MANAJEMEN PEMBINAAN PENGAWAS SEKOLAH DASAR : Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh.

(1)

MANAJEMEN PEMBINAAN PENGAWAS

SEKOLAH DASAR

(Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan dalam Bidang Administrasi Pendidikan

Oleh

Niswanto

NIM : 1009647

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI:

Promotor Merangkap Ketua,

( Prof. Dr. H. Djam’an Satori, M.A. ) NIP.195008021973031002

Kopromotor Merangkap Sekrtetaris,

( Prof. H. Udin Syaefuddin Sa’ud, Ph D.) NIP.195306121981031003

Anggota,

( Dr. Hj. Aan Komariah, M. Pd. ) NIP.1970052419944022001

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan,

( Prof. H. Udin Syaefuddin Sa’ud, Ph D.) NIP.195306121981031003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “Manajemen Pembinaan Pengawas Sekolah Dasar (Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh)” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

N i s w a n t o NIM.1009647


(4)

Manajemen Pembinaan Pengawas Sekolah Dasar (Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh)

ABSTRAK

Penelitian tentang manajemen pembinaan pengawas Sekolah Dasar (SD) ini untuk mengetahui bagaimanakah pola pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan kota Banda Aceh terhadap pengawas SD. Fokus penelitian pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembinaan. Pendekatan naturalistik-kualitatif digunakan dalam penelitian ini, dengan alat pengumpul data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian adalah 1) Perencanaan pembinaan pengawas SD sudah dilakukan, namun masih kurang detil untuk pembinaan pengawas satuan pendidikan, analisis kebutuhan hanya pada aspek kuantitatif. 2) Pelaksanaan pembinaan pengawas pendidikan masih kurang efektif, hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor personal yang melakukan pembinaan, pengorganisasian program, keterlibatan stakeholder, serta teknik yang digunakan dalam membina pengawas. 3) Penilaian pengembangan pengawas pendidikan masih kurang efektif, penyebabnya antara lain, hanya menerima laporan dari pengawas, tidak menggunakan standar kinerja pengawas, usaha tindak lanjut kurang sistematis. Rekomendasi dari penelitian ini adalah: 1) Pembinaan pengawas pendidikan perlu diawali dengan perencanaan untuk melakukan kajian terhadap kebutuhan pengawas SD melalui perencanaan yang rasional. 2) Pelaksanaan pembinaan terhadap pengawas SD hendaknya melibatkan stakeholders dalam suatu koordinasi yang sinergi untuk meningkatkan kinerja pengawas. 3) Untuk mengetahui hasil pembinaan yang telah dilakukan terhadap pengawas perlu dilakukan penilaian tentang keberhasilan pembinaannya dan untuk pengembangan karir pengawas.


(5)

Management of Primary School Supervisors Monitoring (Case Study on Ministry of Education of Banda Aceh)

ABSTRACT

This study of monitoring management of primary school teachers aimed to identify the patterns of the methods utilized by the Ministry of Education of Banda Aceh in assisting the primary school supervisors. The focuses of the study are on the planning, the application and the evaluation of the assisting process itself. Naturalistic – qualitative approach was used in the study using the instruments of interview tools, observations and a study of documentation. The results were 1) The planning of the assisting process for the primary school supervisors had been completed yet lack of details for the supervisors supervision especially for the education unit, the analysis for the necessity of it was only based on the quantitative aspect. 2) The application of the assisting process for the education supervisors was still yet to be effective which was due to several factors i.e. factor regarding the person who conducted the assisting, the program organization, the involving of the stakeholder as well as the techniques used in supervising the supervisors. 3) The evaluation on the improvement of the education supervisors was still yet to be effective, the causes being e.g. the mere acceptance of the supervisor’s reports without having any standardized performance of the supervisors thus a less systematic follow up events. Recommendations concluded from this study are: 1) the assisting of the education supervisors need to be started with rational planning of re-examination upon the needs of the supervisors for primary school supervisors. 2) The application of the assisting process for the primary school supervisors should involve the stakeholders in a synergic coordination to improve the performance of the supervisors. 3) In order to identify the results yielded from the assisting process, evaluation of the success of it need to be conducted upon the supervisors which was aimed for the career improvement of the supervisors.


(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……… iii

KATA PENGANTAR ………... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

ABSTRAK ……… vii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR GAMBAR ……… xii

DAFTAR TABEL ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang Penelitian ………. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ……… 6

C. Tujuan Penelitian ……… 8

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ………. 9

E. Struktur Organisasi Disertasi……….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……….. 12

A. Pengawas Pendidikan dalam Konteks Administrasi Pendidikan ……….. 12

B. Pengertian dan Tujuan Supervisi Pendidikan ………. 23

C. Prinsip dan Fungsi Supervisi Pendidikan ………... 32

1. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan ……… 32

2. Fungsi Supervisi Pendidikan ………. 34

D. Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Penerapan Total Quality Manajemen ……… 51

1. Perkembangan Total Quality Management ……… 54

2. Konsep Total Quality Management ………... 56

3. Penerapan Total Quality Control dalam Pendidikan ……. 67


(7)

E. Pengembangan Tenaga Pengawas Pendidikan ……… 92

1. Perencanaan Pengembangan Pengawas Pendidikan …… 94

2. Pelaksanaan Pengembangan Pengawas Pendidikan …… 101

3. Penilaian Pengembangan Pengawas Pendidikan ………… 106

F. Telaahan Studi Terdahulu yang Relevan ……… 110

G. Kerangka Pemikiran dan Premis Penelitian ……… 113

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 117

A. Metode Penelitian ……….. 117

B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian ………. 119

C. Teknik Pengumpulan Data ……… 121

D. Tahap-tahap Penelitian ……….. 121

E. Prosedur Analisis Data ………. 123

F. Pengujian Tingkat Kepercayaan ……… 124

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 128

A. Hasil Penelitian ………. 128

1. Perencanaan Pengembangan Pengawas Pendidikan …… 128

a. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh…. 128 b. Penyusunan Program Pengembangan Pengawas ……. 138

c. Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan program pembinaan pengawas ………. 147

2. Pelaksanaan Pengembangan Pengawas ……… 148

a. Sasaran Pengembangan Pengawas ……… 149

b. Strategi Pelaksanaan Pengembangan Pengawas ……… 162

c. Keterlibatan pihak lain dalam pelaksanaan program pembinaan pengawas ………. 168

3. Penilaian Pelaksanaan Pengembangan Pengawas ……… 170

B. Pembahasan Hasil Penelitian ….………. 178 1. Perencanaan Program Pembinaan Pengawas Pendidikan 178


(8)

2. Pelaksanaan Program Pembinaan Pengawas Pendidikan 187 3. Penilaian Program Pembinaan Pengawas Pendidikan …. 218 D. Penerapan Manajemen Mutu Terpadu dalam Program

Pembinaan Pengawas Pendidikan ………... 237

E. Alternatif Model Strategi Pengembangan Pengawas Pendidikan ………..……….. 258

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……… 274

A. Kesimpulan ……… 274

B. Rekomendasi ………. 280

DAFTAR PUSTAKA ……….. 283


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Tujuan Supervisi Pendidikan ……… 20

2.2. Tanggung Jawab Pembinaan Kepala Sekolah ……….. 22

2.3. Implementation Concepts ………. 59

2.4. Mekanisme untuk memahami pelanggan ………. 69

2.5. Aplikasi Konsep Sistem Kualitas Moderen ……….. 72

2.6 The customers of education ……….. 77

2.7 Kartu Skor Seimbang yang Mengintegrasikan Ukuran-ukuran Kunci Performansi Kualitas ………. 81

2.8 Model Sistem Pengendalian Proses ……… 87

2.9 Tim kerjasama dalam aktivitas kerja harian ……….. 88

2.10. Model Sistem Pengendalian Proses ………... 89

2.11. Sumber Efektivitas ……… 93

2.12. Pilihan-pilihan Strategik Kontinual dalam Perencanaan Sumber Daya Manusia ………. 99

2.13. Model Proses Pengembangan Personil ……… 103

2.14. Model Proses Analisis Kegagalan Kerja/Performansi ………. 109

2.15. Hubungan Pengujian Hipotesis dengan Keputusan Personil tentang Personil/Pelaksana Kerja yang Tidak Efektif ……… 110

4.2. Penerapan Balanced Scorcard dalam program pembinaan dan pengembangan pengawas pendidikan ………... 249

4.3 Alternatif Model Sistem pembinaan dan pengembangan pengawas pendidikan ………. 259


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Pengukuran performansi Kualitas dalam 4 dimensi ... 80 2.2. Tiga Proses Universal Manajemen Mutu ………... 90 4.1. Tujuan dan Sasaran Pengelolaan Pendidikan Dinas Pendidikan

Kota Banda Aceh ……….……… 132

4.2. Program Pembinaan dan Pengembangan Pengawas SD Dinas

Pendidikan Kota Banda Aceh ……….……… 145

4.3. Pendidikan Pengawas SD di Kota Banda Aceh ... 167 4.4. Ukuran keberhasilan program pembinaan dan pengembangan


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan dengan berbagai masalah, terutama untuk membantu guru-guru mencapai hasil belajar siswa secara optimal. Keterbatasan penguasaan pengetahuan dan pendekatan dalam pengelolaan proses belajar mengajar akan menjadi kendala bagi pengawas yang secara fungsional bertugas untuk itu. Permasalahannya adalah, apakah pengawas yang ada saat ini telah memiliki kesiapan untuk melaksanakan fungsi tersebut?

