PROFTLTOLERANSI SEBAGAI HASIL PENDIDIKAN NILAI PRAPERGURUAN TINGGI MEIALUI PENATARAN P-4 : Studi Deakriptif-Analitis terhadap Pencapaian Afektif Mahasiswa Minoritas dalam Hubungannya dengan Hasil Penat&ran P-4 di Universitas Langlangbuana Bandung yangBerl
^
PROFTL TOLERANSI SEBAGAI
HASIL PENDIDIKAN NILAI PRAPERGURUAN TINGGI
MEIALUI PENATARAN P-4
Studi Deakriptif-Analitis terhadap Pencapaian Afektif
Mahasiswa Minoritas dalam Hubungannya dengan Hasil Penat&ran P-4
di Universitas Langlangbuana Bandung yangBerlatar Multikultural
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi
Sebagian dari Syarat Penyelesaian Studi
Magister Pendidikan pada Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
Elly Retnaningrum
MM 9596172
PROGRAM PASCASARJANA
INSTTTUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
"MV> J
Disetujui untuk Ujian Tahap II
PMbimb:
Prof. Dr. H. Martian Abduracliman
Pembimbing II,
•7
Prof.iDrJH. Nursid Sumaatmadja
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
j_
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
v, *
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
BAB II
xiii
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Alasan Pemilihan Masalah
8
1.4 Tujuan Penelitian
9
1.5 Definisi Operasional
n
1.6 Manfaat Penelitian
14
PENATARAN P-4
DALAM LATAR
MULTIKULTURAL
SEBAGAI
WAHANA PENINGKATAN TOLERANSI UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN MAHASISWA YANG SELARAS DENGAN PENDIDIK
AN UMUM
16
2.1 Definisi Pendidikan Umum
16
2.2 Landasan Filosofis Pendidikan Umum
22
2.3 Tujuan Pendidikan Umum dan Indikator Pencapaiannya
2.4 Kultur
_ __
vi
28
31
Vll
2.4.1 Beberapa Pandangan tentang Kulturtur ...
2.4.2 Beberapa
Implikasi
Pandangan
Kultur terhadap Pendidikan
tentang
35
38
2.5 Perguruan Tinggi sebagai Sentra Kultur
39
2.6 Pengertian Multikulturalisme
42
2.7 Konsep Pendidikan Multikultural
44
2.8 Konsep Nilai dan Nilai Multikultural
51
2.9 Ihwal Toleransi
54
2.10 Upaya Peningkatan Toleransi
62
2.11 Indikator Kualitas Toleransi
66
2.12 Falsafah Utama yang Mendasari Toleransi dalam
Masing-masing Suku Bangsa di Indonesia
69
2.12.1 Falsafah Utama Suku Sunda
70 )
2.12. 2 Falsafah Utama Suku Jawa
71
2.12.3 Falsafah Utama Suku Melayu
72
2.12.4 Falsafah Utama Suku Cina
74
2.12.5 Falsafah Utama Suku Batak
75
2.12.6 Falsafah Utama Suku Bugis
77
2.12.7 Falsafah Utama Suku Suku-suku Lainnya
79
2.13 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P-4) dalarn Pembentukan Kepribadian
80
2.14 Pendidikan Nilai Praperguruan Tinggi dalam
Penataran P-4 Sebagai Wahana Pencapaian Tuju
an Pendidikan Umum untuk Meningkatkan Tole
ransi Mahasiswa pada Latar Multikultural ....
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
88
95
3.1 Metode
gg
3.2 Teknik Pengumpulan Data
96
3. 3 Teknik Analisis Data
98
Vlll
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
3.5 Variabel Penelitian dan Hubungan
Anatarvaria-
bel
BAB IV
101
3.6 Hipotesis Penelitian
101
DATA PENELITIAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
103
4.1 Deskripsi Data Prapenataran
103
4.2 Deskripsi Data Selama Proses Penataran
129
4.2.1 Hasil Observasi
129
4.2.2 Hasil Wawancara
137
4.3 Deskripsi Data Pascapenataran P-4
158
4.4 Penguj ian Hipotesis
173
4.4.1 Penguj ian Hipotesis 1
4.4.2 Pengujian Hipotesis 2
BAB V
100
173
..
174
4.4.3 Pengujian Hipotesis 3
175
4.4.4 Pengujian Hipotesis 4
175
4.4.5 Pengujian Hipotesis 5
176
4.4.6 Pengujian Hipotesis 6
177
4.4.7 Pengujian Hipotesis 7
177
4.5 Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Senior
178
ANALISIS DATA DAN PENAFSIRAN HASIL ANALISIS
194
5.1 Hasil
194
Studi Pustaka &
Studi Dokumentasi
5.2 Hasil Observasi
196
5.3 Hasil Wawancara
206
5.4 Hasil Angket dan Tes
208
5 .5 Hasil Uj i Hipotesis
217
ix
BAB VI
5.6 Profil Toleransi Berdasarkan Kesukuan
221
5.6.1 Profil Toleransi Suku Sunda
222
5.6.2 Profil Toleransi Suku Jawa
225
5.6.3 Profil Toleransi Suku Melayu
226
5.6.4 Profil Toleransi Suku Cina
227
5.6.5 Profil Toleransi Suku Batak
228
5.6.6 Profil Toleransi Suku Bugis
230
5.6.7 Profil Toleransi Suku-suku Lainnya
231
5.6.8 Penutup
239
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
242
6.1 Kesimpulan
242
6.2 Rekomendasi
247
DAFTAR KEPUSTAKAAN
250
LAMPIRAN
254
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1
Alur Penelitian
96
Tabel 4.1.1
Latar Belakang Kultural Responden
103
Tabel 4.1.2
Tempat Lahir Responden
106
Tabel 4.1.3
Usia Responden
106
Tabel 4.1.4
Jenis Kelamin Responden
107
Tabel 4.1.5
Latar Belakang Suku
108
Tabel 4.1.6
Bahasa Sehari-hari Responden
109
Tabel 4.1.7
Agama yang Dianut Responden
110
Tabel 4.1.8
Tempat Tinggal Responden
110
Tabel 4.1.9
Asal Kota Responden
HI
Tabel 4.1.10
Pendidikan Ayah
112
Tabel 4.1.11
Pendidikan Ibu
112
Tabel 4.1.12
Pekerjaan Ayah
113
Tabel 4.1.13
Pekerjaan Ibu
H4
Tabel 4.1.14
Penghasilan Orang Tua
115
Tabel 4.1.15
Menghargai Perbedaan
116
Tabel 4.1.16
Tidak Memaksakan Kehendak
116
Tabel 4.1.17
Memberikan Kebebasan Memilih
117
Tabel 4.1.18
Menghargai Perbedaan Pendapat
H7
Tabel 4.1.19
Pembiasaan Sikap Toleran
118
Tabel 4.1.20
Sikap Saling Menghormati
119
XI
Tabel A. 1.21
Bertenggang Rasa
120
Tabel 4.1.22
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
j iban
Tabel 4.1.23
120
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
jiban
121
Tabel 4 .1. 24
Bertenggang Rasa
122
Tabel 4.1.25
Menghormati Orang Lain
122
Tabel 4.1.26
Bersikap Adil dan Menghormati Orang Lain
123
Tabel 4.1. 27
Bertenggang Rasa
124
Tabel 4.1.28
Saling Menghormati
124
Tabel 4.1.29
Tidak Memaksakan Kehendak
125
Tabel 4.1. 30
Bertenggang Rasa
126
Tabel 4.1.31
Tidak
Memaksakan
Kehendak dan Mengutamakan
Musyawarah
126
Tabel 4.1.32
Menghormati Hasil Musyawarah
127
Tabel 4.1.33
Menghormati Hak Orang Lain
128
Tabel 4.2.1.1 Hasil Observasi Penataran P-4 di Unla
130
Tabel 4.2.2.1 Hasil Wawancara dengan Narasumber 1
138
Tabel 4.2.2.2 Hasil Wawancara dengan Narasumber 2
144
Tabel 4.2.2.3 Hasil Wawancara dengan Narasumber 3
150
Tabel 4.3.1
Memupuk Sikap Saling Menghormati
159
Tabe 1 4.3.2
Bertenggang Rasa
159
Tabel 4.3.3
Tidak Memaksakan Kehendak
160
Tabel 4.3.4
Bertenggang Rasa
161
Tabel 4.3.5
Tidak
Memaksakan
Kehendak dan Mengutamakan
Musyawarah
'.
162
Tabel 4.3.6
Menghormati Hasil Musyawarah
163
Tabel 4.3.7
Menghormati Hak Orang Lain
164
Tabel 4.3.8
Sikap Saling Menghormati
164
Tabel 4.3.9
Bertenggang Rasa
166
Tabel 4.3.10
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
Tabel 4.3.11
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
Tabel 4.3.12
Bertenggang Rasa
168
Tabel 4.3.13
Menghormati Orang Lain
169
Tabel 4.3.14
Adil dan Menghormati Hak Orang Lain
170
Tabel 4.3.15
j iban
j iban
167
168
Skor Prapenataran, Skor Pascapenataran, Skor
Tes Objektif, Skor Tes Pancasila,
P-4
dan Nilai
171
Tabel 4.5.1
Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Senior .... 179
Tabel 4.5.2
Menghargai Perbedaan
180
Tabel 4.5.3
Tidak Memaksakan Kehendak
180
Tabel 4.5.4
Memberikan Kebebasan Memilih
181
Tabel 4.5.5
Menghargai Perbedaan Pendapat
181
Tabel 4.5.6
Pembinaan Sikap Toleran
182
Tabel 4.5.7
Sikap Saling Menghormati
183
Tabel 4.5.8
Bertenggang Rasa
183
Tabel 4.5.9
Mengakui Persamaan Derajat, Hak, & Kewajiban 184
Tabel 4.5.10
Mengakui Persamaan Derajat, Hak, & Kewajiban 185
Tabel 4.5.11
Bertenggang Rasa
186
Tabel 4.5.12
Menghormati Orang Lain
186
Tabel 4.5.13
Bersikap Adil dan Menghormati Hak Orang Lain 187
Tabel 4. 5.14
Bertenggang Rasa
188
Tabel 4.5.15
Saling Menghormati
189
Tabel 4.5.16
Tidak Memaksakan Kehendak
189
xn
Tabel 4.5.17
Tabel 4.5.18
Bertenggang Rasa
190
Tidak Memaksakan Kehendak
dan
Musyawarah
Mengutamakan
191
Tabel 4.5.19
Menghormati Hasil Musyawarah
192
Tabel 4.5.20
Menghormati Hak Orang Lain
193
Tabel 5.2.1
Aspek
Indikator Dunia Afektif, Proses Pela-
konan, dan
rapkan
Keterampilan
Afektif yang Diha-
Tabel 5.4.1
Perkembangan Tingkat Toleransi Prapenataran-
Tabel 5.6.1
Perkembangan Tingkat Toleransi Prapenataran-
Pascapenataran
Pascapenataran Berdasarkan Kesukuan
Tabel 5.6.8.1 Aspek Toleransi Yang
Suku
xm
Menonjol
Pada
199
211
222
Setiap
239
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Matriks Validasi Instrumen Penelitian
254
Lampiran 2 Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban
Lampiran 3 Pedoman Observasi
':
257
264
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
265
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
konteks dunia
pendidikan di
multikulturalisme bukanlah
pendidik,
suatu
ihwal
mengingat bahwa
antara
pada hakikatnya
pengajar dan pembelajar
yang beraneka
kang budaya dalam suatu
setiap masya
ragam. Hal
pertemuan bernuansa
dalam interaksi
langsung dalam kondisi yang mempertemukan
kalangan
pendidikan merupakan
harus diperhitungkan dalam
belakang budaya
persoalan
asing. Bagi
multikulturalisme dalam
upaya penting
rakat berlatar
sesuatu yang
Indonesia,
ini
edukatif
di kelas ber
berbagai latar bela
proses belajar mengajar
yang mengarah
pada tujuan bersama.
Bagi
kalangan mahasiswa, konteks budaya di Indonesia yang
terdiri atas berbagai-bagai suku
bangsa, agama, dan nilai, se-
lain
juga
memberikan
dampak positif
tersendiri yang menjurus pada
yang
persoalan
dampak negatif. Salah
pak positifnya, dengan berpedoman pada
gal Ika",
menghadirkan
para mahasiswa dapat
satu dam
semangat "Bhineka Tung-
terakulturasikan pada
kondisi
menempatkannya dalam keanekaragaman pengetahuan, pandang
an, dan
sikap. Hal ini
dapat memberikan dukungan yang berman
faat untuk memperkuat persatuan
berasal dari pelbagai latar
di antara sesama
makhluk yang
belakang sosial budaya
1
seraya me-
2
ningkatkan toleransi, baik dalam
pemahaman maupun
sikap dalam menghadapi pelbagai
perbedaan. Dengan kata
kondisi yang diwarnai
pendewasaan
lain,
multikulturalisme antara lain dapat mem-
perluas wawasan mahasiswa dalam berbagai dimensi persoalan.
Selain manfaat tersebut, merujuk pada Australian
on Population and Ethnic Affairs (ACPEA,
Council
J982: 18), pendidikan
multikultural antara lain dapat memberikan
• Pemahaman antarkultur, toleransi dan penghargaan pada polapola kultur lain;
• meningkatkan komunikasi antaranggota kelompok kultur;
• memelihara, memberikan pengaruh kultural, linguistik dan
melestarikan bahasa dalam suatu masyarakat.
Namun, selain memberikan dampak positif seperti tersebut
di atas, pendidikan multikultural juga menghadirkan persoalan
yang cukup serius kepada mahasiswa. Misalnya, perselisihan antarsuku serta kecemburuan kultural pada budaya dominan tertentu, yang pada gilirannya dapat menajamkan perbedaan dan
amat potensial bagi tumbuhnya permusuhan serta ketidakharmo-
nisan psikologis dan sosial. Dampak negatif ini tidak hanya
dirasakan akibatnya bagi kelompok dan individu mayoritas, melainkan yang lebih utama adalah kelompok dan individu
mino
ritas.
