STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF : Penelitian Para Guru Pendidikan Jasmani Adaptif Sekolah Dasar Inklusif Kota Surabaya.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ………...……….……….. i

Surat Pernyataan ………...……….……… iii

Abstrak ………...………….……… iv

Kata Pengantar ………...……….……… v

Ucapan Terimakasih ………...……… vii

Daftar isi ………...……… xi

Daftar Bagan ………..………...……… xiii

Daftar Tabel ……….……….……… xiii

Daftar Diagram……… xiii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A Latar Belakang Masalah ………...…….……… 1

B Focus Kajian dan Pertanyaan Penelitian ………. 7

C Tujuan Penelitian ………...………… 8

D Signifikansi dan Manfaat Penelitian ……….…… 9

E Definisi Konsep ………. 10

F Metode Penelitian ……….. 11

BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH INKLUSIF ………..……… 13 A Strategi Pembelajaran ……… 13

B Anak Berkebutuhan Khusus ……….……… 20

C Pendidikan Jasmani Adaptif ………..……… 23

D Pendidikan Inklusif ……… 35

E Hasil Penelitian Yang Relevan ………...………... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……...……….. 49

A Pendekatan Penelitian ……… 49

B Teknik Pengumpulan Data ………..……….. 51

C Subjek Penelitian ………... 53

D Langkah dalam Penelitian ………. 55

E Teknik Analisis Data ………...………. 62

F Keabsahan Data ………...………. 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ….………….………… 70

A Hasil Penelitian ……….………. 70

B Pembahasan ……….………. 112

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……….………. 150


(2)

B Saran ……… 155

DAFTAR PUSTAKA ……….. 159

LAMPIRAN-LAMPIRAN A Kisi Kisi Instrumen Penelitian………. 164

B Pedoman Wawancara……….. 165

C Surat Permohonan Pengisian Kuesioner……….. 169

D Pedoman Kuesioner……… 170

E Studi Pendahuluan……… 180

F Data Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif Jawa Timur……… 189

G Reduksi hasil wawancara dan kuesioner……….. 196

H Validasi Instrument……….………. 238

I SK Pembimbing Tesis………..……… 239

J Surat Ijin Penelitian dari SPs UPI………...…………. 241

K Surat Ijin Peelitian dari BAKESBANGPOLINGMAS Jabar………... 142

L Surat Ijin Penelitan dari BAKESBANGPOLINMAS Jatim………...……. 243

M Surat Ijin Penelitian dari BAKESBANGPOLINMAS kota Surabaya……...….. 244

N Surat Ijin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya………..……... 245


(3)

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jenis kelamin, usia, background pendidikan dan penerimaan guru

terhadap ABK……… 71

Tabel 4.2 Pengalaman Mengajar dan Penerimaan Guru Penjas terhadap ABK… 74 Tabel 4.3 Pelatihan Pendidikan Jasmani Adaptif yang Pernah Diikuti dan Penerimaan Guru Terhadap ABK……….. 79

Tabel 5.1 Permasalahan dan Solusi Permasalahan yang Dilaksanakan Guru dalam Pembelajaran………... 84

DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Proses Perijinan dalam Penelitian……….. 60

Bagan 3.2 Langkah dalam Penelitian……….. 63

Bagan 3.3 Proses Analisis Data Kualitatif……….………. 64

Bagan 3.4 Teknik Analisis Data………..………... 69

Bagan 4.1 Metode Pencapaian Pelaksanaan Pendidikan Inklusif yang Ideal……. 117

DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Keterkaitan antara Pengalaman Mengajar dan Penerimaan Guru Penjas terhadap ABK………. 74


(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

WHO mengindikasikan pola hidup sadenter (kurang gerak) sebagai ancaman kesehatan terbesar bagi penduduk dunia, resiko tersebut akan semakin besar pengaruhnya bagi orang-orang berkebutuhan khusus. Gaya hidup kurang aktif yang disebabkan oleh kebutuhan khusus yang dialami seseorang menjadi penghalang sekaligus akan semakin meningkatkan resiko dalam menurunkan kapasitas gerak dan otonomi seorang yang mengalami kebutuhan khusus. Penurunan performa fisik tersebut akan semakin luas dampaknya apabila tidak segera mendapatkan penanganan khusus. Pendidikan jasmani yang telah di modifikasi dan di sesuaikan merupakan alternatif solusi dalam menangani permasalahan penurunan fungsi fisik akibat kurangnya bergerak bagi para penyandang kebutuhan khusus. Marge (Donncha, Mac et al. 2006-2007).

Penurunan performa fisik akibat rutinitas yang kurang gerak merupakan resiko setiap orang terutama orang berkebutuhan khusus yang memandang kebutuhan khusus yang dialaminya sebagai penghambat dalam melakukan berbagai beraktifitas. Setiap orang dengan aktifitas keseharian yang minim gerak akan beresiko besar terhadap penurunan fungsi fisik yang berimplikasi besar terhadap kesehatan. Kesehatan sangat diperlukan untuk dapat menjalankan berbagai aktifitas dan pekerjaan dengan hasil optimal, siswa membutuhkan


(6)

kesehatan untuk dapat mengikuti kegiatan belajar, kesehatan menjadi modal utama untuk memulai dan meningkatkan produktifitas sehingga proses pembelajaran dapat maksimal. Di sekolah, mata pelajaran yang menunjang dalam hal ini adalah pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes). Tarigan (2009:29) Penjasorkes memiliki dampak berarti bagi tumbuh kembang siswa, secara pertumbuhan olahraga teratur akan menjadikan siswa bugar dan terhindar dari obesitas, dalam aspek perkembangan dapat dilihat melalui beberapa aspek seperti perkembangan pengetahuan, kerjasama, penalaran, emosional, sikap sportif, menghargai perbedaan, saling menolong, keterampilan, juga perkembangan aspek intelegensi. Dengan demikian, keberadaan mata pelajaran penjasorkes menjadi penunjang dalam proses belajar mengajar secara keseluruhan, pencapaian optimal proses belajar mengajar membutuhkan peran serta kesehatan siswa, siswa yang sehat memiliki daya tahan tubuh dan konsentrasi berfikir yang lebih baik dari siswa yang sakit dan kesehatan dapat diperoleh dari aktifitas fisik yang menunjang,

Materi tentang aktifitas fisik di sekolah yang terdapat pada mata pelajaran penjasorkes merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional (Mahendra 3:2003). Tidak dapat dipungkiri batapa pentingnya peranan penjasorkes sebagai aktifitas pembelajaran yang memiliki muatan dalam mendukung kesehatan siswa.


(7)

3

siswa berkebutuhan khusus. Semua siswa tidak terkecuali siswa ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) dapat mempelajari pendidkan jasmani dan akan mendapatkan manfaat dari kegiatan fisik yang dilaksanakannya secara rutin. Salah satu faktor yang menunjuang keberhasilan pembelajaran penjas adaptif apabila guru dapat memahami karakteristis siswa ABK dan dapat mengaplikasikan pembelajaran secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan siswa. Dan guru sekaligus merupakan pembimbing dan pengarah yang paling berwenang dalam kegiatan pembelajaran.

Bentuk program penjasorkes yang sesuai bagi sekolah yang terdapat siswa ABK, (anak yang memerlukan layanan dan pendidikan yang spesifik), adalah penjasorkes yang telah di adaptasikan dan di modifikasikan sesuai dengan kebutuhan khusus masing-masing siswa atau disebut penjas adaptif (pendidikan jasmani adaptif).

