PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

(1)

Elly Hafsah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA

Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh: ELLY HAFSAH

1102576

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Elly Hafsah, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN

KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Oleh Elly Hafsah S.Pd UPI Bandung, 2000

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

© Elly Hafsah 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Elly Hafsah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah disahkan dan disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Dr. Wawan Setiawan, M.kom.

NIP. 196601011991031005

Pembimbing II

Dr. Ida Kaniawati, M.Si.

NIP. 196807031992032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI,

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. NIP 19580712 198303 2 002


(4)

Elly Hafsah, 2013

BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA

MATERI FLUIDA STATIS

(Elly Hafsah ,1102576)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa sebagai hasil penerapan Pembelajaran Learning cycle 7E berbantuan komputer, serta mendapatkan gambaran mengenai tanggapan guru dan siswa mengenai Pembelajaran Learning cycle 7E berbantuan komputer. Penelitian dilakukan dengan membandingkan model pembelajaran Learning cycle 7E berbantuan komputer dan model learning cycle 7E tanpa bantuan komputer. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain “Pretest -Posttest control group design yang dilaksanakan di kelas XI salah satu SMA di kota Cimahi pada tahun pelajaran 2012/2013. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes awal dan tes akhir untuk penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis, lembar observasi untuk keterlaksanaan pembelajaran dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model learning cycle 7E berbantuan komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan model learning cycle 7E berbantuan komputer secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi fluida statis dengan nilai <g> sebesar 0,65 dibandingkan pembelajaran fisika dengan model learning cycle 7E tanpa bantuan komputer dengan nilai <g> sebesar 0,45. Sedangkan untuk keterampilan berpikir kritis <g> untuk kelas dengan pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer sebesar 0,68 dan <g> kelas dengan pembelajaran learning cycle 7E tanpa bantuan komputer sebesar 0,44. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer ini pada umumnya positif. Disimpulkan bahwa pembelajaran pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer secara signifikan lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran fisika learning cycle 7E tanpa bantuan komputer.

Kata Kunci: Learning cycle, media pembelajaran komputer, penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, fluida statis


(5)

Elly Hafsah, 2013

PERNYATAAN ……… iv

ABSTRAK ………. v

KATA PENGANTAR……… vi

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xi

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiii BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang ……….

B.Rumusan Masalah ………

C.Variabel Penelitian. ... D.Definisi Operasional...

E. Tujuan Penelitian ……….

F. Manfaat Penelitian ………...

1 7 7 7 9 9 BAB II MODEL LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN KOMPUTER,

PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KONSEP FLUIDA STATIS

A. Model Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer... 1. Model Learning cycle 7E berbantuan komputer ...

a. Tahapan pelaksanaan dalam Model Learning cycle 7E ... b. Kelebihan dan Kelemahan Model Learning cycle 7E... 2. Pembelajaran Berbantuan Komputer... 3. Penggunaan Media Komputer pada Pemebelajaran Learning

cycle 7E... B. Penguasaan Konsep dalam Pembelajaran Fisika...………... C.Keterampilan Berpikir Kritis ……… ... D.Kaitan Model Learning Cycle 7e dan hubungannya dengan

Keterampilan Berpikir Kritis dan Penguasaan Konsep... E. Deskripsi Materi Fluida Statis ………. F. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ...

11 11 13 16 17 22 23 31 37 43 53 BAB III METODELOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian ………. B.Subjek Penelitan ……….. C.Prosedur Penelitian ……….. D.Alur Penelitian ………. E. Instrumen Penelitian ……… F. Teknik Pengumpulan Data ... G.Teknik Analisis Tes……….. H.Hasil Analisis Ujicoba Instrumen ……… I. Teknik Pengolahan Data Hasil Instrumen Tes...

55 56 56 57 59 61 62 64 66


(6)

Elly Hafsah, 2013

A.Peningkatan Penguasaan Konsep

1. Deskripsi Data Penguasaan Konsep Fluida Statis ... 2. Deskripsi Peningkatan Penguasaan konsep untuk Setiap Ranah B.Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis

1. Deskripsi Data Tes Keterampilan Berpikir Kritis ………….. 2. Deskripsi Peningkatan keterampilan Berpikir Kritis

Berdasarkan indikator Berpikir Kritis ……… 3. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Learning Cycle

7E berbantuan komputer ……….

71 82

84 87 91 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ………..

B.Saran ………

93 94

DAFTAR PUSTAKA ……… 95


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dikatakan bahwa pembelajaran fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi dalam proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung, untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Nasution dalam Fezi (2009) berpendapat bahwa sains, termasuk fisika, merupakan ilmu dasar yang wajib diketahui oleh setiap manusia sampai taraf penguasaan tertentu yang memungkinkan digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Mata pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran IPA, yang secara umum menurut KTSP bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: 1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan yang Maha Esa; 2) Memupuk sikap ilmiah, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain; 3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis; 4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif; 5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2006:443).


(8)

Akan tetapi pelaksanaan pembelajaran fisika yang terjadi di lapangan masih sangat jauh dari yang diharapkan oleh KTSP SMA. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan secara langsung di salah satu SMA di kota Cimahi saat melakukan Field Study, dapat dikatakan bahwa tujuan pengajaran fisika untuk memupuk keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan kurang tercapai. Hal ini didasarkan pada beberapa temuan, pertama keterampilan berpikir kritis siswa pada umumnya masih rendah yaitu 21 siswa (67%) memiliki keterampilan berpikir kritis rendah, 5 dari 31 siswa (16%) memiliki keterampilan berpikir kritis dengan kategori sedang, dan 5 siswa (16%) memiliki keterampilan berpikir kritis tinggi; kedua, dari hasil wawancara dengan salah satu guru dan penyebaran angket kepada siswa, diperoleh gambaran bahwa, masih banyak siswa yang kurang memahami konsep-konsep dalam fisika dan sulitnya menyelesaikan soal hitungan yang berakibat dalam ulangan harian materi listrik statis dengan KKM sebesar 65, dari jumlah siswa 31 orang, hanya 30% saja yang pembelajarannya tuntas. Nilai ulangan dan ketuntasan klasikal yang diperoleh siswa tersebut megindikasikan bahwa penguasaan konsep siswa masih kurang; ketiga, proses pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, penugasan dan jarang sekali menggunakan media untuk menyampaikan materi pelajaran sehingga menyebabkan kesulitan siswa dalam memahami konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak; keempat, Aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas cenderung lebih pasif karena peran siswa lebih banyak sebagai penerima informasi apa yang disampaikan guru. Tidak mengherankan apabila konsep yang telah tertanam tidak akan bertahan lama dan akan mudah hilang lagi, selain itu minimnya media serta fasilitas yang digunakan guru selama proses pembelajaran menjadi alasan aktivitas siswa yang pasif dan kurang menarik perhatian siswa untuk belajar fisika.

