LANGKAH DIPLOMASI MUSTAVA KEMAL PASHA DALAM MENSEJAARKAN TURKI DI TENGAH LINGKUNGAN DENGAN BANGSA BARAT (1923-1938).

(1)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LANGKAH DIPLOMASI MUSTAFA KEMAL PASHA DALAM MENSEJAJARKAN TURKI DI TENGAH LINGKUNGAN DENGAN

BANGSA BARAT (1923-1938)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

ROSMAWATI LUBIS 0806997

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis dalam melihat Turki sebagai negara yang lahir melalui revolusi dari Kesultanan Usmani yang berbentuk kekhalifahan Islam yang besar dimasanya bahkan menyaingi kekuatan negara-negara Barat menjadi negara dengan sistem pemerintahan republik. Ketika pada masa Kesultanan Usmani, Turki menjalin hubungan yang erat dengan negara-negara Islam, namun saat berganti menjadi sistem republik, Turki justru berusaha mendekati negara Barat dalam menjalin pergaulan politik internasionalnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat skripsi yang berjudul “Langkah Diplomasi Mustafa Kemal Pasha Dalam Mensejajarkan Turki di Tengah Lingkungan Dengan Bangsa Barat (1923-1938). Masalah utama tersebut kemudian dibagi menjadi tiga pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana situasi politik dalam negeri Turki pada saat pemerintahan Mustafa Kemal Pasha (1923-1938)? 2. Bagaimana usaha-usaha politik luar negeri yang dibangun Mustafa Kemal Pasha dengan negara-negara Barat (1923-1938)? 3. Bagaimana dampak kebijakan politik luar negeri Mustafa Kemal Pasha terhadap situasi politik bagi masyrakat Turki (1923-1938)?. Metode yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sedangkan untuk pengumpulan data, penulis melakukan teknik studi literatur yaitu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan kajian penulis. Berdasarkan peryataan yang tersebut di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa, Mustafa Kemal Pasha merupakan seorang ahli diplomasi yang handal. Usaha-usaha diplomasi yang dilakukan Mustafa Kemal Pasha dalam membawa Turki mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari perkembangan dunia melalui wajah peradaban Barat. Oleh karena itu, beberapa kebijakan dalam negeri yang diambil Mustafa Kemal Pasha banyak berkiblat dari kebijakan negara-negara Barat. Identitas negara yang dibangun Turki di bawah Mustafa Kemal Pasha ingin menjadi bagian dari Eropa, yang mengakibatkan proses westernisasi terjadi dimana-mana, namun Turki tetap tidak mau meninggalkan identitas negaranya yang memang mayoritas Muslim. Usaha awal langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam melakukan pendekatan dengan negara Barat terlihat pada saat Kesultanan Usmani mengalami penurunan harga diri akibat perjanjian Sevres yang harus ditandatangani karena kalah dalam Perang Dunia I. Mustafa Kemal Pasha muncul sebagai arsitek perjanjian lanjutan yang mampu mengangkat harga diri Turki dimata para pemenang perang melalui perjanjian Lausanne. Kemampuan usaha politik luar negeri Turki pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Pasha terlihat saat Turki mampu berteman baik dengan Uni Soviet meskipun Turki tidak menganut Komunis Soviet. Begitu juga dengan negara-negara Barat, Turki mampu menjalin hubungan dengan negara-negara Barat, namun Turki tidak ikut masuk ke dalam alur Kapitalisme-Liberalis Barat. Perjanjian-perjanjian yang dibuat pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Pasha menunjukkan adanya usaha-usaha untuk menjalin hubungan baik dengan semua negara tetangga. Hal ini dikarenakan Turki


(3)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ii

masih sebagai negara yang baru lahir. Sehingga masih berusaha untuk menunjukkan eksistensinya di dunia internasional.


(4)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I: PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 5

1.5 Penjelasan Judul ... 5

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Kajian Pustaka ... 9

2.1.1 Buku yang membahas mengenai Mustafa Kemal Pasha ... 9

2.1.2 Buku yang membahas mengenai Politik Luar negeri Turki ... 17

2.2 Landasan Teoritis ... 22

2.2.1 Konsep Diplomasi ... 22

2.2.2 Konsep Kepemimpinan ... 24

2.2.3 Konsep Perubahan Sosial ... 27

BAB III: METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Persiapan Penelitian ... 32

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 35


(5)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vi

BAB IV: LANGKAH DIPLOMASI MUSTAFA KEMAL PASHA DALAM MENSEJAJARKAN TURKI DI TENGAH LINGKUNGAN DENGAN

BANGSA BARAT (1923-1938) ... 47

4.1 Kondisi Sosial Politik Turki pada masa Kesultanan Usmani ... 48

4.2 Situasi Dalam Negeri Turki Pada Saat Pemerintahan Mustafa Kemal Pasha (1923-1938) ... 57

4.3 Usaha-Usaha Politik Luar Negeri Yang Dibangun Dengan Negara-Negara Barat (1923-1938) ... 69

4.4 Dampak kebijakan politik luar negeri Musatafa Kemal Pasha terhadap situasi politik bagi Masyarakat Turki (1923-1938) ... 86

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN ... 93

5.1 Kesimpulan ... 93

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98 LAMPIRAN


(6)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Turki di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha merupakan negara yang terkenal dengan sekularisasinya atau usaha-usaha untuk meniru ke negara-negara Barat dengan westernisasi yang dilakukan sepanjang pemerintahannya. Hal ini terjadi sejak terjatuhnya kekhalifahan Kesultanan Usmani akibat Perang Dunia I. Perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914-1918 telah memberikan dampak yang besar bagi pemerintahan Kesultanan Usmani. Pada saat itu Kesultanan Usmani menjadi bagian dari Triplle Alliance bersama dengan Jerman dan Austria dalam menghadapi pasukan Triplle Entente. Kesultanan Usmani mengalami kekalahan yang mengharuskannya untuk menandatangani perjanjian Sevres yang dinilai sangat menjatuhkan harga diri Kesultanan Usmani sebagai bangsa yang besar saat itu dan mengurangi statusnya menjadi negara kecil yang wilayah dan kedaulatannya dibatasi.

Berkat campur tangan Mustafa Kemal Pasha dalam mengarsiteki perjanjian lanjutan yang bernama perjanjian Lausanne, Turki bisa kembali bangkit dari berbagai macam kerugian akibat kalah perang. Perjanjian ini mengangkat kembali harga diri Turki, sehingga Turki bebas dari pengawasan asing dalam bidang ekonomi dan keuangan serta dari tuntutan Triple Entente atas ganti rugi. Dengan ditanda-tanganinya perjanjian Laussane pula kekhalifahan Kesultanan Usmani berganti sistem pemerintahan menjadi Republik Turki dan mendapat pengakuan internasional. Sejak itu, Turki berangsur-angsur mulai mendekati negara-negara Barat dalam pergaulan politik internasionalnya.

Mustafa Kemal Pasha yang mampu mengangkat kembali harga diri Turki diberi gelar Ghazi yang berati pahlawan. Ia menjadi presiden pertama Republik Turki yang baru merdeka dari suatu kekhalifahan Islam. Mustafa Kemal Pasha banyak mengemban misi dalam menciptakan citra Turki sebagai negara yang baru merdeka


(7)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dari suatu Kekhalifahan Islam. Untuk menegaskan kedudukan Turki sebagai negara yang merdeka, berdaulat, dan diakui oleh dunia internasional, Mustafa Kemal Pasha juga harus fokus pada misinya membentuk negara Turki yang sekuler dan dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa Barat. Seperti yang dikutip dari Maryam, (2004: 161):

Pembaruan Kemalis dilaksanakan di atas enam prinsip dasar yang menjadi filsafat politik dan dasar Republik Turki. Ke-enam prinsip dasar, atau sering disebut “Nilai Kemalis”, adalah: (1) Republikanisme, kedaulatan dan otoritas politik berdasar ke-inginan penduduk; (2) Nasionalisme, tidak berdasarkan agama dan ras tetapi berdasarkan kewarganegaraan yang sama dan mengabdi kepada cita-cita nasional; (3) Populisme, kesamaan dalam hukum, menolak kepentingan atau persengketaan kelas, dan penyalahgunaan kapitalisme; (4)

Etatisme, menerima campur tangan negara yang bersifat membangun

perekonomian rakyat; (5) Sekularisme, menetapkan pemisahan agama dan negara; (6) Revolusionisme, menerima transformasi secara permanen.

Turki ingin mengukuhkan dirinya sebagai bagian dari perkembangan dunia melalui wajah peradaban Barat yang sedang dibangun. Oleh karena itu, beberapa kebijakan dalam negeri yang diambil Mustafa Kemal Pasha banyak berkiblat dari kebijakan negara-negara Barat. Tentunya kebijakan politik yang diambil juga harus berhati-hati karena Turki masih terlalu muda sebagai republik dan lebih realistis dalam membangun Turki sebagai bentuk negara baru. Politik yang dibangun bertujuan untuk mempertahankan status quo dan kemenangan yang diraih dari kekhalifahan Islam. Identitas negara yang dibangun Turki di bawah Mustafa Kemal Pasha ingin menjadi bagian dari Eropa, oleh karena itu proses westernisasi terjadi dimana-mana, namun Turki tetap tidak mau meninggalkan identitas negaranya yang memang mayoritas Muslim.

