HUBUNGAN KONDISI FISIK, AGRESIVITAS DAN KEMAMPUAN TEKNIK DENGAN PENAMPILAN ATLET DALAM PERTANDINGAN KARATE NOMOR KUMITE.

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi merupakan hasil perkembangan kebudayaan manusia yang semakin pesat. Kemajuan globalisasi berlaku secara universal dan menembus berbagai sendi kehidupan manusia menyebabkan terjadinya persaingan berbagai bangsa untuk meraih keunggulan dan pengaruh bangsa-bangsa lainnya. Sebagai konsekuensi logis era persaingan global tersebut, maka peluang untuk menjadi pemenang hanya akan didapatkan oleh negara atau bangsa-bangsa yang memiliki keunggulan dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.

Peluang untuk menjawab tantangan tersebut semakin terbuka lebar apabila keunggulan yang dimiliki oleh suatu bagsa atau negara memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, setiap bangsa perlu melakukan upaya-upaya yang serius untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya agar dapat bersaing dengan bangsa lainnya sehingga dapat menjawab dan menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Di Indonesia upaya-upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif dapat dilihat dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut:


(2)

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sekolah merupakan institusi sebagai penjabaran undang-undang di atas untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Hal ini dapat dipahami karena sekolah mempunyai tujuan dan perencanaan yang jelas, dengan adanya kurikulum, metode, media pendidikan dan lain-lain. Di sekolah, siswa dituntut untuk menguasai berbagai kemampuan atau kompetensi, baik yang berhubungan dengan mata pelajaran, maupun yang berhubungan dengan pengembangan diri pribadi, dan sosial. Agar siswa dapat mencapai perkembangan yang optimal, diperlukan layanan yang optimal pula dari setiap unsur pendidikan di sekolah (Supriatna, 2009: 1).

Dengan mengacu pada Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3, sekolah sebagai salah satu pelaksana penjabaran Undang-undang tersebut, maka peran dan tanggung jawab guru sebagai komponen sekolah sangat menentukan keberhasilan mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Pencapaian tujuan pendidikan akan efektif jika ada kerjasama yang harmonis antara tiga unsur pokok dalam pendidikan yakni;


(3)

leadership, kurikulum dan layanan bantuan terhadap siswa (bimbingan dan konseling). Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan Bimbingan dan Konseling dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa dalam menentukan karier di masa mendatang. Tanpa petunjuk dan arahan dari guru bimbingan dan konseling siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki.

Perkembangan teknologi adalah salah satu bagian dari megatrend dunia yang mentransformasi kehidupan manusia, dengan bagian yang lainnya yaitu: 1) masyarakat industri menuju masyarakat informasi (industrial society to information society); 2) teknologi yang dipaksakan menuju teknologi tingkat tinggi (forced technology to high technology/ high touch); 3) ekonomi nasional menuju ekonomi dunia (national economy to world economy): 4) jangka pendek menuju jangka panjang (short term to long term); 5) sentralisasi menuju desentralisasi (centralization to decentralization); 6) bantuan melalui lembaga menuju bantuan melalui diri sendiri (institutional help to self-help); 7) demokrasi representatif menuju demokrasi partisipatif (representative democracy to participatory democracy); 8) hirarki menuju jaringan (hierarchies to networking); 9) utara menuju selatan (north to south); dan 10) satu atau dua pilihan menuju berbagai pilihan (either/ or to multiple option).

Dalam konteks global, bimbingan konseling telah mengalami

perkembangan dalam berbagai aspek dan dimensinya sebagai reaksi adaptasi terhadap berbagai perkembangan dan tuntutan global. Globalisasi ditandai dengan perubahan yang berlangsung dengan cepat terutama didorong oleh


(4)

kepesatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyempitan ruang, penyempitan waktu, dan hilangnya batas-batas memuat hubungan antarmanusia sebelum menjadi lebih dalam, lebih intensif, dan lebih segera dibandingkan dengan masa sebelumnya. Kondisi itu mendorong perkembangan konseling dengan trend tertentu dalam konsep, operasi, dan profesi. Beberapa kecenderungan konseling antara lain: cyber counseling, multicultural counseling.

Hal di atas sesuai dengan pendapat Kenneth B. Hoyt dan Pat Nellor Wickwire (2001) yang menyatakan bahwa “era layanan informasi pengetahuan mencerminkan berbagai perubahan yang saling terkait dalam aspek sosial, ekonomi, pemerintahan, karir, pendidikan, pekerjaan, dan sistem hidup lainnya”.

Dengan demikian konseli dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet.

Bimbingan dan Konseling melalui internet lebih dikenal dengan cybercounseling atau konseling maya atau dikenal dengan berbagai istilah yaitu e-mail, therapy, online therapy, webcounseling atau disebut juga elektronik counseling. Cybercounseling merupakan suatu paradigma baru dalam konseling yang dilakukan dengan menggunakan internet.

Lahirnya cybercounselig/e-counseling menempatkan profesi bimbingan dan konseling ke dalam layanan yang langsung bebas dan terbuka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo Kartadinata, (2001: 2) yang mengungkapkan bahwa :

Tantangan yang muncul dari posisi semacam itu ialah dihadapkannya layanan bimbingan dan konseling ke dalam diversifikasi kebutuhan bimbingan dan konseling yang semakin lebar, target populasi layanan


(5)

perkembangan dalam konteks atau sistem untuk jangka panjang, strategi intervensi akan banyak bernuansa teknologi, dan lingkup layanan menjadi semakin luas dan beragam.

