PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NILAI BELA NEGARA DALAM PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANPADA PERGURUAN TINGGI MELALUI MODEL PEMBELAJARANPROJECT CITIZEN: Studi Analitik Tentang Pengembangan Nilai Dalam Rangka MKU Universitas Pendidikan Indonesia.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ………. ... ii

PERNYATAAN……….. iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR FOTO ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 14

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Hipotesis ... 18

E. Kegunaan Penelitian ... 20

F. Metode Penelitian ... 21

G. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 22

BAB II KERANGKA TEORETIK A. Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Pada Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran Project Citizen ... 24 B. Teori Yang Berkaitan Dengan Penelitian Tentang


(2)

Model Pendidikan Nilai Terdahulu ... 63

C. Model Project Citizen dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi ... 66

D. Keterkaitan Pendidikan Nilai Bela Negara Dalam Pendidikan Kewarganegaraan Pada Perguruan Tinggi Dengan Pendidikan Umum ... 86

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 92

B. Definisi Operasional ... 95

C. Ujicoba, Uji validitas dan Revisi Model ... 101

D. Pengembangan Alat Pengumpul Data ... 108

E. Pengumpulan Data ... 114

F. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data ... 129

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 141

B.Hasil Penelitian ... 147

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 173

D.Keterbatasan Model ... 185

E. Temuan Penelitian ... 187

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Umum ... 192


(3)

B. Kesimpulan Khusus... 194

C. Implikasi Hasil Penelitian ... 197

D. Rekomendasi ... 200

DAFTAR PUSTAKA ... 205

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 214


(4)

DAFTAR GRAFIK

Halaman

GRAFIK 4.1

DATA MAHASISWA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)

TERDAFTAR DARI TAHUN 2005 S.D. 2008 ……….. 146 GRAFIK 4.2

PERBANDINGAN MODEL ……….. 148 GRAFIK 4.3

PERBANDINGAN MODEL KONVENSIONAL

DAN MODEL PROJECT CITIZEN ………. 150 GRAFIK 4.4

MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL……… 152 GRAFIK 4.5


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

GAMBAR 1.1

KOMPETENSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DI PERGURUAN TINGGI ... 11 GAMBAR 1.2

TAHAP-TAHAP PENELITIAN DAN PENGADAPTASIAN

MODEL PENDIDIKAN BELA NEGARA ……… 22 GAMBAR 2.1

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN NILAI BELA NEGARA DALAM PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN PADA PERGURUAN TINGGI……... 57 GAMBAR 2.2

PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN NILAI BELA NEGARA DALAM PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN PADA PERGURUAN TINGGI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROJECT CITIZEN ………… 85 GAMBAR 3.1

DESAIN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

MODEL PEMBELAJARAN ………. 93 GAMBAR 3.2

DESAIN EKSPERIMEN DAN VALIDASI MODEL ………. 103 GAMBAR 3.3


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Keputusan Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia tentang Pengangkatan Pembimbing

dan Judul Disertasi ... 214

Lampiran 2 Riwayat Hidup ... 216

Lampiran 3 Permohonan Ijin Studi Lapangan ... 218

Lampiran 4 Hasil Angket Model Project Citizen………. 219

Lampiran 5 Hasil Angket Model Konvensional ..……… 229

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Untuk Peserta Didik ..……… 235

(Model Project Citizen) Lampiran 7 Pedoman Wawancara Untuk Peserta Didik ..……… 236

(Model Konvensional) Lampiran 8 Pedoman Observasi Kegiatan Peserta Didik..……… 237

(Model Project Citizen) Lampiran 9 Pedoman Observasi Kegiatan Peserta Didik..……… 238

(Model Konvensional) Lampiran 10 Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Dosen..…… 239

(Model Project Citizen) Lampiran 11 Pedoman Observasi Kegiatan Pembelajaran Dosen..…… 240

(Model Konvensional) Lampiran 12 Daftar Nama Mahasiswa Uji Terbatas Pembelajaran Model Project Citizen..……... 241 Lampiran 13 Daftar Nama Mahasiswa Uji Diperluas


(7)

Lampiran 14 Uji Normalitas ... 243 Lampiran 15 Uji Beda Berpasangan ... 247 Lampiran 16 Regresi Linear Sederhana ... 252

Lampiran 17 Contoh Perhitungan Manual Analisis Regresi Sederhana Konvensional ... 262 Lampiran 18 Foto-foto Penelitian

Foto 1 :

Mahasiswa dengan ceria membuka “show case”

dengan kreativitasnya ... 271 Foto 2 :

Mahasiswa sedang menjelaskan “masalah” yang telah dipilih oleh kelompoknya untuk diteliti

dalam project citizen ... 272 Foto 3 :

Audiens menanggapi secara kritis apa yang

dikemukakan oleh kelompok “show case” ... 272 Foto 4 :

Salah seorang penyaji “show case” menyimak

pertanyaan dari audiens. ... 272 Foto 5 :

Dengan mantap seorang penyaji

mengemukakan konsepnya tentang “mengapa masalah yang disajikan itu penting untuk

diangkat kepermukaan” . ... 273 Foto 6 :

Salah serorang penyaji sedang

menjelaskan “kebijakan publik alternatif” . ... 273 Foto 7 :

Dengan penuh antusiasme audiens menyimak


(8)

Foto 8 :

Dengan “semangat 45” seorang penyaji mengemukakan ideide untuk membuat

rencana aksinya. ... 274 Foto 9 :

Ide-ide kreatif dan inovatif-pun muncul dalam diskusi.... 274 Foto 10 :

Dengan penuh “self confident” salah seorang penyaji

mengemukakan “action plan-nya” . ... 274 Foto 11 :

Anggota kelompokpun turut berpartisipasi menjelaskan tugas yang dia peroleh waktu

mewancarai tokoh masyarakat. ... 275 Foto 12 :

Anggota kelompokpun turut berpartisipasi. ... 275 Foto 13 :

Dengan serius, mahasiswa mengikuti diskusi

kelompok untuk mengidentifikasi “masalah” . ... 275 Foto 14 :

Salah seorang penyaji sedang “menjelaskan evaluasi

kebijakan alternatif” untuk memecahkan masalah. ... 276 Foto 15 :

Salah seorang penyaji sedang menyimak

pertanyaan audiens. ... 276 Foto 16 :

Kreativitas dan rasa senipun muncul ... 276 Foto 17 :

“Perdebatan sengitpun” tidak dapat dihindarkan ... 277 Foto 18 :

Tumbuhnya “self confident” ... 277 Foto 19 :

Juru bicara kelompok lagi menjelaskan


(9)

Foto 20 :

Seorang penyaji sedang menunjukkan hasil

kontribusinya dalam “show case” ... 278 Foto 21

Juru bicara kelompok sedang mengemukakan hasil

pengumpulan data kelompoknya dari lapangan ... 279 Foto 22

“Show case” hasil karya mahasiswa ... 279 Foto 23

Dengan “project citizen” kerjasama kelompok

terjalin dengan baik ... 279 Lampiran 19 Codingsheet ... 280 Lampiran 20 Contoh Perhitungan Manual Analisis Regresi Sederhana Project Citizen ... 319


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia dimulai era sebelum dan selama penjajahan, dilanjutkan pada era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan hingga sampai era pengisian kemerdekaan; akan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai zamannnya. Perbedaan dan kondisi serta tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi Bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai yang senantiasa tumbuh dan berkembang berdasarkan nilai perjuangan bangsa (Siswono; 2008 :12). Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan; sebagai pondasi kekuatan dalam proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Semangat perjuangan Bangsa Indonesia yang tidak mengenal menyerah terbukti dengan diproklamasikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaaan itu tidak terlepas dari anugrah Tuhan YME dan dilandasi rela berkorban. Nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia dalam perjuangan fisik baik dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan telah mengalami pasang surut sesuai dinamika kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. ”Semangat perjuangan bangsa yang telah dilakukan dalam perjalanannya mengalami penurunan pada titik yang kritis, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap sendi kehidupan dalam berbangsa dan


(11)

bernegara, hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh globalisasi” (Kompas; 11 Maret 2009 : halaman 4).

Perkembangan situasi global yang sangat pesat telah mempengaruhi negara-negara maju dan berkembang. Menyikapi akselerasi global yang sangat cepat, tentunya bangsa Indonesia harus semakin siap, mematangkan kualitas diri (SDM) agar tidak larut dalam gelombang perubahan global (Setiady, 2007 : 12). Apabila Bangsa Indonesia tidak siap menerima secara utuh dan mampu mengikuti perubahan yang sangat cepat tersebut, akan menimbulkan permasalahan yang menjadi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan (ATHG) pertahanan negara; misalnya perbatasan wilayah, masalah disintegrasi bangsa serta menurunnya semangat ke-bhinekaan, melemahnya nasionalisme dan patriotisme, meningkat dan bervariasinya skala ancaman termasuk gangguan-gangguan terorisme yang merebak belakangan ini.