Mustafa Kemal Pasha berada dalam dua sisi dimana ia ingin menempatkan Turki sebagai negara Islam sekuler dan di sisi lain ingin menjadi bagian dari Barat. Hal ini bisa dilihat dari berbagai langkah upaya diplomasi yang dilakukan Mustafa Kemal Pasha sepanjang pemerintahannya. Mustafa Kemal Pasha ingin Turki bisa sejajar dengan bangsa-bangsa Barat. Hal ini disebabkan Mustafa Kemal Pasha


(8)

3

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

melihat bangsa Barat sebagai bangsa yang menang dalam Perang Dunia I merupakan gambaran bangsa yang telah berperadaban maju. Itulah alasan mengapa Mustafa Kemal Pasha melakukan proses westernisasi di Turki. Mustafa Kemal Pasha selalu menyerukan agar Turki segera berbenah menuju peradaban Barat. Setiap pidato-pidato diawal kemerdekaan Turki, Mustafa Kemal Pasha selalu menggaungkan ide-idenya tentang perubahan menuju negara sekuler, seperti yang dikutip dari Toprak, (1999: 144):

In an interview in 1923, Mustafa Kemal told the French journalist Maurice Pernot: ‘We want to modernize our country. Our aim is to establish a modern, therefore, a Western state in Turkey. Is there a nation which has shown willingness to enter civilization but has refrained from turning to the West?’

Jika dilihat ke belakang, Kesultanan Usmani merupakan kekhalifahan Islam yang pernah berjaya dan disegani dimasanya. Dimana kekhalifahan ini pernah berkuasa dan memegang kontrol politik di Timur Tengah dan dunia Islam selama kurang lebih 400 tahun lamanya. Mustafa Kemal Pasha pun menyadari sejarah Kesultanan Usmani dilihat dari aspek geopolitik. Wilayah kekuasaan Kesultanan Usmani pernah mencapai hingga ke daerah selatan Eropa yang merupakan daerah berkebudayaan Barat. Sehingga, Turki yang kental dengan budaya Timur tetap merasa terasing dalam pergaulannya dengan bangsa Barat walaupun daerahnya sendiri berada dekat dengan negara Barat. Hal ini merupakan bukti bahwa negara Barat tidak begitu saja menerima Turki sebagai bagian dari mereka karena kekentalan Turki akan budaya Timurnya.

Islam sendiri yang merupakan agama sebagian besar penduduk Turki bisa dianggap sebagai faktor penghambat ataupun penguat dalam usaha mensejajarkan Turki dengan bangsa Barat. Jika saat Kesultanan Usmani masih berkuasa, Islam dianggap sebagai faktor penguat kemajuan peradaban saat itu. Namun, sejak Turki Usmani runtuh Islam dianggap sebagai penghambat langkah Turki ikut dalam pergaulan internasional dengan bangsa Barat. Lalu munculah modernisasi dimana bagi sebagian besar masyarakat Islam melihatnya sebagai bentuk sekularisasi yang


(9)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dibuat oleh Mustafa Kemal Pasha. Apakah sekularisasi yang dibuat oleh Mustafa Kemal Pasha merupakan bentuk diplomasinya agar diterima dalam pergaulan dengan bangsa Barat? Dari sini muncul pertanyaan, sekularisasi terjadi akibat berhubungan dengan bangsa Barat ataukah sekularisasi dibutuhkan untuk mensejajarkan Turki dengan bangsa Barat dalam bentuk diplomasi?

Hal-hal yang disebutkan di atas itulah yang dijadikan dasar oleh penulis untuk mencoba mengkaji lebih dalam mengenai usaha diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki dengan bangsa Barat. Dengan demikian, diangkatlah judul:

“Langkah Diplomasi Mustafa Kemal Pasha Dalam Mensejajarkan Turki Di Tengah Lingkungan Dengan Bangsa Barat (1923-1938)”.

1.2Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan penulis angkat adalah “Bagaimana langkah diplomasi yang dilakukan Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di tengah lingkungan dengan Bangsa Barat?”. Untuk lebih mempermudah dan mengarahkan pembahasan, penulis mengidentifikasi permasalahan menjadi seperti berikut:

1. Bagaimana situasi politik dalam negeri Turki pada saat pemerintahan Mustafa Kemal Pasha (1923-1938)?

2. Bagaimana usaha-usaha politik luar negeri yang dibangun Mustafa Kemal Pasha dengan negara-negara Barat (1923-1938)?

3. Bagaimana dampak kebijakan politik luar negeri Musatafa Kemal Pasha terhadap situasi politik bagi Masyarakat Turki (1923-1938)?

1.3Tujuan Penelitian

Setiap penelitian memiliki tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitan ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan


(10)

5

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

khusus. Secara umum tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengajukan gelar Sarjana.

Secara khusus penulisan rancangan penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan situasi politik dalam negeri Turki pada saat pemerintahan Mustafa Kemal Pasha (1923-1938).

2. Menganalisis usaha-usaha politik luar negeri yang dibangun Mustafa Kemal Pasha dengan negara-negara Barat (1923-1938).

3. Mengidentifikasi dampak kebijakan politik luar negeri Musatafa Kemal Pasha terhadap situasi politik bagi Masyarakat Turki (1923-1938).

1.4Manfaat Penelitian

Nilai suatu penelitian dilihat dari besarnya manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian tersebut. Berdasarkan hal itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan sumbangan pengetahuan ilmiah yang berguna dalam rangka pengembangan ilmu sejarah. Terutama pengetahuan untuk sejarah Asia Barat Daya pada umumnya dan Turki pada khususnya.

2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca tentang langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam usahanya mensejajarkan Turki dengan negara-negara Barat.

3. Dapat memberikan acuan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis dan dijadikan sebagai bahan referensi.

1.5Penjelasan Judul

Penelitian ini berjudul langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di tengah lingkungan dengan bangsa Barat. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari istilah-istilah yang digunakan dalam judul tersebut di atas,


(11)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maka berikut penulis akan memberikan penjelasan terhadap beberapa konsep penting yang menjadi dasar dan berkaitan dengan substansi tulisan ini.

1.5.1 Diplomasi:

S.L Roy dalam bukunya Diplomasi (1991: 5) mengatakan diplomasi sangat erat kaitannya dengan hubungan antarnegara. Dimana yang harus diperhatikan adalah kemampuan mengedepankan kepentingan suatu negara melalui negosiasi lewat cara-cara damai apabila memungkinkan, dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal mencapai tujuan yang diinginkan, maka diplomasi diperbolehkan menggunakan cara-cara berupa ancaman ataupun kekuatan yang nyata dalam mencapai tujuan.

Menurut The Oxford English Dictionary, (Roy, 1991: 2) diplomasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi; yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta besar dan para wakil; bisnis atau seni para diplomat. Ernest Satow dalam bukunya yang berjudul Guide to Diplomatic Practice mengatakan bahwa:

Diplomasi adalah penerapan kecerdasan dan taktik untuk menjalin hubungan resmi antar-pemerintah negara-negara merdeka, meluas hingga ke hubungan mereka dengan negara-negara persemakmuran atau protektorat atau hubungan bisnis antarnegara melalui cara-cara damai. (Shoelhi, 2011:76).

1.5.2 Negara-negara Barat:

Negara-negara Barat yang dimaksud disini adalah negara yang berada di Eropa Barat seperti Inggris dan Prancis. Negara-negara tersebut merupakan negara yang menang dalam Perang Dunia I, sehingga dianggap sebagai negara maju yang mempunyai peradaban tinggi.

1.5.3 Kurun waktu 1923-1938:

Kurun waktu 1923-1938 dijadikan acuan penulis untuk membatasi periode penelitian ini. Hal ini dikarenakan, tahun 1923 adalah tahun bergantinya bentuk


(12)

7

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemerintahan dari Kesultanan Usmani menjadi Republik Turki dengan Mustafa Kemal Pasha sebagai Presiden pertama Turki. Tahun 1938 dijadikan akhir periode penelitian karena Mustafa Kemal Pasha meninggal yang menandakan berakhirnya kekuasaannya sebagai Presiden Turki.

Dengan demikian, judul yang dimaksud penulis adalah menyoroti langkah-langkah diplomasi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Pasha dalam upayanya membawa Turki masuk ke dalam lingkungan pergaulan dengan bangsa Barat. Agar Turki bisa diterima dan sejajar dengan bangsa Barat yang dianggap sebagai bangsa yang maju dan berperadaban tinggi. Terlebih Turki di bawah pemerintahan Mustafa Kemal Pasha adalah Turki yang berusaha melepaskan diri dari citra Islam yang selama ini melekat pada Kesultanan Usmani.

1.6Struktur Organisasi Skripsi

Agar mempermudah dalam menyusun penulisan skripsi ini, maka penulisan dibagi dalam lima bagian yang akan membahas lebih dalam dan tersusun menurut struktur organisasi skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian yang mengungkapkan secara rasional tentang keresahan-keresahan yang ditemui penulis dalam langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di tengah lingkungan dengan bangsa Barat. Identifikasi dan perumusan masalah juga terdapat dalam bab ini agar penelitian menjadi fokus dan terarah. Kemudian, terdapat tujuan dan manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, selanjutnya terdapat penjelasan dari judul yang diambil penulis serta struktrur penulisan skripsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan mengenai sumber-sumber literatur yang di dalamnya terdapat berbagai konsep, generalisasi, serta pendapat para ahli yang berhubungan dengan langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di


(13)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tengah lingkungan dengan bangsa Barat. Selain membahas mengenai sumber-sumber literatur yang relevan dengan kajian penulis, pada bab ini juga terdapat tinjauan konsep yang digunakan dalam memfokuskan arah penelitian, seperti diplomasi, kepemimpinan dan perubahan sosial.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai langkah-langkah dan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sedangkan, dalam teknik penelitian menggunakan teknik studi literatur. Teknik penulisan disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini merupakan uraian penjelasan-penjelasan terhadap aspek-aspek yang terdapat dalam rumusan masalah sebagai bahan kajian. Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian tentang langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di tengah lingkungan dengan bangsa Barat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab terakhir ini akan dikemukakan kesimpulan yang berupa jawaban terhadap masalah-masalah secara keseluruhan dari bab-bab sebelumnya yang terdiri dari penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil penelitian. Serta terdapat rekomendasi dari peneliti yang ditujukan kepada peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian selanjutnya, dan untuk pengguna hasil dari penelitian ini.


