776a±0.66

Turina-1 Turina-2
BPTO
Sampel kunyit

Nagrak

Ngawi

Gambar 3 Kandungan kurkuminoid dari tujuh simplisia aksesi kunyit
Keterangan: aAngka-angka pada data label yang diikuti oleh huruf yang sama
tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%.

PEMBAHASAN
Kadar Air Rimpang Segar Sampel Aksesi Kunyit
Kunyit sebagai sediaan herbal harus diketahui kualitas simplisianya.
Penggunaannya sebagai tanaman obat perlu penanganan yang baik pada tahapan
pascapanen agar kualitas dan kandungan kunyit tetap baik. Proses pengeringan
bertujuan menyatakan kandungan zat atau jumlah padatan dalam tanaman sebagai
persen kering. Disamping itu, kadar air pada sampel berguna untuk mengetahui
ketahanan suatu bahan alam dalam penyimpanan (Harjadi 1993). Hal serupa juga
diungkapkan oleh Sembiring (2007) yang menyatakan pengeringan merupakan
suatu cara pengawetan atau pengolahan pada bahan dengan cara mengurangi
kandungan air, sehingga proses pembusukan dapat terhambat. Dengan demikian
dapat dihasilkan simplisia terstandar, tidak mudah rusak dan tahan disimpan
dalam waktu yang lama. Dalam proses ini, kandungan air dan reaksi-reaksi zat
aktif dalam bahan akan berkurang. Kadar air juga digunakan dalam menentukan
kualitas suatu simplisia.
Pengeringan sampel dilakukan di bawah sinar matahari selama 5 hari. Kadar
air segar diperoleh dari bobot rimpang yang masih segar selanjutnya dikomparasi
dengan bobot setelah kering. Data yang diperoleh menunjukkan kandungan air
rimpang segar terendah dimiliki oleh varietas Turina-1 sebesar 76.37% disusul
dengan aksesi lain yang tidak berbeda nyata pada pengujian statistik. Kandungan
air rimpang segar tertinggi pada aksesi 87.06%. Aksesi yang diharapkan adalah
aksesi dengan kandungan air yang rendah. Alasannya adalah keberadaan air
merupakan salah satu faktor lingkungan saat kondisi cekaman. Respon tanaman
yang mengalami cekaman kekeringan dapat menyebabkan perubahan di tingkat
selular dan molekular (Ai 2012). Kondisi tersebut yang berpengaruh terhadap
reaksi biokimiawi pada rimpang kunyit sehingga dicari aksesi yang memiliki

9
kandungan air rendah. Selain itu, kunyit dengan kandungan air yang rendah akan
memiliki daya simpan yang cukup lama. Perbedaan yang terjadi pada setiap aksesi
menunjukkan respon tanaman terhadap penyerapan air berbeda-beda. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh lingkungan atau sifat genetik tanaman tersebut.
Kandungan Pati Simplisia Kunyit
Tanaman mengalami metabolisme primer dan sekunder selama
pertumbuhan. Pati adalah metabolit primer berupa polisakarida hasil sintesis dari
tanaman hijau melalui proses fotosintesis yang terjadi di kloroplas. Pati disimpan
dari hasil asimilasi CO2 pada tanaman dan akan dieksport ke sitosol menjadi
glukosa (Heldt 1997). Pati memiliki bentuk kristal bergranula yang tidak larut
dalam air pada temperatur ruangan yang memiliki ukuran dan bentuknya
tergantung pada jenis tanamannya (Indra 2010).
Penetapan kandungan pati dilakukan dengan metode Luff-Schoorl.
Prinsipnya adalah pati dihidrolisis menggunakan asam sehingga menghasilkan
monomer-monomer gula. Gula pereduksi yang terbentuk direaksikan dengan
pereaksi Luff-Schoorl. Gula tersebut akan mereduksi Cu2+ dari pereaksi LuffSchoorl. Pereaksi Luff-Schoorl yang tersisa akan beraksi dengan penambahan KI
dan membentuk I2 yang kemudian dititrasi dengan larutan tio (Na2S2O3 0.1 N)
menggunakan indikator amilum. Hasil titrasi tersebut kemudian dikonversi
menjadi data kadar pati. Keakuratan data yang diperoleh dari metode ini
tergantung pada ketelitian pembacaan skala titrasi, kepekaan pengamatan warna,
dan faktor paralaks (Fardiaz 1989).
Penelitian Rahardjo dan Rostiana (2005) menyebutkan kunyit selain
memiliki kandungan kurkuminoid sebagai metabolit utama juga memiliki
kandungan pati sebesar 8%. Kandungan pati yang diperoleh dari seluruh aksesi
adalah 2.361-3.421%. Pengujian data secara statistik menunjukkan data tidak
berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%. Kandungan pati dari setiap sampel
dipengaruhi oleh keberadaan nutrisi pada lingkungan tumbuh dan juga sifat
genetik dari setiap tanaman. Kandungan pati terendah pada varietas Turina-1 dan
disusul oleh aksesi dari Ciemas serta Nagrak. Aksesi yang diharapkan adalah
aksesi dengan kandungan pati yang rendah. Kandungan pati yang rendah akan
memudahkan proses ekstraksi selanjutnya (Batubara et al. 2005) sehingga aksesi
dengan kandungan pati yang rendah berpotensi dieksplorasi menjadi suatu
varietas.
Kandungan Kurkuminoid Simplisia Kunyit
Tanaman menghasilkan beberapa senyawa metabolit sekunder hasil dari
proses metabolisme. Senyawa yang termasuk metabolit sekunder antara lain
kelompok senyawa alkaloid, terpenoid, dan flavonoid. Metabolit tersebut tidak
digunakan bagi pertumbuhan tanaman. Kurkuminoid merupakan metabolit
sekunder yang tergolong senyawa golongan flavonoid. Metabolit sekunder akan
meningkat apabila tanaman mengalami cekaman dari lingkungannya. Hal ini
terjadi karena salah satu peran dari metabolit sekunder adalah untuk
mempertahankan diri dari kondisi tersebut (Heldt 1997 dan Salisbury & White
1995).

