APLIKASI BADMINTON MINI DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS.

52

DAFTAR PUSTAKA

Arie, R Athariq Jasin. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Taktis Terhadap
Hasil Belajar Permainan Bola Tangan. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Bahagia, Y. dan Suherman, A. (2000). Prinsif-prinsif pengembangan dan
Modifikasi Cabang Olahraga Bandung: Depdiknas.
Chandra,
Ricky.
(2009).
Badminton
Sport.
[Online].Tersedia:http//www.badmintonsport.htm[02 November 2009]
Chiba.

(1984).
Teknik

keterampilan
[Online].Tersedia:http//Worldpress.com

bulutangkis.

Grace, Tony. (1996). Bulutangkis: Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut.
Jakarta: Grafindo Persada.
Gunawan, Sugih. (2012). Perbandingan Antara Model Pembelajaran Langsung
dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Penguasaan Gerak Seni
Tunggal Baku Pencak Silat Di kelas VII MTS Al-Inayah Kota Bandung.
Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hardjanti, Ratih. (2007). Perbandingan Pengaruh Latihan Permainan Badmini
dengan Permainan Bulutangkis Standar Terhadap Keterampilan Bermain
Bulutangkis Bagi Atlet Pemula. Skripsi Sarjana Pendidikan pada FPOK
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hendriana.(2011). Pengaruh metode progresif terhadap peningkatan tembakan
bebas pada cabang olahraga basket. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Hidayat, Y (2012). Proposal Disertasi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Hidayat, Y (2012). Intervensi Strategi Multiteknik Untuk Pelatihan Bulutangkis

Tingkat Dasar Bandung: FPOK UPI.
Lie,

Ivana. (2005). Badminton Mini. Wikipedia [Online].
http://www.BADMINTONMINI.htm[31 Januari 2005]

Tersedia:

Lutan, R dan Suherman, A (2000). Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.
Bandung: Depdiknas

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

52

Lutan, Rusli. (1988). Pengantar Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta:
Depdikbud.

Mala.

(2012). Pengertian Aplikasi. [Online].tersedia:http://berbagi-ilmumifa309.blogspot.com/2012/05/pengertian-aplikasi.html.[29 Mei 2012]

_______. (2012). Pengetian Keterampilan. Blogspot [Online]. Tersedia :
http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengetian-keterampilan.html
[17 September 2012]
Meta. (2009). Sejahtera Badminton Club Bersama Membangun Bulutangkis
Indonesia.Wordpress
[Online].
Tersedia:
http://www.badminiindonesia.com[01 Februari 2009]
Nugraha, A. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Teaching games For
Understanding Terhadap Hasil Belajar Permainan Bola Tangan SMP
Negri 2 Karangtanjung Pandeglang. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK
UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sagala, Syaiful (2010) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Samsudin. (2004). Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.
Subardjah, H. (2000). Bulutangkis. Departemen Pendidikan Nasional.
Subardjah, H. dan Hidayat, Y. (2007). Permainan Bulutangkis. Bandung: FPOK

UPI.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. (edisi keenam). Bandung: Tarsito.
Sudjana. dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:
Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyanto, B dan Sutinah (2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana
Syaodih, Nana Sukmadinata (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tohar. (1991). Bulutangkis. Bandung: FPOK IKIP Bandung.
Yuliawati. dkk. (2006). Mari Bermain Badmini. Surabaya: Tempo [Online].
Tersedia: http:// mbm.20060109.OR117814.id.html[09 Januari 2006].
Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Permainan bulutangkis merupakan olahraga yang banyak digemari oleh
masyarakat di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini dapat dilihat
dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap
kegiatan olahraga bulutangkis yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan
baik tingkat RT, tingkat kabupaten, tingkat provinsi hingga dunia seperti Thomas
Cup dan Uber Cup. Olahraga permainan bulutangkis dapat dimainkan mulai dari
anak-anak hingga orang dewasa, dan dapat dilakukan di dalam maupun di luar
ruangan. Pada tahun 1873 seorang bangsawan Inggris yang bernama Duke de
beafort memainkan permainan ini pada sebuah taman di Gloucestershire yang
letaknya tidak jauh dari kota Bristol Inggris. Permianan bulutangkis pada zaman
dahulu disebut poona. Taman miliknya bernama badminton, sehingga saat itu
permainan poona kemudian lebih dikenal dengan nama badminton.
Perkembangan bulutangkis di dunia sangat pesat. Federasi badminton
international yang mengelola seluruh kegiatan badminton, pertama kali dibentuk
pada tahun 1934 dengan nama IBF (International Badminton Federation) tepatnya
pada tanggal 5 Juli 1934. Organisasi olahraga bulutangkis dunia ini didirikan oleh
beberapa negara, antara lain : Denmark, Wales, Swedia, Prancis, Irlandia,

