PENGEMBANGAN NILAI PENDIDIKAN MANUSIA SE
PENGEMBANGAN NILAI UNTUK PENDIDIKAN
MANUSIA SEUTUHNYA
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah “Filsafat Pendidikan”
Dosen pengampu,
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Kelompok 6
Oleh:
Imam Kambali
2013471886
Dzafid Humaidy
2013471922
Jurusan Pendidikan Agama Islam IV B
Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah
TULUNGAGUNG
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag, selaku Ketua STAI Muhammadiyah
Tulugagung.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing Filsafat
Pendidikan.
3. Rekan-rekan
Mahasiswa-Mahasiswi
yang
telah
membantu
terselesainya tugas makalah ini..
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
Tulungagung, Maret 2015
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman judul ..............................................................................................
i
Kata pengantar ..............................................................................................
ii
Daftar isi .......................................................................................................
ii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................
2
C. Tujuan Masalah .................................................................
2
PEMBAHASAN
A. Definisi Nilai .....................................................................
3
B. Definisi Manusia ...............................................................
4
C. Hakikat Manusia ................................................................
4
D. Wujud Sifat Hakikat Manusia ............................................
5
E. Dimensi Hakikat Manusia ..................................................
7
F. Pengembangan Nilai untuk Pendidikan Manusia ...............
11
G. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya .............................
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
17
B. Saran ...................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangatlah penting untuk kelangsungan hidup dan kemajuan
zaman. Lebih dari itu pendidikan ditujukan untuk menciptakan manuia yang
utuh baik segi jasmani dan rohani. Pendidikan tidak hanya ditujukan untuk
perindividu tetapi juga untuk kepentingan manusia sebagai makhluk sosial
sehingga dalam pengajarannya tidak boleh terlepas dari nilai-nilai yang akan
ditanamkan. Nilai-nilai yang diharapkan bisa mengubah manusia menjadi lebih
sempurna dan utuh baik jasmani dan rohani ataupun sebagai makhluk sosial.
Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu
di semua pihak guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia. Pendidikan harus selalu diupayakan untuk
meningkatkan kemampuan setiap individu. Peningkatan mutu pendidikan
adalah salah satu upaya dalam rangka pembangunan nasional. Hal ini perlu
dipandang karena pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu
kunci keberhasilan suatu bangsa. Untuk itu mutu pendidikan sangat perlu
diperhatikan.
Bagaimanakah pendidikan manusia seutuhnya itu?
Pertanyaan ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens
yang berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang ditujukan
kepada para dosen ataupun kepada para narasumber, mungkin juga pertanyaan
ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para penanya mungkin
sudah kita mampu untuk menjawab pertanyaan ini.
Secara rasional-filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang
semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk
manusia yang seutuhnya perlu ditanamkan nilai-nilai yang baik dari segi
vertical maupun horizontal, baik jasmani dan rohani, dan manusia sebagai
makhluk sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi nilai?
2. Apa definisi manusia?
3. Bagaimana mengembangkan nilai untuk pendidikan manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nilai
Nilai memiliki banyak penafsiran oleh para ahli, sebagaimana yang
disampaikan oleh para ahli diantara lainya:
Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan seiring tidak disadari
tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A. W. GReen
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi
terhadap objek.
Woods
Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah
berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan keputusan dalam
kehidupaan she ari-har
M. Z. Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang
pantas, berharga, dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena
mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
Karel J. Veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertianpengertian (sesuatu didalam kepala orang) tentang baik tidaknyaperbuatanperbuatan. Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan
moral.
B. Definisi Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari
C.
segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara
biologis,
manusia
diklasifikasikan
sebagai Homo
sapiens (Bahasa
Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapiotak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi
di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup; dalammitos, mereka juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologikebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta
berdasarkan
perkembanganteknologinya,
kemampuannya
untuk
dan
membentuk
terutama
kelompok,
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
D.
E. Hakikat Manusia
1. Manusia adalah ciptaan Allah yang berasal dari sgumpal darah
sebagaimana dijelaskan dalam Alqur-an surat Al-‘Alaq ayat 2
F.
عل لقق
۞ لخل للق ال نمإن نلسالن ممنن ل
G. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(Q.S. Al-‘alaq
: 2)1
H.
2. Manusia adalah perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan.
I. Dalam teori pendidikan lama perkembangan manusia
dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) dan juga lingkungan
(empiris). Selain itu ada teori bahwa manusia pada perkembangannya
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi).2
J.
1 Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata(
Jakarat, Cipta Bagus Segara)
2 Muzzaki.Akh, Kholilah, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2013) hal. 31
K. Sesuai sabda Rosulullah saw. Yang artinya: “Tiap orang dilahirkan
membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani
atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim).3
L. Sesuai hadits diatas manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan, tidak hanya keluaraga lebih luas dari itu pergaulan juga sangat
menentukan perkembangan manusia.
M. Pengertian manusia seutuhnya
N.
Manusia seutuhnya bisa diartikan dengan manusia yang
sempurna. Bila kita mengartikan manusia yang sempurna atau insan kamil
tentu tidak lepas dari ciri yang dimiliki. Insan kamil atau manusia yang
sempurna adalah manusia yang mimiliki:
O. -. Jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan
P. -. Kecerdasan akal berpikir
Q. -. Kekuatan iman atau rohani yang tinggi
R. Wujud Sifat Hakikat Manusia4
1.
Kemampuan menyadari diri.
2.
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan
pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki
oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya)
memiliki
Drijarkara
ciri
khas
(Drijarkara,:138)
atau
karakteristik
diri.
menyebut
kemaqmpuan
tersebut
dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi
potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensipotensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan
sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
3 HR. Bukhari dan Muslim
4 file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htm diunggah pada kamis,
26 Maret 2008
3.
Kemampuan-Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan
mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah
manusia mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada”
4.
melainkan “meng-ada”
Kata-Hati-(Consecience-Of-Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa
hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi
5.
penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri.
Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar
baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau
6.
moral yang tinggi (luhur)
Tanggung-jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian
tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat
7.
manusia.
Rasa-Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang
sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan
kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat
8.
manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
Kewajiban-dan-Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh
manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut
dituntut setelah memenuhi kewajiban.
a. Kemampuan-Menghayati-Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan
9.
manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya
sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap
kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pahitdan-penderitaan.
10.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,
dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam
krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat
dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan.
11.Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia
meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang
memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami
kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Kebahagian adalah bahwa
kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara
factual tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua itu
dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut didalam
rangkaian tiga hal yaitu : usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia
yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia dengan
segenap keadaan dan kemampuannya.
12.
S. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan
Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
13.
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang
”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagibagi
(indevide).
(Lysen,
individu
dan
masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang
dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang
kearah
yang
lebih
baik
dan
lebih
sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah
14.
para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan
telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau
menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah
belanda,
M.J.
individualitas.
Langeveld
bahwa
(M.J.
setiap
orang
memiliki
Langeveld,1955:54)
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke
sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik
disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain,
pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan
semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek
afektif, aspek psikomotorik. Pola pendidikan yang bersifat
demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan
menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan
dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu
dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing
ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”.
Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik
membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
2. Dimensi-Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah
makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi
dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau
menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya.
15.
Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada
setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah
16.
laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki-tingkah-laku-yang-lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling
membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi
dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi
tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan
kepribadiannya.
Dalam
hal
ini,
tugas
pendidikan
ialah
mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai
makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri
dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat
mengembangkan
secara
seimbang
aspek-individual-dan-aspek-
sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya
dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki
hierarki
tertentu.
Hirarki-kebutuhan-menurut-Maslow:
a.-Kebutuhan-estetis
b.-Kebutuhan-untuk-mengetahui-dan-mengerti
c.-Kebutuhan-untuk-aktualisasi-diri
d.-Kebutuhan-memperolah-penghargaan-orang-lain
e.-Kebutuhan-mendapatkan-kasih-sayang-dan-memiliki
f.-Kebutuhan-rasa-aman
g. Kebutuhan fisiologis
3. Dimensi-Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang
lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan
yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika
etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila
dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilainilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh
17.
manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran,
kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan
melaksanakannya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan
manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan
nilai-nilai tersebut.
4.
Dimensi-Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious.
Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan
dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah
sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang
akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam
dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah
yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Agama
merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat
memahami
agama
melalui
proses
pendidikan
agama.
Ph.
Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya
menjadi
tugas
orang
tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan
pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d
PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama
melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari
bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata
pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi
segi-segi afektif harus diutamakan.
18.
19.
20.
T. Pengembangan Nilai untuk pendidikan manusia seutuhnya
U. Pendidikan Manusia Seutuhnya5
ت
ت
ت
ه
هاَ اْل ل ج
واْ أ و
ي تأ ي ي ت
ذي و ت
واْلل ل ه
نأ ت
ست ت ج
جي وب ه و
من ه و
و ه
ل إج ت
م
ذاْدت ت
ماَي ه و
وللر ه
حي جي وك ه و
م لج ت
عاَك ه ه
س و
ت
ت
و
و
ل
ت
و ت
و ه
ه
مور ج
واْ و
قلب ج ج
واْأ ل
ه يت ه
ل ب تي و ت
ن اْل ت
ن اْلل ت
عل ه
ء ت
ح و
م و
ت
ت
ت
خ ت
ن
ه ته و
ه إ جلي و ج
و ت
وأن ل ه
شهر و
ت.
V.
W. Hai orang- orang yang beriman , penuhilah seruan Allah
dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi
kehidupan
kepada
kamu,
dan
ketahuilah
bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan
sesungguhnya
kepadanyalah
kamu-akan-dikumpulkan.-(Q.S-al-
Anfal-24)6
Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan
ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens
yang ketika berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar,
yang ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para nara
sumber, mungkin juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita
semua, yang mana para penanya mungkin sudah-kita-mampuuntuk-menjawab-pertanyaan-ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah
berkembang semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem
pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya harus
diarahkan kepada dua dimensi, yakni:
X.
1. Dimensi dialektikal horisontal , dan
Y.
2. Dimensi ketundukan vertikal.
Z.
5file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htm diunggah pada sabtu,
13 April 2009
6 Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per
Kata(Jakarat, Cipta Bagus Segara) hal. 179
AA.
Pada dimensi pertama pendidikan hendaknya dapat
mengembangkan pemahaman tentang kehidupan yang konkret,
yakni kehidupan manusia dalam hubunganya dengan alam ataupun
lingkungan sosialnya. Dalam dimensi inilah manusia dituntut untuk
mampu mengatasi berbagai tantangan dan kendala dunia konkretnya
, melalui pengembangan teknologi dan sains.
BB.
Sedangkan dalam dimensi kedua, yakni ketundukan
vertikal, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat untuk
memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alam juga menjadi
jembatan untuk memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam
mencapai hubungan yang hakiki juga abadi dengan sang khalik .
Berarti bagaimanapun pesatnya perkembangan sains dan teknologi
ia harus disertai dengan pendidikan hati.
CC.
Singkatnya, manusia seutuhnya adalah yang menjadi
rahmatan lilàlamin. Yang mempunyai kemampuan cipta, rasa, kan
karsa, atau manusia yang kognitif, efektif, dan konatif-psikomotorik
pada zamanya. Itulah blue print manusia masa depan yang memiliki
zikir, fikir dan amal saleh. Di samping itu ada beberapa causa
pertanyaan yang harus mampu kita menjawabnya, yang mana
dengan causa inilah nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses
pendidikan manusia dalam konteks ruang serta waktu. Causa
pertanyaan itu adalah ¨ 1. Causa eficiens (bagaimana), 2.Causa
formalis (menurut rencana apa), 3. Causa materialis (dengan apa),
dan Causa finalis (untuk apa kita di didik).
