PENGARUH PEMBERIAN SIMPLE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PEMBELAJARAN BULUTANGKIS.

(1)

PENGARUH PEMBERIAN SIMPLE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM

PEMBELAJARAN BULUTANGKIS

(Study Eksperimen di SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh

YULIANA DENIS SAPUTRA 0901471

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH PEMBERIAN SIMPLE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM

PEMBELAJARAN BULUTANGKIS

Oleh

Yuliana Denis Saputra

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Yuliana Denis Saputra 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

Yuliana Denis Saputra NIM 0901471. Skripsi : Pengaruh Pemberian Simple Feedback terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan dalam Pembelajaran Bulutangkis. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I Yusup Hidayat, S.Pd.,M.Si. dan Pembimbing II Alit Rahmat, M.Pd. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Jurusan Pendidikan Olahraga, FPOK, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian

simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam

pembelajaran bulutangkis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Desain penelitian menggunakan True Experimental Design yaitu

Pretest – Posttest Control Group Design. Sampel penelitiannya adalah

siswa-siswi kelas IV dan V Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Kota Bandung sebanyak 24 siswa-siswi terdiri dari 12 kelompok ekperimen dan 12 kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik

simple random sampling. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji independent samples t tes dengan bantuan Software SPSS versi 20. Adapun nilai signifikansi lebih kecil dari α yaitu (0,000 < 0,05) atau dengan p-value sebesar 4,798. Hasil penghitungan uji independent samples t tes data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol lob bertahan menggunakan asumsi equal

variances assumed dimana dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen yaitu 10,42 lebih besar dari pada kelompok kontrol yaitu 7,92. Kesimpulan dari hasil uji independent samples t tes bahwa adanya pemberian simple feedback memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam pembelajaran bulutangkis, ini berarti hipotesis penelitian diterima.

Kata Kunci : Pemberian Simple Feedback, Keterampilan Dasar Lob Bertahan.


(5)

ABSTRACT

Yuliana Denis Saputra NIM 0901471. Script: The Effect of Simple Feedback on Basic Skills Learning Outcomes Learning Surviving the Badminton Lob. This script is guided by the Supervisor I Yusuf Hidayat, S.Pd., M.Sc. and Supervisor II Alit Rahmat, M.Pd. Studies Program and the Health Physical Education Recreation, Department of Physical Education, FPOK, Indonesia University of Education.

This script research aims to determine the impact of simple feedback on learning outcomes of basic skills in badminton learning defensive lob. The research method used was experimental method. Research design using the True Experimental Design Pretest - Posttest Control Group Design. Research samples are the students of class IV and V 3 Muhammadiyah Elementary School Bandung as many as 24 students consisted of 12 experimental group and 12 control group. Sampling technique in this study using simple random sampling technique. The test of hypotheses using independent sample t test trials with the help of SPSS software version 20. The significance value is less than α (0.000 < 0.05) or with a p-value of 4.798. The Calculation results of independent sample and t test data is the experimental group and the control group defensive lob using assumptions equal variances assumed which looks of the average value of the experimental group is 10.42 greater than in the control group is 7.92. Conclusions from the results of independent sample and t test that the simple provision of feedback provide significant influence on the results of learning the basic skills in badminton learning defensive lob, this means that the research hypothesis is accepted.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

B. Hubungan antara Simple Feedback dengan Hasil Belajar Keterampilan Gerak ... 38

C. Kerangka Berfikir ... 39

D. Hipotesis Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 42

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 42

C. Desain Penelitian ... 44

D. Metode Penelitian ... 45

E. Definisi Operasional ... 46

F. Instrumen Penelitian ... 47

G. Validitas dan Reliabilitas ... 50

H. Prosedur Penelitian ... 51

I. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian atau Pengolahan Data ... 54

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60


(7)

A. Simpulan ... 63

B. Rekomendasi ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN – LAMPIRAN : A. DATA KELOMPOK KONTROL ... 69

B. DATA KELOMPOK EKSPERIMEN ... 73

C. PROGRAM PEMBELAJARAN ... 77

D. DAFTAR TABEL ... 98

E. DOKUMENTASI PENELITIAN ... 101

F. SURAT KEPUTUSAN (SK) PENELITIAN ... 104

G. SURAT PENELITIAN ... 109


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari Pendidikan, karena salah satu fungsi dari pendidikan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas manusia, baik sebagai makhluk individu ataupun kelompok, yang meliputi aspek jasmani, rohani, spiritual, material, dan kematangan berpikir. Hal ini berarti pula bahwa tujuan pendidikan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas manusia. Menurut Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Selain itu ada pendapat lain mengenai pengertian pendidikan yang disampaikan para ahli pendidikan, diantaranya Langeveld yang dikutip oleh Soelaiman (1985), dalam Somarya dan Nuryani (2009:25) menyatakan bahwa

“Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap pihak lain yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.”

Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai usaha yang dilakukan oleh seseorang yang sudah memiliki pengalaman dan ilmu kepada seseorang yang belum mempunyai ilmu, contohnya guru terhadap siswa. Dalam hidupnya manusia memang benar – benar sangat memerlukan pendidikan, pendidikan tersebut tidak hanya yang umum saja namun yang sifatnya motorik sangat diperlukan salah satunya, yaitu Pendidikan Jasmani. Pendidikan jasmani menurut Wiliams (1999), dalam Abduljabar (2011:80) adalah “Sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang


(9)

diinginkan.” Pengertian ini didukung oleh adanya pemahaman menurut Abduljabar (2011:80) bahwa:

Manakala pikiran (mental) dan tubuh disebut sebagai dua unsur yang terpisah, pendidikan jasmani yang menekankan pendidikan fisikal, melalui pemahaman isi kealamiahan fitrah manusia ketika sisi keutuhan hidup adalah suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri, pendidikan jasmani diartikan sebagai pendidikan melalui fisikal. Pemahaman ini menunjukan bahwa pendidikan jasmani juga terkait dengan respon emosional, hubungan personal, perilaku kelompok, pembelajaran mental, intelektual, emosional, dan estetika.