Kegiatan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien diperharuhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya kemampuan (skill) konselor profesional, fasilitas yang memadai, teknik yang tepat dalam menangani kasus dan interaksi antara konselor dengan konseli. Selanjutnya Gerald Corey (1995 : 38) menyatakan bahwa :

Keterampilan konselor yang efektif adalah mereka mampu menggunakan gaya konseling yang luas yang sesuai dengan sistem nilai dari kelompok minoritas yang berbeda; dapat memodifikasi dan mengadaptasi pendekatan konvensional pada konseling dan psikoterapi untuk bisa mengakomodasi perbedaan-perbedaan kultural; mampu menyampaikan dan menerima pesan baik verbal maupun non verbal secara akurat dan sesuai; mampu melakukan intervensi “di luar dinas” apabila perlu dengan berasumsi pada peranan sebagai konsultan dan agen perubahan. Layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan di sekolah maupun di luar sekolah pada saat ini tidak hanya dilakukan secara face to face saja tetapi seiring pesatnya perkembangan teknologi semakin membuka peluang kepada konselor untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling secara profesional. Tujuan utama konseling hakekatnya membantu setiap konseli dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur efektivitas layanan konseling adanya perubahan perilaku, kesehatan mental yang positif, pemecahan masalah, keefektifan personal, dan pengambilan keputusan (Moh. Surya, 1988:98-102).

Adapun layanan konseling secara tidak langsung antara lain dapat dilakukan melalui media telepon, surat, SMS, radio, dan internet. Salah satu layanan komunikasi melalui internet adalah e-mail atau electronic-mail yang


(6)

memiliki kelebihan dalam pengiriman pesan secara cepat dan efisien, selain itu mampu menyertakan file pada e-mail yang dikirimkan, sebagai attachment lampiran. Ini berarti yang dikirimkan oleh e-mail bukan hanya tulisan, tetapi bisa juga suara, gambar, bahkan gambar bergerak.

Fenomena maraknya perkembangan dunia internet dengan berbagai dampaknya sampai kepada layanan e-counseling sangatlah menarik untuk dikaji lebih lanjut. Mengingat semakin meluasnya layanan bimbingan dan konseling.

American Counseling Association (ACA) dan National Board for Certified Counselor (NBCC) memimpikan peningkatan teknologi dalam konseling yang dapat menyerap populasi secara umum dan area yang lebih luas. Cybercounseling atau webcounseling atau e-counseling adalah jawaban dari impian itu (Bloom, 1997; Lee, 1998; Bloom & Walz, 2004:20). Webcouseling semakin menantang para praktisi bimbingan dan konseling untuk terus mengikuti perkembangan informasi melalui internet. Sasaran layanan pun dapat beragam kasus dari berbagai jenis jenjang pendidikan. Webcounseling dapat melampaui batas-batas geografis sebagai hambatan dalam pembelajaran.

Konsultasi online bukan merupakan psikoterapi (Yulianti, 2004:58). Tetapi sesungguhnya mempunyai peran yang sama seperti terapi itu sendiri. Banyak pertanyaan untuk membandingkan antara konseling online dengan konseling konvensional. Isu-isu yang berkaitan di antaranya menyangkut efektivitas, etika, hubungan antara konseli dan konselor serta komunikasi nonverbal dalam mikro bimbingan dan konseling.


(7)

Tidak semua orang bisa atau menyenangi menjalin hubungan tanpa bertemu langsung. Bagi orang seperti ini diperlukan kerja keras. Perbedaan itu bukan untuk dipermasalahkan, tetapi harus disingkapi. Itu sudah menjadi suatu yang alami untuk menyelidiki inovasi terbaru.

Berdasarkan penelitian (Hughes, 1999; Kraut dkk., 1998; Sanders, Field, Diego, & Kaplan, 2000; Weitzman, 20001; Young & Rogers, 1998), remaja yang sering menggunakan Internet kemungkinan akan merasa tertekan atau terasing secara sosial. Banyak remaja malah akan mencari treatment untuk masalah kesehatan psikis seperti depresi dan kecemasan dan kemungkinan punya niat bunuh diri.

Dunia cyber yang diwadahi website bukan merupakan kebutuhan lagi, melainkan sudah menjadi sebuah tuntutan. Penggunaan internet dalam jasa pemberian bantuan ditunjukkan dengan survei terhadap 83 situs yang menyediakan jenis layanan konseling online, hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut (Keller & Goodman, 2004:140).

Tabel 1.1

Penggunaan Situs dalam Layanan Konseling

Jenis Media yang digunakan Jumlah Prosentase (%)

E-mail based 65 78

Text-chat 47 57

Telephone 39 47

Video-Conference 10 12

Group Text-chat 7 8

Online Assessment Materials 7 8

Snail Mail Services 5 6

Bulletin Boards 4 5

Online Audio-Conferecing 2 2


(8)

Berdasarkan pada tabel 1.1, e-mail based dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif sekaligus sebagai tantangan bagi konselor yang ingin meningkatkan kompetensinya di bidang teknologi. Selain itu media ini juga dapat dimanfaatkan di tengah kesibukan antara konselor dan konseli.

