PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN BAGIAN DAN KESELURUHAN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR LOB PADA PERMAINAN BULUTANGKIS SISWA EKSTRAKURIKULER SD N 1 PEKALONGAN
i ABSTRAK
PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN BAGIAN DAN KESELURUHAN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR
LOB PADA PERMAINAN BULUTANGKIS SISWA EKSTRAKURIKULER SD N 1 PEKALONGAN
Oleh Adhi Wicaksono
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan metode pembelajaran bagian dan keseluruhan terhadap keterampilan gerakdasar lob pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis di SD N 1 Pekalongan. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen, dengan populasi sebanyak 45 siswa. Karena populasi kurang dari 100 orang, maka populasi merupakan jumlah sampel penelitian. Jumlah sampel dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu metode pembelajaran bagian, metode pembelajaran keseluruhan, dan kelompok kontrol. Pembagian kelompok berdasarkan Ordinal Pairing. Instrumen yang digunakan adalah french stalter badminton test dengan validitas 0,60 dan tingkat reliabilitas 0,96. Sedangkan teknik analisis data menggunakan anava. Hasil penelitian menunjukan: pertama, ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran bagian. Kedua, ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran keseluruhan. Ketiga, Metode pembelajaran bagian lebih baik dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan.
Maka dapat peneliti simpulkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran bagian memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran keseluruhan pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis SD N 1 Pekalongan.
(2)
PERBANDINGAN METODE PEMBELAJARAN BAGIAN DAN KESELURUHAN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR LOB PADA PERMAINAN
BULUTANGKIS SISWA EKSTRAKURIKULER SD N 1 PEKALONGAN
Oleh Adhi Wicaksono
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Tabel…...………..…xiv
Daftar Gambar…...……….…..xv
Daftar Lampiran……...………...xvi
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Batasan Masalah... 3
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan ... 4
F. Manfaat ... 5
G. Ruang Lingkup Penelitian... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
A. Pendidikan Jasmani ... 6
B. Belajar ... 7
C. Metode Mengajar ... 9
D. Belajar Motorik ... 11
E. Gerak ... 14
F. Keterampilan Gerak ... 16
G. Metode Bagian ... 17
H. Metode Keseluruhan ... 20
I. Keterampilan Gerak Dasar ... 24
J. Bulutangkis ... 25
K. Overhead ... 31
L. Ekatrakurikuler... 35
M.Hipotesis... 36
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38
A. Metode Penelitian... 38
B. Populasi dan Sampel ... 38
C. Prosedur Desain ... 39
D. Variabel Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41 xii
(4)
F. Pelaksanaan ... 42
G. Instrumen ... 42
H. Teknik Analisis Data... 44
1. Uji Hipotesis ... 44
2. Uji Perbandingan... 45
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Hasil Penelitian... 47
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 48
2. Pengujian Hipotesis ... 50
B. Pembahasan ... 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57
A. Simpulan ... 57
B. Saran... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
LAMPIRAN... 61
(5)
xv
Gambar Halaman
1. Kompleksitas Gerakan ... 24
2. Pukulan Forehand Overhead ... 35
3. Ordinal Pairing ... 40
4. Lapangan Untuk Pelaksanaan Tes Pukulan Lob... 43
5. Perbandingan Rata-Rata Hasil Tes Pukulan Lob ... 47
6. Perbedaan Hasil Tes Kelompok Bagian ... 48
7. Perbedaan Hasil Tes Kelompok Keseluruhan ... 49
(6)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Paket Kegiatan Pembelajaran Bulutangkis Metode Bagian ... 62
2. Paket Kegiatan Pembelajaran Bulutangkis Metode Keseluruhan ... 65
3. Paket Kegiatan Pembelajaran Harian Bulutangkis ... 68
4. Hasil Tes Awal Gerak Dasar Lob ... 69
5. Hasil Tes Akhir Gerak Dasar Lob ... 72
6. Pembagian Kelompok Berdasarkan Ordinal Pairing ... 75
7. Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen Kelompok Bagian ... 77
8. Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen Kelompok Keseluruhan ... 78
9. Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol ... 79
10. Uji Perbandingan Tes Awal Kelompok Bagian Dan Keseluruhan ... 80
11. Uji Perbandingan Tes Awal Kelompok Bagian Dan Kontrol... 82
12. Uji Perbandingan Tes Awal Kelompok Keseluruhan Dan Kontrol ... 84
(7)
xiv
TABEL Halaman
1. Desain Penelitian ... 40
2. Distribusi Frekuensi ... 47
3. Analisis Uji Hipotesis ... 50
(8)
(9)
(10)
vii
Moto
“Barang siapa yang memudahkan urusan saudaranya di dunia, Niscaya
Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat”
(HR.Muslim)
“Bangkit dari keterpurukan dimulai dari diri sendiri”
(Penulis )
“ Obat terbaik untuk tubuh adalah pikiran
yang tenang”
(11)
(12)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah ALLAH SWT, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini ku persembahkan kepada :
Kedua orang tuaku tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan doa dalam setiap langkah yang aku jalani. Terimakasih atas semua pengorbanan
dan jerih payah yang telah dilakukan selama ini. Orang tua adalah segala-galanya bagi hidupku,
Merekalah yang dapat memotivasi dan memahami segala kekurangan pada diriku
Keluarga besarku, Pak Nur, Titis Pandu Murti, dan Anggar Wijayanti yang selalu memberi perhatian, kasih sayang dan semangat untuk maju
(13)
vi
Penulis dilahirkan di Desa Pekalongan, Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung pada tanggal 19 Agustus 1990. Anak dari pasangan Bapak Dwijo Parmono dan Ibu Sri Wahyuni.
Pendidikan formal yang ditempuh adalah, TK Pertiwi Pekalongan diselesaikan pada tahun 1995. Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Pekalongan, Lampung Timur diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Umum Negeri 4 Kota Metro diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, pada Jurusan Ilmu Pendidikan, Program Studi
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Pada saat menjadi mahasiswa penulis dipercaya untuk menjadi asisten dosen pada mata kuliah MKU Olahraga cabang bulutangkis, mata kuliah penjaskes, dan aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bulutngkis. Pada tahun 2010 penulis melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan di SMP Negeri 3 Bandar Lampung. Pengalaman lain penulis yaitu menjadi pelatih ekstrakurikuler bulutangkis di Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Fitrah Insani, Pelatih renang di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandar Lampung dan Sekolah Alam
(14)
ix
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan, FKIP Universitas Lampung. Dengan judul ”Perbandingan Metode Pembelajaran Bagian Dan Keseluruhan Terhadap Keterampilan Gerak Dasar Lob Pada Permainan Bulutangkis Siswa Ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan”.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk, bantuan, nasehat, saran, dan perhatian dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
3. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
(15)
x diselesaikan.
5. Bapak Drs. Ade Jubaedi, M. Pd. Pembimbing II, yang penuh kesabaran dan pengertian selama penulis menyusun skripsi ini.
6. Bapak Drs. Surisman, M. Pd. Pembahas, atas kritik dan sarannya yang telah memberikan banyak masukan dan pengarahan selama masa studi.
7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan semasa penulis menyelesaikan perkuliahan.
8. Bapak dan ibu staf tata usaha FKIP Unila yang telah bekerja sama dengan pelayanannya sehingga terselesaikan skripsi ini.
9. Kepala SD N 1 Pekalongan yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa ekstrakurikuler bulutangkis.
10.Guru Pendidikan Jasmani SD N 1 Pekalongan yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk melakukan penelitian.
11.Keluarga Besar penulis, Kedua Orang Tua, Pak Nur, Bule’ Gus, Pandu, Tian, Tegar, Ami, Mas Ama, Mas Alri dan semua keluarga yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi dan doa.
12.Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan, Arif, Taufik, Redie, Adit, Yandri, Neo, Rudi dan Ocon yang selalu memotivasi dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
(16)
xi
13.Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2007 Penjaskes, Ade, Pintoko, Candra, Lilis, Imunk, Amin, Engga, Idrus dan yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu namanya, terima kasih atas semua bantuan dan kebersamaannya.
14.Anggar Wijayanti yang selalu menemani dan memberikan semangat penulis, terimaksih atas samua doa dan dukungan yang telah diberikan.
15.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dengan tulus dan ihklas, semoga diberikan kebaikan yang berlimpah dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Wasalamu’alaikum Wr.Wb
Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis
(17)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha secara sengaja menuju kedewasaan baik jasmani maupun rohani. Pada negara-negara berkembang, pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena baik tidaknya hasil pendidikan tersebut akan dapat berpengaruh pada kemajuan suatu Bangsa dan Negara. Indonesia adalah salah satu Negara yang sedang berkembang di mana sedang gencar membangun disegala bidang, termasuk di dalamnya bidang pendidikan.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini beroreantasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat. Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah membantu peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani. Dari berbagai bentuk dan macam kegiatan pendidikan jasmani di sekolah salah satunya yaitu cabang olahraga permainan bola kecil yaitu bulutangkis.