Pendidikan melalui fisikal maksudnya adalah pendidikan melalui aktivitas fisik (aktivitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus dibelajarkan dan dikembangkan, selain itu perlu pula berdampak pada perkembangan sosial, seperti belajar bekerja sama dengan siswa lain (Abduljabar, 2011:81).

Dalam menempatkan posisi pendidikan jasmani, diyakini pula bahwa kontribusi pendidikan jasmani hanya akan bermakna ketika pengalaman-pengalaman gerak (aktivitas jasmani) dalam pendidikan jasmani berhubungan dengan proses kehidupan seseorang secara utuh di masyarakat. Dengan demikian, ketika pengalaman dalam pendidikan jasmani tidak memberikan kontribusi pada pengalaman kependidikan lainnya, maka pasti terdapat kekeliruan dalam pelaksanaan program pendidikan jasmaninya. Baley dan Field (2001), dalam Abduljabar (2011:82) “Menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani yang membutuhkan upaya sungguh-sungguh.” Lebih lanjut kedua ahli ini menyebutkan bahwa:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.


(10)

Aktivitas jasmani yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan kapabilitas siswa. Aktivitas fisikal yang dipilih ditekankan pada berbagai aktivitas jasmani yang wajar, aktivitas jasmani yang membutuhkan sedikit usaha sebagai aktivitas rekreasi dan atau aktivitas jasmani yang sangat membutuhkan upaya keras seperti untuk kegiatan olahraga kepelatihan atau prestasi.

Sejalan dengan apa yang telah dipaparkan di atas, Mahendra (2009:4) mengungkapkan mengenai hakikat dari pendidikan jasmani adalah :

Proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dapat menghasilkan perubahan pada tubuh seseorang dari segi fisik, mental serta emosionalnya.

Melalui pendidikan jasmani ini harus menyebabkan perbaikan dalam

„pikiran dan tubuh‟ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan, yaitu psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Gensemer (Freeman, 2001), penjas diistilahkan sebagai

proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa”, artinya

dalam tubuh yang baik diharapkan pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno yaitu Men sana In Corporesano (Mahendra, 2009:5).

Pendidikan jasmani merupakan salah satu materi dari proses pembelajaran yang disampaikan pada anak, masih banyak lagi kegiatan pembelajaran yang bermanfaat buat keberlangsungan anak khususnya dan manusia umumnya. Itu semua tidak terlepas dari konsep belajar-mengajar pendidikan jasmani. Konsep dasar yang paling hakiki dari strategi belajar-mengajar pendidikan jasmani adalah


(11)

melalui pendidikan jasmani ditanamkan perasaan dan kesan memperoleh sukses, bukan kegagalan dalam melaksanakan tugas gerak. Jadi dalam proses belajar mengajarnya siswa merasa aman, merasa diakui dan berharga dalam kelompoknya. Semua kemampuan siswa diakui dan dihargai oleh gurunya, guru sangat hangat dan bersahabat sehingga siswa tidak merasa takut, tegang, atau resah dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani.

Strategi belajar-mengajar merupakan suatu prosedur memilih, menetapkan, dan memadukan kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Penyusunan suatu strategi merupakan kegiatan awal dari seluruh proses belajar-mengajar. Strategi mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan, bahkan sangat menentukan. Oleh sebab itu seorang guru jika ingin tercapai tujuan pengajarannya, maka seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun strategi belajar-mengajar (Juliantine, dkk 2012:1).

Dalam proses belajar – mengajar pendidikan jasmani, yang penting adalah memaksimalkan pertisipasi siswa dan seorang guru harus dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun strategi belajar – mengajarnya, agar proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung dengan baik dan menyenangkan. Proses KBM sendiri merupakan proses dimana kegiatan belajar berlangsung, yang di dalamnya terdapat dari kedua belah pihak antara guru dengan siswa. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk berperan secara aktif, juga berinteraksi dengan guru, berinteraksi siswa dengan siswa, dan berinteraksi siswa dengan lingkungannya.

Dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 dalam SNP (2005:97) juga dijelaskan mengenai proses KBM namun lebih jelasnya dalam undang-undang ini yaitu proses pembelajaran yang menerangkan bahwa :

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses yang meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran.


(12)

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, maka yang dimaksud dengan pembelajaran yaitu bukan menekankan pada metode atau cara serta prosedur yang digunakan, bukan pula kuno atau modernnya model pembelajaran, tetapi upaya yang dilakukan dalam menyampaikan materi atau pengetahuan serta cara penguasaan yang baik dalam meramu materi tersebut, sehingga materi yang disampaikan kepada siswa dapat di cerna dengan baik intisarinya.

Kebermaknaan umpan balik (feedback) dalam kegiatan pembelajaran penjas akan mampu terwujud apabila guru penjas telah benar-benar memahami pengertian (konsep) umpan balik (feedback), fungsi umpan balik, jenis-jenis umpan balik, dan siapa yang harus dengan cepat dan tepat diberikan umpan balik selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan memahami konsep-konsep ini maka pemberian umpan balik akan tepat sasaran. Pemberian umpan balik tidak malah menghambat kegiatan belajar siswa melainkan semakin meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran penjas yang sedang dilaksanakan.

Umpan balik adalah perilaku guru untuk membantu setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar secara individu dengan cara menanggapi hasil kerja siswa sehingga lebih menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Umpan balik yang dilakukan guru antara lain memberikan penjelasan terhadap kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik adalah koreksi terhadap jawaban-jawaban atas respon siswa dalam mengerjakan tes atau latihan. Umpan balik adalah suatu proses dengan hasil atau akibat dari suatu respon untuk mengontrolnya. Dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani, Suherman (2009:143) mengemukakan,

“Umpan balik yaitu guru mengobservasi siswa secara individu dan menilai

bagaimana siswa melakukan aktivitas serta apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan siswa itu.”