Sementara itu Adi Onggoboyo (2004) menunjukkan bahwa 27,48 % dari 211 weblog berisi mengenai curhat pribadi, 21,23 % adalah renungan atau refleksi, dan ide-ide pemikiran 14,69 %. Hal ini juga dikuatkan dengan survey yang dilakukan Oktave.or.id yang mendapatkan 52,46 % dari 122 bloger memilih menulis untuk curhat atau diary (Manungkarjono, 2005).

Mengikuti perkembangan abad 21, konselor dituntut untuk memiliki kesiapan menghadapi layanan bimbingan dan konseling online. Wilayah geografis tidak lagi menjadi pembatas yang menghambat proses bimbingan dan konseling. Saat ini internet menjadi peluang pengembangan profesionalisme konselor untuk memiliki kesiapan yang lebih diterima dalam diseminasi konseling yang berhubungan dengan informasi umum. (Gutterman , Kirk, 1999; Bloom & Walz, 2004: 20.

Berdasarkan hasil kajian American Counseling Associations (ACA) dan National Board for Certified Counselor (NBCC) telah dirumuskan kode etik untuk penggunaan layanan bimbingan konseling melalui internet. Walaupun hal ini belum terwujud berstantar internasional. Jenis layanan bimbingan dan konseling online bisa berupa weblog, video conference, chat-room, dan e-mail. Khusus untuk layanan e-mail dapat digunakan sebagai media alternatif bimbingan


(9)

dan konseling. Sebagai ukuran semua itu berbentuk tulisan yang perannya disejajarkan dengan konseling lain. (Yulianti, 2004). Bahkan dapat ditegaskan secara prinsipil layanan bimbingan dan konseling online bisa dipersamakan dengan layanan di dunia nyata, berdasarkan segi etika, kerahasian, dan fungsinya. Akan tetapi masing-masing media webconseling itu, mempunyai kelemahan dan keunggulan. Secara umum kelebihan layanan bimbingan konseling online adalah memberikan manfaat terhadap siswa yang senang menulis dan enggan berhubungan secara langsung dengan guru pembimbing (konselor). Konseling menulis juga bisa meningkatan kepecayaan terhadap konselor.

Upaya peningkatan kualitas konselor harus dibarengi dengan peningkatan kemampuan siswa dalam membantu menyelesaikan masalahnya sendiri. Salah satunya memilih dan membuat keputusan untuk mencapai tujuan. Hal itu sesuai dengan tujuan bimbingan dan konseling di SMA. Pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMA secara resmi sudah lama diterima keberadaannya, namun implementasi dan implikasi bimbingan dan konseling di sekolah-sekolah masih belum sesuai dengan harapan siswa. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di SMA memerlukan pendekatan-pendekatan yang lebih inovatif dan variatif di dalam merancang program bimbingan dan konseling di sekolah.

Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 3 Bandung salah satu programnya menyelengarakan layanan konseling melalui web bagi konseli yang ingin memecahkan masalahnya tanpa harus bertemu langsung dengan konselor. Karena alasan malu, kesempatan waktu yang terbatas, ruangan yang kurang tepat


(10)

untuk berkonsultasi, dan tidak terbuka dalam mengungkapkan masalah yang sebenarnya.

Secara umum posisi konselor berdasarkan Permen No. 39 Tahun 2009, PP 74 pasal 52 Tahun 2008, dan Petunjuk Dirjen PMPTK bahwa tugas guru Bimbingan dan Konseling (1) paling sedikit memenuhi 150 orang siswa (24 jam) dan paling banyak 250 siswa (40 jam) dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan pendidikan. Dalam sistem pendidikan Indonesia, konselor di sekolah menengah mendapat peran dan posisi/tempat yang jelas. Peran konselor, sebagai salah satu komponen student support services, adalah men-support perkembangan aspek-aspek pribadi, sosial, karier dan akademik peserta didik, melalui pengembangan menu program bimbingan dan konseling pembantuan kepada peserta didik dalam individual student planning, pemberian pelayanan responsive, dan pengembangan system support. Pada jenjang ini, konselor menjalankan semua fungsi bimbingan dan konseling. Setiap sekolah menengah idealnya diangkat konselor dengan perbandingan 1 : 100. Kenyataan di lapangan seorang konselor dibebani tugas membimbing siswa lebih dari 150 orang. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan upaya-upaya layanan bimbingan dan konseling berbasis web. Maka sejak tahun 2004 muncul kebijakan program sekolah tentang pelayanan administrasi berbasis IT dengan nama Sistem Informasi Sekolah (SISKA). Bimbingan dan konseling sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan tersebut telah melakukan formulasi pelayanan konseling berbasis IT. Tetapi, dalam pelaksanaanya tidak lancar karena masih terdapat kendala-kendala baik teknis maupun non-teknis di lapangan. Sehingga hasilnya


(11)

belum optimal. Hal lain juga adanya keterbatasan kemampuan konselor dalam bidang IT yang belum merata. Upaya lain yang dilakukan peneliti mulai tahun 2008 peneliti mengembangkan bentuk pelayanan konsultasi dengan siswa melalui e-mail pribadi. Pada tahun 2009 upaya optimalisasi pelayanan konsultasi berbasis IT dimaksimalkan khusunya memperlancar bentuk pelayanan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan kebijakan sekolah yang memaksimalkan sarana dan prasarana untuk mendukung pada program sekolah berbasis IT. Tetapi, di sekolah belum bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa, terutama adanya hambatan komunikasi antara pihak EDP (Engineering Development Program) SMA Negeri 3 tentang jaringan Sistem Informasi Sekolah (SISKA).