Pendidikan jasmani adaptif adalah pendidikan melalui program aktivitas jasmani yang dimodifikasi untuk memungkinkan individu dengan kelainan memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dengan aman, sukses dan memperoleh kepuasan (Abdoellah, Arma 1996:3)

Dengan demikian pendidikan jasmani adaptif merupakan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi ABK untuk dapat mengaktualisasikan aktifitas fisik melalui kegiatan yang terarah dan terencana dalam program pembelajaran. Abdoellah (1996:4-5) juga menyatakan bahwa mayoritas siswa ABK memiliki kapasitas mobilisasi yang rendah, dan performa fisik kurang, oleh karenanya ABK memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak, sudah sewajarnya bila pendidikan jasmani harus menjadi program utama dari program pendidikan bagi


(8)

siswa berkebutuhan khusus secara keseluruhan, karena menjadi dasar bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh semua ABK. Dan sudah menjadi hak bagi setiap ABK untuk dapat memperoleh pelatihan yang penuh dan efektif tanpa adanya diskriminasi, sebagaimana yang tercantum dalam konferensi hak asasi manusia pertama Perserikatan Bangsa-Bangsa:

first united nations world conference on human right: The world conference reaffirms the obligation of states to ensure that persons belonging to minorities may exercise fully and effectively all human rights and fundamental freedoms without any discrimation. (Sherril,C.1994)

Dalam deklarasi tersebut ditekankan adanya kewajiban negara untuk menjamin setiap warga negaranya yang tergolong minoritas, termasuk diataranya ABK, untuk mendapatkan hak dalam berlatih secara penuh dan efektif tanpa adanya diskriminasi. Salah satu bentuk upaya pemerintah mengaplikasikan nilai tersebut terhadap ABK adalah dengan diselenggarakannya sekolah-sekolah inklusif, sekolah inklusif adalah sekolah yang mengakomodasi kebutuhan belajar semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus untuk dapat belajar bersama-sama dengan siswa lain yang tidak berkebutuhan khusus. Di sekolah inklusif ABK mendapatkan pelayanan pendidikan yang di sesuaikan dengan kebutuhan khusus masing-masing siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk dapat memberikan sumbangsih terhadap keberhasilan aplikasi pendidkan inklusi melalui bidang yang lebih spesifik yakni pendidikan jasmani adaptif. Guru olahraga di sekolah inklusif sebagai praktisi


(9)

5

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, oleh karenanya, dalam penelitian ini guru olahraga di sekolah inklusif menjadi sumber data (narasumber) utama untuk mendapatkan gambaran kompleks tentang pelaksanaan pembelajaran penjas adaptif di sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.

Di lapangan, di sekolah dasar inklusif, masing-masing guru memiliki strategi tersendiri yang berbeda-beda, untuk mengungkapkan tentang bagaimana strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran penjas adaptif di sekolah inklusif, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang di dasarkan pada pengalaman guru penjasorkes dalam mengelola pembelajaran, atas dasar pemikiran tersebut maka di lakukan penelitian dengan tema “strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif “

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui polling terhadap 33 orang guru pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang barusaja ditetapkan sebagai sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada tahun 2010, diketahui mayoritas guru tidak setuju apabila sekolah tempatnya mengabdi di tetapkan sebagai sekolah inklusif, kekhawatiran guru akan semakin banyaknya beban dan kesulitan yang harus di tanggung guru dalam pembelajaran, serta kurangnya kemampuan guru dalam mengajar dengan melibatkan ABK menjadikan guru merasa tidak mampu dalam mengajar siswa ABK. Dua hal tersebut menjadi alasan utama mengapa mayoritas guru penjas di sekolah-sekolah inklusif yang baru tersebut tidak setuju mengajar di sekolah yang berstatus


(10)

inklusif. Keseluruhan narasumber dalam studi pendahuluan penulis tidak ada yang pernah mengikuti pembekalan terkait pendidikan jasmani adaptif, tidak memiliki buku panduan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif juga belum mengenal istilah tentang pendidikan jasmani adaptif. Narasumber yang bersedia mengajar dengan melibatkan ABK hanya 15 %, meskipun ada minoritas guru yang bersedia mengajar dengan melibatkan ABK namun keseluruhan guru akan memilih untuk mengajar di kelas regular bila dihadapkan pada pilihan antara mengajar di kelas regular atau kelas inklusif.

Hasil studi pendahuluan tersebut memperkuat keingginan untuk memahami lebih jauh pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk kemudian dianalisis dan diharapkan memberikan sumbangsih berharga dalam pelaksanaan pendidikan inklusif melalui pendidikan jasmani adaptif sehingga peneliti memfokuskan penelitian pada strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif. Penentuan tema tentang pendidikan jasmani adaptif tidak hanya disebabkan oleh keingginan untuk memberikan sumbangsih dalam keberhasilan aplikasi pendidikan inklusif dalam aspek pendidikan jasmani adaptif. minat dan kepentingan peneliti terhadap permasalahan pendidikan jasmani adaptif yang berkaitan dengan profesi sekaligus untuk pertimbangan dalam pengambilan kebijakan penyusunan kurikulum pembelajaran pendidikan jasmani adaptif menjadi bagian dalam extra scientific criteria pada penentuan judul tesis ini, disamping itu scientific criteria “strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif” sebagai tema yang ditentukan adalah tema yang secara ilmiah


(11)

7

signifikansi dalam pengambilan kebijakan maupun pembelajaran penjas adaptif dalam praktek di lapangan maupun dalam pelaksanaan pembekalan para calon tenaga pengajar penjas adaptif.

B. Fokus Kajian dan Pertanyaan Penelitian

Mayoritas siswa ABK memiliki kapasitas mobilisasi yang rendah, dan performa fisik kurang, melalui pemanfaatan aktifitas fisik pendidikan jasmani bertujuan dalam perbaikan kesehatan fisik, mental maupun emosional siswa. Pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah inklusif adalah pendidikan jasmani adaptif.

Untuk dapat memberikan masukan berharga dalam aplikasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang lebih berkualitas maka perlu dipelajari bagaimana aplikasi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang selama ini telah berjalan di sekolah-sekolah dasar yang telah terlebih dahulu ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan terkait pelaksaan pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif dan sebagai bahan masukan dalam perbaikan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, maka penelitian ini difokuskan pada “Bgaimana Strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang diterapkan di sekolah dasar inklusif”

Untuk lebih dapat menemukan jawaban yang spesifik terhadap fokus penelitian tersebut, secara khusus pertanyaan penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


(12)

1. Bagaimana identitas guru, berapa lama pengalaman guru dalam mengajar dan bagaimana pemahaman guru terhadap anak berkebutuhan khusus?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif?

3. Strategi pembelajaran apa yang diterapkan guru dalam mengajar pendidikan jasmani adaptif?

4. Apasaja modifikasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani?

5. Bagaimana upaya guru dalam memotivasi dan mengaktifkan peranserta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari bagaimana strategi pembelajaran penjasorkes yang diaplikasikan para guru pendidikan jasmani yang sekolah tempatnya mengajar telah terlebih dahulu ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengalaman mengajar (identitas) dan pemahaman guru terhadap ABK.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif.

3. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajar pendidikan jasmani adaptif.


(13)

9

4. Modifikasi yang dilakukan dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. [sarana prasarana, kurikulum, media (modifikasi media pembelajaran dalam bentuk,ukuran, pewarnaan, bahan, berat), evaluasi].

5. Upaya guru dalam memotivasi dan mengaktifkan peranserta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang terlaksana di sekolah dasar inklusif.

1. Secara operasional, penelitian ini dapat digunakan oleh para guru pendidikan jasmani dan para guru pendamping anak berkebutuhan khusus yang terlibat langsung dalam proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif.

2. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pendelegasian wakil sekolah dalam setiap kegiatan pembinaan atau pembekalan guru.

3. Bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP); Perguruan Tinggi (PT) sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara


(14)

pendidikan inklusif yang bertugas mempersiapkan guru, khususnya guru pendidikan jasmani, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan guru pembekalan guru dengan kemampuan dan praktek penanganan siswa yang melibatkan siswa berkebutuhan khusus, sehingga para guru yang ditempatkan di sekolah dengan status inklusi tidak mengalami banyak hambatan dalam pelaksanaan pembelajarannya.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat membuka wawasan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam pelaksanaan penelitian lebih lanjut khususnya berkaitan dengan modifikasi, manfaat dan konsekwensi pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah inklusif yang otomatis menuntut keterlibatan ABK secara aktif di dalamnya.