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa umpan balik adalah infromasi yang berkenaan dengan kemampuan siswa dan guru guna lebih meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh keduanya, baik dalam konteks


(13)

pembelajaran maupun dalam pelatihan olahraga. Infromasi yang dimaksud berkaitan dengan apa yang sudah dilakukan, bagaimana hasilnya, dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya.

Umpan balik terdiri beberapa macam salah satunya yaitu simple feedback, Suherman (2009:145) menjelaskan tentang Simple feedback adalah:

Umpan balik yang hanya terfokus pada satu komponen keterampilan dalam satu saat, umpan balik ini merupakan yang paling mudah memberikannnya kepada siswa dan siswa, karena Simple feedback sering berisikan satu atau dua buah kata kunci yang menggambarkan aktivitas penyempurnaan (clue) dan diulang-ulang sebagai feedback selama praktek belajar mengajar berlangsung.

Selain itu (Suherman, 2009:145) menjelaskan beberapa keuntungan penggunaan simple feedback:

1. Guru akan lebih mudah dan lebih akurat dalam memberi feedback karena terfokus hanya pada satu komponen saja selama KBM berlangsung;

2. Memudahkan siswa menerima dan melatih „clue‟ yang menjadi fokus

pembelajarannya;

3. Siswa akan ingat terus apa yang dipelajarinya pada pertemuan tersebut.

Hal yang sangat penting dari beberapa keuntungan simple feedback di atas terdapat pada poin nomor tiga, karena dapat mempromosikan pelajaran pendidikan jasmani dan olahraga kepada pihak luar. Misalnya kemampuan siswa dalam mengingat materi keterampilan dasar lob bertahan, jika ada pihak luar atau orang tua yang bertanya mengenai materi yang telah dipelajari di sekolah, kemampuan siswa menjawab pertanyaan dari pihak luar atau orang tua tersebut akan mempengaruhi pengakuan pihak luar atau orang tua siswa terhadap keberadaan pelajaran olahraga di sekolah yang sementara ini dirasakan masih relatif kurang.


(14)

Sesuai dengan uraian di atas, dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis, adapun permainan bulutangkis itu sendiri merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Hidayat (2010:8) menjelaskan bahwa:

Permaianan bulutangkis bersifat individual yang dapat dimainkan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Menggunakan raket sebagai alat pemukul dan kok sebagai objek pemukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dan dibatasi oleh garis dan net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dan daerah permainan lawan.

Permainan bulutangkis telah tumbuh dan berkembang secara meluas ke berbagai belahan negara dan diyakini sebagai sebuah permaianan olahraga yang menyenangkan. Sebelumnya mengenai latar belakang dan asal mula permaianan bulutangkis hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Permainan ini menurut beberapa sumber telah ditemukan dibeberapa Negara. Permainan ini pernah dijumpai di Mesir dan Cina lebih dari 2000 tahun yang lalu. Di India dan Inggris permainan ini dimainkan dengan berbagai tujuan, mulai dari tujuan untuk rekreasi sampai tujuan kompetisi pada pertengahan sampai akhir abad ke-19 (Kumar, 2006) dalam Hidayat, (2010:9).

Beberapa literatur memberikan keterangan bahwa permaianan bulutangkis pertama kali dimainkan di India dengan nama Poona. Pada tahun 1870-an permainan poona dibawa oleh perwira – perwira Inggris yang pernah bertugas dari India ke Inggris, dan menyebar kebeberapa negara Eropa seperti Kanada dan Amerika Serikat. Pada tahun 1873 seorang bangsawan Inggris yang bernama

Duke de Beaufort memainkan permainan ini pada sebuah taman di Gloucestcrshire yang letaknya tidak jauh dari kota Bristol Inggris. Taman

miliknya itu bernama badminton, sehingga sejak saat itu permaianan poona kemudian lebih dikenal dengan nama badminton (Hidayat, 2010:9-10).

Dasar permainan badminton pertama kali disusun oleh seorang kolonel tentara Inggris yang pernah bertugas di Karachi pada tahun 1877 bernama H.Q.


(15)

Selby. Dengan adanya peraturan yang dibakukan ini, maka permainan badminton makin banyak penggemarnya, karena permainan ini sangat menarik sebagai hiburan dan enak ditonton. Selanjutnya peraturan ini disempurnakan lagi pada tahun 1890. Setelah beberapa tahun diperkenalkan di Inggris permainan

badminton menyebar ke negara – negara Eropa, bahkan ke Amerika, Kanada, dan Selandia Baru (Hidayat, 2010:10).

Pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis ataupun yang lainnya pemberian umpan balik (feedback) khususnya simple feedback, sangatlah penting karena proses kegiatan pembelajaran tidak akan bisa terlepas dari pemberian umpan balik, biasanya pemberian umpan balik apabila dalam proses pembelajaran sebanyak 50% anak tidak dapat menguasai proses pembelajaran itu yang sifatnya umum, tapi yang sifatnya khusus guru dapat langsung memberikan umpan balik pada siswa yang kurang memahami tugas gerak yang sedang dipelajari. Pada pembelajaran aktivitas permainan bulutangkis biasanya guru cenderung menggunakan pendekatan taktis, yang terkesan hanya main – main biasa, itu memang cara yang efektif demi kelancaran kegiatan pembelajaran, apalagi kalau keadaan siswanya yang banyak, namun itu juga perlu pengawasan yang intensif dari seorang gurunya salah satunya dengan memberikan umpan balik terhadap siswanya. Dengan itu siswa akan mengetahui tugas gerak atau keterampilan yang benar sesuai dengan tujuan awal yang diinginkan atau diharapkan guru dari hasil proses pembelajaran aktivitas tersebut.