Dengan demikian hambatan-hambatan tersebut menjadi sebuah tantangan untuk melaksanakan program bimbigan konseling berbasis web. Selain itu sarana yang tersedia di SMA Negeri 3 Bandung mendukung terlaksananya bimbingan konseling berbasis web yakni memberikan layanan secara online dan dengan menggunakan e-mail. Pelayanan ini dapat digunakan dengan mempergunakan fasilitas hotspot atau wi-fi yang telah disediakan pihak sekolah.

Dari analisis kebutuhan dan hasil penelitian menggambarkan perlunya sebuah layanan bimbingan konseling dengan menggunakan media web sebagai alternatif pemberian layanan kepada seluruh siswa. Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 3 Bandung juga sering menerima keluhan-keluhan dari pihak orang tua, maupun dari stakeholder lainnya seperti anggota masyarakat yang meminta informasi tentang situasi dan kondisi para siswanya. Oleh karena itu


(12)

webcounseling sangatlah diperlukan, karena melalui webcounseling kendala-kendala di atas dapat diatasi.

Berdasarkan permasalahan dan bahasan yang dikemukakan di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengetahui gambaran lebih lanjut tentang layanan konseling dengan menggunakan web. Dalam hal ini peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul : PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING BERBASIS WEB DI SMA NEGERI 3 BANDUNG

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang, secara umum masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah model bimbingan dan konseling berbasis web bagi siswa SMA Negeri 3 Bandung?” Secara operasional, masalah penelitian ini dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran kebutuhan siswa akan layanan bimbingan dan

konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung?

2. Bagaimana gambaran pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling

berbasis web yang sedang berjalan di SMA Negeri 3 Bandung?

3. Bagaimana kesenjangan antara model faktual dengan model ideal dalam layanan bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung?


(13)

4. Seperti apakah model layanan bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung yang diprediksi cocok dengan kondisi objektif sekolah dan harapan siswa?

5. Bagaimana visibilitas model hipotetik layanan bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung menurut pakar Bimbingan Konseling?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk Mengembangkan Model Bimbingan Konseling Berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung. Untuk mencapai tujuan umum tersebut dapat ditempuh melalui tujuan-tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mendapatkan gambaran mengenai kebutuhan siswa akan layanan

Bimbingan dan Konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung.

2. Memperoleh gambaran pelaksanaan yang sedang berjalan tentang layanan

Bimbingan dan Konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung. 3. Memperoleh gambaran adanya kesenjangan antara model faktual dengan

model ideal tentang layanan Bimbingan dan Konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung.

4. Terbentuknya model layanan Bimbingan dan Konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung yang cocok dengan kondisi objektif sekolah dan harapan siswa.


(14)

5. Mendapat gambaran tentang fisibilitas model hipotetik layanan Bimbingan dan Konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung.

D. Asumsi Penelitian

Penelitian tentang pengembangan model bimbingan dan konseling berbasis web ini dilandasi oleh asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Siswa SMAN 3 Bandung telah memiliki kebiasaan berinternet, hal ini merupakan sebuah komoditas yang dapat mendorong kreativitas dan inovasi pendidikan agar dapat diimplementasikan (Hanry, 2009).

2. Bimbingan dan konseling perkembangan di Sekolah Menengah Atas

didasarkan pada kebutuhan dan masalah siswa di lapangan, model bimbingan aktual di lapangan, dan model bimbingan yang bersifat pengembangan dan komprehensif (developmental and comprehensive guidance model) dari Norman C. Gysbers (1988).

3. Bimbingan dan konseling abad 21 akan sangat diwarnai oleh teknologi canggih yang disebut dengan internet (Lia Yulianti, 2004).

4. E-mail konseling merupakan salah satu aplikasi dari webcounseling atau konseling berbasis web. Hal ini dapat menjadi peluang untuk dikembangkan sebagai media layanan bimbingan dan konseling.


(15)

E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini sangat bermanfaat untuk pengembangan wawasan mengenai model bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung. Secara umum, diharapkan adanya perluasan mengenai wawasan webcounseling.

2. Praktis

a. Bagi sekolah memberikan masukan mengenai pengembangan media

layanan bimbingan dan konseling

b. Bagi guru bimbingan dan konseling, menambah wawasan dan

keterampilan untuk memakai alternatif layanan konseling pada siswa.

c. Bagi siswa, memberikan layanan (tempat curhat) yang aman, nyaman dan


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan secara jelas suatu gejala dan kejadian yang terjadi saat sekarang, yang berarti memfokuskan pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilakukan. Melalui metode ini diharapkan dapat mendeskripsikan suatu gejala yang terjadi pada saat itu. Dengan menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan, hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan produk berupa Model Bimbingan Konseling Berbasis Web Di SMA Negeri 3 Bandung. Berdasarkan metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan, maka prosedur yang dapat ditempuh meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Need assesment

Melakukan analisis kebutuhan di SMA Negeri 3 Bandung untuk mengidentifikasi kebutuhan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling siswa, serta potensi yang dimiliki oleh sekolah yang mendukung dalam pengembangan model bimbingan dan konseling berbasis web.


(17)

Mempersiapkan dan mengkaji berbagai referensi seperti: buku, brosur, dan hasil penelitian terdahulu, serta referensi lainnya yang menunjang dan berkaitan dengan permasalahan penelitian yaitu mengenai pengembangan model bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung.

2. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber yaitu guru pembimbing/ konselor, pakar IT, siswa dengan menggunakan pedoman wawancara, angket yang telah disusun dan dokumen lainnya yang tersedia guna mendalami fokus penelitian yang diperlukan

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data/informasi tentang program bimbingan dan konseling disusun oleh guru pembimbing/konselor kemudian dipelajari dan dikaji oleh peneliti. Sedangkan data tentang kebutuhan siswa dilakukan oleh pengolahan dan analisis untuk mengetahui kebutuhan siswa yang dapat diterapkan dalam model bimbingan dan konseling berbasis web.

4. Tahap Merancang, Validasi, dan Revisi Model

a. Merancang model bimbingan dan konseling berbasis web berdasarkan kajian teoretis, hasil penelitian terdahulu, dan hasil pengolahan data.

b. Validasi model bimbingan dan konseling berbasis web oleh para pakar Bimbingam Konseling, sehingga model tersebut memiliki validitas yang memadai untuk diujicobakan kepada para siswa.


(18)

c. Merevisi hasil validasi model bimbingan dan konseling berbasis web atas dasar saran dan penyempurnaan dari para konselor dan ahli.

5. Tahap Uji Terbatas

Pada tahap ini pengembangan model bimbingan dan konseling berbasis web dilakukan uji coba terbatas terhadap siswa untuk mengevaluasi sejauh mana keefektifan dan kebermanfaatan model bimbingan dan konseling berbasis web tersebut untuk kepentingan siswa.

6. Tahap Revisi

Pada tahap terakhir dalam penelitian ini dilakukan revisi bilamana model bimbingan dan konseling berbasis web yang diuji cobakan diperlukan perbaikan, baik terhadap konten maupun strategi pelaksanaanya.

Dari penjelasan mengenai tahapan penelitian di atas maka, didapat alur penelitian sebagai berikut.

Bagan 3.1

7ENDAHULUAN 7ERENCANAAN 7ELAKSANAAN HASIL

Studi 7ustaka

7enyusunan Model Bimbingan

Konseling Berbasis web

Uji Kelayakan Oleh 7akar

Revisi

Uji coba terbatas

Revisi Model


(19)

B. Definisi Operasional 1. Bimbingan Konseling

Bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya (Natawijaya, 1993). Hal ini juga berarti serangkaian bimbingan secara bertanggung jawab dalam memfasilitasi perkembangan siswa pada semua aspek kehidupannya, sehingga mereka dapat memfungsikan dan memerankan perannya dengan efektif selama siklus kehidupannya berlangsung, terutama menjamin eksistensi dirinya sebagai individu dan atau sebagai anggota masyarakat yang bermartabat.

2. Webcounseling

Istilah webcounseling atau cybercounseling merupakan praktek konseling profesional dan proses pemberian informasi yang terjadi ketika konselor dan klien terpisah oleh jarak dan lokasi yang cukup jauh, yang prosesnya menggunakan peralatan elektronik untuk berkomunikasi seperti internet (definisi ini hanya berlaku untuk penggunaan halaman web dan e-mail tidak termasuk penggunaan telpon dan fax).

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian pelayanan bimbingan dan konseling berbasis web yakni suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan supaya


(20)

individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya, melalui media atau situs yang di dalamnya terdapat sarana chat, pengiriman email, baik itu mengenai berbagai hal atau permasalahan yang ingin dikonsultasikan.

3. E-mail

Salah satu layanan komunikasi melalui internet adalah email, atau electronic-mail. Yang kita lakukan bila kita berkomunikasi menggunakan email adalah mengetikkan pesan yang akan kita kirim pada program komputer yang dikhususkan untuk keperluan ini (email clinet), seperti Outlook Express, Netscape Communicator, Eudora, Pegasus, dan lain-lain. Kemudian pesan yang telah disusun kita kirimkan, setelah sebelumnya kita menghubungkan komputer kita dengan internet. Biasanya bersamaan dengan mengirim, kita juga sekaligus mengecek apakah ada pesan yang ditujukan ke alamat kita. Setelah itu kita bisa memutuskan hubungan dengan internet. Bila kita telah terampil mengoperasikan program email yang digunakan, proses tadi dapat berlangsung sangat cepat. Alhasil kita dapat melakukan penghematan pulsa telepon.

Electronic mail (email) atau surat elektronik adalah layanan yang memungkinkan pengiriman dan penerimaan surat dengan menggunakan komputer (Jaryana S, 1998). Seperti surat biasa, email yang dikirim akan ditampung dalam mailbox si penerima.


(21)

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian yaitu di SMA Negeri 3 Bandung Provinsi Jawa Barat. Adapun subjek penelitian yang dimaksud adalah siswa, guru BK dan staf sekolah (Kepala Sekolah, WMM) SMA Negeri 3 Bandung. Siswa yang menjadi populasi adalah siswa kelas X dan XI sebanyak 150 siswa sedangkan yang dijadikan sebagai sampel penelitian hanya 30 responden. Pertimbangan pemilihan subjek penelitian adalah pada saat dilaksanakan studi lapangan didapat bahwa siswa SMA Negeri 3 Bandung telah memiliki kebiasaan menggunakan internet dan membutuhkan alternatif pelayanan bimbingan konseling yang lebih nyaman dan dapat menjaga privasi.