Negara Indonesia sebagai negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa (BPS 2007) serta memiliki keragaman suku, etnis, agama, bahasa dan adat istiadat juga memiliki sumber daya alam yang melimpah serta memiliki posisi geografis yang strategis. Kondisi ini selain memberikan keuntungan, juga memiliki kerawanan terhadap perpecahan. Hal ini akan lebih parah jika terpengaruh oleh nilai-nilai universal yang mengarah pada sifat individualisme (Kaelan, 2002 : 12). Di sisi lain sebagai negara yang memiliki nilai strategis, tentunya menjadi sasaran negara-negara yang memiliki kepentingan dengan menggunakan isu globalisasi melalui penguasaan


(12)

dan monopoli tanpa menggunakan kekuatan, namun memiliki dampak yang dasyat yang disebut pengaruh globalisasi (Tonelson, 1997 : 6).

Globalisasi merupakan paradigma baru bagi setiap negara atau bangsa di dunia ini, konsep globalisasi yang berkembang pada 1985 menarik untuk dianalisa walaupun selama ini konsep tersebut digunakan untuk kajian ekonomi dan politik. Konsep globalisasi digagas seorang pemikir sosiologi-agama Roland Robertson berdasarkan penyelidikan kajian perpustakaan yang telah dilakukannya. Hal tersebut dapat diketahui dari penjelasan Water ”The key figure in the formation

and specification of the concept of globalization is Robertson” (Water, 1995:2-3).

Penggagas konsep globalisasi, lahir ketika Robertson menerbitkan satu makalah berjudul “The Relativization of Societies: Modern Religion and Globalization”. Menurut Robertson (1985:8), sebagai satu konsep, globalisasi menjelaskan dua pokok persoalan yaitu, “pemampatan dunia dan intensifikasi” kesadaran manusia mengenai dunia ini sebagai satu keseluruhan.

Sejak terbit tulisan Robertson, konsep globalisasi berkembang dengan begitu cepat dalam semua bidang ilmu pengetahuan, seperti bidang ekonomi, politik, teknologi, sosial, budaya, kemiliteran, kedokteran dsb.

Perkembangan ini telah menyebabkan lahirnya beberapa definisi dan penjelasan konsep globalisasi oleh pemikir-pemikir menurut keahlian bidang mereka masing-masing seperti Water (1995 : 8), salah seorang pemikir dalam bidang sosio-budaya, menjelaskan bahwa globalisasi adalah suatu proses di mana pembatasan geografi terhadap masyarakat dan budaya menjadi hilang, manusia semakin sadar bahwa dirinya semakin bebas tanpa ada batasan secara geografis.


(13)

Sementara itu menurut Tonelson (1997 : 353) seorang ahli ekonomi, globalisasi adalah suatu keadaan di mana terjadi suatu peningkatan disebabkan oleh hubungan integrasi pasar di tingkat internasional, yang ditandai oleh perkembangan masuknya berbagai barang di pasaran internasional di seluruh dunia. Lain lagi Keller dan Pauly (1997:371), globalisasi adalah suatu keadaan di mana modal dan teknologi yang berada di bawah penjagaan perusahaan-perusahaan multinasional mengalir dengan bebas melintasi batasan-batasan geografi suatu negara. Sedangkan dalam bidang politik, McGrew (1992 : 23) menjelaskan, globalisasi mengarah kepada berbagai rangkaian yang saling berhubungan antara negara dan masyarakat untuk membina satu sistem dunia moderen. Sedangkan Mittleman (1994:7) menjelaskan bahwa globalisasi adalah satu transformasi sejarah yang mengembang dan mempercepat interaksi melintasi masa dan ruang dengan implikasi mendalam daripada segi yang berkaitan dengan pergantian kuasa, disamping bertambahnya kemampuan komunitas negara bangsa untuk menentukan nasib sendiri. Dunning (1998 :3) mengemukakan bahwa :

Globalization is a complex phenomenon, fraught with contrasts. It promises to bringfuly into active pattic,Pation in the world economy two bilion women and men in the fast growing countries. But hundreds of millions of other individuals fear that the same forces threaten to shut them out from the promise of prosperity They are unemployed or low wage earners in sectors of industry economies that had been lagging behind in the process of change. They are too the poor and jobless of many developing countries that depend on few commodities barely touched by globalization.

Pandangan-pandangan globalisasi di atas meliputi berbagai ruang lingkup dan berbagai perspektif. Pengertian ini telah memberi penjelasan bahwa konsep globalisasi tidak hanya berkaitan dengan persoalan ekonomi saja, atau


(14)

perkembangan teknologi informasi dan internet, serta istilah lain seperti konsep

perkampungan dunia (Global Village) sebagaimana tesis MacLuham (1964 :12),

maupun dunia tanpa batas (Borderless Word) sebagaimana tesis Ohmae (1990 :67). Akan tetapi pengertian globalisasi itu melengkapi ruang lingkup kajian yang sangat luas.

Untuk memahami Konsep globalisasi lebih lanjut, perlu dilihat faktor dan latar belakang penyebab kelahiran konsep ini pada pertengahan 80-an. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan lahirnya globalisasi, salah satunya adalah sebagaimana dijelaskan oleh Mitchell (1992 : 56) dan Tonelson (1997 : 45). Lahirnya globalisasi di seluruh dunia adalah akibat tindakan Kongres Amerika di bawah pimpinan Presiden Reagan yang menjalankan kebijakan Neo-Liberalisme pada tahun 1984. Tujuan Kongres Amerika itu mengubah kebijakan negara Amerika dari kemorosotan ekonomi sebagaimana telah menimpa seluruh dunia pada masa itu. Melalui kebijakan liberalisasi, deregularisasi dan swastanisasi. Kebijakan ini menyebabkan investor Amerika Serikat lebih banyak menginvestasi keluar negeri. Kebijakan Amerika ini juga diikuti oleh negara Inggris yang di pimpin oleh Margeret Thatcher.

Globalisasi merupakan sebuah fenomena alami, sebuah fragmen dari perkembangan proses peradaban yang harus kita lalui bersama (Robinson, 2006: 67). Pergeseran orientasi masyarakat menuju modernisasi dalam segala hal merupakan suatu fenomena yang sulit dihindari. Globalisai baik dalam bidang ekonomi, politik dan sosial budaya terjadi semakin kuat, dan sulit bagi individu-individu untuk mengelak dari perubahan sosial yang drastis tersebut. Salah satu


(15)

bidang yang terkena dampak dari globalisasi itu adalah bidang pendidikan; yang didalamnya terdapat nilai-nilai pendidikan dalam wawasan kebangsaan yang mengalami perubahan (Water, 2004 : 15).

Sisi lain bahwa sistem ketahanan negara khususnya Bangsa Indonesia adalah sesuatu yang sangat penting. Menurut Affandi (PR : 21 Pebruari 2008 : 4) ”bukan saja karena ada kebutuhan dan tuntutan empirik-objektif kondisi wilayah Indonesia dan pluralisme sosial bangsa Indonesia, tetapi demi kepentingan masa depan bangsa Indonesia sendiri”. Tanpa memperhatikan masalah seperti ini, maka setiap orang akan mengalami kesulitan mendapatkan keamanan dan kenyamanan dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Salah satu solusi jangka panjang menurut Affandi (PR : 21 Pebruari 2008) adalah ”menciptakan sistem ketahanan negara yang tangguh adalah melalui Pendidikan Bela Negara”. Pendidikan yang dimaksud adalah sesuai amanat Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 bahwa ”setiap warganegara berhak dan

wajib ikut serta dalam upaya Pembelaan Negara”. Pendidikan Bela Negara

menjadi sesuatu yang wajib, sejalan dengan kenyataan empirik yang berkembang saat ini dan menjadi kebutuhan Indonesia, untuk melakukan reorientasi sistem ketahanan nasional. Melalui Pendidikan Bela Negara menurut Affandi (PR : 21

Pebruari 2008 :4) diharapkan :

Terbangun kesadaran kolektif Bangsa Indonesia yang kuat dan kokoh. Kesadaran kolektif ini akan menjadi fundamental ketahanan negara, di masa kini dan masa yang akan datang. Disamping itu, melalui Pendidikan Bela Negara, diharapkan tersosialisasikan nilai-nilai nasionalisme, patriotisme atau kebangsaan secara rasional, objektif, dan kontekstual. Berkaitan dengan kesadaran kolektif, Bangsa Indonesia harus mampu


(16)

berdiri tegak sebagai bangsa yang berdaulat, sekaligus mampu merespons dan mengantisipasi perubahan lingkungan dengan memperhatikan kepentingan nasional. Dalam konteks dunia pendidikan, hasil penelitian Syachroni (2006 :34) mengungkapkan adanya “fenomena mahasiswa yang cenderung makin individualistik-egoistik mementingkan diri sendiri, rasa senasib sepenanggungan