Simple feedback merupakan umpan balik yang sangat mudah untuk

diberikan kepada siswa, karena simple feedback ini memfokuskan kepada satu komponen keterampilan dasar, apalagi diterapkan pada anak usia dini akan lebih mempermudah anak untuk mengingat kegiatan pembelajaran yang sedang atau telah dilakukan. Simple feefback juga akan lebih mempermudah kepada seorang guru pada saat memberikan umpan balik, karena guru dapat dan hanya mempelajari satu komponen gerakan keterampilan dasar yang sedang dipelajari sehingga dalam penyampaiannya pun akan lebih terorganisir dengan baik serta guru bisa lebih kreatif dalam pembelajaran.


(16)

Berdasarkan pemaparan yang diatas penulis melalui umpan balik (feedback) dikhususkan pada Simple feedback menginginkan informasi dalam proses kegiatan belajar mengajar, antara siswa yang diberikan umpan balik (feedback) dan siswa yang tidak diberikan umpan balik (feedback). Apakah ada pengaruh ataukah tidak, maka penulis mengambil judul Pengaruh Pemberian

Simple Feedback Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan dalam

Pembelajaran Bulutangkis. Dengan ini diharapkan adanya informasi yang akurat, untuk keberlangsungan proses belajar mengajar dimasa yang akan datang, khususnya pada pembelajaran permainan bulutangkis.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, masalah penelitiannya dapat diidentifikasi dan diambil yaitu sebagai berikut : Apakah dengan adanya pemberian simple feedback memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan, dalam mengikuti pembelajaran bulutangkis.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah penulis ungkapkan, yang menjadi masalah penelitian sebagai suatu problematika

penelitian yang perlu penyelesaian dapat dirumuskan yaitu, “Apakah ada pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam pembelajaran bulutangkis?”

C. Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan dalam suatu kegiatan adalah penting sebagai awal untuk kegiatan selanjutnya. Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis rumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengidentifikasi apakah ada pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam pembelajaran bulutangkis.


(17)

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian sudah tentu hasil penelitian tersebut ingin memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, apabila penelitian ini terbukti berarti pada taraf signifikan yang telah ditentukan oleh penulis, maka yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan kontribusi sebagai berikut :

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan informasi dan sumbangan keilmuan yang berarti demi kelancaran dalam proses pengembangan pembelajaran khususnya dalam konteks pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

2. Secara Praktis

-Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi para guru yang memberikan pengajaran dalam konteks pembelajaran penjas khususnya dalam pemberian umpan balik (feedback);

-Guru dapat lebih mengetahui bagaimana cara yang digunakan dalam proses pemberian umpan balik (feedback) kepada siswanya;

-Memberikan pengetahuan bagi siswa dan siswinya agar dapat lebih mengerti tugas menjadi seorang guru tersebut tidaklah mudah.


(18)

BAB III

METODE PENILITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat untuk melakukan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Adapun lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di Lapangan Bulutangkis FPOK UPI Kota Bandung (Sport Hall FPOK Caheum).

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dimaksudkan untuk memperkuat serta memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Siswa-siswi kelas IV dan V SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung pada tahun ajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Untuk memperoleh data dalam suatu penelitian, maka diperlukan suatu sumber data yang disebut populasi. Menurut Sugiyono (2010:117), “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Sejalan dengan pengertian diatas Babie (1983, dalam Sukardi, 2003:53) mengatakan bahwa populasi adalah elemen penelitian yang hidup dan tinggal bersama-sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian, sedangkan sampel menurut Sugiyono (2010:118) yaitu sebagai berikut:

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.


(19)

Berdasarkan dari penjelasan kedua kutipan di atas, maka penulis simpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan jumlah dari sumber data yang dijadikan penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang dapat mewakili seluruh populasi.

1. Populasi Penelitian

Berdasarkan pendapat diatas populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi kelas IV dan V SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung. Untuk lebih jelas jumlah populasinya dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1. POPULASI PENELITIAN

No Kelas Jumlah Siswa

1. Kelas IV 20

2. Kelas V 20

Jumlah 40

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan starata yang ada dalam populasi itu, (Sugiyono, 2010:120). Berikut penjelasan dalam gambar mengenai simple random sampling :

Gambar 3.1. Simple Random Sampling (Sumber: Sugiyono, 2010:120)

Pada tahap pertama, yakni pemilihan secara acak populasi yang akan dijadikan sample dari populasi 40 siswa menjadi 24 siswa, kemudian masuk pada tahap kedua, dengan menggunakan teknik random assignment menurut Johnson & Christensen (2012:288) yaitu “Penugasan secara acak.” Yakni sampel yang 24

Populasi homogen /

relatif homogen

Sampel yang refresentatif Diambil secara


(20)

ditugaskan atau dipilih secara acak menjadi 2 kelompok yaitu 12 kelompok eksperimen dan 12 kelompok kontrol.

Tabel 3.2. SAMPEL PENELITIAN

No. Kelompok Jumlah Sampel

1. Eksperimen 12

2. Kontrol 12

Jumlah Sampel 24

Karakteristik sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Siswa-siswi kelas IV dan V SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung. Berdasarkan data di atas memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian secara representatif.

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitiannya menggunakan True Experimental Design (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini, peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Adapaun bentuk dari True Experimental

Design, yaitu menggunakan Pretest – Posttest Control Group Design, dalam

desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3), (Sugiyono, 2010:112). Desain ini lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 3.2. Desain Penelitian (Sumber: Sugiyono, 2010:112)

R O1 X O2


(21)

Keterangan :

X = Treatment yang diberikan (variabel independen) O = Observasi (variabel dependen)

O1 dan O3 = Tes Awal O2 dan O4 = Tes Akhir

R = Pemilihan secara random (obyek)

D. Metode Penelitian

Pada dasarnya metode untuk penelitian banyak ragamnya dan masing-masing memiliki sifat-sifat tersendiri. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan penelitian sudah seharusnya menentukan metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan penelitian.

Hal ini berarti metode penelitian memiliki kedudukan penting dalam pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. (Sugiyono, 2010:3). Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang besifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.

Dapat disimpulkan bahwa, pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2010:6) yaitu :

Metode penelitian pendidikan yang dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Dengan kata lain bahwa metode penelitian memiliki tiga tujuan yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Data yang diperoleh melalui


(22)

penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. (Sugiyono, 2010:4).