Rendahnya hasil belajar fisika tersebut salah satunya disebabkan kecenderungan guru lebih menekankan pada aspek matematis dalam penyampaian pelajaran. Rendahnya kemampunan penguasaan konsep juga terlilhat dalam kemampuan fisika siswa Indonesia pada TIMSS (Trends of International On Mathematics And Science Study) yaitu studi internasional tentang prestasi


(9)

matematika dan sains siswa sekolah lanjutan tingkat pertama yang mengungkapkan bahwa rata-rata skor prestasi sains kelas VIII Indonesia berada signifikan di bawah rata-rata internasional, posisi Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 32, pada tahun 2003 berada di peringkat ke 37 dari 46 negara, dan pada tahun 2007 berada di peringkat ke 35 dari 48 negara (Balitbang Kemendiknas, 2010).

Berdasarkan hasil pengamatan studi pendahuluan di atas, untuk meningkatkan penguasaan konsep dan melatih keterampilan berpikir kritis siswa, maka diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikemas sedemikian rupa sehingga mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan kedua kompetensi ini secara maksimal. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle.

Model pembelajaran Learning Cycle awalnya diajukan oleh Robert Karplus. Menurut Colbun & Clough, dalam Desyi Setiawati (2010) model Learning Cycle bertujuan membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir kongkret ke abstrak. Learning Cycle merupakan strategi yang tepat bagi pengajaran sains tingkat menengah pertama dan menengah atas karena model pengajaran ini berjalan fleksibel dan menempatkan kebutuhan yang realistis pada guru dan siswa. Model Learning Cycle terdiri dari beberapa tahapan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Learning Cycle melalui kegiatan dalam tiap fase, mewadahi pembelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Menurut Dasna & Fajaroh (2007) penerapan siklus belajar dalam pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut: (1) Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa. (2) Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu. (3) Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang meru-pakan pemecahan masalah.

Penelitian terhadap model Learning Cycle untuk mengetahui perubahan konseptual IPA yang didasarkan pada pendekatan konstruktivisme telah dilakukan


(10)

oleh beberapa peneliti sebelumnya diantaranya oleh Lindgren & Bleicer (2005) dalam Susilawati (2010), hasilnya menunjukkan bahwa penerapan model siklus belajar lebih berhasil dalam meningkatkan pemahaman konsep siwa, siswa memiliki kinerja yang tinggi dan siswa lebih tertarik dengan sains. Selain itu, penelitian mengenai Learning cycle mendukung efektivitas dalam mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan kritis. Salih Ates (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh siklus belajar pada pemahamaan mahasiswa terhadap perbedaan aspek-aspek dalam hambatan rangkaian DC, menyimpulkan bahwa metode siklus belajar terbukti secara signifikan dapat mempengaruhi pemahaman konsep beberapa aspek yang menyangkut rangkaian hambatan DC. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Herdiansyah (2010) tentang penerapan model Learning cycle 7e ditingkat SMA lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep.

Penerapan model pembelajaran yang sesuai akan mempengaruhi keberhasilan siswa dalam memahami materi, serta dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Model Learning Cycle sangat cocok digunakan untuk mengajarkan materi yang banyak melibatkan konsep, prinsip, aturan serta perhitungan secara matematis. Aktivitas dalam Learning Cycle lebih banyak ditentukan oleh siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif. Model pembelajaran ini juga dapat memberi kesempatan siswa untuk mengaplikasikan materi, membangun pengetahuannya dan bekerja dalam kelompok sehingga dapat mengembangkan sikap ilmiahnya.

Guru profesional harus memiliki kompetensi yang memenuhi ketentuan perundang-undangan. Dalam Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru berdasarkan Permendiknas no. 16 tahun 2007 dinyatakan bahwa guru harus memiliki 4 kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional yang terintegrasi dalam kinerja guru. Beberapa kompetensi inti guru mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan pembelajaran di antaranya: memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. Untuk memenuhi kompetensi inti di atas, perlu dimiliki kompetensi memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran


(11)

yang diampu. Guru perlu selalu memperbaharui pengetahuannya agar dapat menjawab tantangan zaman.

Teknologi komputer yang merupakan salah satu produk teknologi informasi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, namun masih belum diterapkan secara maksimal dalam dunia pendidikan. Daya tarik yang dimiliki oleh teknologi komputer ini sebaiknya dimanfaatkan dalam dunia pendidikan agar proses pembelajaran bisa menjadi hal yang lebih menarik. Teknologi komputer ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya dapat digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai suatu materi melalui berbagai cara. Komputer dapat menyajikan informasi dalam bentuk tampilan teks, grafik, gambar, animasi, suara, dan video.

Dengan tersedianya suatu model pembelajaran berbantuan komputer, akan mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pengajaran dan mengerti teks materi pelajaran. Model pembelajaran berbantuan komputer bisa mempermudah peserta didik memahami konsep dan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi, khususnya keterampilan berpikir kritis yang mampu memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam persamaan-persamaan, gambar atau grafik. Dengan pembelajaran berbantuan komputer yang dapat menampilkan simulasi, animasi, gambar, foto dan video maka fenomena-fenomena yang sulit dihadirkan dapat divisualisasikan. Keunggulan komputer ini sangat bermanfaat jika dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di sekolah, khususnya dalam pembelajaran fisika.