Belanda, Scotlandia dan Canada. Pada tahun 2006 IBF secara resmi dirubah
menjadi Badminton World Federation (BWF).Berdasarkan rencana BWF, pada

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2

tahun 1941-1942 akan diselenggarakan kejuaraan badminton international beregu
putra yang pertama, akan tetapi karena terjadi perang dunia ke II kejuaraan ini
ditangguhkan, dan baru dapat dilaksanakan pada tahun 1948-1949. Piala bergilir
yang diperebutkan untuk beregu putra ini sebenarnya bernama International
Badminton Championship Challenger Cup, tetapi piala ini lebih dikenal dengan
nama Thomas Cup. Perkembangan permainan bulutangkis di dunia semakin lama
semakin meningkat sehingga permainan ini mulai di ikuti pula oleh permainan
bulutangkis puteri. Kejuaraan beregu puteri yang pertama diselenggarakan pada
tahun 1956 dengan nama uber cup. Sejak itu Thomas Cup dan Uber Cup diadakan
setiap 2 tahun sekali. Selain kejuaraan Thomas Cup dan Uber Cup BWF

mengadakan kejuaraan beregu campuran Sudirman Cup, kejuaraan dunia
perorangan World Badminton Championship, dan Kejuraan Dunia Junior.
Tujuan permainan bulutangkis adalah mengembalikan shuttlecock ke
bidang lapangan permainan lawan dan tidak dapat dijangkau oleh lawan sehingga
menghasilkan angka. Untuk itu, setiap pemain dituntut untuk menguasai teknikteknik dasar permainan bulutangkis. Teknik dasar yang harus dikuasai adalah
sebagai berikut: 1) teknik pegangan raket (grip), 2) teknik kerja kaki (footwork),
3) sikap dan posisi (stance and position), 4) teknik memukul bola (hitting
position), dan 5) servis (service).
Permainan

bulutangkis

menurut

Subarjah

dan

Hidayat


(2007:1)

hakekatnya adalah
Suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu orang atau
dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan satelkok dan
sebagai alat permainan, bersifat perseorangan yang dimainkan pada lapangan
tertutup maupun terbuka dan lapangan permainan yang datar terbuat dari
Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3

lantai beton, kayu atau karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan
dan dibatasi oleh net pada tengah lapangan permainan. Permainan
bulutangkis merupakan salah satu pembelajaran yang terdapat dalam
pendidikan jasmani

Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang

terdapat dalam kurikulum sekolah menengah pertama. Peran bermain untuk
pendidikan merupakan proses untuk membantu individu yang tumbuh dan
berkembang secara optimal. Seperti diungkap oleh Cholik dalam (Syamsudin,
2004:24) bahwa :
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan orang sebagai
perorangan, atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan
sistematis melalui berbagai aktivitas jasmanai untuk memperoleh
pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan
perkembangan waktu serta kepribadian yang harmonis dalam rangka
pembentukan manusia berkualitas berdasarkan pancasila.

Dari kutipan di atas bahwa penjas, dapat dikatakan bahwa hanya
menekankan pada aspek gerak atau psikomotor saja, akan tetapi kognitif dan
afektif juga menjadi tujuan pengembangan dari pendidikan jasmani itu sendiri.
Dalam proses pembelajaran penjas, guru diharapkan dapat mengajar berbagai
keterampilan gerak dasar dan nilai- nilai moral yang terkandung di dalamnya
(sportivitas, kejujuran, kerja sama, disiplin, dan bertanggung jawab). Kurikulum
permainan bulutangkis merupakan salah satu permainan yang termasuk permainan
net, yang terdapat di sekolah menengah pertama dan sekolah menengah akhir.
Menurut pengalaman dan pengamatan penulis di lapangan, baik pada saat

pembelajaran, maupun pada saat bermain bulutangkis, sering melihat siswa
mengalami kesulitan, yang salah satunya pada saat memegang raket. Pegangan
Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4