(18)
2
Bulutangkis merupakan salah satu jenis olahraga prestasi yang sangat terkenal diseluruh dunia. Walaupun asal-muasal olahraga ini tidak diketahui secara pasti, karena terdapat bukti-bukti yang menyatakan bahwa permainan bulutangkis terdapat di beberapa negara yang berbeda sejak ratusan tahun yang lalu. Memang cikal-bakal olahraga ini dimainkan diberbagai Negara, saat ini hampir semua Negara berlomba-lomba untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai strategi permainan bulutangkis. Pada permainan bulutangkis terdapat berbagai teknik dan salah satunya yang harus dikuasai adalah pukulan lob. Lob adalah bola yang dipukul dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahkan ke atas mengarah pada bagian belakang lapangan lawan.
Berdasarkan pengamatan penulis yang dilakukan saat observasi, dalam proses belajar mengajar di SD N 1 Pekalongan metode mengajar yang digunakan oleh guru adalah metode ceramah, metode demontrasi, dan metode komando. Metode yang digunakan oleh guru dirasa monoton dan membosankan bagi siswa, sehingga masih banyak kekurangan siswa dalam melakukan gerak dasar lob. Hal ini terlihat dari kurang optimalnya gerakan yang dilakukan, seperti pegangan raket, gerakan tangan, dan footwork. Oleh karena itu perlu dicari metode pembelajaran lain yang dapat membuat siswa lebih antusias dalam megikuti pembelajaran yang diberikan.
Guna meningkatkan hasil belajar dan antusiasme siswa yang lebih baik penulis mencari metode yang tepat dalam penyampaian bahan pelajaran pada siswa khususnya dalam permainan bulutangkis yaitu dengan
(19)
menggunakan metode pembelajaran bagian dan keseluruhan.Sedangkan menurut Sugiyanto (1996:3) : Metode praktek keseluruhan adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana untuk menguasai suatu rangkaian gerak, kepada siswa diajarkan semua unsur rangkaian gerakan secara keseluruhan sekaligus dan dipraktekan secara keseluruhan sekaligus.
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbandingan Metode Pembelajaran Bagian dan keseluruhan Terhadap Kemampuan Gerak Dasar Lob Pada Permainan BuluTangkis Siswa Ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan gerak dasar lob siswa masih rendah.
2. Metode pembelajaran yang digunakan masih kurang tepat.
3. Belum digunakannya metode pembelajaran bagian dan keseluruhan dalam proses pembelajaran.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, agar penelitian ini tidak meluas, maka penelitian ini terbatas pada perbandingan metode pembelajaran bagian dan metode pembelajaran keseluruhan terhadap
(20)
4
kemampuan gerak dasar lob pada permainan bulutangkis pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode
pembelajaran bagian akan meningkat?
2. Apakah keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran keseluruhan akan meningkat?
3. Manakah metode pembelajaran yang lebih baik dalam peningkatan keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan?
E. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui adakah peningkatan keterampilan gerak dasar lob
dengan menggunakan metode pembelajaran bagian.
2. Untuk mengetahui adakah peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran keseluruhan.
3. Untuk mengetahui adakah peningkatan metode pembelajaran mana yang lebih baik dalam peningkatan keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan.
(21)
F. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Penulis
Melatih kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta menambah wawasan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar guna meningkatkan kemampuan gerak dasar lob pada permainan bulutangkis.
2. Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan gerak dasar lob dalam permaian bulutangkis.
3. Guru
Mencoba metode pembelajaran baru sebagai inovasi sekaligus menambah wawasan.
4. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya pengkajian dalam pengembangan ilmu pembelajaran permaian bulutangkis, khususnya untuk keterampilan pukulan lob.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Obyek penelitian : Mengamati metode pembelajaran bagian dan metode pembelajaran keseluruhan terhadap kemampuan gerak dasar lob pada permainan bulutangkis.
Subyek penelitian : Siswa SD N 1 Pekalongan. Tempat Penelitian : Gedung Olah Raga Bulutangkis
(22)
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran dalam kurikulum di sekolah. Mata pelajaran ini berorientasi pada pelaksanaan misi pendidikan melalui aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran ini adalah “membantu peserta didik untuk kesegaran jasmani dan kesehatan melalui pengenalan dan penanaman sikap positif serta kemampuan gerak dasar dan berbagai aktivitas jasmani” (Depdiknas, 2004: 1).
Aktivitas pendidikan jasmani merupakan gejala yang komplek. Artinya kegiatan pendidikan jasmani mencakup aspek biologis, sosiologis, dan budaya. Dari aspek biologis hakikatnya adalah pola gerak fisik manusia yang terwujud dalam struktur jasmani yang perlu dipahami sebagai pola perilaku manusia. Dari aspek sosiologis dan budaya seorang pelatih atau guru dituntut memahami lingkungan belajar yang baik untuk mencapai tujuan
pembelajaran pendidikan jasmani yang berdaya guna dan berhasil guna. Karena itu dalam garis-garis besar kurikulum pendidikan dasar (Depdiknas, 2004: 1) menjelaskan :
(23)
“Pendidikan jasmani di sekolah berfungsi untuk (a) merangsang pertumbuhan jasmani dan perkembangan sikap, mental, sosial, dan emosional yang serasi, selaras, dan seimbang, (b) memberikan pemahaman tentang manfaat
pendidikan jasmani dan kesehatan serta memenuhi hasrat bergerak, (c) memacu perkembangan dan aktivitas sistem peredaran darah, pencernaan, pernapasan dan saraf, (d) memberikan kemampuan untuk menigkatkan kesegaran jasmani dan kesehatan”.
Berdasarkan paparan di atas dapat ditegaskan bahwa dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih diutamakan adalah pemahaman tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang proposional dari domain belajar yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Oleh karena itu program pendidikan jasmani harus merupakan suatu program yang memberikan perhatian yang cukup dan seimbang kepada ketiga domain tersebut. Jika tidak, maka program bersangkutan tidak lagi bisa disebut pendidikan jasmani.
Salah satu materi pendidikan jasmani di sekolah adalah pelajaran bulutangkis. Bulutangkis merupakan suatu keterampilan yang mampu mengembangkan potensi manusia baik secara fisik maupun mental dan dapat diberikan kepada peserta didik baik secara formal, maupun non formal.
B. Belajar
Belajar merupakan suatu usaha untuk menambah dan mengumpulkan berbagai pengalaman tentang ilmu pengetahuan. Belajar juga sebuah proses yang sering diartikan penambahan pengetahuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek dan sebagai objek dari kegiatan
(24)
8
pengajaran. Belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas belajar. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 2006:44)
Menurut Oemar Hamalik (2003:57), mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun ciri kegiatan yang disebut “belajar” adalah sebagai berikut (Noehi, Nasution, 1994:2):
1. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar, baik aktual maupun potensial.
2. Perubahan itu pada dasarnya berubah didapatkan kemampuan baru, yang berlaku yang relatif lama.
3. Perubahan itu terjadi karena usaha
Belajar adalah sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Tingkah laku ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Menurut Nana Sujana (1991:5) belajar adalah suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Proses belajar dikatakan berhasil apabila ada perubahan pada diri anak berupa perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalam proses belajar mengajar peserta didik harus menunjukan
(25)
kegembiraan, semangat yang besar dan percaya diri. Atas dasar tersebut, guru berperan untuk menciptakan dan mempertahankan kelangsungan proses belajar mengajar, guna tercapainya tujuan belajar yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku akibat adanya interaksi, perubahan itu berupa
penguasaan, sikap dan cara berfikir yang bersikap menetap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman belajar.
C. Metode Mengajar
Metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Satu metode mengandung
pengertian terlaksananya kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Metode dilaksanakan melalui prosedur tertentu.
Menurut Muhajir (2007) bahwa metode menempati fungsi yang penting dalam kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan guru. Dalam hubungan ini ada tiga alternatif yang digunakan : 1. Pendekatan yang berpusat pada mata pelajaran, dimana materi
pembelajaran terutama sumber dari mata pelajaran. Penyampaiannya dilakukan melalui komunikasi antar guru dan siswa. Guru sebagai penyampai pesan atau komunikator, dan siswa sebagai penerima pesan. 2. Pendekatan yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan, niat dan kemampuan siswa. Dalam pendekatan ini lebih banyak digunakan metode dalam rangka individualisasi
(26)
10
pembelajaran. Seperti belajar mandiri, belajar moduler, paket belajar dan sebagainya.