DD.
EE. Manusia sepenuhnya sebagai satu konsepsi modern perlu
kita
analisis
menurut
pendangan
sosio-budaya
Indonesia
.Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi manusia
seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian sebagai
berikut:
1. Keutuhan
potensi
subyek
manusia
sebagai
subyek
yang
berkembang. Kepribadian manusia lahir batin ialah satu kebutuhan
FF.
yang utuh antara potensi-potensi hereditas (kabawaan)
dengan factor-faktor lingkungan (pendidikan, tata nilai dan antar
hubungan).
Potensi-manusia-secara-universal-mencakup-tujuan-potensi:
1. potensi jasmaniah, pisik badan dan panca indra yang sehat
(normal)
GG.
2.-potensi-piker-(akal,-rasio,-intelegensi,-intelek)
3.-potensi-rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun
perasaan
estetis.
4.-potensi-karsa-(kehendak,-keinginan,-termasuk-prakarsa).
5.-potensi-cipta-(daya-cipta,-kreaktifitas,-khayal-dan-imajenasi).
6.-potensi-karya-(kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai
tindak
lanjut
1-5)
7.-potensi-budi-nurani-(kesadaran budi, hati-nurani, yang bersifat
superrasional)
HH.
Ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan
yang
potensial;
artinya
dalam
proses
berkembang
dan
tidak.Perkembangan atau aktualitas itu akan menetukan kualitas
pribadi seseorang.
II. 2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang
sadar nilai yang menghayati dan yakin-akan-cita-cita-dan-tujuanhidupnya.
Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai;
artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai
tertentu, baik secara social (kemasyarakatan dan kenegaraan),maupun-secara-pribadi-(individual).
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku
dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan
JJ.
dan nilai-nilai yang ada didalamnya wawasan yang
dimaksud mencakup:
a. Wawasan dunia dan akhirat. Menusia berkeyakinan bahwa
kehidupan didunia akan berakhir dan akan ada kehidupan
diakhirat.
a. Wawasan individualitas dan social, secara keseimbangan.
b. Wawasan individualitas jasmaniah dan rohaniah; memiliki
kesadaran tentang pentingnya kebutuhan jasmaniah dan
rohaniah.
c. Wawasan masa lampau dan masa depan; dengan mengingat
masa lampau bias memberikan kesadaran kesedaran cinta
bangsa dan kemerdekaan serta memiliki motivasi berjuang demi
cita-cita nasional.
KK.
Keempat-wawasan-ini-akan-memberikan-aspirasi-dan-
motivasi-bagi-sikap-dan-tindakan-seseorang
menurut
kadar
kesedaran wawasannya masing-masing.
LL.
Makna Pendidikan Nilai berkaitan dengan masalah baik
pertimbangan moral maupun non-moral tentang suatu objek;
termasuk etika dan estetika. Tujuan pendidikan nilai adalah untuk
membantu siswa mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui
pengujian yang kritis agar mampu meningkatkan kualitas pikiran
dan perasaan siswa. Pendidikan nilai paling sedikit meliputi empat
dimensi, yaitu identifikasi inti nilai-nilai personal dan sosial;
penemuan filosofis dan rasional tentang inti tersebut; respon afektif
dan emotif terhadap inti tersebut; pembuatan keputusan berkaitan
NN.
dengan inti berdasarkan penemuan dan respon. 7
MM.
Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya
7 http://sps.upi.edu/v2/
1. Terwujudnya manusia yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri,
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berguna bagi umat, bangsa dan kemanusiaan
2. Tujuan untuk pendidikan menusia seutuhnya dengan kodrat dan
hakekatnya,
yakni
seluruh
aspek
pembawaannya
seoptimal
mungkin.Adapun aspek pembawaan (potensi manusia) meliputi:
3.
Potensi jasmani (fisiologis dan pancaindra)
4.
Potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani)
5.
6.
Secara umum, rumusan tujuan dari proses pendidikan
meliputi:
1. Pendidikan sebagai tranmisi kebudayaan
2. Pendidikan sebagai pengembangan kepribadian
3. Pendidikan sebagai pengembangan akhlaq mulia serta religious
4. Pendidikan
sebagai
pengembangan
warga
Negara
yang
bertanggung jawab
5. Pendidikan sebagai mempersiapkan pekerja-pekerja yang terampil
dan produktif
6. Pendidikan sebagai pengembangan pribadi seutuhnya
7. Pendidikan sebagai proses pembentukan manusia baru
7.
8. Tujuan Khusus8
Menguasai,
pengetahuan
mengembangkan
dan
mengamalkan
ilmu
dan teknologi yang dijiwai oleh nilai
kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika yang bersumber pada
ajaran Islam serta memupuk keIkhlasan, melaksanakan amar
ma’ruf
nahi
munkar
yang
relevan
dengan
kebutuhan
pembangunan bangsa;
8http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Muhammadiyah_Yogyakarta diunggah pada 17
Juni 2006
Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana,
Pascasarjana dan Profesi yang menghasilkan lulusan yang
memenuhi kebutuhan dunia kerja baik nasional maupun
internasional
Menghasilkan penelitian dan karya Ilmiah yang menjadi
rujukan pada tingkat nasional dan internasional;
Mengembangkan
kehidupan
masyarakat
akademik
yang
ditopang oleh nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, kejujuran, kesungguhan dan tanggap
terhadap perubahan;
Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang dapat
menumbuhkan pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-konstruktif
dan inovatif;
Menyediakan sistem layanan yang memuaskan bagi pemangku
kepentingan/ stakeholders;
Menyediakan sumberdaya dan potensi universitas yang dapat
diakses oleh perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah
swasta, industri, dan masyarakat luas untuk mendukung upayaupaya pengembangan bidang agama Islam, sosial, ekonomi,
politik, hukum, teknologi, kesehatan dan budaya di Indonesia;
Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai institusi
nasional maupun internasional untuk memajukan pendidikan,
penelitian, manajemen dan pelayanan;
Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan
moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual
maupun sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Nilai adalah definisikan dengan segala sesuatu yang dilakukan dengan atau
tanpa kesadaran, yang menjadi tolak ukur dalam menghargai suatu perbuatan
manusia.