Pembelajaran dengan memanfaatkan media teknologi informasi dapat memberikan dampak yang positif, seperti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan memberikan efek positif terhadap pemahaman konsep (Baser, 2010:48, dalam Gina, 2011:6). Menurut beberapa penelitian diantaranya yang diungkapkan Wiendartun, Taufik dan Hery (2007) mengungkapkan bahwa, pembelajaran berbasis multimedia dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan hasil penelitian Cakir dan Tirez’s (dalam Akpan, 2002) menyatakan bahwa simulasi


(12)

komputer dalam pembelajaran dapat meningkatkan ketrampilan berpikir kritis dan kemampuan penyelidikan.

Salah satu konsep fisika yang dijadikan objek penelitian adalah konsep fluida. Konsep fluida merupakan konsep yang cukup penting pada kurikulum pembelajaran fisika. Konsep ini merupakan konsep yang sangat dekat dengan fenomena yang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada kenyataannya tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep fluida dan mengaplikasikannya dalam permasalahan sehari-hari. Tidak jarang ada siswa yang berpikir mengenai konsep benda tenggelam dalam air dikarenakan benda lebih berat daripada air namun pada saat yang bersamaan siswa mengamati fenomena yang bertolak belakang, dimana kapal laut yang sangat berat dapat berlayar di laut (tidak tenggelam) namun koin logam yang lebih ringan dari kapal akan tenggelam jika dilemparkan ke laut (Henny, 2012).

Besarnya peran dan pengaruh media komputer dalam proses pembelajaran seperti yang dipaparkan di atas, menjadi pertimbangan peneliti memadukan kelebihan pembelajaran berbantuan komputer dengan kelebihan-kelebihan siklus belajar, terlebih lagi dari kajian diatas diperoleh informasi bahwa dengan bantuan komputer dapat meningkatkan penguasaan konsep dan juga dapat melatihkan keterampilan berpikir kritis. Secara garis besar rancangan pembelajaran Learning cycle berbantuan komputer akan dilakukan dengan cara mengintergrasikan simulasi, animasi, video dan foto dalam tahapan-tahapan model pembelajaran Learning cycle. Menurut Rustaman (2007) pembelajaran dapat dipadukan dengan penggunaan media animasi komputer, yaitu dengan cara menyisipkan praktikum berbasis animasi komputer pada tahap-tahap tertentu pada pembelajaran.

Dari uraian latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan komputer untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi fluida statis”.


(13)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut “Apakah model pembelajaran Learning cycle 7E berbantuan komputer dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA pada materi fluida statis dibandingkan penggunaan model pembelajaran Learning cycle 7E tanpa bantuan komputer?”.

Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1) Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep fluida statis antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Learning cycle 7E berbantuan komputer dibandingkan dengan yang mendapat pembelajaran model Learning Cycle 7E tanpa bantuan komputer?

2) Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapat pembelajaran dengan model Learning cycle 7E berbantuan komputer dibandingkan dengan yang mendapat pembelajaran model Learning Cycle 7E tanpa bantuan komputer?

3) Bagaimana respon siswa terhadap penggunaan model Learning cycle 7E berbantuan komputer?

C. VARIABLE PENELITIAN

Variabel penelitian adalah keterampilan berpikir kritis siswa dan penguasaan konsep.

D. DEFINISI OPERASIONAL

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam interpretasi, serta untuk mendapatkan pengertian yang sama terhadap istilah yang digunakan pada judul penelitian, maka istilah tersebut perlu dijelaskan sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Learning Cycle yang diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaan 7E dengan tahapan terdiri dari 7 fase yaitu tahap mendatangkan pengetahuan awal siswa (Elicit); tahap melibatkan siswa terhadap fenomena sederhana (Engage); tahap melakukan penyelidikan atau


(14)

eksperimen (Explore); tahap menyampaikan hasil eksperimen (Explain); tahap menerapkan konsep yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah (Elaborate); tahap mengevaluasi pemahaman siswa (Evaluate); dan tahap menemukan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari (Extend). Pembelajaran berbantuan komputer yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah penggunaan program Power Point yang menampilkan gambar, animasi dan simulasi yang tidak seutuhnya digunakan pada setiap tahapan model learning cycle 7E, namun disimpan pada fase engage, elaborate, extend dan evaluate. Sedangkan pada elicit, explore dan explain tidak menggunakan media komputer. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran learning cycle 7E berbantuan komputer.

2. Keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (1985) didefinisikan sebagai kemampuan memberikan alasan (reasonable) dan berpikir reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan apa yang yang dikerjakan. Reflektif artinya mempertimbangkan secara aktif, tekun dan hati-hati terhadap segala alternatif sebelum mengambil keputusan. Pada penelitian ini keterampilan berpikir kritis yang dianalisis meliputi 4 indikator keterampilan berpikir kritis yaitu yaitu menerapkan konsep, mengidentifikasi jawaban yang mungkin, menginterpretasi pernyataan, dan kemampuan memberikan alasan. (Ennis dalam Costa, 1985). Peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa diukur melalui penyelenggaraan tes keterampilan berpikir kritis pada saat sebelum dan setelah penerapan pembelajaran. Tes yang diberikan berbentuk tes objektif jenis uraian

3. Penguasaan konsep dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkatan ketika seorang siswa tidak sekadar mengetahui konsep-konsep, tetapi benar-benar memahaminya dengan baik, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik yang terkait dengan konsep itu sendiri maupun penerapannya dalam situasi baru. Penguasaan konsep yang dimaksudkan sebagai kemampuan kognitif, berdasarkan taksonomi Bloom yang dibatasi dari C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Dalam


(15)

penelitian ini penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda yang dikembangkan berdasarkan taksonomi Bloom. Peningkatan penguasaan konsep siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran dilihat melalui nilai N-gain (gain yang dinormalisasi).

E. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis pada kelas yang menggunakan pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan komputer dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran Learning Cycle 7E tanpa bantuan komputer.

2. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep fluida statis pada kelas yang menggunakan pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan komputer dibandingkan dengan kelas yang menggunakan pembelajaran Learning Cycle 7E tanpa bantuan komputer.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap Penggunaan model Pembelajaran Learning Cycle 7E berbantuan komputer.

F. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran fisika, khususnya pada konsep fluida Statis.