(14)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

30

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang akan digunakan oleh penulis, berupa data dan fakta berkaitan dengan langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di tengah lingkungan dengan bangsa Barat. Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode historis dan menggunakan teknik studi literatur sebagai teknik penelitiannya.

Definisi singkat mengenai metodologi yang dikutip oleh Sjamsuddin (2007:14) dalam kamus The New Lexicon ialah suatu cabang filsafat yang berhubungan dengan ilmu tentang metode atau prosedur; suatu sistem tentang metode-metode dan aturan-aturan yang digunakan dalam sains (science). Kaitannya

dengan ilmu sejarah, dengan sendirinya metode sejarah ialah “bagaimana mengetahui sejarah”, sedangkan metodologi ialah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah”

(Sjamsuddin, 2007: 14). Sedangkan menurut Gottschalk (1985: 32), metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan hasilnya berupa rekonstruksi imajinatif atau historiografi.

Langkah-langkah dalam metode historis yang dikemukakan Sjamsudin (2007: 85-155), terdiri atas:

1. Heuristik, yang berarti kegiatan dalam mencari sumber-sumber untuk

mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Pada tahap ini, penulis berusaha mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dengan langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di tengah lingkungan dengan bangsa Barat. Semua sumber sejarah yang dikumpulkan penulis berupa sumber-sumber tertulis yang terdiri dari buku-buku, jurnal, dan sumber tertulis lainnya yang penulis dapatkan dari


(15)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

hasil kunjungan ke beberapa perpustakaan, toko buku, dan pameran buku yang ada di Bandung dan Jakarta.

2. Kritik (Eksternal dan Internal), langkah selanjutnya dalam buku Langlois dan

Seignobos adalah apa yang disebut “kegiatan-kegiatan analitis” (operations analytiques; analytical operations; Kritik) yang harus ditampilkan oleh para

sejarawan terhadap dokumen-dokumen setelah mengumpulkan mereka dari arsip-arsip (Sjamsuddin, 2007:130). Pada tahap kritik dibagi menjadi dua, yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, terdapat 4 (empat) hal yang harus diperhatikan dalam meneliti sumber yaitu: Otentisitas, Deteksi Sumber Palsu, Integritas dan melakukan Penyuntingan. Sedangkan kritik internal lebih menekankan aspek dalam yaitu isi dari sumber (Sjamsuddin, 2007:134-143).

3. Interpretasi, setelah sumber-sumber yang diperoleh telah dikritik secara

eksternal dan internal. Pada tahap ini, penulis harus mengenyampingkan sisi subjektifitas karena banyaknya sumber yang dipakai dan berasal dari berbagai sudut pandang. Interpretasi bertujuan untuk melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh, sehingga dapat dikatakan sebagai suatu bentuk analisis.

4. Historiografi (penulisan sejarah), sebagai langkah terakhir dalam tahapan

penelitian sejarah. Langkah ini merupakan kegiatan menyusun sumber sejarah yang ditemukan, dianalisis dan ditafsirkan hingga menjadi suatu cerita sejarah. Cerita sejarah disini ditulis dengan menggunakan imajinasi dalam merangkai setiap fakta sejarah yang ada, sehingga menghasilkan cerita sejarah yang menarik dan dapat dipercaya kebenarannya. Saat melakukan penulisan sejarah, dibutuhkan penggunaan bahasa yang baik agar tidak terjadi suatu multi tafsir terhadap suatu peristiwa sejarah. Serta kemampuan dalam mengolah data, fakta dan bukti sejarah secara tepat.


(16)

32

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penyusunan skripsi ini mencakup keempat langkah kerja di atas yang merupakan kegiatan inti penelitian. Langkah-langkah penelitian sendiri terbagi ke dalam tiga tahap, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian. Berikut akan dijelaskan mengenai ketiga tahap tersebut di atas, yaitu:

3.1 PERSIAPAN PENELITIAN

Persiapan adalah beberapa langkah awal yang dilakukan penulis untuk memulai melakukan kegiatan penelitian. Adapun persiapan penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian adalah menentukan tema atau memilih topik penelitian. Topik penelitian yang dipilih oleh penulis adalah mengenai Sejarah Kawasan, lebih tepatnya Sejarah Kawasan Asia Barat Daya. Hal ini dikarenakan ketika penulis sedang mengikuti mata kuliah Sejarah Peradaban Barat (Bagian Sejarah Eropa), Bapak R.H. Achmad Iriyadi selaku dosen yang mengajar saat itu menyampaikan suatu komentar yang terdengar kontroversi.

Beliau mengatakan suatu pernyataan yang kurang lebih berbunyi: “Mustafa Kemal

Pasha lantas bisa dianggap sebagai Pahlawan atau Penghancur bangsa Turki”. Dari pernyataan tersebut penulis merasa tertarik terhadap sosok Mustafa Kemal Pasha dan kebijakan yang dikeluarkan selama masa pemerintahannya. Selain itu, penulis memang sudah memiliki ketertarikan sejak dahulu terhadap negara Turki, karena memiliki percampuran kebudayaan yang unik akibat letak geografisnya, dimana sebagian daerahnya ada di Asia sedangkan sebagian lagi ada di Eropa. Penulis melihat Turki sebagai miniatur antara percampuran budaya Timur dan Barat.

Keunikan yang diperlihatkan Turki tersebut, membuat penulis banyak membaca artikel yang berhubungan dengan konflik yang timbul sepanjang percampuran kebudayaan antara Timur dan Barat di Turki. Banyak sumber


(17)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengatakan Mustafa Kemal Pasha sebagai dalang dari melekatnya kebudayaan Barat di Turki. Oleh karena itu, penulis memutuskan untuk menulis penelitian tentang Mustafa Kemal Pasha dan Turki. Penulis mencoba mengajukan beberapa judul kepada dosen Sejarah Peradaban Barat, meminta petunjuk tentang persoalan apa yang sekiranya belum dibahas oleh kebanyakan peneliti sebelumnya. Bapak R. H. A. Iriyadi akhirnya memberi saran agar penulis meneliti tentang politik luar negeri Mustafa Kemal Pasha selama masa kepemimpinannya menjadi Presiden Turki.

Setelah penulis mendapat judul yang sesuai maka penulis mengajukan rancangan judul penelitian kepada dewan yang secara khusus menangani penulisan skripsi di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI yaitu Tim Pertimbangan Penulisan

Skripsi (TPPS). Judul yang diajukan penulis adalah “Kebijakan Politik Luar Negeri Republik Turki Pada Masa Pemerintahan Mustafa Kemal Pasha (1923-1938)”.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah salah satu syarat yang harus diajukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian. Rancangan ini sebagai kerangka dasar yang diajukan dalam penyusunan laporan penelitian. Rancangan ini dibuat dalam bentuk proposal skripsi. Proposal skripsi ini diajukan kepada TPPS untuk diperiksa terlebih dahulu sebelum diseminarkan dan untuk memastikan bahwa judul yang diajukan oleh penulis belum pernah ditulis dan diteliti di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Adapun dalam proposal penelitian yang diajukan tersebut memuat tentang: a. Judul Penelitian.

b. Latar Belakang Masalah.

c. Rumusan dan Pembatasan Masalah. d. Tujuan Penelitian.

e. Manfaat Penelitian f. Tinjauan Kepustakaan


(18)

34

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

h. Sistematika Penulisan

Setelah proposal skripsi dinyatakan layak untuk diikutkan dalam seminar, penulis diperbolehkan melakukan seminar Pra-Rancangan Penulisan Skripsi yang selanjutnya dilaksanakan pada Kamis, 19 Juli 2012 di Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah. Dalam seminar proposal tersebut, penulis mempresentasikan rancangan penelitian penulis di depan calon dosen pembimbing skripsi dan TPPS untuk dikaji dan didiskusikan apakah rancangan penelitian tersebut dapat dilanjutkan dalam penulisan skripsi atau tidak. Pada saat melakukan seminar tersebut, penulis mendapatkan banyak masukan terutama dari calon dosen pembimbing skripsi.

Hasil dari seminar tersebut, menyatakan bahwa judul yang diajukan pada dasarnya disetujui namun kurang memperlihatkan fokus penelitian. Latar belakang penelitian yang disajikan penulis juga dinilai masih terlalu memperlihatkan latar belakang historis tidak terlalu jelas mengenai latar belakang penelitian yang berisi keresahan penulis tentang permasalahan yang akan diteliti. Rumusan masalah yang diajukan ada beberapa yang dinilai masih terlalu luas pembahasannya. Setelah itu dilakukan beberapa perbaikan sesuai dengan saran dari calon dosen pembimbing.

Pengesahan penelitian dikeluarkan melalui surat keputusan dari Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah No: 058/TPPS/JPS/PEM/2012 pada tanggal 02 Agustus 2012. Setelah disetujui, pengesahan untuk penulisan skripsi dikeluarkan melalui Surat Keputusan Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan sekaligus penentuan pembimbing skripsi, yaitu Bapak Dr. Nana Supriatna, M. Ed sebagai pembimbing I dan Ibu Yeni Kurniawati, M. Pd sebagai pembimbing II.