‘sense of belonging’ selaku anak bangsa mulai memudar, kecintaan terhadap

Bangsa dan Negara berkaitan dengan jiwa nasionalisme sudah tergerus oleh globalisasi yang sedang melanda Indonesia”. Gambaran ini menimbulkan kekhawatiran dan keprihatinan berbagai pihak tentang mahasiswa sebagai generasi penerus dan calon pemimpin di masa depan yang kurang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Penelitian yang dilakukan Fauzie (2007) mengungkapkan bahwa mahasiswa Bandung, 60% responden merasa tidak bangga sebagai bangsa Indonesia, 24,3% merasa bangga, 3,1% tidak tahu, dan 12,6% biasa saja. Hasil penelitian tersebut, kalau kita amati, ada kecenderungan bela negara di kalangan mahasiswa mulai menurun bahkan dapat dikatakan mulai luntur. Ini terlihat dari banyaknya peristiwa yang terjadi di tanah air, seperti pertikaian antar kelompok, ras, suku atau etnik, dan agama. Pengaruh negatif globalisasi turut memperparah kondisi ini. Maka muncul rasa kedaerahan yang tinggi. Selain itu, juga muncul sikap tidak menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsa. Ditambah pengaruh negatif kesalahpahaman tentang arti dan pelaksanaan otonomi daerah. Nasionalisme seakan-akan tenggelam, apalagi dengan munculnya isu-isu universal, seperti hak asasi manusia dan demokrasi. Kegagalan pengelolaan nation


(17)

state juga memicu etnis/suku di beberapa daerah di Indonesia untuk memisahkan

diri dari wilayah Negara Kesatuan RI (NKRI). Kemudian berkembang sentimen di beberapa daerah bahwa kalau mau menjadi pejabat di daerah itu harus putra asli daerah. Krisis identitas menjadi pokok dari segala krisis yang dialami bangsa Indonesia, terutama generasi muda Indonesia yang tak lain adalah para mahasiswa yang sedang mencari jati diri. Para mahasiswa terbawa arus budaya Barat agar dianggap telah maju. Pemikiran Barat yang menjunjung tinggi kebebasan menjadi sesuatu yang diidam-idamkan. Mereka lebih menyukai hasil kebudayaan bangsa lain dibandingkan kebudayaan bangsa sendiri. Inilah antara lain beberapa gejala, di samping terlihat berkurangnya sikap nasionalisme di kalangan mahasiswa atau generasi muda (Fauzie, Pikiran Rakyat : 06 Juni 2007 :4).

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2010 : 22) mengungkapkan bahwa telah terjadinya penurunan nilai-nilai nasionalisme itu tampaknya dapat terlihat sebagaimana munculnya ciri-ciri sebagai berikut :

Keyakinan bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran, sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri membanjiri pasar di Indonesia. Telah banyak terjadinya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin terutama secara ekonomi. Munculnya sifat idividualisme yang menimbulkan ketidak pedulian antar perilaku sesama warga.

Dari hal tersebut di atas, nampak bahwa sekarang ini bangsa Indonesia khususnya generasi muda telah terjadi penurunan nilai nasionalisme. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa semangat untuk menggelorakan nilai-nilai bela negara sudah luntur dan tidak bergairah untuk menggelorakan semangat untuk


(18)

mencintai pemakaian produk dalam negeri Indonesia. Selain dari itu, Hidayat (2010 : 24) dalam penelitiannya juga mengungkapkan :

Kehidupan sosial masyarakat seiring berkembangnya zaman telah memudarnya rasa nasionalisme mulai mengalami perubahan, bahkan cenderung dijajah lebih parah. Budaya konsumtif, pergaulan bebas, pornografi, narkotika, yang dahulu dilarang dan tabu, sekarang mendapat pembelaan dari mereka yang mengusung jargon “kebebasan berekspresi” dan Hak Asasi Manusia.

Hal tersebut di atas membuat kita semuanya merasa sangat prihatin terhadap kondisi Bangsa Indonesia saat ini yang telah mengalami degradasi nilai-nilai semangat bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Adapun tujuan Pendidikan Umum/MKU adalah menghasilkan warga negara sarjana atau keluaran/lulusan (out put) perguruan tinggi lainnya yang berkualifikasi sebagai berikut :

1. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lainnya.

2. Berjiwa Pancasila, sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengamalan nilai-nilai Pancasila dan memiliki kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana atau lulusan perguruan tinggi Indonesia.

3. Memiliki wawasan yang komprehensif dan pendekatan integral dalam menyikapi permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, hukum, pendidikan dan pertahanan keamanan.

4. Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-sama berperan serta dalam pelestariannya (Riyanto, 2000 : 3-4).

Dengan demikian, Mata Kuliah Umum (MKU) lebih menitikberatkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa. Dengan kemampuan ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki pengetahuan sehingga mampu


(19)

menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakannya yang mencerminkan kepribadian Indonesia; memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, lingkungan, kemasyarakatan dan kenegaraan serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat Indonesia.

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dan Nomor 045/U/2002 tentang, Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai dasar kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.232/U/2000. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) ialah kelompok bahan kajian dari mata pelajaran untuk mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, berkepribadian mantap dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/Dikti/Kep/2006, tujuan Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan dalam suatu visi, misi dan kompetensi, yaitu: :


(20)

Pasal 1 : Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya.

Pasal 2 : Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah untuk membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujukan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab.

Pasal 3 (1) : Standar Kompetensi Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK) yang wajib dikuasai mahasiswa meliputi pengetahuan tentang nilai agama, budaya dan kewarganegaraan dan mampu menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis; bersikap rasional, etis, estetis dan dinamis; berpandangan luas dan bersikap demokratis yang berkeadaban. (2) Kompetensi dasar untuk mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan adalah menjadi ilmuan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, bedisiplin dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Tim Dosen PKn UPI, 2008 :2).

Dari Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/Dikti/Kep/2006, kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi dapat digambarkan dalam bentuk bagan di bawah ini :

GAMBAR : 1.1 KOMPETENSI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI

MENJADI : ILMUWAN PROFESIONAL

Memiliki :

1. Rasa kebangsaan dan cinta tanah air; 2. Demokratis yang berkeadaban; 3. Menjadi warga negara yang

memiliki daya saing:

4. Berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem ni!ai Pancasila.


(21)

Dalam menghadapi pengaruh globalisasi dan menyongsong masa depan yang lebih baik, harus dilakukan perjuangan non fisik sesuai dengan bidangnya masing-masing dengan perjuangan yang dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan bangsa Indonesia, sehingga kita tetap memiliki wawasan dan kesadaran sikap dan prilaku yang cinta tanah air dan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam wadah NKRI. Perjuangan non fisik tersebut memerlukan sarana kegiatan pendidikan bagi seluruh warganegara dengan melalui Pendidikan Kewarganegaraan.

Dengan demikian, untuk mengatasi lunturnya semangat bela negara dalam rangka menangkal pengaruh negatif globalisasi; pendidikan memiliki peran penting. Pendidikan formal dapat mengembangkan program pengajaran yang secara khusus dirangcang untuk mendidik para mahasiswa untuk meningkatkan semangat bela negara dalam rangka menangkal pengaruh negatif globalisasi. Selain dari itu; keikutsertaan warganegara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 ayat (1) diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan salah satunya; begitu pula dalam penjelasan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002, mengenai Pendidikan Kewarganegaraan sudah tercakup pemahaman tentang “kesadaran bela negara”.

Oleh karena itu, penelitian tentang model pengembangan pendidikan nilai bela negara dalam Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi melalui model project citizen dirasakan sangat penting.


(22)

Project citizen menurut Budimansyah, (2009 : 1-2) “adalah satu instructional treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan

pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil (civil society)”. Model ini sangat potensial untuk mengembangkan kompetensi kewarganegaraan untuk “mengambil keputusan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kepentingan publik secara nalar (kritis, kreatif, antisipatif) dan bertanggungjawab, secara demokratis”. Kompetensi ini bersifat integratif yang di dalamnya termasuk seluruh dimensi kompetensi kewarganegaraan (civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic

commitment, civic confidence, dan civic competence) dalam konteks cita-cita

demokrasi konstitusional sesuai Pancasila dan UUD 1945.

Project citizen yang dikembangkan oleh Center for Civic Education

(CCE), dalam 15 tahun terakhir ini telah diadaptasi di sekirar 50 negara di dunia, termasuk Indonesia. Model ini bersifat generik, yang secara instrumental-pedagogis dapat dimuati konten/materi yang relevan (http://sanancity.blogspot.com/2009/05).