Sehubungan dengan adanya dampak yang diakibatkan oleh
perbedaan antarkultur itu, maka praktik pendidikan di perguruan tinggi harus memperhitungkan
keberadaan faktor
multikul-
3
turalisme
dalam pendidikan.
dengan
faktor-faktor
agama,
kesukuan, serta
sebagai fokus
dimensi
keanekaragaman
penelitian yang
Dua
tatkala
pendidikan.
berada
di
berada
Kristen
perguruan tinggi
dapat
di kelas
lain lagi,
berbahasa
.tatkala
yang
di
bahasa
Jawa
kelas yang
Islam,
menem-
mino
misalnya,
mayoritas beragama
sebagai
minoritas
beragama Islam.
ketika
Contoh
yang
belakang suku Jawa dan
berposisi
mayoritas
berbahasa pertama bahasa
belajar mengajar di
yang
Sebaliknya, dua mahasiswa
seorang mahasiswa berlatar
berada
Sunda dan
berposisi
yang mayoritas
pertama
Faktor-faktor
mayoritas maupun
beragama
Kristen berposisi sebagai minoritas.
beragama
mengungkapkan
menciptakan kondisi
mahasiswa yang
bahasa,
ekonomi patut dijadikan
dalam posisi sebagai
orang
berkaitan
belakang
diharapkan dapat
dalam
bagaimanapun dapat
patkan mahasiswa
latar
strata sosial
multikulturalisme
tersebut
ritas.
Fenomena-fenomena yang
sebagai
minoritas
anggotanya
Sunda. Meskipun
bersuku
kegiatan
perguruan tinggi menggunakan bahasa Indo
nesia bukan berarti mahasiswa minoritas yang berbahasa pertama
bahasa Jawa tidak memperoleh kesulitan.
Tidak dapat
dipungkiri, sebagian besar praktik pendidikan
di Indonesia berlangsung dalam
demikian, kesadaran
bedaan yang
Meskipun
perlunya memperhitungkan aspek-aspek
per
dapat dipertimbangkan sebagai penentu keberhasilan
maupun kegagalan
tidak banyak diperhatikan. Negara
yang terdiri atas berbagai
dah saatnya
latar multikultural.
latar kultur, etnis,
mempertimbangkan keanekaragaman
Indonesia,
dan agama su-
itu dalam praksis
4
pendidikan. Apalagi dalam perkembangan
global sekarang, dengan
semakin seringnya
kebutuhan untuk memper-
kontak antarbangsa,
hitungkan keberadaan multikulturalisme dalam perencanaan
jakan, pelaksanaan dan implementasi
kebi-
pendidikan menjadi semakin
penting serta tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Sehubungan
dengan itu,
pendidikan dalam latar
pat mengungkapkan
timbul dalam
dan
terhadap
pelaksanaan
multikultural perlu dilakukan agar
persoalan-persoalan kependidikan yang
konteks kultur yang
potensi individu
kan. Dari
penelitian
da
dapat
pluralistik. Keanekaan sifat
dalam suatu
kelas haruslah diperhitung-
perspektif ini dapat lebih ditegaskan lagi bahwa la
tar belakang
budaya dan
kedudukan mahasiswa
ruslah diperhitungkan pula
dalam kelas
sebagai variabel yang dapat
ha
menen-
tukan pencapaian tujuan pendidikan.
Dikaitkan
dengan tujuan pendidikan umum yang mengarah pa
da pembentukan manusia utuh yang diharapkan dapat mandiri
menjadi
warga negara
yang
baik, maka
perguruan tinggi haruslah dapat
dengan
tujuan tersebut.
keterampilan
pencapaian
uulah
satu aspek
pendidikan
memberikan hasil yang
Aspek-aspek
haruslah memenuhi
proses
pengetahuan,
syarat
tidak
di
selaras
3ikap, dan
keseimbangan
n;engorbankan
dan
seh-.::.-,;-i
a^pek
yang
proses pendidikan di
per-
1ainnya.
• ;l menpetahiti.
guruan tinggi telah
apakah hasil
mencapai hasil yang
diharapkan diperlukan
penelitian yang dapat mengungkapkan
profil mahasiswa
selama,
kegiatan pendidikan terse-
dan setelah terlibat dalam
sebelum,
5
but.
Profil yang
jukkan pencapaian
dimaksud bukan
hasil
skor tertentu yang
dak dalam
belajar yang
sikap
yang
menun-
ditandai dengan
raihan
menunjukkan mahasiswa telah lulus atau
proses pendidikan,
badian atau
hanya gambaran
yang
melainkan
selaras
dengan
juga gambaran
tuntutan
ti
kepri-
pencapaian
tujuan.
Penataran P-4 sebagai
perguruan
agar dapat
salah satu praktik pendidikan
tinggi dimaksudkan
untuk
mempersiapkan
pra
pesertanya
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkan-
dung dalam Pancasila
tik pendidikan
tanya menjadi
dalam kehidupan nyata. Sejauh mana
itu memberikan
salah satu objek
pendidikan nilai
prak
kepada peser
penelitian yang penting
untuk
dikaji. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar
belakang yang telah dipaparkan di
muka, masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut.
1.2.1
toleransi
Bagaimanakah
profil
pada konteks
multikultural sebelum dan sesudah pena
taran P-4
Sistem 45 jam
mahasiswa
di Universitas
minoritas
Langlangbu
ana?
1.2.2
Apakah pendidikan
nilai praperguruan tinggi
melalui
penataran P-4 di Universitas Langlangbuana dapat
me-
ningkatkan profil toleransi mahasiswa?
1.2.3
Apakah terdapat
hubungan antara profil toleransi ma-
hasiswa dengan pencapaian hasil penataran P-4?
Masalah pertama
mahasiswa dari
berhasilan
mengarah pada perlunya menentukan
perspektif afektif. Hal
atau
ketidakberhasilan
profil
ini berarti bahwa
penataran P-4
tidak hanya
dipandang dari pencapaian skor yang menentukan mahasiswa
lulus
atau tidak lulus dalam kegiatan penataran yang diikutinya.
lainkan
juga dari profil
sikan dari
ke
Me-
toleransi mahasiswa, yang terindika-
afeksi yang ditunjukkannya dalam menyikapi masalah-
masalah kultur, sosial, ekonomi, dan psikologi.
Masalah
kedua dimaksudkan
tidaknya pelaksanaan
lalui penataran
untuk
mengungkapkan
kondu3if
pendidikan nilai praperguruan tinggi
P-4 untuk memperkuat
tingkat toleransi
maha
siswa. Sedangkan masalah ketiga dimaksudkan untuk mengkaji
bungan
antara
profil toleransi
mahasiswa
dengan
me-
hu
pencapaian
hasil penataran pada ranah kognitif.
Khusus
berkenaan
dengan
masalah 1.2.3
dapat diturunkan
submasalah berikut.
1.2.3.1
Bagaimanakah hubungan
siswa sebelum
antara profil toleransi
penataran dengan
maha
sesudah penataran P-
4?
1.2.3.2
Bagaimanakah
hubungan
antara
skor
prapenataran
antara
skor
prapenataran
skor
prapenataran
dengan nilai P-4?
1.2.3.3
Bagaimanakah
hubungan
dengan hasil tes Pancasila?
1.2.3.4
Bagaimanakah
hubungan
antara
7
dengan hasil tes objektif?
1.2.3.5
Bagaimanakah hubungan antara skor pascapenataran
P-4
dengan nilai P-4?
1.2.3.6
Bagaimanakah hubungan antara skor pascapenataran
P-4
dengan hasil tes Pancasila?
1.2.3.7
Bagaimanakah
hubungan
antara
skor
pascapenataran
dengan hasil tes Objektif?
Dengan berpedoman
pada masalah
profil toleransi mahasiswa
identifikasi latar
berisi
agama;
dapat diungkapkan dengan
(1) meng-
daerah asal (luar
(2) memberikan
butir-butir
sebelum
tersebut,
belakang mahasiswa dengan
tempat lahir, usia,
hasa, dan
dan submasalah
soal
penataran
dan
penelitian yang
mengetes
mengkorelasikan tingkat
dan
(7)
(4)
dan sesudah
aspek
yang
toleransi
mencatat perolehan hasil
toleransi responden
dengan instrumen
(5) mengkorelasikan
penataran berlangsung;
toleransi dengan
membandingkan
suku, ba
(3) melakukan observasi pa
telah dipersiapkan;
kat toleransi sebelum
nataran;
mengungkap
pelaksanaan penataran P-4;
pelaksanaan penataran;
Jawa Barat),
angket kepada responden
dengan
da proses
mempertimbangkan
profil
ting
(6)
pencapaian hasil pe
toleransi
dengan hasil wawancara terhadap mahasiswa senior.
responden
8
1.3 Alasan Pemilihan Masalah
Ada beberapa
pertimbangan dalam
penentuan masalah
litian. Pertama, mahasiswa minoritas dijadikan sebagai
utama penelitian ini mengingat
multikulturalisme dalam
pene
sasaran
perlunya memperhitungkan
pendidikan. Hal
ini didasari
aspek
pertim
bangan, dalam latar multikulturalisme, faktor-faktor yang
ber-
kenaan dengan minoritas dapat menjadi kendala atau justru
man
faat
yang turut menentukan
pencapaian hasil-hasil pendidikan.
Secara esensial, pendidikan multikultural merupakan
upaya untuk
ngekang
peserta
membebaskan
etnosentris
budaya-budaya,
dan
didik dari
memberikan
masyarakat, cara
perspektif
lain.
Pendidikan
pendidikan
untuk
membebaskan
suatu
batas-batas
kesadaran
akan
adanya
hidup, serta pemikiran
multikultural
peserta
merupakan
didik dari
budaya
dan sentimen, sebagai
dan perspektif
dengan penuh kesadaran
lain
suatu
ser
kebebasan untuk menjelajahi
serta menentukan
atas kondisi yang
bahwa keberadaan seorang
dari
keterkung-
kungan kultural, yakni bebas dari bias-bias turun temurun
ta perasaan
pe-
peserta didik
pilihan sendiri
ada. Hal ini berarti
dalam lingkungan
kul
tural yang baru senantiasa menghadirkan persoalan baru.
Kedua, materi penataran P-4 dijadikan sebagai sasaran
nelitian mengingat salah satu misinya sebagai ajang untuk
bina dan
Misi
pe
mem-
membentuk manusia utuh yang berkepribadian Pancasila.
pembinaan dan
pembentukan manusia
dengan tujuan pendidikan umum
manusia mandiri yang
utuh tersebut selaras
yang berupaya membentuk manusia-
bertanggung jawab
kepada masyarakat
dan
9
bangsanya. Dengan
kata lain, tujuan
penataran P-4 dan
tujuan
pendidikan umum seiring
sejalan serta mengarah pada fokus
juan yang
menjadikan manusia
sama,
yakni
Indonesia
tu
sebagai
warga negara yang baik.
Hal
di atas
kenaan dengan
mengisyaratkan bahwa
sikap, tingkah laku,
aspek-aspek
yang ber-
dan perbuatan menjadi
saran dalam pembentukan kepribadian yang selaras dengan
sila
dan tujuan pendidikan
sa
Panca
umum. Alasannya, sebelum seseorang
bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dulu ia akan
berpikir tentang
sikap tingkah
dilakukan.
sebaiknya
Untuk
laku dan
perbuatan mana
itu, nilai-nilai
Pancasila harus
dijadikan sebagai dasar dan motivasi dalam segala sikap,
kah laku, serta
sa, dan
perbuatan dalam hidup bermasyarakat,
bernegara untuk mencapai
yang
tujuan nasionalnya
ting
berbang-
sebagai-
mana terkandung dalam UUD 1945 (BP-7 Pusat, 1996: 9).
Ketiga,
profil
mengingat pentingnya aspek
utuh yang
(afektif)
toleransi
pendidikan umum. Dengan
lain, pelukisan profil toleransi penting
hasil
diungkapkan
ini dalam pembentukan watak manusia
sejalan dengan tujuan
mengungkapkan
perlu
pendidikan
nilai
kata
dilakukan untuk dapat
praperguruan
tinggi,
khususnya dalam penataran P-4.
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah,
untuk
mendeskripsikan profil
penelitian ini
toleransi
mahasiswa
ditujukan
minoritas,
10
sebelum, selama
proses, dan sesudah
sitas langlangbuana.
untuk
Deskripsi ini
mengetahui hasil
di
sosial
tinggi
penataran P-4 secara keseluruhan.
tinggi
tempat pranata
kemasyarakatan
merupakan
praperguruan
tersebut tersiratkan bahwa konteks penelitian
lingkungan perguruan
lingkungan
Univer
dipergunakan sebagai dasar
pendidikan nilai
serta kaitannya dengan hasil
Dari tujuan
penataran P-4 di
pendidikan
yang
faktor-faktor
pada praktik pendidikan
tidak dapat
majemuk
eksternal
itu
dilepaskan
berada. Lingkungan
dan lingkungan
yang
dari
memberikan
yang terjadi. Aspek-aspek
keluarga
pengaruh
yang saling
berkaitan itu tergambarkan dari fishbone diagram berikut.
FISHBONE DIAGRAM
Penstat:
Petatar:
. Interaksi penatar-
. Sikap
petatar
Aspek
internal
. Pengnasaan ma
. Peruaku
. Pengetahuan
ted
Aspek
Lingkungan sosial:
ekster
nal
. Nflai/aturan/notma dalam ma
syarakat
Peningkatan
Lingkungan keluarga
. Latar belakang
pendidikan
. Interaksi orang tua,
anak, dan anggota
keluarga lain
Kualitas Toleransi
Mahasiswa
11
1.5 Definisi Operasional
Dalam
penelitian ini
yang secara operasional
digunakan istilah-istilah
merujuk pada makna khusus. Untuk
istilah-istilah yang memiliki pengertian
bagian
tertentu
ini untuk didefinisikan selaras
itu,
khusus disajikan pada
dengan kepentingan pe
nelitian.
1.5.1 Profil Toleransi
Definisi "profil
toleransi" merujuk
rakteristik yang ditunjukkan
ran mahasiswa.
dari
melalui sikap dan
Sikap dan perilaku
beberapa indikator,
ditandai
dapat menerima
pendapat, cara-cara melakukan
atau keyakinan.
Dalam penelitian
gambaran
sikap
Langlangbuana
dan
yang
ini, profil toleransi diartikan
perilaku
toleran ini ditunjukkan
sesama
toleran
ditunjukkan
setelah kegiatan penataran P-4
antara
adalah
ka-
perilaku tole
toleran ini dapat
di antaranya
perbedaan, baik dalam kebiasaan,
sesuatu,
pada pengertian
sebelum,
pada
Universitas
saat,
serta
berlangsung. Sikap dan perilaku
dari cara-cara
mahasiswa
mahasiswa
sebagai
maupun
menerima perbedaan
antara
mahasiswa
di
(petatar)
dengan dosen (penatar).