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

NO Responden Jumlah

1 Siswa (kelas X dan XI) 30

2 Kepala Sekolah 1

3 WMM (Wakil Manajemen Mutu) 1

4 Guru Pembimbing 5

Jumlah 37

D. Teknik Penyusunan dan Pengolahan Data 1. Data Pendukung

Alat pengumpul data yang dikembangkan dalam penelitian ini didasarkan kepada jenis data yang diperlukan, yang meliputi: a) untuk mengidentifikasi kebutuhan yang dirasakan siswa menggunakan angket yang disusun oleh peneliti, b) pedoman wawancara untuk mengungkap data tentang harapan dan kenyataan, serta faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan layanan bimbingan dan


(22)

konseling berbasis web, c) melakukan studi dokumentasi dan membuat protoype model bimbingan berbasis web.

Data yang terkumpul kemudian diolah menurut prosedur kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan teknik statistik sesuai dengan jenis data yang ada.

2. Pelaksanaan dan pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dua tahap, pertama pengumpulan data kebutuhan siswa menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh peneliti. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 23, 24 dan 25 Juni 2010 untuk kelas X sebanyak 65 responden dan kelas XI RSBI 32 responden, kelas XI Akselerasi 19 responden dan kelas XI 34 responden. Selanjutnya dilakukakan wawancara pada tanggal 26 Juni 2010 kepada Kepala Sekolah, WMM dan untuk wawancara kepada guru pembimbing dilaksanakan pada tanggal 29 Juni 2010, untuk memperoleh data sesuai dengan permasalahannya, juga dilakukan studi dokumentasi sesuai dengan kebutuhan.

3. Instrumen penelitian

Ada dua kelompok data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu; a) data tentang kebutuhan yang dirasakan oleh siswa, b) data tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berbasis web antara harapan dan kenyataan.

Instrumen kebutuhan yang dirasakan oleh siswa, dikembangkan oleh peneliti, dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:


(23)

a. Menyusun kisi-kisi

Kisi-kisi yang disusun berkaitan dengan variabel kebutuhan siswa terdiri atas lima aspek yaitu: kebiasaan siswa di bidang IT, kondisi siswa di bidang bimbingan belajar, kondisi siswa di bidang bimbingan pribadi dan sosial, ke siswa di bidang karir dan kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling berbasis web. Kelima aspek tersebut diuraikan ke dalam beberapa indikator.

b. Merumuskan butir-butir pernyataan

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun tersebut, maka instrument pengumpul data kebutuhan siswa ini diwujudkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan kuisioner, dengan responden siswa SMA Negeri 3 Bandung. (kisi-kisi dan penjabaran angket kebutuhan yang dirasakan oleh siswa disajikan dalam lampiran)

c. Menimbang butir-butir pernyataan instrumen

Rumusan butir-butir pernyataan instrumen kemudian di-judge oleh dua orang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling, yaitu; Syamsu Yusuf LN, dan Juntika Nurihsan, untuk melihat validitas isi (content validity) dari pernyataan yang disusun. Setiap penimbang memberikan penilaiannya baik mengenai isi maupun redaksinya. Kemudian menilai apakah setiap pernyataan telah menggambarkan aspek-aspek yang hendak diukur sesuai dengan kisi-kisi. Dari beberapa pernyataan yang disusun ada beberapa yang harus direvisi, kemudian diperbaiki sesuai dengan saran penimbang.


(24)

E. Analisis Data

Ada dua kelompok data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu; a) data tentang kebutuhan yang dirasakan oleh siswa, b) data tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berbasis web antara harapan dan kenyataan. Data

pertama menggunakan analisis kualitatif dalam mendeskripsikan dan

memaknainya. Ini disebabkan data bersifat naratif, teknik yang digunakan untuk menganalisis data naratif adalah analisi isi (content analysis). Analisis ini merupakan teknik untuk mereduksi naratif yang kompleks menjadi rumusan yang lebih sederhana.

Data kedua menggunakan analisis kualitatif dalam menghitung kemunculan persentasi dari masing-masing aspek, indikator dan item kebutuhan yang dirasakan siswa. Selanjutnya, digunakan prosedur kualitatif untuk memaknai dan mendiskripsikan temuan data kebutuhan yang dirasakan siswa.

Berdasarkan analisis dari kedua jenis data tersebut, dirumuskan model hipotetik layanan bimbingan dan konseling berbasis web sesuai dengan kebutuhan siswa. Selanjutnya, diadakan uji validasi melalui kegiatan diskusi fokus. Berdasarkan masukan-masukan melalui diskusi fokus, dirumuskan model akhir layanan bimbingan dan konseling berbasis web SMA Negeri 3 Bandung.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebutuhan siswa SMA Negeri 3 Bandung terhadap penggunaan information technology atau IT sangat tinggi. Hal ini berdampak pada pelayanan bimbingan dan konseling harus mampu mengisi kebutuhan siswa, sehingga sudah tepat bila pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling mulai memperhatikan penggunaan web sebagai media dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

2. Kebiasaan guru bimbingan dan konseling dalam memanfaatkan media

internet sebagai upaya dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling berbasis web sebanyak empat orang, tiga orang tidak melaksanakan. Jenis layanan yang diberikan mengacu pada kurikulum bimbingan dan konseling komprehensif (layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem). Secara umum hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan menyangkut aspek

waktu, keterbatasan kemampuan guru bimbingan dan konseling

menggunakan IT dan terlalu banyaknya kegiatan di sekolah.