Sesuai kewenangannya, pengawas bertanggungjawab melakukan pengawasan untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu proses belajar mengajar yang diselenggarakan guru di sekolah. Mutu pendidikan di sini dilihat dari tiga dimensi, (Sanusi, 1990), yaitu “1) dimensi mutu hasil belajar, 2) dimensi mutu mengajar, dan 3) dimensi mutu bahan ajar”. Ketiga dimensi itu sangat ditentukan oleh kemampuan guru sebagai pengelola proses belajar mengajar di kelas. Karenanya guru merupakan faktor sentral yang menentukan mutu pendidikan. Dengan demikian maka, upaya peningkatan kinerja

(performance) guru dalam pengelolaan proses belajar mengajar berbanding lurus

dengan upaya peningkatan kinerja (performance) pengawas sebagai tenaga kependidikan yang berfungsi mengembangkan performance guru.

Program peningkatan mutu pendidikan idealnya dimulai dari lembaga pendidikan yang paling rendah, yaitu Sekolah Dasar (SD). Peningkatan mutu


(12)

pendidikan di sini strategis sifatnya, bukan hanya untuk membuat fondasi yang kokoh untuk mampu menyiapkan murid ke lembaga yang lebih tinggi, tetapi juga untuk membenahi pekerjaan tenaga kependidikan yang terlibat di SD agar semakin profesional di masa yang akan datang.

Menyadari bahwa faktor keberhasilan proses belajar mengajar dicapai melalui fungsi guru dalam mengelola proses belajar mengajar yang didukung oleh

performance pengawas pendidikan, maka peran pengawas menjadi sangat strategis

dalam upaya peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan performance guru. Untuk itu pengawas adalah elemen menentukan dalam membawa misi sekolah mencapai prestasi tertinggi. Fungsi pengawasan tidak dapat berjalan dengan efektif bila pengawas tidak dipersiapkan melalui suatu sistem yang selektif untuk menghasilkan pengawas profesional. Sistem tersebut akan lebih efektif bila ditunjang oleh budaya organisasi yang mempunyai komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Keterlibatan pengawas dalam meningkatkan mutu pendidikan dapat optimal bila sistem yang ada kondusif dan ditunjang oleh peralatan yang diperlukan untuk terlaksananya fungsi-fungsi pengawasan yang berhubungan dengan aspek akademik di sekolah. Sistem dimaksud adalah organisasi yang membawahi pengawas pendidikan, yaitu Dinas Pendidikan di masing-masing kabupaten/kota. Sistem pengawasan yang dinamis dan berorientasi pada mutu merupakan suatu kebutuhan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kondisi tersebut merupakan tugas berat namun harus dilaksanakan menghadapi perubahan yang sangat cepat. Dalam kaitan ini Tilaar (1991:10), sejak lama telah memberi aba-aba bahwa “peningkatan mutu pendidikan merupakan tugas berat yang tidak hanya


(13)

menyangkut teknis pendidikan, tetapi juga menyangkut persoalan perencanaan, pendanaan dan efisiensi penyelenggaraan sistem sekolah itu sendiri”. Sistem pembinaan yang berorientasi pada mutu tentunya juga memperhatikan perencananan dan pembiayaan yang berkontribusi positif terhadap efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah.

Kebutuhan akan fungsi pengawas yang profesional semakin dirasakan oleh guru sehubungan dengan peran mereka dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar dan tuntutan peningkatan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan sebagaimana dijelaskan di atas, antara lain perlu ditunjang oleh program peningkatan mutu pengawas, program peningkatan kualitas dan kuantitas alat pelajaran, pemantapan sistem informasi, serta tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai.

Sistem pembinaan pengawas pendidikan yang berorientasi pada mutu pendidikan dilakukan sejak dari proses rekrutmen, dengan tujuan untuk menjaring tenaga potensial yang memiliki potensi dan komitmen dalam fungsinya. Sistem seleksi pengawas selama ini, yang mengutamakan mantan kepala sekolah atau untuk memperpanjang masa pensiun pejabat tertentu, perlu dievaluasi kembali efektivitasnya. Dikatakan demikian karena pengawas pendidikan memerlukan orang-orang yang energik dan memiliki ide-ide inovatif untuk dikembangkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Menyadari bahwa faktor keberhasilan proses belajar mengajar dapat dicapai kalau guru selaku pengelolanya dapat berfungsi secara efektif dan profesional dengan dukungan fungsi pengawas yang profesional, maka profesionalisasi kinerja pengawas menjadi penting untuk diperhatikan, hal ini dapat ditempuh melalui


(14)

sistem pembinaan pengawas yang berkelanjutan. Upaya ke arah itu memang telah dilakukan, bahkan sudah rutin dilakukan, misalnya dengan mengadakan penataran yang bertujuan untuk penyegaran (updating) pengetahuan dalam bidang pengawasan maupun untuk memperkenalkan cara-cara baru yang inovatif kepada pengawas sekolah tentang sistem pembinaan yang dianggap lebih efektif. Sekali pun upaya ini telah dilakukan di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), namun hasil yang dicapai masih jauh dari harapan dan terkesan hanya merupakan kegiatan rutin dan belum profesional, artinya efektivitas layanan pembinaan terhadap guru-guru yang dilakukan oleh para pengawas masih dipertanyakan, terutama bila dilihat dari peringkat nasional lulusan sekolah (SLTA) dari Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang diterima di perguruan tinggi negeri, di mana peringkat nasional terbaik yang pernah dicapai adalah nomor urut 17. Khusus untuk SD di kota Banda Aceh, (lihat lampiran), capaian rata-rata UAS dalam kisaran dari nilai terendah 6.75 dan tertinggi 7,61. Di samping itu, sekali pun rasio pengawas dibandingkan dengan sekolah sudah cukup baik (1:7), namun untuk rasio pengawas dengan rombongan belajar (1:40) sepertinya masih perlu lebih dirasionalkan lagi, karena potensi untuk itu masih sangat terbuka.

Dilihat dari data-data di atas, sepertinya capaian hasil belajar murid SD di kota Banda Aceh masih perlu ditingkatkan. Lalu muncul pertanyaan, bagaimana pengawas melaksanakan fungsinya selama ini, adakah para pengawas selalu mendapatkan pembinaan manakala mereka telah menempati posisi sebagai pengawas, dan bagaimana perlakukan yang diterima oleh para pengawas dari Dinas Pendidikan kota Banda Aceh berkaitan dengan peningkatan kompetensi para pengawas?


(15)

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ketidakefektifan pengawas dalam melaksanakan fungsinya. Di antaranya adalah sistem yang digunakan dalam rekrutmen calon pengawas, kesiapan pengawas dalam melaksanakan tugasnya, serta komitmen dari dinas pendidikan sebagai organisasi yang mengelola pengawas untuk membina pengawas pendidikan dalam melaksanakan tugas. Faktor yang disebutkan terakhir, yaitu komitmen dinas pendidikan, besar pengaruhnya dalam mewujudkan pengawas dengan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan pekerjaannya.