2. Bagi guru dan calon pendidik, diharapkan dapat memberi masukan dalam usaha memilih model pembelajaran yang tepat pada saat mengajar sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi informasi pendidikan dalam upaya peningkatan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat berfungsi sebagai bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.


(16)

4. Bagi peneliti, dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai model pembelajaran Learning Cycle dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA khususnya pada konsep fluida statis


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menguji penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika terhadap penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis digunakan metode quasi eksperiment dengan desain “control group

pretest-posttest design” (Fraenkel, 1993). Sedangkan metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penggunaan Learning Cycle 7e berbantuan komputer. Pada desain ini menggunakan dua kelompok yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran fisika dengan Learning Cycle 7e berbantuan komputer dan kelompok kontrol dengan Learning Cycle 7e tanpa bantuan komputer. Terhadap dua kelompok dilakukan tes awal dan tes akhir untuk melihat peningkatan penguasaan konsep sebelum dan setelah pembelajaran. Tes awal dan tes akhir juga diberikan pada kedua kelompok untuk melihat keterampilan berpikir kritis setelah mendapatkan pembelajaran. Desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir Eksperimen O1 O2 X1 O1 O2

Kontrol O1 O2 X2 O1 O2

Keterangan:

X1 = Learning Cycle 7e berbantuan komputer

X2 = Learning Cycle 7e tanpa bantuan komputer

O1 = tes awal dan tes akhir penguasaan konsep


(18)

Elly Hafsah, 2013

B. Subjek Penelitan

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI jurusan IPA pada sebuah SMA Negeri di Kota Cimahi, yang terdiri dari 7 kelas jurusan IPA dengan jumlah siswa 266 orang. Subjek penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara randomized control sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pemilihan secara acak didapatkan kelas XI IPA 6 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 37 orang siswa dan kelas XI IPA 7 sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 39 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan

Persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

a. Melakukan studi pendahuluan yang meliputi kajian teori tentang model pembelajaran Learning Cycle 7e dalam pembelajaran fisika, Penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, dan konsep fluida statis.

b. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. c. Melakukan validasi instrumen.

d. Melakukan uji coba dan analisis tes. 2. Pelaksanaan

Melakukan ujicoba tes, mengadakan tes awal pada kelompok eksperimen dan kontrol untuk mengetahui penguasaan konsep awal siswa tentang materi fluida statis, menerapkan pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer pada kelas eksperimen dan pembelajaran Learning Cycle 7e tanpa bantuan komputer pada kelas kontrol, melakukan observasi keterlaksanaan model, memberikan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa setelah mendapat perlakuan, dan menyebarkan angket tanggapan siswa


(19)

terhadap penggunaan pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer pada kelas eksperimen .

3. Pengolahan dan Analisa Data

Menghitung gain yang dinormalisasi penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, melakukan uji normalitas data gain yang dinormalisasi, melakukan uji homogenitas varians, melakukan uji kesamaan dua rata-rata, serta melakukan analisis data angket dan observasi.

D. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.


(20)

Elly Hafsah, 2013

Gambar 3.1. Alur Penelitian Studi Pendahuluan

Validasi,Uji Coba, Revisi

Tes Awal

(pretest)

Pembelajaran Fisika

LC 7e berbantuan komputer

Pembelajaran Fisika Learning Cycle 7e

Tes Akhir

(Posttest)

Angket Tanggapan Siswa

Observasi Keterlaksanaan Model Pengolahan

dan Analisis Data Penyusunan Instrumen

1. Tes Penguasaan konsep 2. Tes keterampilan berpkir

kritis

3. Angket Siswa 4. Pedoman Observasi

Studi Literatur: Learning cycle 7e, Penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, fluida statis

Penyusunan Rencana Pembelajaran

Perumusan Masalah

Kesimpulan

Kelompok Eksperimen Kelompok


(21)

E. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian. Lebih jelasnya, berikut penjelasan instrumen yang digunakan dalam penelitian: 1. Tes Tertulis

Menurut Arikunto (2005), tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Lebih lanjut Karno To (1996) berpendapat bahwa tes merupakan sejumlah pertanyaan yang oleh subyek di jawab benar atau salah, atau sejumlah tugas yang oleh subyek dilaksanakan dengan skor atau dinilai berdasarkan acuan tertentu.

Dalam penelitian ini, jenis instrumen tes yang digunakan ialah tes tertulis yaitu berupa tes piilihan ganda. Tes ini terdiri dari dua macam tes yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu instrumen tes penguasaan konsep dan instrumen tes keterampilan berpikir kritis siswa. berikut penjelasan dari masing-masing instrumen tes tersebut.

a. Tes Penguasaan Konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur Penguasaan konsep siswa terhadap konsep yang diajarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban sebanyak 20 butir soal ranah kognitif. Tes ini untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebelum (tes awal) dan sesudah (tes akhir) mendapatkan perlakuan. Butir-butir soal dalam tes penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

Butir soal tes Penguasaan konsep dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes kemampuan kognitif secara keseluruhan tertera pada lampiran B.


(22)

Elly Hafsah, 2013

b. Tes Keterampilan Berpikir Kritis

Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. butir-butir soal dalam tes keterampilan berpikir kritis mencakup soal-soal yang menuntut siswa untuk mampu 1) menerapkan konsep, (2) mengidentifikasi jawaban yang mungkin, (3) menginterpretasi pernyataan, dan (4) kemampuan memberikan alasan. Keempat kemampuan tersebut ini sesuai dengan sebagian indikator keterampilan berpikir Robert H.Ennis.

Untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa sebelum mendapat perlakuan Learning Cycle 7e berbantuan komputer dan pembelajaran learning Cycle 7e tanpa bantuan komputer dilakukan tes awal sedangkan untuk mengukur kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa setelah mendapatkan perlakuan dilakukan tes akhir. Butir soal tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dinilai oleh pakar, dan diujicobakan. Untuk kisi-kisi tes dan soal tes keterampilan berpikir kritis secara keseluruhan tertera pada lampiran B.