raket yang digunakan siswa adalah pegangan yang dipakai untuk pemain senior,
yang diameter dan pegangan atau panjang raketnya tidak sesuai atau tidak
sebanding dengan ukuran pemula, yang mana menjadikan penampilan permainan
mereka kurang maksimal. Selain itu, ukuran lapangan permainan bulutangkis dan
tinggi net yang sering digunakan para pemula adalah ukuran lapangan ataupun
tinggi net yang standar dipakai dalam aturan permainan bulutangkis. Dengan
ukuran lapangan yang terlalu luas bagi ukuran pemula, menjadikan pergerakan
mereka menjadi terlihat dominan berlari pada saat mengejar shuttlecock dari satu
posisi ke posisi lain yang menyebabkan mereka mudah kelelahan, sehingga baik
dalam teknik kerja kaki (footwork) maupun koordinasi gerak mereka kurang
optimal, apalagi dengan tinggi net yang cenderung di atas tinggi tubuhnya yang

menyebabkan pukulan selalu ke arah atas atau melambung.
Berdasarkan kondisi yang digambarkan di atas, maka menjadi sangat
penting untuk menciptakan suatu bentuk pembelajaran bulutangkis yang sesuai
untuk siswa sekolah dasar. Badmini merupakan alternatif modifikasi permainan
bulutangkis yang diciptakan untuk mempermudah siswa dalam bermain
bulutangkis. Badminton mini diciptakan agar para siswa yang berusia di bawah
tiga belas tahun dapat bermain bulutangkis sama seperti orang dewasa tanpa
mengalami kesulitan yang cukup berarti seperti ukuran lapangan yang terlalu luas
dan raket yang hampir menyamai tinggi tubuh mereka.
Badminton mini atau badmini adalah olahraga modifikasi dari bulutangkis
atau badminton, dkhususkan untuk anak-anak. Olahraga ini diciptakan dan
diperkenalkan oleh mantan pemain bulutangkis Indonesia yang sekarang menjadi

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5

pelatih bulutangkis yaitu Ivanna Lie. Badmini, yang resmi diperkenalkan oleh si
penggagas, Ivana Lie, di arena kejuaraan nasional (kejurnas) tahun 2005. Ivana,
ratu bulutangkis di era 1980-an, menciptakan olahraga itu terutama memang
untuk khalayak anak- anak. Dia berharap badmini dapat menjadi sarana pertama
dan jembatan untuk mengantarkan anak-anak Indonesia generasi abad ke-21 untuk
kembali akrab dengan olahraga andalan Indonesia, bulutangkis.
Badmini merupakan modifikasi dari permainan bulutangkis yaitu dengan
mengubah ukuran lapangan maupun peralatan bermainnya. Seperti halnya
bulutangkis, badmini adalah jenis permainan yang menggunakan lapangan untuk
bermain, raket sebagai alat pukul, shuttlecock sebagai objek pukul dan net sebagai
pembatas antar daerah permainan. Perbedaan permainan badmini dengan
permainan bulutangkis adalah pada ukuran lapangan yang lebih kecil, raket yang
lebih kecil dan pendek serta tinggi net yang lebih rendah. Berkenaan dengan hal
ini, Bahagia dan Suherman (2000:1) mengatakan bahwa:
Modifikasi merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh para
guru agar pembelajaran mencerminkan Developmentally Appropriate
Practice (DAP). Yaitu tugas ajar yang diberikan harus memperhatikan
perubahan kemampuan anak yang dapat membantu mendorong perubahan
tersebut.
Pembuatan modifikasi bentuk latihan bulutangkis melalui badmini
merupakan alternatif yang pengaruhnya belum diketahui secara jelas tetapi diduga
akan memberikan pengaruh yang lebih baik sehingga apabila tidak diteliti maka
tidak akan pernah diketahui besar pengaruhnya untuk pencapaian pembelajaran
bulutangkis khususnya untuk pembinaan atlet usia muda yang memerlukan
penanganan yang serba hati-hati karena menyangkut perkembangan potensi serta

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6

efek yang ditimbulkan dari pembinaan yang justru nantinya beresiko akan
mengubur dan mematikan potensi sebelum berkembang mencapai puncaknya.
Untuk dapat memainkan permainan bulutangkis seseorang harus
menguasai teknik-teknik bermainnya. Teknik-teknik dasar dalam permainan
bulitangkis meliputi: teknik dasar pegangan raket, teknik melangkah kaki, teknik
memukul shuttlecock dan pemusatan pemikiran konsentrasi. Salah satu teknik
pukulan dalam bulutangkis yaitu pukulan lob, seperti dikemukakan oleh
Subardjah dan Hidayat (2007:67) teknik pukulan lob bertahan yaitu : ”Pukulan
lob bertahan adalah pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan
untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki
cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya.” Oleh karena itu penulis
tertarik meneliti aplikasi badminton mini dalam pembelajaran keterampilan dasar
lob bertahan dalam keterampilan bulutangkis.