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk menguji pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan lob bertahan, dalam pembelajaran bulutangkis maka metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Sugiyono (2010:107) mengemukakan pendapatnya bahwa metode eksperimen adalah “Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan”.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional bermanfaat sebagai arah untuk mengukur dan mengamati terhadap variabel yang bersangkutan. Sejalan dengan paparan tersebut

Supriadi (2013:29) mengungkapkan bahwa deinisi operasional adalah “Uraian

atau rincian suatu variabel meliputi apa itu, menggunakan alat ukur apa, bagaimana cara mengukurnya, hasilnya akan seperti apa, dan skala yang

digunakannya.” Adapun definisi operasional yang terdapat pada judul penelitian pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan, dalam pembelajaran bulutangkis dijelaskan sebagai berikut :

1. Definisi Operasional Simple Feedback

Suherman (2009:145) mengungkapkan pengertian simple feedback yaitu

Simple feedback merupakan feedback yang hanya terfokus pada satu komponen

keterampilan dalam satu saat.” Simple feedback sering berisikan satu atau dua buah kata kunci yang menggambarkan aktivitas penyempurnaan (clue) dan diulang-ulang sebagai umpan balik selama praktek belajar mengajar berlangsung. Setiap siswa akan dipantau baik secara perorangan ataupun kelompok dan diberikan treatment simple feedback yang berhubungan dengan keterampilan dasar lob bertahan, untuk umpan baliknya diantaranya lebih di ayun lagi tangannya kebelakang, angkat sikutnya membentuk 90 derajat, usahakan raket menghadap ke depan, mundur 3 langkah kebelakang pada saat melakukan pukulan, dan ingat lakukan gerakan akhirnya.


(23)

2. Definisi Operasional Lob Bertahan

Hidayat, (2010:65) mengungkapkan tentang pengertian lob bertahan yaitu

“Pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya.” Pengukuran keterampilan dasar lob bertahan diukur berdasarkan kualitas hasil yang dilakukan melalui tes objektif jenis

Acccuracy-Based Test. Morrow, Jackson, Disch, & Mood, (2005) dalam Hidayat

(2012) yang mengukur ketepatan hasil pukulan pada bidang sasaran yang telah ditentukan, diungkap melalui sebuah sub tes yaitu lob bertahan diukur berdasarkan jumlah pukulan yang berhasil dilakukan dengan benar dan kok jatuh pada bidang sasaran yang telah ditentukan. Tahap pukulan diberi kesempatan 2 kali yaitu memukul sebanyak 12 satelkok, dimana tiap satu kali kesempatan disediakan 6 satelkok. Untuk hasilnya sudah disediakan daerah angka/nilai 1-3 dimana masing-masing daerahnya berukuran 76 cm sekaligus menjadi daerah sasaran memukul siswa. Dikatakan sah apabila siswa dapat memukul satelkok serta melewati tiang dengan tinggi 3 m yang direntangkan tali. Untuk nilai paling baik yaitu 3 dan yang paling rendah yaitu 1.

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. (Sugiyono, 2010:147-148). Dalam pelaksanaan penelitian ini, kelompok eksperimen diberikan latihan sebanyak tiga kali dalam seminggu yaitu pada hari senin, rabu dan jum’at selama 4 minggu atau dalam 12 kali pertemuan, ditambah dengan tes awal dan tes akhir serta 2 kali pertemuan pengenalan materi simple feedback dan lob bertahan, jadi total semuanya 16 kali pertemuan. Mengenai hal ini penulis mengacu pada pendapat Juliantine dkk (2007:2.65) yang mengatakan, bahwa “Dalam pelaksanaan pengaturan lama latihan adalah intensitas latihan harus mencapai batas minimal


(24)

(training zone), beban latihan harus selalu meningkat, dan latihan sebaiknya dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu.”

Dengan kata lain suatu latihan yang baik dalam penelitian ataupun latihan biasa baiknya minimal dilakukan 3 kali dalam seminggu. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu tes keterampilan dasar lob bertahan. Tes tersebut di adaptasi dari Hidayat (2012:96). Validitas dan reliabilitas tes tersebut disajikan pada tabel 3.3. di bawah ini:

Tabel 3.3. VALIDITAS DAN RELIABILITAS LOB BERTAHAN

No Jenis Tes Validitas Reliabilitas

1 Keterampilan dasar lob bertahan 0,76 0,91

Sumber: Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis, motivasi olahraga, dan kepercayaan diri (Hidayat, 2012:96)

1. Definisi Konseptual

Lob bertahan merupakan salah satu teknik dasar yang harus dikuasai oleh seorang pemain bulutangkis khususnya pemain tunggal, karena merupakan kunci untuk mempersiapkan diri menerima serangan berikutnya. Ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Hidayat, (2010:65) mengungkapkan tentang pengertian lob bertahan yaitu pukulan lob yang melambung sangat tinggi dengan tujuan untuk mempersiapkan diri dengan memperbaiki posisi untuk selanjutnya memiliki cukup waktu untuk menerima serangan berikutnya. Lob bertahan termasuk jenis pukulan dari atas kepala hampir sama gerakan dengan smash ataupun dropshoot yang membedakannya adalah pukulan ini tinggi ke belakang dengan harapan lawan susah menjangkau satelkok yang kita pukul.

2. Definisi Operasional

Keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis dalam penelitian ini merupakan suatu gambaran berapa besar tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain bulutangkis SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung yang akan dituangkan dalam tes kemampuan dalam teknik memukul keterampilan dasar lob bertahan.


(25)

3. Tes Keterampilan Dasar Lob Bertahan

Untuk memperoleh data mengenai keterampilan lob bertahan siswa dalam hal penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tes yang sudah baku.

1. Deskripsi tes

Jenis keterampilan gerak dasar memukul yang dilakukan dari atas kepala dengan gerakan forehand dan arah satelkok melambung ke bagian belakang lapangan lawan dengan tujuan untuk bertahan atau mendapatkan keseimbangan pada posisi semula.