2. Observasi

Menurut Gulo (2002), observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Jadi pada dasarnya, pengumpulan data melalui observasi bertujuan untuk melihat dan menilai kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini, observasi yang dimaksud adalah observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang sedang diteliti. Observasi keterlaksanaan model pembelajaran bertujuan untuk melihat apakah tahapan-tahapan model pembelajaran yang diteliti telah dilaksanakan oleh guru atau tidak. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran daftar cheklist. Adapun observer yang terlibat adalah dua orang guru Fisika di tempat penelitian.


(23)

3. Skala Sikap Tanggapan Siswa

Skala Sikap ini bertujuan untuk mengungkap tanggapan siswa terhadap penggunaan Learning Cycle 7e berbantuan komputer di dalam pembelajaran. Skala sikap ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya (Sugiyono, 2012).

F. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu melalui tes, angket, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2.

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen 1. Siswa Penguasaan konsep

siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan

Tes awal dan Tes akhir

Butir soal pilihan ganda yang memuat penguasaan konsep fluida statis

2. Siswa Keterampilan berpikir kritis siswa siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan

Tes awal dan Tes akhir

Butir soal essay yang sesuai dengan indikator keterampilan berpikir kritis Robert H.Ennis 3. Siswa Tanggapan siswa

terhadap pembelajaran fisika Learning Cycle 7e berbantuan komputer

Skala sikap Skala sikap memuat pernyataan-pernyataan tentang respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran 4. Guru dan siswa Keterlaksanaan Observasi/pengamatan Pedoman observasi


(24)

Elly Hafsah, 2013

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen pembelajaran konsep

fluida statis dengan Learning Cycle 7e berbantuan komputer

aktivitas guru selama pembelajaran sesuai dengan RPP dan LKS yang dikembangkan.

G. Teknik Analisis Tes

Analisis instrumen meliputi perhitungan Validitas Instrumen, Reliabilitas Instrumen, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Butir Soal. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak digunakan.

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (dosen fisika UPI) terhadap tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis. Ada tiga orang yang diminta untuk memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal dengan konsep yang diukur dan indikator. Hasil pertimbangannya, butir soal yang dibuat dinyatakan sesuai antara konsep yang diukur dengan indikator.

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke pengukuran lainnya (Sugiyono, 2004). Artinya instrument yang reliabel apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode test-retest, (Sugiyono:2004).

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment Pearson: (Arikunto, 2008).

∑ ∑ ∑


(25)

Keterangan:

= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua

variabel yang dikorelasikan X = skor tes 1

Y = Skor tes 2 N = jumlah siswa

Koefisien korelasi selalu terdapat antara –1,00 sampai +1,00. Namun karena dalam menghitung sering dilakukan pembulatan angka-angka, sangat mungkin diperoleh koefisien lebih dari 1,00. Koefisien negatif menunjukkan adanya hubungan kebalikan antara dua variabel sedangkan koefisien positif menunjukkan adanya hubungan sejajar antara dua variabel (Arikunto, 2008). 3. Tingkat Kesukaran Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran untuk soal bentuk pilihan ganda dapat dihitung dengan persamaan: (Arikunto, 2008).

(3.2)

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2008)

Tabel 3.3.

Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 Soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 Soal sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 Soal mudah


(26)

Elly Hafsah, 2013

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Untuk menentukan indeks diskriminasi soal bentuk pilihan ganda digunakan persamaan: (Arikunto, 2008).

(3.3) Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyak peserta kelompok atas

JB = banyak peserta kelompok bawah

BA = banyak kelompok atas yang menjawab benar

BB = banyak kelompok bawah yang menjawab benar

PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda suatu tes adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2002)

Tabel 3.4. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 ≤ D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 Baik sekali

Negatif Tidak baik, harus dibuang (Arikunto, 2008)


(27)

Ujicoba instrumen tes penguasaan konsep dilakukan kepada siswa di sekolah yang sama tetapi beda kelas yang sudah mendapatkan meteri pelajaran yang akan diuji cobakan (fluida statis). Soal tes penguasaan konsep yang di ujicobakan berjumlah 20 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes keterampilan berpikir kritis berjumlah 5 butir soal dalam bentuk essay. Analisis instrumen dilakukan untuk menentukan realibilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

Hasil analisis terhadap ujicoba instrumen tes penguasaan konsep yang telah dilakukan dirangkum pada tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Hasil Uji Coba Instrumen Tes Penguasaan Konsep

Nomor Soal

Tingkat

Kesukaran Daya Pembeda Validitas Keputusan

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,69 Sedang 0,43 Baik 0,53 Cukup Digunakan

2 0,74 Mudah 0,33 Cukup 0,61 Tinggi Digunakan

3 0,71 Mudah 0,57 Baik 0,66 Tinggi Digunakan

4 0,45 Sedang 0,24 Cukup 0,41 Cukup Digunakan

5 0,60 Sedang 0,43 Baik 0,56 Cukup Digunakan

6 0,45 Sedang 0,24 Cukup 0,44 Cukup Digunakan

7 0,67 Sedang 0,29 Cukup 0,41 Cukup Digunakan

8 0,55 Sedang 0,52 Baik 0,51 Cukup Digunakan

9 0,40 Sedang 0,52 Baik 0,70 Tinggi Digunakan

10 0,64 Sedang 0,33 Cukup 0,25 Rendah Dibuang

11 0,52 Sedang 0,48 Baik 0,60 Cukup Digunakan

12 0,52 Sedang 0,19 Jelek 0,30 Rendah Dibuang

13 0,60 Sedang 0,24 Cukup 0,47 Cukup Digunakan

14 0,55 Sedang 0,52 Baik 0,59 Cukup Digunakan

15 0,64 Sedang 0,24 Cukup 0,48 Cukup Digunakan

16 0,60 Sedang 0,52 Baik 0,61 Tinggi Digunakan

17 0,24 Sukar 0,48 Baik 0,60 Cukup Digunakan

18 0,40 Sedang 0,52 Baik 0,57 Cukup Digunakan

19 0,45 Sedang 0,43 Baik 0,46 Cukup Digunakan


(28)