Salah satu kendala yang selama ini terjadi dalam program pengembangan pengawas pendidikan adalah sistem seleksi para calon pengawas pendidikan. Ada kesan bahwa pekerjaan pengawas merupakan pekerjaan untuk memperpanjang masa dinas seorang pegawai negeri sipil atau memperlambat memasuki masa pensiun para pegawai di jajaran dinas pendidikan dengan mengabaikan harapan kinerja dari pekerjaan tersebut. Dengan dikeluarkannya keputusan menteri pendidikan nasional no 12 tentang standar pengawas sekolah/madrasah mengisyaratkan bahwa pekerjaan pengawas merupakan pekerjaan profesional yang membutuhkan kesiapkan khusus bagi pelaksananya, karena di dalamnya ditegaskan standar minimal yang harus dimiliki bagi seorang pengawas pendidikan, baik dari sudut kesiapkan akademik maupun kompetensinya.

Pembinaan pengawas pendidikan idealnya dilakukan dalam suatu pola pengelolaan sejak dari perencanaan kebutuhan pengawas dengan kualifikasi dan kualitas akademik yang harus dipenuhi, bagaimana mengadakan pengembangan kemampuan mereka tatkala sudah berada di dalam fungsinya dalam bentuk pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan, serta faktor apa saja yang


(16)

harus diperhatikan untuk memaksimalkan fungsi pengawas agar optimal dalam menjalankan fungsinya. Bahkan, perlu pula dipikirkan bagaimana menilai kinerja pengawas sebagai tenaga fungsional yang senantiasa dibutuhkan oleh guru-guru untuk pengembangan profesi mereka yang terus-menerus dinamis.

Dengan demikian maka jelas bahwa pembinaan pengawas pendidikan mempunyai akan membawa dampak terhadap upaya meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu proses belajar mengajar yang diselenggarakan guru. Atas dasar pemikiran di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Manajemen Pembinaan Pengawas Sekolah Dasar (Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh”. Pertimbangan yang dipergunakan dalam memilih pengawas pada jenjang SD sebagai tempat penelitian karena upaya peningkatan mutu sangat strategis bila dimulai dari jenjang yang paling rendah, yaitu SD. Dianggap strategis karena dengan peningkatan mutu pendidikan di SD, maka secara alamiah akan berkontribusi kepada upaya peningkatan mutu pendidikan pada jenjang di atasnya. Di samping itu ikut membantu upaya membenahi pekerjaan guru SD agar semakin profesional di masa mendatang.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan terdahulu, dimana pengawas memegang peranan penting dalam memajukan atau meningkatkan mutu pendidikan, maka hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari kompetensi pengawas dalam melaksanakan fungsinya. Kompetensi pengawas SD yang ada pada Dinas Pendidikan kota Banda Aceh merupakan tanggung jawab


(17)

Dinas Pendidikan untuk membinanya, karena secara organisasi para pengawas berada dalam satu kesatuan manajemen organisasi pada pada Dinas Pendidikan kota Banda Aceh. Untuk itu, maka permasalahan tersebut dikelompokkan ke dalam tiga, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pembinaan pengawas SD. Secara lebih rinci permasalahan dimaksud dapat dikemukanan sebagai berikut:

1. Permasalahan penelitian yang terkait dengan perencanaan pembinaan pengawas pendidikan meliputi:

a. Bagaimana Dinas Pendidikan kota Banda Aceh merumuskan visi, misi, dan tujuan program pembinaan pengawas SD.

b. Bagaimana Dinas Pendidikan kota Banda Aceh merencanakan program pembinaan pengawas SD.

c. Bagaimana Dinas Pendidikan kota Banda Aceh melibatkan unsur di luar Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam perencanaan program pembinaan pengawas SD.

2. Permasalahan penelitian yang berhubungan dengan pelaksanaan program pembinaan pengawas pendidikan meliputi:

a. Bagaimana Dinas Pendidikan kota Banda Aceh menyusun strategi pelaksanakan program pembinaan tenaga pengawas pendidikan SD.

b. Bagaimana tahapan program pembinaan tenaga pengawas SD dilaksanakan.

c. Bagaimana Dinas Pendidikan kota Banda Aceh melibatkan unsur-unsur di luar Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam program pembinaan pengawas SD.


(18)

3. Permasalahan penelitian yang berkaitan dengan penilaian terhadap pembinaan pengawas SD meliputi:

a. Apakah penilaian pengembangan pengawas SD menggunakan indikator keberhasilan program.

b. Adakah pihak luar Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dilibatkan dalam menilai program pembinaan pengawas SD.

c. Bagaimana prosedur penilaian terhadap pelaksanaan program pembinaan pengawas SD.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang manajemen pembinaan pengawas SD ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui:

1. Proses perencanaan pembinaan pengawas pendidikan meliputi:

a. Tahapan-tahapan yang ditempuh Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam merumuskan visi, misi, dan tujuan program pembinaan pengawas SD. b. Proses yang dilaksanakan Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam

merencanakan program pembinaan pengawas SD.

c. Keterlibatan unsur di luar Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam proses perencanaan program pembinaan pengawas SD.

2. Pelaksanaan program pembinaan pengawas pendidikan meliputi:

a. Strategi pelaksanakan program pembinaan tenaga pengawas pendidikan SD yang dilakukan Dinas Pendidikan.

b. Tahapan-tahapan yang ditempuh Dinas Pendidikan dalam pelaksanaan program pembinaan tenaga pengawas SD.


(19)

c. Keterlibatan unsur-unsur di luar Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam program pembinaan pengawas SD.

3. Penilaian terhadap program pembinaan pengawas SD meliputi:

a. Indikator keberhasilan program pembinaan pengawas yang digunakan oleh Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam program pembinaan pengawas SD.

b. Keterlibatan pihak luar Dinas Pendidikan kota Banda Aceh dalam menilai program pembinaan pengawas SD.

c. Prosedur penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan program pembinaan pengawas SD pada Dinas Pendidikan kota Banda Aceh.

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

Penelitian ini berusaha mengkaji secara mendalam tentang pengelolaan pembinaan kemampuan pengawas pendidikan (SD) dalam jajaran Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh. Sekali pun masalah ini sering muncul, namun penanganannya masih terlihat kurang serius. Oleh karena itu hasil penelitian ini secara teoritis dapat memperkaya khasanah studi administrasi pendidikan, terutama yang terkait dengan pembinaan pengawas yang memiliki kompetensi sesuai fungsinya dan berorientasi pada mutu pendidikan. Selain itu hasil penelitian ini dapat juga dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut bagi pengambil kebijakan di bidang pendidikan yang berhubungan dengan pembinaan pengawas dalam melakukan fungsi terhadap pembinaan guru. Secara teoritis temuan-temuan


(20)

dalam penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam menentukan arah pembinaan kompetensi pengawas yang dibutuhkan.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Disertasi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah disertasi ini ditulis, identifikasi permasalahan, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, serta struktur organisasi disertasi.

Bab kedua merupakan kajian teori, berisikan aspek teori yang terkait dengan pengembangan kompetensi pengawas pendidikan yang berorientasi kepada mutu pendidikan. Bagian kedua tulisan ini diberi judul Pengembangan Kemampuan Profesional Pengawas Sebagai Pengendali Mutu Pendidikan. Secara garis besar, bagian kedua ini berisi hal-hal sebagai berikut Pengawas Pendidikan dalam Konteks Administrasi Pendidikan, Pengertian dan Tujuan Supervisi Pendidikan, Prinsip dan Fungsi Supervisi Pendidikan, Peningkatan Mutu Pendidikan melalui Penerapan Total Quality Manajemen, dan Pengembangan Tenaga Pengawas Pendidikan. Di akhir bagian kedua ini juga dikemukakan kerangka pemikiran yang penulis tempuh serta premis penelitian.

Bagian ketiga atau bab ketiga, menjelaskan metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan disertasi ini. Di dalamnya dikemukakan tentang metode penelitian, unit analisis dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, tahap-tahap penelitian, prosedur analisis data, serta langkah-langkah pengujian tingkat kepercayaan.


(21)

Bagian keempat disertasi ini penulis melakukan pemaparan hasil penelitian dan kemudian melakukan pembahasan hasil penelitian. Di akhir bagian keempat ini penulis mencoba mengemukakan model hipotetik yang dapat digunakan untuk melakukan pengembangan kompetensi pengawas dalam melaksanakan fungsi dan kaitannya sebagai pengendali mutu pendidikan.