2. Manusia atau orang dapatdiartikanberbeda-bedadarisegi biologis, rohani,
danistilah kebudayaan,
atausecaracampuran.
Secarabiologis,
manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia
yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi.
3. Tujuan Khusus
Menguasai,
mengembangkan
dan
mengamalkan
ilmu
pengetahuan
dan
yang
dijiwai
nilai
teknologi
oleh
kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika yang bersumber pada
ajaran Islam serta memupuk keikhlasan, melaksanakan amar
ma’ruf
nahi
munkar
yang
relevan
dengan
kebutuhan
pembangunan bangsa.
Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana, Pasca
sarjana
dan Profesi yang menghasilkan lulusan yang
memenuhi kebutuhan dunia kerja baik nasional maupun
internasional.
Menghasilkan penelitian dan karya ilmiah yang menjadi
rujukan pada tingkat nasional dan internasional.
Mengembangkan
kehidupan
masyarakat
akademik
yang
ditopang oleh nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, kejujuran, kesungguhan dan tanggap
terhadap perubahan.
Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang dapat
menumbuhkan pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-konstruktif
dan inovatif.
Menyediakan system layanan yang memuaskan bagi pemangku
kepentingan/ stake holders.
Menyediakan sumber daya dan potensi universitas yang dapat
diakses oleh perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah
swasta, industri, dan masyarakat luas untuk mendukung upayaupaya pengembangan bidang agama Islam, sosial, ekonomi,
politik, hukum, teknologi, kesehatan, dan budaya di Indonesia.
Mengembangkan
jaringan
kerjasama
dengan
berbagai
institusinasional maupun internasional untuk memajukan
pendidikan, penelitian, manajemen dan pelayanan.
Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan
moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual
maupun sosial.
SARAN
Dalam penyelenggarakan suatu lembaga pendidikan harus menentukan
tujuan utama yang akan menjadi dasar dan acuan dalam melakukan semua
kegiatan terkait dan berhubungan dengan dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata
dan Terjemah Per Kata( Jakarat, Cipta Bagus Segara)
Muzzaki.Akh,
Kholilah,
2013,
IlmuPendidikan
Islam,
(Surabaya:
Kopertais IV Press)
http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial#Pengertian_Nilai_Menurut_para_
Ahli
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Laila-Nur-file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia
%20seutuhnya.htmdiaksespadakamis, 26 Maret 2015, 19.00 wib
MANUSIA SEUTUHNYA
Makalah ini Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah “Filsafat Pendidikan”
Dosen pengampu,
Afiful Ikhwan, M.Pd.I
Kelompok 6
Oleh:
Imam Kambali
2013471886
Dzafid Humaidy
2013471922
Jurusan Pendidikan Agama Islam IV B
Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah
TULUNGAGUNG
MARET 2015
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama
Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal itu dengan segala
hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Nurul Amin, M.Ag, selaku Ketua STAI Muhammadiyah
Tulugagung.
2. Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I, selaku dosen pembimbing Filsafat
Pendidikan.
3. Rekan-rekan
Mahasiswa-Mahasiswi
yang
telah
membantu
terselesainya tugas makalah ini..
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut saya hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar bahwa masih banyak
kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan kritikan positif,
sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
Tulungagung, Maret 2015
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman judul ..............................................................................................
i
Kata pengantar ..............................................................................................
ii
Daftar isi .......................................................................................................
ii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................
1
B. Rumusan Masalah .............................................................
2
C. Tujuan Masalah .................................................................
2
PEMBAHASAN
A. Definisi Nilai .....................................................................
3
B. Definisi Manusia ...............................................................
4
C. Hakikat Manusia ................................................................
4
D. Wujud Sifat Hakikat Manusia ............................................
5
E. Dimensi Hakikat Manusia ..................................................
7
F. Pengembangan Nilai untuk Pendidikan Manusia ...............
11
G. Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya .............................
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................
17
B. Saran ...................................................................................
18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangatlah penting untuk kelangsungan hidup dan kemajuan
zaman. Lebih dari itu pendidikan ditujukan untuk menciptakan manuia yang
utuh baik segi jasmani dan rohani. Pendidikan tidak hanya ditujukan untuk
perindividu tetapi juga untuk kepentingan manusia sebagai makhluk sosial
sehingga dalam pengajarannya tidak boleh terlepas dari nilai-nilai yang akan
ditanamkan. Nilai-nilai yang diharapkan bisa mengubah manusia menjadi lebih
sempurna dan utuh baik jasmani dan rohani ataupun sebagai makhluk sosial.
Pendidikan sangat memerlukan penanganan secara terarah dan terpadu
di semua pihak guna membangun manusia seutuhnya serta mencapai tujuan
Pendidikan Nasional Indonesia. Pendidikan harus selalu diupayakan untuk
meningkatkan kemampuan setiap individu. Peningkatan mutu pendidikan
adalah salah satu upaya dalam rangka pembangunan nasional. Hal ini perlu
dipandang karena pembangunan dibidang pendidikan merupakan salah satu
kunci keberhasilan suatu bangsa. Untuk itu mutu pendidikan sangat perlu
diperhatikan.
Bagaimanakah pendidikan manusia seutuhnya itu?
Pertanyaan ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens
yang berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar, yang ditujukan
kepada para dosen ataupun kepada para narasumber, mungkin juga pertanyaan
ini sudah dilontarkan kepada kita semua, yang mana para penanya mungkin
sudah kita mampu untuk menjawab pertanyaan ini.