Elly Hafsah, 2013

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas secara statistik yaitu dengan menghitung korelasi antara ujicoba pertama dan kedua serta uji hipotesis dua rata-rata sampel berpasangan, dengan menggunakan Ms excell 2007 Untuk korelasi soal ujicoba pertama dan kedua diperoleh nilai korelasi sebesar 0,91 . Artinya korelasi antara hasil ujicoba pertama dan kedua kedua bernilai positif dan signifikan, maka instrument ini dapat dinyatakan reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal penguasaan konsep yang berjumlah 20 butir soal dengan bentuk pilihan ganda diperoleh 18 butir soal valid dan 2 butir soal tidak valid yaitu soal nomor 10 (dibuang) dan soal nomor 12 (dibuang). Dari perhitungan tingkat kesukaran diperoleh 17 butir soal dengan kategori sedang yaitu soal nomor: 1,4,5,6,7, 8, 9,10, 11, 12, 13, 14, 15, 16,18, 19 dan 20 dan soal dengan kategori mudah berjumlah 2 butir soal yaitu soal nomor: 2 dan 3. Soal nomor 17 tingkat kesukaran soal dikategorikan sukar. Sedangkan daya pembeda soal tes penguasaan konsep diperoleh 10 butir soal dikategorikan baik dan 8 butir soal dikategorikan cukup.

Sedangkan hasil analisis validitas butir soal kemampuan berpikir kritis berjumlah 5 butir soal yang berbentuk essai, seluruh butir soal valid. Dilihat dari tingkat kesukaran soal diperoleh bahwa 2 butir soal termasuk dalam kategori sedang, 2 butir soal dalam kategori mudah dan 1 butir soal dalam ketegori sukar.

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas secara statistik instrument keterampilan berpikir kritis yaitu dengan menghitung korelasi antara ujicoba pertama dan kedua serta uji hipotesis dua rata-rata sampel berpasangan, dengan menggunakan Ms excell 2007 Untuk korelasi soal ujicoba pertama dan kedua diperoleh nilai korelasi sebesar 0,90. Artinya korelasi antara hasil ujicoba pertama dan kedua kedua bernilai positif dan signifikan, maka instrument ini dapat dinyatakan reliable.

I. Teknik Pengolahan Data Hasil Instrumen Tes

Berdasarkan teknik pengumpulan data yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini terdapat beberapa data yang kemudian akan diolah dan di interpretasikan sehingga menjadi informasi yang penting untuk mencapai


(29)

tujuan penelitian. Analisis data yang dimaksudkan untuk membuat penafsiran data yang diperoleh dari hasil penelitian. Analisis data tersebut digunakan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep, peningkatan keterampilan berpikir kritis, dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika Learning Cycle 7e berbantuan komputer. Data yang diperoleh dari angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dan melihat keterlaksanaan model serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Data peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis dianalisis dengan uji statistik. Dalam penelitian ini analisis data statistik menggunakan program SPSS for Windows versi 17.0, untuk melihat normalitas, homogenitas varians, peningkatan penguasaan konsep dan peningkatan keterampilan berpikir kritis. berikut penjelasan teknik pengolahan data yang dilakukan:

a. Pengolahan data hasil tes penguasaan konsep

Data nilai hasil tes penguasaan konsep akan diolah untuk mendapatkan beberapa informasi yaitu:

1. Perbedaan keadaan awal penguasaan konsep kelas kontrol dan kelas eksperimen (uji signifikansi perbedaan rata-rata pretest).

2. Perbedaan peningkatan penguasaan konsep (uji signifikasi perbedaan N-gain), untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan diawal. 3. Gambaran peningkatan penguasaan konsep yang dibagi menjadi 2 yaitu

peningkatan penguasaan konsep secara total dan peningkatan pada setiap ranah kognitif. Hasil pengolahan tersebut dihubungkan dengan efektifitas pembelajaran terhadap peningkatan tersebut (rata-rata N-gain Hake). b. Pengolahan data hasil tes Keterampilan berpikir kritis siswa

Data nilai hasil tes penguasaan konsep akan diolah untuk mendapatkan beberapa informasi yaitu :

1. Perbedaan keadaan awal penguasaan konsep kelas kontrol dan kelas eksperimen (uji signifikansi perbedaan rata-rata pretest).

2. Perbedaan peningkatan ketrampilan berpikir kritis (uji signifikasi perbedaan N-gain), untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan diawal.


(30)

Elly Hafsah, 2013

3. Gambaran peningkatan keterampian berpikir kritis yang dibagi menjadi 2 yaitu peningkatan ketrampilan berpikir kritis secara total, dan peningkatan pada setiap indikator ketrampilan berpikir kritis. Hasil pengolahan tersebut dihubungkan dengan efektifitas pembelajaran terhadap peningkatan tersebut (rata-rata N-gain Hake).

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :

S = ∑ R (3.4) dengan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar

Untuk melihat peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis sebelum dan sesudah pembelajaran digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1999) sebagai berikut:

(3.5)

Keterangan:

<Spos > = rata-rata skor tes akhir

<Spre > = rata-rata skor tes awal

<Smaks > = rata-rata skor maksimum ideal

Rata-rata gain yang dinormalisasi diinterpretasikan untuk menyatakan peningkatan penguasaan konsep pada materi fluida statis dan keterampilan berpikir kritis dengan kriteria seperti pada Tabel 3.5.

Tabel 3.6.

Kategori Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis

Batasan Kategori


(31)

Sedang

Rendah

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan One Sample Kolmogorov Smirnov Test.

2. Uji Homogenitas

Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah peubah bebas dengan Levene Test.

3. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan uji statistik dengan rumus: (Uyanto, 2009)

̅ ̅

√ ( ) ( )

(3.6)

Keterangan:

̅ = rata-rata gain kelompok eksperimen

̅ = rata-rata gain kelompok kontrol nx = jumlah sampel kelompok eksperimen

ny = Jumlah sampel kelompok kontrol

S1 = varians kelompok eksperimen

S2 = varians kelompok kontrol

Kriteria pengujian dengan membandingkan taraf signifikansi hitungan P dengan α = 0,05, jika taraf signifikansi hitungan lebih kecil dari 0,05, maka Ha


(32)

Elly Hafsah, 2013

diterima atau dengan membandingkan tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf

signifikansi (α = 0,05).

4. Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus (Sugiono, 2008).

...(3.7)

Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif (Sujana, 1989). Dalam mengkategorikan persentase tanggapan siswa, dilakukan dengan cara:

a. Menentukan persentase rentang (R) tanggapan R = persentase maksimum – peersentase minimum R = 100% -25% = 75%

b. Menentukan panjang kelas (P) dan tabel kategori tanggapan sisiwa

Panjang kelas tiap tanggapan ditentukan dari perbandingan panjang rentang kelas (R) dengan banyaknya kategori (K) tanggapan.

Berdasarkan panjang kelas tersebut, maka pengkategorian persentase tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 3.6, sebagai berikut:

Tabel 3.7

Pengkategorian persentase tanggapan siswa

Batasan Persentase Kategori

25,00% < % tanggapan siswa ≤ 43,75% Sangat Tidak Setuju ( sangat negatif) 43,75% < % tanggapan siswa ≤ 62,50% Tidak Setuju ( negatif)

62,50% < % tanggapan siswa ≤ 81,25% Setuju ( positif) 81,25% < % tanggapan siswa ≤ 100% Sangat Setuju (sangat positif) Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa terhadap pembelajaran fisika Learning Cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis di kelas XI.


(33)

5. Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran yang disajikan dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan.

6. Analisis data hasil observasi proses pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran.


(34)

Elly Hafsah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Fluida Statis

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara keseluruhan pembelajaran fisika melalui model learning cycle 7e berbantuan komputer lebih meningkatkan penguasaan konsep fluida statis dibandingkan pembelajaran fisika melalui model learning cycle 7e tanpa bantuan komputer dengan nilai <g> siswa kelas eksperimen (cycle 7e berbantuan komputer) sebesar 0,65 sedangkan nilai <g> siswa kelas kontrol (cycle 7e tanpa bantuan komputer) sebesar 0,45. Hal ini diperkuat dengan terlihatnya perbedaan yang signifikan peningkatan <g> kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer

2. Perbedaan <g> keterampilan berpikir kritis siswa antara yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer menunjukkan bahwa pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis lebih baik dibanding pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer dengan nilai <g> siswa kelas eksperimen (cycle 7e berbantuan komputer) sebesar 0,68 sedangkan nilai <g> siswa kelas kontrol (cycle 7e tanpa bantuan komputer) sebesar 0,44. Peningkatan kemampuan fisika terlihat lebih bermakna dimana perbedaan gain ternormalisasi keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer lebih tinggi dibandingkan dengan gain ternormalisasi pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer. Hal ini diperkuat dengan


(35)

Elly Hafsah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan tanpa bantuan komputer.

3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran learning cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis setelah memperoleh pembelajaran. Implementasi pembelajaran ini menjadikan siswa lebih aktif, suasana belajar dirasa menyenangkan dan mendukung dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Agar dalam mengimplementasikan model Learning cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika lebih maksimal hendaknya guru memberikan waktu lebih untuk merefleksi kembali penemuan mereka setelah melakukan eksperimen

2. Guru harus memberikan pembimbingan yang lebih baik terutama dalam kegiatan percobaan

3. Pada tahapan eksplain, guru harus memotivasi siswa supaya berani mengeluarkan pendapat dan gagasannya supaya proses diskusi berjalan dengan baik.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Akpan,J.P. (2002). “Which Comes First: Computer Simulation Of Dissection Or A Traditional Laboratory Practical Method Of Dissection”. Electronic Journal Of Science Education. 6,(4).

Ali Ismail (2011). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Pertama. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiri. Bagian I. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching

and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective.

New York: Longman.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Costa. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta. Depdikbud-Dirjen Dikti.

Darmawan, D, (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknolgi Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Davis, B. (1991). Teaching with Media, a papaer presented at thecnology and education confrence in Athens, Greece.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Djamarah, S. B. & Zain A. (2010). Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Ennis, Robert H. 1985. Goals for a Critical Thinking Curriculum, dalam Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking, A.L Costa (editor), Bab 10. Virginia: ASCD, 54-57.


(37)

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (seventh ed.). Singapura: McGraw-Hill Book Co

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. Henny, (2012). Penerapan Pembelajaran Generatif dengan Strategi Problem

Solving untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi Fluida Statis .Pertama. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes. Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP

Karplus, R. (1980). Teaching for the Development of Reasoning. dalam Science Education Information Report. The Ohio State University.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002.Bandung : FMIPA UPI

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains . Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. Bandung: UPI.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara

Rusman (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta (Edisi Kedua). PT Raja Grafindo Persada

Rusman (2011). .Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi Jakarta .PT Raja Grafindo Persada

Salih Ates. (2005). The Effects of Cycle Learning on College Students Understunding of Different Aspects in Resistive DC Circuit. Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 4.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: kanisius.


(1)

Elly Hafsah, 2013

diterima atau dengan membandingkan tHitung > tTabel maka Ha diterima pada taraf

signifikansi (α = 0,05).

4. Menghitung persentase hasil angket tanggapan siswa menggunakan rumus (Sugiono, 2008).

...(3.7) Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya untuk pertanyaan negatif (Sujana, 1989). Dalam mengkategorikan persentase tanggapan siswa, dilakukan dengan cara:

a. Menentukan persentase rentang (R) tanggapan R = persentase maksimum – peersentase minimum R = 100% -25% = 75%

b. Menentukan panjang kelas (P) dan tabel kategori tanggapan sisiwa

Panjang kelas tiap tanggapan ditentukan dari perbandingan panjang rentang kelas (R) dengan banyaknya kategori (K) tanggapan.

Berdasarkan panjang kelas tersebut, maka pengkategorian persentase tanggapan siswa dapat dilihat pada tabel 3.6, sebagai berikut:

Tabel 3.7

Pengkategorian persentase tanggapan siswa

Batasan Persentase Kategori

25,00% < % tanggapan siswa ≤ 43,75% Sangat Tidak Setuju ( sangat negatif) 43,75% < % tanggapan siswa ≤ 62,50% Tidak Setuju ( negatif)

62,50% < % tanggapan siswa ≤ 81,25% Setuju ( positif) 81,25% < % tanggapan siswa ≤ 100% Sangat Setuju (sangat positif) Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa terhadap pembelajaran fisika Learning Cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis di kelas XI.