Bab kelima atau terakhir, merupakan kesimpulan dan rekomendasi. Di sini penulis menyampaikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian yang berkenaan dengan strategi pengembangan kompetensi pengawas dalam kaitannya sebagai pengendali mutu pendidikan. Penulis juga menyampaikan beberapa rekomendasi yang mungkin dapat dipertimbangan dalam rangka pelaksanaan pengembangan pengawas pendidikan yang berorientasi pada mutu pendidikan.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis manajemen pembinaan pengawas Sekolah Dasar (SD) pada Dinas Pendidikan kota Banda Aceh. Hasil analisis kemudian menawarkan satu pola manajemen pembinaan pengawas SD yang dianggap efektif meningkatkan kinerja pengawas dalam melaksanakan fungsi pembinaan terhadap guru-guru atau kepala sekolah dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penelitian ini sangat tepat menggunakan pendekatan kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982:31). Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alami (sebagai lawannya adalah eksperimen), di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), data yang dihasilkan bersifat deskriptif, dan analisis data dilakukan secara induktif, (Sugiyono, 1992:3.

Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif sering disebut dengan metode etnografik, metode fenomenologis, atau metode naturalistik. Pendekatan penelitian semacam ini mempunyai karakteristik, antara lain (a) data diambil langsung dari setting alami; (b) penentuan sampel secara purposif; (c) peneliti sebagai instrumen pokok; (d) lebih menekankan pada proses dari pada produk sehingga bersifat analitik; (e) analisis data secara induktif atau interpretasi bersifat idiografik; (f) mengutamakan makna di balik data, (Bogdan dan Biklen, 1982:27-29; Nasution, 1988:9-12; Sujana dan Ibrahim, 1989:197-200; Moleong, 1993:4-8),


(23)

, (Satori dan Komariah, 2009). Dalam proses penelitian ini karakteristik-karakteristik tersebut dijadikan acuan.

Dengan ciri atau karakteristik pertama, peneliti menggali data atau informasi secara langsung dari sumber data yang representatif tanpa memberikan suatu treatment seperti pada penelitian eksperimen. Pendekatan ini dilakukan dengan maksud untuk dapat memperoleh suatu gambaran fenomena tentang sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan sebagaimana adanya.

Penentuan sampel secara purposif sebagai ciri kedua memberi isyarat bahwa dalam menentukan sampel harus disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian banyaknya sampel tergantung pada pertimbangan kelengkapan informasi yang dibutuhkan. Dalam kaitan ini Nasution, (1988:32-33), menjelaskan bahwa untuk memperoleh informasi sampling dapat diteruskan sampai dicapai taraf redundancy, ketuntasan atau kejenuhan, artinya bahwa dengan mengunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Dengan kata lain sampel dianggap memadai apabila telah ditemukan pola tertentu dari data (informasi) yang dikumpulkan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan langsung oleh peneliti. Ciri atau karakteristik ketiga ini menempatkan peneliti sebagai instrumen utama. Rasional dari karakteristik ini adalah karena manusia (peneliti) mempunyai adaptabilitas yang tinggi, dengan demikian senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah, dan senantiasa dapat pula memperhalus pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data secara rinci dan mendalam sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, (lihat


(24)

Nasution, 1988:54-55). Di samping itu manusia (peneliti) sebagai instrumen memiliki senjata “dapat memutuskan” yang secara luwes dapat digunakannya. Ia senantiasa dapat menilai keadaan dan dapat mengambil keputusan, (Moleong, 1993:19). Karakteristik berikutnya yaitu lebih menekankan pada proses dari pada produk sehingga bersifat deskriptif analitik, hal ini berimplikasi bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cenderung dadlam bentuk kata-kata dari pada angka-angka, dan hasil analisisnya pun berupa uraian, (Miles dan Hubermen, 1984:15). Jadi, laporan kualitatif kaya dengan deskripsi dan penjelasan tentang aspek-aspek masalah yang menjadi fokus penelitian. Namun demikian bukan berarti bahwa dalam penelitian kualitatif bebas dari laporan yang berbentuk angka-angka (Satori dan Komariah, 2009).

Sebagaimana telah dijelaskan di muka bahwa sampel penelitian kualitatif tidak didasarkan atas pertimbangan statistik, melainkan berdasarkan ketuntasan informasi yang diperlukan, oleh karena itu analisis dalam penelitian ini bukan bertujuan untuk memperoleh generalisasi, tetapi data dianalisis secara induktif untuk dicari polanya, dan kemudian dicari maknanya dari pola tersebut. Dengan demikian hasil penelitian ini bersifat idiografik, lebih mementingkan makna dalam konteks ruang dan waktu.

B. Unit Analisis dan Sampel Penelitian

Fokus penelitian ini adalah pada sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan sebagai pengendali mutu pendidikan yang dilaksanakan pada Sekolah Dasar (SD) di Kota Banda Aceh Nanggroe Aceh Darussalam. Pemilihan lokasi penelitian secara strategik Aceh di


(25)

masa yang akan datang harus dapat mempersiapkan tenaga-tenaga kerja yang dapat bersaing dengan tiga negara dalam wilayah ASEAN. Bentuk kerjasama ketiga negara tersebut telah dirintis yaitu Indonesia (diwakili Aceh dan Sumatera Utara), Malaysia dan Thailand bagian selatan. Bentuk kerjasama tersebut dinamakan dengan Indonesia-Malaysia-Thailand Triangle Growth (IMT-GT). Untuk mengantisipasi kompetisi yang akan terjadi maka peningkatan mutu pendidikan adalah jawabannya, dan hal itu dimulai dari Sekolah Dasar karena secara alami akan berimbas ke lembaga pendidikan di atasnya.

Dengan demikian unit analisis penelitian ini bersifat institusional, dengan pengertian bahwa yang menjadi fokus kajian adalah organisasi atau lembaga yang terkait dalam sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan, bukan atas nama individu atau pejabat pengelolanya.

Dalam penelitian kualitatif banyaknya sampel bukan merupakan kriteria utama. Oleh karena itu yang diutamakan adalah bagaimana sampel tersebut dapat memberikan informasi sebanyak mungkin sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk keperluan tersebut pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposif (purposive sampling). Adapun sampel yang dijadikan responden sebagai nara sumber dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengawas Pendidikan 2. Kepala sekolah


(26)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Ketiga teknik tersebut dipergunakan untuk memperoleh informasi yang saling menunjang atau melengkapi tentang sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan sebagai pengendali mutu pendidikan yang diselenggarakan di kota Banda Aceh.

Agar wawancara tetap berlangsung dalam konteks, peneliti menggunakan pedoman wawancara, dengan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka. Untuk melengkapi informasi dari wawancara yang dilaksanakan, dan sekaligus untuk melakukan recheck atau triangulasi, maka dilakukan pula observasi dan studi dokumentasi dengan melihat peristiwa-peristiwa dan catatan-catatan atau laporan tentang sistem pembinaan terhadap pengawas pendidikan.

Bogdan dan Biklen, (1982:73-74), mengemukakan bahwa keberhasilan suatu penelitian kualitatif (naturalistik) sangat tergantung pada ketelitian dan kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun oleh peneliti, karenanya dalam penelitian ini peneliti melengkapi diri dengan buku catatan, tape recorder dan kamera. Perlengkapan tersebut dipergunakan untuk merekam informasi verbal maupun non-verbal selengkap mungkin.

D. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian kualitatif tidak memiliki tahapan-tahapan yang tegas, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga tahapan (Lincoln dan Guba, 1985:235-236), yaitu (1) tahap orientasi; (2) tahap eksplorasi; dan (3) tahap member check. Penjelasan ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:


(27)

1. Tahap Orientasi

Sebagai tahap awal, peneliti terlebih dahulu melalukan prasurvai dan pendekatan terhadap unit kajian. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran lokasi dan permasalahan, serta untuk mengklasifikasikan fokus penelitian di luar ide pertama peneliti. Langkah berikutnya adalah mengadakan observasi dan wawancara awal kepada beberapa responden. Observasi dan wawancara ini masih bersifat umum dan terbuka, agar diperoleh informasi yang lebih luas. Informasi yang diperoleh dianalisis untuk menemukan hal-hal yang khas, penting dan amat berguna untuk diteliti lebih lanjut secara mendalam sebagai fokus penelitian yang sesungguhnya. Selain itu, peneliti mengadakan observasi awal kepada beberapa orang pengawas, yang sifatnya umum untuk menemukan hal-hal menarik, dan amat berguna untuk diteliti.