2. Tujuan tes

Mengukur ketepatan memukul kok, ke arah sasaran tertentu dengan arah satelkok melambung ke bagian belakang lapangan lawan.

3. Peralatan

Lapangan bulutangkis standart, raket, net, satelkok, meteran, dua buah tiang besi setinggi 2,72 meter, tambang/pita yang direntangkan sejajar di atas net dengan jarak 4.27 meter, dan tinggi 3 meter dari lantai, alat tulis dan formulir pengisian skor.

4. Petugas pelaksanaan pengetesan

Terdiri dari 5 orang, dua orang sebagai pengumpan, satu orang penghitung, pencatat, dan pengambil satelkok.

5. Pelaksanaan tes

a. Penyaji berdiri di tengah-tengah lapangan atau pada titik yang sudah ditentukan (titik A) paling dekat dengan net 3,35 meter dari net;

b. Testi atau partisipan mengambil tempat dan berdiri pada zona yang telah ditentukan (zona ABCD) paling dekat 3,35 meter dari net;

c. Penyaji melakukan servis ke zona ABCD dan partisipan harus bergerak memukul satelkok, sehingga melewati atas tali setinggi 3 meter dari permukaan lantai yang dipasang pada tiang net;

d. Setiap partisipan mendapatkan dua kali kesempatan, dan setiap kali kesempatan di sediakan 6 satelkok. Jadi setiap partisipan mendapatkan 12 kesempatan untuk melakukan pukulan;


(26)

e. Apabila satelkok mengenai tali setinggi 3 meter dari permukaan lantai yang dipasang pada tiang net dan ajatunya tidak sampai pada zona skor maka diadakan pukulan ulang;

f. Area skor: 3 = J 76 cm termasuk tebal garis (sasaran backboundary

line/sesuai ukuran lapang yang ada); 2 = area H (76 cm termasuk tebal

garis, 1 = area F (76 cm termasuk tebal garis, 0 = apabila satelkok jatuh diluar lapangan atau satelkok tidak melewati diatas tali 3 cm dari permukaan lantai yang dipasang pada tiang net).

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.3. Lapangan Untuk Pelaksanaan Tes Lob Bertahan

Sumber: Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis, motivasi olahraga, dan kepercayaan diri (Hidayat, 2012:139).

G. Validitas dan Reliabilitas

Sugiyono (2010:172) menerangkan mengenai pengertian validitas dan reliabilitas dalam bukunya yaitu “Validitas merupakan hasil penelitian yang valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang di teliti.” Riduwan (2013:73) juga mengungkapkan tentang validitas yaitu, “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Alat ukur yang


(27)

kurang valid berarti memiliki validitas rendah.” Sedangkan reliabilitas apabila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda.

Untuk validitas dan reliabilitas yang digunakan dalam pengetesan pengaruh simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam pembelajaran bulutangkis, disini beracuan pada validitas dan reliabilitas keterampilan dasar memukul adalah dengan tes keterampilan yang mengacu pada Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat Pembinaan dan Pelatihan Bulutangkis Usia Dini BM 77 Bandung (Hidayat, 2004:139), dimana “Lob (clear) mempunyai tingkat validitas 0,76 dan reliabilitas sebesar 0,91.”

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian menjelaskan tentang tahap dan langkah-langkah penelitian. Secara umum ada tiga tahap penelitian, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap tahapan terdiri atas beberapa langkah kegiatan, seperti diuraikan di bawah ini :

1. Tahap persiapan, dalam tahap persiapan ini terdiri atas langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Pengajuan judul pada dosen pembimbing akademik, penyusunan proposal, dan seminar proposal;

b. Pengajuan surat izin penelitian ke dan dari Jurusan Pendidikan Olahraga, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi yang kemudian diserahkan ke pihak SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung;

c. Melakukan studi pendahuluan ke lokasi penelitian SD Muhammadiyah 3 Kota Bandung;

d. Pelatihan dan penelitian keterampilan teknik dasar lob bertahan yang dilaksanakan dari tanggal13 Maret 2013 sampai 17 April 2013 di Kampus FPOK UPI.

2. Tahap pelaksanaan, dalam tahap pelaksanaan ini terdiri atas langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :


(28)

a. Pemberian perlakuan simple feedback terhadap keterampilan dasar lob bertahan kelompok eksperimen selama 12 kali pertemuan; jadwal dan program perlakuan dapat di lihat pada lampiran;

b. Pre-test atau tes awal dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 15 Maret

2013, kemudian post-test atau tes akhir untuk melihat pengaruh perlakuan keterampilan simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 April 2013 untuk kelompok kontrol. Sedangkan untuk kelompok eksperimen Pre-test atau tes awal dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 15 Maret 2013 dan untuk

post-test atau tes akhir dilaksanakannya sama dengan post-post-test kelompok kontrol

yaitu pada hari Senin, tanggal 17 April 2013.

3. Tahap pelaporan, dalam tahap pelaporan ini terdiri atas langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul;

b. Membuat interpretasi, membuat simpulan dan rekomendasi hasil penelitian; c. Menyusun naskah skripsi secara lengkap.

I. Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal. (Sugiyono, 2010:333).