(2)

Elly Hafsah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Fluida Statis

5. Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran yang disajikan dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan kuesioner yang diberikan.

6. Analisis data hasil observasi proses pembelajaran Learning Cycle 7e berbantuan komputer yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran.


(3)

Elly Hafsah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara keseluruhan pembelajaran fisika melalui model learning cycle 7e berbantuan komputer lebih meningkatkan penguasaan konsep fluida statis dibandingkan pembelajaran fisika melalui model learning cycle 7e tanpa bantuan komputer dengan nilai <g> siswa kelas eksperimen (cycle 7e berbantuan komputer) sebesar 0,65 sedangkan nilai <g> siswa kelas kontrol (cycle 7e tanpa bantuan komputer) sebesar 0,45. Hal ini diperkuat dengan terlihatnya perbedaan yang signifikan peningkatan <g> kemampuan kognitif siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer

2. Perbedaan <g> keterampilan berpikir kritis siswa antara yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer menunjukkan bahwa pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis lebih baik dibanding pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer dengan nilai <g> siswa kelas eksperimen (cycle 7e berbantuan komputer) sebesar 0,68 sedangkan nilai <g> siswa kelas kontrol (cycle 7e tanpa bantuan komputer) sebesar 0,44. Peningkatan kemampuan fisika terlihat lebih bermakna dimana perbedaan gain ternormalisasi keterampilan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer lebih tinggi dibandingkan dengan gain ternormalisasi pembelajaran fisika melalui cycle 7e tanpa bantuan komputer. Hal ini diperkuat dengan


(4)

Elly Hafsah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Fluida Statis

| |

terlihatnya perbedaan yang signifikan dalam hal keterampilan berpikir kritis antara pembelajaran fisika melalui cycle 7e berbantuan komputer dan cycle 7e tanpa bantuan komputer.

3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran learning cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis setelah memperoleh pembelajaran. Implementasi pembelajaran ini menjadikan siswa lebih aktif, suasana belajar dirasa menyenangkan dan mendukung dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan cycle 7e berbantuan komputer pada konsep fluida statis maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Agar dalam mengimplementasikan model Learning cycle 7e berbantuan komputer dalam pembelajaran fisika lebih maksimal hendaknya guru memberikan waktu lebih untuk merefleksi kembali penemuan mereka setelah melakukan eksperimen

2. Guru harus memberikan pembimbingan yang lebih baik terutama dalam kegiatan percobaan

3. Pada tahapan eksplain, guru harus memotivasi siswa supaya berani mengeluarkan pendapat dan gagasannya supaya proses diskusi berjalan dengan baik.


(5)

Elly Hafsah, 2013

DAFTAR PUSTAKA

Akpan,J.P. (2002). “Which Comes First: Computer Simulation Of Dissection Or A Traditional Laboratory Practical Method Of Dissection”. Electronic Journal Of Science Education. 6,(4).

Ali Ismail (2011). Penerapan Model Pembelajaran Children Learning In Science (Clis) Berbantuan Multimedia Untuk Meningkatkan Ketrampilan Proses Sains, Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Pertama. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Amin, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiri. Bagian I. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching and Assesing, a revision of Bloom’s taxonomy of educational objective. New York: Longman.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Costa. (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.

Alexandria: ASCD

Dahar, R.W. (1998). Teori-teori Belajar. Jakarta. Depdikbud-Dirjen Dikti.

Darmawan, D, (2012). Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknolgi Multimedia dan Pembelajaran Online. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Davis, B. (1991). Teaching with Media, a papaer presented at thecnology and education confrence in Athens, Greece.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Djamarah, S. B. & Zain A. (2010). Strategi Belajar Mengajar (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.

Ennis, Robert H. 1985. Goals for a Critical Thinking Curriculum, dalam Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking, A.L Costa (editor), Bab 10. Virginia: ASCD, 54-57.


(6)

Elly Hafsah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7e Berbantuan Komputer Untuk Meningkatakan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Pada Materi Fluida Statis

Fraenkel, J. R. dan Wallen, N. E. (2007). How to Design and Evaluate Research in Education (seventh ed.). Singapura: McGraw-Hill Book Co

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzingchange-Gain.pdf. Henny, (2012). Penerapan Pembelajaran Generatif dengan Strategi Problem

Solving untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMA pada Materi Fluida Statis .Pertama. Tesis Sekolah Pasca Sarjana UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes. Bandung: IKIP Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP

Karplus, R. (1980). Teaching for the Development of Reasoning. dalam Science Education Information Report. The Ohio State University.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir Konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah Bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002.Bandung : FMIPA UPI

Liliasari. (2005). Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia Melalui Pendidikan Sains . Makalah pada Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA. Bandung: UPI.

Nasution, S. (1982). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara

Rusman (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta (Edisi Kedua). PT Raja Grafindo Persada

Rusman (2011). .Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Dan Komunikasi Jakarta .PT Raja Grafindo Persada

Salih Ates. (2005). The Effects of Cycle Learning on College Students Understunding of Different Aspects in Resistive DC Circuit. Electronic Journal of Science Education, Vol. 9, No. 4.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: kanisius.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E BERBANTUAN WEBSITE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS.

1 7 52

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA PADA MATERI DINAMIKA.

0 4 36

PEMBELAJARAN BERMODEL SIKLUS BELAJAR 7E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI HIDROKARBON.

13 25 41

MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TE DENGAN METODE PRAKTIKUM PADA TITRASI ASAM BASA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

0 3 47

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BEBAS YANG DIMODIFIKASI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FLUIDA STATIS DAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA.

18 67 43

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN WEBSITE PADA KONSEP FLUIDA STATIS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI.

0 0 47

PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI SMK PADA MATERI FLUIDA STATIS.

0 1 42

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

0 1 20

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KORELASINYA DENGAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS.

9 23 65

Penerapan Model Pebelajaran Learning Cycle 7E Berbantuan Website Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Kinematika Gerak Lurus

0 0 31