3. Pendekatan yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Pendekatan ini bertujuan mengintegrasikan sekolah dan masyarakat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Prosedur yang ditempuh adalah dengan
mengundang masyarakat ke sekolah atau siswa berkunjung ke masyarakat. Metode yang digunakan terdiri dari : karyawisata,
narasumber, kerja pengalaman, survey, proyek pengabdian/pelayanan masyarakat.
Suatu metode akan berjalan efektif bagi seorang guru apabila metode yang digunakan sesuai dengan pelajaran yang akan diajarkan, siswa yang diajar, dan penguasaan guru terhadap metode yang akan diajarkan. Makin baik metode yang digunakan, makin efektif dalam pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah metode itu baik, diperlukan suatu patokan yang bersumber dari berbagai faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang baik akan dicapai. keberhasilan mengajar dari seorang guru dilihat dari bagaimana efektifnya saat mengajar. Selain itu, metode yang dipilih dan diperkirakan cocok digunakan dalam proses pembelajaran teori atau praktek keterampilan semata-mata untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas. Jadi dalam menggunakan metode guru harus memperhatikan kemajuan, bahan pelajaran, lingkungan tempat belajar, dan kemampuan guru dalam menguasai suatu metode.
(27)
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pengertian metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan satuan atau unit materi pelajaran dengan memusatkan pada keseluruhan proses atau situasi belajar untuk mencapai tujuan, oleh karena itu makin baik suatu metode yang dipergunakan dalam memberikan pelajaran makin efektif pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
D. Belajar Motorik
Belajar motorik adalah menghasilkan perubahan yang relatif permanen berupa gerak belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular dan diekspresikan dalam gerak tubuh. Seorang yang ingin memiliki keterampilan yang baik harus terlebih dahulu mengembangkan unsur gerak, kemudian hal ini dapat dilakukan melalui proses belajar dan berlatih. Lutan (1988)
mengatakan “belajar adalah sebuah prilaku yang relatif permanen sebagai akibat latihan atau pengalaman masa yang lampau”. Berkaitan dengan belajar keterampilan motorik suatu proses yang berkaitan dengan latihan atau
pengalaman yang relatif permanen dalam reabilitasnya untuk merespon suatu gerak. Menurut Lutan belajar motorik adalah “seperangkat proses yang berkaitan dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan dalam perilaku terampil”.
Adapun tahap dalam keterampilan motorik yaitu sebagai berikut:
1. Tahap kognitif “merupakan tahap awal dalam belajar motorik”dalam tahap ini peserta didik harus memahami bentuk gerakan didalam
(28)
12
kegiatan yang akan dilakukan,dan mencoba untuk melakukan berulang-ulang, kemudian harus memperoleh gambaran yang jelas baik secara verbal maupun visual. Pada fase ini efektifitas kognitif atau aktifitas berfikir masih menonjol karena harus berusaha memahami bagaimana bentuk gerakan dan bagaimana harus melakukannya. Pada saat anak mencoba berulang-ulang melakukan gerakan, gerakannya masih sangat dipengaruhi oleh pikirannya. Ia berusaha menampilkan bayangan gerakan yang ada dalam fikirannya ke dalam gerakan tubuh yang senyatanya. Untuk menampilkan bayangan gerakan ke dalam gerakan yang senyatanya, pada awalnya seringkali anak masih mengalami kesulitan. Namun dengan cara berulang-ulang melakukan bagian demi bagain gerakan, ia akan semakin mampu melakukannya dengan bentuk gerakan yang makin menyerupai dengan gerakan yang dibayangkannya. Kemajuan keterampilan pada tahap ini mungkin diperoleh secara lambat, tergantung pada anak dan karakteristik keterampilan itu sendiri. Lama waktu yang digunakan pada tahap ini tergantung dari pengalaman dan koordinasi dari anak yang bersangkutan dan juga tingkat kesulitan keterampilan.
Ciri-ciri khusus tahap belajar tingkat dasar ini dapat dilihat dari kemampuan koordinasi sebagai berikut:
a) Hubungan antar gerakan masih belum terkoordinasi dengan baik b) Gerakannya masih nampak kaku atau gerakannya masih
(29)
c) Anak masih mencari-cari hubungan antara cara melaksanakan dengan hasil yang dicapai
d) Antisipasi gerakan belum tepat
e) Satu pola yang konsisten belum terbentuk
f) Irama gerakan masih belum ditampilkan dengan baik
2. Tahap fiksasi pada tahap ini pengembangan keterampilan dilakukan peserta didik melalui latihan praktik secara teratur dan berulang-ulang berdasarkan program gerak yang dimulai pada tahap kognitif agar perubahan gerak menjadi permanen, selama latihan peserta didik membutuhkan semangat dan umpan balik untuk mengetahui apa yang dilakukan itu benar atau salah.
Pada tahap ini akan terlihat peningkatan keterampilan gerak dengan ciri-ciri berikut ini:
a) Penggunaan tenaga mulai efisien, artinya anak telah dapat mengatur besarnya tenaga yang digunakan sesuai kebutuhan untuk setiap tugas gerak
b) Irama gerak telah dapat dilakukan dengan baik (gerakan semakin lancar).
c) Kesalahan-kesalahan gerakan semakin berkurang dan pelaksanaannya semakin konsisten.
3. Tahap otomatisasi. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan mencapai tingkat penguasaan tertinggi. Anak dapat melakukan rangkaian gerakan keterampilan secara otonom atau otomatisasi. Gerakan bisa dilakukan
(30)
14
secara otonom artinya bahwa anak mampu melakukan gerakan
keterampilan tertentu walaupun pada saat bersamaan ia harus melakukan aktivitas lainnya. Sedangkan gerak yang bisa dilakukan secara otomatis adalah gerakan yang bisa dilakukan seperti yang dikehendaki walaupun ia tidak memikirkan unsur-unsur bentuk gerakan yang ingin dilakukannya itu. Pada tahap otomatisasi, kontrol terhadap gerak semakin tepat dan penampilan semakin konsisten serta cermat. Hal ini dapat terlihat dari ciri-ciri khusus berikut:
a) Antisipasi gerakan mengarah kepada kemampuan otomatis dan irama gerakan terlihat dengan nyata
b) Penampilan gerakan dapat dilakukan diberbagai situasi dan kondisi yang berubah-ubah tanpa menghilangkan kelancaran dan kemuluasan gerakan. Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu
E. Gerak
Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peran yang sangat pokok. Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik mampu melakukan suatu gerak rangkaian gerak jasmani dalam urutan tertentu, dalam mengadakan koordinasi antar gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Keterampilan semacam itu disebut “gerak” karena otot, urat dan persendian terlibat langsung sehingga keterampilan sungguh-sungguh berakar dari kejasmanian, dalam Nasution (1994:18)
(31)
Belajar gerak tidak lepas dari pengertian belajar pada umumnya. Belajar yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh disebut belajar gerak. Gerak yang terjadi atas koordinasi antara aspek jasmani dan rohani. Koordinasi gerak adalah berupa kemampuan untuk mengatur keserasian gerak bagian-bagian tubuh. Kemampuan ini berhubungan dengan kemampuan kontrol tubuh. Individu yang koordinasi geraknya baik akan mampu mengendalikan gerak tubuhnya.
Belajar motorik atau gerak menurut Herman Tarigan (2008:15) adalah perubahan secara permanen berupa gerak belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular dan diekspresikan dalam gerak tubuh. Kemampuan motorik yang menunjang pelaksanaansenam sangat banyak, diantaranya adalah : kelincahan (Agility), koordinasi, kecepatan, keseimbangan, dan lain-lain. Kesemua atribut motorik dapat ditingkatkan melalui keikutsertaan dalam olahraga senam dan sebaliknya. Kemampuan tersebut harus secara spesifik ditingkatkan agar mampu memperbaiki penampilan.
Gerak merupakan kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang tertentu, sekali hal ini sudah dilakukan maka gerak itu, tanpa memikirkan gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditemukan jarak dan arah dari titik pangkalnya. Jadi pengertian gerak adalah perpindahan tempat ke tempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.
Dalam proses belajar gerak tidak hanya perubahan yang bersifat
(32)
16
yang diungkapkan oleh Schmidt yang dikutip oleh Lutan (1988:102) bahwa belajar motorik atau gerak adalah seperangkat proses yang berlainan dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku terampil.
F. Keterampilan Gerak
Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan.keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Lutan (1988:77) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, 2) gerak non lokomotor, dan 3) manipulatif.
Lutan (1988:75) mendefinisikan gerak lokomotor adalah gerak yang digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau memproyeksikan tubuh ke atas. Misalnya: jalan, lompat, dan berguling. Gerak non lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa
memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan, mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipulatif adalah
keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap, dan menendang.