1.5.2 Toleransi
Penerimaan
kebiasaan,
keyakinan
sejumlah perbedaan
adat istiadat,
seseorang yang
cara-cara
yang tidak
melakukan
didasarkan pada
sesuai
dengan
sesuatu, atau
pengakuan
atas hak
12
kebebasan
pada
seperti di
setiap orang.
Indonesia,
Dalam
masyarakat yang
toleransi merupakan
majemuk
syarat bagi
kehi
dupan bersama secara rukun dan damai.
Toleransi dapat ditunjukkan melalui
indikasikan
Selain
dari
itu dapat
perilaku
sikap pasif yang ter-
"menahan diri"
ditunjukkan pula
secara aktif
tingkatan "menghargai" dengan perbuatan
pada
saat salah
salah penatar
atau "membiarkan".
sampai
yang nyata.
seorang mahasiswa mengemukakan
pada
Misalnya,
pendapat yang
tidak mengecam dan memarahi mahasiswa, melainkan
menunjukkan alternatif yang benar.
melakukan kesalahan
Sebaliknya, apabila penatar
mahasiswa tidak
serta merta
bersikap dan
melakukan perbuatan yang serupa.
Demikianlah, definisi toleransi yang
nelitian
tidak
ini adalah
sikap
menerima pelbagai
sesuai dengan kebiasaan,
kukan sesuatu,
digunakan dalam
atau keyakinan
perbedaan
pe
yang
adat istiadat, cara-cara mela
yang didasarkan pada
pengakuan
atas hak kebebasan pada setiap orang.
1.5.3 Latar Multikultural
Rumusan yang
tural"
lebih tepat dari
dapat diberikan
pendidikan dalam
dengan
dan sikap
tisipasi
bertitik tolak
latar multikultural.
multikultural dimaksudkan
dimaksudkan untuk
definisi "latar
dari
definisi
Pendidikan dalam
latar
sebagai upaya-upaya pendidikan
memberikan bekal pengetahuan,
yang bermanfaat bagi
secara penuh
multikul
keterampilan,
mahasiswa untuk dapat
dalam lingkungan
ekonomi,
yang
berpar-
sosial, dan
13
politik dalam suatu masyarakat yang warganya berasal dari
ber-
bagai latar belakang etnis, agama, dan budaya/
Pendidikan dalam
pemberian pengalaman
kemampuan
latar multikultural tidak terbatas
untuk membekali
mahasiswa agar
analitis dan evaluatif untuk
mokrasi, rasisme,
bagi pengembangan
gaman kebahasaan
memiliki
menghadapi isu-isu de-
seksisme, dan dominasi kekuasaan.
juga menguji dinamika keanekaragaman
Melainkan
kultural dan implikasinya
strategi pengajaran serta menguji keanekara
serta
perbedaan gaya
belajar sebagai
suatu
landasan untuk mengembangkan strategi-strategi pengajaran
tepat (Katz,
nya
yang
1982).
Dalam konteks
kan tempat
pada
penelitian ini, latar multikultural merupa
berlangsungnya suatu
penataran P-4
yang
aktivitas pendidikan, khusus-
melibatkan
pelaku yang
berasal dari
pelbagai latar belakang kultur.
1.5.4 Mahasiswa Minoritas
Yang dimaksud
tian ini
Barat
mahasiswa minoritas
adalah mahasiswa
yang termasuk
dalam konteks
yang berasal dari daerah
kelompok kecil
peneli
luar Jawa
di lingkungan Universitas
Langlangbuana.
Aspek-aspek yang
sarkan
mendukung keminoritasan itu selain dida
pada daerah asal,
juga didasarkan
yang digunakan dan latar belakang kesukuan.
pada bahasa pertama
14
1.5.5 Pencapaian Afektif
Pencapaian
tiga
aspek,
hasil
yakni
pendidikan
aspek
pada umumnya
kognitif,
(Bloom, 1956). Aspek kognitif
afektif, dan
penambahan pengetahuan, misalnya
dari perilaku
dapat menjelaskan,
psikomotor
motorik,
atau perasaan
bersangkut
misalnya
ngan, menulis,
menceritakan kembali,
perilaku yang
paut
dapat
meni-
misalnya
ditampilkan, aspirasi
yang diungkapkan.
dengan
yang
terindikasikan
berkaitan dengan perubahan sikap,
terindikasikan dari
dinyatakan,
psikomotor
berkaitan dengan perubahan
menjurus pada
lai. Alst e.': :: ktif
mengarah pada
Sedangkan
yang
aspek
keterampilan-keterampilan
berenang, mengerjakan
kerajinan ta-
dan sejenisnya.
Dengan demikian,
yang dimaksud
pencapaian afektif
dalam
konteks ini adalah hasil pendidikan nilai melalui penataran
4, khususnya
pilkan oleh
yang berkenaan dengan
sikap toleran yang
mahasiswa, yang terindikasikan
P-
ditam
dari tingkat tole
ransi setelah menempuh penataran P-4.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini
yakni
memberikan dua
manfaat,
manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah
memberikan landasan
dalam
setidaknya dapat
latar
dalam metodologi
pendidikan multikultural.
para pendidik dapat menangguk
dengan cara-cara
maupun kerangka teoretis
Secara
lebih
manfaat teoretis yang
mengungkapkan profil
khusus,
berkenaan
toleransi mahasiswa mi-
15
noritas dalam latar kelas yang terdiri atas warga belajar yang
berasal dari berbagai-bagai budaya.
Kerangka teoretis yang dipergunakan untuk mengungkapkan
profil mahasiswa dapat dipergunakan sebagai titik tolak pen-
deskripsian aspek afektif yang bermanfaat untuk mengungkapkan
profil mahasiswa, khususnya yang bersangkut paut dengan ting
kat toleransi. Selain itu, dari penelitian ini dapat diperoleh
juga masukan untuk menggali nilai-nilai toleransi yang dimak
sudkan dalam Pancasila. Oleh karena itu, para pendidik/penatar, mahasiswa/petatar, maupun pengembang kurikulum pendidikan
umum dan pengelola Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dapat memetik
manfaat praktisnya dengan mempertimbangkannya sebagai materi
kuliah untuk menumbuhkan dan meningkatkan toleransi, yang me
rupakan salah satu aspek penting dalam praksis pendidikan
umum.
Dengan mempertimbangkan aspek-aspek toleransi yang dimak
sudkan dalam Pancasila,
para pendidik dapat mengupayakan untuk
menanamkan nilai-nilai toleransi yang bermanfaat untuk membim-
bing dan mempersiapkan mahasiswa agar mampu menghadapi kemajemukan yang ada di lingkungan masyarakatnya. Upaya ini dapat
dilakukan secara saling mendukung dengan pengembangan kuriku
lum pendidikan umum sehingga sasaran untuk dapat membangun
manusia utuh yang sanggup menghadapi masalah kehidupan yang
semakin rumit dalam masyarakat multikultural dapat tercapai.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian ini
dilakukan dengan
kriptif analitis, yakni
mempergunakan metode
dengan melaksanakan observasi dan
des-
meng-
analisis keadaan objek yang diteliti dengan sekaligus menguraikan
aspek-aspek yang
dalam
dijadikan sebagai fokus
penelitian. Untuk itu,
penelitian ini dilakukan pengakumulasian data, baik secara
kuantitatif maupun
kualitatif yang dipergunakan
untuk mengiden-
tifikasi aspek-aspek yang berkenaan dengan afeksi mahasiswa dalam
latar alamiah sebelum dan sesudah menjalani penataran P-4.
Langkah-langkah
yang
dapat
ditempuh
untuk
mengungkapkan
aspek-aspek tersebut antara lain:
(1)
mengidentifikasi
latar belakang
mahasiswa
dari perspektif
multikulturalisme;
(2)
memberikan pretes
soal yang
kepada mahasiswa yang
berisi butir-butir
mengungkap profil toleransi sebelum
dikenai per
lakuan penataran P-4;
(3)
melakukan observasi pada proses pelaksanaan penataran
memperoleh aspek-aspek
informasi
yang
telah
untuk
dipersiapkan
sebelumnya;
(4)
melakukan wawancara dengan penatar untuk menggali
yang telah dipersiapkan dalam pedoman wawancara;
95
informasi
96
(5)
mencatat
perolehan hasil penataran dan mengetes kepribadian
mahasiswa dengan instrumen penelitian yang dimaksudkan untuk
mengungkapkan toleransi; serta
(6)
mengkorelasikan profil toleransi
mahasiswa sebelum dan
se-
sudah penataran berlangsung.
(7)
melakukan wawancara dengan mahasiswa senior untuk mengetahui
perbedaannya dengan tingkat toleransi responden.
Langkah-langkah tersebut dapat
lebih jelas diwujudkan dalam
tabel berikut.
Tabel 3.1:
r
Alur Penelitian
PRA
|
PROSES
"[
PASCA
j
j1. Identifikasi latar tela-
11. Memberikan angket dan 11. Memberikan angket dan j
1
;
kang mahasiswa berda-
tes prapenataran
] sarkan formulir pendaf- 12. Melakukan observasi
j taran
j2. Penentuan responden
j3. Penyusunan instrumen
| penelitian
j - pedoman observasi'
I - pedoman wawancara
! -angket dan tes
14. Pemvalidasian instrumen
j berdasarkan pedoman
|
tes pascapenataran
12. Melakukan wawancara
j
j
j dengan mahasiswa senior {
! observasi
j3. Mengklasifikasikan data |
13. Mencatat hasil observasi j4. Menganalisis data
j
j4. Melakukan wawancara j5. Menafeirkan hasil anali- j
I berdasarkan pedoman j sis
j
j wawancara
6. Menarik kesimpulan
j
j5. Mencatat hasil wawancara
7. Memberikan rekomen- •
dasi
j
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
(1) studi dokumen-
tasi dan studi kepustakaan, (2) angket dan tes, (3) observasi tak
97
terlibat, serta (4) wawancara. Studi
dokumentasi dilakukan ditu
jukan untuk menggali informasi tentang latar
Studi
kepustakaan
dilakukan
yang bertautan
tertulis
berdasarkan
terhadap
sumber-sumber
dengan masalah penelitian.
hasil stuid kepustakaan
toleransi yang
belakang responden.
informasi
Selain itu,
dirumuskan juga aspek-aspek
terdapat padav45 butir
pengamalan Pancasila yang
menjadi fokus penelitian ini.
Angket dan tes
responden
tingkat
sedangkan
toleransi
dimaksudkan untuk mengetahui latar
tes
toleransi digunakan
mahasiswa. Pengetesan
untuk
dilakukan
belakang
mengetahui
sebelum dan
sesudah penataran.
Instrumen tes toleransi
berdasarkan
Djawad
pertimbangan para
Dahlan, Dr.
Aspek-aspek
telah divalidasikan terlebih dahulu
Suwarma
ahli,
yakni
Almuhtar, dan
selengkapnya yang
Prof. Dr.
Dr. Abin
diungkapkan dalam
Mohammad
Syasuddin.
penelitian ini
tersiratkan dari instrumen penelitian (terlampir).
Observasi
tak terlibat dilakukan
petatar (mahasiswa),
terhadap penatar (dosen),
serta situasi penataran.
informasi yang diungkapkan melalui
Aspek-aspek serta
observasi dapat dilihat
pada
Pedoman Observasi di lampiran 3.
Selanjutnya, wawancara dilakukan
tar, khususnya mahasiswa petatar
terhadap penatar dan peta
senior.
Aspek-aspek
yang di
ungkapkan dalam wawancara dapat dilihat pada Pedoman Wawancara di
lampiran 4.
98
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data dan
dalam penelitian
oleh. Karena
ini disesuaikan
data yang
maka teknik
dengan sifat data
diperoleh adalah berupa
titas, yakni skor mahasiswa,
taran,
pengolahan data yang dipergunakan
yang
deskripsi kuan-
khususnya sebelum dan sesudah pena
dipergunakan
adalah penghitungan statistik.
yang diper
untuk menganalisis
Pengolahan melalui uji
dengan menggunakan rumus untuk menguji
data
statistik
hipotesis dengan Korelasi
Linier antara Dua Variabel dari Endi Nurgana (1993).
Selain itu,
untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam analisis data dilakukan
pengolahan dengan menggunakan komputer, yakni
program pengolahan
data statistik SPSS PC+.
Untuk menguji
hipotesis dengan
Korelasi Linier
antara Dua
Variabel dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
(1)
Menentukan hipotesis.
(2)
Menentukan sampel yang representstif.
(3)
Menentukan persamaan regresi dari kedua variabel tersebut.
(4)
Mengetes linieritas regresi.
(5)
Jika
ternyata
regresinya linier
dilanjutkan
dengan meng-
hitung r.
(6)
Mengetes Q.
(7)
Jika q = 0, berarti tidak mempunyai korelasi linier.
(8)
Jika Q f 0, selanjutnya menghitung interval harga Q.
(9)
Menguji hipotesis.
(10) Jika ternyata regresinya tidak
linier langkah
menggunakan statistik tak parametrik, yaitu
selanjutnya
menggunakan ko-
99
relasi rank.
Selanjutnya,
berdasarkan
hasil penghitungan
dapat
ditaf-
sirkan kebermaknaannya dengan melakukan interpretasi yang sejalan
dengan tujuan penelitian. Penentukan korelasi antarvariabel dapat
ditentukan berdasarkan tolok ukur berikut ini.
KOEFISIEN KORELASI (q) ==> -1 < q < 1
(Nurgana,
p = -1,00
1993:
70)
korelasi negatif sempurna
-1,00 < p < -0,80
korelasi negatif tinggi sekali
-0,80 < p < -0,60
korelasi negatif tinggi
-0,60 < p < -0,40
korelasi negatif sedang
-0,40 < p < -0,20
korelasi negatif rendah
-0,20 < p <
0,00
korelasi negatif rendah sekali
p =
0,00
tidak mempunyai korelasi linier
0,00 < p <
0,20
korelasi rendah sekali
0,20 < p <
0,40
korelasi rendah
0,40 < p <
0,60
korelasi sedang
0,60 < p <
0,80
korelasi tinggi
0,80 < p <
1,00
korelasi tinggi sekali
p =
1,00
korelasi sempurna
100
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Universitas
Langlangbuana
keseluruhan
mahasiswa
1997/1998
Populasi ini
baru Universitas
yang berjumlah
fakultas yang
Bandung.
diambil
Langlangbuana
507 mahasiswa,
ada. Penentuannya
minoritas di
Angkatan
yang tersebar
didasarkan pada
dari
di lima
latar belakang
tempat lahir, daerah asal, suku, dan agama.