E. Definisi Konsep

1. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala tindakan yang dilaksanakan guru pendidikan jasmani di sekolah dasar inklusif dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif mulai dari persiapan hingga evaluasi pembelajaran.

2. Pendidikan Jasmani Adaptif (penjas adaptif)

Pendidikan jasmani adaptif dalam penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani yang di adaptasikan dan di sesuaikan dengan kebutuhan khusus siswa baik metode pendekatan, lingkungan belajar maupun


(15)

11

peralatan belajar yang menuntut peran serta seluruh siswa dalam pelaksanaan pembelajarannya.

3. ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)

Anak Berkebutuhan Khusus, ABK yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang memerlukan pendidikan atau layanan yang spesifik, layanan itu berbeda dengan anak-anak pada umumnya, layanan tersebut di sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak. Kebutuhan tersebut bisa bersifat temporer maupun permanen.

4. Sekolah Inklusif

Sekolah inklusif merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan yang mengakomodasi setiap kebutuhan khusus siswa untuk dapat belajar bersama-sama di sekolah reguler serta tersedianya program pendidikan yang layak dan disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan strategi deskriptif pendekatan kualitatatif. Metode penelitian deskriptif kualitatif dipandang tepat untuk mendapatkan data tentang stategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif. Teknik pengumpulan data menggunakan dua cara yaitu: kuesioner dan wawancara.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling model purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang didasarkan dalam penetapan sampel adalah kualifikasi minimal guru


(16)

penjasorkes yang dijadikan responden wawancara dalam penelitian ini, yakni guru pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelengara pendidikan inklusif mulai atau sebelum tahun 2008.

Instrumen dalam penelitian ini berupa pedoman wawancara dan kuesioner dengan validasi instrumen dilakukan berdasarkan expert judgement dari pakar pendidikan jasmani adaptif. Untuk keabsahan data diperoleh melalui penentuan kompetensi subjek riset, yakni mengambil subjek riset yang berasal dari guru pendidikan jasmani yang telah mengaplikasikan pendidikan jasmani adaptif. Keabsahan data juga ditempuh melalui trianggulasi metode, yakni dengan mengkombinasikan jawaban yang sesuai antara hasil penelitian melalui metode wawancara dan metode kuesioner. Lokasi penelitian pada sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif kota Surabaya.


(17)

49 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab III ini akan diutarakan strategi pemecahan masalah yang berkaitan dengan jenis atau format penelitian, metode, sumber dan alat pengumpulan data serta strategi analisis data. Adapun sistematika penyajiannya akan dimulai dari pendekatan penelitian, teknik pengumpulan data, subjek riset, langkah dalam penelitian, teknik analisis data serta keabsahan data.

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif semi ekplanasi. Pendekatan deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai strategi pembelajaran penjas adaptif di sekolah dasar inklusif, lebih lanjut semi ekplanasi dimaksudkan untuk melihat adanya asosiasi antara beberapa variabel dalam penelitian ini yang dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori yang berkaitan dengan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif khususnya di sekolah inklusif.

Penelitian ini dikategorikan semi eksplanasi karena tidak menggunakan adanya hipotesis tapi mengarah pada adanya penelaahan hubungan antar berbagai variabel penelitian, diharapkan hasil temuan penelitian ini dapat menjelaskan: (1) keterkaitan antara identitas guru (jenis kelamin, usia, background pendidikan), pengalaman guru dalam mengajar penjas dan pengalaman guru mengajar melibatkan ABK terhadap pandangan guru pada ABK; (2) pelaksanaan kegiatan


(18)

pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif; (3) strategi pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif; (4) modifikasi yang dilaksanakan terkait dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, dan; (5) upaya guru dalam memotivasi dan mengaktifkan peranserta seluruh siswa dalamkegiatan pembalajaran pendidikan jasmani adaptif.

Dengan menggunakan metode diskriptif ini peneliti ingin mendeskripsikan karakteristik dari guru pendidikan jasmani yang sekolah tempatnya mengajar telah menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusif lebih dari tiga tahun. Karena bermaksud untuk menggambarkan karekteristik dari subjek riset adalah guru pendidikan jasmani adaptif yang telah berpengalaman (ditinjau dari waktu ditetapkannya sekolah sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif) maka penentuan individu yang diteliti sebagai subjek penelitian berdasarkan dari data yang diperoleh dari dinas pendidikan kota Surabaya dan dinas pendidikan propinsi Jawa Timur, data yang diperoleh tentang sekolah-sekolah yang telah terlebih dahulu ditentukan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan responden penelitian.

Penelitian ini berhubungan dengan pendidikan jasmani adaptif yang diselenggarakan di sekolah dasar inklusif maka penelitian ini akan melibatkan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pendidikan jasmani adaptif dan penelitian yang terkait dengan pendidikan inklusif sebagai bahan analisis data disamping studi pustaka.


(19)

51 B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitan ini menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan karena peneliti ingin memperoleh informasi langsung dari sumber pelaksana pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yaitu guru pendidikan jasmani adaptif itu sendiri. Wawancara dalam penelitian ini merupakan wawancara intensif (intensive interview) yang berstruktur dengan tujuan mendapatkan data kualitatif yang mendalam dengan teknik wawancara semistukture (semistucture interview) atau wawancara bebas terpimpin. Teknik ini digunakan peneliti karena selain pedoman wawancara secara tertulis peneliti juga memungkinkan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan lain secara bebas namun juga tetap terarah dengan tetap berada pada pokok permasalahan yang inggin diketahui peneliti. Dengan metode ini peneliti bermaksud untuk mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga memungkinkan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, wawancara digunakan agar subjek penelitian dapat berbagi cerita dari pengalaman mengajar yang dialaminya, dan apabila ada pertanyaan tambahan maka dapat diutarakan pada saat wawancara berlangsung supaya subjek penelitian menerangkan maksudnya dan memberikan penjelasan lebih rinci. Wawancara dilaksanakan secara lansung melalui pertemuan langsung di sekolah, dan beberapa kali peneliti mengamati apa yang dilaksanakan guru penjas dalam pembelajaran sambil menunggu waktu luang sumber penelitian, alokasi waktu tiap pelaksanaan wawan cara berkisar antara satu jam dan adakalanya lebih, beberapa data yang dirasa


(20)

kurang dari hasil wawancara lansung akan ditambah dengan data dari hasil wawancara via telepon kepada narasumber.

Selain wawancara, pengumpulan data dalam penelitian ini juga menggunakan teknik kuesioner. Tujuan penggunaan metode kuesioner Kriyantono, R (20010:97) adalah “Mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan” kuesioner/angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket terbuka, sehingga responden memiliki kebebasan untuk menjawab tanpa adanya alternatif jawaban yang diberikan. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner ini sama dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti dalam wawancara dan diberikan pada subjek yang sama (masing-masing subjek penelitian diwawancarai sekaligus mengisi angket dengan pertanyaan yang sama dan waktu yang berbeda). Dan waktu pelaksanaan pemberian kuesioner berbeda dengan waktu pelaksanaan wawancara.

Penggunaan dua metode dalam pengumpulan data yakni wawancara dan kuesioner dimaksudkan peneliti sebagai bahan pertimbangan dan bahan untuk trianggulasi data. Sehingga data yang diperoleh bisa lebih objektif sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Kekurangan teknik wawancara dapat di cover oleh metode kuesioner, dan kekurangan metode kuesioner dapat tercover melalui metode wawancara.


(21)

53 C. Subjek Penelitian

Penentuan subjek dalam penelitian ini didasarkan pada teknik purposive sampling, jadi subjek penelitian ditetapkan secara sengaja dengan berdasarkan kriteria: sekolah tempat mengajar subjek penelitian adalah sekolah yang ditetapkan sebagai sekolah dasar penyelenggara pendidikan inklusif pada tahun 2008 atau sebelumnya.