10
Penetapan kandungan kurkuminoid dari simplisia kunyit yang diamati
menggunakan instrumen HPLC atau disebut juga KCKT. Teknik KCKT
digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang tidak mudah menguap
tetapi mudah terurai oleh panas. Selain untuk pemisahan, metode ini juga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif seperti penentuan kandungan kurkuminoid.
Alat yang digunakan untuk mendeteksi komponen-komponen yang keluar dari
kolom adalah detektor. Detektor UV termasuk solute property detector yang
merespon sifat tertentu dari solut (Skoog et al. 1998). Keuntungan menggunakan
KCKT adalah jumlah contoh yang digunakan sedikit (mikroliter), waktu retensi
hanya beberapa menit, dan batas deteksi sampai nanogram/liter (Hendayana et al.
1994).
Kandungan kurkuminoid pada kunyit sebesar 3-5% (Cikrikci et al. 2008).
Meskipun belum ada SNI atau standar lain yang ditetapkan (MMI atau Farmakope
Indonesia), kandungan kurkuminoid dalam rimpang kunyit minimum adalah
sekitar 5% (Balittro 2009). Hasil dari pengukuran kurkuminoid menunjukkan
bahwa kandungan kurkuminoid seluruh sampel sebesar 4.776-5.793%.
Kandungan kurkuminoid seluruh sampel yang diperoleh memenuhi standar
minimum kurkuminoid pada rimpang kunyit yang dianjurkan Balittro (2009).
Pengujian secara statistik terhadap data yang diperoleh menunjukkan kandungan
kurkuminoid tidak berbeda nyata. Namun, data tersebut secara visual
menunjukkan kandungan kurkuminoid aksesi kunyit Ciemas lebih tinggi daripada
sampel yang lain (Gambar 3).
Kandungan Pati dan Kurkuminoid sebagai Paramater Pemilihan
Aksesi Terbaik
Kandungan pati dan kurkuminoid pada sampel kunyit yang diamati
memiliki interaksi pada proses metabolismenya. Pati yang terkandung pada kunyit
merupakan metabolit primer hasil dari asimilasi CO2 melalui fotosintesis. Pati
tersebut disintesis pada kloroplas. Pada jalur sikimat (Shikimate pathway), 3fosfogliserat merupakan prekursor penting dari sintesis pati dan kurkuminoid.
Setelah pati terbentuk, melalui Shikimate pathway terbentuk asam amino aromatik
fenilalanin. Fenilalanin ini yang berperan penting sebagai prekursor sintesis
beberapa metabolit sekunder seperti kurkuminoid yang tergolong kedalam
flavonoid (Heldt 1997). Proses sintesis kurkuminoid ini dipengaruhi banyak faktor
yaitu pengaruh genetik dan lingkungan antara lain kandungan senyawa nitrogen,
air dan karbondioksida sebagai senyawa pembangun asam amino fenilalanin.
Hasil dari analisis kimia tanah menunjukkan bahwa kandungan N-organik dan Corganik tergolong rendah berdasarkan kriteria hasil penilaian analisis tanah
(Balittanah 2005).
Prahaditya (2013) menyebutkan bahwa seluruh sampel pada penelitian ini
memiliki keragaman genetik yang tinggi yaitu dengan tingkat polimorfisme 100%.
Faktor lingkungan dan genetik dapat berpengaruh terhadap kandungan metabolit
di dalamnya. Aksesi kunyit yang digunakan menunjukkan bahwa kemampuan
adaptasi pada penanaman pertama secara statistik tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan. Namun secara visual dan kecenderungan data aksesi kunyit ini
memiliki data yang baik untuk dijadikan parameter pemilihan aksesi terbaik.