Setelah melakukan penelitian dan data hasil penelitian terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data dengan menggunakan metode dan cara statistik yang sesuai dengan masalahnnya. Pada penelitian ini semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan beberapa teknik analisis yang akan dibantu dengan program Statistical Passage for Social Science (SPSS)

statistic versi 20. Adapun teknik analisis data yang akan digunakan adalah sebagai

berikut :

1. Statistik Deskriftif 2. Uji Prasyarat


(29)

b) Uji Homogenitas 3. Uji Hipotess


(30)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan uji hipotesis mulai dari bab I sampai bab IV, maka penulis dapat mengambil simpulan yaitu bahwa simple feedbak memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar keterampilan lob bertahan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan, dengan judul pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam pembelajaran bulutangkis, maka penulis dapat memberikan rekomendasi atau saran sebagai berikut :

1. Rekomendasi bagi guru-guru;

Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan psikomotor yang berbeda-beda, ada yang cepat menangkap pelajaran, ada yang lambat, dan ada juga yang susah menangkap pelajaran yang sedang dipelajari, oleh karena itu tugas seorang guru dalam memberikan umpan balik atau feedback (simple feedback), harus benar-benar sesuai dengan materi yang di ajarkan dan harus sabar karena pada dasarnya tadi setiap orang berbeda-beda. Mudah-mudahan dengan sabar bisa menjadi ladang amal atau ibadah bagi guru yang bersangkutan.

2. Rekomendasi bagi siswa-siswi;

Selain guru, faktor lancarnya proses kegiatan belajar mengajar di kelas adalah siswa dan siswinya. Seorang guru bukanlah malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan, untuk itu siswa dan siswinya harus mengerti akan gurunya. Pada saat seorang guru salah dalam memberikan materi atau salah dalam memberikan umpan balik khususnya tidak sepatutnya siswa mempunyai rasa kecemburuan, karena pada saat seorang guru memberikan umpan balik pada satu siswa biasanya siswa yang lain merasa tidak dianggap padahal jangan seperti itu, bisa jadi pada saat tersebut guru itu tidak melihat atau merasa siswa yang


(31)

bersangkutan sudah lebih menguasai materinya dibandingkan dengan siswa yang lainnya.

3. Rekomendasi bagi pembaca;

Untuk pembaca dikemudian hari, diharapkan akan ada penelitian-penelitian baru yang sifatnya memperbaharui atau menciptakan penelitian-penelitian lagi mengenai lob bertahan, yang mudah-mudahan dapat berguna bagi khasanah pendidikan di indonesia umumnya dan di universitas pendidikan khususnya dalam lingkup bulutangkis.

Penulis sudah semaksimal mungkin dalam pengerjaan skripsi ini, namun apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam pengerjaannya, baik dalam tata cara penulisan¸ penyajian materi, maupun dalam penggunaan tata bahasanya. Dan penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis untuk memperbaiki karya ilmiah atau semacamnya yang akan tulis dikemudin hari.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Alhusin, S. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. Surakarta: CV. “Seti-Aji”.

Budiman, D. (2009). Pedagogi Olahraga. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072 001121-DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/UMPAN_BALIK.pdf. [23 Juni 2013].

Effendi. (2012). Pengertian Belajar. [Online]. Tersedia: http://effendi

dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.UIM15W_MgoM. [15 Oktober 2012].

Grice, T. (2007). Bulutangkis: Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Harjasuganda, D. (2008). Pengembangan Konsep Diri yang Positif pada Siswa

SD Sebagai Dampak Penerapan Umpan Balik (Feedback) dalam Proses Pembelajaran Penjas. Jurnal Pendidikan Dasar. [Online]. Vol 9 (3). 6

Halaman. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_9-April_2008/Pengembangan_Konsep_Diri_yang_Positif_pada_Siswa_SD_S ebagai_Dampak_Penerapan_Umpan_Balik_(Feedback)_dalam_Proses_Pem belajaran_Penjas.pdf. [23 Juni 2013].

Hidayat, Y. (2009). Pengantar Psikologi Olahraga. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Hidayat, Y. (2010). Bahan Ajar Permaianan Bulutangkis. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat, Y. (2012). Pengaruh Irtenvensi Straegi Multiteknik terhadap Hasil

Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis, Motivasi, Olahraga, dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi pada Program Doktor Psikologi

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Johnson, B & Christensen, L. (2012). Educational Research. London: SAGE Publications, Inc.


(33)

Juliantine, T. Dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Juliantine, T., Subroto, T. dan Yudiana, Y. (2012). Modul Belajar Dan

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung. FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

NN. (2012). Penerapan Pendekatan Taktis dalam Pembelajaran Bola Tangan. Skripsi Program Sarjana pada FPOK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data

Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta:

Gava Media.

Rasyidin, W. dan Kawan-kawan. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rosdiana. A. (2012). Pengaruh Pendekatan Bermain terhadap Minat Siswa dalam

Mengikuti Pembelajaran Sprint. Skripsi Program Sarjana pada FPOK

Universittas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.

Subarjah, H. dan Hidayat, Y. (2010). Bahan Ajar Permaianan Bulutangkis. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Suhendar, F. (2012). Hubungan antara Motivasi Olahraga dengan Penguasaan

Teknik Dasar Permaianan Bolavoli. Skripsi Program Sarjana pada FPOK

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.

Suherman, A. (2003). Pembelajaran Permainan Bulutangkis untuk Sekolah Luar

Biasa. Jakarta.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.


(34)

Supriadi, E. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Tasikmalaya: STIK Mitra Kencana.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Marzano, Pickering, dan Pollock. (2001). Classroom Strategies that Work:

Researched-Based Strategies for Increasing Student Achievement. [Online].

Tersedia:http://www.intel.co.id/content/dam/www/program/education/apac/i d/id/documents/project-design/strategies/id-project-design-instructional-strategies-feedback.pdf. [23 Juni 2013].

Soemarjadi, dkk. (2012). Pengertian Keterampilan. [Online]. Tersedia: http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan.html. [17 April 2013].


(1)

b) Uji Homogenitas 3. Uji Hipotess


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan dan uji hipotesis mulai dari bab I sampai bab IV, maka penulis dapat mengambil simpulan yaitu bahwa simple feedbak memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar keterampilan lob bertahan.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan, dengan judul pengaruh pemberian simple feedback terhadap hasil belajar keterampilan dasar lob bertahan dalam pembelajaran bulutangkis, maka penulis dapat memberikan rekomendasi atau saran sebagai berikut :

1. Rekomendasi bagi guru-guru;

Pada dasarnya setiap anak memiliki kemampuan berpikir dan kemampuan psikomotor yang berbeda-beda, ada yang cepat menangkap pelajaran, ada yang lambat, dan ada juga yang susah menangkap pelajaran yang sedang dipelajari, oleh karena itu tugas seorang guru dalam memberikan umpan balik atau feedback (simple feedback), harus benar-benar sesuai dengan materi yang di ajarkan dan harus sabar karena pada dasarnya tadi setiap orang berbeda-beda. Mudah-mudahan dengan sabar bisa menjadi ladang amal atau ibadah bagi guru yang bersangkutan.