Penggunaan teknik purposive sampling ini dipilih dikarenakan peneliti menentukan kriteria bagi subjek penelitian, asumsi peneliti bahwa guru-guru pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah yang telah terlebih dahulu ditetapkan sebagai sekolah dasar inklusif akan memiliki wawasan dan opini yang lebih mendalam terhadap pendidikan jasmani adaptif, sehingga dengan penentuan kriteria subjek penelitian tersebut diharapkan hasil penelitian akan mendukung tujuan dari pelaksanaan penelitian ini.

Semula peneliti menggunakan kriteria pengalaman minimal guru dalam mengajar pendidikan jasmani adaptif (pengalaman minimal guru dalam mengajar penjas dengan melibatkan ABK), namun karena tidak tersedianya data dari pengalaman mengajar masing-masing guru pendidikan jasmani yang berada di dinas menjadikan, sehingga akhirnya peneliti menggunakan kriteria waktu penetapan sekolah inklusif sebagai kriteria (sekolah yang telah terlebih dahulu ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inkusif). Penetapan kriteria ini selanjutkan memberikan manfaat lebih pada proses analisis data terkait dengan


(22)

identitas dan pengalaman guru yang beragam dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

Asumsi penentuan kriteria subjek penelitian tersebut juga didasarkan atas pertimbangan dari studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti terhadap sejumlah 33 guru pendidikan jasmani dari sekolah-sekolah yang baru ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, hasil dari studi pendahuluan tersebut mendiskripsikan tentang mayoritas guru penjas memiliki penerimaan negatif terhadap ABK, minimnya pengetahuan, pengalaman dan pembekalan guru terhadap pendidikan jasmani adaptif. Sehingga berdasarkan hasil studi pendahuluan tersebut peneliti menetapkan kriteria lamanya sekolah ditetapkan menjadi sekolah inklusif sebagai acuan dalam pemilihan subjek penelitian dengan asumsi bahwa guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut lebih berpengalaman dan akan memiliki opini serta penjelasan yang lebih mendalam untuk menjawab pertanyaan peneltian ini.

Penentuan jumlah subjek penelitian dalam riset ini berubah menurut ketersediaan data di lapangan/saturasi “saturasi/saturation, yaitu periset dapat mengakhiri kegiatan pencarian data jika ia merasa bahwa tidak ada lagi informasi baru yang ia peroleh dari kegiatan mencari data” Bieber, H & Leavy 2006 (Kriyantono, R.2010:165). Pelaksanaan penelitian ini berjalan mengalir terhadap sejumlah subjek penelitian, pada awalnya peneliti mewawancarai dan memberikan kuesioner terhadap sepuluh orang responden, karena penelitia menganggap masih


(23)

55

tidak ada lagi informasi yang dianggap baru maka peneliti mengakhiri wawancara dan pemberian kuesioner pada subjek penelitian yang ke tigabelas. Dan peneliti sudah merasa cukup dengan hasil dari tiga belas narasumber tersebut.

Dalam studi semiotic, framing ataupun analisis wacana dikenal dengan istilah korpus. Korpus adalah suatu himpunan terbatas atau juga berbatas dari unsure yang memiliki sifat bersama atau tunduk pada aturan yang sama & karena itu dapat dianalisis sebagai keseluruhan, meskipun tidak secara langsung bisa menghasilkan generalisasi. (Kriyantono, R.2010:165)

Subjek penelitian ini merupakan guru pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah dasar yang telah ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif mulai tahun 2008 atau sebelumnya.. Jumlah keseluruhan responden adalah 13 orang dengan komposisi empat orang guru perempuan dan sembilan orang guru laki-laki.

D. Langkah dalam Penelitian

1. Pemilihan dan analisis masalah yang akan diteliti

Berdiskusi dengan dosen pembimbing dengan berbekal pada hasil proposal penelitian, menentukan permaslahan penelitian dengan berdasarkan pertimbangan minat dan kepentingan peneliti terhadap permasalahan pendidikan jasmani adaptif berrkaitan dengan profesi peneliti adalah bagian dari extra scientific criteria , selain alasan scientific criteria bahwa tema tentang “strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif” adalah tema yang secara ilmiah dapat ditelaah/researchable dengan metodologis yang layak serta memiliki signifikansi dalam pengambilan kebijakan maupun


(24)

pembelajaran penjas adaptif dalam praktek di lapangan maupun dalam pelaksanaan pembekalan para calon tenaga pengajar penjas adaptif

2. Collecting referensi studi kepustakaan tekait masalah penelitian.

Peneliti mengumpulkan berbagai macam sumber yang berkaitan dengan pendidikan jasmani adaptif dan juga pendidikan inklusif, karena fokus penelitian ini adalah pada strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang dilaksanakan di sekolah dasar inklusif maka peneliti mengumpulkan materi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penjas adaptif dan pendidikan inklusif diantaranya: hasil-hasil penelitian terdahulu, sumber dari jurnal, dari buku, dari internet, dari publikasi departemen, dokumen dan dari makalah.

3. Menentukan fokus penelitian

Setelah disepakati topik permasalahan yang akan diteliti maka selanjutnya penulis menetukan focus penelitian/research question yaitu pertanyaan tentang hal-hal yang ingin dicari jawabannya tentang penelitian dengan tema pendidikan jasmani adaptif tersebut.

4. Menentukan setting dan subjek penelitian

Setting penelitian dalam penelitan kualitatif merupakan hal yang penting dan telah ditentukan ketika menentukan focus penelitian, setting penelitian ini adalah para guru pendidikan jasmani di sekolah dasar inklusif yang sekolah tempatnya bekerja dijadikan/ditunjuk sebagai sekolah penyeleggara pendidikan inklusif mulai/sebelum tahun 2008.


(25)

57 5. Studi pendahuluan

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan penjajakan awal melalui pelaksanaan studi pendahuluan terhadap sejumlah narasumber yang berasal dari para guru olahraga yang mengajar di sekolah yang baru saja ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah polling terhadap guru penjas di sekolah dasar yang sekolahnya baru ditetapkan sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif sebagai sumber studi pendahuluan.

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan penulis melalui polling terhadap 33 orang guru pendidikan jasmani tersebut, diketahui mayoritas guru tidak setuju apabila sekolah tempatnya mengabdi di tetapkan sebagai sekolah inklusif, kekhawatiran guru akan semakin banyaknya beban dan kesulitan yang harus di tanggung guru dalam pembelajaran, serta kurangnya kemampuan guru dalam mengajar dengan melibatkan ABK menjadikan guru merasa tidak mampu dalam mengajar siswa ABK. Dua hal tersebut menjadi alasan utama mengapa mayoritas guru penjas di sekolah-sekolah inklusif yang baru tersebut tidak setuju mengajar di sekolah yang berstatus inklusif. Keseluruhan narasumber dalam studi pendahuluan penulis tidak ada yang pernah mengikuti pembekalan terkait pendidikan jasmani adaptif, tidak memiliki buku panduan pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif juga belum mengenal istilah tentang pendidikan jasmani adaptif. Narasumber yang bersedia mengajar dengan melibatkan ABK hanya 15 %, meskipun ada minoritas guru yang bersedia mengajar dengan melibatkan ABK namun


(26)

keseluruhan guru akan memilih untuk mengajar di kelas regular bila dihadapkan pada pilihan antara mengajar di kelas regular atau kelas inklusif. 6. Perizinan

Proses perijinan yang harus ditempuh dalam penelitian ini cukup panjang, dimulai dari pengurusan perijinan di tingkat kampus di SPS UPI kemudian dilanjutkan ke Bakesbangpollinmas propinsi Jawa Barat, dari bakesbangpollinmas propinsi Jawa Barat di lanjutkan ke Bakesbangpollingmas propinsi Jawa Timur. Sampai pada akhirnya diterbitkannya surat perijinan dan akses penelitian pada sekolah-sekolah yang berlabel inklusif. Bagan dibawah ini adalah gambaran proses perijinan yang harus di tempuh dalam penyusunan penelitian ini. Proses perijinan ini ditempuh penulis untuk mendapatkan data tentang sekolah inklusif yang ada di jawa timur dan kota Surabaya serta beberapa data tambahan yang disampaikan oleh pegawai dinas pendidikan tentang penyelengaraan pendidikan inklusif di wilayahnya.