Proses belajar gerak berlangsung dalam suatu rangkaian kejadian dari waktu ke waktu dan dalam prosesnya melibatkan SSP, otak, dan ingatan. Dengan
(33)
demikian tugas utama peserta didik dalam proses belajar gerak adalah menerima dan menginterpretasikan informasi tentang gerakan-gerakan yang akan dipelajari kemudian mengolah dan menginformasikan informasi tersebut sedemikian rupa sehingga memungkinkan realisasi gerakan secara optimal dalam bentuk keterampilan.
Pengertian gerak adalah kegiatan atau proses perubahan tempat atau posisi ditinjau dari titik pandang tertentu, sekali hal ini sudah dilakukan maka gerak itu, tanpa memikirkan gerak itu transkusi atau rotasi maka dengan itu dapat ditetukan jarak dan arah dari titik pangkalnya. Jadi pengertian gerak adalah perpindahan tempat ketempat lain sesuai dengan tujuan tertentu.
Gerak dasar dalam forehand overhead dalam permaian bulutangkis adalah keterampilan gerak yang dilakukan dalam pukulan forehand overhead baik yang berkaitan dengan aktivitas dasar itu mencakup gerakan lokomotor dan keterampilan manipulatif.
G. Metode Bagian
Metode mengajar bagian disebut juga metode mengajar elementer, yang dimaksud dengan elementer adalah cara tertentu dalam penyajian suatu program pengajaran dengan melalui bagian-bagian terkecil. Bagian-bagian gerakan yang disusun secara bertahap dari tingkat sederhana ke gerakan yang sempurna, dari hal-hal yang mudah ke gerakan yang sukar.
(34)
18
Metode ini dipergunakan untuk mempelajari materi pelajaran yang luas dan kompleks agar dapat dibagi-bagi menjadi beberapa unit, supaya dapat mempermudah dalam mempelajarinya. Metode bagian perbagian yaitu kecakapan yang komplek dapat dipelajari secara efektif dan bila hal yang komplek tersebut diuraikan menjadi bagian-bagian yang terkecil dan sederhana.
Apabila ditelaah lebih lanjut, Metode bagian merupakan bentuk latihan keterampilan yang dilakukan secara bagian per bagian dari keterampilan yang dipelajari. Bentuk keterampilan yang dipelajari dipilah-pilah ke dalam bentuk gerakan yang lebih mudah dan sederhana. Berkaitan dengan metode bagian menurut Sugiyanto (1996: 67) menyatakan, “Metode bagian
merupakan cara pendekatan dimana mula-mula siswa diarahkan untuk mempraktekkan sebagian demi sebagian dari keseluruhan rangkaian gerakan, dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktekkannya secara keseluruhan”.
Menurut E.P. Hutabarat (1985:32), yaitu :
“Bila kita belajar sesuatu, maka kita pelajari dahulu bagian pertama sampai kita kuasai, kemudian kita beralih mempelajari bagian kedua, sesudah bagian kedua ini kita pelajari dan kuasai, kita beralih lagi kebagian ketiga dan setelah itu dikuasai kita pindah kebagian berikutnya. Demikianlah seterusnya sampai semua pelajaran itu kita pelajari dan kuasai”
Berdasarkan kutipan tersebut bahwa metode bagian adalah mempelajari sebagian demi sebagian dari keseluruhan rangkaian gerakan, dan setelah bagian-bagian gerakan dikuasai baru mempraktekkannya secara
(35)
Dalam pelaksanaannya metode bagian ini mengikuti urutan sebagai berikut: a. Preview: tahap pemberian contoh sedetail mungkin.
b. Analisis: tahap siswa mengenali bagian-bagian penting c. Melatih unit-unit: tahap latihan tiap unit gerakan d. Sintesis: tahap penggabungan tiap unit gerakan
Melalui sub-sub ini diharapkan individu yang belajar dapat menguasai metode yang cukup efisien untuk dilaksanakan, sebab metode ini dapat membantu siswa dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap suatu meteri yang diberikan. Dengan metode ini, siswa harus menguasi terlebih dahulu satu bagian barulah ditambah dengan bagian lainnya, sehingga dapat diketahui bagian-bagian yang telah dikuasai maupun yang belum dikuasai oleh seorang murid. Oleh sebab itu, guru lebih mudah untuk mencari dibagian mana kekurangan seorang siswa dan lebih mudah untuk memperbaikinya.
Metode bagian dapat pula digunakan dalam keterampilan gerak yaitu pada permainan bulutangkis terhadap beberapa materi, diantaranya pukulan lob forehand. Pada gerakan awal pukulan lob forehand, terdapat tiga tahap gerakan, yaitu : sikap awal (cara berdiri), cara memukul, kemudian gerak lanjutan (follow through). Pertama-tama kita mempelajari sikap awal, kemudian setelah dikuasai barulah kita pelajari tahap yang kedua yaitu cara memukul, dan yang terakhir masuk ketahap gerak lanjutan. Setelah masing-masing tahapan dikuasai dengan baik, kemudian ketiga tahapan tersebut digabungkan secara keseluruhan.
(36)
20
Untuk melatih keterampilan gerak diperlukan pengulangan dan pembagian materi menjadi beberapa bagian seperti yang dikemukakan oleh Woeryanto (1984:2) yaitu : “ untuk melatih keterampilan (skill) dan teknik harus dilakukan dengan cara bagian perbagian (part by part) kemudian dikoreksi dengan ulangan-ulangan yang cukup banyak pada bagian itu.”
Dalam metode bagian siswa harus menguasai terlebih dahulu satu bagian, barulah ditambah dengan bagian lainnya, sehingga dapat kita ketahui bagian-bagian yang belum dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu guru terlebih dahulu mencari bagian mana yang kurang dalam kelemahan siswa dalam melakukan gerakan, yang kemudian untuk diperbaiki.
H. Metode Keseluruhan
Metode keseluruhan disebut juga metode global. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan metode keseluruhan anak-anak langsung disuruh bermain, jadi seluruh unit dipelajari sekaligus. Dengan demikian gerak dasar bermain tidak dipelajari tersendiri (secara khusus). Bila terjadi kesalahan gerak dasar dalam bermain maka permainan dihentikan, kemudian dibetulkan dengan sedikit penjelasan dan demonstrasi setelah itu permainan dilanjutkan kembali.
Menurut Sugiyanto (1996:83) : Metode praktek keseluruhan adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana untuk menguasai suatu rangkaian gerak, kepada siswa diajarkan semua unsur rangkaian gerakan secara keseluruhan sekaligus dan dipraktekan secara keseluruhan sekaligus. Metode keseluruhan
(37)
merupakan suatu metode mengajar yang cara penyampaiannya diberikan secara keseluruhan.
Metode keseluruhan ini didukung oleh aliran psykologi Gestal. Hal ini terlihat dari pendapat Gestal yaitu :
Belajar mengandung komponen yang jauh lebih kompleks, dan menolak adanya pengotakan unsur gerakan manusia, sebab manusia merupakan sesuatu unsur yang utuh yang tidak dapat dikotak-kotakan atau dipisah-pisahkan. Keseluruhan yang menentukan tingkah laku bagian-bagian, kita memahami sesuatu sebagai suatu keseluruuhan atau kesatuan dan bukan sebagai bagian-bagian.
Teori Gestal ini merupakan dasar dari pengajaran yang bersifat keseluruhan yaitu hal yang utuh akan berkembang sebagai hal yang utuh pula, dan hal yang utuh adalah penting daripada jumlah bagian-bagian.
Metode keseluruhan, dapat dipakai untuk mempelajari suatu keterampilan gerak,seperti yang dikemukakan oleh Sugiyanto (1996:3), yaitu : “metode praktik keseluruhan adalah cara pendekatan dalam mengajar dimana untuk menguasai suatu rangkaian gerak, kepada atlet diajarkan semua unsur rangkaian gerak secara keseluruhan sekaligus dan dipraktikan secara keseluruhan sekaligus.”