B. Rumusan Masalah
Dalam permainan bulutangkis pemain harus menguasai keterampilan
bermain dengan baik, agar dapat menyulitkan atau mematikan lawan dalam
menguasai permainan. Untuk dapat menguasai keterampilan bermain, pemain
harus dibina dan dilatih secara terprogram dan terarah sehingga dapat menguasai
keterampilan bermain bulutangkis dengan baik. Selain itu cara yang bisa
digunakan untuk menguasai keterampilan bermain bulutangkis yaitu mengunakan
aplikasi badminton mini dalam pembelajaran keterampilan dasar bulutangkis.
Pembelajaran ini memberikan suatu alternatif yang memberikan kesempatan pada

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

7

siswa usia dini agar bisa menguasai gerak dasar dalam bermain bulutangkis.
Demikian berdasarkan uraian di atas, maka penulis memfokuskan masalah dalam
pertanyaan penelitian yaitu : “Apakah aplikasi badminton mini dapat
meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan?”

C. Tujuan Penelitian
Suatu kegiatan perlu adanya penetapan tujuan karena penting sebagai awal
untuk kegiatan selanjutnya, artinya ada upaya untuk mencapai tujuan yang di
gariskan tersebut. Dalam penelitian ini yang menjadi tujuan adalah untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran permainan bulutangkis melalui
aplikasi badminton mini, adanya perubahan performa siswa yang berupa
keterampilan terhadap hasil keterampilan dasar lob beratahan dalam bermain
bulutangkis.

D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun implementasi.
1. Secara Teoretis
Dari segi teori, hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang sangat
berharga bagi pembinaan atlet usia dini. Dijadikan masukan bagi pengkaji dan
pelaksana proses pembelajaran siswa usia dini agar perkembangan bulutangkis
usia dini berkembang secara baik.

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

8

2. Secara Implementasi
1. Sebagai bahan masukan bagi para guru agar proses penjas pada usia
dini bisa berjalan dengan baik.
2. Bahan masukan bagi para peneliti cabang olahraga bulutangkis dalam
memberikan materi yang variatif, efektif, dan efisien.
3. Pembatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Populasi yang digunakan adalah siswa-siswi SDN Sindanglaya 2
Bandung.
2. Sampel penelitian ini kelas 4 dan 5 sebanyak 26 orang.
3. Instrumen penelitian ini adalah tes lob bertahan dalam keterampilan
bulutangkis.

E. Batasan Istilah
Agar tidak terdapat kesalah pahaman dan menghindari penafsiran yang
salah dalam penelitian ini, maka penulis perlu menjelaskan mengenai istilahistilah yang penting. Adapun istilah yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya :
1. Dalam sebuah artikel on-line yang di akses pada tanggal 29 Mei 2012,
tersedia

[http://berbagi-ilmu-mifa309.blogspot.com/2012/05/pengertian-

aplikasi.html]. Secara istilah aplikasi adalah program siap pakai yang dibuat
untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain dan
dapat digunakan oleh sasaran yang dituju.

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

9

2. Badminton mini, menurut Ivana Lie adalah permainan bulutangkis yang
diciptakan untuk anak di bawah usia 13 tahun. Panjang lapangan untuk
badmini adalah 11,88 meter dan lebar 5,18 meter, ukuran raket badmini ada
dua jenis ukuran yaitu dengan panjang 25 inci dan 21 inci, kedua ukuran
tersebut dapat dipakai sesuai dengan keinginan atau kebiasaan anak untuk
menggunakan, tinggi net untuk badmini adalah 140 cm.
3. Pembelajaran, menurut Sagala (2010:61) “pembelajaran ialah membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan.”
4. Dalam sebuah artikel on-line yang di akses pada tanggal 17 September 2012,
tersedia

[http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-

keterampilan.html]. Kata keterampilan sama artinya dengan kecekatan.
Terampil atau cekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu dengan cepat
dan benar.
5. Pukulan lob bertahan, menurut Subarjah dan Hidayat (2007:67) merupakan
pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk
mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki
cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya.
6. Permainan bulutangkis, menurut Subarjah dan Hidayat (2007:1) pada
hakekatnya adalah suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan
satu orang atau dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan
satelkok dan sebagai alat permainan, bersifat perseorangan yang dimainkan
pada lapangan tertutup maupun terbuka dan lapangan permainan yang datar

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

10

terbuat dari lantai beton, kayu atau karpet ditandai dengan garis sebagai batas
lapangan dan dibatasi oleh net pada tengah lapangan permainan.