11
Pemilihan aksesi terbaik perlu dilakukan karena aksesi yang terpilih
berpotensi untuk dieksplorasi lebih lanjut untuk dijadikan suatu varietas. Tujuan
akhir penelitian ini yaitu diperoleh aksesi dengan kandungan kurkuminoid tinggi
dan kandungan pati yang rendah. Alasannya adalah kandungan kurkuminoid yang
tinggi merupakan salah satu syarat dalam pencarian aksesi terbaik dan parameter
utama dalam menentukan mutu simplisia tanaman kunyit. Selain itu, pada sediaan
herbal harus memiliki kandungan kurkuminoid yang murni dan hanya sedikit
matriks campuran. Uji kualitas sediaan herbal komersil yang dilakukan Batubara
et al. (2005) menggunakan spektrofotometri derivatif menunjukkan kualitas yang
baik apabila kandungan matriks lainnya kecil. Pati merupakan salah satu matriks
yang akan terbawa saat menjadi sediaan herbal. Sehingga aksesi yang lebih baik
yaitu aksesi dengan kandungan kurkuminoid tinggi dan pati yang rendah. Varietas
dengan metabolit terstandar akan mudah diterima oleh industri karena kualitasnya
akan terjamin. Berdasarkan data kandungan pati dan kurkuminoid yang telah
diperoleh, maka aksesi yang terbaik adalah aksesi Ciemas jika dibandingkan
dengan sampel aksesi kunyit yang lain. Aksesi Ciemas memiliki kandungan pati
yang tergolong terendah dan memiliki kandungan kurkumunoid tertinggi sehingga
aksesi ini mencukupi syarat mutu untuk diusulkan sebagai suatu varietas.

SIMPULAN
Faktor lingkungan dan genetik tanaman dapat berpengaruh terhadap
kandungan metabolit suatu tanaman. Kemampuan adaptasi terhadap kondisi
lingkungan tumbuh yang baru menjadi faktor variabel dalam menentukan aksesi
terbaik. Hal ini yang menjadi alasan kandungan pati dan kurkuminoid sebagai
parameter pemilihan aksesi terbaik. Aksesi yang baik adalah aksesi dengan
kandungan kurkuminoid yang tinggi dan kandungan pati yang rendah. Aksesi
yang diperoleh sebagai aksesi terbaik dari seluruh sampel adalah aksesi asal
Ciemas dengan kandungan kurkuminoid tertinggi yaitu 5.793% dan kandungan
pati yang tergolong rendah yaitu 2.565%.

DAFTAR PUSTAKA
Ai Nio Song. 2012. Biomassa dan kandungan klorofil total daun jahe (Zingiber
officinale L.) yang mengalami cekaman kekeringan. Publikasi Ilmiah.
Manado: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
SamRatulangi.
Ambarsari L. et al. 2011. Produksi nanokurkuminoid berbasis bahan baku
terstandar secara genetik dan metabolit untuk meningkatkan nilai tambah
biodiversitas lokal demi kemandirian bangsa. Laporan akhir hibah
kompetitif penelitian strategis unggulan nasional. Bogor: LPPM-IPB.
Anand et al. 2008. Biological activities of curcumin and its analogues
(Congeners) made by man and Mother Nature. Biochemical pharmacology
76:1590-1611.