Dalam mengajarkan keterampilan gerak atau permainan, maka bentuk yang utuh atau keseluruhan diajarkan terlebih dahulu kemudian dipecah-pecahkan menjadi bagian-bagian. Dalam pelaksanaannya metode keseluruhan ini mengikuti urutan sebagai berikut:
(38)
22
1) Preview
Suatu tahap yang dimaksudkan untuk memperkenalkan keterampilan yang akan dipelajari. Tahap preview ini tentu bisa dilakukan dengan berbagai cara, baik melalui uraian verbal, demonstrasi langsung, penayangan gambar atau foto, pemutaran video film, atau hanya lembaran-lembaran tugas; yang pada intinya adalah untuk memberikan gambaran utuh (keseluruhan) tentang materi yang akan dipelajari
2) Percobaan
Dalam tahap ini semua murid mencoba untuk menguasai keterampilan yang dimaksud dengan cara melakukannya sendiri secara utuh seperti yang terlihat dalam gambar. Apabila keterampilan yang dipelajari tersebut adalah lompat jauh gaya lenting, maka semua murid mencoba melakukan lompat jauh dari mulai awalan hingga melayang
3) Review
Setelah percobaan yang tadi dianggap cukup, maka dalam tahap ini guru mengundang murid-murid untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ditemukan selama percobaan. Atau, dalam kondisi kelas kita yang lebih bersifat satu arah (direct teaching), maka tahap ini sering digunakan guru untuk memberitahukan pada murid tentang kesalahan-kesalahan yang masih mereka buat. Tahap ini diakhiri hingga semua murid mempunyai gambaran yang jelas tentang kelemahan dan kelebihan mereka
4) Retrial
Dari pengenalan mereka tentang apa yang harus dilakukan pada percobaan mereka, maka dalam tahap ini murid mulai mencoba kembali, dengan tujuan
(39)
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang masih dibuat. Percobaan kembali ini tetap masih dalam konteks keseluruhan, yang kemudian bisa dilakukan semacam review kembali. Demikian seterusnya hingga keterampilan yang bersangkutan dirasa sudah dicapai dengan baik
5) Pemantapan
Setelah beberapa kali terlibat dalam proses review dan retrial, maka murid akan semakin memantapkan kemampuannya dengan melatihnya berulang-ulang. Pada tahap ini hendaknya guru sudah semakin spesifik dalam memberikan umpan balik informasi yang berguna buat memantapkan keterampilan anak.
Menurut pendapat diatas suatu materi pelajaran itu diberikan sekaligus
kepada siswa, sampai siswa mengerti benar materi yang diberikan. Kemudian siswa melakukan gerakan secara berulang-ulang selanjutnya guru mengoreksi gerakan yang salah. Setelah siswa melakukan gerakan keseluruhan baru kemudian gerakan dibagi menjadi bagian-bagian terkecil.
Keuntungan dalam metode keseluruhan :
a. Hasrat atau kemauan anak dalam bermain dapat dipenuhi sehingga anak tidak mudah merasa bosan.
b. Dapat mengembangkan kerjasama tim.
c. Dapat memahami isi permainan secara keseluruhan, teknik, taktik serta peraturan permainan.
Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar bulutangkis, setelah siswa mendapatkan penjelasan tentang gerakan bulutangkis dan guru
(40)
24
memberikan contoh gerakan lob bulutangkis selanjutnya siswa melakukan gerakan bulutangkis secara bulat dan utuh. Koreksi diberikan setelah semua siswa melakukan gerakan.
Diagram penggunaan metode keseluruhan dan metode bagian berdasarkan kompleksitas dan keeratan hubungan antar unsur gerakan
Keeratan hubungan antar unsure gerakan
Tinggi Sedang Rendah
Metode Keseluruhan Kombinasi 2 Metode Metode Bagian
Rendah Sedang Tinggi
Kompleksitas Gerakan
Gambar 1. Penggunaan metode bagian dan keseluruhan berdasakan kompleksitas dan keeratan hubungan antar unsur gerakan.
(adopsi dari modul belajar motorik, 2009)
I. Keterampilan Gerak Dasar
Keterampilan gerak adalah kemampuan untuk melakukan gerakan secara efesien dan efektif. Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan tingkat kematangan. Keterampilan gerak dasar merupakan pola gerak yang menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Lutan (1988) membagi tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non lokomotor, (3) manipulatif.
(41)
Lutan (1988) mendefinisikan gerak lokomotor adalah “gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain atau
memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”. Gerak non lokomotor “adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan,
mendorong dan menarik”. Sedangkan gerak manipulatif adalah keterampilan memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan tangan atau bagian tubuh yang lain. Gerak manipulatif ini bertujuan untuk koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan menendang.
J. Bulutangkis
Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang paling digemari, khususnya di Indonesia olahraga ini sudah menjadi bagian dari rakyat Indonesia.
Olahraga ini menarik minat berbagai kelompok umur, dan berbagai tingkat keterampilan, baik pria maupun wanita memainkan olahraga ini di dalam atau di luar ruangan untuk rekreasi juga sebagai ajang persaingan prestasi. Bulutangkis merupakan olahraga yang dimainkan dengan menggunakan net, raket dan shuttle cock dengan teknik pemukulan yang bervariasi mulai dari yang relatif lambat hingga yang sangat cepat disertai dengan gerakan tipuan.
Pengumpulan angka dalam bulutangkis menggunakan sistem rally point yaitu pemain akan langsung mendapat tambahan poin dari setiap kesalahan yang dilakukan oleh lawannya. Dalam sistem rally poin ini, permainan dilakukan
(42)
26
hingga poin 21. Apabila terjadi poin yang sama pada poin 20 maka akan dilakukan duece hingga terjadi selisih 2 poin, maksimal hingga poin 30.
Dalam permainan bulutangkis diawali dengan servis, servis yang dilakukan harus melewati net dan garis servis pendek yang berjarak 198cm dari net, dan tidak boleh melewati garis batas belakang. Garis dianggap sebagai bagian dari lapangan, dengan demikian bola yang jatuh tepat pada garis dianggap masuk. Servis pada awal permainan selalu dilakukan dari sisi kanan. Ini disebabkan karena skor pemain yang melakukan servis adalah nol (0), yang berarti angka genap. Setiap kali skor pemain genap, servis terus dilakukan dari sisi kanan (0,2,4,6,8 dan seterusnya). Jika nilai bertambah, servis dilakukan dari sisi kiri, yang berarti angka ganjil (1,3,5,7 dan seterusnya).
Pada permainan tunggal lapangan yang digunakan panjang dan sempit. Jika bola masuk kedalam dua garis samping (side alley), berarti bola keluar, sedangkan jika bola masuk kedalam dua garis belakang (back alley), berarti bola masuk. Pada permainan ganda lapangan yang digunakan lebih lebar. Daerah servis dalam permainan ganda sedikit berbeda, yaitu lebih pendek dan lebar. Bola sevis yang jatuh kedalam side alley dianggap masuk, dan bola yang jatuh kedalam back alley dianggap keluar. Namun, jika bola sudah dimainkan, maka bola yang jatuh kedalam back alley dianggap masuk.
Menurut Icuk Sugiarto (2002:24) keterampilan dasar bermain bulutangkis dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: teknik memegang raket, teknik memukul bola dan teknik penguasaan kerja kaki. Sedangkan Herman Subarjah (2000:22) membagi keterampilan dasar bermain bulutangkis
(43)
menjadi beberapa bagian diantaranya: cara memegang raket, sikap berdiri, gerakan kaki, dan pukulan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa keterampilan/ gerak dasar bermain bulutangkis dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
a) Pegangan raket dan serve
James Poole (2002:12) menyatakan bahwa ada 3 cara untuk memegang raket dalam permainan bulutangkis: 1) forehand, 2) backhand, 3) frying pan. Sedangkan menurut Yanto Kusyanto (1994:103) pegangan dalam permainan bulutangkis dibagi 4 yaitu: 1) pegangan cara Inggris, 2) pegangan jabat tangan, 3) pegangan backhand, 4) pegangan geblek kasur atau panci goreng. PBSI (2003:20) membagi 3 jenis servis yaitu servis pendek, servis tinggi, dan flick atau servis setengah tinggi. Namun biasanya servis digabungkan ke dalam jenis atau bentuk servis forehand dan backhand. Masing – masing pelaksanaannya sesuai dengan situasi permainan di lapangan.
b) Sikap berdiri
Sikap dan posisi berdiri di lapangan harus sedemikian rupa sehingga dengan sikap yang bagus dan sempurna itu akan memudahkan pergerakan dalam langkah untuk menjangkau seluruh permukaan lapangan. Herman Subarjah (2000:28) menyatakan bahwa sikap berdiri pada dasarnya dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: sikap berdiri pada saat servis,sikap pada saat menerima servis, dan sikap pada saat permainan sedang
(44)
28
c) Gerakan kaki
Pada hakekatnya, langkah kaki merupakan modal pokok untuk dapat memukul bola dengan tepat. Langkah kaki yang ringan dan luwes akan memudahkan seseorang bergerak ke tempat bola datang dan bersiap untuk memukul. Maka, keterampilan serta kekuatan tapak kaki sangat
diperlukan. Yanto Kusyanto (1994:102) membagi langkah-langkah menjadi 3 yaitu:
1) Langkah berurutan, baik untuk langkah ke depan, ke samping ataupun ke belakang. Kaki kanan dan kiri bergerak berurutan atau
berdampingan
2) Langkah bergantian atau bersilang (seperti berlari), kaki kanan dan kiri bergantian melangkah
3) Langkah lebar dengan loncatan, satu atau dua langkah kecil dan diakhiri dengan langkah lebar dengan jalan meloncat
Yang harus diingat bahwa semua langkah tersebut selalu diakhiri dengan kaki kanan di belakang pada waktu mengambil bola-bola di belakang, serta kaki kanan di depan pada waktu mengambil bola-bola di depan. Kecuali untuk pengembalian overhead-backhand di belakang, maka kaki kanan di depan sejurusan dengan arah badan menuju bola.
d) Pukulan
PBSI (2003:10) membagi pukulan bulutangkis dalam beberapa jenis pukulan. Adapun jenis pukulan tersebut yaitu:
1) Underhand
Jenis pukulan ini dominan digunakan dalam permainan bulutangkis, fungsi dari pukulan ini di antaranya untuk mengembalikan pukulan pendek atau permainan net lawan kemudian sebagai cara bertahan akibat
(45)
pukulan serang lawan. Adapun pelaksanaannya dapat dilakukan dengan teknik pukulan forehand dan backhand. Ada 2 jenis pukulan underhand: a) clear underhand, pukulan atau dorongan yang diarahkan tinggi ke belakang, b) flick underhand, pukulan atau dorongan mendatar ke arah belakang.