Sebagai model dipilih topik generik “Public Policy” (Kebijakan Publik). Misi dari model ini adalah mendidik mahasiswa agar mampu menganalisis berbagai dimensi kebijakan publik dalam konteks proses demokrasi, dan dengan kapasitasnya sebagai warganegara yang mencoba memberi masukan terhadap kebijakan publik di lingkungannya. Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya kualitas warganegara yang “cerdas, kreatif, partisipatif, prospektif, dan


(23)

bertanggung jawab”. Melalui model tersebut para mahasiswa akan memperoleh pengalaman bagaimana pentingnya nilai-nilai bela negara atas dasar pemahaman yang mendalam tentang apa, mengapa, dan bagaimana nilai-nilai tersebut perlu di internalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Rumusan Masalah

Fokus masalah dalam penelitian ini meliputi pertanyaan penelitian sebagai berikut: ”Bagaimanakah efektivitas model project citizen melalui Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai bela negara kepada mahasiswa? Bagaimanakah implikasi model project citizen Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi terhadap kesadaran bermasyarakat berbangsa dan bernegara mahasiswa dalam meningkatkan sikap mahasiswa tentang pentingnya upaya pembelaan negara?”

Oleh karena itu, rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam beberapa permasalahan berikut ini :

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan sikap kesadaran berbangsa dan bernegara antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan model pembelajaran konvensional?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan sikap kecintaan terhadap tanah air antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan


(24)

mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan model pembelajaran konvensional.

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata dengan belajar yang tekun antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pedidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi hak azasi manusia antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pembekalan mental spiritual di kalangan mahasiswa agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan Bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah SWT melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project

citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan


(25)

6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan prestasi hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran

project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan

menggunakan model pembelajaran konvensional.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran tentang efektivitas model project citizen melalui Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan kesadaran terhadap nilai-nilai bela negara kepada mahasiswa. Disamping itu untuk meneliti sejauhmana implikasi model project citizen Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi terhadap kesadaran bermasyarakat berbangsa dan bernegara mahasiswa dalam meningkatkan sikap mahasiswa tentang pentingnya upaya pembelaan negara.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis dan menemukan :

1. Perbedaan sikap kesadaran berbangsa dan bernegara antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model


(26)

pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Perbedaan sikap kecintaan terhadap tanah air antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan model pembelajaran konvensional.

3. Perbedaan dari peran aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata dengan belajar yang tekun antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pedidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

4. Perbedaan yang signifikan terhadap kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi hak azasi manusia antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

5. Perbedaan yang signifikan tanggapan mahasiswa terhadap pembekalan mental spiritual di kalangan mahasiswa agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah SWT melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model


(27)

pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

6. Perbedaan yang signifikan prestasi hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan antara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

D. Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dalam suatu penelitian merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan telaah masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan telaah teoritis yang telah dilakukan. Hipotesis yang ditetapkan merupakan kalimat terbuka. Diterima atau tidak diterimanya suatu hipotesis sama sekali bukan justifikasi dari penelitiannya, melainkan ditentukan oleh fakta yang diperoleh dari analisis data yang memenuhi persyaratan metodologis.

McMillan dan Schumacher (2001 :89-90) mengemukakan adanya empat kriteria dalam rumusan hipotesis, yaitu : 1) hipotesis yang dirumuskan hendaklah merupakan pernyataan tentang hubungan antar dua variabel atau lebih; 2) hipotesis yang dirumuskan harus dapat diuji; 3) hipotesis yang dirumuskan harus memberi isyarat penggunaan statistik; 4) hipotesis yang dirumuskan harus tidak memberi makna ganda.

Berdasarkan telaah teoritis dan uraian di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :


(28)

1. Kesadaran berbangsa dan bernegara mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen berbeda secara signifikan dengan mahasiswa yang memperoleh perkuliahan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Kecintaan terhadap tanah air mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen berbeda secara signifikan dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan model pembelajaran konvensional.

3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata dengan belajar yang tekun mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pedidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen berbeda secara signifikan dengan mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

4. Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi hak azasi manusia mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen berbeda secara signifikan dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

5. Tanggapan mahasiswa terhadap pembekalan mental spiritual di kalangan mahasiswa agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah SWT melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan


(29)

Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen berbeda secara signifikan dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

6. Prestasi hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan mahasiswa yang mendapatkan perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen berbeda secara signifikan dengan mahasiswa yang mendapat perkuliahan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menghasilkan prinsip-prinsip atau dalil pendidikan nilai bela negara untuk Perguruan Tinggi yang diintegrasikan ke dalam kurikulum atau mata kuliah yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya Indonesia. Secara praktis, hasil penelitian akan bermanfaat bagi para pengembang kurikulum dan pengambil kebijakan pendidikan, baik pada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) di tingkat pusat, maupun di Perguruan Tinggi, untuk mengintegrasikan model pengembangan pendidikan nilai bela negara melalui kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Selain itu, hasil penelitian akan mendorong para Dosen dan para Rektor Perguruan Tinggi untuk mengimplementasikan model pengembangan pendidikan nilai bela negara di Perguruan Tinggi mereka masing-masing.

Jika model pengembangan pendidikan nilai bela negara ini didesiminasikan ke seluruh Indonesia, maka akan membantu mendidik generasi


(30)

muda Indonesia untuk mempunyai kesadaran diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang baik, sehingga permasalahan yang menyangkut ”desintegrasi bangsa dan Negara” di Indonesia dapat dihindarkan.

F. Metode Penelitian

Karena penelitian berkaitan dengan adaptasi dan implementasi model pengembangan pendidikan nilai bela negara sebagai produk pendidikan, maka pendekatan atau model penelitian yang dipandang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan penelitian dan pengembangan (research and

development) yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (1989).

Pendekatan penelitian dan pengembangan didefinisikan sebagai “a

process used to develop and validate educational products” (Borg and Gall, 1989

:72). Dalam kaitan ini, model pengembangan pendidikan nilai bela negara dipandang sebagai produk pendidikan yang akan dikembangkan (diadaptasikan) dan divalidasikan melalui proses penelitian dan pengembangan (research and

development).

Tahap-tahap atau siklus penelitian dan pengembangan yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (1989 :48). Tahap-tahap penelitian dapat diilustrasikan seperti dalam gambar berikut :


(31)

GAMBAR 1.2

TAHAP-TAHAP PENELITIAN DAN PENGADAPTASIAN MODEL PENDIDIKAN BELA NEGARA

G. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian adalah Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Semester I dan II yang mengontrak mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dan Dosen Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia. Mahasiswa akan dilibatkan sebagai subjek penelitian selama pra-survey (studi pendahuluan), uji coba terbatas, validasi empirik (uji lapangan utama), dan setelah validasi. Dosen akan dilibatkan sebagai subjek penelitian selama pra-survey, uji coba terbatas, validasi empiris, dan pasca validasi.

Penelitian ini dilakukan di Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Uji Coba keterbacaan instrumen studi pendahuluan (pra survey) dilakukan di tiga (tiga) Jurusan. Pemilihan Jurusan tempat studi pendahuluan ini

ANALISIS LITERATUR

HASIL STUDI

PENDAHULUAN EMPIRIK STUDI

PENYUSUNAN MODEL

VALIDASI MODEL OLEH PARA AKHLI DAN

PRAKTISI

UJI COBA VALIDASI

MODEL

MODEL PEND. NILAI BELA NEGARA


(32)

dilaksanakan secara acak, sedangkan uji coba model dilakukan pada dua (2) Jurusan dilingkungan FPBS Universitas Pendidikan Indonesia yakni mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang.


(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan pengembangan model maka pada Bab III ini diuraikan penggunaan metodologi penelitian yang meliputi: metode penelitian, populasi dan sampel, jenis data, pengembangan instrumen dan tekhnik analisa data.

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini pengembangan model dilakukan dengan menggunakan prosedur Research & Development (R & D). Sesuai dengan tujuannya, penelitian ini bermaksud mengembangkan suatu produk pendidikan. Produk pendidikan dimaksud yaitu suatu model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menyertakan penanaman nilai-nilai bela negara pada tingkat Perguruan Tinggi.

Sesuai dengan definisi “produk pendidikan” sebagaimana dikemukakan oeh Borg dan Gall (1989:82) bahwa yang dimaksud produk pendidikan adalah:

By “product”, we mean not only such things as texbooks, instructional films, and computer software, but also methods, such as a mthode of teaching, and program, such as a drug education program or a staff development program”. Programs are complex learning systems that often include specially developed materials and personal trained to work in a particular context.