Secara rasional-filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang
semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk membentuk
manusia yang seutuhnya perlu ditanamkan nilai-nilai yang baik dari segi
vertical maupun horizontal, baik jasmani dan rohani, dan manusia sebagai
makhluk sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi nilai?
2. Apa definisi manusia?
3. Bagaimana mengembangkan nilai untuk pendidikan manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Nilai
Nilai memiliki banyak penafsiran oleh para ahli, sebagaimana yang
disampaikan oleh para ahli diantara lainya:
Kimball Young
Mengemukakan nilai adalah asumsi yang abstrak dan seiring tidak disadari
tentang apa yang dianggap penting dalam masyarakat.
A. W. GReen
Nilai adalah kesadaran yang secara relatif berlangsung disertai emosi
terhadap objek.
Woods
Mengemukakan bahwa nilai merupakan petunjuk umum yang telah
berlangsung lama serta mengarahkan tingkah laku dan keputusan dalam
kehidupaan she ari-har
M. Z. Lawang
Menyatakan nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang
pantas, berharga, dan dapat memengaruhi perilaku sosial dari orang yang
bernilai tersebut.
Hendropuspito
Menyatakan nilai adalah segala sesuatu yang dihargai masyarakat karena
mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan kehidupan manusia.
Karel J. Veeger
Menyatakan sosiologi memandang nilai-nilai sebagai pengertianpengertian (sesuatu didalam kepala orang) tentang baik tidaknyaperbuatanperbuatan. Dengan kata lain, nilai adalah hasil penilaian atau pertimbangan
moral.
B. Definisi Manusia
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari
C.
segi biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara
biologis,
manusia
diklasifikasikan
sebagai Homo
sapiens (Bahasa
Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapiotak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi
di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan
ketuhanan atau makhluk hidup; dalammitos, mereka juga seringkali
dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologikebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta
berdasarkan
perkembanganteknologinya,
kemampuannya
untuk
dan
membentuk
terutama
kelompok,
dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
D.
E. Hakikat Manusia
1. Manusia adalah ciptaan Allah yang berasal dari sgumpal darah
sebagaimana dijelaskan dalam Alqur-an surat Al-‘Alaq ayat 2
F.
عل لقق
۞ لخل للق ال نمإن نلسالن ممنن ل
G. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.(Q.S. Al-‘alaq
: 2)1
H.
2. Manusia adalah perkembangannya dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan.
I. Dalam teori pendidikan lama perkembangan manusia
dipengaruhi oleh pembawaan (nativisme) dan juga lingkungan
(empiris). Selain itu ada teori bahwa manusia pada perkembangannya
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya (konvergensi).2
J.
1 Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata(
Jakarat, Cipta Bagus Segara)
2 Muzzaki.Akh, Kholilah, Ilmu Pendidikan Islam, (Surabaya: Kopertais IV Press, 2013) hal. 31
K. Sesuai sabda Rosulullah saw. Yang artinya: “Tiap orang dilahirkan
membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani
atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim).3
L. Sesuai hadits diatas manusia sangat dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan, tidak hanya keluaraga lebih luas dari itu pergaulan juga sangat
menentukan perkembangan manusia.
M. Pengertian manusia seutuhnya
N.
Manusia seutuhnya bisa diartikan dengan manusia yang
sempurna. Bila kita mengartikan manusia yang sempurna atau insan kamil
tentu tidak lepas dari ciri yang dimiliki. Insan kamil atau manusia yang
sempurna adalah manusia yang mimiliki:
O. -. Jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan
P. -. Kecerdasan akal berpikir
Q. -. Kekuatan iman atau rohani yang tinggi
R. Wujud Sifat Hakikat Manusia4
1.
Kemampuan menyadari diri.
2.
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan
pada adanya kemampuan adanya menyadari diri yang dimiliki oleh
manusia. Berkat adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki
oleh manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya (akunya)
memiliki
Drijarkara
ciri
khas
(Drijarkara,:138)
atau
karakteristik
diri.
menyebut
kemaqmpuan
tersebut
dengan istilah “meng-Aku”, yaitu kemampun mengeksplorasi
potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensipotensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan
sehingga aku dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
3 HR. Bukhari dan Muslim
4 file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htm diunggah pada kamis,
26 Maret 2008
3.
Kemampuan-Bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan
mengatasi batas-batas yang membelenggu dirinya. Karena inilah
manusia mempunyai kebebasan yaitu manusia bukan “ber-ada”
4.
melainkan “meng-ada”
Kata-Hati-(Consecience-Of-Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa
hati itu adalah kemampuan pada diri manusia yang memberi
5.
penerangan tentang baik buruknya perbuatan sebagai manusia.
Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri.
Moral yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar
baik manusia sebagai manusia merupakan moral yang baik atau
6.
moral yang tinggi (luhur)
Tanggung-jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu
perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian
tanggung jawab dapat diartikan sebagai keberanian untuk
menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai dengan tuntutan kodrat
7.
manusia.
Rasa-Kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang
sesuai dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan
kata hati dan moral. Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat
8.
manusia dan moral yang sesuai dengan kodrat manusia.
Kewajiban-dan-Hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh
manusia. Sedangkan hak adalah merupakan sesuatu yang patut
dituntut setelah memenuhi kewajiban.
a. Kemampuan-Menghayati-Kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan
9.
manusia. Kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya
sebagai himpunan saja, tetapi merupakan integrasi dari segenap
kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan pengalaman-pahitdan-penderitaan.
10.
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,
dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam
krisis total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat
dengan lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan.
11.Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia
meningkatkan kualitas hubungannya sebagai mahluk yang
memiliki kondisi serba terhubung dan dengan memahami
kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Kebahagian adalah bahwa
kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara
factual tetapi terletak pada kesanggupan menghayati semua itu
dengan keheningan jiwa, dan mendudukan hal-hal tersebut didalam
rangkaian tiga hal yaitu : usaha, norma-norma, dan takdir. Manusia
yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi manusia dengan
segenap keadaan dan kemampuannya.