Sehubungan
berasal
dengan
dari mahasiswa
belakang
sesuai dengan
sampel total
itu dapat
ditentukan 44
responden yang
Universitas Langlangbuana
kriteria.
dilakukan secara
Dengan kata
yang berlatar
lain,
purposif atau yang
penentuan
lazim disebut
Purposive Sampling Technique, yakni dengan mempertimbangkan usia,
daerah asal,
latar
belakang kesukuan/kebangsaan,
pertama yang dikuasai
itu, mahasiswa
serta
bahasa
mahasiswa. Selain berdasarkan pertimbangan
yarfg berusia
sampai
dengan 21
tahun,
berlatar
belakang kesukuan dan kebahasaan nonsunda serta berasal dari luar
Jawa
Barat
dijadikan
prioritas untuk
dipilih
sebagai
sampel
penelitian.
Penentuan 44 responden tersebut dilakukan
dari
2 gugus (Gugus 1 dan Gugus
dengan menyeleksi
2) yang ada dengan berlandaskan
kriteria penentuan sampel total secara purposif. Gugus 1 terdiri
atas
326
mahasiswa yang
terbagi
dalam 8
kelompok, sedangkan
Gugus 2 terdiri dari 181 mahasiswa yang terbagi dalam 4 kelompok.
101
3.5 Variabel Penelitian dan Hubungan Antarvariabel
Dalam
penelitian ini, variabel
pokok yang
dikaji keterka-
itannya adalah tingkat toleransi mahasiswa (X) dengan
hasil
penataran P-4
(Y). Berdasarkan
variabel pokok
pencapaian
ini dapat
diturunkan menjadi lima buah variabel, yakni
Xx : Skor Tes Toleransi Prapenataran
X2 : Skor Tes Toleransi Pascapenataran
Yx : Nilai P-4
Y2 : Skor Tes Pancasila
Y0 : Skor Tes Objektif P-4
Hubungan antara
kelima variabel tersebut
dapat digambarkan
sebagai berikut.
X,
3.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian,
tujuan penelitian, dan lan
dasan teoretis yang telah diketengahkan di muka dapat
dirumuskan
102
hipotesis sebagai berikut:
(1)
ada korelasi
antara
profil toleransi
mahasiswa pada
saat
sebelum penataran (X ) dengan sesudah penataran P-4 (X2);
(2)
ada korelasi antara skor
(Y
(3)
prapenataran (X1) dengan nilai P-4
^•
ada korelasi antara skor
prapenataran (Xx) dengan hasil tes
Pancasila (Y2);
(4)
ada korelasi antara skor
prapenataran (X1) dengan hasil tes
objektif P-4 (Y3);
(5)
ada
korelasi antara
skor
pascapenataran P-4
(X2)
dengan
nilai P-4 (Yx).
(6)
ada
korelasi
antara
skor pascapenataran
P-4
(X2) dengan
hasil tes Pancasila (Y2);
(7)
ada korelasi
antara skor
tes Objektif P-4
terlihat bahwa sebagian
19 dan 18
tahun, dengan
proporsi terbesar
19 tahun (38,64%). Jumlah yang cukup
usia
18
dari 44
yakni
mahasiswa
mengisyaratkan
pendidikan di
tahun,
bahwa
yang
usia para
perguruan tinggi
13
besar berada
besar ada pada
responden, yang
berarti
dijadikan responden.
Hal ini
mahasiswa pada
berkisar antara
saat menempuh
18 hingga
19
tahun.
Tabel 4.1.4
Jenis Kelamin Responden
|:n;i;iiJ^l!g!!;KEl!iA«Iii4;!;!:!! illiFiREMlEMSl:!; pffliiiiii
Laki-laki
33
75,00
Perempuan
11
25,00
44
100,00
JUMLAH
Selanjutnya,
laki-laki
dari
jenis
puan .
25,00%. Hal ini
tingkat partisipasi
didikan
terlihat bahwa
jumlah
lebih banyak daripada perempuan, yakni 33 berbanding
11 atau 75,00% berbanding
bahwa
kelamin
di perguruan tinggi
kaum laki-laki
lebih besar
mengisyaratkan juga
untuk menempuh pen
daripada kaum perem
(-
Selanjutnya, komposisi
latar belakang kesukuan
responden
108
dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1.5
Latar Belakang Suku
lllillllliilililiiil^yitsiMiiiiiiiiiiiiiiiiiii linlilSil;;;;;; •III!
6,82
*
3
Sunda
I
Jawa
12
27,27
Melayu
13
29,55
Cina
l
2,27
Batak
4
9,09
Bugis
4
9,09
Lainnya
7
15,91
Tabel
100,00
44
JUMLAH
4.1.5
mengisyaratkan
penduduk di wilayah
Jawa
meskipun
penyebaran
Indonesia telah meluas, namun komposisinya
tidak merata. Dengan mencermati
bahwa suku
bahwa
dan
Melayu
tabel tersebut dapat
memiliki
terlihat
persentase
tertinggi,
Sunda menempati
persentase
yakni 27,27% dan 29,55%.
Di
terendah
mahasiswa
luar etnis
Cina, etnis
(6,82%) karena responden
penelitian ini diambil dari
minoritas yang berasal dari luar Jawa Barat. Hal ini
juga mengisyaratkan bahwa suku
Jawa Barat secara
Sunda yang berdomisili
di luar
kuantitas tidak sebanyak suku Jawa dan
Melayu, yang kemungkinan
memiliki kultur
lebih kondusif
suku
bagi
terjadinya proses migrasi ke luar daerah tempat kelahirannya.
109
Tabel 4.1.6
Bahasa Sehari-hari Responden
iiBAlflA^HiseiA^Ii^HAlSi! iiiiF^KIM^Iiii
|iiiii;nii!iiiiiiiiii!
Sunda
4
5,97
Jawa
9
13,43
Melayu
5
7,46
41
61,19
Indonesia
1
1,49 j
Batak
1
1,49
Bugis
0
0,00
Lainnya
6
8,96
67
100,00
|Cina/Tionghoa
JUMLAH
Pada
tabel
digunakan oleh
4.1.6 terlihat
Sedangkan bahasa-bahasa daerah
dak terlalu banyak dipergunakan
Hal ini
dalam masyarakat
Selain itu, dapat
lain ti
sebagai alat komunkasi sehari-
mengisyaratkan bahwa
memainkan perannya secara
munikasi
Indonesia telah
61,19% responden. Pada urutan berikutnya adalah
bahasa Jawa (13,43%).
sehari.
bahwa bahasa
bahasa
Indonesia telah
dominan untuk mengatasi masalah
multikultural diwilayah
Indonesia.
diisyaratkan juga bahwa para mahasiswa
menjadi responden merupakan multibahasawan
bahasa atau lebih di samping bahasa ibunya.
ko-
yang menguasai
yang
dua
110
Tabel 4.1.7
Agama yang Dianut Responden
AGAtfA
ImK&EHSI [
% |
35
79,55
Kristen
8
11,94
Katolik
1
2,27
Hindu
0
0,00
Budha
0
0,00
Lainnya
0
0,00
Islam
100,00
44
JUMLAH
Tabel 4.1.7
menunjukkan bahwa
mayoritas responden adalah
pemeluk agama Islam (79,55%) dan sisanya adalah penganut
serta kepercayaan
dan Katolik
bahwa
lainnya. Pemeluk agama
tidak lebih
dari 14,21%.
latar multikulturalisme
agama,
melainkan
Hal ini
yang menjadi
untuk menempuh pendidikannya tidak
anekaan
lain, yakni
lebih
Kristen
mengisyaratkan
tempat
mahasiswa
ditentukan berdasarkan
ditentukan oleh
lain terutama adalah aspek kesukuan dan kebahasaan.
Tabel 4.1.8
Responden Tinggal dengan.
IResponden fcinggal -dengan
agama
i EREKSIEH-SI
jAyah kandung dan ibu kandung
%
2,27
Ayah kandung dan ibu tiri
0
0,00
Ayah tiri dan ibu kandung
0
0,00
Ayah kandung
0
0,00
Ibu kandung
0
0,00
ke-
aspek-aspek
Ill
Wali/Saudara
18
40,91
Kos
24
54,55
2,27
Lainnya
Selanjutnya,
100,00
44
JUMLAH
informasi
tentang latar belakang responden
dapat terlihat dari tabel 4.1.8 yang mengisyaratkan kondisi
aktual
responden pada
tinggi.
saat
menempuh pendidikan
Sebagian besar responden
di perguruan
bermukim di tempat kos
(54,55%) dan di tempat wali atau saudara (40,91%). Hal
ini
mengisyaratkan bahwa kontrol orang tua atas anak berkurang
se
cara fisik. Perannya
digantikan oleh lingkungan kos
dan juga wali/famili yang menjadi
mahasiswa
tempat tinggal mahasiswa
selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Tabel 4.1.9
Asal Kota Responden
liiHHBIiffllili; iiSSHii ii!!i!i!JPI!ii!ilii
0
Bandung
0,00
Luar Bandung
44
100,00
JUMLAH
44
100,00
Tabel
4.1.9 menunjukkan
bahwa mahasiswa
yang
dijadikan
sebagai responden benar-benar telah memenuhi kriteria dalam
penelitian ini,
dari luar Bandung.
yakni seluruh mahasiswa (100%) yang berasal
112
Tabel 4.1.10
Pendidikan Ayah
PMUIMIAtf AYAH
| FREMIEHSI
%
8
18,18
SLTA
24
54,54
SLTP
6
13,64
SD
6
13,64
0
0,00
44
100,00
Perguruan Tinggi
Tidak Tamat
SD
JUMLAH
Selanjutnya,
kang
pendidikan
tabel
ayah
(54,54%). Sedangkan
tinggi
hanya
4.1.10 menunjukkan
responden
ayah
18,18%.
responden
Hal
ini
formal sebagian besar mahasiswa
didikan yang lebih
adalah
berpendidikan
berlatar
mengisyaratkan
bahwa
dibandingkan dengan
Selain itu,
pemuda pada masa sekarang ini.
Tabel 4.1.11
Pendidikan Ibu
MiiiEENiDIiBIiEANiMIiBU!!;!;;; iJilEREK^ENiSl!!! !I!!!!I11II;kI!I!!!1!1;;
4
9,09
SLTA
20
45,45
SLTP
12
27,27
SD
6
SLTA
secara
pen
pendi
tabel juga mengisyaratkan
bahwa kesempatan menempuh pendidikan tinggi lebih terbuka
Perguruan Tinggi
bela
perguruan
telah memiliki orientasi
tinggi apabila
dikan para orang tuanya.
yang
bahwa latar
13,64 j
bagi
113
4,55 |
2
Tidak Tamat SD
100,00 1
44
JUMLAH
Tidak jauh berbeda dengan latar
sebagian besar
responden memiliki ibu
pendidikan berpendidikan
ponden
yang
belakang pendidikan ayah,
berlatar
SLTA
yang berlatar
(45,45%).
perguruan tinggi
Sedangkan
hanya
Tabel 4.1.12
Pekerjaan Ayah
liillili^MiiaBlBlliiiyiyiiiiiiKiaMililiiii liiisiiiHiii 1111111111
j
Tidak bekerja
0
0,00
Petani
1
2,27
10
22,73
0
0,00
Wiraswasta
15
34,09
Pegawai Negeri
14
31,82
ABRI
3
6,82
Lainnya
1
2,27
44
100,00
JUMLAH
terletak
dibandingkan dengan ting
kat pendidikan kaum pria.
Jasa
Namun,
mengisyaratkan bahwa tingkat pendidikan
perempuan lebih rendah apabila
Karyawan swasta
res
responden yang berlatar belakang pendidikan
SLTP (27,27%). Hal ini
kaum
ibu
9,09%.
sedikit perbedaan dibandingkan dengan pendidikan ayah
pada banyaknya ibu
belakang
114
Tabel
>.responden
kerjaan
4.1.12 menunjukkan
yang
mengisyaratkan
di sektor
wiraswasta
latar
belakang
pekerjaan ayah
adanya perimbangan
(34,09%) dengan
antara pe
pegawai negeri
(31,82). Ayah responden yang bekerja di sektor pertanian
2,27% dan tidak seorang pun
Hal ini menunjukkan
yang memiliki ayah
hanya
tidak bekerja.
bahwa ayah menjadi tumpuan keluarga
dalam
mendukung biaya pendidikan anak.
Tabel 4.1.13
Pekerjaan Ibu
|
JPMFJ&A^liinjnnO ;Hig$&iHiI; iSIilll
25,00
n
Tidak bekerja
Petani
3
6,82
Karyawan swasta
3
6,82
Jasa
0
0,00
17
38,64
Pegawai Negeri
9
20,45
ABRI
0
0,00
Lainnya
1
2,27
44
100,00
Wiraswasta
JUMLAH
Dari pekerjaan ibu
responden, seperti yang
tersirat pada
tabel 4.1.13 dapat terlihat bahwa sebagian besar mengarah
sektor wiraswasta (18,64%).
Yang juga
perlu dicermati
pada
adalah
banyaknya ibu bekerja (75%) di pelbagai sektor pekerjaan
telah
menggeser
meng-
kedudukan ibu
implikasikan
juga bahwa
tidak bekerja
ibu juga
(25%). Hal
menjadi tumpuan
ini
dalam
me-
115
nunjang kebutuhan ekonomi keluarga.
Tabel 4.1.14
Penghasilan Orang Tua
lliiiAllll^
IliiliSill piliilln!
6,82
> Rp
1.000.000,00
> Rp
700.000,00
12
27,27
> Rp
500.000,00
16
36,36
>, Rp
250.000,00
8
18,18
< Rp
250.000,00
5
11,36
44
100,00
3
JUMLAH
Tabel
4.1.14 menunjukkan
hasilan antara Rp. 500.000,00
bahwa orang tua yang berpeng-
hingga Rp.