3. Gambaran kondisi model bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung belum ideal. Hal ini disebabkan baru terdapat delapan


(26)

komponen yang telah dilaksanakan dari keseluruhan 45 komponen yang harus ada, diantaranya mengkaji kebutuhan konseli dan individu, mengkaji penilaian, informasi dan sumber pembelajaran terkini yang tersedia, mengidentifikasi kebutuhan konseli dan individu yang secara efektif dipenuhi oleh sumber layanan, mengkaji konten dan fitur unggulan dari website, mengkaji contoh website yang memiliki fitur beragam, mengadakan tes layak guna, mengkaji sumber dan layanan terkini yang disediakan bagi konseli, serta mengobservasi dan mewawancarai pengguna percobaan untuk mengidentifikasi keunggulan dan hambatan dalam desain dan integrasi website.

4. Model bimbingan dan konseling berbasis web yang sesuai dengan kondisi objektif siswa SMA Negeri 3 Bandung mencakup tingkat kebutuhan yang paling tinggi atau yang sangat diperlukan diantaranya: informasi mengenai cara belajar efektif, informasi mengenai cara meningkatkan motivasi dalam belajar, informasi mengenai sistem kredit semester di sekolah, informasi mengenai cara mengelola waktu, informasi mengenai perguruan tinggi, informasi mengenai beasiswa, informasi mengenai penjurusan di sekolah dan informasi mengenai strategi jitu lolos SMNPTN. Berdasarkan analisis kebutuhan ini, maka materi yang masuk pada ketegori dengan tingkat kebutuhan yang tinggi diprioritaskan untuk dimasukkan ke dalam layanan dasar berbasis web.

5. Penimbangan para pakar serta ahli bimbingan dan konseling terhadap model


(27)

bimbingan dan konseling berbasis web memungkinkan untuk dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bandung. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada 30 siswa, bahwa layanan bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung layak dilaksanakan. Layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan berupa konsultasi melalui email ternyata dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa tersebut.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.

1. Sekolah

Sekolah diharapkan dapat memberi dukungan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling berbasis web diantaranya dengan menjadikan bimbingan dan konseling berbasis web setara dengan kebutuhan lainnya.

2. Guru Bimbingan dan Konseling

Secara umum kebutuhan siswa akan teknologi informasi memperlihatkan kebutuhan yang tinggi. Dengan demikian, pelaksanaan bimbingan dan konseling berbasis web dipandang sesuai untuk diterapkan. Oleh sebab itu, guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 3 Bandung disarankan untuk tetap melanjutkan model bimbingan dan konseling berbasis web dengan meluaskan jaringan kepada seluruh siswa serta mengembangkan tampilan secara berkala dan meningkatkan keterampilan dalam bidang IT.


(28)

3. Siswa

Siswa diharapkan benar-benar memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling berbasis web ini dalam menyelesaikan berbagai permasalahan siswa. Bila sebelum munculnya layanan bimbingan dan konseling berbasis web ini siswa kesulitan untuk melakukan konseling secara langsung karena malu dan keterbatasan waktu. Maka, diharapkan dengan adanya layanan bimbingan dan konseling berbasis web ini siswa dapat dengan leluasa mengkonsultasikan/ mendiskusikan berbagai permasalahannya.

4. Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan uji efektivitas layanan bimbingan dan konseling berbasis web berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan.

b. Melakukan kajian lebih lanjut mengenai penerapan komponen ideal dalam


(1)

a. Menyusun kisi-kisi

Kisi-kisi yang disusun berkaitan dengan variabel kebutuhan siswa terdiri atas lima aspek yaitu: kebiasaan siswa di bidang IT, kondisi siswa di bidang bimbingan belajar, kondisi siswa di bidang bimbingan pribadi dan sosial, ke siswa di bidang karir dan kebutuhan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling berbasis web. Kelima aspek tersebut diuraikan ke dalam beberapa indikator.

b. Merumuskan butir-butir pernyataan

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun tersebut, maka instrument pengumpul data kebutuhan siswa ini diwujudkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan kuisioner, dengan responden siswa SMA Negeri 3 Bandung. (kisi-kisi dan penjabaran angket kebutuhan yang dirasakan oleh siswa disajikan dalam lampiran)

c. Menimbang butir-butir pernyataan instrumen

Rumusan butir-butir pernyataan instrumen kemudian di-judge oleh dua orang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling, yaitu; Syamsu Yusuf LN, dan Juntika Nurihsan, untuk melihat validitas isi (content validity) dari pernyataan yang disusun. Setiap penimbang memberikan penilaiannya baik mengenai isi maupun redaksinya. Kemudian menilai apakah setiap pernyataan telah menggambarkan aspek-aspek yang hendak diukur sesuai dengan kisi-kisi. Dari beberapa pernyataan yang disusun ada beberapa yang harus direvisi, kemudian diperbaiki sesuai dengan saran penimbang.


(2)

d3

E. Analisis Data

Ada dua kelompok data yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu; a) data tentang kebutuhan yang dirasakan oleh siswa, b) data tentang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling berbasis web antara harapan dan kenyataan. Data pertama menggunakan analisis kualitatif dalam mendeskripsikan dan memaknainya. Ini disebabkan data bersifat naratif, teknik yang digunakan untuk menganalisis data naratif adalah analisi isi (content analysis). Analisis ini merupakan teknik untuk mereduksi naratif yang kompleks menjadi rumusan yang lebih sederhana.