2. Rekomendasi bagi siswa-siswi;

Selain guru, faktor lancarnya proses kegiatan belajar mengajar di kelas adalah siswa dan siswinya. Seorang guru bukanlah malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan, untuk itu siswa dan siswinya harus mengerti akan gurunya. Pada saat seorang guru salah dalam memberikan materi atau salah dalam memberikan umpan balik khususnya tidak sepatutnya siswa mempunyai rasa kecemburuan, karena pada saat seorang guru memberikan umpan balik pada satu siswa biasanya siswa yang lain merasa tidak dianggap padahal jangan seperti itu, bisa jadi pada saat tersebut guru itu tidak melihat atau merasa siswa yang


(3)

bersangkutan sudah lebih menguasai materinya dibandingkan dengan siswa yang lainnya.

3. Rekomendasi bagi pembaca;

Untuk pembaca dikemudian hari, diharapkan akan ada penelitian-penelitian baru yang sifatnya memperbaharui atau menciptakan penelitian-penelitian lagi mengenai lob bertahan, yang mudah-mudahan dapat berguna bagi khasanah pendidikan di indonesia umumnya dan di universitas pendidikan khususnya dalam lingkup bulutangkis.

Penulis sudah semaksimal mungkin dalam pengerjaan skripsi ini, namun apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam pengerjaannya, baik dalam tata cara penulisan¸ penyajian materi, maupun dalam penggunaan tata bahasanya. Dan penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat membangun, sehingga dapat menjadi acuan bagi penulis untuk memperbaiki karya ilmiah atau semacamnya yang akan tulis dikemudin hari.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Abduljabar, B. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Alhusin, S. (2007). Gemar Bermain Bulutangkis. Surakarta: CV. “Seti-Aji”.

Budiman, D. (2009). Pedagogi Olahraga. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JUR._PEND._OLAHRAGA/197409072 001121-DIDIN_BUDIMAN/pedagogi_olahraga/UMPAN_BALIK.pdf. [23 Juni 2013].

Effendi. (2012). Pengertian Belajar. [Online]. Tersedia: http://effendi

dmth.blogspot.com/2012/09/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html#.UIM15W_MgoM. [15 Oktober 2012].

Grice, T. (2007). Bulutangkis: Petunjuk Praktis untuk Pemula dan Lanjut. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Harjasuganda, D. (2008). Pengembangan Konsep Diri yang Positif pada Siswa

SD Sebagai Dampak Penerapan Umpan Balik (Feedback) dalam Proses Pembelajaran Penjas. Jurnal Pendidikan Dasar. [Online]. Vol 9 (3). 6

Halaman. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/JURNAL/PENDIDIKAN_DASAR/Nomor_9-April_2008/Pengembangan_Konsep_Diri_yang_Positif_pada_Siswa_SD_S ebagai_Dampak_Penerapan_Umpan_Balik_(Feedback)_dalam_Proses_Pem belajaran_Penjas.pdf. [23 Juni 2013].

Hidayat, Y. (2009). Pengantar Psikologi Olahraga. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.

Hidayat, Y. (2010). Bahan Ajar Permaianan Bulutangkis. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat, Y. (2012). Pengaruh Irtenvensi Straegi Multiteknik terhadap Hasil

Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis, Motivasi, Olahraga, dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi pada Program Doktor Psikologi

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Tidak diterbitkan.

Johnson, B & Christensen, L. (2012). Educational Research. London: SAGE Publications, Inc.


(5)

Juliantine, T. Dkk. (2007). Teori Latihan. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Juliantine, T., Subroto, T. dan Yudiana, Y. (2012). Modul Belajar Dan

Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung. FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

NN. (2012). Penerapan Pendekatan Taktis dalam Pembelajaran Bola Tangan. Skripsi Program Sarjana pada FPOK Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.

Priyatno, D. (2010). Teknik Mudah dan Cepat Melakukan Analisis Data

Penelitian dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta:

Gava Media.

Rasyidin, W. dan Kawan-kawan. (2009). Landasan Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Riduan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rosdiana. A. (2012). Pengaruh Pendekatan Bermain terhadap Minat Siswa dalam

Mengikuti Pembelajaran Sprint. Skripsi Program Sarjana pada FPOK

Universittas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.

Subarjah, H. dan Hidayat, Y. (2010). Bahan Ajar Permaianan Bulutangkis. Bandung: FPOK Universitas Pendidikan Indonesia.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV. Alfabeta.

Suhendar, F. (2012). Hubungan antara Motivasi Olahraga dengan Penguasaan

Teknik Dasar Permaianan Bolavoli. Skripsi Program Sarjana pada FPOK

Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Repository.upi.edu.

Suherman, A. (2003). Pembelajaran Permainan Bulutangkis untuk Sekolah Luar

Biasa. Jakarta.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV. Bintang WarliArtika.


(6)

Supriadi, E. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. Tasikmalaya: STIK Mitra Kencana.

Uyanto, S.S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Marzano, Pickering, dan Pollock. (2001). Classroom Strategies that Work:

Researched-Based Strategies for Increasing Student Achievement. [Online].

Tersedia:http://www.intel.co.id/content/dam/www/program/education/apac/i d/id/documents/project-design/strategies/id-project-design-instructional-strategies-feedback.pdf. [23 Juni 2013].

Soemarjadi, dkk. (2012). Pengertian Keterampilan. [Online]. Tersedia: http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/09/pengertian-keterampilan.html. [17 April 2013].