PROFTL TOLERANSI SEBAGAI
HASIL PENDIDIKAN NILAI PRAPERGURUAN TINGGI
MEIALUI PENATARAN P-4
Studi Deakriptif-Analitis terhadap Pencapaian Afektif
Mahasiswa Minoritas dalam Hubungannya dengan Hasil Penat&ran P-4
di Universitas Langlangbuana Bandung yangBerlatar Multikultural
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi
Sebagian dari Syarat Penyelesaian Studi
Magister Pendidikan pada Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
Elly Retnaningrum
MM 9596172
PROGRAM PASCASARJANA
INSTTTUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1998
"MV> J
Disetujui untuk Ujian Tahap II
PMbimb:
Prof. Dr. H. Martian Abduracliman
Pembimbing II,
•7
Prof.iDrJH. Nursid Sumaatmadja
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
j_
UCAPAN TERIMA KASIH
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GRAFIK
v, *
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
BAB II
xiii
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Alasan Pemilihan Masalah
8
1.4 Tujuan Penelitian
9
1.5 Definisi Operasional
n
1.6 Manfaat Penelitian
14
PENATARAN P-4
DALAM LATAR
MULTIKULTURAL
SEBAGAI
WAHANA PENINGKATAN TOLERANSI UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN MAHASISWA YANG SELARAS DENGAN PENDIDIK
AN UMUM
16
2.1 Definisi Pendidikan Umum
16
2.2 Landasan Filosofis Pendidikan Umum
22
2.3 Tujuan Pendidikan Umum dan Indikator Pencapaiannya
2.4 Kultur
_ __
vi
28
31
Vll
2.4.1 Beberapa Pandangan tentang Kulturtur ...
2.4.2 Beberapa
Implikasi
Pandangan
Kultur terhadap Pendidikan
tentang
35
38
2.5 Perguruan Tinggi sebagai Sentra Kultur
39
2.6 Pengertian Multikulturalisme
42
2.7 Konsep Pendidikan Multikultural
44
2.8 Konsep Nilai dan Nilai Multikultural
51
2.9 Ihwal Toleransi
54
2.10 Upaya Peningkatan Toleransi
62
2.11 Indikator Kualitas Toleransi
66
2.12 Falsafah Utama yang Mendasari Toleransi dalam
Masing-masing Suku Bangsa di Indonesia
69
2.12.1 Falsafah Utama Suku Sunda
70 )
2.12. 2 Falsafah Utama Suku Jawa
71
2.12.3 Falsafah Utama Suku Melayu
72
2.12.4 Falsafah Utama Suku Cina
74
2.12.5 Falsafah Utama Suku Batak
75
2.12.6 Falsafah Utama Suku Bugis
77
2.12.7 Falsafah Utama Suku Suku-suku Lainnya
79
2.13 Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P-4) dalarn Pembentukan Kepribadian
80
2.14 Pendidikan Nilai Praperguruan Tinggi dalam
Penataran P-4 Sebagai Wahana Pencapaian Tuju
an Pendidikan Umum untuk Meningkatkan Tole
ransi Mahasiswa pada Latar Multikultural ....
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
88
95
3.1 Metode
gg
3.2 Teknik Pengumpulan Data
96
3. 3 Teknik Analisis Data
98
Vlll
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
3.5 Variabel Penelitian dan Hubungan
Anatarvaria-
bel
BAB IV
101
3.6 Hipotesis Penelitian
101
DATA PENELITIAN DAN PENGUJIAN HIPOTESIS
103
4.1 Deskripsi Data Prapenataran
103
4.2 Deskripsi Data Selama Proses Penataran
129
4.2.1 Hasil Observasi
129
4.2.2 Hasil Wawancara
137
4.3 Deskripsi Data Pascapenataran P-4
158
4.4 Penguj ian Hipotesis
173
4.4.1 Penguj ian Hipotesis 1
4.4.2 Pengujian Hipotesis 2
BAB V
100
173
..
174
4.4.3 Pengujian Hipotesis 3
175
4.4.4 Pengujian Hipotesis 4
175
4.4.5 Pengujian Hipotesis 5
176
4.4.6 Pengujian Hipotesis 6
177
4.4.7 Pengujian Hipotesis 7
177
4.5 Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Senior
178
ANALISIS DATA DAN PENAFSIRAN HASIL ANALISIS
194
5.1 Hasil
194
Studi Pustaka &
Studi Dokumentasi
5.2 Hasil Observasi
196
5.3 Hasil Wawancara
206
5.4 Hasil Angket dan Tes
208
5 .5 Hasil Uj i Hipotesis
217
ix
BAB VI
5.6 Profil Toleransi Berdasarkan Kesukuan
221
5.6.1 Profil Toleransi Suku Sunda
222
5.6.2 Profil Toleransi Suku Jawa
225
5.6.3 Profil Toleransi Suku Melayu
226
5.6.4 Profil Toleransi Suku Cina
227
5.6.5 Profil Toleransi Suku Batak
228
5.6.6 Profil Toleransi Suku Bugis
230
5.6.7 Profil Toleransi Suku-suku Lainnya
231
5.6.8 Penutup
239
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
242
6.1 Kesimpulan
242
6.2 Rekomendasi
247
DAFTAR KEPUSTAKAAN
250
LAMPIRAN
254
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1
Alur Penelitian
96
Tabel 4.1.1
Latar Belakang Kultural Responden
103
Tabel 4.1.2
Tempat Lahir Responden
106
Tabel 4.1.3
Usia Responden
106
Tabel 4.1.4
Jenis Kelamin Responden
107
Tabel 4.1.5
Latar Belakang Suku
108
Tabel 4.1.6
Bahasa Sehari-hari Responden
109
Tabel 4.1.7
Agama yang Dianut Responden
110
Tabel 4.1.8
Tempat Tinggal Responden
110
Tabel 4.1.9
Asal Kota Responden
HI
Tabel 4.1.10
Pendidikan Ayah
112
Tabel 4.1.11
Pendidikan Ibu
112
Tabel 4.1.12
Pekerjaan Ayah
113
Tabel 4.1.13
Pekerjaan Ibu
H4
Tabel 4.1.14
Penghasilan Orang Tua
115
Tabel 4.1.15
Menghargai Perbedaan
116
Tabel 4.1.16
Tidak Memaksakan Kehendak
116
Tabel 4.1.17
Memberikan Kebebasan Memilih
117
Tabel 4.1.18
Menghargai Perbedaan Pendapat
H7
Tabel 4.1.19
Pembiasaan Sikap Toleran
118
Tabel 4.1.20
Sikap Saling Menghormati
119
XI
Tabel A. 1.21
Bertenggang Rasa
120
Tabel 4.1.22
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
j iban
Tabel 4.1.23
120
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
jiban
121
Tabel 4 .1. 24
Bertenggang Rasa
122
Tabel 4.1.25
Menghormati Orang Lain
122
Tabel 4.1.26
Bersikap Adil dan Menghormati Orang Lain
123
Tabel 4.1. 27
Bertenggang Rasa
124
Tabel 4.1.28
Saling Menghormati
124
Tabel 4.1.29
Tidak Memaksakan Kehendak
125
Tabel 4.1. 30
Bertenggang Rasa
126
Tabel 4.1.31
Tidak
Memaksakan
Kehendak dan Mengutamakan
Musyawarah
126
Tabel 4.1.32
Menghormati Hasil Musyawarah
127
Tabel 4.1.33
Menghormati Hak Orang Lain
128
Tabel 4.2.1.1 Hasil Observasi Penataran P-4 di Unla
130
Tabel 4.2.2.1 Hasil Wawancara dengan Narasumber 1
138
Tabel 4.2.2.2 Hasil Wawancara dengan Narasumber 2
144
Tabel 4.2.2.3 Hasil Wawancara dengan Narasumber 3
150
Tabel 4.3.1
Memupuk Sikap Saling Menghormati
159
Tabe 1 4.3.2
Bertenggang Rasa
159
Tabel 4.3.3
Tidak Memaksakan Kehendak
160
Tabel 4.3.4
Bertenggang Rasa
161
Tabel 4.3.5
Tidak
Memaksakan
Kehendak dan Mengutamakan
Musyawarah
'.
162
Tabel 4.3.6
Menghormati Hasil Musyawarah
163
Tabel 4.3.7
Menghormati Hak Orang Lain
164
Tabel 4.3.8
Sikap Saling Menghormati
164
Tabel 4.3.9
Bertenggang Rasa
166
Tabel 4.3.10
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
Tabel 4.3.11
Mengakui Persamaan Derajat, Hak,
dan
Kewa-
Tabel 4.3.12
Bertenggang Rasa
168
Tabel 4.3.13
Menghormati Orang Lain
169
Tabel 4.3.14
Adil dan Menghormati Hak Orang Lain
170
Tabel 4.3.15
j iban
j iban
167
168
Skor Prapenataran, Skor Pascapenataran, Skor
Tes Objektif, Skor Tes Pancasila,
P-4
dan Nilai
171
Tabel 4.5.1
Hasil Wawancara dengan Mahasiswa Senior .... 179
Tabel 4.5.2
Menghargai Perbedaan
180
Tabel 4.5.3
Tidak Memaksakan Kehendak
180
Tabel 4.5.4
Memberikan Kebebasan Memilih
181
Tabel 4.5.5
Menghargai Perbedaan Pendapat
181
Tabel 4.5.6
Pembinaan Sikap Toleran
182
Tabel 4.5.7
Sikap Saling Menghormati
183
Tabel 4.5.8
Bertenggang Rasa
183
Tabel 4.5.9
Mengakui Persamaan Derajat, Hak, & Kewajiban 184
Tabel 4.5.10
Mengakui Persamaan Derajat, Hak, & Kewajiban 185
Tabel 4.5.11
Bertenggang Rasa
186
Tabel 4.5.12
Menghormati Orang Lain
186
Tabel 4.5.13
Bersikap Adil dan Menghormati Hak Orang Lain 187
Tabel 4. 5.14
Bertenggang Rasa
188
Tabel 4.5.15
Saling Menghormati
189
Tabel 4.5.16
Tidak Memaksakan Kehendak
189
xn
Tabel 4.5.17
Tabel 4.5.18
Bertenggang Rasa
190
Tidak Memaksakan Kehendak
dan
Musyawarah
Mengutamakan
191
Tabel 4.5.19
Menghormati Hasil Musyawarah
192
Tabel 4.5.20
Menghormati Hak Orang Lain
193
Tabel 5.2.1
Aspek
Indikator Dunia Afektif, Proses Pela-
konan, dan
rapkan
Keterampilan
Afektif yang Diha-
Tabel 5.4.1
Perkembangan Tingkat Toleransi Prapenataran-
Tabel 5.6.1
Perkembangan Tingkat Toleransi Prapenataran-
Pascapenataran
Pascapenataran Berdasarkan Kesukuan
Tabel 5.6.8.1 Aspek Toleransi Yang
Suku
xm
Menonjol
Pada
199
211
222
Setiap
239
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Matriks Validasi Instrumen Penelitian
254
Lampiran 2 Instrumen Penelitian dan Kunci Jawaban
Lampiran 3 Pedoman Observasi
':
257
264
Lampiran 4 Pedoman Wawancara
265
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
konteks dunia
pendidikan di
multikulturalisme bukanlah
pendidik,
suatu
ihwal
mengingat bahwa
antara
pada hakikatnya
pengajar dan pembelajar
yang beraneka
kang budaya dalam suatu
setiap masya
ragam. Hal
pertemuan bernuansa
dalam interaksi
langsung dalam kondisi yang mempertemukan
kalangan
pendidikan merupakan
harus diperhitungkan dalam
belakang budaya
persoalan
asing. Bagi
multikulturalisme dalam
upaya penting
rakat berlatar
sesuatu yang
Indonesia,
ini
edukatif
di kelas ber
berbagai latar bela
proses belajar mengajar
yang mengarah
pada tujuan bersama.
Bagi
kalangan mahasiswa, konteks budaya di Indonesia yang
terdiri atas berbagai-bagai suku
bangsa, agama, dan nilai, se-
lain
juga
memberikan
dampak positif
tersendiri yang menjurus pada
yang
persoalan
dampak negatif. Salah
pak positifnya, dengan berpedoman pada
gal Ika",
menghadirkan
para mahasiswa dapat
satu dam
semangat "Bhineka Tung-
terakulturasikan pada
kondisi
menempatkannya dalam keanekaragaman pengetahuan, pandang
an, dan
sikap. Hal ini
dapat memberikan dukungan yang berman
faat untuk memperkuat persatuan
berasal dari pelbagai latar
di antara sesama
makhluk yang
belakang sosial budaya
1
seraya me-
2
ningkatkan toleransi, baik dalam
pemahaman maupun
sikap dalam menghadapi pelbagai
perbedaan. Dengan kata
kondisi yang diwarnai
pendewasaan
lain,
multikulturalisme antara lain dapat mem-
perluas wawasan mahasiswa dalam berbagai dimensi persoalan.
Selain manfaat tersebut, merujuk pada Australian
on Population and Ethnic Affairs (ACPEA,
Council
J982: 18), pendidikan
multikultural antara lain dapat memberikan
• Pemahaman antarkultur, toleransi dan penghargaan pada polapola kultur lain;
• meningkatkan komunikasi antaranggota kelompok kultur;
• memelihara, memberikan pengaruh kultural, linguistik dan
melestarikan bahasa dalam suatu masyarakat.
Namun, selain memberikan dampak positif seperti tersebut
di atas, pendidikan multikultural juga menghadirkan persoalan
yang cukup serius kepada mahasiswa. Misalnya, perselisihan antarsuku serta kecemburuan kultural pada budaya dominan tertentu, yang pada gilirannya dapat menajamkan perbedaan dan
amat potensial bagi tumbuhnya permusuhan serta ketidakharmo-
nisan psikologis dan sosial. Dampak negatif ini tidak hanya
dirasakan akibatnya bagi kelompok dan individu mayoritas, melainkan yang lebih utama adalah kelompok dan individu
mino
ritas.