12
[Balittro] Badan Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2009. Atasi kanker
dengan kurkumin dari kunyit. Warta Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. [Terhubung berkala] http: //pustaka.litbang.deptan.go.id/
publikasi/wr324102.pdf [3 Juni 2013].
[Balittanah] Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah,
Tanaman, Air, dan Pupuk. Bogor: Balittanah, Balitbang Pertanian, Deptan.
Batubara I, Rafi M, Darusman LK. 2005. Estimasi kandungan kurkumin pada
sediaan herbal komersial secara spektrofotometri derivatif. Jurnal Sains
Kimia 9 (1): 28-34.
Bermawie N, Rahardjo M, Wahyono D, Makmun. 2006. Status teknologi
budidaya dan pascapanen tanaman kunyit dan temulawak sebagai penghasil
kurkumin. EDSUS Littro 2 (4): 84-89.
Chainani Wu N. 2003. Safety and anti-inflammatory activity of curcumin: a
component of turmeric (Curcuma longa). J Altern Complement Me. 9:16-8.
Cikrikci S., Mozioglu E., Yilmaz H.. 2008. Biological activity of curcuminoids
isolated from Curcuma longa. Rec Nat Prod 2 (1):19-24.
[Depkes] Departemen Kesehatan. 2002. Uji Makanan dan Minuman SNI 012891-1992. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ernita D., R. Rosyidah. 2000. Kunyit (Curcuma domestica Val.). [Terhubung
berkala] www.asiamaya.com/jamu/isi/kunyit_curcumaedomestica.htm [13
Oktober 2012].
Fardiaz D. 1989. Analisa Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor.
Funk JL, Oyarzo JN, Frye JB, Chen G, Lantz RC, Jolad SD, Sólyom AM,
Timmermann BN. 2006. Turmeric extracts containing curcuminoids prevent
experimental rheumatoid arthritis. J Nat Prod Mar 69(3):351.
Harjadi W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Heldt HW. 1997. Plant Biochemistry & Molecular Biology. New York: Oxford
University Press.
Hendayana S, Kadarohman A, Sumarna AA, Supriatna A. 1994. Kimia Analitik
Instrumen. Ed ke-1. Semarang: IKIP Semarang Press.
Indra A. 2010. Modifikasi pati singkong dengan senyawa bioaktif jahe. Skripsi.
[Terhubung berkala] eprints.undip.ac.id/13415/1/Skripsi.pdf (10 Maret
2013).
Jayaprakasha GK, Rao LJM, Sakariah KK. 2002. Improved HPLC method for
determination
of
curcumin,
demethoxycurcumin,
and
bisdemethoxycurcumin. Agric Food Chem 50: 3668-3672.
Joe B., Vijaykumar M., Lokesh R.. 2004. Biological properties of curcumincellular and molecular mechanisms of action. Critical Reviews in Food
Science and Nutrition. 44: 97–111.
Jurenka JS. 2009. Anti-inflammatory Properties of Curcumin, a Major Constituent

13
of Curcuma longa: A Review of Preclinical and Clinical Research.
Alternative Medicine Review 14 (2).
Kloppenburgh. 2006. Tanaman Berkhasiat Indonesia. Penerjemah: Soegiri J.
Bogor: IPB Press.
Krisyanella, Dachriyanus, Marlina. 2012. Karakterisasi simplisia dan ekstrak serta
isolasi senyawa aktif antibakteri dari daun karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa (W.Ait) Hassk). [Publikasi ilmiah]. Padang: Pasca sarjana
Program studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Andalas.
Matjik AA. 2002. Rancangan Percobaan. Bogor: IPB Press.
Prahaditya Deffy. 2013. Analisis Keragaman Genetika Tanaman Kunyit dan
Temulawak secara Random Amplified Polymorphic DNA-Polymerase Chain
Reaction (RAPD-PCR) Menggunakan Primer OPA-OPD 6-10. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahardjo,
M.
Otih
R.
2005.
Budidaya
tanaman
http://balittro.litbang.deptan.go.id/pdf. [10 Maret 2013]

kunyit.