(34)

Untuk menghasilkan suatu produk pendidikan maka dilakukan tiga kegiatan pokok yang meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan pengembangan model dan uji validasi model. Kegiatan pendahuluan meliputi kajian pustaka dan studi lapangan. Kegiatan pengembangan model dilakukan melalui uji coba terbatas maupun uji coba diperluas, sedangkan validasi dilakukan melalui uji eksperimen. Secara prosedural langkah-langkah pengembangan model dilakukan melaui tahapan sebagaimana disarankan Borg dan Gall (1989:626) sebagai berikut:

Bagan 3.1 : Desain Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran

STUDI PENGEM BANGAN VALIDASI

St udi Kepust akaan

• Landasan Teori

• Hasil Penelitian

yang relevan

Survei Lapangan

• Kondisi dosen

• Kondisi mahasiswa

• Sarana/fasilitas

• Embrio model

Pertimbangan Ahli

Draf M odel

M odel Final Hipot esis Ujicoba

Ujicoba Lebih luas

Eksperimen Tes Aw al Perlakuan

M odel Teruji


(35)

1. Studi Pendahuluan

a. Studi Pustaka

Kegiatan awal yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengadakan studi pustaka. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teoretik baik mengenai model-model pembelajaran maupun hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil studi pustaka merupakan bahan yang dipergunakan untuk mengembangkan model konseptual.

b. Studi Lapangan (Prasurvey)

Setelah memperoleh landasan teoretis secara memadai dilanjutkan dengan mengadakan kegiatan studi lapangan. Kegiatan ini dilakukan untuk mengkaji problema maupun kebutuhan pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi serta faktor-faktor pendukung pengembangan model. Dalam konteks ini Sudjana & Ibrahim (1989:74) mengatakan bahwa: “Melalui penelitian survey ini diungkap jawaban pertanyaan apa, bagaimana, berapa, dan bukan pertanyaan mengapa. Di sini tujuan utamanya adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel”.

Sejumlah informasi yang dikaji melalui kegiatan survey menyangkut: gambaran umum mengenai keadaan Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia, Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan, persiapan mengajar dosen (SAP), kegiatan perkuliahan, tanggapanan serta aktivitas belajar mahasiswa, pemanfaatan media maupun sumber-sumber belajar serta evaluasi yang dilakukan


(36)

dosen Pendidikan Kewarganegaraan. Kegiatan ini dilakukan pada Perguruan Tinggi Universitas Pendidikan Indonesia.

c. Penyusunan Draf Model

Penyusunan draft model merupakan bagian penting dari rangkaian pengembangan model yang tujuannya untuk menyusun draft awal yang akan dikembangkan. Penyusunan draf model dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa karakteristik model-model pendidikan nilai yang ada; kemudian disesuaikan dengan tujuan penelitian. Setelah diperoleh kesesuaian antara karakteristik model teoritik, tujuan peneltiian dan karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, maka dapat dilakukan modifikasi model sehingga dihasilkan draf awal.

2. Pertimbangan Ahli Bidang Studi dan Disiplin

Untuk menghasilkan produk yang layak maka draf model perlu dikonsultasikan dengan Promotor dan Ko-Promotor secara berulang. Untuk memperoleh masukan lebih memadai draf juga dimintakan penilaianya kepada para ahli selain Promotor.

B. Definisi Operasional

Pada penelitian ini, definisi operasional dimaknai sebagai salah satu langkah untuk menjelaskan posisi penelitian dalam bentuk aspek terfokus dengan indikator yang dapat dilihat secara jelas dalam penelitian ini. Di samping itu juga


(37)

untuk menghindari kesalahpahaman mengenai beberapa istilah, pengertian maupun terminologi yang berhubungan dengan masalah yang dikaji dalam Disertasi ini; maka perlu kiranya dijelaskan beberapa definisi operasional istilah-istilah sebagai berikut :

1. Kesadaran berbangsa dan bernegara

Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan kesadaran terhadap kesatuan komponen wawasan kebangsaan yang terpencar sebagai kualitas dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai ancaman terhadap eksistensi suatu negara Bangsa Indonesia atau bisa disebut juga Nasionalisme Indonesia. Semangat kebangsaan atau nasionalisme sebagai bagian dari wawasan kebangsaan berdasarkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara serta Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, merupakan pendorong dan motivasi mengisi kemerdekaan/pembangunan guna mempertahankan tegaknya atau kelangsungan NKRI, sekaligus sebagai manivestasi dari kesadaran bela terhadap bangsa dan negara. Simbol-simbol identitas utama (primarily identity symbols) yang dapat menjadi perekat bangsa seperti Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, sumpah pemuda (tanah air, bangsa, bahasa), bendera, multikulturalisme, Bapak Bangsa (founding

Fathers) (http://suroso.web.id/?p=46).

Ukuran-ukuran dari kesadaran berbangsa dan bernegara itu dapat dilihat dari indikator sebagai berikut : menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan pendapat; rasa kesetia-kawanan


(38)

sosial; menghormati pemeluk agama lain; kesadaran akan persatuan dan kesatuan sebagai kebutuhan mendasar dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; kesadaran terhadap posisi Indonesia dalam konteks global; menghayati Pancasila, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945; menghormati bendera merah putih, lambang negara dan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

2. Menanamkan kecintaan terhadap tanah air

Cinta Tanah air, yaitu mengenal, memahami dan mencintai wilayah nasional, menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia, melestarikan dan mencintai lingkungan hidup, memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan negara, menjaga nama baik bangsa dan negara serta bangga sebagai Bangsa Indonesia dengan cara waspada dan siap membela tanah air terhadap ancaman tantangan, hambatan dan gangguan yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa serta negara dari manapun dan siapapun (Sudjanto : http://belanegarari.wordpress.com/2009/03/02/nilai-nilai-bela-negara).

Menanamkan kecintaan terhadap tanah air adalah semangat untuk berperilaku jujur, berdisiplin, tidak korup dan berani untuk melawan segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan kekuasaan dan lain-lain, di samping semangat dan keterampilan fisik seperti militer untuk menghadapi setiap kekuatan yang mengganggu kedaulatan negara RI. Sebuah kekuatan dan harga diri bangsa bukan terutama pada kekuatan angkatan bersenjata dengan seluruh


(39)

persenjataan perang yang canggih, melainkan juga atau bahkan yang pertama adalah pada masyarakat bangsanya yang berkualitas dan bermartabat

(http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.ppi-india/2005-03/msg01635.html).

Ukuran-ukuran dari menanamkan kecintaan terhadap tanah air itu dapat dilihat dari indikator sebagai berikut : penggunaan produk-produk dalam negeri; dan pengabdian yang tulus kepada masyarakat.

3. Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjungjung tinggi hak azasi manusia.

Kesadaran dan kepatuhan hukum pada hakikatnya adalah “kesetian” seseorang atau subyek hukum terhadap hukum itu yang diujudkan dalam bentuk prilaku

yang nyata (Lubis :

http://www.kantorhukum-lhs.com/details_artikel_hukum.php?id=13).

Hak Asasi Manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).


(40)

Ukuran-ukuran dari kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjungjung tinggi hak azasi manusia dapat dilihat dari indikator sebagai berikut : menjungjung tinggi hak azasi manusia.menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi, keluarga dan golongan.

4. Pembekalan mental spiritual di kalangan mahasiswa agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah SWT melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing.

Pembekalan mental spiritual di kalangan mahasiswa adalah salah satu bentuk pembekalan dalam bentuk penyadaran potensi ancaman dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika dan obat-obat terlarang, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi Bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya dapat merusak budaya bangsa.

Ukuran-ukuran dari pembekalan mental spiritual di kalangan mahasiswa dapat dilihat dari indikator sebagai berikut : yakni siskamling, menjaga kebersihan, mencegah bahaya narkoba, mencegah perkelahian antar perorangan sampai dengan antar kelompok.


(41)

5. Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara di Perguruan Tinggi Dimaknai sebagai model pembelajaran yang berdimensi nilai-nilai dasar perjuangan bangsa Indonesia serta kesadaran berbangsa, bernegara dalam menerapkan ilmunya secara bertanggung jawab terhadap kemanusiaan; menjadikan seseorang mampu memperjelas dan menentukan sikap terhadap substansi nilai dalam sistem dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta pembentukan jati diri warga negara yang bertanggung jawab dan menjadi totalitas suatu bangsa yang memiliki rasa kebangsaan, cinta tanah air sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

6. Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam penjelasan Undang-undang no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Apa yang dimaksudkan oleh Pendidikan Kewarganegaraan menurut Undang-undang di atas ternyata sangat sederhana; hanya memuat dua kompetensi yang harus dimiliki warganegara, yakni rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah membina warganegara Indonesia yang baik, yakni warganegara yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, memahami dan menjalankan hak dan kewajiban dengan baik, memiliki kepekaan dan tanggungjawab sosial, berjiwa demokratis, mampu menghargai perbedaan


(42)

etnis, budaya dan agama, berpikir kritis, sistematis, kreatif dan inovatif, demokrtis, mematuhi hukum, berdisiplin, menghargai lingkungan hidup, dan mampu berpartisipasi secara cerdas dalam kehidupan politik lokal, nasional dan global.