Sehubungan dengan adanya dampak yang diakibatkan oleh
perbedaan antarkultur itu, maka praktik pendidikan di perguruan tinggi harus memperhitungkan
keberadaan faktor
multikul-
3
turalisme
dalam pendidikan.
dengan
faktor-faktor
agama,
kesukuan, serta
sebagai fokus
dimensi
keanekaragaman
penelitian yang
Dua
tatkala
pendidikan.
berada
di
berada
Kristen
perguruan tinggi
dapat
di kelas
lain lagi,
berbahasa
.tatkala
yang
di
bahasa
Jawa
kelas yang
Islam,
menem-
mino
misalnya,
mayoritas beragama
sebagai
minoritas
beragama Islam.
ketika
Contoh
yang
belakang suku Jawa dan
berposisi
mayoritas
berbahasa pertama bahasa
belajar mengajar di
yang
Sebaliknya, dua mahasiswa
seorang mahasiswa berlatar
berada
Sunda dan
berposisi
yang mayoritas
pertama
Faktor-faktor
mayoritas maupun
beragama
Kristen berposisi sebagai minoritas.
beragama
mengungkapkan
menciptakan kondisi
mahasiswa yang
bahasa,
ekonomi patut dijadikan
dalam posisi sebagai
orang
berkaitan
belakang
diharapkan dapat
dalam
bagaimanapun dapat
patkan mahasiswa
latar
strata sosial
multikulturalisme
tersebut
ritas.
Fenomena-fenomena yang
sebagai
minoritas
anggotanya
Sunda. Meskipun
bersuku
kegiatan
perguruan tinggi menggunakan bahasa Indo
nesia bukan berarti mahasiswa minoritas yang berbahasa pertama
bahasa Jawa tidak memperoleh kesulitan.
Tidak dapat
dipungkiri, sebagian besar praktik pendidikan
di Indonesia berlangsung dalam
demikian, kesadaran
bedaan yang
Meskipun
perlunya memperhitungkan aspek-aspek
per
dapat dipertimbangkan sebagai penentu keberhasilan
maupun kegagalan
tidak banyak diperhatikan. Negara
yang terdiri atas berbagai
dah saatnya
latar multikultural.
latar kultur, etnis,
mempertimbangkan keanekaragaman
Indonesia,
dan agama su-
itu dalam praksis
4
pendidikan. Apalagi dalam perkembangan
global sekarang, dengan
semakin seringnya
kebutuhan untuk memper-
kontak antarbangsa,
hitungkan keberadaan multikulturalisme dalam perencanaan
jakan, pelaksanaan dan implementasi
kebi-
pendidikan menjadi semakin
penting serta tidak dapat ditawar-tawar lagi.
Sehubungan
dengan itu,
pendidikan dalam latar
pat mengungkapkan
timbul dalam
dan
terhadap
pelaksanaan
multikultural perlu dilakukan agar
persoalan-persoalan kependidikan yang
konteks kultur yang
potensi individu
kan. Dari
penelitian
da
dapat
pluralistik. Keanekaan sifat
dalam suatu
kelas haruslah diperhitung-
perspektif ini dapat lebih ditegaskan lagi bahwa la
tar belakang
budaya dan
kedudukan mahasiswa
ruslah diperhitungkan pula
dalam kelas
sebagai variabel yang dapat
ha
menen-
tukan pencapaian tujuan pendidikan.
Dikaitkan
dengan tujuan pendidikan umum yang mengarah pa
da pembentukan manusia utuh yang diharapkan dapat mandiri
menjadi
warga negara
yang
baik, maka
perguruan tinggi haruslah dapat
dengan
tujuan tersebut.
keterampilan
pencapaian
uulah
satu aspek
pendidikan
memberikan hasil yang
Aspek-aspek
haruslah memenuhi
proses
pengetahuan,
syarat
tidak
di
selaras
3ikap, dan
keseimbangan
n;engorbankan
dan
seh-.::.-,;-i
a^pek
yang
proses pendidikan di
per-
1ainnya.
• ;l menpetahiti.
guruan tinggi telah
apakah hasil
mencapai hasil yang
diharapkan diperlukan
penelitian yang dapat mengungkapkan
profil mahasiswa
selama,
kegiatan pendidikan terse-
dan setelah terlibat dalam
sebelum,
5
but.
Profil yang
jukkan pencapaian
dimaksud bukan
hasil
skor tertentu yang
dak dalam
belajar yang
sikap
yang
menun-
ditandai dengan
raihan
menunjukkan mahasiswa telah lulus atau
proses pendidikan,
badian atau
hanya gambaran
yang
melainkan
selaras
dengan
juga gambaran
tuntutan
ti
kepri-
pencapaian
tujuan.
Penataran P-4 sebagai
perguruan
agar dapat
salah satu praktik pendidikan
tinggi dimaksudkan
untuk
mempersiapkan
pra
pesertanya
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai yang terkan-
dung dalam Pancasila
tik pendidikan
tanya menjadi
dalam kehidupan nyata. Sejauh mana
itu memberikan
salah satu objek
pendidikan nilai
prak
kepada peser
penelitian yang penting
untuk
dikaji. Oleh karena itulah penelitian ini dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar
belakang yang telah dipaparkan di
muka, masalah dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut.
1.2.1
toleransi
Bagaimanakah
profil
pada konteks
multikultural sebelum dan sesudah pena
taran P-4
Sistem 45 jam
mahasiswa
di Universitas
minoritas
Langlangbu
ana?
1.2.2
Apakah pendidikan
nilai praperguruan tinggi
melalui
penataran P-4 di Universitas Langlangbuana dapat
me-
ningkatkan profil toleransi mahasiswa?
1.2.3
Apakah terdapat
hubungan antara profil toleransi ma-
hasiswa dengan pencapaian hasil penataran P-4?
Masalah pertama
mahasiswa dari
berhasilan
mengarah pada perlunya menentukan
perspektif afektif. Hal
atau
ketidakberhasilan
profil
ini berarti bahwa
penataran P-4
tidak hanya
dipandang dari pencapaian skor yang menentukan mahasiswa
lulus
atau tidak lulus dalam kegiatan penataran yang diikutinya.
lainkan
juga dari profil
sikan dari
ke
Me-
toleransi mahasiswa, yang terindika-
afeksi yang ditunjukkannya dalam menyikapi masalah-
masalah kultur, sosial, ekonomi, dan psikologi.
Masalah
kedua dimaksudkan
tidaknya pelaksanaan
lalui penataran
untuk
mengungkapkan
kondu3if
pendidikan nilai praperguruan tinggi
P-4 untuk memperkuat
tingkat toleransi
maha
siswa. Sedangkan masalah ketiga dimaksudkan untuk mengkaji
bungan
antara
profil toleransi
mahasiswa
dengan
me-
hu
pencapaian
hasil penataran pada ranah kognitif.
Khusus
berkenaan
dengan
masalah 1.2.3
dapat diturunkan
submasalah berikut.
1.2.3.1
Bagaimanakah hubungan
siswa sebelum
antara profil toleransi
penataran dengan
maha
sesudah penataran P-
4?
1.2.3.2
Bagaimanakah
hubungan
antara
skor
prapenataran
antara
skor
prapenataran
skor
prapenataran
dengan nilai P-4?
1.2.3.3
Bagaimanakah
hubungan
dengan hasil tes Pancasila?
1.2.3.4
Bagaimanakah
hubungan
antara
7
dengan hasil tes objektif?
1.2.3.5
Bagaimanakah hubungan antara skor pascapenataran
P-4
dengan nilai P-4?
1.2.3.6
Bagaimanakah hubungan antara skor pascapenataran
P-4
dengan hasil tes Pancasila?
1.2.3.7
Bagaimanakah
hubungan
antara
skor
pascapenataran
dengan hasil tes Objektif?
Dengan berpedoman
pada masalah
profil toleransi mahasiswa
identifikasi latar
berisi
agama;
dapat diungkapkan dengan
(1) meng-
daerah asal (luar
(2) memberikan
butir-butir
sebelum
tersebut,
belakang mahasiswa dengan
tempat lahir, usia,
hasa, dan
dan submasalah
soal
penataran
dan
penelitian yang
mengetes
mengkorelasikan tingkat
dan
(7)
(4)
dan sesudah
aspek
yang
toleransi
mencatat perolehan hasil
toleransi responden
dengan instrumen
(5) mengkorelasikan
penataran berlangsung;
toleransi dengan
membandingkan
suku, ba
(3) melakukan observasi pa
telah dipersiapkan;
kat toleransi sebelum
nataran;
mengungkap
pelaksanaan penataran P-4;
pelaksanaan penataran;
Jawa Barat),
angket kepada responden
dengan
da proses
mempertimbangkan
profil
ting
(6)
pencapaian hasil pe
toleransi
dengan hasil wawancara terhadap mahasiswa senior.
responden
8
1.3 Alasan Pemilihan Masalah
Ada beberapa
pertimbangan dalam
penentuan masalah
litian. Pertama, mahasiswa minoritas dijadikan sebagai
utama penelitian ini mengingat
multikulturalisme dalam
pene
sasaran
perlunya memperhitungkan
pendidikan. Hal
ini didasari
aspek
pertim
bangan, dalam latar multikulturalisme, faktor-faktor yang
ber-
kenaan dengan minoritas dapat menjadi kendala atau justru
man
faat
yang turut menentukan
pencapaian hasil-hasil pendidikan.
Secara esensial, pendidikan multikultural merupakan
upaya untuk
ngekang
peserta
membebaskan
etnosentris
budaya-budaya,
dan
didik dari
memberikan
masyarakat, cara
perspektif
lain.
Pendidikan
pendidikan
untuk
membebaskan
suatu
batas-batas
kesadaran
akan
adanya
hidup, serta pemikiran
multikultural
peserta
merupakan
didik dari
budaya
dan sentimen, sebagai
dan perspektif
dengan penuh kesadaran
lain
suatu
ser
kebebasan untuk menjelajahi
serta menentukan
atas kondisi yang
bahwa keberadaan seorang
dari
keterkung-
kungan kultural, yakni bebas dari bias-bias turun temurun
ta perasaan
pe-
peserta didik
pilihan sendiri
ada. Hal ini berarti
dalam lingkungan
kul
tural yang baru senantiasa menghadirkan persoalan baru.
Kedua, materi penataran P-4 dijadikan sebagai sasaran
nelitian mengingat salah satu misinya sebagai ajang untuk
bina dan
Misi
pe
mem-
membentuk manusia utuh yang berkepribadian Pancasila.
pembinaan dan
pembentukan manusia
dengan tujuan pendidikan umum
manusia mandiri yang
utuh tersebut selaras
yang berupaya membentuk manusia-
bertanggung jawab
kepada masyarakat
dan
9
bangsanya. Dengan
kata lain, tujuan
penataran P-4 dan
tujuan
pendidikan umum seiring
sejalan serta mengarah pada fokus
juan yang
menjadikan manusia
sama,
yakni
Indonesia
tu
sebagai
warga negara yang baik.
Hal
di atas
kenaan dengan
mengisyaratkan bahwa
sikap, tingkah laku,
aspek-aspek
yang ber-
dan perbuatan menjadi
saran dalam pembentukan kepribadian yang selaras dengan
sila
dan tujuan pendidikan
sa
Panca
umum. Alasannya, sebelum seseorang
bersikap, bertingkah laku, atau berbuat, terlebih dulu ia akan
berpikir tentang
sikap tingkah
dilakukan.
sebaiknya
Untuk
laku dan
perbuatan mana
itu, nilai-nilai
Pancasila harus
dijadikan sebagai dasar dan motivasi dalam segala sikap,
kah laku, serta
sa, dan
perbuatan dalam hidup bermasyarakat,
bernegara untuk mencapai
yang
tujuan nasionalnya
ting
berbang-
sebagai-
mana terkandung dalam UUD 1945 (BP-7 Pusat, 1996: 9).
Ketiga,
profil
mengingat pentingnya aspek
utuh yang
(afektif)
toleransi
pendidikan umum. Dengan
lain, pelukisan profil toleransi penting
hasil
diungkapkan
ini dalam pembentukan watak manusia
sejalan dengan tujuan
mengungkapkan
perlu
pendidikan
nilai
kata
dilakukan untuk dapat
praperguruan
tinggi,
khususnya dalam penataran P-4.
1.4 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah,
untuk
mendeskripsikan profil
penelitian ini
toleransi
mahasiswa
ditujukan
minoritas,
10
sebelum, selama
proses, dan sesudah
sitas langlangbuana.
untuk
Deskripsi ini
mengetahui hasil
di
sosial
tinggi
penataran P-4 secara keseluruhan.
tinggi
tempat pranata
kemasyarakatan
merupakan
praperguruan
tersebut tersiratkan bahwa konteks penelitian
lingkungan perguruan
lingkungan
Univer
dipergunakan sebagai dasar
pendidikan nilai
serta kaitannya dengan hasil
Dari tujuan
penataran P-4 di
pendidikan
yang
faktor-faktor
pada praktik pendidikan
tidak dapat
majemuk
eksternal
itu
dilepaskan
berada. Lingkungan
dan lingkungan
yang
dari
memberikan
yang terjadi. Aspek-aspek
keluarga
pengaruh
yang saling
berkaitan itu tergambarkan dari fishbone diagram berikut.
FISHBONE DIAGRAM
Penstat:
Petatar:
. Interaksi penatar-
. Sikap
petatar
Aspek
internal
. Pengnasaan ma
. Peruaku
. Pengetahuan
ted
Aspek
Lingkungan sosial:
ekster
nal
. Nflai/aturan/notma dalam ma
syarakat
Peningkatan
Lingkungan keluarga
. Latar belakang
pendidikan
. Interaksi orang tua,
anak, dan anggota
keluarga lain
Kualitas Toleransi
Mahasiswa
11
1.5 Definisi Operasional
Dalam
penelitian ini
yang secara operasional
digunakan istilah-istilah
merujuk pada makna khusus. Untuk
istilah-istilah yang memiliki pengertian
bagian
tertentu
ini untuk didefinisikan selaras
itu,
khusus disajikan pada
dengan kepentingan pe
nelitian.
1.5.1 Profil Toleransi
Definisi "profil
toleransi" merujuk
rakteristik yang ditunjukkan
ran mahasiswa.
dari
melalui sikap dan
Sikap dan perilaku
beberapa indikator,
ditandai
dapat menerima
pendapat, cara-cara melakukan
atau keyakinan.
Dalam penelitian
gambaran
sikap
Langlangbuana
dan
yang
ini, profil toleransi diartikan
perilaku
toleran ini ditunjukkan
sesama
toleran
ditunjukkan
setelah kegiatan penataran P-4
antara
adalah
ka-
perilaku tole
toleran ini dapat
di antaranya
perbedaan, baik dalam kebiasaan,
sesuatu,
pada pengertian
sebelum,
pada
Universitas
saat,
serta
berlangsung. Sikap dan perilaku
dari cara-cara
mahasiswa
mahasiswa
sebagai
maupun
menerima perbedaan
antara
mahasiswa
di
(petatar)
dengan dosen (penatar).