Salisbury FB, White BJ. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Terjemahan dari: Plant
Physiology. Diah RI dan Sumaryono, penerjemah. Bandung: Penerbit ITB.
Sembiring Bagem. 2007. Teknologi penyiapan simplisia terstandar tanaman obat.
Warta Puslitbangbun 13 (2).
Sharma RA. 2004. Phase I clinical trial of oral curcumin biomarkers of systemic
activity and compliance. Clinical Cancer Res 10:6847-6854.
Sharma RA, Gescher AJ, Steward WP. 2005. Curcumin: The story so far.
European Journal of Cancer 41:1955–1968.
Sidik. 2006. Kunyit cegah kanker payudara. [terhubung berkala]
http://www.pikiranrakyat.com/rubrik/bandung raya [12 Oktober 2012].
Sidik, Moelyono MW, Ahmad M. 1995. Temulawak (Curcuma xanthoriza).
Jakarta: Phyto Medica.
Skoog DA, Holler PJ, Nieman TA. 1998. Principles of Instrumental Analysis. Ed
ke-5. Philadelphia: Harcaurt Brace.
[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1992. SNI 01-2891-1992. Cara uji makanan
dan minuman. Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional.
Solichatun, Anggarwulan E., Mudyantini W.. 2005. Pengaruh ketersediaan air
terhadap pertumbuhan dan kandungan bahan aktif saponin tanaman Ginseng
Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). Biofarmasi 3 (2):47-51.
Tim Redaksi Agromedia. 2007. 273 Ramuan Tradisional. Jakarta: Agromedia.
Wardiyati T, Rinanto Y, Sunarni T, Azizah. 2008. Koleksi dan identifikasi
temulawak dan kunyit di Jawa dan Madura: Pengaruh lingkungan terhadap
bobot rimpang dan kadar kurkumin. Warta Puslitbangbun 13 (8).

14

LAMPIRAN
Lampiran 1 Alur penelitian
Koleksi aksesi kunyit Pusat Studi
Biofarmaka (BPTO, Ciemas,
Nagrak, Ngawi, Wonogiri)

Varietas kunyit Balittro Bogor
(Turina-1 dan Turina-2)

Ditanam dengan prosedur budidaya dan
lokasi yang sama
(di Kebun PT.Soho, Nagrak, Sukabumi)

Pemanenan rimpang

Preparasi sampel kunyit dan
perlakuan pascapanen

pengukuran kadar air rimpang segar dan kadar air simplisia

serbuk simplisia kunyit
100 mesh
preparasi sampel dan
standar kurkuminoid

preparasi sampel

analisis kadar pati
analisis kandungan
kurkuminoid dengan
HPLC
Analisis data

Aksesi kunyit terbaik

Lampiran 2 Denah petak budidaya sampel kunyit di Kebun PT Soho, Sukabumi
ULANGAN
KUNYIT

KUNYIT

KUNYIT

KUNYIT

KUNYIT

WONOGIRI

BPTO

NGAWI

NAGRAK

CIEMAS

KUNYIT
TURINA I
(BALITTRO)

KUNYIT
TURINA II

KUNYIT
TURINA I

(BALITTRO)

(BALITTRO)

KUNYIT

KUNYIT

NAGRAK

CIEMAS

KUNYIT
TURINA II
(BALITTRO)

KUNYIT

KUNYIT

KUNYIT

KUNYIT

KUNYIT

CIEMAS

NAGRAK

NGAWI

BPTO

WONOGIRI

KUNYIT
TURINA I

KUNYIT
TURINA II

KUNYIT

KUNYIT

KUNYIT

WONOGIRI

BPTO

NGAWI

(BALITTRO)

(BALITTRO)

Keterangan :
1. I, II, III = ulangan I, ulangan II, ulangan III
2. Ukuran per petak 20 m2 (4 m x 5 m) x 21 petak = 420 m2
3. Jarak tanam 80 cm x 20 cm
4. Jumlah tanaman/petak sebanyak 125 tanaman x 21 petak = 2625 tanaman
5. Jumlah pupuk kandang/petak 40 kg (± 1 karung) x 21 petak = 840 kg (± 21 karung)
6. Jumlah pupuk urea/petak 0.5 kg x 21 petak = 10.5 kg
7. Jumlah pupuk SP-36/petak 0.4 kg x 21 petak = 8.4 kg (kalau SP-18/petak 0.8 kg x 21 petak = 16.8 kg)
Jumlah pupuk KCL/petak 0.4 kg x 21 petak = 8.4 kg

I

II

III

Lampiran 3 Contoh perhitungan kandungan pati simplisia kunyit
% glukosa =

(

=

-

)

×100%
× 100%

= 2.4485
Kadar pati (%) = 0.91 × kadar glukosa
= 0.91 × 2.4485
= 2.23%
Lampiran 4 Contoh perhitungan kadar kurkuminoid aksesi kunyit Ciemas
Ulangan 1