7. Project Citizen

Project Citizen adalah satu instructional treatment yang berbasis masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan watak kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan dalam pemerintahan dan masyarakat sipil (Budimansyah, 2009 : 1-2).

Model ini sangat potensial untuk mengembangkan kompetensi kewarganegaraan “mengambil keputusan mengenai hal-hal yang berkenaan dengan kepentingan publik secara nalar (kritis, kreatif, antisipatif) dan bertanggungjawab secara demokratis”. Kompetensi ini bersifat integratif yang di dalamnya termasuk seluruh dimensi kompetensi kewarganegaraan (civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic commitment, civic

confidence, dan civic competence) dalam konteks cita-cita demokrasi

konstitusional sesuai Pancasila dan UUD 1945 (Budimansyah, 2009 : 1-2).

C. Ujicoba, Uji validitas dan Revisi Model 1. Ujicoba Model

Model yang sudah diperbaiki bedasarkan penilaian para ahli dan telah dianggap memadai kemudian diujicoba di Perguruan Tinggi Universitas


(43)

Pendidikan Indonesia. Ada dua tahap ujicoba, yaitu ujicoba terbatas dan ujicoba diperluas.

1) Ujicoba Terbatas

Ujicoba terbatas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menerapkan model dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya di dalam kelas. Karena masih merupakan uji coba terbatas maka hanya dilakukan pada dua orang dosen melibatkan 62 orang mahasiswa.

Data yang dikumpulkan pada tahap ujicoba terbatas meliputi dampak yang terjadi sebagai akibat penerapan model. Beberapa perubahan dimaksud mencakup performen mengajar dosen, kegiatan belajar mahasiswa, tingkat kesukaran maupun kemudahan mahasiswa dalam menerima perkuliahan, faktor pendukung dan penghambat serta tanggapan dosen dan mahasiswa terhadap model.

2) Ujicoba Diperluas

Ujicoba diperluas dilakukan setelah model yang dihasilkan pada ujicoba terbatas direvisi dan diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran yang diterima. Pada ujicoba diperluas dilibatkan subyek yang lebih banyak yaitu dengan tiga (3) orang dosen dan 94 orang mahasiswa. Dilihat dari tujuannya, kegiatan pada ujicoba diperluas tidak berbeda dengan tujuan pada ujicoba terbatas. Oleh karena itu data yang diperlukan juga tidak berbeda hanya dari segi jumlah menjadi lebih banyak.

Pada akhir ujicoba, dilakukan revisi dan perbaikan model berdasarkan masukan-masukan dari lapangan. Dengan demikian pada setiap akhir


(44)

pengembangan selalu ada perbaikan dan penyempurnaan model. Model perbaikan pada ujicoba diperluas merupakan model hipotetik yang harus diujivalidasi terlebih dahulu sebelum menghasilkan model yang sesungguhya.

2. Validasi Model

Setelah dihasilkan model hipotetik melalui ujicoba tahap kedua maka selanjutnya melakukan uji validasi model melalui eksperimen. Kegiatan validasi ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menekankan penanaman nilai-nilai bela negara dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Melalui validasi model dapat diketahui kehandalan model sehigga produk penelitian nantinya layak dipakai oleh para pengguna produk.

Validasi model dilakukan melalukan kegiatan eksperimen dengan menggunakan pendekatan The Matching Only Pretest-Posttest Control Group

Desain. Rancangan desain ekspreimen yang dipergunakan dalam uji validasi

model dapat digambarkan pada bagan berikut:

GAMBAR 3.2 DESAIN EKSPERIMEN VALIDASI MODEL

(Diadaptasi dari Frankel & Wallen, 1993)

M

01 X 02 (Eksperimen group) 03 -X 04 (Control group)

Keterangan :

M = Pemilihan subyek melalui pemasangan 01 = Pretes pada kelompok eksperimen


(45)

02 = Postest pada kelompok eksperimen 03 = Pretest pada kelompok kontrol 04 = Posttest pada kelompok kontrol

X = Menggunakan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang menyertakan penanaman nilai-nilai bela Negara melalui Project Citizen -X = Menggunakan model Pembelajaran konvensional

Dari sampel kelompok kontrol eksperimen selanjutnya dipilih sejumlah subyek baik dosen maupun mahasiswa. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan kesetaraan baik menyangkut kemampuan dosen maupun mahasiswa. Kesetaraan juga didasarkan kepada latar belakang sosial budaya mahasiswa, fasilitas maupun lingkungan Perguruan Tinggi. Selengkapnya dapat digambarkan sebagai beikut :

TABEL 3.1

PENGENDALIAN VARIABEL

No. Variabel Pengendalian

1. Dosen

- Pendidikan formal

- Pelatihan/penataran Suscados Lemhanas

- Sama-sama S-1/ S2 - Pernah mengikuti 2. Mahasiswa

- Kemampuan awal mahasiswa - Pendidikan mahasiswa

- Latar belakang sosial keluarga

- Berdasarkan skor tes - Berlatang belakang umum - Pedagang, PNS dan swasta

Disain eksperimen yang hanya memiliki kelompok-kelompok yang diberi perlakuan saja ternyata tidaklah cukup. Diperlukan juga satu atau beberapa kelompok lain sebagai pembanding. Kelompok pembanding ini tidak diberi


(46)

perlakuan apa-apa karena memang hanya diperlukan sebagai pembanding bagi kelompok-kelompok lain yang diberi perlakuan. Karena dalam istilah eksperimentasi “tidak diberi perlakuan apa-apa” dianggap sebagai suatu perlakuan juga, maka dibedakan pengertian antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok perlakuan yang diberi perlakuan berupa variabel bebas sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok perlakuan yang tidak diberi perlakuan apa-apa, atau diberi perlakuan palsu.

Penelitian eksperimental, di dalam prakteknya peneliti menanipulasikan sesuatu stimuli, tritmen, atau kondisi-kondisi eksperimental. Kemudian mengobservasi pengaruh, atau perubahan yang diakibatkan oleh manipulasi secara sengaja dan sistematis tadi. Sudah umum diketahui, bahwa metode eksperimen terutama digunakan di laboratorium. Walau demikian, jenis metode ini juga telah digunakan secara efektif di latar-latar non laboratorium di ruang kelas atau lainnya, dimana faktor atau variabel-variabel signifikannya bisa dikontrol sampai pada suatu tingkat tertentu.

Suatu eksperimen mengandung upaya perbandingan mengenai akibat suatu tritmen tertentu dengan suatu tritmen lainnya yang berbeda. Di dalam referensi mengenai eksperimen konvensional yang sederhana, biasanya dibuatkan suatu kelompok eksperimen dan suatu kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen dan kontrol, sedapat mungkin sama atau mendekati sama ciri-cirinya. Pada kelompok eksperimen diberikan pergaruh atau tritmen tertentu sedangkan di kelompok kontrol tidak diberikan. Kemudian diobservasi untuk melihat atau menentukan perbedaan atau perubahan yang terjadi pada


(47)

kelompok eksperimen, tentu saja perbedaan atau perubahan sebagai hasil bandingan yang terdapat di kelompok kontrol (Best, 1977 : 80).

Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada penelitian ini adalah dua kelompok mahasiswa Jurusan Pendidikan Sastra Jepang dan Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) semester ganjil tahun akademik 2009-2010 yang mengontrak mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) berdasarkan hasil undian.

Berdasarkan pendapat diatas, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki banyak ciri-ciri yang sama, seperti :

1. Mereka sama-sama berstatus sebagai mahasiswa

2. Mereka sama-sama sebagai mahasiswa yang sedang belaiar Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

3. Mereka rata-rata berusia relalif sama (usia mahasiswa) 4. Mereka belajar pada universitas yang sama.

5. Mereka sama-sama sebagai individu yang sedang berkembang.

6. Mereka memperoleh mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dari dosen yang sama.

7. Dari latar belakang kemampuan akademik, mereka sama-sama mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang masuk berdasarkan jalur SPMB/SNPTN (2009).