2. Tahap Eksplorasi

Setelah peneliti memperoleh fokus penelitian yang mantap, peneliti melanjutkan penelitian ini ke tahap eksplorasi (penelitian sesungguhnya). Pada tahap eksplorasi, peneliti mengadakan wawancara yang lebih mendalam (depth

interview), dan wawancara itu lebih terstruktur serta didasarkan pada hasil

wawancara pada tahap orientasi. Observasi yang lebih mendalam terhadap fokus penelitian juga dilakukan pada tahap eksplorasi ini, sehingga memperoleh informasi yang lebih luas dan mendalam lagi.

3. Tahap Member Check

Tahap ini dilakukan agar hasil penelitian ini lebih dipercaya. Hasil observasi dan wawancara yang sejak semula telah dianalisis, dituangkan ke dalam bentuk laporan dan dikonfirmasikan kepada responden guna dinilai kesesuaiannya


(28)

dengan informasi yang diberikan. Setelah itu meminta penjelasan dan informasi baru bila dipandang perlu untuk melengkapi data yang telah ada. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka member check dilaksanakan bersamaan dengan tahap eksplorasi, yaitu dengan cara menulis catatan lapangan tersebut dan hasilnya dimintakan koreksi dari responden yang bersangkutan beberapa hari kemudian.

E. Prosedur Analisis Data

Untuk memberikan makna kepada data yang dikumpulkan dilakukan analisis dan interprestasi. Karena penelitian ini adalah kualitatif maka analisis dilakukan sejak data pertama dikumpulkan sampai penelitian berakhir secara terus-menerus. Kemudian interprestasi atau penafsiran dilakukan dengan mengacu kepada rujukan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.

Analisis data dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagaimana yang disarankan oleh Nasution, (1988:129-130), serta Miles dan Huberman (1984:21), yaitu (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Reduksi data merupakan kegiatan meringkas kembali catatan-catatan lapangan dengan memilih hal-hal yang pokok yang berkaitan dengan fokus penelitian, yaitu sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan sebagai pengendali mutu pendidikan. Selanjutnya ringkasan-ringkasan hal pokok tadi dirangkum dalam susunan yang lebih sistematis sehingga dengan mudah dapat diketahui polanya. Untuk memudahkan dalam melihat pola ini maka rangkuman tersebut disajikan dalam bentuk matrik hasil penelitian. Matrik yang disajikan tersebutlah yang dinamakan dengan display


(29)

data, yang selanjutnya dapat ditarik kesimpulan sehingga data yang dikumpulkan mempunyai makna.

Telah dikemukakan terdahulu bahwa proses analisis data dilakukan secara terus-menerus sejak data awal dikumpulkan. Oleh karena itu kesimpulan yang diambil pada awalnya pun bersifat tentatif dan agak kabur. Untuk memantapkan kesimpulan tersebut agar lebih grounded (berdasarkan pada data) maka verifikasi dilakukan selama penelitian dilakukan, hal ini dimaksudkan untuk menjamin tingkat kepercayaan hasil penelitian, sehingga prosesnya pun berlangsung bersamaan dengan member check dan triangulasi.

Kriteria pengukuran efektivitas sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan sebagai pengendali mutu pendidikan dapat dijelaskan sebagai berikut:

F. Pengujian Tingkat Kepercayaan

Tingkat kepercayaan dalam penelitian ini diupayakan memenuhi persyaratan sebagai berikut (Nasution. 1988:114-124 dan Muhadjir, 1990:150-159), yaitu (1) kredibilitas (validitas internal), (2) transferabilitas (validitas eksternal), (3) dependabilitas dan konformabilitas (reliabilitas dan objektivitas).

1. Kredibilitas

Kredibilitas merupakan persoalan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden. Untuk mencapai kredibilitas dimaksud, maka dalam penelitian ini dilakukan dengan (a)


(30)

triangulasi, (b) peer debriefing, (c) penggunaan bahan referensi, dan (d) mengadakan member check.

a. Triangulasi. Triangulasi merupakan proses mencek kebenaran data dengan cara membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan dengan menggunakan metode yang berlainan (Lincoln dan Guba, 1985:315; Nasution, 1988:115). Sebagai contoh, informasi tentang kegiatan

b. Peer debriefing (pembicaraan dengan kolega). Aktivitas ini dilakukan untuk membahas catatan-catatan lapangan dengan kolega di Program Studi Administrasi Pendidikan walaupun mereka tidak berkepentingan dengan penelitian ini. Dengan demikian mereka dapat memberikan pandangan-pandangannya yang netral dan objektif. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh kritik dan pertanyaan-pertanyaan yang lebih tajam, yang menantang tingkat kepercayaan hasil penelitian.

c. Penggunaan bahan referensi. Penggunaan bahan referensi yang dimaksudkan di sini adalah hasil rekaman tape recorder dan kamera foto. Cara ini digunakan untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang informasi yang diberikan oleh responden dan sekaligus dapat memahami konteks pembicaraannya, sehingga dapat memperkecil kemungkinan kekeliruan.

d. Mengadakan member check. Kegiatan member check dilakukan untuk mendapatkan keyakinan akan data yang diberikan oleh responden. Tahap ini dilakukan agar hasil penelitian ini lebih dipercaya. Hasil observasi dan wawancara yang sejak semua telah dianalisis, dikonfirmasikan kepada responden guna dinilai kesesuaiannya dengan informasi yang diberikan.


(31)

Setelah itu meminta penjelasan dan informasi baru bila dipandang perlu untuk melengkapi data yang telah ada.

2. Transferabilitas

Transferabilitas dalam penelitian kualitatif disebut dengan validitas eksternal, yaitu hingga manakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi lain. Dalam hubungan ini Nasution (1988:118), menjelaskan sebagai berikut:

Bagi peneliti naturalistik transferability bergantung pada si pemakai, yakni hingga manakah hasil penelitian itu dapat mereka gunakan dalam konteks dan situasi tertentu. Peneliti sendiri tidak dapat menjamin “validitas eksternal” ini. Ia hanya melihat transferability sebagai suatu kemungkinan. Ia telah memberikan deskripsi yang terinci bagaimana ia mencapai hasil penelitiannya itu. Apakah hasil penelitian itu dapat diterapkan, diserahkan kepada pembaca dan pemakai. Bila pemakai melihat ada dalam penelitian itu yang serasi bagi situasi yang dihadapinya maka di situ tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.

Di atas telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan, hasil analisis kemudian memunculkan satu model pembinaan dan pengembangan pengawas pendidikan yang senantiasa berorientasi pada upaya peningkatan mutu pendidikan.


(32)

3. Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Dependabilitas dan Konfirmabilitas berkaitan dengan masalah kebenaran penelitian naturalistik yang ditujukkan oleh dilakukannya proses “audit trail”, (Lincoln dan Guba, 1985:319). Trail mengandung makna jejak yang dapat dilacak atau ditelusuri, sedangkan audit berarti pemeriksaan terhadap ketelitian yang dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa apa yang dilaporkan itu demikian adanya. Dalam penelitian ini audit trail dilakukan sebagai berikut:

a. Merekam dan mencatat selengkap mungkin hasil wawancara, observasi maupun studi dokumentasi sebagai data mentah untuk kepentingan analisis. b. Menyusun hasil analisis dengan cara menyeleksi data mentah di atas,

kemudian merangkum atau menyusunnya kembali dalam bentuk deskripsi yang lebih sistematis.

c. Membuat lampiran atau kesimpulan sebagai hasil sistesis data.

d. Melaporkan seluruh proses penelitian, sejak dari pra survey dan penyusunan desain sampai pengolahan data sebagaimana digambarkan dalam laporan penelitian ini.

Demikianlah beberapa ketentuan dan cara-cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan penelitian ini. Kegiatan pada butir a dilakukan selama kegiatan pengumpulan data di lapangan. kegiatan butir b dan c akan dijelaskan lebih rinci pada Bab IV, sedangkan kegiatan butir d telah diuraikan pada bagian pengumpulan data.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Sebagai bagian terakhir disertasi ini penulis kemukakan beberapa kesimpulan, implikasi, rekomendasi, dan dalil yang didasarkan pada deskripsi dan pembahasan hasil penelitian serta alternatif model sistem pembinaan pendidikan yang telah dikemukakan di dalam Bab IV. Kesimpulan-kesimpulan yang dikemukakan terkait dengan masalah dan tujuan penelitian. Sementara implikasi, rekomendasi dan dalil diharapkan dapat menjadi terapi konseptual bagi model sistem pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan di SD pada khususnya serta jenjang pendidikan SMP dan SMA pada umumnya.