(27)

59 Bagan 3.1

Proses perijinan dalam penelitian.

7. Metode penelitian

Penetapan metode penelitian mengacu pada masalah dan fokus penelitian yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya adalah setting dan subjek penelitian. Dan penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif semi ekplanasi tipe pendekatan survei dengan unit penelitian individu dan metode pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner.

8. Penyusunan instrumen pengumpulan data

Setelah metode penelitian sudah ditentukan maka tahapan selanjutnya adalah penyusunan instrumen penelitian sebagai peralatan untuk Perijinan dari

direktur SPS UPI

BAKESBANG POLLINGMAS JAWA BARAT BAGIAN DIKDAS (PENDIDIKAN DASAR) BAKESBANGPOLLINMA

S JAWA TIMUR

BAKESBANG POLLINGMAS KOTA SURABAYA

DINAS PENDIDIKAN PROPINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

BAGIAN PENDIDIKAN KHUSUS DAN KLK

BAGIAN DIKDAS DINAS PENDIDIKAN JATIM

BAGIAN PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS DAN KLK

SURAT IJIN AKSES PENELITIAN PADA SELURUH SEKOLAH DASAR INKLUSIF DI JAWATIMUR


(28)

mengumpulkan data dilapangan maka dilaksanakan penyusunan instrumen penelitian. Kisi-kisi instrumen pertanyaan yang ada dalam wawancara sama dengan kisi-kisi instrument yang ada dalam kuesioner. (kisi-kisi instrument penelitian dapat dilihat pada lampiran)

9. Validasi instrument penelitian

Untuk menghasilkan penelitian yang valid maka alat ukur dalam pengambilan data/instrument penelitiannya juga harus dapat mengkover tujuan penelitian yang telah tercantum dalam fokus penelitian. Validasi instrument dilakukan dengan mensharingkan rancangan instrument dengan ahli yang kompeten di bidang pendidikan jasmani adaptif, pada penelitian ini peneliti melakukan validasi instrument pada praktisi pendidikan jasmani adaptif yang telah berpengalaman dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. (keterangan validasi instrumen penelitian disertakan dalam lampiran) 10. Pengumpulan data, pengolahan, analisis dan interpretasi data

Pengolahan data dan analisis data dilakukan secara bersamaan selama proses penelitian, setiap kali selesai wawancara peneliti langsung mentranskripkan inti hasil wawancara tersebut dan melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil transkrip dan kuesioner. mengedit (editing) dan memberikan kode (coding) termasuk dalam proses pengolahan data (data processing). Editing data dilakukan dengan cara memeriksa data yang telah tekumpul, apabila ada data dari narasumber yang dirasa kurang lengkap maka peneliti lansung melakukan penelusuran pada narasumber yang bersangkutan


(29)

61

melalui telepon. Sedangkan dalam proses coding peneliti memberikan kode-kode tertentu untuk memudahkan proses analisis data hasil penelitian.

Pada saat menganalisis data ketika data yang telah ada dinilai kurang memadai peneliti kembali ke lapangan untuk melakukan pengumpulan data kembali dan sampai dengan subjek ke 13 peneliti merasa cukup dengan data yang diperoleh. Pengolahan data dilakukan dengan cara mengklarifikasi atau mengkategorikan data berdasarkan lima macam pokok bahasan sebagaimana yang tercantum dalam focus kajian dan pertanyaan penelitian.

Setelah pengolahan data peneliti melakukan analisis dan menginterpretasikan data yang akhirnya diinterpretasikan atau disimpulkan, penyimpulan dalam penelitian ini menggunakan cara penyimpulan terhadap masing-masing masalah.

11. Keabsahan data

Metode pengumpulan data dengan wawancara mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka, dan sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan memperngaruhi hasil akurasi penelitian oleh karena itu dibutuhkan beberapa cara dalam menentukan keabsahan data, prosedur untuk keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode: (1) Kopetensi subjek riset, subjek riset adalah guru penjas/praktisi pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif dan; (2) Analisis triangulasi. Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi metode.


(30)

Lebih lengkapnya langkah dalam penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut:

Bagan 3.2

Langkah dalam Penelitian

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif digunakan karena data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang berupa kalimat-kalimat yang diperolah

Pemilihan dan Analisis Masalah

Collecting Referensi

Instrument Metode Peneltian

Keabsahan Data Studi

Pendahuluan Setting dan Subjek Penelitian Focus Penelitian

Analisis dan Interpretasi Pengelolaan Data

Pengumpulan Data

Validasi Instrument


(31)

63

berfikir induktif, yaitu cara berfikir yang berangkat dari hal-hal yang khusus (fakta empiris) menuju hal-hal yang umum (tataran konsep)” (Kriyantono. R,2010:196). Karena itu secara garis besar teknik analisis datanya dapat digambarkan sebagai berikut :

Fakta empiris Tataran konseptual

Bagan 3.3

Proses analisis data kualitatif (Kriyantono. R,2010:197)

Gambar diatas menjelaskan analisis data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang dikumpulkan dalam proses wawancara dan kuesioner terhadap para guru penjas adaptif yang telah ditetapkan sebagai responden penelitian. Kemudian data tersebut diklasifikasikan kedalam lima kategori berdasarkan cirri-ciri umum dengan mempertimbangkan kesahihan data, selanjutnya dilaksanakan tahapan pemaknaan data berdasarkan cirri-ciri umum didukung dengan teori dan kontekstual yang sesuai dengan penelitian.

Berbagai data dilapangan

Analisis/ klasifikasi data/ kategorisasi ciri-ciri umum

Pemaknaan atau

interpretasi ciri-ciri umum

Kesahihan data:

• Kompetensi subjek

• Authenticity dan triangulasi • Intersubjectivity agreement

BERTEORI DAN KONTEKSTUAL


(32)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis modifikasi dari data model teknik komparatif konstan Glesser &Starauss, Lincoln & Guba (Kriyantono. R,2010:198)dengan tahapan sebagai berikut :

Tahapan-tahapan analisis dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Menempatkan kejadian-kejadian (data) kedalam kategori-kategori. Kategori-kategori tersebut harus dapat diperbandingkan antara satu dan yang lain.

2. Memperluas kategori sehingga didapatkan kategori data yang murni dan tidak tumpang tindih satu dengan yang lainnya.

3. Mencari hubungan antar kategori.

4. Menyederhanakan dan mengintegrasikan data kedalam struktur teoretid yang koheren (masuk akal, saling berlengketan atau bertalian secara logis)

Lebih detailnya tahapan teknik analisis data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengumpulan data dari hasil wawancara dan hasil kuesioner

2. Data dari hasil wawancara yang masih berupa suara dari tape recorder dipindahkan kedalam bentuk tertulis menjadi transkrip data hasil wawancara. 3. Selanjutnya adalah reduksi data, dari transkrip hasil wawancara dan data hasil

kuesioner kemudian dirangkum, diikhtisarkan/diseleksi kemudian dibuat kategori-kategori umum untuk menjawab pertanyaan penelitian, kategori tersebut dibagi dalam lima bagian: (1) identitas pengalaman dan pemahaman


(33)

65

diterapkan; (4) modifikasi dalam pembelajaran; (5) upaya guru memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4. Setelah lima pokok bahasan tersusun maka disusun kembali sub pokok

bahasan untuk memperluas kategori yang lebih mendetai dari kelima pokok bahasan, kemudian peneliti hasil transkip dan hasil kuesioner ke dalam masing-masing kategori sub pokok bahasan dibawah ini agar hasil wawancara dan kuesioner lebih spesifik:

a. Identitas pengalaman dan pemahaman guru

1) Identitas (jenis kelamin, usia dan background pendidikan guru) 2) Pengalaman mengajar

3) Pemahaman terhadap penjas adaptif b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