12.
S. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan
Dinamikanya
1. Dimensi Keindividualan
13.
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang
”, sesuatu yang merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagibagi
(indevide).
(Lysen,
individu
dan
masyarakat:4)
Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan raga yang
dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang
kearah
yang
lebih
baik
dan
lebih
sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah
14.
para pendidik memperhatikan perkembangan kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Setiap anak manusia yang dilahirkan
telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari yang lain, atau
menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor ditanah
belanda,
M.J.
individualitas.
Langeveld
bahwa
(M.J.
setiap
orang
memiliki
Langeveld,1955:54)
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke
sekolah. Aliran ini berpendapat “hendaklah para peserta didik
disuruh menghafal sebanyak-banyaknya”. Dengan kata lain,
pengetahuan memberikan kepuasan dan kebehagian hidup, dengan
semboyan knowledge is power. Pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek
afektif, aspek psikomotorik. Pola pendidikan yang bersifat
demokratis dipandang cocok untuk mendorong bertumbuh dan
berkembangnya potensi individualitas sebagaimana dimaksud. Pola
pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis yang akan
menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan
dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu
dalam mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing
ngarso sungtulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”.
Tujuan utama pendidikan adalah membantu peserta didik
membentuk kepribadiannya, atau menemukan kediriannya sendiri.
2. Dimensi-Kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah
makhluk social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi
dasar dan tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau
menjadi dasar dan tujuan setiap anak dan kelompoknya.
15.
Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada
setiap waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu
hubungan antara dua atau lebih individu manusia dimana tingkah
16.
laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki-tingkah-laku-yang-lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling
membantu, dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi
dengan manusia lain untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi
tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan perkembangan
kepribadiannya.
Dalam
hal
ini,
tugas
pendidikan
ialah
mengembangkan semua potensi social sehingga manusia sebagai
makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri
dengan masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat
mengembangkan
secara
seimbang
aspek-individual-dan-aspek-
sosialnya.
Ahli pendidikan membagi kebutuhan manusia sebagai berikiut:
Maslow mengelompokkan kebutuhan bergantung pada pemuasannya
dan mempunyai tingkatan makna yang tidak sama, dan memiliki
hierarki
tertentu.
Hirarki-kebutuhan-menurut-Maslow:
a.-Kebutuhan-estetis
b.-Kebutuhan-untuk-mengetahui-dan-mengerti
c.-Kebutuhan-untuk-aktualisasi-diri
d.-Kebutuhan-memperolah-penghargaan-orang-lain
e.-Kebutuhan-mendapatkan-kasih-sayang-dan-memiliki
f.-Kebutuhan-rasa-aman
g. Kebutuhan fisiologis
3. Dimensi-Kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang
lebih tinggi. Dalam masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan
yang menyangkut kesusilaan terkait dengan etika dan etiket. Jika
etika dilanggar ada orang lain yang dirugikan. Sedangkan etiket bila
dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain tidak senang.
Masalah kesusilaan maka akan selalu berhubungan erat dengan nilainilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijungjung tinggi oleh
17.
manusia karena mengandung makna kebaikan, keluhuran,
kemulyaan dan sebagainya. Pada hakekatnya manusia memiliki
kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-nilai susila dan
melaksanakannya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan
manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan
nilai-nilai tersebut.
4.
Dimensi-Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious.
Pandangan Martin Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan
dan sekaligus mengandung kemungkinan baik dan jahat” adalah
sesuai dengan pandangan manusia sebagai makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang
akan menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam
dikemukakan “Tiap anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah
yang akan menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi”. Agama
merupakan sandaran vertical bagi manusia. Manusia dapat
memahami
agama
melalui
proses
pendidikan
agama.
Ph.
Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya
menjadi
tugas
orang
tua.
Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukan
pendidikan agama kedalam kurikulum di sekolah, mulai dari SD s/d
PT. disini perlu ditekankan bahwa meskipun pengkajian agama
melalui pelajaran agama ditingkatkan, namun tetap harus disadari
bahwa tekanannya adalah pendidikan agama dan bukan semata-mata
pelajaran agama yang hanya memberikan pengetahuan agama. Jadi
segi-segi afektif harus diutamakan.
18.
19.
20.
T. Pengembangan Nilai untuk pendidikan manusia seutuhnya
U. Pendidikan Manusia Seutuhnya5
ت
ت
ت
ه
هاَ اْل ل ج
واْ أ و
ي تأ ي ي ت
ذي و ت
واْلل ل ه
نأ ت
ست ت ج
جي وب ه و
من ه و
و ه
ل إج ت
م
ذاْدت ت
ماَي ه و
وللر ه
حي جي وك ه و
م لج ت
عاَك ه ه
س و
ت
ت
و
و
ل
ت
و ت
و ه
ه
مور ج
واْ و
قلب ج ج
واْأ ل
ه يت ه
ل ب تي و ت
ن اْل ت
ن اْلل ت
عل ه
ء ت
ح و
م و
ت
ت
ت
خ ت
ن
ه ته و
ه إ جلي و ج
و ت
وأن ل ه
شهر و
ت.
V.
W. Hai orang- orang yang beriman , penuhilah seruan Allah
dan seruan Rasul, apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang
memberi
kehidupan
kepada
kamu,
dan
ketahuilah
bahwa
sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan
sesungguhnya
kepadanyalah
kamu-akan-dikumpulkan.-(Q.S-al-
Anfal-24)6
Bagaimanakah Pendidikan manusia itu seutuhnya? Pertanyaan
ini sangat lazim dilontarkan oleh para mahasiswa, juga para audiens
yang ketika berada didalam ruangan, atau didalam suatu seminar,
yang ditujukan kepada para dosen ataupun kepada para nara
sumber, mungkin juga pertanyaan ini sudah dilontarkan kepada kita
semua, yang mana para penanya mungkin sudah-kita-mampuuntuk-menjawab-pertanyaan-ini.