1.5.2 Toleransi
Penerimaan
kebiasaan,
keyakinan
sejumlah perbedaan
adat istiadat,
seseorang yang
cara-cara
yang tidak
melakukan
didasarkan pada
sesuai
dengan
sesuatu, atau
pengakuan
atas hak
12
kebebasan
pada
seperti di
setiap orang.
Indonesia,
Dalam
masyarakat yang
toleransi merupakan
majemuk
syarat bagi
kehi
dupan bersama secara rukun dan damai.
Toleransi dapat ditunjukkan melalui
indikasikan
Selain
dari
itu dapat
perilaku
sikap pasif yang ter-
"menahan diri"
ditunjukkan pula
secara aktif
tingkatan "menghargai" dengan perbuatan
pada
saat salah
salah penatar
atau "membiarkan".
sampai
yang nyata.
seorang mahasiswa mengemukakan
pada
Misalnya,
pendapat yang
tidak mengecam dan memarahi mahasiswa, melainkan
menunjukkan alternatif yang benar.
melakukan kesalahan
Sebaliknya, apabila penatar
mahasiswa tidak
serta merta
bersikap dan
melakukan perbuatan yang serupa.
Demikianlah, definisi toleransi yang
nelitian
tidak
ini adalah
sikap
menerima pelbagai
sesuai dengan kebiasaan,
kukan sesuatu,
digunakan dalam
atau keyakinan
perbedaan
pe
yang
adat istiadat, cara-cara mela
yang didasarkan pada
pengakuan
atas hak kebebasan pada setiap orang.
1.5.3 Latar Multikultural
Rumusan yang
tural"
lebih tepat dari
dapat diberikan
pendidikan dalam
dengan
dan sikap
tisipasi
bertitik tolak
latar multikultural.
multikultural dimaksudkan
dimaksudkan untuk
definisi "latar
dari
definisi
Pendidikan dalam
latar
sebagai upaya-upaya pendidikan
memberikan bekal pengetahuan,
yang bermanfaat bagi
secara penuh
multikul
keterampilan,
mahasiswa untuk dapat
dalam lingkungan
ekonomi,
yang
berpar-
sosial, dan
13
politik dalam suatu masyarakat yang warganya berasal dari
ber-
bagai latar belakang etnis, agama, dan budaya/
Pendidikan dalam
pemberian pengalaman
kemampuan
latar multikultural tidak terbatas
untuk membekali
mahasiswa agar
analitis dan evaluatif untuk
mokrasi, rasisme,
bagi pengembangan
gaman kebahasaan
memiliki
menghadapi isu-isu de-
seksisme, dan dominasi kekuasaan.
juga menguji dinamika keanekaragaman
Melainkan
kultural dan implikasinya
strategi pengajaran serta menguji keanekara
serta
perbedaan gaya
belajar sebagai
suatu
landasan untuk mengembangkan strategi-strategi pengajaran
tepat (Katz,
nya
yang
1982).
Dalam konteks
kan tempat
pada
penelitian ini, latar multikultural merupa
berlangsungnya suatu
penataran P-4
yang
aktivitas pendidikan, khusus-
melibatkan
pelaku yang
berasal dari
pelbagai latar belakang kultur.
1.5.4 Mahasiswa Minoritas
Yang dimaksud
tian ini
Barat
mahasiswa minoritas
adalah mahasiswa
yang termasuk
dalam konteks
yang berasal dari daerah
kelompok kecil
peneli
luar Jawa
di lingkungan Universitas
Langlangbuana.
Aspek-aspek yang
sarkan
mendukung keminoritasan itu selain dida
pada daerah asal,
juga didasarkan
yang digunakan dan latar belakang kesukuan.
pada bahasa pertama
14
1.5.5 Pencapaian Afektif
Pencapaian
tiga
aspek,
hasil
yakni
pendidikan
aspek
pada umumnya
kognitif,
(Bloom, 1956). Aspek kognitif
afektif, dan
penambahan pengetahuan, misalnya
dari perilaku
dapat menjelaskan,
psikomotor
motorik,
atau perasaan
bersangkut
misalnya
ngan, menulis,
menceritakan kembali,
perilaku yang
paut
dapat
meni-
misalnya
ditampilkan, aspirasi
yang diungkapkan.
dengan
yang
terindikasikan
berkaitan dengan perubahan sikap,
terindikasikan dari
dinyatakan,
psikomotor
berkaitan dengan perubahan
menjurus pada
lai. Alst e.': :: ktif
mengarah pada
Sedangkan
yang
aspek
keterampilan-keterampilan
berenang, mengerjakan
kerajinan ta-
dan sejenisnya.
Dengan demikian,
yang dimaksud
pencapaian afektif
dalam
konteks ini adalah hasil pendidikan nilai melalui penataran
4, khususnya
pilkan oleh
yang berkenaan dengan
sikap toleran yang
mahasiswa, yang terindikasikan
P-
ditam
dari tingkat tole
ransi setelah menempuh penataran P-4.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini
yakni
memberikan dua
manfaat,
manfaat teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah
memberikan landasan
dalam
setidaknya dapat
latar
dalam metodologi
pendidikan multikultural.
para pendidik dapat menangguk
dengan cara-cara
maupun kerangka teoretis
Secara
lebih
manfaat teoretis yang
mengungkapkan profil
khusus,
berkenaan
toleransi mahasiswa mi-
15
noritas dalam latar kelas yang terdiri atas warga belajar yang
berasal dari berbagai-bagai budaya.
Kerangka teoretis yang dipergunakan untuk mengungkapkan
profil mahasiswa dapat dipergunakan sebagai titik tolak pen-
deskripsian aspek afektif yang bermanfaat untuk mengungkapkan
profil mahasiswa, khususnya yang bersangkut paut dengan ting
kat toleransi. Selain itu, dari penelitian ini dapat diperoleh
juga masukan untuk menggali nilai-nilai toleransi yang dimak
sudkan dalam Pancasila. Oleh karena itu, para pendidik/penatar, mahasiswa/petatar, maupun pengembang kurikulum pendidikan
umum dan pengelola Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dapat memetik
manfaat praktisnya dengan mempertimbangkannya sebagai materi
kuliah untuk menumbuhkan dan meningkatkan toleransi, yang me
rupakan salah satu aspek penting dalam praksis pendidikan
umum.
Dengan mempertimbangkan aspek-aspek toleransi yang dimak
sudkan dalam Pancasila,
para pendidik dapat mengupayakan untuk
menanamkan nilai-nilai toleransi yang bermanfaat untuk membim-
bing dan mempersiapkan mahasiswa agar mampu menghadapi kemajemukan yang ada di lingkungan masyarakatnya. Upaya ini dapat
dilakukan secara saling mendukung dengan pengembangan kuriku
lum pendidikan umum sehingga sasaran untuk dapat membangun
manusia utuh yang sanggup menghadapi masalah kehidupan yang
semakin rumit dalam masyarakat multikultural dapat tercapai.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian ini
dilakukan dengan
kriptif analitis, yakni
mempergunakan metode
dengan melaksanakan observasi dan
des-
meng-
analisis keadaan objek yang diteliti dengan sekaligus menguraikan
aspek-aspek yang
dalam
dijadikan sebagai fokus
penelitian. Untuk itu,
penelitian ini dilakukan pengakumulasian data, baik secara
kuantitatif maupun
kualitatif yang dipergunakan
untuk mengiden-
tifikasi aspek-aspek yang berkenaan dengan afeksi mahasiswa dalam
latar alamiah sebelum dan sesudah menjalani penataran P-4.
Langkah-langkah
yang
dapat
ditempuh
untuk
mengungkapkan
aspek-aspek tersebut antara lain:
(1)
mengidentifikasi
latar belakang
mahasiswa
dari perspektif
multikulturalisme;
(2)
memberikan pretes
soal yang
kepada mahasiswa yang
berisi butir-butir
mengungkap profil toleransi sebelum
dikenai per
lakuan penataran P-4;
(3)
melakukan observasi pada proses pelaksanaan penataran
memperoleh aspek-aspek
informasi
yang
telah
untuk
dipersiapkan
sebelumnya;
(4)
melakukan wawancara dengan penatar untuk menggali
yang telah dipersiapkan dalam pedoman wawancara;
95
informasi
96
(5)
mencatat
perolehan hasil penataran dan mengetes kepribadian
mahasiswa dengan instrumen penelitian yang dimaksudkan untuk
mengungkapkan toleransi; serta
(6)
mengkorelasikan profil toleransi
mahasiswa sebelum dan
se-
sudah penataran berlangsung.
(7)
melakukan wawancara dengan mahasiswa senior untuk mengetahui
perbedaannya dengan tingkat toleransi responden.
Langkah-langkah tersebut dapat
lebih jelas diwujudkan dalam
tabel berikut.
Tabel 3.1:
r
Alur Penelitian
PRA
|
PROSES
"[
PASCA
j
j1. Identifikasi latar tela-
11. Memberikan angket dan 11. Memberikan angket dan j
1
;
kang mahasiswa berda-
tes prapenataran
] sarkan formulir pendaf- 12. Melakukan observasi
j taran
j2. Penentuan responden
j3. Penyusunan instrumen
| penelitian
j - pedoman observasi'
I - pedoman wawancara
! -angket dan tes
14. Pemvalidasian instrumen
j berdasarkan pedoman
|
tes pascapenataran
12. Melakukan wawancara
j
j
j dengan mahasiswa senior {
! observasi
j3. Mengklasifikasikan data |
13. Mencatat hasil observasi j4. Menganalisis data
j
j4. Melakukan wawancara j5. Menafeirkan hasil anali- j
I berdasarkan pedoman j sis
j
j wawancara
6. Menarik kesimpulan
j
j5. Mencatat hasil wawancara
7. Memberikan rekomen- •
dasi
j
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
(1) studi dokumen-
tasi dan studi kepustakaan, (2) angket dan tes, (3) observasi tak
97
terlibat, serta (4) wawancara. Studi
dokumentasi dilakukan ditu
jukan untuk menggali informasi tentang latar
Studi
kepustakaan
dilakukan
yang bertautan
tertulis
berdasarkan
terhadap
sumber-sumber
dengan masalah penelitian.
hasil stuid kepustakaan
toleransi yang
belakang responden.
informasi
Selain itu,
dirumuskan juga aspek-aspek
terdapat padav45 butir
pengamalan Pancasila yang
menjadi fokus penelitian ini.
Angket dan tes
responden
tingkat
sedangkan
toleransi
dimaksudkan untuk mengetahui latar
tes
toleransi digunakan
mahasiswa. Pengetesan
untuk
dilakukan
belakang
mengetahui
sebelum dan
sesudah penataran.
Instrumen tes toleransi
berdasarkan
Djawad
pertimbangan para
Dahlan, Dr.
Aspek-aspek
telah divalidasikan terlebih dahulu
Suwarma
ahli,
yakni
Almuhtar, dan
selengkapnya yang
Prof. Dr.
Dr. Abin
diungkapkan dalam
Mohammad
Syasuddin.
penelitian ini
tersiratkan dari instrumen penelitian (terlampir).
Observasi
tak terlibat dilakukan
petatar (mahasiswa),
terhadap penatar (dosen),
serta situasi penataran.
informasi yang diungkapkan melalui
Aspek-aspek serta
observasi dapat dilihat
pada
Pedoman Observasi di lampiran 3.
Selanjutnya, wawancara dilakukan
tar, khususnya mahasiswa petatar
terhadap penatar dan peta
senior.
Aspek-aspek
yang di
ungkapkan dalam wawancara dapat dilihat pada Pedoman Wawancara di
lampiran 4.
98
3.3 Teknik Analisis Data
Teknik
analisis data dan
dalam penelitian
oleh. Karena
ini disesuaikan
data yang
maka teknik
dengan sifat data
diperoleh adalah berupa
titas, yakni skor mahasiswa,
taran,
pengolahan data yang dipergunakan
yang
deskripsi kuan-
khususnya sebelum dan sesudah pena
dipergunakan
adalah penghitungan statistik.
yang diper
untuk menganalisis
Pengolahan melalui uji
dengan menggunakan rumus untuk menguji
data
statistik
hipotesis dengan Korelasi
Linier antara Dua Variabel dari Endi Nurgana (1993).
Selain itu,
untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam analisis data dilakukan
pengolahan dengan menggunakan komputer, yakni
program pengolahan
data statistik SPSS PC+.
Untuk menguji
hipotesis dengan
Korelasi Linier
antara Dua
Variabel dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
(1)
Menentukan hipotesis.
(2)
Menentukan sampel yang representstif.
(3)
Menentukan persamaan regresi dari kedua variabel tersebut.
(4)
Mengetes linieritas regresi.
(5)
Jika
ternyata
regresinya linier
dilanjutkan
dengan meng-
hitung r.
(6)
Mengetes Q.
(7)
Jika q = 0, berarti tidak mempunyai korelasi linier.
(8)
Jika Q f 0, selanjutnya menghitung interval harga Q.
(9)
Menguji hipotesis.
(10) Jika ternyata regresinya tidak
linier langkah
menggunakan statistik tak parametrik, yaitu
selanjutnya
menggunakan ko-
99
relasi rank.
Selanjutnya,
berdasarkan
hasil penghitungan
dapat
ditaf-
sirkan kebermaknaannya dengan melakukan interpretasi yang sejalan
dengan tujuan penelitian. Penentukan korelasi antarvariabel dapat
ditentukan berdasarkan tolok ukur berikut ini.
KOEFISIEN KORELASI (q) ==> -1 < q < 1
(Nurgana,
p = -1,00
1993:
70)
korelasi negatif sempurna
-1,00 < p < -0,80
korelasi negatif tinggi sekali
-0,80 < p < -0,60
korelasi negatif tinggi
-0,60 < p < -0,40
korelasi negatif sedang
-0,40 < p < -0,20
korelasi negatif rendah
-0,20 < p <
0,00
korelasi negatif rendah sekali
p =
0,00
tidak mempunyai korelasi linier
0,00 < p <
0,20
korelasi rendah sekali
0,20 < p <
0,40
korelasi rendah
0,40 < p <
0,60
korelasi sedang
0,60 < p <
0,80
korelasi tinggi
0,80 < p <
1,00
korelasi tinggi sekali
p =
1,00
korelasi sempurna
100
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Universitas
Langlangbuana
keseluruhan
mahasiswa
1997/1998
Populasi ini
baru Universitas
yang berjumlah
fakultas yang
Bandung.
diambil
Langlangbuana
507 mahasiswa,
ada. Penentuannya
minoritas di
Angkatan
yang tersebar
didasarkan pada
dari
di lima
latar belakang
tempat lahir, daerah asal, suku, dan agama.