3.1.3 Konsultasi Kepada Pembimbing I dan II

Konsultasi merupakan kegiatan bimbingan dalam penyusunan skripsi yang dilakukan oleh penulis dengan Pembimbing I dan II yang telah ditunjuk oleh TPPS. Untuk penulisan skripsi kali ini, pembimbing yang ditunjuk oleh TPPS dalam


(19)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

membimbing penulisan skripsi ini adalah Bapak Dr. Nana Supriatna, M. Ed sebagai pembimbing I dan Ibu Yeni Kurniawati, M. Pd sebagai pembimbing II. Konsultasi ini memiliki fungsi yang sangat penting, karena di dalamnya terdapat pengarahan dalam proses penyusunan skripsi. Selain itu juga, dengan melakukan konsultasi secara teratur akan diperoleh banyak masukan baik itu berupa saran maupun kritik terhadap penulisan skripsi ini.

Konsultasi awal dilakukan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan bimbingan. Agar proses bimbingan ke depannya dapat berjalan secara efektif dan efisien. Proses bimbingan selanjutnya dilakukan secara berkelanjutan dan bersifat bebas. Konsultasi dilakukan setelah sebelumnya penulis menghubungi dosen pembimbing dan kemudian dibuat kesepakatan jadwal pertemuan antara dosen pembimbing dengan penulis. Pada setiap pertemuan membahas bab demi bab yang diajukan penulis, revisi bab sebelumnya, konsultasi sumber, serta teknik penulisan skripsi yang harus disesuaikan dengan EYD yang telah disempurnakan dan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia. Bukti penulis melakukan bimbingan penulisan skripsi tercatat dalam lembar frekuensi bimbingan yang diisi oleh dosen pembimbing setiap selesai melakukan bimbingan.

3.2 PELAKSANAAN PENELITIAN

Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dalam menyusun penulisan skripsi ini. Langkah yang ditempuh dalam mengkaji permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini berdasarkan metode historis yang dikemukakan Sjamsudin (2007: 85-155), yaitu Heuristik (pengumpulan sumber); Kritik (Eksternal dan Internal); Interpretasi dan Historiografi (penulisan sejarah). Adapun tahapan-tahapan tersebut akan penulis uraikan sebagai berikut:


(20)

36

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tahapan awal dalam melaksanakan penelitian adalah heuristik. Seperti yang dikemukakan Sjamsudin (2007: 86), heuristik adalah kegiatan dalam mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah. Pada tahap ini, penulis berusaha mencari berbagai sumber yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber sejarah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber literatur berupa buku-buku baik yang berbahasa asing maupun berbahasa Indonesia. Sumber-sumber yang diperoleh merupakan sumber sekunder dalam bentuk buku-buku dan artikel. Menurut Sjamsuddin (2007: 106), sumber kedua (secondary source) adalah apa yang telah ditulis sejarawan sekarang atau sebelumnya berdasarkan sumber-sumber pertama. Hal ini dikarenakan penulis kesulitan mendapatkan buku yang persis sejaman dengan periode yang dikaji penulis. Kesulitan lainnya yaitu adanya buku-buku primer yang menggunakan bahasa Turki, sedangkan penulis memiliki keterbatasan dalam memahami bahasa Turki guna mengetahui isi dari buku-buku tersebut.

Teknik studi literatur dipakai untuk mengumpulkan sumber-sumber atau tulisan yang dianggap relevan dengan masalah penelitian. Hal ini dilakukan dengan jalan meneliti dan mengkaji hasil karya ilmiah penulis lain. Penulis berhasil mengumpulkan buku-buku sebagai sumber literatur tersebut dengan cara meminjam dari beberapa perpustakaan berikut:

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Di perpustakaan ini penulis mendapatkan sumber berupa buku antara lain: Mengerti Sejarah (1975) karya Louis Gottschalk; Diplomasi: Praktik Komunikasi Nasional (2011) karya Mohammad Shoelhi; Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analitis (1987) karya Budiono Kusumohamidjojo; Diplomasi (1991) karya S.L. Roy;

Metodologi Penelitian Sejarah (1999) karya Dudung Abdurrahman; Psikologi Kepemimpinan (1984) karya Cheppy Hari Cahyono; Teori Sosiologi Modern

(2008) karya George Ritzer dan Goodman; Analisis Kepemimpinan (1984) karya S. MLS. Trimo.


(21)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Perpustakaan Museum Konperensi Asia-Afrika. Di perpustakaan ini penulis mendapatkan sumber berupa buku antara lain: Timur Tengah di Tengah Kancah

Dunia (1993) karya George Lenczowski.

c. Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Di perpustakaan ini penulis mendapatkan sumber berupa buku antara lain: Islam dan Perkembangan Politik

di Turki (1999) karya Binnaz Toprak; The Near East: A Modern History (1958)

Karya William Yale; Ataturk and Turkey of Republican Era (1981) karya S. Tashan et.al.

d. Perpustakaan Utama UIN Syahid Jakarta. Di perpustakaan ini penulis mendapatkan sumber berupa buku antara lain: Sejarah Peradaban Islam: dari

Masa Klasik hingga Masa Modern (2004) Editor Siti Maryam; Sejarah Kebudayaan Islam di Turki (1997) karya Syafiq A. Mughni.

e. Perpustakaan Batu Api Jatinangor. Di perpustakaan ini penulis mendapatkan sumber berupa buku antara lain: Di Bawah Bendera Revolusi (1963) karya Ir. Soekarno; Asia dan Dunia Sedjak 1500: Sedjarah Umum (1954) yang ditulis oleh H. J. Van Den Berg, dkk; Sari Sedjarah Djilid I: Asia-Australia (1961) karya Soebantardjo.

Selain meminjam dari beberapa perpustakaan tersebut di atas, penulis juga memiliki beberapa buku sumber koleksi pribadi dan juga rekan penulis yang diperoleh dari bursa buku bekas Palasari, Dewi Sartika dan Asia-Afrika, toko buku BBC, toko buku Togamas, bursa buku bekas Kwitang-Senen, pameran buku di Landmark serta dari toko buku lainnya. Buku-buku koleksi pribadi tersebut antara lain: Metodologi Sejarah (2007) karya Helius Sjamsuddin; Islam dan Sekularisme di

Turki Modern (1994) karya Mukti Ali; Perkembangan Modern Dalam Islam (1985)

karya Serif Mardin et. al; Sejarah Modern Turki (2003) karya Erik J. Zurcher; Islam

dalam Sedjarah Modern Djilid II (1964) karya W.C. Smith; Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (2009) karya George Ritzer; Heroes of Freedom and Humanity (2006) karya Tim Narasi; Sejarah Peradaban Islam (2008) karya


(22)

38

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dedi Supriyadi; Dasar-Dasar Ilmu Politik (2000) karya Miriam Budiardjo. Sedangkan buku koleksi rekan penulis, diantaranya adalah: Kumpulan Karangan (1953) karya Mohammad Hatta; Kamal Ataturk: Pengusung Sekularisme dan

Penghancur Khilafah Islamiah (2008) karya Dhabith Tarki Sabiq; Pengantar Ilmu Sejarah (1996) karya Ismaun; Pengantar Ilmu Sosial (2008) karya Dadang Supardan.

Sumber tertulis yang telah didapat kemudian dibaca, dipahami dan dikaji untuk melihat kesesuaiannya dengan permasalahan penelitian. Penulis mencatat hal-hal yang dianggap penting dari setiap sumber tersebut, diantaranya adalah daftar pustaka dan kutipan-kutipan yang diperlukan.

3.2.2 Kritik Sumber

Setelah melakukan proses pencarian sumber (heuristik), maka sumber-sumber yang telah terkumpul tersebut disusun berdasarkan beberapa kategori. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penulis dalam menganalisis data-data dari setiap sumber tersebut. Langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah melakukan kritik. Kritik sumber merupakan suatu tahapan dimana data dan informasi yang telah diperoleh, diselidiki kesesuaian, keterkaitan, dan keobjektifannya secara eksternal maupun internal.

Kritik sumber dilakukan karena berbagai sumber yang diperoleh tidaklah dapat diterima begitu saja oleh penulis, karena tidak semua sumber memiliki tingkat kebenaran yang sama. Fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan dalam mencari kebenaran (truth). Sejarawan selalu dihadapkan dengan kebutuhan untuk membedakan apa yang benar dan apa yang tidak benar (palsu), apa yang mungkin dan apa yang meragukan atau mustahil (Sjamsuddin, 2007:131).

Oleh karena itu, keaslian sumber menurut Abdurahman (1999: 68-69), dapat diuji berdasarkan lima pertanyaan pokok berikut:

1. Kapan sumber itu dibuat? 2. Dimana sumber itu dibuat?


(23)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Siapa yang membuat?

4. Dari bahan apa sumber itu dibuat? 5. Apakah sumber itu dalam bentuk asli?

Dalam metode historis, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu kritik eksternal dan kritik internal, untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

3.2.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal ialah cara melakukan klasifikasi atau pengujian dilihat dari aspek luarnya. Penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007:134).

Menurut Sjamsuddin (2007: 134-143), terdapat 4 (empat) hal yang harus diperhatikan dalam meneliti sumber yaitu: Otentisitas, Deteksi Sumber Palsu, Integritas dan melakukan Penyuntingan. Peneliti melakukan kritik eksternal dengan cara melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi mengenai penulis sumber sebagai salah satu cara untuk melihat karya-karya atau tulisan lain yang dihasilkannya. Hal tersebut dilakukan, sebagaimana dikatakan Sjamsuddin (2007: 135) bahwa mengidentifikasi penulis adalah langkah pertama dalam menegakkan otentisitas. Untuk meminimalisir subjektifitas dari keterangan narasumber maka kritik sumber sangat dibutuhkan sehingga fakta-fakta sejarah akan terungkap dengan jelas. Selanjutnya, untuk mendeteksi sumber palsu bisa dideteksi melalui empat kategori, yaitu kriteria fisik, garis asal-usul dari dokumen atau sumber, tulisan tangan, isi dari sumber (Sjamsuddin, 2007: 139).