1) Persiapan dalam pembelajaran 2) Pembukaan

3) Sumber materi pembelajaran

4) Permasalahan yang dihadapi dan solusi c. Strategi pembelajaran yang diterapkan

1) Strategi pembelajaran

2) Sumber belajar yang tersedia

3) Ketuntasan dan target pencapaian materi d. Modifikasi dalam pembelajaran

1) Sarana prasarana 2) Modifikasi kurikulum


(34)

3) Media pembelajaran 4) Penilaian/evaluasi

e. Upaya guru memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran

1) Metode guru untuk memotivai siswa 2) Partisipasi ABK dalam pembelajaran

3) Partisipasi dan penerimaan siswa regular terhadap keberadaan ABK 5. Peneliti mencari apakah terdapat hubungan antar kategori dan dalam

penelitian ini diketahui terdapa beberapa variabel sub pokok bahassan yang memiliki keterkaitan diantaranya :

a. Identitas yang berkaitan dengan jenis kelamin, usia, dan background pendidikan dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK. b. Pengalaman mengajar guru dan pengalaman mengajar guru melibatkan

ABK dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK

c. Pemahaman guru dari aspek pelatihan yang pernah diikuti guru dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK

d. Intensitas interaksi guru dengan ABK dihubungkan dengan pandangan positif guru terhadap ABK

e. Pandangan positif guru dihubungkan dengan optimism guru terhadap kemampuannya dalam mengajar ABK

6. Proses selanjutnya adalah display data, untuk memudahkan pembacaan hasil penelitan yang telah diolah maka data disajaikan dalam bentuk table, atau


(35)

67

untuk memudahkan pengonstruksian didalam rangka menuturkan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan data. Juga berfungsi sebagai daftar yang secara ringkas/cepat menunjukkan cakupan data yang telah dikumpulkan.

7. Selanjutnya peneliti menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke dalam struktur teorid yang koheran. Dengan memadukan hasil studi pustaka dan hasil dari penelitian yang terdahulu tentang pendidikan jasmani adaptif maupun tentang pendidikan inklusif (dalam bab II) untuk digabungkan dalam pembahasan yang menyatu dan dituankan dala bab IV dalam penelitian ini. Deskripsi dan penuturan hasil penelitian tentang pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif yang berhasil dimengerti olah penulis Sehingga hasil penelitian tersebut menjadi pembahasan hasil penelitian.

8. Dari pembahasan hasil penelitian tersebut diketahui adanya pendapat-pendapat peneliti yang didasarkan dari hasil pembahasan terhadap temuan penelitian dan hasil analisis terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu.

9. Disusunlah kesimpulan hasil penelitian dan dari kesimpulan hasil penelitian tersebut peneliti membuat saran hasil penelitian yang dituangkan dalam babV.


(36)

Berikut gambaran lengkap dalam bentuk bagan tentang teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini:

Bagan 3.4 Teknik Analisis Data

F. Keabsahan Data

Metode pengumpulan data dengan wawancara mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka, dan sumber data kualitatif yang

Display data

Memperluas kategori

Reduksi data

Transkrip data

Pengumpulan data

wawancara

kuesioner Hubungan antar

kategori

Saran penelitian Hasil penelitian Menyederhanakan dan mengintegrasikan data ke

dalam struktur teorid yang keheren


(37)

69

dibutuhkan beberapa cara dalam menentukan keabsahan data, prosedur untuk keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode:

1. Kopetensi subjek riset

Subjek riset harus kredibel, keseluruhan subjek riset merupakan praktisi, guru pendidikan jasmani, di sekolah dasar negeri inklusif. Keseluruhan subjek riset pernah menangani pembelajaran pendidikan jasmani adaptif bersama ABK. Sehingga kredibilitas subjek riset tidak diragukan terhadap kempetensinya dalam mengajar pendidikan jasmani.

2. Analisis triangulasi

Teknik trianggulasi digunakan untuk menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris dari sumber lainnya yang tersedia. Dwijowinoto (Kriyantono. S,2010:72) ada beberapa macam trianggulasi. Dalam penelitian ini trianggulasi yang digunakan adalah model trianggulasi metode. Dimana peneliti berusaha mengecek keabsahan data atau mengecek temuan riset dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan kuesioner dengan daftar pertanyaan yang sama, penggunaan kedua teknik ini untuk di cari kesesuaian antara jawaban dalam wawancara dan kuesioner sehingga untuk mencari hasil penelitin yang paling mendekati fakta adalah dengan cara mengambil data yang sesuai antara pernyataan dalam hasil wawancara dan dalam pernyataan kuesioner.


(38)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa simpulan sebagai berikut :

A. Simpulan

1. Identitas, pengalaman dan pemahaman guru.

a. Identitas (jenis kelamin, usia dan background pendidikan) tidak berkaitan dengan pandangan positif guru pendidikan jasmani terhadap siswa ABK. (indikasi pandangan positif guru terhadap ABK adalah: guru melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran, tidak menganggap siswa ABK sebagai siswa dengan kemampuan motorik yang rendah) b. Pengalaman guru dalam mengajar pendidikan jasmani (lamanya waktu

guru mengajar penjas, dalam hitungan tahun) tidak berkaitan secara langsung terhadap pandangan positif guru terhadap ABK

c. Pengalaman mengajar guru melibatkan ABK (intensitas interaksi guru terhadap ABK) berkaitan dengan pandangan positif guru terhadap ABK, dengan demikian program pendidikan inklusif harus terus digulirkan karena dengan berjalannya waktu dan terjadinya interaksi dengan ABK akan memperbaiki pandangan positif terhadap keberadaan ABK di sekolah inklusif.


(39)

151

e. Guru yang memiliki pandangan positif terhadap ABK lebih cenderung untuk memiliki optimisme terhadap kemampuannya dalam mengajar ABK.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

a. Persiapan dalam pembelajaran yang dilaksanakan guru adalah membuat RPP, hanya sebagian kecil yang menyertakan persiapan alat, tempat dan alternatif materi sebagai bagian dari persiapan pembelajaran.

b. Materi pembukaan dilaksanakan dengan kegiatan lari berkeliling, senam dengan atau tanpa musik, permainan tradisional atau permainan kecil tanpa alat.

c. Sumber materi pembelajaran berasal dari buku regular sesuai dengan kelas. Tidak ada buku materi tentang pendidikan jasmani adaptif yang diperuntukkan bagi guru penjas yang mengajar di sekolah dasar inklusif sehingga guru tidak memiliki pedoman dalam pembelajaran, dalam menyususn modifikasi RPP, juga dalam membuat PPI.

d. Permasalahan dan kesulitan yang dihadapi guru pendidikan jasmani adaptif:

1) Permasalahan terkait partisipasi ABK (partisipasi yang dikarenakan ABK tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada materi tertentu yang membutuhkan ketangkasan fisik, maupun ABK tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dan beraktifitas diluar program pembelajaran)


(40)

2) Kesulitan penganganan siswa (siswa tantrum, babbling, echolalia, individualisme, hiperaktif, emosi tak terkendali)

3) Kesulitan komunikasi (kesulitan guru dalam menyampaikan materi dan meberikan pengarahan pada siswa, terutama terhadap siswa ADHD, Autis, Tunagrahita sedang dan berat juga siswa Tunarungu) 4) Keterbatasan sarana dan prasarana (aksesibilitas, media pembajaran

yang dimodifikasi, termasuk ketersediaan buku ajar pendidikan jasmani adaptif)

5) Kesulitan guru melaksanakan evaluasi pembelajaran (guru kesululitan mengadakan evaluasi terhadap siswa yang secara fisik hadir namun pada saat pembelajaran siswa beraktifitas diluar ketentuan program pembelajaran)

6) Pengalaman guru yang masih minim (sebagian guru tidak pernah mendapatkan pelatihan, guru juga mengeluhkan belum seberapa faham dalam penanganan terhadap kasus-kasus siswa ABK dan guru masih kebingungan bagaimana memberikan penanganan yang tepat pada siswa ABK).

e. Guru pendidikan jasmani cenderung merasa kesulitan mengajar siswa dengan permasalahan hiperaktifitas dan permasalahan gangguan emosional (autis, ADHD) dan merasa lebih mudah mengajar siswa dengan tanpa permasalahan fisik (slowleaner, anak berkesulitan belajar, anak tunarunggu).