Sehubungan
berasal
dengan
dari mahasiswa
belakang
sesuai dengan
sampel total
itu dapat
ditentukan 44
responden yang
Universitas Langlangbuana
kriteria.
dilakukan secara
Dengan kata
yang berlatar
lain,
purposif atau yang
penentuan
lazim disebut
Purposive Sampling Technique, yakni dengan mempertimbangkan usia,
daerah asal,
latar
belakang kesukuan/kebangsaan,
pertama yang dikuasai
itu, mahasiswa
serta
bahasa
mahasiswa. Selain berdasarkan pertimbangan
yarfg berusia
sampai
dengan 21
tahun,
berlatar
belakang kesukuan dan kebahasaan nonsunda serta berasal dari luar
Jawa
Barat
dijadikan
prioritas untuk
dipilih
sebagai
sampel
penelitian.
Penentuan 44 responden tersebut dilakukan
dari
2 gugus (Gugus 1 dan Gugus
dengan menyeleksi
2) yang ada dengan berlandaskan
kriteria penentuan sampel total secara purposif. Gugus 1 terdiri
atas
326
mahasiswa yang
terbagi
dalam 8
kelompok, sedangkan
Gugus 2 terdiri dari 181 mahasiswa yang terbagi dalam 4 kelompok.
101
3.5 Variabel Penelitian dan Hubungan Antarvariabel
Dalam
penelitian ini, variabel
pokok yang
dikaji keterka-
itannya adalah tingkat toleransi mahasiswa (X) dengan
hasil
penataran P-4
(Y). Berdasarkan
variabel pokok
pencapaian
ini dapat
diturunkan menjadi lima buah variabel, yakni
Xx : Skor Tes Toleransi Prapenataran
X2 : Skor Tes Toleransi Pascapenataran
Yx : Nilai P-4
Y2 : Skor Tes Pancasila
Y0 : Skor Tes Objektif P-4
Hubungan antara
kelima variabel tersebut
dapat digambarkan
sebagai berikut.
X,
3.6 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian,
tujuan penelitian, dan lan
dasan teoretis yang telah diketengahkan di muka dapat
dirumuskan
102
hipotesis sebagai berikut:
(1)
ada korelasi
antara
profil toleransi
mahasiswa pada
saat
sebelum penataran (X ) dengan sesudah penataran P-4 (X2);
(2)
ada korelasi antara skor
(Y
(3)
prapenataran (X1) dengan nilai P-4
^•
ada korelasi antara skor
prapenataran (Xx) dengan hasil tes
Pancasila (Y2);
(4)
ada korelasi antara skor
prapenataran (X1) dengan hasil tes
objektif P-4 (Y3);
(5)
ada
korelasi antara
skor
pascapenataran P-4
(X2)
dengan
nilai P-4 (Yx).
(6)
ada
korelasi
antara
skor pascapenataran
P-4
(X2) dengan
hasil tes Pancasila (Y2);
(7)
ada korelasi
antara skor
tes Objektif P-4
terlihat bahwa sebagian
19 dan 18
tahun, dengan
proporsi terbesar
19 tahun (38,64%). Jumlah yang cukup
usia
18
dari 44
yakni
mahasiswa
mengisyaratkan
pendidikan di
tahun,
bahwa
yang
usia para
perguruan tinggi
13
besar berada
besar ada pada
responden, yang
berarti
dijadikan responden.
Hal ini
mahasiswa pada
berkisar antara
saat menempuh
18 hingga
19
tahun.
Tabel 4.1.4
Jenis Kelamin Responden
|:n;i;iiJ^l!g!!;KEl!iA«Iii4;!;!:!! illiFiREMlEMSl:!; pffliiiiii
Laki-laki
33
75,00
Perempuan
11
25,00
44
100,00
JUMLAH
Selanjutnya,
laki-laki
dari
jenis
puan .
25,00%. Hal ini
tingkat partisipasi
didikan
terlihat bahwa
jumlah
lebih banyak daripada perempuan, yakni 33 berbanding
11 atau 75,00% berbanding
bahwa
kelamin
di perguruan tinggi
kaum laki-laki
lebih besar
mengisyaratkan juga
untuk menempuh pen
daripada kaum perem
(-
Selanjutnya, komposisi
latar belakang kesukuan
responden
108
dapat terlihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1.5
Latar Belakang Suku
lllillllliilililiiil^yitsiMiiiiiiiiiiiiiiiiiii linlilSil;;;;;; •III!
6,82
*
3
Sunda
I
Jawa
12
27,27
Melayu
13
29,55
Cina
l
2,27
Batak
4
9,09
Bugis
4
9,09
Lainnya
7
15,91
Tabel
100,00
44
JUMLAH
4.1.5
mengisyaratkan
penduduk di wilayah
Jawa
meskipun
penyebaran
Indonesia telah meluas, namun komposisinya
tidak merata. Dengan mencermati
bahwa suku
bahwa
dan
Melayu
tabel tersebut dapat
memiliki
terlihat
persentase
tertinggi,
Sunda menempati
persentase
yakni 27,27% dan 29,55%.
Di
terendah
mahasiswa
luar etnis
Cina, etnis
(6,82%) karena responden
penelitian ini diambil dari
minoritas yang berasal dari luar Jawa Barat. Hal ini
juga mengisyaratkan bahwa suku
Jawa Barat secara
Sunda yang berdomisili
di luar
kuantitas tidak sebanyak suku Jawa dan
Melayu, yang kemungkinan
memiliki kultur
lebih kondusif
suku
bagi
terjadinya proses migrasi ke luar daerah tempat kelahirannya.
109
Tabel 4.1.6
Bahasa Sehari-hari Responden
iiBAlflA^HiseiA^Ii^HAlSi! iiiiF^KIM^Iiii
|iiiii;nii!iiiiiiiiii!
Sunda
4
5,97
Jawa
9
13,43
Melayu
5
7,46
41
61,19
Indonesia
1
1,49 j
Batak
1
1,49
Bugis
0
0,00
Lainnya
6
8,96
67
100,00
|Cina/Tionghoa
JUMLAH
Pada
tabel
digunakan oleh
4.1.6 terlihat
Sedangkan bahasa-bahasa daerah
dak terlalu banyak dipergunakan
Hal ini
dalam masyarakat
Selain itu, dapat
lain ti
sebagai alat komunkasi sehari-
mengisyaratkan bahwa
memainkan perannya secara
munikasi
Indonesia telah
61,19% responden. Pada urutan berikutnya adalah
bahasa Jawa (13,43%).
sehari.
bahwa bahasa
bahasa
Indonesia telah
dominan untuk mengatasi masalah
multikultural diwilayah
Indonesia.
diisyaratkan juga bahwa para mahasiswa
menjadi responden merupakan multibahasawan
bahasa atau lebih di samping bahasa ibunya.
ko-
yang menguasai
yang
dua
110
Tabel 4.1.7
Agama yang Dianut Responden
AGAtfA
ImK&EHSI [
% |
35
79,55
Kristen
8
11,94
Katolik
1
2,27
Hindu
0
0,00
Budha
0
0,00
Lainnya
0
0,00
Islam
100,00
44
JUMLAH
Tabel 4.1.7
menunjukkan bahwa
mayoritas responden adalah
pemeluk agama Islam (79,55%) dan sisanya adalah penganut
serta kepercayaan
dan Katolik
bahwa
lainnya. Pemeluk agama
tidak lebih
dari 14,21%.
latar multikulturalisme
agama,
melainkan
Hal ini
yang menjadi
untuk menempuh pendidikannya tidak
anekaan
lain, yakni
lebih
Kristen
mengisyaratkan
tempat
mahasiswa
ditentukan berdasarkan
ditentukan oleh
lain terutama adalah aspek kesukuan dan kebahasaan.
Tabel 4.1.8
Responden Tinggal dengan.
IResponden fcinggal -dengan
agama
i EREKSIEH-SI
jAyah kandung dan ibu kandung
%
2,27
Ayah kandung dan ibu tiri
0
0,00
Ayah tiri dan ibu kandung
0
0,00
Ayah kandung
0
0,00
Ibu kandung
0
0,00
ke-
aspek-aspek
Ill
Wali/Saudara
18
40,91
Kos
24
54,55
2,27
Lainnya
Selanjutnya,
100,00
44
JUMLAH
informasi
tentang latar belakang responden
dapat terlihat dari tabel 4.1.8 yang mengisyaratkan kondisi
aktual
responden pada
tinggi.
saat
menempuh pendidikan
Sebagian besar responden
di perguruan
bermukim di tempat kos
(54,55%) dan di tempat wali atau saudara (40,91%). Hal
ini
mengisyaratkan bahwa kontrol orang tua atas anak berkurang
se
cara fisik. Perannya
digantikan oleh lingkungan kos
dan juga wali/famili yang menjadi
mahasiswa
tempat tinggal mahasiswa
selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi.
Tabel 4.1.9
Asal Kota Responden
liiHHBIiffllili; iiSSHii ii!!i!i!JPI!ii!ilii
0
Bandung
0,00
Luar Bandung
44
100,00
JUMLAH
44
100,00
Tabel
4.1.9 menunjukkan
bahwa mahasiswa
yang
dijadikan
sebagai responden benar-benar telah memenuhi kriteria dalam
penelitian ini,
dari luar Bandung.
yakni seluruh mahasiswa (100%) yang berasal
112
Tabel 4.1.10
Pendidikan Ayah
PMUIMIAtf AYAH
| FREMIEHSI
%
8
18,18
SLTA
24
54,54
SLTP
6
13,64
SD
6
13,64
0
0,00
44
100,00
Perguruan Tinggi
Tidak Tamat
SD
JUMLAH
Selanjutnya,
kang
pendidikan
tabel
ayah
(54,54%). Sedangkan
tinggi
hanya
4.1.10 menunjukkan
responden
ayah
18,18%.
responden
Hal
ini
formal sebagian besar mahasiswa
didikan yang lebih
adalah
berpendidikan
berlatar
mengisyaratkan
bahwa
dibandingkan dengan
Selain itu,
pemuda pada masa sekarang ini.
Tabel 4.1.11
Pendidikan Ibu
MiiiEENiDIiBIiEANiMIiBU!!;!;;; iJilEREK^ENiSl!!! !I!!!!I11II;kI!I!!!1!1;;
4
9,09
SLTA
20
45,45
SLTP
12
27,27
SD
6
SLTA
secara
pen
pendi
tabel juga mengisyaratkan
bahwa kesempatan menempuh pendidikan tinggi lebih terbuka
Perguruan Tinggi
bela
perguruan
telah memiliki orientasi
tinggi apabila
dikan para orang tuanya.
yang
bahwa latar
13,64 j
bagi
113
4,55 |
2
Tidak Tamat SD
100,00 1
44
JUMLAH
Tidak jauh berbeda dengan latar
sebagian besar
responden memiliki ibu
pendidikan berpendidikan
ponden
yang
belakang pendidikan ayah,
berlatar
SLTA
yang berlatar
(45,45%).
perguruan tinggi
Sedangkan
hanya
Tabel 4.1.12
Pekerjaan Ayah
liillili^MiiaBlBlliiiyiyiiiiiiKiaMililiiii liiisiiiHiii 1111111111
j
Tidak bekerja
0
0,00
Petani
1
2,27
10
22,73
0
0,00
Wiraswasta
15
34,09
Pegawai Negeri
14
31,82
ABRI
3
6,82
Lainnya
1
2,27
44
100,00
JUMLAH
terletak
dibandingkan dengan ting
kat pendidikan kaum pria.
Jasa
Namun,
mengisyaratkan bahwa tingkat pendidikan
perempuan lebih rendah apabila
Karyawan swasta
res
responden yang berlatar belakang pendidikan
SLTP (27,27%). Hal ini
kaum
ibu
9,09%.
sedikit perbedaan dibandingkan dengan pendidikan ayah
pada banyaknya ibu
belakang
114
Tabel
>.responden
kerjaan
4.1.12 menunjukkan
yang
mengisyaratkan
di sektor
wiraswasta
latar
belakang
pekerjaan ayah
adanya perimbangan
(34,09%) dengan
antara pe
pegawai negeri
(31,82). Ayah responden yang bekerja di sektor pertanian
2,27% dan tidak seorang pun
Hal ini menunjukkan
yang memiliki ayah
hanya
tidak bekerja.
bahwa ayah menjadi tumpuan keluarga
dalam
mendukung biaya pendidikan anak.
Tabel 4.1.13
Pekerjaan Ibu
|
JPMFJ&A^liinjnnO ;Hig$&iHiI; iSIilll
25,00
n
Tidak bekerja
Petani
3
6,82
Karyawan swasta
3
6,82
Jasa
0
0,00
17
38,64
Pegawai Negeri
9
20,45
ABRI
0
0,00
Lainnya
1
2,27
44
100,00
Wiraswasta
JUMLAH
Dari pekerjaan ibu
responden, seperti yang
tersirat pada
tabel 4.1.13 dapat terlihat bahwa sebagian besar mengarah
sektor wiraswasta (18,64%).
Yang juga
perlu dicermati
pada
adalah
banyaknya ibu bekerja (75%) di pelbagai sektor pekerjaan
telah
menggeser
meng-
kedudukan ibu
implikasikan
juga bahwa
tidak bekerja
ibu juga
(25%). Hal
menjadi tumpuan
ini
dalam
me-
115
nunjang kebutuhan ekonomi keluarga.
Tabel 4.1.14
Penghasilan Orang Tua
lliiiAllll^
IliiliSill piliilln!
6,82
> Rp
1.000.000,00
> Rp
700.000,00
12
27,27
> Rp
500.000,00
16
36,36
>, Rp
250.000,00
8
18,18
< Rp
250.000,00
5
11,36
44
100,00
3
JUMLAH
Tabel
4.1.14 menunjukkan
hasilan antara Rp. 500.000,00
bahwa orang tua yang berpeng-
hingga Rp.