Kritik eksternal, bisa dirumuskan dalam tiga pertanyaan yang dirumuskan oleh Ismaun (2005: 50), yaitu:

1. Apakah sumber itu memang sumber yang kita kehendaki? 2. Apakah sumber itu asli atau turunan?


(24)

40

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Apakah sumber itu utuh atau telah diubah-ubah?

Saat melakukan kritik eksternal, penulis membagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori penulis sumber dan karakteristik sumber. Kategori penulis sumber dimaksudkan untuk mengetahui dari mana asal penulis sehingga diketahui latar belakang penulis buku dan melihat kredibilitas pengarang buku tersebut, atau orang-orang yang memang menguasai bidang yang ditulisnya sehingga didapat ke-otentitasannya sehubungan dengan tema penulisan skripsi ini. Sedangkan kategori karakteristik sumber yaitu membedakan dan mengelompokkan sumber dalam bentuk buku atau yang lainnya kumpulan artikel yang berada dalam satu buku. Penulis juga meneliti dari warna kertas yang digunakan dalam buku tersebut, apakah bewarna buram atau putih bersih.

Penulis mendapatkan buku-buku yang ditulis dari pandangan orang Turki sendiri dan ada beberapa buku yang ditulis oleh orang di luar Turki. Seperti contoh kumpulan tulisan dari beberapa orang Turki yang mencoba membuat penjelasan tentang siapa sosok Mustafa Kemal Pasha dalam buku Ataturk and Turkey of

Republican Era yang ditulis oleh Seyfi Tashan et.al. Seyfi Tashan menerima

pendidikan di Universitas Ankara. Beliau bekerja sebagai penyiar radio urusan internasional, manajer layanan radio internasional Turki dan Kepala public relations

section di Departemen Penerangan dalam pemerintahan sejak tahun 1945 hingga

1955. Latar belakang Seyfi Tashan memperlihatkan orang yang pro terhadap pemerintahan Mustafa Kemal Pasha. Sebagai direktur Perguruan Tinggi ia telah banyak menulis tentang kebijakan dalam negeri Turki. Seyfi Tashan sebagai orang Turki melihat kebijakan diplomasi Mustafa Kemal Pasha sebagai bentuk kebijakan yang melindungi rakyat Turki. Hal ini terlihat dengan usaha Mustafa Kemal Pasha yang tetap menjalin hubungan dengan negara lain, namun tidak menghilangkan identitas Turki sendiri. Terlihat Mustafa Kemal Pasha tetap berusaha menjalankan perekonomiannya sendiri tanpa mau bergabung menjadi bagian dari ekonomi liberal negara-negara Barat.


(25)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sumber yang ditulis bukan oleh orang Turki sendiri diantaranya adalah The

Near East: The Modern History karya William Yale. Ia menjabat sebagai insinyur

sipil dengan Isthmian Canal Komisi di Panama pada tahun 1907, dan menerima gelar doktor dari Sheffield Ilmiah Sekolah Yale University pada tahun 1910. Karirnya di Timur Tengah dimulai pada tahun 1913 ketika ia dikirim ke Konstantinopel oleh Perusahaan Standard Oil of New York untuk mengeksplorasi minyak. Pada 1919, ia adalah penasihat teknis untuk Komisi Raja Crane yang dikirim oleh Presiden Wilson ke Pembicaraan Damai Paris untuk membahas pembubaran Kesultanan Usmani setelah Perang Dunia I. Yale menjabat sebagai Profesor Sejarah di Universitas New Hampshire dan mengajar sejarah di Universitas Boston. Sebagai seorang yang memang mengalami langsung berbagai peristiwa penting di Turki, pandangan Yale memaparkan secara objektif tentang sejarah Turki. Pandangan yang diberikan oleh penulis-penulis tersebut di atas dengan latar belakang yang berbeda membuat penulis memiliki banyak referensi tentang sosok Mustafa Kemal Pasha serta berbagai kebijakan politik yang dikeluarkannya.

3.2.2.2 Kritik Internal

Kebalikan dari kritik eksternal, kritik internal lebih menekankan kepada aspek

“dalam” yaitu isi dari sumber berupa kesaksian (testimoni), sehingga sejarawan harus memutuskan apakah data yang diproleh dapat dipercaya atau tidak (Sjamsuddin. 2007: 143). Pelaksanaan kritik internal dilakukan peneliti dengan cara melihat isi sumber dan membandingkannya dengan sumber lain, dalam konteks kajian yang sama.

Pada tahapan ini penulis membaca sumber-sumber yang telah terkumpul, mengklasifikasikanya menurut konsep dan saling dibandingkan satu dengan yang lain. Hasil perbandingan sumber tersebut, akan diperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut memang layak dijadikan sumber-sumber rujukan penulisan skripsi karena sesuai dengan kajian penelitian ini.


(26)

42

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Karya yang coba penulis bandingkan adalah Islam dan Sekularisme di Turki

Modern (1994) karya Mukti Ali yang banyak mengambil referensi dari buku Feroz

Ahmad, yang menilai adanya pertarungan antara kaum modernis dan Westernis dengan kaum religius reaksioner yang dinilai anti perubahan. Dibandingkan dengan buku Kamal Ataturk: Pengusung Sekularisme dan Penghancur Khilafah Islamiyah (2008) karya Dhabith Tarqi Sabiq yang justru berusaha memunculkan fakta-fakta tentang siapa sesungguhnya sosok Mustafa Kemal Pasha yang dianggap sebagai penghancur Khilafah Islamiyah yang berkedok ingin mensejajarkan Turki.

Perbedaan pendapat kedua sumber tersebut coba diseimbangkan dengan beberapa sumber yang ditulis oleh orang-orang yang bekerja di akademisi. Menurut penulis, tulisan dari mereka tersebut dapat dipertanggung-jawabkan tingkat keobjektifitasannya. Pasalnya mereka menulis suatu karya ilmiah yang tentu dituntut untuk mengenyampingkan tingkat subjektifitas dan memenuhi kaidah-kaidah keilmuan. Sumber yang penulis jadikan penyeimbang Sejarah Modern Turki karya Erik J. Zurcher seorang Professor of Modern History of Ottoman Empire and Turkey

di University of Amsterdam dan Senior Research Fellow di International Institute of Social History. Buku ini banyak mengungkap sosok Mustafa Kemal Pasha dan

kebijakannya dari berbagai sudut pandang. Tidak hanya memandang Mustafa Kemal Pasha sebagai pahlawan Turki karena telah membawa Turki pada modernisasi, namun buku ini juga menyayangkan kebijakan Mustafa Kemal Pasha yang telah membuat Turki kehilangan identitasnya. Terlihat saat ini Turki seperti tidak menjadi bagian dari peradaban Timur ataupun Barat.

Keberadaan sumber-sumber tersebut di atas diharapkan dapat membantu penulis dalam melengkapi isi tulisan, agar penulis tidak hanya melihat dari satu sudut pandang saja dan karya ilmiah ini dapat dibuat seobjektif mungkin. Berdasarkan hasil dari melakukan kritik internal, penulis mendapatkan kesesuaian dan perbedaan pendapat dari berbagai penulis, dimana perbedaan pendapat tersebut berdasarkan latar


(27)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

belakang penulis yang berbeda. Dalam melakukan kritik internal, perbedaan pendapat antara sumber yang satu dengan yang lainnya adalah hal yang biasa ditemukan.

3.2.3 Penafsiran Sumber (Interpretasi)

Setelah mengumpulkan sumber dan melakukan kritik terhadap sumber-sumber tersebut baik secara eksternal dan internal, langkah selanjutnya adalah interpretasi. Peneliti memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah atau data-data yang diperoleh dari hasil kritik. Kemudian fakta yang telah diperoleh tersebut dirangkai dan dihubungkan satu sama lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 59-60). Fakta yang telah ditafsirkan dan dimaknai oleh penulis kemudian disusun ke dalam beberapa pokok pikiran yang akan dijadikan sebagai kerangka pemikiran penulisan sejarah yang utuh.

Menurut Sjamsuddin (2007: 158-159), ketika seorang sejarawan menulis, sebenarnya keinginannya adalah untuk menjelaskan (eksplanasi) sejarah, melalui dua dorongan yaitu mencipta ulang (re-create) dan menafsirkan (interpret). Disadari atau tidak para sejarawan berpegang pada salah satu atau kombinasi beberapa filsafat sejarah tertentu yang menjadi dasar penafsirannya.

Menurut Sjamsuddin (2007: 163-170), terdapat dua macam cara penafsiran yang ada kaitannya dengan faktor-faktor pendorong sejarah, yaitu determinisme dan kemauan bebas manusia serta kebebasan manusia mengambil keputusan. Filsafat sejarah yang deterministik menekankan kepada faktor keturunan dan lingkungan fisik, dimana deterministik menolak semua penyebab yang berdasarkan kebebasan manusia dalam menentukan dan mengambil keputusan sendiri, sehingga membuat manusia menjadi seperti robot yang kekuatannya ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya. Di antara bentuk-bentuk penafsiran deterministik itu ialah deterministik rasial, penafsiran geografis, interpretasi ekonomi, penafsiran (teori) orang besar,


(28)

44

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penafsiran spiritual atau idealistik, penafsiran ilmu dan teknologi, penafsiran sosiologis, dan penafsiran sintetis.