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

28

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode yang sesuai dan dapat
membantu mengungkapkan suatu permasalahan yang akan dikaji kebenarannya,
penggunaan metode dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan
penelitiannya. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang
sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan dan analisis data. Adapun yang
dimaksud metode penelitian menurut Sugiyono (2010:3) “secara umum metode
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mndapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu”.
Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan bahwa metode penelitian
merupakan suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mempermudah
memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan teknik atau alat-alat
tertentu sehingga dapat mempermudah memperoleh hasil sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Ada beberapa metode yang biasa dipergunakan dalam suatu
penelitian, diantaranya historis, deskriptif, dan eksperimen, berkaitan dengan
masalah yang ingin dikaji maka metode yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah metode eksperimen. Tentang metode eksperimen dijelaskan oleh
Sugiyono (2010:72) sebagai berikut: “metode penelitian eksperimen dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali”.

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

29

Dari pendapat para ahli dia atas dapat disimpulkan bahwa penelitian
eksperimen adalah suatu penelitian dengan tujuan untuk menentukan ada tidaknya
hubungan sebab akibat dari variabel-variabel yang akan di teliti.
Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian
tercapai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimen. Secara spesifik dapat dikemukakan
bahwa penelitian ini ingin meneliti aplikasi badminton mini dalam pembelajaran
keterampilan dasar lob bertahan dalam permainan bulutangkis.

B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Untuk memecahkan suatu masalah penelitian perlu adanya data atau
informasi dari objek penelitian yang akan diteliti, dalam mendukung
ketercapainya suatu tujuan penelitian yang penulis lakukan. Peran populasi dalam
suatu penelitian sangat diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi yang
akan diteliti berdasarkan permasalahan dalam penelitian. Sugiyono (2010:80)
menyebutkan bahwa : “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentuk yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian datarik kesimpulannya”.
Sesuai dengan pendapat tersebut, populasi dapat diartikan sebagai
keseluruhan subjek penelitian yang mempunyai karakeristik tertentu untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

30

penelitian ini siswa-siswi kelas 4 dan 5, SDN Sindanglaya 2 yang berjumlah 104
orang.
2. Sampel
Mengenai sampel Sugiyono (2010:81) menjelaskan bahwa : “sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Jadi sampel adalah bagian dari populasi ysng mempunyai ciri-ciri atau keadaan
tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses
dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan
menggunakan sampel yang mewakilinya. Dengan menggunakan teknik tertentu
yang lazim disebut dengan teknik pengambilan sampel.
Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling adalah suatu cara
mengambil sampel yang representatif dari populasi. Pengambilan sampling ini
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar
dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Dalam kaitan itu, ada dua teknik sampling yang penulis gunakan yaitu teknik
sampel acak terpilih (Selected Random Sampling) dan penugasan secara random
(assigment Random). Teknik sampel acak terpilih digunakan untuk menentukan
jumlah sampel dari populasi yang tersedia, sedangkan penugasan secara random
digunakan untuk menentukan anggota sampel pada kelompok eksperiment dan
kontrol.
Sampel dalam penelitian adalah siswa-siswi kelas 4 dan 5 SDN
Sindanglaya 2. Peneliti mengambil kelas 4 dan kelas 5 sebagai sampel dengan
pertimbangan jenjang usia tidak terlampau jauh berbeda, dan berdasarkan jumlah

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

31

anggota populasi sebanyak 104 orang, penulis memilih dan menentukan 25 %
(minimal 26 orang), sebagai sampel dengan teknik sampel acak sederhana,
dengan menghubungkan komposisi jumlah siswa yang mewakili setiap kelas dan
juga jenis kelamin pada setiap kelas. Penentuan 25% tersebut didasarkan pada
pendapat Arikunto (2006:112) yang mengemukakan bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau
20-25% atau lebih.
Selanjutnya, siswa anggota sampel dibagi ke dalam kelompok eksperiment
dan kelompok kontrol, sehingga masing-masing kelompok terdiri atas 13 orang
siswa dengan menggunakan teknik penugasan secara random. Bentuk disajikan.