Secara rasional–filosofis tentang pendidikan yang sudah
berkembang semenjak beberapa abad yang lalu, maka sistem
pendidikan untuk membentuk manusia yang seutuhnya harus
diarahkan kepada dua dimensi, yakni:
X.
1. Dimensi dialektikal horisontal , dan
Y.
2. Dimensi ketundukan vertikal.
Z.
5file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia%20seutuhnya.htm diunggah pada sabtu,
13 April 2009
6 Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per
Kata(Jakarat, Cipta Bagus Segara) hal. 179
AA.
Pada dimensi pertama pendidikan hendaknya dapat
mengembangkan pemahaman tentang kehidupan yang konkret,
yakni kehidupan manusia dalam hubunganya dengan alam ataupun
lingkungan sosialnya. Dalam dimensi inilah manusia dituntut untuk
mampu mengatasi berbagai tantangan dan kendala dunia konkretnya
, melalui pengembangan teknologi dan sains.
BB.
Sedangkan dalam dimensi kedua, yakni ketundukan
vertikal, pendidikan sains dan teknologi, selain menjadi alat untuk
memanfaatkan, dan melestarikan sumber daya alam juga menjadi
jembatan untuk memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam
mencapai hubungan yang hakiki juga abadi dengan sang khalik .
Berarti bagaimanapun pesatnya perkembangan sains dan teknologi
ia harus disertai dengan pendidikan hati.
CC.
Singkatnya, manusia seutuhnya adalah yang menjadi
rahmatan lilàlamin. Yang mempunyai kemampuan cipta, rasa, kan
karsa, atau manusia yang kognitif, efektif, dan konatif-psikomotorik
pada zamanya. Itulah blue print manusia masa depan yang memiliki
zikir, fikir dan amal saleh. Di samping itu ada beberapa causa
pertanyaan yang harus mampu kita menjawabnya, yang mana
dengan causa inilah nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses
pendidikan manusia dalam konteks ruang serta waktu. Causa
pertanyaan itu adalah ¨ 1. Causa eficiens (bagaimana), 2.Causa
formalis (menurut rencana apa), 3. Causa materialis (dengan apa),
dan Causa finalis (untuk apa kita di didik).
DD.
EE. Manusia sepenuhnya sebagai satu konsepsi modern perlu
kita
analisis
menurut
pendangan
sosio-budaya
Indonesia
.Berdasarkan pikiran demikian dapat diuraikan konsepsi manusia
seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian sebagai
berikut:
1. Keutuhan
potensi
subyek
manusia
sebagai
subyek
yang
berkembang. Kepribadian manusia lahir batin ialah satu kebutuhan
FF.
yang utuh antara potensi-potensi hereditas (kabawaan)
dengan factor-faktor lingkungan (pendidikan, tata nilai dan antar
hubungan).
Potensi-manusia-secara-universal-mencakup-tujuan-potensi:
1. potensi jasmaniah, pisik badan dan panca indra yang sehat
(normal)
GG.
2.-potensi-piker-(akal,-rasio,-intelegensi,-intelek)
3.-potensi-rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis moral maupun
perasaan
estetis.
4.-potensi-karsa-(kehendak,-keinginan,-termasuk-prakarsa).
5.-potensi-cipta-(daya-cipta,-kreaktifitas,-khayal-dan-imajenasi).
6.-potensi-karya-(kemauan menghasilkan, kerja, amal, sebagai
tindak
lanjut
1-5)
7.-potensi-budi-nurani-(kesadaran budi, hati-nurani, yang bersifat
superrasional)
HH.
Ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak bawaan
yang
potensial;
artinya
dalam
proses
berkembang
dan
tidak.Perkembangan atau aktualitas itu akan menetukan kualitas
pribadi seseorang.
II. 2. Keutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang
sadar nilai yang menghayati dan yakin-akan-cita-cita-dan-tujuanhidupnya.
Manusia sebagai subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai;
artinya menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai
tertentu, baik secara social (kemasyarakatan dan kenegaraan),maupun-secara-pribadi-(individual).
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku
dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap kehidupan
JJ.
dan nilai-nilai yang ada didalamnya wawasan yang
dimaksud mencakup:
a. Wawasan dunia dan akhirat. Menusia berkeyakinan bahwa
kehidupan didunia akan berakhir dan akan ada kehidupan
diakhirat.
a. Wawasan individualitas dan social, secara keseimbangan.
b. Wawasan individualitas jasmaniah dan rohaniah; memiliki
kesadaran tentang pentingnya kebutuhan jasmaniah dan
rohaniah.
c. Wawasan masa lampau dan masa depan; dengan mengingat
masa lampau bias memberikan kesadaran kesedaran cinta
bangsa dan kemerdekaan serta memiliki motivasi berjuang demi
cita-cita nasional.
KK.
Keempat-wawasan-ini-akan-memberikan-aspirasi-dan-
motivasi-bagi-sikap-dan-tindakan-seseorang
menurut
kadar
kesedaran wawasannya masing-masing.
LL.
Makna Pendidikan Nilai berkaitan dengan masalah baik
pertimbangan moral maupun non-moral tentang suatu objek;
termasuk etika dan estetika. Tujuan pendidikan nilai adalah untuk
membantu siswa mengeksplorasi nilai-nilai yang ada melalui
pengujian yang kritis agar mampu meningkatkan kualitas pikiran
dan perasaan siswa. Pendidikan nilai paling sedikit meliputi empat
dimensi, yaitu identifikasi inti nilai-nilai personal dan sosial;
penemuan filosofis dan rasional tentang inti tersebut; respon afektif
dan emotif terhadap inti tersebut; pembuatan keputusan berkaitan
NN.
dengan inti berdasarkan penemuan dan respon. 7
MM.