Berdasarkan berbagai bentuk penafsiran deterministik, penulis memilih untuk menggunakan penafsiran sintetis yang mencoba menggabungkan semua faktor menjadi penggerak terjadinya sejarah. Barnes dalam Sjamsuddin (2007: 170)

menjelaskan bahwa dalam penafsiran sintetis tidak ada satu kategori “sebab-sebab” tunggal yang cukup untuk menjelaskan semua fase dan periode perkembangan sejarah. Perkembangan dan jalannya sejarah digerakkan oleh beberapa faktor dan tenaga secara bersamaan dan menjadikan manusia sebagai pemeran utamanya. Menurut penelitian ini, faktor-faktor yang turut mendorong langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di tengah lingkungan dengan bangsa Barat adalah kekalahan Turki dalam Perang Dunia I, keinginan untuk membuat Turki kembali kepada masa jayanya dahulu tetapi kini dengan melihat ke arah Barat, dan pusat peradaban dunia yang kini beralih ke negara-negara Barat. Seluruh langkah-langkah penelitian yang dilakukan penulis diharapkan dapat memudahkan dalam proses menafsirkan dan sebagai bentuk rekonstruksi yang menggambarkan “Langkah Diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam Mensejajarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)”.

3.2.3.1 Pendekatan

Teknik pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian kali ini adalah teknik pendekatan interdisipliner. Pendekatan ini merupakan pendekatan dalam ilmu sejarah dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu yang serumpun (ilmu-ilmu sosial). Penggunaan ilmu sejarah tetap menjadi prioritas, namun untuk mempertajam analisis, penulis menggunakan ilmu bantu dari disiplin ilmu yang serumpun.

Beberapa disiplin ilmu yang digunakan sebagai ilmu bantu dalam penelitian ini di antaranya adalah ilmu hubungan internasional, politik, dan sosiologi. Dalam


(29)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ilmu hubungan internasional, yang penulis gunakan antara lain adalah konsep diplomasi. Sedangkan dalam ilmu sosiologi penulis menggunakan konsep kepemimpinan, dan konsep perubahan sosial. Dengan meminjam konsep dan teori dari ilmu-ilmu sosial tersebut diharapkan dapat memperlihatkan mengenai kebijakan Mustafa Kemal Pasha terutama yang disoroti disini adalah upaya diplomasinya terhadap bangsa Barat secara menyeluruh atau holistic tidak hanya dilihat dari sisi kesejarahan saja.

3.2.4 Laporan Penelitian (Historiografi)

Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah lalu (Ismaun, 2005: 28). Dengan kata lain, historiografi merupakan penulisan hasil penelitian yang dilakukan setelah selesai melakukan analisis dan penafsiran terhadap data dan fakta sejarah. Dalam historiografi, penulis menceritakan apa yang telah didapat dengan disertai penafsiran-penafsiran penulis sehingga tercipta suatu rekonstruksi peristiwa sejarah yang utuh.

Seorang sejarawan dalam tahap historiografi diharapkan memiliki kemampuan analitis dan kritis, sehingga hasil karya tulisnya menjadi karya tulis ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebuah karya tulis dapat dikategorikan sebagai karya tulis ilmiah apabila telah memenuhi syarat-syarat keilmuan. Dari segi tata bahasa yang digunakan juga harus sesuai dengan kaidah yang berlaku, penyajian harus diuraikan secara sistematis dan kronologis, sesuai dengan aturan dalam pedoman penulisan karya ilmiah.

3.3 LAPORAN PENELITIAN

Langkah ini merupakan langkah terakhir dari keseluruhan proses penelitian. Dalam metode historis, langkah ini disebut dengan historiografi. Sistem penulisan laporan ini dibuat secara kronologis sebagai alat untuk mengungkap bagaimana langkah diplomasi yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan


(30)

46

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Turki di tengah lingkungan dengan bangsa Barat. Struktur organisasi skripsi ini dibagi ke dalam lima bagian, yaitu: Bab I Pendahuluan, Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Pembahasan, dan Bab V Kesimpulan dan Saran.

3.3.1 Teknik Penulisan Laporan

Cara penulisan laporan penelitian ini didasarkan pada fokus pembahasan. Pada laporan ini, penulis memilih fokus tema yaitu menyajikan konsep yang muncul dari langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam mensejajarkan Turki di Ttengah lingkungan dengan bangsa Barat. Penulis juga menggunakan konsep dalam mengemukakan permasalahan penelitian ini agar penulisan menjadi lebih kuat dan memiliki fondasi. Konsep yang penulis gunakan yaitu diplomasi, kepemimpinan, dan perubahan sosial.

Teknik penulisan dalam skripsi ini menggunakan sistem Harvard. Penggunaan sistem ini digunakan penulis karena disesuaikan dengan hal yang lazim digunakan di akademisi Universitas Pendidikan Indonesia dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan sistem Harvard ini dirujuk dari buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang ditebitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012.

3.3.2 Langkah-langkah Penulisan Laporan

Langkah penulisan skripsi ini, dibagi dalam tahap awal dan tahap akhir atau tahap penulisan yang sebenarnya. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan materi dan pengelompokkan data. Upaya pengumpulan sumber dilakukan penulis sejak mengikuti mata kuliah Seminar Penulisan Karya Ilmiah yaitu sekitar September 2011. Pada penulisan ini, data yang dipakai dalam setiap bagian atau bab, terdapat perbedaan sesuai dengan titik berat pembahasan dan pokok tujuan tertentu dari setiap bab. Tahap penulisan terakhir dilakukan setelah materi telah tersusun dan kerangka tulisan dibuat. Tulisan akhirnya dilakukan bab demi bab sesuai dengan proses


(31)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian yang dilakukan secara bertahap. Penulisan skripsi ini dimulai setelah seminar Pra-Rancangan Penulisan Skripsi yaitu tanggal 19 Juli 2011, dan proses ini dilakukan dengan berbagai masukan dari Pembimbing I dan II.


(32)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

93

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan mengacu pada bab I serta hasil analisis yang dilakukan pada bab IV. Sesuai dengan rumusan masalah yang terdapat di Bab I, terdapat tiga hal yang penulis simpulkan dalam bab ini, sehubungan dengan permasalahan yang dibahas pada skripsi yang

berjudul “Langkah Diplomasi Mustafa Kemal Pasha Dalam Mensejajarkan Turki di

Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)”. Kesimpulan yang penulis paparkan menggunakan kajian interdisipliner, yaitu memakai ilmu politik, hubungan internasional, dan juga konsep-konsep sosiologi (konsep kepemimpinan dan konsep perubahan sosial). Konsep-konsep yang penulis gunakan mendukung dalam melakukan pembahasan di bab IV sebagai alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Penggunaan konsep-konsep tersebut yang akan membedakan isi analisis penulis dengan penulis lainnya yang mengangkat tema yang sama. Dengan merujuk pada ilmu dan konsep tersebut, kesimpulannya adalah sebagai berikut:

Pertama, situasi politik dalam negeri Turki pada saat pemerintahan Mustafa

Kemal Pasha (1923-1938). Konsep kepemimpinan digunakan penulis untuk membahas setiap kebijakan dalam negeri yang dikeluarkan Mustafa Kemal Pasha untuk mendukung usaha politik luar negerinya dalam mensejajarkan Turki dengan negara-negara Barat. Gaya kepemimpinan yang digunakan antara gaya kepemimpinan sultan-sultan pada masa Kesultanan Usmani dengan gaya kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha memang jauh berbeda. Pada masa Kesultanan Usmani, sebagian besar sultan memiliki gaya kepemimpinan Free Rein Leader, dimana pemimpin tipe ini membiarkan anggotanya berjalan dengan sedikit kontrol dari pemimpin. Gaya kepemimpinan ini digunakan oleh para sultan dikarenakan Kesultanan Usmani memiliki daerah kekuasaan yang sangan luas, sehingga


(33)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyulitkan para sultan untuk melakukan kontrol secara baik ke setiap daerah kekuasaanya yang terletak di tiga benua: Asia, Eropa, dan Afrika. Hal ini pula yang menyebabkan ketidaktahuan sultan akan beberapa permasalahan di daerah kekuasaanya serta adanya beberapa daerah yang berniat memerdekakan diri dari kekuasaan Kesultanan Usmani.

Berbeda dengan gaya kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha yang bermodal gaya kepemimpinan autokratis tipe keras, gaya kepemimpinan yang egois, selalu memperlakukan bawahannya sama dengan alat-alat organisasi dan kurang menghargai pendapat dari bawahannya. Mustafa Kemal Pasha menuntut adanya ketaatan penuh dari para bawahannya dalam menegakkan disiplin dan mematuhi setiap kebijakan yang dikeluarkannya. Mustafa Kemal Pasha adalah presiden pertama Republik Turki. Setelah berhasil merubah sistem pemerintahan dari Kesultanan Usmani menjadi Republik Turki, banyak perubahan yang dibangun oleh Mustafa Kemal Pasha. Perubahan yang paling terlihat adalah perubahan dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan sosial. Hal ini dilakukan Mustafa Kemal Pasha karena menganggap Turki telah memasuki keterpurukan akibat masa pemerintahan Kesultanan Usmani yang terlihat tidak mampu lagi bersaing dengan Barat. Kesultanan Usmani seakan tidak mau membuka mata menuju perubahan. Oleh karena itu, pada saat Mustafa Kemal Pasha berkuasa sebagai Presiden Turki, terjadi perubahan besar-besaran dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Seperti mengenalkan penggunaan alfabet latin, membiasakan memakai bahasa Turki dalam kehidupan sehari-hari, larangan menggunakan cadar, mengganti penggunaan fez (topi tradisional Turki) dengan topi, menjadikan hari Minggu sebagai hari libur resmi menggantikan hari Jum’at, pemakaian nama keluarga,

Kedua, usaha-usaha politik luar negeri yang dibangun Mustafa Kemal Pasha

dengan negara-negara Barat (1923-1938). Sesuai dengan pendekatan yang digunakan oleh penulis, untuk membahas mengenai langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha ini, penulis menggunakan konsep diplomasi dari disiplin ilmu hubungan


(34)

95

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

internasional. Konsep tersebut penulis gunakan sebagai bahan analisis untuk melihat langkah diplomasi yang dilakukan oleh sultan-sultan yang berkuasa pada masa Kesultanan Usmani dan Mustafa Kemal Pasha. Mustafa Kemal Pasha merupakan seorang ahli diplomasi yang handal. Hal ini terlihat pada saat Usmani mengalami penurunan harga diri akibat perjanjian Sevres yang harus ditandatangani karena kalah dalam Perang Dunia I. Mustafa Kemal Pasha datang sebagai arsitek perjanjian lanjutan Laussane yang mampu mengangkat harga diri Turki dimata para pemenang perang. Meskipun Turki harus mengganti sistem pemerintahan dari bentuk Kesultanan Usmani hingga menjadi Republik Turki, namun hal tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan oleh Mustafa Kemal Pasha agar Turki dapat diterima dalam pergaulan dunia internasional dengan citra baru.