Ulangan 2

17
Lampiran 4 Contoh perhitungan kadar kurkuminoid aksesi kunyit Ciemas
(Lanjutan)
Ulangan 3

Sampel

Kunyit
Ciemas
ul 1

Kunyit
Ciemas
ul 2

Kunyit
Ciemas
ul 3

Senyawa

Berat
sampel
(g)

Dilarutkan
ke (ml)

FP

Luas
area
standar

[Standar]

Luas
area
sampel

Inject

Sampel
(mg/G)
bahan

Bisdesmetoksi
Kurkumin

0.0502

50

25

733295

1

223337

0.3046

7.5838

Desmetoksi
kurkumin

0.0502

50

25

636569

1

301040

0.4729

11.7757

Kurkumin

0.0502

50

25

639661

1

735923

1.1505

28.6476

Bisdesmetoksi
kurkumin

0.0507

50

25

733295

1

232779

0.3174

7.8265

Desmetoksi
kurkumin

0.0507

50

25

636569

1

289765

0.4552

11.2228

Kurkumin

0.0507

50

25

639661

1

771600

1.2063

29.7402

Bisdesmetoksi
kurkumin

0.0509

50

25

733295

1

261595

0.3567

8.7608

Desmetoksi
kurkumin

0.0509

50

25

636569

1

353020

0.5546

13.6190

Kurkumin

0.0509

50

25

639661

1

718904

1.1239

27.6003

Contoh perhitungan : sampel kunyit ciemas ul.1
[inject] =
=
= 0.31744 ppm

Total
Kurkuminoid

48.0071

48.7896

49.9801

18
Lampiran 4 Contoh perhitungan kadar kurkuminoid aksesi kunyit Ciemas
(Lanjutan)
[Sampel] =
=
= 7.8265 mg/g
[Total kurkuminoid] = [sampel]kurkumin + [sampel]desmetoksikurkumin +

[sampel]bisdesmetoksikurkumin
= 28.6476 + 11.7757 + 7.8265
= 48.0071 mg/g

Lampiran 5 Analisis statistik data kadar air segar rimpang kunyit
ANOVA
Kadar_air_segar
Sum of Squares

df

Mean Square

Between Groups

197,688

6

32,948

Within Groups

308,827

14

22,059

Total

506,515

20

F

Sig.

1,494

,250

Lampiran 6 Analisis statistik data kadar pati sampel simplisia kunyit
ANOVA
Kadar_pati
Sum of Squares

df

Mean Square

Between Groups

2,758

6

,460

Within Groups

9,427

14

,673

12,185

20

Total

F

Sig.
,683

,667

Lampiran 7 Analisis statistik data kadar kurkuminoid sampel simplisia
kunyit
ANOVA
Kadar_kurkuminoid
Sum of Squares

df

Mean Square

Between Groups

1,982

6

,330

Within Groups

6,939

14

,496

Total

8,921

20

F

Sig.
,666

,678

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur, pada tanggal 12 Februari
1991 dari ayah Muhammad Ahyani dan ibu Almh. Ertiana Endah Riviati.
Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus
dari SMA Negeri 1 Ponorogo dan pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Biokimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum
Metabolisme dan Biokimia Umum pada tahun ajaran 2012. Penulis juga
aktif dalam organisasi kampus sebagai Kepala Staff Creativity core dan staff
Badan Pengawas Himpunan Keprofesian Mahasiswa Biokimia (CREBs)
periode 2011-2012. Bulan Juli – Agustus 2012 penulis melaksanakan
Praktik Lapangan di Pusat Studi Biofarmaka (PSB) Bogor dengan judul
Penanganan Pascapanen dan Analisis Kuantitatif Kurkuminoid dari Tiga
Varietas Kunyit (Curcuma domestica Val.). Penulis juga menjadi beswan
Karya Salemba Empat IPB periode 2012-2013.
Penulis juga aktif mengikuti perlombaan. Beberapa prestasi yang
diraih oleh penulis antara lain Finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional
(PIMNAS) XXIV Universitas Hasnuddin Makassar tahun 2011, Juara I
Lomba Karya Tulis Nasional Kesehatan Tingkat Regional Jawa tahun 2011,
dan Juara I Lomba Bussiness Challenge BEM-D IPB Tingkat Regional IPB
tahun 2012.