(41)

153 3. Strategi pembelajaran yang diterapkan

a. Strategi pembelajaran yang telah diterapkan guru penjas adalah dengan melakukan pendekatan psikologis, memperbanyak porsi praktek daripada teori, penyampaian teori dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami, dan memperhatikan kebutuhan khusus karakteristik siswa ABK.

b. Sumber belajar yang tersedia: buku pendidikan jasmani regular, teman sebaya siswa dan guru pendamping khusus/guru shadow. Optimalisasi pusat sumber dan guru kunjung masih minim.

c. Ketuntasan dan target pencapaian materi, disadari guru bahwa tidak memungkinkan bagi ABK untuk dapat sampai pada ketuntasan materi pembelajaran penjas kecuali bagi siswa tanpa hambatan fisik dan gangguan emosi/perilaku. Target penilaian guru didasarkan pada KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

4. Modifikasi dalam pembelajaran (sarana prasarana, kurikulum, media, evaluasi)

a. Sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran pendidikan jasmani tidak banyak yang berubah, sebagian sekolah hanya menambahhkan bangunan sekolah yang diperuntukkan bagi siswa ABK.

b. Kurikulum yang dilaksanakan guru berdasarkan KTSP, dan tidak ada guru pendidikan jasmani yang membuat PPI dalam pembelajaran, sebagian kecil guru telah menyusun RPP yang telah di modifikasi, dan


(42)

mayoritas guru telah menerapkan pembelajaran yang dimodifikasi meskipun tidak melakukan modifikasi dalam RPP, dan hanya sebagian kecil guru yang tidak melaksanakan modifikasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Hanya sedikit guru yang telah menyusun RPP modifikasi dan penyusunan tersebut didasarkan pada perkiraan dan perasaan guru tentang kemampuan siswa ABK, pembuatan RPP tidak disasarkan pada hasil assessmen ataupun berangkat dari hasil diagnosa ahli, guru juga tidak memiliki catatan tertulis/ rekaman tentang aktifitas siswa yang memungkinkan dijadikan pedoman dalam menyusun program pembelajaran yang sesuai bagi siswa.

c. Media pembelajaran yang digunakan guru adalah media pembelajaran yang umum, sedikit guru yang membuat modifikasi dalam media pembelajaran dan modifikasi yang dilakukan oleh sebagian guru tersebut tidak sampai pada modifikasi yang diperuntukkan bagi kebutuhan khusus ABK, modifikasi yang dilakukan guru masih bersifat umum, dan juga diperuntukkan bagi semua siswa.

d. Evaluasi yang dilakukan guru terhadap ABK dengan penurunan beban praktek dan atau penurunan kriteria penilaian, mayoritas guru telah memodifikasi penilaian/evaluasi dengan mempertimbangankan:

1) Teknik pelaksanaan bukan berorientasi pada hasil akhir.

2) Pencapaian dan kemajuan yang diraih masing-masing siswa dibandingkan dengan kemampuan anak sebelumnya.


(43)

155 4) Perilaku baik/itikad baik siswa.

5. Upaya guru untuk memotivasi serta mengaktifkan peran serta seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran.

a. Metode guru untuk memotivasi siswa: mayoritas guru telah memperlakukan siswa secara adil tanpa diskriminasi, memberikan apresiasi baik kepada ABK maupun siswa reguler yang berprestasi, sebagian guru melibatkan ABK sebagai supporter untuk pembelajaran yang tidak memungkinkan diikuti siswa, guru juga meminimalisir bantuan yang diberikan pada siswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri ABK terhadap kemampuan yang dimilikinya, sebagian guru memotivasi siswa melalui pendekatan psikologis dan berusaha mengenali dan menggali bakat dan potensi siswa.

b. Partisipasi siswa ABK dalam pembelajaran secara umum baik, dari segi absensi maupun keaktifan dalam kegiatan pembelajaran, hanya partisipasi siswa autis dan ADHD yang dinilai kurang oleh guru.

c. Partisipasi siswa regular dalam pembelajaran baik dan penerimaan siswa regular pada teman-temanya ABK juga baik.

B. Saran

1. Saran bagi guru pendidikan jasmani.

a. Berperan aktif melibatkan siswa ABK dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif, (mencari jalan keluar agar semua ABK dapat berperanserta dalam kegiatan pembelajaran).


(44)

b. Mempergunakan landasan hasil assessment atau diagnosa ahli dalam menyusun rencara pembelajaran yang tepat sehigga tidak menyusun RPP/PPI berdasarkan perkiraan atau perasaan guru tentang kemampuan siswa.

c. Membuat pencatatan yang teratur dan lebih spesifik untuk masing-masing siswa, (ntuk mendapatkan pemahaman tentang karakteristik siswa, keterbatasan dan kemampuan siswa) catatan/ dokumentasi guru tersebut sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai alat assessment terhadap kemampuan siswa sehingga pelaksanaan program yang diperuntukkan bagi siswa berkebutuhan khusus dapat lebih tepat.

d. Berfikir kreatif dan inovatif untuk menciptakan media-media pembelajaran yang membantu siswa dalam kegiatan pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi semua siswa. 2. Saran bagi Kepala Sekolah

a. Mengoptimalkan peran dan fungsi pusat sumber dan guru kunjung dalam upaya memajukan pendidikan inklusif di sekolah (dengan lebih aktif berdiskusi/sharing dengan guru kunjung).

b. Melaksanakan assessment terhadap keseluruhan siswa. Bekerjasama dengan tenaga ahli atau pakar yang tepat dalam perencanaan peningkatan mutu pendidikan inklusif di sekolah. Dan menggunakan hasil tersebut sebagai landasan penyusunan program pembelajaran.


(45)

157

c. Pendelegasian dalam setiap kegiatan kepada wakil/guru yang tepat, sehingga tujuan dari setiap pelaksanaan pelatihan atau pembekalan dapat sesuai sasaran.

3. Saran bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan Perguruan Tinggi (PT)

P4TK, LPMP, dan PT sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusif.

a. Guru olahraga yang mengajar di sekolah-sekolah inklusi hendaknya dibekali materi tentang: (1) metode penanganan siswa berkebutuhan khusus; (2) metode berkomunikasi dengan siswa berkebutuhan khusus; (3) modifikasi media dalam pembelajaran; (4) metode evaluasi bagi siswa berkebutuhan khusus; (5) metode perencanaan pembelajaran secara individu/ cara menyusun PPI / modifikasi RPP; (6) metode pelaksanaan assessment atau pendokumentasian aktifitas siswa.

b. Memperjelas kriteria peserta dalam setiap kali pelatihan atau pembekalan yang berkaitan tentang pendikan jasmani adaptif, yaitu guru olahraga. c. Pengadaan buku modul pendidikan jasmani adaptif bagi sekolah


(46)

sekolah inklusif lebih mudah mengaplikasikan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik siswa, dan mempermudah guru dalam mengaplikasikan modifikasi RPP/ PPI sebagai persiapan dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Saran Bagi Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Menenuhi tersedianya sarana dan prasarana bagi peserta didik serta memperhatikan aksesibilitas dan/alat alat sesuai kebutuhan peserta didik sebagaimana permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 11 dan peraturan gubernur Jawa Timur no 6 tahun 2011 pasal 7.