Kemampuan lainnya dari usaha politik luar negeri Turki pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Pasha adalah Turki mampu menempatkan dirinya di tengah persaingan perebutan wilayah ideologi. Turki mampu berteman baik dengan Uni Soviet meskipun Turki tidak menganut Komunis Soviet. Begitu juga dengan Barat, Turki mampu menjalin hubungan dengan negara-negara Barat, namun Turki tidak ikut masuk ke dalam alur Kapitalisme-Liberalis Barat. Kemampuan Turki untuk menentukan ideologi bangsanya sendiri menunjukkan kemampuan Mustafa Kemal Pasha dalam membawa bangsanya sebagai bangsa yang diperhitungkan karena sulit untuk diperintah oleh bangsa yang lebih besar. Perjanjian-perjanjian yang dibuat pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Pasha menunjukkan adanya usaha-usaha untuk menjalin hubungan baik dengan semua negara tetangga. Hal ini dikarenakan Turki masih sebagai negara yang baru lahir. Sehingga Turki berkeinginan untuk menunjukkan eksistensi negaranya di dunia internasional.

Ketiga, dampak kebijakan politik luar negeri Musatafa Kemal Pasha terhadap

situasi politik dalam Masyarakat Turki (1923-1938). Konsep perubahan sosial dari disiplin ilmu sosiologi penulis gunakan untuk mengkaji dampak perubahan yang dialami masyarakat Turki akibat kebijakan-kebijakan pemerintahan Mustafa Kemal


(35)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pasha. Melalui berbagai usaha diplomasi yang dilakukan Mustafa Kemal Pasha, Turki berusaha lahir sebagai negara baru dengan citra yang juga baru. Turki tidak lagi terikat dengan berbagai kebudayaan Islam seperti yang selama ini melekat pada kesultanan Usmani. Mustafa Kemal Pasha mencoba memperkenalkan Turki sebagai negara yang berusaha mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa Barat yang dianggap telah berperadaban tinggi. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Turki bisa dikategorikan dalam perubahan tingkat makro. Diawali dengan perubahan sistem pemerintahan Turki dari sistem Kesultanan berubah menjadi sistem Republik, serta perubahan lain yang dicetuskan Mustafa Kemal Pasha dalam setiap kebijakkannya yang berusaha menyesuaikan Turki dengan perkembangan zaman yang dinamis, berusaha membawa Turki agar sejajar dengan bangsa Barat.

Oleh karena itu titik keberhasilan Mustafa Kemal Pasha dalam melaksanakan diplomasi untuk mensejajarkan Turki dengan bangsa Barat sangat bernilai subjektif. Jika dilihat dari sisi kaum agama tentu Mustafa Kemal Pasha terlihat tidak mampu menjalankan diplomasi dengan baik yang terbukti dari kebijakan sekularisasi yang dikeluarkan pada masa pemerintahannya. Hal ini memperlihatkan Mustafa Kemal Pasha sebagai pemimpin boneka yang diperintah oleh negara-negara Barat untuk mengikuti setiap kebijakan yang dibuatnya. Mustafa Kemal Pasha tidak mampu mempertahankan tradisi Islam yang merupakan ciri khas dari masyarakat Turki selama berabad-abad kebelakang. Kebijakan yang dibangun oleh Mustafa Kemal Pasha membawa Turki menjadi negara yang menjunjung tinggi kekhasan budayanya sendiri dengan melakukan modernisasi. Namun, dari pihak agama menilai usaha modernisasi yang dilakukan Mustafa Kemal Pasha merupakan bentuk usaha sekularisasi. Jika dari pihak agama menyatakan kemunduran Usmani akibat masyarakat sudah tidak lagi menjalankan syariat Islam, berbeda dengan pendapat kaum sekuler yang menganggap Islam sebagai penghambat kemajuan Turki, karena Islam dinilai sangat kolot dan anti terhadap perubahan-perubahan yang harusnya bisa membuat Turki maju. Di tengah kedua pendapat tersebut, lahir pendapat dari kaum


(36)

97

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

nasionalis yang menyatakan Turki harusnya kembali bangkit dengan menunjukkan identitasnya sebagai Turki, bukan sebagai Islam ataupun Arab, dan juga bukan pengikut atas aliran Komunis Soviet maupun Kapitalis-Liberalis Barat.

5.2 Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dan rekomendasi pada pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Materi dari penelitian ini sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas XI program Ilmu Pengetahuan Sosial semester yaitu SK Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang dan KD Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.

Selain itu terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam penelitian mengenai langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam usahanya mensejajarkan Turki dengan bangsa Barat. Nilai-nilai yang bisa kita ambil adalah nilai nasionalis, kerja keras, kepahlawanan. Meskipun sosok Mustafa Kemal Pasha sendiri adalah sosok yang penuh dengan kontroversi, namun dari jika dilihat dari sisi yang lain Mustafa Kemal Pasha adalah pahlawan yang mampu mengangkat derajat Turki di mata dunia internasional sebagai bangsa yang maju. Melalui rasa nasionalisme yang kuat, Mustafa Kemal Pasha mengajak masyarakat Turki untuk menjunjung tinggi segala hal yang merupakan identitas asli Turki, dengan tidak terpengaruh terhadap adanya segala bentuk pembaharuan yang berasal dari Uni Soviet, negara-negara Barat maupun dari Arab.


(37)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

98

Daftar Pustaka

Abdurrahman, D. (1999). Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Ali, M. (1994). Islam dan Sekularisme di Turki Modern. Jakarta: Djambatan.

Berg, H.J.V. et al. (1954). Asia dan Dunia Sedjak 1.500: Sedjarah Umum. J.B.Wolters – Djakarta – Groningen.

Budiardjo, M. (2000). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Cahyono, C.H. (1984). Psikologi Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional. Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hatta, M. (1953). Kumpulan Karangan II. Jakarta: Balai Buku Indonesia. Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Dirjen Dikti.

Kusumohamidjojo, B. (1987). Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analitis. Jakarta: Bina Cipta.

Lenczowski, G. (1993). Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Mardin, S. (1985). “Agama dan Politik dalam Turki Modern”, dalam Perkembangan

Modern dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Maryam, S. et al. (Eds). (2004). Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik

Hingga Modern. Yogyakarta: LESFI.

Mughni, S.A. (1997). Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki. Jakarta: Logos. Narasi. (2006). Heroes of Freedom and Humanity. Yogyakarta: Narasi.

Ritzer, G. (2009). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

________ dan Goodman, D.J. (2008). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(1)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyulitkan para sultan untuk melakukan kontrol secara baik ke setiap daerah kekuasaanya yang terletak di tiga benua: Asia, Eropa, dan Afrika. Hal ini pula yang menyebabkan ketidaktahuan sultan akan beberapa permasalahan di daerah kekuasaanya serta adanya beberapa daerah yang berniat memerdekakan diri dari kekuasaan Kesultanan Usmani.

Berbeda dengan gaya kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha yang bermodal gaya kepemimpinan autokratis tipe keras, gaya kepemimpinan yang egois, selalu memperlakukan bawahannya sama dengan alat-alat organisasi dan kurang menghargai pendapat dari bawahannya. Mustafa Kemal Pasha menuntut adanya ketaatan penuh dari para bawahannya dalam menegakkan disiplin dan mematuhi setiap kebijakan yang dikeluarkannya. Mustafa Kemal Pasha adalah presiden pertama Republik Turki. Setelah berhasil merubah sistem pemerintahan dari Kesultanan Usmani menjadi Republik Turki, banyak perubahan yang dibangun oleh Mustafa Kemal Pasha. Perubahan yang paling terlihat adalah perubahan dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan sosial. Hal ini dilakukan Mustafa Kemal Pasha karena menganggap Turki telah memasuki keterpurukan akibat masa pemerintahan Kesultanan Usmani yang terlihat tidak mampu lagi bersaing dengan Barat. Kesultanan Usmani seakan tidak mau membuka mata menuju perubahan. Oleh karena itu, pada saat Mustafa Kemal Pasha berkuasa sebagai Presiden Turki, terjadi perubahan besar-besaran dalam setiap aspek kehidupan masyarakat. Seperti mengenalkan penggunaan alfabet latin, membiasakan memakai bahasa Turki dalam kehidupan sehari-hari, larangan menggunakan cadar, mengganti penggunaan fez (topi tradisional Turki) dengan topi, menjadikan hari Minggu sebagai hari libur resmi menggantikan hari Jum’at, pemakaian nama keluarga,

Kedua, usaha-usaha politik luar negeri yang dibangun Mustafa Kemal Pasha dengan negara-negara Barat (1923-1938). Sesuai dengan pendekatan yang digunakan oleh penulis, untuk membahas mengenai langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha ini, penulis menggunakan konsep diplomasi dari disiplin ilmu hubungan


(2)

95

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

internasional. Konsep tersebut penulis gunakan sebagai bahan analisis untuk melihat langkah diplomasi yang dilakukan oleh sultan-sultan yang berkuasa pada masa Kesultanan Usmani dan Mustafa Kemal Pasha. Mustafa Kemal Pasha merupakan seorang ahli diplomasi yang handal. Hal ini terlihat pada saat Usmani mengalami penurunan harga diri akibat perjanjian Sevres yang harus ditandatangani karena kalah dalam Perang Dunia I. Mustafa Kemal Pasha datang sebagai arsitek perjanjian lanjutan Laussane yang mampu mengangkat harga diri Turki dimata para pemenang perang. Meskipun Turki harus mengganti sistem pemerintahan dari bentuk Kesultanan Usmani hingga menjadi Republik Turki, namun hal tersebut merupakan salah satu cara yang digunakan oleh Mustafa Kemal Pasha agar Turki dapat diterima dalam pergaulan dunia internasional dengan citra baru.