A. Kesimpulan

Di dalam pembahasan hasil penelitian telah terungkap makna yang terdapat di balik fenomena, baik yang teramati melalui observasi maupun tersingkap lewat wawancara secara mendalam. Untuk lebih jelasnya dalam bagian ini disajikan kesimpulan-kesimpulan baik yang besifat inferensial maupun empirik. Selanjutnya dikemukakan implikasi dan rekomendasi yang diharapkan menjadi masukan bagi pihak berwenang untuk pengembangan sistem pembinaan pendidikan yang lebih efektif sesuai dengan situasi dan kondisi setempat, terutama untuk meningkatkan bobot profesional pengawas pendidikan yang berimbas pada peningkatan bobot profesional guru-guru. Kesimpulan-kesimpulan dimaksud adalah sebagai berikut:


(34)

1. Kepala Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh sebagai penanggung jawab program pembinaan pendidikan, dalam menyusun program pembinaan pendidikan selalu mengacu pada visi dan misi serta analisis kebutuhan kantor Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh. Sekali pun demikian, perencanaan program pembinaan pendidikan belum mempunyai jadwal yang jelas dan rinci, padahal jadwal tersebut sangat dibutuhkan dalam program pembinaan pendidikan. Di samping itu, belum dirumuskan secara rinci tahapan program pembinaan pendidikan dalam bentuk perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang.

a. Visi pembinaan pendidikan tidak terlepas dari visi Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, yaitu mewujudkan Dinas Pendidikan sebagai institusi terpercaya untuk menciptakan manusia yang unggul berwawasan lingkungan dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Visi ini selaras dengan visi Pemerintah Kota Banda Aceh yaitu, Terwujudnya Banda Aceh Sebagai Kota Bertamaddun dengan Masyarakat Madani yang Islami. Sedangkan salah satu misi Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas tenaga kependidikan. Visi dan misi dijadikan sebagai acuan dalam menyusun suatu perencanaan termasuk perencanaan program pembinaan dan pengembangan tenaga pengawas pendidikan. Namun, program pembinaan pendidikan belum memposisikan visi sebagai pendorong motivasi dan pemandu aktivitas. Aktivitas hanya dijalankan berdasarkan kebiasaan dalam siklus rutinitas, tanpa kesadaran yang mendalam bahwa aktivitas yang dilakukan dalam rangka mewujudkan visi. Misi program pembinaan pendidikan kurang tersosialisasikan secara


(35)

merata kepada pengawas pendidikan serta belum dipahami secara benar oleh para pejabat struktural yang berfungsi sebagai pembina program pembinaan pendidikan. Akibatnya, aktivitas yang dilakukan tidak berdasarkan misi dan kesadaran dalam rangka menjalankan misi.

b. Sistem yang dikembangkan dalam program pembinaan pendidikan dalam menganalis kebutuhan berusaha menjaring informasi dari berbagai unsur, yaitu Kepala Dinas Pendidikan, Kasubbag Personalia, Kasubdin Pendidikan Dasar, Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar, Koordinator Pengawas Pendidikan, dan Majelis Pendidikan Daerah. Hal ini akan memudahkan Kepala Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh dalam memimpin program pembinaan pendidikan dalam menentukan prioritas utama, terutama dalam mencarikan alternatif pemecahan masalahnya ketika menghadapi permasalahan. Di samping itu, hal ini memudahkan sistem program pembinaan pendidikan yang diterapkan dalam menyusun perencanaan yang realistik.

c. Program pembinaan pendidikan yang dikembangkan pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh selalu mengacu pada visi, misi, serta analisis kebutuhan. Hal ini akan memudahkan organisasi (Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh) dalam merealisasikan program tersebut. Namun, perencanaan program tersebut belum dirumuskan secara rinci mana perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang.

2. Pelaksanaan program pembinaan pendidikan belum dilakukan secara efektif. Kurang efektifnya pelaksanaan program pembinaan pendidikan, disebabkan oleh beberapa faktor penghambat, yaitu:


(36)

a. Faktor personal, yaitu ketidakmampuan para pembina program pembinaan dan pengembangan tenaga pengawas pendidikan untuk melaksanakan program pengembangan secara efektif karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dan bahkan kepribadiannya.

b. Faktor administratif, yaitu belum tersedianya perangkat administratif yang baku di dalam sistem Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh dalam bentuk hirarki struktur sebagai pegangan para pembina program pembinaan dan pengembangan tenaga pengawas pendidikan yang terfokus pada pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan tenaga pengawas pendidikan.

c. Faktor manajerial, yaitu sistem manajemen dengan menerapkan pendekatan birokratis dalam program pembinaan dan pengembangan tenaga pengawas pendidikan, membuat para pembina program menjadi pasif, kurang berani berinisitif atau mengambil prakarsa tetapi selalu menunggu perintah dari atas untuk setiap kegiatan yang terkait dengan program pembinaan dan pengembangan tenaga pengawas pendidikan.

d. Faktor eksternal, yaitu kondisi-kondisi yang berada di luar sistem Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, akan tetapi mempengaruhi pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan tenaga pengawas pendidikan, seperti tingkat sosial ekonomi, sikap pembina program, dan dukungan

stakeholders.

e. Pengorganisasian program pembinaan pendidikan belum membuat pembagian kerja (job description) secara tertulis dan rinci di antara personil pembina yang dilibatkan dalam program pengembangan tenaga


(37)

kependidikan. Akibatnya, personil yang dilibatkan tidak mengetahui secara jelas apa dan kapan suatu aktivitas seharusnya dilakukan. Di samping itu, para pembina yang ditunjuk sebagai pembina program pembinaan pendidikan terikat dengan struktur tugas Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, akibatnya personil tersebut justru lebih mementingkan tugas-tugas pokok yang melekat pada jabatan struktural yang menjadi tanggung jawabnya, sementara tanggung jawab dalam program pembinaan pendidikan dilaksanakan kurang terprogram.

f. Pihak-pihak yang terlibat dalam program pembinaan pendidikan kota Banda Aceh, adalah Kepala Dinas Pendidikan, Kasubbag Personalia, Kasubdin Pendidikan Dasar, Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar, Koordinator Pengawas Pendidikan, Perguruan Tinggi (terutama FKIP Unsyiah), dan Majelis Pendidikan Daerah kota Banda Aceh. Sekalipun

stakeholder yang terlibat dalam program pembinaan pendidikan demikian

banyak tetapi sangat disayangkan karena perhatian mereka terhadap program pembinaan pendidikan masih sangat kurang, hal ini terlihat jarangnya mereka duduk bersama untuk membicarakan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan program pembinaan pendidikan. g. Prosedur program pembinaan pendidikan yang dilakukan pada program

pembinaan pendidikan adalah: (1) mengumpulkan informasi melalui need

asesmen, (2) mengidentifikasi masalah, (3) menganalisis masalah, (4)

mencari serta menetapkan alternatif pemecahan masalah, (5) menetapkan prioritas upaya pemecahan masalah, dan (6) melaksanakan program pembinaan pendidikan.


(38)

h. Teknik pelaksanaan program pembinaan pendidikan pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh belum dapat dilaksanakan secara efektif. Dengan perkataan lain, program pembinaan pendidikan belum sepenuhnya diarahkan pada upaya peningkatan kemampuan profesional tenaga pengawas pendidikan secara efektif. Teknik pelaksanaan program pembinaan pendidikan belum dilakukan secara efektif, hal ini disebabkan antara lain: (a) personil yang berfungsi melakukan pembinaan terhadap pengawas pendidikan pada umumnya adalah menduduki jabatan struktural pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh, dengan demikian mereka lebih terfokus pada pekerjaan yang melekat pada jabatan strukturalnya, (b) kurang jelasnya job description (pembagian kerja) di antara personil (pembina pengawas pendidikan), sehingga siapa akan melakukan pekerjaan apa kurang terlihat, sebagai akibatnya efektivitas program pembinaan pendidikan kurang dapat dicapai, (c) perhatian pimpinan (Kepala Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh) secara kelembagaan masih kurang terutama dalam memberikan insentif bagi tim yang berfungsi melakukan pembinaan terhadap pengawas pendidikan, (d) kurangnya dukungan materil dari organisasi terutama bagi pengawas pendidikan yang melanjutkan pendidikan dalam rangka pengembangan profesional, (e) personil yang terlibat dalam program pembinaan pendidikan kurang memiliki ilmu dan wawasan tentang kepengawasan kependidikan, hal ini disebabkan antara lain: (1) penunjukkan mereka sebagai pembina pengawas pendidikan bukan atas dasar kualifikasi dan kualitas dalam bidang kepengawasan pendidikan, melainkan karena mereka menduduki jabatan struktural tertentu yang


(39)

terkait dengan pengawas pendidikan, (2) pada umumnya para personil yang berfungsi sebagai pembina program pembinaan pendidikan jarang sekali mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, loka karya dan penelitian dalam bidang pengawasan pendidikan.