2) Overhead Clear/ Lob
Pukulan overhead lob adalah pukulan yang dilakukan dari atas kepala, posisinya biasanya dari belakang lapangan dan diarahakan ke atas pada bagian belakang lapangan. Ada 2 jenis pukulan overhead lob: a) deep lob/ clear, bolanya tinggi ke belakang, b) attacking lob/ clear, bolanya tidak terlalu tinggi.
3) Round The Head Clear
Yaitu bola overhead yang di pukul di bagian belakang kepala (samping telinga sebelah kiri). Dibanding dengan overhead yang biasa, pukulan di belakang kepala ini relatif lebih sulit. Karena untuk bisa melakukan pukulan ini diperlukan ekstra kekuatan kaki, kelenturan, footwork yang baik, dan koordinasi. Biasanya pukulan ini dilakukan secara terpaksa karena untuk melakukannya harus dengan pukulan backhand. 4) Smash
Yaitu pukulan overhead atas yang di arahkan ke bawah dan dilakukan dengan penuh tenaga. Pukulan ini identik dengan pukulan menyerang, karena itu tujuan utamanya untuk mematikan lawan. Dalam prakteknya pukulan smash dapat dilakukan dalam sikap diam, berdiri atau dengan loncat yang sering dikenal dengan istilah king smash. Karakteristik
(46)
30
pukulan ini adalah keras, laju jalannya bola cepat menuju lantai lapangan, sehingga pukulan ini membutuhkan aspek kekuatan otot tungkai, bahu, lengan, dan fleksibilitas pergelangan tangan serta koordinasi gerak tubuh yang harmonis.
5) Dropshot
Adalah pukulan yang dilakukan seperti smash. Perbedaannya pada posisi raket saat perkenaan dengan bola. Bola dipukul dengan dorongan dan sentuhan yang halus. Dropshot yang baik adalah apabila jatuhnya bola dekat dengan net dan tidak melewati garis ganda. Karakteristik pukulan ini yaitu bola senantiasa jatuh dekat jaring di daerah lapangan lawan. Oleh karena itu harus mampu melakukan pukulan yang sempurna dengan berbagai sikap dan posisi badan dari sudut-sudut lapangan permainan. Faktor pegangan raket, gerak kaki yang cepat, posisi badan dan proses perpindahan berat badan yang harmonis pada saat memukul merupakan faktor penentu keberhasilan pukulan ini.
6) Netting
Pukulan yang dilakukan dekat net, di arahkan sedekat mungkin ke net, dipukul dengan sentuhan tenaga halus sekali. Pukulan netting yang baik yaitu apabila bolanya dipukul halus dan melintir tipis dekat sekali dengan net. Karakteristik teknik dasar ini adalah bola senantiasa jatuh bergulir sedekat mungkin dengan jaring/ net di daerah lapangan lawan. Koordinasi gerak kaki, lengan, keseimbangan tubuh, posisi raket dan bola saat perkenaan, serta daya konsentrasi adalah faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pukulan ini.
(47)
7) Return Smash
Yaitu pukulan yang lebih identik dengan pola pertahanan. Namun demikian pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik. Selain itu return smash bermanfaat sebagai pukulan yang berguna untuk mengatur alur serangan lawan pada saat menyerang.
Jenis-jenis pengembalian smash di antaranya:
(a) Pengembalian pendek, yaitu pengembalian dimana bolanya jatuh dekat net
(b) Pengembalian drive, lebih banyak dilakukan pada permainan ganda (c) Pengembalian panjang, pengembalian ke arah belakang lagi.
8) Backhand Overhead
Pukulan ini bisa dikategorikan paling sulit terutama bagi pemain pemula. Karena secara biomekanik teknik pukulan ini selain menuntut koordinasi anggota badan yang sempurna, juga penguasaan grip dan timing yang tepat.
9) Drive
Adalah pukulan cepat dan mendatar banyak digunakan dalam permainan ganda. Tujuannya untuk menghindari lawan menyerang atau sebaliknya memaksa lawan mengangkat bola dan berada pada posisi bertahan. Pukulan ini menuntut keterampilan grip, reflek yang cepat, dan kekuatan pergelangan tangan.
(48)
32
Suatu gerak dasar pukulan atau pengembalian yang dilakukan dari sisi tubuh yang dominan. Untuk melakukan pukulan forehand overhead perlu
memperhatikan cara pegangan yaitu mempergunakan pegangan pistol (pistol grip) dan mirip keadaan tangan sedang berjabat tangan.
Didalam pedoman praktis Bulutangkis PBSI (2003) : Pukulan forehand overhead adalah bola yang dipukul dari samping atas kepala, posisinya biasanya dari samping lapangan dan diarahkan ke atas bagian samping lapangan. Hal yang perlu diperhatikan :
1. Gunakan pegangan forehand, posisi raket di samping bahu.
2. Posisi badan menyamping (vertikal) dengan arah net. Posisi kaki kanan berada di belakang kaki kiri dan pada saat memukul bola harus terjadi perpindahan beban badan dari kaki kanan ke kaki kiri.
3. Posisi badan harus diusahakan selalu berada di belakang bola. 4. Bola dipukul seperti gerakan melempar
5. Pada saat perkenaan bola, tangan harus lurus. Posisi akhir raket
mengikuti arah bola, lalu dilepas, sedangkan raket jatuh di depan badan. 6. Lecutkan pergelangan (raket) saat kena bola.
Menurut Herman Subarjah (2000 : 36) cara-cara melakukan pukulan forehand overhead adalah berdiri dengan rileks, tempatkan posisi badan sedemikian rupa disamping bola, sementara salah satu kaki berada di depan dan badan jatuh di kaki belakang. Bola dipukul di samping atas kepala dengan cara mengayunkan raket ke depan atas dan dilanjutkan dengan meluruskan lengan sepenuhnya. Lecutkan pergelangan tangan kedepan. Setelah raket menyentuh
(49)
bola, lanjutkan dengan gerakan memukul sehingga raket berada di depan badan.
Pukulan tersebut lebih mengandalkan kekuatan dan kecepatan lengan serta lecutan pergelangan tangan. Untuk menghasilkan pukulan yang sangat tajam, maka usahakan bola dipukul di depan badan dalam posisi raket condong ke depan. Untuk mencapai hasil yang maksimal, diperlukan antara gerakan badan, lengan, dan pergelangan tangan.
Menurut James Poole (2002 : 29) forehand overhead adalah pukulan melampaui kepala (overhead) dengan gerakan forehand biasanya dilakukan bila berada di bidang kanan lapangan ( bidang pukulan forehand)
Ambil posisi siap yaitu dengan kaki dan bahu sejajar dengan jaring. Raket digenggam dengan pegangan setinggi pinggang, dan kepala raket kira-kira setinggi bahu serta agak condong ke posisi backhand. Lutut agak ditekuk. Kedudukan pada posisi ini yaitu di belakang garis tengah antara garis servis pendek dan garis servis tengah ( garis tengah ini umumnya disebut garis ”T”). Bola dipukul kearah sisi forehand, putarlah tubuh sehingga kaki tegak lurus jaring dan bahu kiri mengarah ke jaring. Pindahkan berat badan ke kaki belakang, bila perlu melompatlah ke belakang sehingga berada tepat di belakang bola yang sedang melayang, inilah posisi untuk memukul.
Ketika melangkah kebelakang, angkat raket, pergelangan tangan dalam posisi teracung dengan raket berada di belakang kepala dan bahu, kepala raket menghadap kebawah, dan tangan kanan berada di dekat telinga kanan. Pada
(50)
34
saat memukul, beberapa gerakan terjadi dengan cepat: (1) berat badan berpindah dari kaki kanan ke kaki kiri pada saat badan berputar sehingga menghadap daerah sasaran; (2) lengan bergerak ke atas mulai dari siku dan lengan bawah serta pergelangan tangan berputar ke arah dalam; (3) pada saat raket menyentuh bola, pergelangan tangan berubah menjadi lurus (tidak teracung lagi), demikian pula lengan dan bidang raket tepat menghadap sasaran; (4) raket mengeluarkan suara mendesing pada saat menyentuh bola; (5) kepala raket mengayun kebawah dengan pergelangan tangan setinggi dada, sehingga terjadi suatu putaran ayunan penih dan gerakan raket menyilang sebelah kiri tubuh.