Tujuan Pendidikan Manusia Seutuhnya
7 http://sps.upi.edu/v2/
1. Terwujudnya manusia yang berakhlak mulia, cakap, percaya diri,
mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
berguna bagi umat, bangsa dan kemanusiaan
2. Tujuan untuk pendidikan menusia seutuhnya dengan kodrat dan
hakekatnya,
yakni
seluruh
aspek
pembawaannya
seoptimal
mungkin.Adapun aspek pembawaan (potensi manusia) meliputi:
3.
Potensi jasmani (fisiologis dan pancaindra)
4.
Potensi rohaniah (psikologis dan budi nurani)
5.
6.
Secara umum, rumusan tujuan dari proses pendidikan
meliputi:
1. Pendidikan sebagai tranmisi kebudayaan
2. Pendidikan sebagai pengembangan kepribadian
3. Pendidikan sebagai pengembangan akhlaq mulia serta religious
4. Pendidikan
sebagai
pengembangan
warga
Negara
yang
bertanggung jawab
5. Pendidikan sebagai mempersiapkan pekerja-pekerja yang terampil
dan produktif
6. Pendidikan sebagai pengembangan pribadi seutuhnya
7. Pendidikan sebagai proses pembentukan manusia baru
7.
8. Tujuan Khusus8
Menguasai,
pengetahuan
mengembangkan
dan
mengamalkan
ilmu
dan teknologi yang dijiwai oleh nilai
kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika yang bersumber pada
ajaran Islam serta memupuk keIkhlasan, melaksanakan amar
ma’ruf
nahi
munkar
yang
relevan
dengan
kebutuhan
pembangunan bangsa;
8http://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Muhammadiyah_Yogyakarta diunggah pada 17
Juni 2006
Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana,
Pascasarjana dan Profesi yang menghasilkan lulusan yang
memenuhi kebutuhan dunia kerja baik nasional maupun
internasional
Menghasilkan penelitian dan karya Ilmiah yang menjadi
rujukan pada tingkat nasional dan internasional;
Mengembangkan
kehidupan
masyarakat
akademik
yang
ditopang oleh nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, kejujuran, kesungguhan dan tanggap
terhadap perubahan;
Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang dapat
menumbuhkan pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-konstruktif
dan inovatif;
Menyediakan sistem layanan yang memuaskan bagi pemangku
kepentingan/ stakeholders;
Menyediakan sumberdaya dan potensi universitas yang dapat
diakses oleh perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah
swasta, industri, dan masyarakat luas untuk mendukung upayaupaya pengembangan bidang agama Islam, sosial, ekonomi,
politik, hukum, teknologi, kesehatan dan budaya di Indonesia;
Mengembangkan jaringan kerjasama dengan berbagai institusi
nasional maupun internasional untuk memajukan pendidikan,
penelitian, manajemen dan pelayanan;
Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan
moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual
maupun sosial.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Nilai adalah definisikan dengan segala sesuatu yang dilakukan dengan atau
tanpa kesadaran, yang menjadi tolak ukur dalam menghargai suatu perbuatan
manusia.
2. Manusia atau orang dapatdiartikanberbeda-bedadarisegi biologis, rohani,
danistilah kebudayaan,
atausecaracampuran.
Secarabiologis,
manusia
diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia
yang tahu"), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi
otak berkemampuan tinggi.
3. Tujuan Khusus
Menguasai,
mengembangkan
dan
mengamalkan
ilmu
pengetahuan
dan
yang
dijiwai
nilai
teknologi
oleh
kemanusiaan, akhlakul karimah dan etika yang bersumber pada
ajaran Islam serta memupuk keikhlasan, melaksanakan amar
ma’ruf
nahi
munkar
yang
relevan
dengan
kebutuhan
pembangunan bangsa.
Melaksanakan program pendidikan Ahli Madya, Sarjana, Pasca
sarjana
dan Profesi yang menghasilkan lulusan yang
memenuhi kebutuhan dunia kerja baik nasional maupun
internasional.
Menghasilkan penelitian dan karya ilmiah yang menjadi
rujukan pada tingkat nasional dan internasional.
Mengembangkan
kehidupan
masyarakat
akademik
yang
ditopang oleh nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, kejujuran, kesungguhan dan tanggap
terhadap perubahan.
Menciptakan iklim akademik/academic atmosphere yang dapat
menumbuhkan pemikiran-pemikiran terbuka, kritis-konstruktif
dan inovatif.
Menyediakan system layanan yang memuaskan bagi pemangku
kepentingan/ stake holders.
Menyediakan sumber daya dan potensi universitas yang dapat
diakses oleh perguruan tinggi, lembaga-lembaga pemerintah
swasta, industri, dan masyarakat luas untuk mendukung upayaupaya pengembangan bidang agama Islam, sosial, ekonomi,
politik, hukum, teknologi, kesehatan, dan budaya di Indonesia.
Mengembangkan
jaringan
kerjasama
dengan
berbagai
institusinasional maupun internasional untuk memajukan
pendidikan, penelitian, manajemen dan pelayanan.
Menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian dan
moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual
maupun sosial.
SARAN
Dalam penyelenggarakan suatu lembaga pendidikan harus menentukan
tujuan utama yang akan menjadi dasar dan acuan dalam melakukan semua
kegiatan terkait dan berhubungan dengan dunia pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementrian agama RI,At-Thayyib, 2012, Alqur-an Transliterasi Per Kata
dan Terjemah Per Kata( Jakarat, Cipta Bagus Segara)
Muzzaki.Akh,
Kholilah,
2013,
IlmuPendidikan
Islam,
(Surabaya:
Kopertais IV Press)
http://id.wikipedia.org/wiki/Nilai_sosial#Pengertian_Nilai_Menurut_para_
Ahli
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Laila-Nur-file:///F:/nur%20laila%20%20pendidikan%20manusia
%20seutuhnya.htmdiaksespadakamis, 26 Maret 2015, 19.00 wib