Kemampuan lainnya dari usaha politik luar negeri Turki pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Pasha adalah Turki mampu menempatkan dirinya di tengah persaingan perebutan wilayah ideologi. Turki mampu berteman baik dengan Uni Soviet meskipun Turki tidak menganut Komunis Soviet. Begitu juga dengan Barat, Turki mampu menjalin hubungan dengan negara-negara Barat, namun Turki tidak ikut masuk ke dalam alur Kapitalisme-Liberalis Barat. Kemampuan Turki untuk menentukan ideologi bangsanya sendiri menunjukkan kemampuan Mustafa Kemal Pasha dalam membawa bangsanya sebagai bangsa yang diperhitungkan karena sulit untuk diperintah oleh bangsa yang lebih besar. Perjanjian-perjanjian yang dibuat pada masa pemerintahan Mustafa Kemal Pasha menunjukkan adanya usaha-usaha untuk menjalin hubungan baik dengan semua negara tetangga. Hal ini dikarenakan Turki masih sebagai negara yang baru lahir. Sehingga Turki berkeinginan untuk menunjukkan eksistensi negaranya di dunia internasional.

Ketiga, dampak kebijakan politik luar negeri Musatafa Kemal Pasha terhadap situasi politik dalam Masyarakat Turki (1923-1938). Konsep perubahan sosial dari disiplin ilmu sosiologi penulis gunakan untuk mengkaji dampak perubahan yang dialami masyarakat Turki akibat kebijakan-kebijakan pemerintahan Mustafa Kemal


(3)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pasha. Melalui berbagai usaha diplomasi yang dilakukan Mustafa Kemal Pasha, Turki berusaha lahir sebagai negara baru dengan citra yang juga baru. Turki tidak lagi terikat dengan berbagai kebudayaan Islam seperti yang selama ini melekat pada kesultanan Usmani. Mustafa Kemal Pasha mencoba memperkenalkan Turki sebagai negara yang berusaha mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa Barat yang dianggap telah berperadaban tinggi. Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Turki bisa dikategorikan dalam perubahan tingkat makro. Diawali dengan perubahan sistem pemerintahan Turki dari sistem Kesultanan berubah menjadi sistem Republik, serta perubahan lain yang dicetuskan Mustafa Kemal Pasha dalam setiap kebijakkannya yang berusaha menyesuaikan Turki dengan perkembangan zaman yang dinamis, berusaha membawa Turki agar sejajar dengan bangsa Barat.

Oleh karena itu titik keberhasilan Mustafa Kemal Pasha dalam melaksanakan diplomasi untuk mensejajarkan Turki dengan bangsa Barat sangat bernilai subjektif. Jika dilihat dari sisi kaum agama tentu Mustafa Kemal Pasha terlihat tidak mampu menjalankan diplomasi dengan baik yang terbukti dari kebijakan sekularisasi yang dikeluarkan pada masa pemerintahannya. Hal ini memperlihatkan Mustafa Kemal Pasha sebagai pemimpin boneka yang diperintah oleh negara-negara Barat untuk mengikuti setiap kebijakan yang dibuatnya. Mustafa Kemal Pasha tidak mampu mempertahankan tradisi Islam yang merupakan ciri khas dari masyarakat Turki selama berabad-abad kebelakang. Kebijakan yang dibangun oleh Mustafa Kemal Pasha membawa Turki menjadi negara yang menjunjung tinggi kekhasan budayanya sendiri dengan melakukan modernisasi. Namun, dari pihak agama menilai usaha modernisasi yang dilakukan Mustafa Kemal Pasha merupakan bentuk usaha sekularisasi. Jika dari pihak agama menyatakan kemunduran Usmani akibat masyarakat sudah tidak lagi menjalankan syariat Islam, berbeda dengan pendapat kaum sekuler yang menganggap Islam sebagai penghambat kemajuan Turki, karena Islam dinilai sangat kolot dan anti terhadap perubahan-perubahan yang harusnya bisa membuat Turki maju. Di tengah kedua pendapat tersebut, lahir pendapat dari kaum


(4)

97

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

nasionalis yang menyatakan Turki harusnya kembali bangkit dengan menunjukkan identitasnya sebagai Turki, bukan sebagai Islam ataupun Arab, dan juga bukan pengikut atas aliran Komunis Soviet maupun Kapitalis-Liberalis Barat.

5.2 Saran

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dan rekomendasi pada pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas. Materi dari penelitian ini sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas XI program Ilmu Pengetahuan Sosial semester yaitu SK Menganalisis perkembangan bangsa Indonesia sejak masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang dan KD Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan transformasi sosial dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan.

Selain itu terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam penelitian mengenai langkah diplomasi Mustafa Kemal Pasha dalam usahanya mensejajarkan Turki dengan bangsa Barat. Nilai-nilai yang bisa kita ambil adalah nilai nasionalis, kerja keras, kepahlawanan. Meskipun sosok Mustafa Kemal Pasha sendiri adalah sosok yang penuh dengan kontroversi, namun dari jika dilihat dari sisi yang lain Mustafa Kemal Pasha adalah pahlawan yang mampu mengangkat derajat Turki di mata dunia internasional sebagai bangsa yang maju. Melalui rasa nasionalisme yang kuat, Mustafa Kemal Pasha mengajak masyarakat Turki untuk menjunjung tinggi segala hal yang merupakan identitas asli Turki, dengan tidak terpengaruh terhadap adanya segala bentuk pembaharuan yang berasal dari Uni Soviet, negara-negara Barat maupun dari Arab.


(5)

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 98 Daftar Pustaka

Abdurrahman, D. (1999). Metodologi Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Ali, M. (1994). Islam dan Sekularisme di Turki Modern. Jakarta: Djambatan.

Berg, H.J.V. et al. (1954). Asia dan Dunia Sedjak 1.500: Sedjarah Umum. J.B.Wolters – Djakarta – Groningen.

Budiardjo, M. (2000). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Cahyono, C.H. (1984). Psikologi Kepemimpinan. Surabaya: Usaha Nasional.

Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Hatta, M. (1953). Kumpulan Karangan II. Jakarta: Balai Buku Indonesia.

Ismaun. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Dirjen Dikti.

Kusumohamidjojo, B. (1987). Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analitis. Jakarta: Bina Cipta.

Lenczowski, G. (1993). Timur Tengah di Tengah Kancah Dunia. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Mardin, S. (1985). “Agama dan Politik dalam Turki Modern”, dalam Perkembangan

Modern dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Maryam, S. et al. (Eds). (2004). Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: LESFI.

Mughni, S.A. (1997). Sejarah Kebudayaan Islam di Kawasan Turki. Jakarta: Logos.

Narasi. (2006). Heroes of Freedom and Humanity. Yogyakarta: Narasi.

Ritzer, G. (2009). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.

________ dan Goodman, D.J. (2008). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(6)

99

Rosmiati Lubis, 2013

Langkah Diplomasi Mustava Kemal Pasha Dalam Mensejaarkan Turki di Tengah Lingkungan dengan Bangsa Barat (1923-1938)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Roy, S.L. (1991). Diplomasi. Jakarta: Rajawali Press.

Sabiq, D.T. (2008). Kamal Attaturk: Pengusung Sekularisme dan Penghancur Khilafah Islamiah.Jakarta: Senayan Publishing.

Shoelhi, M. (2011). Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Sjamsudin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Smith, W.C. (1964). Islam Dalam Sedjarah Modern Djilid II. Jakarta: Bhratara.

Soekarno. (1963). Di Bawah Bendera Revolusi. Panitya Penerbit Di Bawah Bendera Revolusi.

Soebantardjo. (1961). Sari Sedjarah Djilid I: Asia-Australia. Jogjakarta: Bapkri.

Supardan, D. (2008). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Supriyadi, D. (2008). Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Tashan, S. et al. (1981). “Ataturk’s Foreign Policy”, dalam Ataturk and Turkey of Republican Era. Turki: Union of Chambers of Commerce, Industry, Maritime Commerce and Comodity Exchange of Turkey.

Toprak, B. (1999). Islam dan Perkembangan Politik di Turki. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

Trimo, S. MLS. (1984). Analisis Kepemimpinan. Bandung: Angkasa.

UPI. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Yale, W. (1958). The Near East: A Modern History. United States of America: University of Michigan Press and simultaneously.