3. Model manajemen program pembinaan pendidikan menempuh langkah-langkah, perumusan rencana, pelaksanaan rencana, serta monitoing dan evaluasi. Seluruh kegiatan program pembinaan pendidikan selalu mengacu pada visi dan misi. Dalam pelaksanaan dan pengawasan program pembinaan pendidikan selalu ditekankan agar para pengawas pendidikan memprioritaskan mutu pendidikan, yang terdiri dari mutu proses belajar mengajar dan mutu hasil belajar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan dari kesimpulan dan implikasi di atas, dikemukakan rekomendasi sebagai berikut:

1. Perencanaan yang berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia diawali dengan melakukan kajian terhadap lingkungan internal dan eksternal. Tujuannya adalah untuk mencari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan timbul, dalam hal ini perlu dilibatkan stakeholders (orang-orang yang berkepentingan) terutama dalam perumusan visi dan misi organisasi termasuk dalam pelaksanaan program pembinaan pendidikan pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh.


(40)

2. Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh melalui Kepala Dinas dapatlah kiranya membuat perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang dengan jelas tentang program pembinaan pendidikan.

3. Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh dalam merekrut pengawas pendidikan dapat memprioritaskan guru yang memiliki kualifikasi dan kemampuan baik dalam mengajar, hal ini akan sangat berguna dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengawas pendidikan.

4. Perlu dipikirkan oleh Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh bahwa alangkah baiknya jika dalam pengorganisasian program pembinaan pendidikan dibuat pembagian kerja (job description) secara rinci dan tertulis bagi setiap personil yang dilibatkan.

5. Perlu juga diperhatikan oleh Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh bahwa dalam penempatan personil dan pengawasan dalam rangka program pembinaan pendidikan, terlebih-lebih program pembinaan pendidikan ini merupakan pembinaan dan pengembangan para personil yang akan melaksanakan pembaharuan di segala lini pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan.

6. Penataan manajemen sumber daya manusia, terutama yang terkait dalam program pembinaan pendidikan, perlu juga diimbangi dengan sumber dana secara kontinue.

7. Untuk meningkatkan kualitas unjuk kerja pembina program dalam program pembinaan pendidikan perlu dipertimbangkan kelayakan para pembina untuk melaksanakan fungsi tersebut, baik dari segi kemampuan akademik kepengawasan maupun ketersediaan waktu untuk melaksanakan tugas.


(41)

8. Alangkah baiknya jika ditetapkan suatu pola “carier development plan” yang baku sebagai instrumen untuk pengembangan karier para pengawas pendidikan, sehingga pengembangan karir mereka dapat dilaksanakan secara efektif dan terprogram melalui program pembinaan pendidikan.

9. Perlu kiranya diterapkan sistem “manajemen partisipatif’ dalam program pembinaan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi tenaga pengawas pendidikan untuk menjadi subjek bukan sebagai objek program pengembangan.

10. Perlu dikembangkan “pusat sumber belajar” pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh dengan fasilitas belajar yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesionalisme pengawas, guru dan tenaga kependidikan lannya, yang dikelola secara efektif.

11. Perlu dipikirkan untuk dilaksanakan berupa pemberian kompensasi terhadap pengawas pendidikan berdasarkan performansi mereka. Dengan demikian kompetisi sesama pengawas pendidikan yang mengarah pada pertumbuhan jabatan profesional dapat berlangsung secara alamiah dalam suatu organisasi.

Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi yang telah dikemukakan di atas, diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil program pembinaan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Walaupun penelitian ini hanya mengkaji sebagian kecil dari sejumlah besar masalah program pembinaan pendidikan, namun penulis yakin dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi arus globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin komplek.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim (2003), Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Dari

Sentralisasi menuju Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara.

--- (2003), Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar dalam Kerangka

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.

--- (2004), Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak, Jakarta: Bumi Aksara.

Bogdan, RC and Biklen, SK. (1982), Qualitative Research for Education, Boston: Allyn and Bacon Inc.

Castetter, William, B. (1981), The Personnel Function in Educational

Administration, (third ed.), New York: MacMillan Publishing Co., Inc.

Dharma, Surya (2007), Manajemen Sekolah Dasar: Materi Pendidikan dan Pelatihan TOT Calon Pengawas dan Calon Kepala Sekolah, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Engkoswara dan Komariah, Aan. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV.

Alfabeta.

Gaspersz, Vincent. (1997), Membangun Tujuh Kebiasaan Kualitas dalam Praktek

Bisnis Global, Jakarta: Gramedia.

Gomes, Faustino Cardoso. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset.

Hariwung, AJ. (1989), Supervisi Pendidikan, Jakarta: PPLPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Harris, BM. (1985), Supervisory Behavior in Education, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Himes, Gary K. (2000), Merangsang Kreativitas: Mendorong Gagasan-Gagasan

Kreatif, dalam Timpe, A. Dale, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kreativitas, Jakarta: Gramedia.

Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G. (1987), Educational Administration: Theory

Research and Practice, New York: Random House.

Lipham. JM. et. all. (1985), The Principalship: Concept, Competencies and Cases, New York: Longman Inc.


(43)

Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael (1992), Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Mondy, R, Wayne dan Robert M. Noe III, (1996), Human Resource Management, 5th ed, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Owens, RG. (1981), Organizational Behavior in Education, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Peters, Thomas. J. dan Waterman, Jr. Robert H. Mengejar Keunggulan, dalam Pierce, John L. dan Newstrom, John W, (1996), The Manager’s Bookshelf, alih bahasa: agus maulana, jakarta: binarupa aksara.

Peters, Tom. dalam pierce, john l. dan newstrom, john w, (1996), the manager’s

bookshelf, alih bahasa: agus maulana, jakarta: binarupa aksara.

Ranftl, Robert M. (2000), Tujuh Kunci Untuk Produktivitas Tinggi, dalam Timpe, A. Dale, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Produktivitas, Jakarta: Gramedia.

Rebore, Ronald W. (1987), Personnel Administration in Education: A

Management Approach, New Jersey: Prentice Hall.

Sallis, Edward. (1993), Total Quality Management in Education, Philadelpia: Kogan Page.

Sanusi, Achmad (1990). Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan, Bandung: FPS IKIP Bandung.

Satori, Djam’an (1989), Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar

(Penelitian Terhadap Efektivitas Sistem Pelayanan Bantuan Profesionalisme bagi Guru-guru SD di Cianjur Jawa Barat), Disertasi,

Bandung: PPS IKIP Bandung.

---, (1992), Pengelolaan Pendidikan Dasar, Jakarta: Jurnal Pendidikan ISPI, No. 8, Oktober 1992.

---, (1997), Supervisi Klinis: Makalah pada Penataran dan Lokakarya Pengawas TK, SD/SDLB se Jawa Barat.

Sergiovani. TJ. (1987), The Principalship: A Reflective Practice Perspective, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Simamora, Henry. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.


(44)

Spencer, M. Lyle, Jr dan Spencer M. Signe, (1993), Competence at Work, Models

for Superior Performance, New York: John Wiley & Sons, Inc.

Tenner, Arthur R. dan Detero Irving J. (1992), Total Quality Management, Three

Steps to Continous Improvement, Massachusetts: Addison-Wesley

Publishing Company Reading.

Werther, William B. dan Keith Davis (1996), Human Resources and Personnel

Management, New York: McGraw-Hill.Inc.

Rivai, Veithzal (2010), Islamic Human Capital: Manajemen Sumber Daya Islami, Jakarta: Rajawali Pers.