Gerakan ayunan ini dapat disamakan dengan pukulan melampar bola, gerakan tubuh yang terjadi pada dasarnya sama. Mekanisasi gerakan tubuh yang sama, terjadi pada tiga jenis pukulan : clear (pukulan bersih), drop (pukulan jatuh), dan smash (pukulan keras). Harus berlatih dengan tekun dan mengusahakan agar untuk ketiga pukulan ini, gerakan tubuh serupa. Hal ini akan
menyebabkan pukulan kita dapat menipu lawan. Lawan tidak mengetahui pukulan mana yang akan kita lancarkan, sampai saat kita telah melakukannya. Perbedaan ketiga pukulan ini terletak pada : (1) perkenaan raket dan bola, (2) kecepatan gerakan ayunan raket, dan (3) sudut yang dibuat bola pada saat meninggalkan raket.
(51)
Gambar 2. Pukulan forehand overhead (adaptasi : James Poole, 2002)
L. Ekstrakurikuler
Proses belajar tidak selalu harus dilakukan di dalam kelas, kegiatan
ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam pelajaran pokok yang merupakan jam tambahan yang dilakukan di luar atau di dalam sekolah sebagai
tambahan dari jam pelajaran intrakurikuler yang bertujuan untuk
mengembangkan minat dan bakat siswa salah satunya dengan menyalurkan minat dan bakat mereka ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Saputra M (1998:6) menyatakan bahwa kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan di luar jam pelajaran sekolah biasa, yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa, mengenai hubungan antara mata pelajaran, menyalurkan bakat, minat, serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya.
Adapun tujuan dari kegiatan ekstrakurikuler menurut Suprapto (1990:9) adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan ekstrakurikuler harus dapat meningkatkan pengetahuan siswa yang beraspek kognitif, afektif, dan psikomotor
(52)
36
b) Mengembangkan bakat serta minat siswa dalam upaya membina pribadi menuju manusia seutuhnya yang positif
c) Mengetahui, mengenal serta mengadakan hubungan antara siswa dengan yang lain dan lingkup dari kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal tolak pada kegiatan yang dapat mendukung kegiatan intra dan kokurikuler.
Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan di sekolah ataupun di luar sekolah dengan catatan pelaksanaan itu dapat dikontrol oleh guru olahraga, pembina, dan pelatih. Pelaksanaan ini juga harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a) Kegiatan tersebut harus dapat meningkatkan pengajaran dan penigkatkan kognitif, afektif, dan psikomotor.
b) Memberi tempat serta mendorong penyaluran bakat dan kesibukan-kesibukan positif.
c) Adanya persiapan, perencanaan, pembiayaan yang telah diperhituungkan masak-masak sehingga program ektrakurikuler dapat dipenuhi.
d) Faktor kemampuan dan pelaksanaan untuk memonitor dan menilai.
M. Hipotesis
Arikunto (2002 : 67) Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul. Menurut Sudjana (2005: 219) hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut melakukan pengecekan. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah
(53)
Ho : Tidak ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran bagian.
Ha1 : Ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan
menggunakan metode pembelajaran bagian.
Ho : Tidak ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran keseluruhan.
Ha2 : Ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan
menggunakan metode pembelajaran keseluruhan.
Ho : Metode pembelajaran keseluruhan lebih baik dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan.
Ha3 : Metode pembelajaran bagian lebih baik dalam meningkatkan
keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan.
(54)
38
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi. Menurut Arikunto (2002 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beda pengaruh metode pembelajaran bagian dan metode pembelajaran keseluruhan terhadap peningkatan keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SDN 1 Pekalongan. Maka metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen perbandingan yaitu untuk mengetahui pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan peneliti populasi. Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus. (Arikunto, 2002 : 108). Dalam
(55)
penelitian ini penulis mengambil populasi siswa SD N 1 Pekalongan Lampung Timur.
2. Sampel Penelitian
Jika kita hanya meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. (Arikunto, 2002 : 131). Menurut Margono (2004:121) menyatakan sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. “Untuk ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
Populasi siswa ekstrakurikuler bulutangkis SD N 1 Pekalongan berjumlah 45 orang yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki, maka yang menjadi sampel adalah seluruh siswa ekstrakurikuler bulutangkis, sehingga penelitian ini merupakan penelitian populasi.
C. Prosedur Desain
1) Tentukan subjek yang akan diteliti, kemudian diadakan pre test. Setelah dilakukan pre test maka bagi subjek menjadi tiga kelompok yaitu
kelompok eksperimen A yang diberi treatment (perlakuan) dengan metode pembelajaran bagian, kelompok eksperimen B yang diberikan treatment (perlakuan) dengan metode pembelajaran keseluruhan, dan kelompok C
(56)
40
sebagai kelompok control. Untuk menyamakan tingkatan dalam masing-masing kelompok maka digunakan cara ordinal pairing.
Gambar 3. Skema Pembagian Ordinal Pairing
2) Berikan posttest pada ketiga kelompok itu untuk mengukur variabel terikat.
3) Hitung perbedaan antara hasil pre test dan post test untuk masing-masing kelompok
4) Bandingkan perbedaan-perbedaan tersebut, untuk mengetahui apakah penerapan perlakuan berkaitan dengan perubahan yang lebih besar pada kelompok eksperimental.
Desain yang dipakai dalam penelitian ini adalah Randomized Control-Group Pretest-Posttest Design (desain tes awal-tes akhir) seperti dalam tabel berikut:
Tabel 1. Desain penelitian
Subjek Tes Awal Treatment Tes Akhir
Kelompok Eksperimen A KE A X1 KE A
Kelompok Eksperimen B KE B X2 KE B
(57)
D. Variabel Penelitian
Margono (2004:132) menyatakan variabel adalah pengelompokkan yang logis dari dua atribut atau lebih. Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya dibagi menjadi dua yaitu:
1. Variabel bebas (X) yaitu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan metode pembelajaran bagian (X1), kelompok eksperimen yang
diberi perlakuan dengan metode pembelajaran keseluruhan (X2), dan
kelompok control (X3).
2. Variabel terikat (Y) yaitu kemampuan gerak dasar lob pada permainan bulutangkis.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan pre test dan post test. Pre test dilakukan untuk membagi kelompok penelitian menjadi tiga yaitu kelompok eksperimen A, kelompok eksperimen B dan kelompok kontrol, kemudian kelompok eksperimen A diberi perlakuan dengan metode pembelajaran bagian dan kelompok eksperimen B diberi perlakuan dengan metode pembelajaran keseluruhan. Pada akhir treatment yang diberikan, dilakukan post test pada masing-masing kelompok. Data yang diperoleh dari masing-masing kelompok diasumsikan sebagai hasil dari perbedaan treatment yang dilakukan pada kedua kelompok.
(58)
42
F. Pelaksanaan Pemberian Perlakuan (treatment)
Pate (1993:213) menyatakan bahwa latihan yang dilakukan 6-8 minggu akan memberikan efek yang cukup dengan kekuatan 10-25%. El Fox yang dikutip Sajoto (1988:86) menyatakan bahwa apakah memakai frekuensi 3 atau 5 kali perminggu, tetapi yang penting adalah lama latihan 4-8 minggu. Lebih lanjut Sajoto (1988:35) menyatakan program latihan 3 kali setiap minggu agar tidak terjadi kelelahan yang kronis.
Peneliti menggunakan batas minimum latihan sesuai dengan pernyataan El Fox yaitu memberikan treatment kepada kelompok eksperimen sebagai objek percobaan selama 4 minggu dengan frekuensi latihan 3 kali seminggu.