Sebagai kelompok eksperimen dalam penelitian ini diberikan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan dengan model pembelajaran project citizen, sedangkan kelompok kontrol pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan


(48)

menggunakan model pembelajaran konvensional. Khusus untuk kelompok eksperimen, kelompok belajar tersebut dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok kecil atau orang pertama, kedua, ketiga dan keempat. Sebab pada kelompok eksperimen yang diberikan PKn dengan model pembelajaran Project Citizen hendaknya terdiri dari empat kelompok. Kelompok pertama bertugas menjelaskan masalah; Kelompok kedua bertugas mengkaji kebijakan alternatif untuk memecahkan masalah; Kelompok ketiga bertugas mengusulkan kebijakan publik untuk mengatasi masalah; dan Kelompok keempat bertugas membuat rencana tindakan. Untuk itu kelas terdiri dari empat kelompok yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Meskipun masing-masing anggota mempunyai tugas tanggung jawab sesuai dengan tugasnya, namun sebelumnya kelompok ini hendaknya bermusyawarah, dan berdiskusi tentang tugas kelompoknya, karena bagaimanapun adalah tanggung jawab kelompok/bersama. Sedangkan kelompok kontrol penyajiannya dilaksanakan dengan diskusi kelas. Secara bergantian kelompok-kelompok ini menjadi penyaji sesuai dengan tema yang diperoleh, sedangkan mahasiswa yang lain berfungsi sebagai peserta diskusi.

Perbedaan perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagaimana tabel di bawah ini.


(49)

TABEL 3.2

PERBEDAAN PERLAKUAN TERHADAP KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KELOMPOK KONTROL

Kelompok Perlakuan

Eksperimen Model project citizen

Kontrol Model pembelajaran konvensional

D. Pengembangan Alat Pengumpul Data

Data mempunyai kedudukan yang paling tinggi dalam penelitian, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan benar tidaknya data, tergatung baik tidaknya instrumen penggumpul data. Sedangkan instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 1998:160). Di samping itu menurut Edwars (1997:151) ada satu syarat lagi, yaitu pembobotan Item.

Alat pengumpul data/instrumen penelitian, yang berupa pedoman observasi, diuji coba terlebih dahulu untuk mengamati perilaku subyek sampel yang komparabel dan prosedur yang terstandar sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang sesugguhnya. Uji coba tersebut untuk mengecek bias yang mungkin terjadi dalam deskripsi pelaku, prosedur, situasi, atau observer, serta untuk mengantisipasi kendala-kendala yang mungkin muncul. Termasuk pula angket sebelum diedarkan kepada responden, terlebih dahulu diuji validitasnya, reliabilitasnya dan juga pembobotan itemnya. Apabila ternyata ada


(50)

alat pengumpul data yang belum memenuhi syarat tersebut, diulangi dan direvisi dan diuji cobakan lagi sehingga terpenuhi syarat sebagai instrumen yang baik. Dengan demikian, apabila diperlukan dapat dilakukan perbaikan, dan penyempurnaan pedoman observasi dan angket maupun pelaksanaan, sehingga memberikan altematif pemecahan terhadap permasalahan yang dapat diantisipasi sebelumnya.

1. Validitas

Mutu penelitian terutama dinilai dari validitas hasil yang diperoleh. Validitas penelitian diklasifikasikan menjadi validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkaitan dengan keyakinan peneliti tentang kesahihan hasil penelitian, sedangkan validitas eksternal berkaitan dengan tingkat generalisasi hasil penelitian yang diperoleh. Validitas hasil penelitian berada pada suatu garis kontinum yang terbentang dari mulai yang sangat tidak vailid sampai dengan yang sangat valid (Furqon, 1997: l2).

Menurut Arikunto (1998:160), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Arikunto (1995:219) juga mengemukakan, bahwa secara mendasar, validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Suatu instrumen yang valid atau sah mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yarg kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari


(51)

variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Berdasarkan pendapat Arikunto (1995:219), ada dua jenis validitas untuk instrumen penelitian, yaitu validilas logis dan validitas empiris. Dari kedua validitas tersebut yang lebih banyak diminati oleh peneliti adalah validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan lnstrumen yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validilas isi. Sedangkan instrumen yang sudah sesuai dengan aspek yang diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi. Untuk memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis, baik validitas isi maupun validitas konstruksi, peneliti mengatur dan merencanakannya pada waktu akan menysusun instrumen penelitian, yakni dengan menggunakan kisi-kisi.

Menurut Sudjana (2001:12), validitas dapat dibedakan antara (a) validitas isi, (b) validitas bangun pengertian, (c) validitas ramalan, dan (d) validitas kesamaan. Dua validitas pertama, yaitu validitas isi dan bangun pengertian, dapat dibuat melalui upaya penyusunan tes tanpa harus dilakukan pengujian statistika. Sedangkan untuk validitas kesamaan dan validitas ramalan dilakukan pengujian statistika melalui uji korelasi.

Untuk pengembangan instrumen penelitian ini, peneliti tidak menggunakan uji validitas, karena instrumen penelitian ini berupa angket dan lembar pengamatan. Yang dilakukan peneliti adalah berkonsultasi dengan para


(52)

ahli, yaitu promotor guna meneliti instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini sampai mendapatkan persetujuan dari para ahli tersebut. Item-item yang dianggap tidak valid menurut para ahli (promotor) di buang/tidak dipakai, sehingga keadaan instrumen penelitian antara yang valid dan yang tidak valid seperti table di bawah ini :

TABEL 3.3

KEADAAN INSTRUMEN PENELITIAN BERDASARKAN VALIDITASNYA

No Sub Variabel Jml Item Valid Tdk Valid

1 Kesadaran berbangsa dan bernegara 20 17 3

2. Kecintaan terhadap tanah air 15 12 3

3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata dengan belajar yang tekun (bukan retorika)

20 18 2

4. Kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi hak azasi manusia

15 10 5

5. Pembekalan mental spiritual dikalangan mahasiswa agar dapat menangkal pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah SWT


(53)

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil, akan tetap sama. Reliabilitas menunjuk pada suatu tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan ( Arikunto, 1998:170).

Sudjana (2001:16), memberikan definisi bahwa reliabililas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya kapan pun alat penilaian tersebut akan digunakan akan memberikan hasil yang relalif sama.

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara tes ulang (test-re-test), yaitu dengan cara penggunaan instrumen penelitian tersebut terhadap subjek yang sama, dilakukan dalam waktu yang berlainan. lnstrumen penelitian yang telah diuji validitas sebelumnya, dibagikan lagi seminggu kemudian kepada 34 mahasiswa yang sama yang pernah mendapatkan pokok bahasan berkaitan dengan bela Negara pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Begitu pula soal pretest dan soal posttest, dilakukan cara yang sama. Hasil penilaian pertama dikorelasikan dengan hasil penilaian kedua untuk memperoleh koefisien korelasinya (r) yaitu koefesien reliabilitas tes ulang dengan statistik korelasi


(54)

Product Moment menggunakan SPSS versi 15. Hasil uji reliabilitas instrumen

penelitian seperti di bawah ini :

1. Tanggapan mahasiswa terhadap kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak dengan koefisien reliabiliti 0,911 (r = 0,911).

2. Kecintaan terhadap tanah air, melalui penggunaan produk-produk dalam negeri dan pengabdian yang tulus kepada masyarakat; dengan koefisien reliabiliti 0,919 (r: 0,919).

3. Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata dengan belajar yang tekun (bukan retorika) dengan koefisien reliabiliti 0,954 (r : 0,954).

4. Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi hak azasi manusia dengan koefisien reliabiliti 0,938 (r : 0,938). 5. Pembekalan mental spiritual di kalangan mahasiswa agar dapat menangkal

pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Allah SWT melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing- masing dengan koefisien reliabiliti 0,934 (r : 0,934).

6. Tes soal pretest dengan koefesien reliability 0,914 (r = 0.914). 7. Tes soal posttest dengan koefesien reliability 0,384 (r = 0,884).


(55)

E. Pengumpulan Data 1. Angket

Angket (questionnaire) merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik secara individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat dan perilaku. Untuk mendapatkan informasi dengan menggunakan angket ini; peneliti tidak harus bertemu langsung dengan subyek, tetapi cukup dengan mengajukan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis untuk mendapatkan respon (Hadjar, 1999:18l).

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tingggal memilih. Merupakan angket langsung, artinya responden menjawab tentang dirinya. Dipandang dari bentuknya merupakan rating scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan.

Angket penelitian ini terdiri dari enam angket, yang masing-masing untuk mengungkap: 1) tanggapan mahasiswa terhadap kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan kehendak; 2) tanggapan mahasiswa terhadap kecintaan terhadap tanah air, melalui penggunaan produk-produk dalam negeri dan pengabdian yang tulus kepada masyarakat; 3) tanggapan mahasiswa terhadap peran aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata dengan belajar yang tekun (bukan retorika); 4) tanggapan mahasiswa terhadap kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi hak azasi


(1)

___________ (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah (Untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia). Bandung. Kerjasama Program Pascasarjana UPI dengan PT Remaja Rosdakarya.

Indra J. Piliang. (2007). Globalisasi dan Komunikasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Joyce,B., Marshal,W,.Calhoun, E. (2000).Model of Teaching (sixth Ed.). USA: Allyn and Bacon.

Johnson, Doyle Paul, (1994), Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1, (Terjemahan Lawang), Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama.