Rivai, Veithzal dan Basri, Ahmad Fawzi Mohd. (2005), Performance Appraisal: Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(1)

terkait dengan pengawas pendidikan, (2) pada umumnya para personil yang berfungsi sebagai pembina program pembinaan pendidikan jarang sekali mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, loka karya dan penelitian dalam bidang pengawasan pendidikan.

3. Model manajemen program pembinaan pendidikan menempuh langkah-langkah, perumusan rencana, pelaksanaan rencana, serta monitoing dan evaluasi. Seluruh kegiatan program pembinaan pendidikan selalu mengacu pada visi dan misi. Dalam pelaksanaan dan pengawasan program pembinaan pendidikan selalu ditekankan agar para pengawas pendidikan memprioritaskan mutu pendidikan, yang terdiri dari mutu proses belajar mengajar dan mutu hasil belajar.

B. Rekomendasi

Berdasarkan dari kesimpulan dan implikasi di atas, dikemukakan rekomendasi sebagai berikut:

1. Perencanaan yang berorientasi pada pengembangan sumber daya manusia diawali dengan melakukan kajian terhadap lingkungan internal dan eksternal. Tujuannya adalah untuk mencari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang akan timbul, dalam hal ini perlu dilibatkan stakeholders (orang-orang yang berkepentingan) terutama dalam perumusan visi dan misi organisasi termasuk dalam pelaksanaan program pembinaan pendidikan pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh.


(2)

2. Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh melalui Kepala Dinas dapatlah kiranya membuat perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang dengan jelas tentang program pembinaan pendidikan.

3. Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh dalam merekrut pengawas pendidikan dapat memprioritaskan guru yang memiliki kualifikasi dan kemampuan baik dalam mengajar, hal ini akan sangat berguna dalam melaksanakan fungsinya sebagai pengawas pendidikan.

4. Perlu dipikirkan oleh Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh bahwa alangkah baiknya jika dalam pengorganisasian program pembinaan pendidikan dibuat pembagian kerja (job description) secara rinci dan tertulis bagi setiap personil yang dilibatkan.

5. Perlu juga diperhatikan oleh Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh bahwa dalam penempatan personil dan pengawasan dalam rangka program pembinaan pendidikan, terlebih-lebih program pembinaan pendidikan ini merupakan pembinaan dan pengembangan para personil yang akan melaksanakan pembaharuan di segala lini pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan.

6. Penataan manajemen sumber daya manusia, terutama yang terkait dalam program pembinaan pendidikan, perlu juga diimbangi dengan sumber dana secara kontinue.

7. Untuk meningkatkan kualitas unjuk kerja pembina program dalam program pembinaan pendidikan perlu dipertimbangkan kelayakan para pembina untuk melaksanakan fungsi tersebut, baik dari segi kemampuan akademik kepengawasan maupun ketersediaan waktu untuk melaksanakan tugas.


(3)

8. Alangkah baiknya jika ditetapkan suatu pola “carier development plan” yang baku sebagai instrumen untuk pengembangan karier para pengawas pendidikan, sehingga pengembangan karir mereka dapat dilaksanakan secara efektif dan terprogram melalui program pembinaan pendidikan.

9. Perlu kiranya diterapkan sistem “manajemen partisipatif’ dalam program pembinaan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi tenaga pengawas pendidikan untuk menjadi subjek bukan sebagai objek program pengembangan.

10. Perlu dikembangkan “pusat sumber belajar” pada Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh dengan fasilitas belajar yang lengkap sesuai dengan kebutuhan pengembangan profesionalisme pengawas, guru dan tenaga kependidikan lannya, yang dikelola secara efektif.

11. Perlu dipikirkan untuk dilaksanakan berupa pemberian kompensasi terhadap pengawas pendidikan berdasarkan performansi mereka. Dengan demikian kompetisi sesama pengawas pendidikan yang mengarah pada pertumbuhan jabatan profesional dapat berlangsung secara alamiah dalam suatu organisasi.

Kesimpulan, implikasi dan rekomendasi yang telah dikemukakan di atas, diharapkan dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil program pembinaan pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Walaupun penelitian ini hanya mengkaji sebagian kecil dari sejumlah besar masalah program pembinaan pendidikan, namun penulis yakin dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi arus globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin komplek.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim (2003), Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar, Dari Sentralisasi menuju Desentralisasi, Jakarta: Bumi Aksara.

--- (2003), Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar dalam Kerangka Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara. --- (2004), Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak,

Jakarta: Bumi Aksara.

Bogdan, RC and Biklen, SK. (1982), Qualitative Research for Education, Boston: Allyn and Bacon Inc.

Castetter, William, B. (1981), The Personnel Function in Educational Administration, (third ed.), New York: MacMillan Publishing Co., Inc. Dharma, Surya (2007), Manajemen Sekolah Dasar: Materi Pendidikan dan

Pelatihan TOT Calon Pengawas dan Calon Kepala Sekolah, Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. Engkoswara dan Komariah, Aan. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: CV.

Alfabeta.

Gaspersz, Vincent. (1997), Membangun Tujuh Kebiasaan Kualitas dalam Praktek Bisnis Global, Jakarta: Gramedia.

Gomes, Faustino Cardoso. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi Offset.

Hariwung, AJ. (1989), Supervisi Pendidikan, Jakarta: PPLPTK Ditjen Dikti Depdikbud.

Harris, BM. (1985), Supervisory Behavior in Education, New Jersey: Prentice-Hall Inc.

Himes, Gary K. (2000), Merangsang Kreativitas: Mendorong Gagasan-Gagasan Kreatif, dalam Timpe, A. Dale, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kreativitas, Jakarta: Gramedia.

Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G. (1987), Educational Administration: Theory Research and Practice, New York: Random House.

Lipham. JM. et. all. (1985), The Principalship: Concept, Competencies and Cases, New York: Longman Inc.


(5)

Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael (1992), Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Mondy, R, Wayne dan Robert M. Noe III, (1996), Human Resource Management, 5th ed, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Owens, RG. (1981), Organizational Behavior in Education, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Peters, Thomas. J. dan Waterman, Jr. Robert H. Mengejar Keunggulan, dalam Pierce, John L. dan Newstrom, John W, (1996), The Manager’s Bookshelf, alih bahasa: agus maulana, jakarta: binarupa aksara.

Peters, Tom. dalam pierce, john l. dan newstrom, john w, (1996), the manager’s bookshelf, alih bahasa: agus maulana, jakarta: binarupa aksara.

Ranftl, Robert M. (2000), Tujuh Kunci Untuk Produktivitas Tinggi, dalam Timpe, A. Dale, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Produktivitas, Jakarta: Gramedia.

Rebore, Ronald W. (1987), Personnel Administration in Education: A Management Approach, New Jersey: Prentice Hall.

Sallis, Edward. (1993), Total Quality Management in Education, Philadelpia: Kogan Page.

Sanusi, Achmad (1990). Beberapa Dimensi Mutu Pendidikan, Bandung: FPS IKIP Bandung.

Satori, Djam’an (1989), Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar (Penelitian Terhadap Efektivitas Sistem Pelayanan Bantuan Profesionalisme bagi Guru-guru SD di Cianjur Jawa Barat), Disertasi, Bandung: PPS IKIP Bandung.

---, (1992), Pengelolaan Pendidikan Dasar, Jakarta: Jurnal Pendidikan ISPI, No. 8, Oktober 1992.

---, (1997), Supervisi Klinis: Makalah pada Penataran dan Lokakarya Pengawas TK, SD/SDLB se Jawa Barat.

Sergiovani. TJ. (1987), The Principalship: A Reflective Practice Perspective, Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Simamora, Henry. (2001), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Ketiga, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.


(6)

Spencer, M. Lyle, Jr dan Spencer M. Signe, (1993), Competence at Work, Models for Superior Performance, New York: John Wiley & Sons, Inc.

Tenner, Arthur R. dan Detero Irving J. (1992), Total Quality Management, Three Steps to Continous Improvement, Massachusetts: Addison-Wesley Publishing Company Reading.

Werther, William B. dan Keith Davis (1996), Human Resources and Personnel Management, New York: McGraw-Hill.Inc.

Rivai, Veithzal (2010), Islamic Human Capital: Manajemen Sumber Daya Islami, Jakarta: Rajawali Pers.

Rivai, Veithzal dan Basri, Ahmad Fawzi Mohd. (2005), Performance Appraisal: Sistem yang Tepat Untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, Jakarta: Raja Grafindo Persada.