G. Instrumen penelitian
Arikunto (2002:65) menyatakan bahwa instrumen yang sudah berdasarkan teori penyusunan instrumen, secara logis sudah valid. Untuk itu validitas logis dapat dicapai apabila instrumen disusun mengikuti ketentuan yang ada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen tersebut selesai disusun. Tes yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini yaitu menggunakan french stalter badminton test dengan validitas 0,60 dan tingkat reliabilitas 0,96. Tujuan dari tes ini yaitu untuk mengetahui
keterampilan gerak dasar lob. 1. Prosedur pelaksanaan tes a. Fasilitas dan alat
(59)
- Lapangan bulutangkis - Raket
- Shuttlecock - Net
- Tali plastik b. Petugas
- Tester/ Pengumpan - Pencatat skor - Penjaga garis 2. Pelaksanaan tes
3
335cm 198cm 231cm 105cm 60cm 75cm 60cm
Gambar 4. Lapangan untuk tes lob
Keterangan
- Ukuran lapangan bulutangkis : P = 13,40 meter, L = 6,10 - = Net (1,55 meter)
A 0 2 4 5
90cm
P P
(60)
44
- X = Testee
- A = Tester (pengumpan) - = Posisi
- 0,2,3,4,5 = Skor yang akan diperoleh oleh testee - = Tali pembatas antar skor
- = Tinggi tali pembatas (2,45 meter)
Pada jarak 4,29 meter dari net dibentangkan tali setinggi 2,45 meter sejajar dengan net. Seorang pengumpan (A) memberikan shutllecock yang mudah dengan service yang diarahkan diantara kedua P pada testee (X), teste berada di posisi siap antara kedua P, dan teste memukul shutllecock melewati net dan tali pembatas untuk di arahkan pada daerah sasaran. Jika teste tidak bisa meraih service dengan baik, percobaan dapat diulangi, hanya shutllecock yang melewati net dan tali yang bisa dinilai. Testee memperoleh kesempatan 20 kali memukul shutllecock. Nilai testee adalah jumlah skor yang diperoleh dari 20 kali melakukan pukulan. Shutllecock yang jatuh pada garis batas skor dianggap masuk ke daerah yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Untuk shutllecock yang liar dari pengumpan boleh tidak dipukul oleh testee, tetapi jika dipukul maka dihitung sebagai satu kali pukulan.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui pengaruh yang diberikan dari perlakuan berupa metode pembelajaran bagian dan keseluruhan terhadap keterampilan gerak dasar
(61)
lob bulutangkis maka digunakan rumus uji-t dengan distribusi t tabel untuk
α=0,05 dan derajat kebebasan (dk) = (n1-1) atau (n2-1). Pengujian dua
arah: jika - t tabel ≤ t hitung ≤ + t tabel maka Ho diterima Ha ditolak.
n SD
B thitung
Keterangan :
B : selisih rata-rata pre test dan post tes
SD : standar deviasi dari kelompok selisih antara pretest dan post tes n: akar dari jumlah sampelmasing kelompok.
2. Uji Perbandingan
Menurut Sugiyono (2008: 197) pengujian hipotesis yang sampelnya berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan atau membandingkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sample related. Dengan distribusi t tabeluntuk α=0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2.
Pengujian dua arah: jika - t tabel ≤ t hitung ≤ + t tabel maka Ho diterima Ha ditolak. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 n 1 n 1 . 2 n n .S 1 -n .S 1 -n X -X T Keterangan :X1 : Rerata kelompok eksperimen
(62)
46
S1 : Simpangan baku kelompok eksperimen
S2 : Simpangan baku kelompok kontrol
n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen
(63)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran bagian.
2. Ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran keseluruhan.
3. Metode pembelajaran bagian lebih baik dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi :
1. Peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Siswa agar dapat meningkatkan keterampilan belajar Penjaskesnya.
(64)
58
3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program pembelajaran bulutangkis khususnya untuk meningkatkan keterampilan pukulan lob.
(65)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Depdiknas. 2004. Pedoman Bulutangkis Untuk Klub Olahraga di SD. Jakarta. Gestalt. 2008. E-Learning Pendidikan Olahraga (Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang). Padang.
Hamalik Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. CV.
Tambak Kesuma. Jakarta.
Hutabarat. E. P. 1985. Cara Belajar. Gunung Mulya. Jakarta. Jakarta.
Kusyanto Yanto.1994. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan 1.Ganeca Exact. Bandung.
Lutan Rusli. 1998.Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar Teori dan Metode, Dirjen Dikti, PPLPTK. Jakarta.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Muhajir. 2007. Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan. PT Erlangga. Bandung.
Nasution Noehi. 1994. Psikologi Pendidikan. Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta.
(66)
Pate, Rotella, McClenaghan, terjemahan Dwijowinoto Kasiyo.1993. Dasar-Dasar Kepelatihan Ilmiah. IKIP Semarang. Semarang.
PBSI. 2003. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. PB. PBSI. Jakarta. Poole James. 2002. Belajar Bulutangkis. CV.Pioner Jaya. Bandung.
Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.
Saputra M Yuda. 1998. Pengembangan Kegiatan Kokurikuler Dan Ekstrakulikuler. Depdikbud. Jakarta.
Subarjah Herman. 2000. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bulutangkis.Konsep dan Metode. Dirjen Olahraga. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.
Sugiarto Icuk. 2002. Total Badminton.CV. Setyaki Eka Anugrah. Solo. Sugiyanto. 1996. Belajar Gerak. KONI Pusat. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Bandung.
Sujana Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Suprapto B. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Depdikbud. Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Tarigan Herman. 2008. Modul Pengajaran : Belajar Motorik. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
(1)
lob bulutangkis maka digunakan rumus uji-t dengan distribusi t tabel untuk α=0,05 dan derajat kebebasan (dk) = (n1-1) atau (n2-1). Pengujian dua arah: jika - t tabel ≤ t hitung ≤ + t tabel maka Ho diterima Ha ditolak.
n SD
B thitung
Keterangan :
B : selisih rata-rata pre test dan post tes
SD : standar deviasi dari kelompok selisih antara pretest dan post tes n: akar dari jumlah sampelmasing kelompok.
2. Uji Perbandingan
Menurut Sugiyono (2008: 197) pengujian hipotesis yang sampelnya berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan atau membandingkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test sample related. Dengan distribusi t tabel untuk α=0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2.
Pengujian dua arah: jika - t tabel ≤ t hitung ≤ + t tabel maka Ho diterima Ha ditolak. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 n 1 n 1 . 2 n n .S 1 -n .S 1 -n X -X T Keterangan :X1 : Rerata kelompok eksperimen X2 : Rerata kelompok kontrol
(2)
46
S1 : Simpangan baku kelompok eksperimen S2 : Simpangan baku kelompok kontrol n1 : Jumlah sampel kelompok eksperimen n2 : Jumlah sampel kelompok control
(3)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analasis dan pembahasan dari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran bagian.
2. Ada peningkatan keterampilan gerak dasar lob dengan menggunakan metode pembelajaran keseluruhan.
3. Metode pembelajaran bagian lebih baik dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar lob pada siswa ekstrakurikuler SD N 1 Pekalongan.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan untuk dijadikan bahan masukan bagi :
1. Peneliti lainnya, khususnya bagi mahasiswa Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dapat terus menerus memperbaiki penelitian dalam melakukan penelitian selanjutnya. 2. Siswa agar dapat meningkatkan keterampilan belajar Penjaskesnya.
(4)
58
3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan dalam program pembelajaran bulutangkis khususnya untuk meningkatkan keterampilan pukulan lob.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Depdiknas. 2004. Pedoman Bulutangkis Untuk Klub Olahraga di SD. Jakarta. Gestalt. 2008. E-Learning Pendidikan Olahraga (Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang). Padang.
Hamalik Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. CV.
Tambak Kesuma. Jakarta.
Hutabarat. E. P. 1985. Cara Belajar. Gunung Mulya. Jakarta. Jakarta.
Kusyanto Yanto.1994. Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan 1.Ganeca Exact. Bandung.
Lutan Rusli. 1998.Belajar Keterampilan Motorik. Pengantar Teori dan Metode, Dirjen Dikti, PPLPTK. Jakarta.
Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Muhajir. 2007. Silabus Dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan. PT Erlangga. Bandung.
Nasution Noehi. 1994. Psikologi Pendidikan. Universitas Terbuka Depdikbud, Jakarta.
(6)
Pate, Rotella, McClenaghan, terjemahan Dwijowinoto Kasiyo.1993. Dasar-Dasar Kepelatihan Ilmiah. IKIP Semarang. Semarang.
PBSI. 2003. Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. PB. PBSI. Jakarta. Poole James. 2002. Belajar Bulutangkis. CV.Pioner Jaya. Bandung.
Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Depdikbud Dirjen Dikti PPLPTK. Jakarta.
Saputra M Yuda. 1998. Pengembangan Kegiatan Kokurikuler Dan Ekstrakulikuler. Depdikbud. Jakarta.
Subarjah Herman. 2000. Pendekatan Keterampilan Taktis Dalam Pembelajaran Bulutangkis.Konsep dan Metode. Dirjen Olahraga. Jakarta.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Penerbit Tarsito. Bandung.
Sugiarto Icuk. 2002. Total Badminton.CV. Setyaki Eka Anugrah. Solo. Sugiyanto. 1996. Belajar Gerak. KONI Pusat. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Bandung.
Sujana Nana. 1991. Teori-teori Belajar Untuk Pengajaran. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Suprapto B. 1990. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Depdikbud. Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Jakarta.
Tarigan Herman. 2008. Modul Pengajaran : Belajar Motorik. Universitas Lampung. Bandar Lampung.