Kaelan, (2002), Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi, Paradigma, Yogyakarta.

________, (2005). Mewujudkan Sistem Bela Negara dan Sishankamrata Dalam Rangka Kemandirian Lokal Pada Abad XXI, Lembaga Bela Negara, Jakarta,

________, (2005). Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Tentang Pendidikan Kewarganegaraan, Ditjen Pothan Dephan, Jakarta.

________, (2005). Peraturan Pemerintah RI tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009, CV. Tawita Utama, Jakarta.

Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006. Tentang Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan Perguruan Tinggi di Indonesia. Jakarta.

Kertih, I. Wayan, (1997), Pengembangan Model Klarifikasi Nilai di Sekolah Dasar, Tesis. UPI Bandung.

Koentjaraningrat, (1979) Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Kohlberg, L. (1971). Stages of Moral Development as a Basis of Moral Education. Dlm. Beck, C.M., Crittenden, B.S. & Sullivan, E.V.(pnyt.). Moral education: interdisciplinary approaches: 23-92. New York: Newman Press.

Kohlberg, L. (1977). The Cognitive-Developmental Approach to Moral Education. Dlm. Rogrs, D. Issues in adolescent psychology: 283-299. New Jersey: Printice Hall, Inc.


(2)

Lictona, T. (1987). Character Development in The Family. Dlm. Ryan, K. & McLean, G.F. Character development in schools and beyond: 253-273. New York: Praeger.

Liebert, R.M. (1992). Apa yang berkembang dalam perkembangan moral?. Dlm. Kurtines, W.M. & Gerwitz, J.L. (pnyt.). Moralitas, perilaku moral, dan perkembangan moral:287-313. Terj. Soelaeman, M.I. & Dahlan, M.D. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Marion Lemin.Helen Potts. Pam Welsford, (1994). Values Stategies For Classroom Teachers, National Library Of Australia. Acer.

Miles and Huberman (1984). Qualitative research & Analysis. New York: Columbia University Press.

Montgomery, R. (2000). Revolution of Learning” : How We Enchnce Student Achievement. Journal of Scientific Education. Vol.19 (February 2000) :45-51. http://kagan.olam.asu.edu/epaa.

Mulyana, Rohmat (2004). Mengartikulasikan Pendidikan Nilai.Bandung : Alfabeta.

Murdock, G. .P. (1945). Common Dominators of Culture. In R. Linton (ed). Science of Man in the World Crisis. New York: Columbia University Press.

Munandar. (2004). Interaksi Pembelajaran. Surabaya: Remaja Puspita.

Nasution (1998). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nur. Muhammad (2000). Pendekatan Discavery Dalam Pembelajaran.

Yogyakarta : Paradigma.

Paul Robinson. (2006). Change and Education, San Francisco : Jossey-Bass Publishers.

Pradesa, Kohar. (2003). Pengintegrasian Nilai-nilai Agama Islam Dalam Konsep Pembelajaran PPKN. Tesis : UPI Bandung.

Prayitno. (1994). Budi Pekerti dan Pendidikan. Kertas Kerja Seminar Pendidikan Budi Pekerti, anjuran Pusat Kurikulum dan Sarana Pendidikan, Balitbang Dikbud, 2-3 Agustus 1994.

Power, F.C. (1994). Moral Development. Dlm. Ramachandran, V.C. (pnyt.). Encyclopedia of human behavior: 203-212. San Diego: Academic Press.


(3)

Raths, L.E., Harmin, M. & Simon, S.B. (1978). Values and teaching: Working with values in the classroom. Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Ralph Barto Perry. (1974). Introductory Reading in Ethics. New York : Hart Publishing Company,Inc.

Republika : - 2 Januari 2008 ; 11 Desember 2008.

Roucek, J. S. & Warren, R. L. (1984). Sociology: An Introduction. Terjemahan Sahat Simamora. Jakarta: Bina Aksara.

Rosser.N.A. (2001). The Concept and Principle Received the Studying Experience. San Francisco : Jossey-Bass Publishers.

Sanusi, Ahmad (1999). Model Pendidikan Kewarganegaraan Negara Menghadapi Perubahan dan Gejolak Sosial. Makalah yang dipresentasikan pada Conference on Civic Education for Civil Society, di Bandung 16-17 Maret 1999.

Suparno. (2000). Pembelajaran Inkuiri, Suatu Pendekatan. Jakarta: Bina Aksara Shaver (1991). Handbook of Research on Social Studies Teaching and Learning.

NY : McMillan Publishing Co.

Slattery, Partick. (1995). Curriculum Development in the Postmodern Era. New York : Garland Publishing, Inc.

Syachroni. (2006). Pengaruh Globalisasi terhadap Perilaku Mahasiswa. Journal Inovasi; Bandung. vol III-2006.

Sidney B.Simon. Leland W. Howe. Howard Kirschenbaum (1972). Values Clarification. A Handbook of Practical Strategies for Teacher and Students. New York : Hart Publishing Company,Inc.

Siswono. (2008). Tantangan Generasi Muda Dalam Era Globalisasi. Semarang : Panata Yudha Pharmindo.

Soekanto, Soerjono, (1990), Sosiologi Suatu Pengantar (Edisi Baru keempat 1990), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Suharsini Arikunto. (1999) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta..

Sugiyono. (2010). Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) . Bandung : Alfabeta.


(4)

Suseno, Alex. (1988). Pengantar Studi Strategik Sistem Bina Bela Negara di Indonesia. Jakarta : Penres.

Superka, D.P., Ahrens, C., Hedstrom, J.E., Ford, L.J. & Johnson, P.L.(1976). Values Education Sourcebook. Colorado: Social Science Education Consortium, Inc.

Sukmadinata, Nana Syaodih, (2007), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : Rosda.

Sumantri, Endang. (2008). Upaya Membangkitkan Nasionalisme Melalui Pendidikan. Makalah yang disampaikan dalam Seminar Nasional Seabad Kebangkitan Nasional. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sztompka, Piotr (2007), Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta : Prenada.

Thomas J. Sergiovanni. (1992). Moral Leadership (Getting to The Heart Of School Improvement). San Francisco : Jossey-Bass Publishers. Tim Dosen PKn UPI. (2008). Buku Panduan Kuliah Pendidikan

Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Bandung. CV, Yasindo Multi Aspek

Tonelson. (1997). Economic & Globalism; New York : Hart Publishing Company,Inc.

Torsten, Husen (1995). A. Handbook Of Practical Strategies for Teacher, New York : Hart Publishing Company,Inc.

Universitas Pendidikan Indonesia.(2009). Informasi UPI. Bandung ___________________________.(2009). Pedoman Akademik. Bandung

___________________________,(2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.

Universitas Terbuka (1997). Discovery Dalam Pembelajaran. Jakarta :Penerbit UT.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002, tentang Pertahanan Negara.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. UNESCO PROAP. (1998). Learning to live together in Peace and Harmony;

vaules Education for Peac, Human Rights, Democraty, and Sustainable development for Asia-Pacific Reion: a


(5)

UNESCO-APENIVE Sourcebook for Teacher Education and Tertiary Level Education. Bangkok.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Amandemen 1,2,3,4 (2007), Yogyakarta: Pustaka Merah Putih

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002, Tentang Pertahanan Negara (2005). Seskoad, Bandung.

Unda ng-U nda ng No mo r 34 Tahun 2004 Tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI). Seskoad, Bandung.

Usman. Z. (2003). Inquiri Dalam Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Veeger, KJ. (1995). Realitas Sosial, Refleksi Filsafat Sosial atas Hubungan

Individu – Masyarakat dalam Cakrawala Sejarah Sosiologi. Jakarta : Gramedia.

Water. Y. (2004). Globalism and Change; New York : Hart Publishing Company,Inc.

Wallace & Alisan Wolf. (1990). Contemporary Sociological Theory : Continuing The Classical Tradition, Prentice Hall.

William J. Rothwell. (1996). Moral Leadership (Getting to The Heart Of School Improvement). San Francisco : Jossey-Bass Publishers.

Winecoff, H.L. (1988). General Eduction at the University Level. Working Paper on Seminar of General Education Departement, Program S-2 PPS IKIP Bandung.

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zainur, Roziqin. (2007). Moralitas Pendidikan. Malang. Averroes Press. (http://www.upi.edu/Info/Sejarah)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Pendidikan_Indonesia). (http://www.dmcindonesia.web.id)

(http://sanancity.blogspot.com/2009/05) (www.igihfi.blogspot.com).


(6)

(www. digilib.unnes.ac.id) (www.mathgoodies.com)

(www. umifatmawati.blog.uns.ac.id) (www. sekolahku.info)

(www.umhurul-umami.blogspot.com)

(www. umifatmawati.blog.uns.ac.id)

(www.wawanjunaidi.blogdetik.com)