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

32

C. Langkah-langkah Pengambilan Sampel
Langkah-lamgkah pengambilan sampel oleh peneliti, dapat digambarkan
sebagai berikut:
104
Populasi

47 Siswa
kelas 4

57 Siswa
Kelas 5
Teknik acak terpilih
(Selected Random Sampling)
26
Sampel

Penugasan Secara Acak
(Random Assigment)
13 Siswa
Kelompok Kontrol

13 Siswa
Kelompok Eksperimen

6 Siswa
Kelas 4

7 siswa
Kelas 5

6 Siswa
Kelas 4

7 siswa
Kelas 5

3 Siswa
Putra

4 Siswa
Putra

3 Siswa
Putra

4 Siswa
Putra

3 Siswa
Putri

3 Siswa
Putri

3 Siswa
Putri

3 Siswa
Putri

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Pengambilan Sampel

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

33

D. Desain Penelitian
Menurut Syaodih (2008:287) bahwa : “desain penelitian merupakan
rancangan bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan”. Dari pendapat tersebut
dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan rancangan tentang cara
menyimpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis
dan sesuai dengan tujuan penelitian.

Penggunaan desain penelitian ini disesuaikan dengan aspek penelitian
serta pokok masalah yang ingin diungkapkan. Penggunaan desain dalam
penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design, menurut Sugiyono
(2010:76) dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :

R1 O1 X O2
R2 O3

O4

R1 = kelompok eksperimen
R2 = kelompok kontrol

x = treatment yang diberikan
O1 = pretest kelompok eksperimen
O2 = posttest kelompok eksperimen
O3 = pretest kelompok kontrol
O4 = posttest kelompok kontrol
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random,
kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

34

E. Langkah – langkah penelitian
Langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh penulis dapat
digambarkan sebagai berikut :

Sampel

Tes Awal

Tes

Eksperimen

Tes Awal

Kontrol

Perlakuan

Tes Akhir

Tes Akhir

Hasil R1

Hasil R2

Pengumpulan Data

Pengumpulan dan
Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3.2 Langkah-langkah penelitian

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

35

F. Instrumen Penelitian
Agar penelitian ini menjadi lebih konkrit, maka perlu ada data. Data
tersebut diperoleh pada awal eksperimen sebagai data awal dan pada akhir
eksperimen sebagai data akhir. Tujuannya agar dapat mengetahui pengaruh hasil
kemampuam motorik yang merupakan tujuan akhir dari eksperimen. Dalam
pengumpulan data untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan setelah
diberikan perlakuan aplikasi badmini, ada dua tes lob bertahan yaitu dengan tes
pada aplikasi badminton mini dan tes pada badminton normal, adapun bentuk tes
lob bertahan dalam badminton normal model dari (Hidayat. Y 2004)

Tes Permainan Bulutangkis
1. Tes Lob dengan Badminton Normal dan Badminton Mini
a. Tujuan

:

mengukur

dan

menentukan

tingkat

keterampilan

bulutangkis
b. Alat/fasilitas : raket, shuttlecock, lapangan, lakban, kapur tulis
dan daftar isian.
c. Pelaksanaan : Badminton normal, penyaji berdiri di tengah
lapangan (pada titik A yang berjarak 335 cm dari net). Peserta
berdiri di area BCDE (minimal 335 cm dari net) arah pukulan
penyaji (pukulan servis panjang) harus terarah

ke arah BCDE.

Shuttlecock yang diarahkan penyaji harus dipukul oleh peserta
melewati atas tali setinggi 3m dari permukaan lantai yang di
pasang pada tiang net. Peserta melakukan tes sebanyak 6 pukulan

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

36

dengan menggunakan 6 buah shuttlecock menyentuh tali setinggi
3m dan jatuhnya tidak sampai di area skor maka diadakan pukulan
ulang. Badminton mini, dalam pelaksanaan tidak jauh berbeda
dengan tes pada badminton normal, namun ada sedikit perbedaan
dalam segi perlengkapan permainan bulutangkis yaitu dalam hal
raket, lapangan dan net yang menyesuaikan dengan aplikasi
badminton mini
d. Penyekoran : hasil yang dicatat adalah angka sasaran jatuhnya
shuttlecock pada setiap pukulan. Angka sasaran dari 6 kali pukula
dijumlahkan kemudian dihitung rata-ratanya (dibagi 6). Rata-rata
ini merupakan hasil tes lob.

Gambar 3.3
Tes pukulan Lob dalam Olahraga Bulutangkis
(Hidayat. Y 2004)