Data kedua menggunakan analisis kualitatif dalam menghitung kemunculan persentasi dari masing-masing aspek, indikator dan item kebutuhan yang dirasakan siswa. Selanjutnya, digunakan prosedur kualitatif untuk memaknai dan mendiskripsikan temuan data kebutuhan yang dirasakan siswa.

Berdasarkan analisis dari kedua jenis data tersebut, dirumuskan model hipotetik layanan bimbingan dan konseling berbasis web sesuai dengan kebutuhan siswa. Selanjutnya, diadakan uji validasi melalui kegiatan diskusi fokus. Berdasarkan masukan-masukan melalui diskusi fokus, dirumuskan model akhir layanan bimbingan dan konseling berbasis web SMA Negeri 3 Bandung.


(3)

131 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebutuhan siswa SMA Negeri 3 Bandung terhadap penggunaan information technology atau IT sangat tinggi. Hal ini berdampak pada pelayanan bimbingan dan konseling harus mampu mengisi kebutuhan siswa, sehingga sudah tepat bila pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling mulai memperhatikan penggunaan web sebagai media dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

2. Kebiasaan guru bimbingan dan konseling dalam memanfaatkan media internet sebagai upaya dalam melaksanakan pelayanan bimbingan dan konseling berbasis web sebanyak empat orang, tiga orang tidak melaksanakan. Jenis layanan yang diberikan mengacu pada kurikulum bimbingan dan konseling komprehensif (layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem). Secara umum hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan di lapangan menyangkut aspek waktu, keterbatasan kemampuan guru bimbingan dan konseling menggunakan IT dan terlalu banyaknya kegiatan di sekolah.

3. Gambaran kondisi model bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung belum ideal. Hal ini disebabkan baru terdapat delapan


(4)

132

komponen yang telah dilaksanakan dari keseluruhan 45 komponen yang harus ada, diantaranya mengkaji kebutuhan konseli dan individu, mengkaji penilaian, informasi dan sumber pembelajaran terkini yang tersedia, mengidentifikasi kebutuhan konseli dan individu yang secara efektif dipenuhi oleh sumber layanan, mengkaji konten dan fitur unggulan dari website, mengkaji contoh website yang memiliki fitur beragam, mengadakan tes layak guna, mengkaji sumber dan layanan terkini yang disediakan bagi konseli, serta mengobservasi dan mewawancarai pengguna percobaan untuk mengidentifikasi keunggulan dan hambatan dalam desain dan integrasi website.

4. Model bimbingan dan konseling berbasis web yang sesuai dengan kondisi objektif siswa SMA Negeri 3 Bandung mencakup tingkat kebutuhan yang paling tinggi atau yang sangat diperlukan diantaranya: informasi mengenai cara belajar efektif, informasi mengenai cara meningkatkan motivasi dalam belajar, informasi mengenai sistem kredit semester di sekolah, informasi mengenai cara mengelola waktu, informasi mengenai perguruan tinggi, informasi mengenai beasiswa, informasi mengenai penjurusan di sekolah dan informasi mengenai strategi jitu lolos SMNPTN. Berdasarkan analisis kebutuhan ini, maka materi yang masuk pada ketegori dengan tingkat kebutuhan yang tinggi diprioritaskan untuk dimasukkan ke dalam layanan dasar berbasis web.

5. Penimbangan para pakar serta ahli bimbingan dan konseling terhadap model bimbingan dan konseling berbasis web menyatakan bahwa model layanan


(5)

bimbingan dan konseling berbasis web memungkinkan untuk dilaksanakan di SMA Negeri 3 Bandung. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada 30 siswa, bahwa layanan bimbingan dan konseling berbasis web di SMA Negeri 3 Bandung layak dilaksanakan. Layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan berupa konsultasi melalui email ternyata dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah siswa tersebut.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diberikan rekomendasi kepada pihak sebagai berikut.

1. Sekolah

Sekolah diharapkan dapat memberi dukungan dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling berbasis web diantaranya dengan menjadikan bimbingan dan konseling berbasis web setara dengan kebutuhan lainnya. 2. Guru Bimbingan dan Konseling

Secara umum kebutuhan siswa akan teknologi informasi memperlihatkan kebutuhan yang tinggi. Dengan demikian, pelaksanaan bimbingan dan konseling berbasis web dipandang sesuai untuk diterapkan. Oleh sebab itu, guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 3 Bandung disarankan untuk tetap melanjutkan model bimbingan dan konseling berbasis web dengan meluaskan jaringan kepada seluruh siswa serta mengembangkan tampilan secara berkala dan meningkatkan keterampilan dalam bidang IT.


(6)

134

3. Siswa

Siswa diharapkan benar-benar memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling berbasis web ini dalam menyelesaikan berbagai permasalahan siswa. Bila sebelum munculnya layanan bimbingan dan konseling berbasis web ini siswa kesulitan untuk melakukan konseling secara langsung karena malu dan keterbatasan waktu. Maka, diharapkan dengan adanya layanan bimbingan dan konseling berbasis web ini siswa dapat dengan leluasa mengkonsultasikan/ mendiskusikan berbagai permasalahannya.

4. Peneliti Selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan uji efektivitas layanan bimbingan dan konseling berbasis web berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan.

b. Melakukan kajian lebih lanjut mengenai penerapan komponen ideal dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling berbasis web.