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

37

G. Pelaksanaan Pembelajaran Permainan Bulutangkis
Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:
1. Tempat

: Gor Rasamala Bandung

2. Waktu

: 8 Agustus 2012 s.d 17 September 2012

3. Lama Pembelajaran

: 16 kali pertemuan

Pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 16 kali
pertemuan. Dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu, yaitu hari Senin, Rabu dan
Jumat. Penentuan 16 kali pertemuan tersebut didasari oleh pandangan Lumsden,
1987 dan kosasih, 1993 (dalam Hidayat, 117) menjelaskan bahwa : “Penentuan
durasi latihan didasari pada pandangan bahwa suatu keterampilan yang efisien
dapat dicapai melalui proses latihan berlangsung dengan frekuensi latihan 3 kali
dalam seminggu”. Hal senada dikemukakan oleh Mahendra:2007 (Hendriana,
2011:47) yang menjelaskan bahwa : „Untuk mengembangkan suatu keterampilan
yang baik, maka diperlukan waktu selama satu bulan atau tiga sampai empat
minggu latihan‟.
Kemudian Sajoto:1990 (Nugraha, 2012:74) mengungkapkan bahwa :
„Latihan 3 kali dalam seminggu, agar tidak terjadi kelelahan yang kronis‟.
Selanjutnya Kosasih:1993 (Nugraha, 2012:74) menjelaskan bahwa: „Sebaiknya
berlatih paling sedikit tiga kali dalam seminggu‟. Berdasarkan penjelasan menurut
para ahli tersebut, penulis akan melakukan penelitian selama 12 kali pertemuan
dalam satu bulan dengan jumlah pertemuan setiap minggu adalah 3 kali
pertemuan.

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

38

Pelaksanaan pembelajran, dilakukan dalam tiga tahapan yaitu tahapan
latihan pemanasan, inti, dan penutup. Durasi waktu 70 menit, didasarkan pada
pertimbangan waktu pembelajaran penjas selama 2 jam pelajaran masing-masing
35 untuk setiap jam pelajaran. Berikut tahapan pembelajarannya:

1. Pendahuluan ( +10 menit)
Sebelum melakukan pembelajaran, siswa diinstrusikan untuk melakukan
pemanasan dengan bimbingan dari penulis, yaitu melakukan peregangan statis,
lari mengelilingi lapangan dan peregangan dinamis. Setelah semua itu dilakukan
denyut nadi siswa dihitung untuk mengetahui kesiapan siswa untuk melakukan
latihan inti.
2. Inti ( +50 menit)
Penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan program pembelajaran
yang ditetapkan yaitu berupa permainan bulutangkis yaitu dalam satu minggu
dilaksanakan 3 kali pertemuan. Permainan tidak diberikan dengan skor yang
terlampau tinggi agar menghindari rasa jenuh yang dialami siswa.
3. Penutup ( + 10 menit)
Setelah selesai melaksanakan pembelajaran dilakukan evaluasi kegiatan
antara lain menjelaskan makna dan tujuan permainan bulutangkis. Setelah itu
siswa diinstrusikan untuk melakukan pendinginan dengan bimbingan. Tahap ini
ditekankan pada anggota tubuh yang telah melakukan aktivitas.

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

39

H. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengukuran selanjutnya diolah dengan
menggunakan cara-cara statistika, rumus-rumus yang digunakan untuk mengolah
data tersebut langkah selanjutnya. Langkah-langkah pengolahan data tersebut,
ditempuh dengan prosedur sebagai berikut:
1. Menghitung skor rata-rata kelompok sampel dengan menggunakan rumus
dari Sujana (2002:67) sebagai berikut:
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

 Xi

X=
N

X

= Skor rata-rata yang dicari

Xi

= Nilai data



= Jumlah

n

= Jumlah sampel

2. Menghitung simpangan baku dengan rumus dari Sudjana (2002:93) sebagai
berikut:

S=

(�− � )2
�−1

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
S = Simpangan baku yang dicari
n = Jumlah sampel

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

40

 (X-X)2 = Jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata
3. Menguji normalitas data menggunakan uji kenormalan Lilliefors. Prosedur
yang digunakan menurut Sujana (2002:99) adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan
menggunakan rumus:

Xi – X
S

Z1=

(X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku dari sampel).
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).
c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, … ZnZi. Jika proporsi ini dinyatakan
S(Zi), maka:

S

=

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Untuk menolak atau menerima hipotesis, kita bandingkan Lo dengan nilai
kritis L yang diambil dari daftar untuk taraf nyata  yang dipilih. Kriterianya
adalah: tolak hipotesis nol jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan
melebihi L dari daftar tabel. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima.
4. Menguji homogenitas. Rumus yang digunakan enurut Sujana ( 2005 : 250) adalah
sebagai berikut :

variasi terbesar

F = ��

�� �



Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

41

Kriteria tolak Ho hanya F ≥ F1/2α (V1, V2) dengan F1/2α (V1, V2) didapat dari
distribusi F sesuai dengan dk pembilang V1 = ( n1 – 1 ) dan penyebut V2 =
( n1 – 1 ) kedua kelompok homogen jika Fhitung < Ftabel, atau derajat
kebebasan = (V1, V2) dngan taraf nyata (α) = 0,05
5. Pengujian signifikansi peningkatan hasil latihan, menggunakan uji z dengan rumus:

t=



 x2 d


Md =

d


keterangan :
t

= nilai t yang dcari ( t hitung )

n

= Banyak anggota sampel

Md

= nilai rata-rata perbedaan kelompok A dan kelompok B

d

= deviasi masing-masing subjek ( d – Md )

 x2 d

= jumlah kuadrat deviasi

n

= banyaknya sampel

Untuk uji t kriteria pengujian adalah tolak hipotesis, jika t > t1 – α. Untuk
harga lainnya Ho ditolak, distribusi t dengan tingkat kepercayaan 0,975 dan
derajat kebebasan ( dk ) = ( n – 1 )

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

51

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil analisis data, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Aplikasi badminton mini tidak dapat meningkatkan hasil belajar keterampilan
dasar lob bertahan.

B. Saran
Adapun saran yang disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa hasil pembelajaran dengan
model aplikasi badminton mini tidak berpengaruh terhadap hasil belajar
keterampilan dasar lob bertahan.

2. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan
menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasil penelitian
diperoleh dengan maksimal serta dengan faktor – faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil pembelajaran.

3. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang aspek-aspek
tekinik khususnya keterampilan bermain bulutangkis, penulis menganjurkan

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

51

untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan hal-hal teknik lainnya
yang mempengaruhi pembelajaran bulutangkis

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI
ABSTRAK ..........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ........................................................................................

ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ...............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................

vii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................

1

A. Latar Belakang ..............................................................................................

1

B. Rumuan Masalah ...........................................................................................

6

C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................

7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................................

7

E. Batasan Istilah ...............................................................................................

8

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................

11

A. Keterampilan Dasar Lob Bertahan ...............................................................

11

B. Badminton Mini ...........................................................................................

20

C. Analisis Hubungan Antara Badminton Mini dengan Penguasaan
Keterampilan Dasar Lob Bertahan ...............................................................

25

D. Hipotesis Penelitian .....................................................................................

27

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................

28

A. Metode Penelitian ........................................................................................

28

B. Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................................

29

C. Langkah-langkah Pengambilan Sampel .......................................................

32

D. Desain Penelitian .........................................................................................

33

E. Langkah-langkah Penelitian.........................................................................

34

F. Instrumen Penelitian ....................................................................................

35

G. Pelaksanaan Pembelajaran Permainan Bulutangkis .....................................

37

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

H. Teknis Analisis Data ....................................................................................

38

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA .............................

42

A. Pengolahan dan Analisis Data .....................................................................

42

B. Diskusi Penemuan ........................................................................................

46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................

50

A. Kesimpulan ..................................................................................................

50

B. Saran ..............................................................................................................

50

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

51

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

Hendra Lesmana Junaedi, 2012
Apilkasi Badminton Mini Dalam Pembelajaran Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Permainan
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dokumen yang terkait

PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN BAGIAN DAN KESELURUHAN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR LOB PADA PERMAINAN BULUTANGKIS SISWA EKSTRAKURIKULER SD N 1 PEKALONGAN

2 24 66

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PUKULAN LOB (CLEAR) DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS.

1 6 14

Pengaruh Perbandingan Pendekatan Taktis dan Pendekatan Teknis Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan Pada Permainan Bulutangkis di SMA Negeri 1 Baleendah.

0 3 18

PENGARUH ALAT BANTU MEDIA GAMBAR DAN AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAN KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS.

1 9 31

MENINGKATKAN GERAK DASAR LOB SERVICE FOREHAND MELALUI MODIFIKASI ALAT PEMUKUL PADA PERMAINAN BULUTANGKIS.

0 8 49

PENERAPAN PENDEKATAN TAKTIS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN (CLEAR LOB).

0 8 44

PENGARUH METODE LATIHAN PENETAPAN TUJUAN DINAMIK TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR LOB BERTAHAN DAN DROPSHOT PADA ATLET BULUTANGKIS USIA DINI DI SEKOLAH BULUTANGKIS IVANALIE (SBI).

2 7 33

PENGARUH PEMBERIAN SIMPLE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS.

1 2 34

PENGARUH ALAT BANTU MEDIA GAMBAR DAN AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAN KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS - repositoryUPI S KOR 0807683 Title

0 0 3

HUBUNGAN MOTIVASI INSTRINSIK DAN EKSTRINSIK TERHADAP KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS - repository UPI S POR 0901794 Title

0 0 4