5. Saran bagi peneliti selanjutnya

a. Diperlukan penelitian jangka panjang tentang manfaat dan konsekuensi pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan optimalisasi fungsi pendidikan jasmani adaptif bagi semua pihak di sekolah dasar iniklusif. b. Melakukan follow up terhadap hasil-hasil penelitian ini, dengan

melakukan kajian lebih mendalam tentang strategi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk diimplementasikan pada pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani adaptif yang tepat untuk diaplikasikan di sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusif dengan basis kurikulum tingkat satuan


(47)

159

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma. (1996). Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Aminawa, O. (2006). Sikap Kepala Sekolah dan Guru Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Terhadap Kepala Sekolah dan Guru di SD Regular yang Telah Melaksanakan Pendidikan Inklusif di Propinsi Jawa Barat). Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Avramidis, E., et al. (2002). “A Survey into Mainstream Teacher’s Attitudes Toward the Incussion of Children with Special Education Needs in the Ordinary School in One Local Education Authority”. Journal Education

Psycology. 20,(2),1991-211 [Online] Tersedia:

http://www.enothe.hva.nl/project/tuning/fpypdee/curiculum/docs/a survey of mainstream teachers. Pdf [14 Agustus 2011]

Auxter, D., et al. (2001). Principles and Methods of Adapted Physical Education and Recreation-Ninth Edition. New York: Mc graw Hill.

Bunch, G., & Finnegan, K.(2000). Values Teachers Find in Inclusive Education. International Special Education Congress 2000 (ISEC 2000), University of

Manchester, 24th-28th July 2000. [Online]. Tersedia:

http://www.isec2000.org.uk/abstracts/papers b/ bunch 1.htm. [18 April 2010] Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Kompetisi Supervisi Akademik-Pengawas Sekolah Pendidkan Menengah. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Donncha, Mac., Shafat, Amir. & Hafeez, Nasir.R. (2006-2007). Physical Activity Patterns Of Adolescents With Mild Learning Difficulties: Department of Physical Education and Sports Sciences. University of Limerick.

Dyah, S.(2008). Pengkajian Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah undangan/Dyah%20S Pengkajian%20Pendidikan%20Inklusi.pdf [20 April 2010]

Fujita, Motoaki. (1996). “Disability Sport as Physical Education at the University”, dalam Adapted Physical Activity-Self Actualization Through Physical Activity. Japan, Shonan Shuppansha.


(48)

Galis, S.A., & Tanner, C.K. (1995). Inclussion in Elementary School: A Survey and Policy Analysis, Education Analysis Archieve. 3, (15), 1-24. [Online]. Tersedia: http://epaa.asu.edu//epaa/v3n15.html. [12 November 2010]

Haider, S.I.(2008). Pakistani Teachers’ Attitudes Towards Inclussion of Student With Special Education Needs. Pakistan journal of medical science

quarterly. (24),4,632-636. [Online]. Tersedia:

http://pjms.com.pk/issues/julsep08/article/bc2.html. [20 april 2010]

Hendrayana, Y. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif (Adapted Physical Education and Sport). A Program Report by Visiting Foreign Research Fellows. University of Tsukuba, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat. (2009). “Model dan Strategi Pembelajaran ABK dalam Setting Pendidikan Inklusif” makalah pada workshop Pengenalan & Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus (ABK) & Strategi Pembelajarannya, 25 oktober 2009, Balikpapan.

Kriyantono, Rahmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publik Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Rawamangun, Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.

Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah direktorat pendidikan luar biasa. Bagian proyek pendidikan jasmani Pendidikan Luar Biasa.

Mangunsong, F. (2006). The Implementation of Inclusive Education for Student With Vidual Impairment nn Three Schools in Jakarta. Universiti of Indonesia: Departemen of Educational Psycology Faculty of Psycology. [Online]. Tersedia: http://www.icwvi.org/publication/icevi wc 2006/09 inclusive education practices/paper/ea 057 frieda%20mangunsong.pdf. (20 November 2010)

Millenium development goals. Goal 2: Achieve Universal Primary Education

Targets. [Online].

Tersedia:http://www.unmillenniumproject.org/reports/tf_education.htm. [19 Desember 2010]

Nurfitriani, Dina. (2004). Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi Siswa Tunadaksa di SDN Cikutra VI Bandung. Skipsi pada jurusan pendidikan luar biasa FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(49)

161

Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Jawatimur: Kelompok kerja inklusi jawa timur.

Peraturan Gubernur Jawa Timur No 6 Tahun 2001. (2011). Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur: Gubernur Jawa Timur Reid, Greg. (1982). Physical Education for The Learning Disabled Student. Dalam

Learning Disability Quarterly [Online], Vol. 5(2), 5 halaman. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/1510581 [21 Juni 2009]

Sanapiah, Faisal. (2008). Format-Format Penelitian Sosial. (Dasar-Dasar dan Aplikasi). Kelapa Gading Permai, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Saishoji, H & Nakata, H. (1994).” Endurance Training with an Adapted Device in the Visual Impaired”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Sherrill, Claudine. (1994). “Adapted Physical Activity Pedagogy: Principle, Practice, and creativity”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Smith, Andrew & Green, Ken. (2004). Including People with Special Education Needs in Secondary School Physical Education: A Sociological Analysis of Teachers’ View. Dalam British Journal of Sociology of Education [Online], Vol 25 (5). Halaman 593-607. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/4128704 [21 Juni 2009]

Specht, J. (2009). Inclusion Defined: INCLUSION. [Online]. Tersedia: http://www.edu.uwo.ca/inclusve education/inclusion.asp. [23 maret 2010] Stubbs, Sue. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources (alih

bahasa Susi Septiana Rahmawati diedit oleh Didi Tarsidi) The Atlas Alliance Global Support to Disabled People.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan

Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://www.Akhmadsudrajat.wordpress.com//2008/09/12/pendekatan-strategi-dan-model-pembelajaran/ [21 Desember 2010]

Sugioyono. (2006). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA Sutardin, A.M. (2006). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi

Siswa Tunadaksa di Sekolah Dasar dalam Setting Inklusi (studi kasus tentang pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tunadaksa di sekolah A dan B


(50)

di kota Makassar propinsi Sulawesi). Tesis Master pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tarigan, B. (2009).Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Tepper, G.D. (1994). “Adapted Physical Education Programs for Mentally Retarded Children”, Dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Tn. (2007). Komponen strategi pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/17/komponen-strategi-pembelajaran/ [12 januari 2011]

Tn. (2008). Strategi, model, pendekatan& teknik pembelajaran. [Online]. Tersedia: http.www.klubguru.com [19 Maret 2010]

Undang-Undang Republik Indonesia. No 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Waligore, L.R. (2002) Teachers’ Attitudes Toward Inclussion: What Did They Say?. [online] . Tersedia: http//www.rowan.edu./library/rowan theses/RU2002/0147TEAC.pdf. [19 April 2010]

Widya, Mamad. (2010). Modifikasi Pembalajaran dalam Pendidikan Jasmani

Adaptif. [Online]. Tersedia:

http://www.file.upi.edu/ai.php?...KONSEP%20DASAR%20PENDIDIKAN% 20JASMANI%20ADAPTIF [7 November 2010]

Winataputra ,U. S. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru kelas SD setara D II.

Woollacott, M.H. (1994). “Normal and Abnormal Development of Posture Control in Children”, Dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Zyoudi, M.A. (2006). Teacher’s Attitude Towards Inclusive Education in Jordanian Schools. International Journal of Special Education. 21, (2), 55-62. [Online]. Tersedia: (19Desember 2010)


(1)

c. Pendelegasian dalam setiap kegiatan kepada wakil/guru yang tepat,

sehingga tujuan dari setiap pelaksanaan pelatihan atau pembekalan dapat

sesuai sasaran.

3. Saran bagi Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK); Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) dan Perguruan Tinggi (PT)

P4TK, LPMP, dan PT sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah dalam

permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 10 sebagai lembaga yang berhak

melaksanakan peningkatan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi

pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara

pendidikan inklusif.

a. Guru olahraga yang mengajar di sekolah-sekolah inklusi hendaknya

dibekali materi tentang: (1) metode penanganan siswa berkebutuhan

khusus; (2) metode berkomunikasi dengan siswa berkebutuhan khusus; (3)

modifikasi media dalam pembelajaran; (4) metode evaluasi bagi siswa

berkebutuhan khusus; (5) metode perencanaan pembelajaran secara

individu/ cara menyusun PPI / modifikasi RPP; (6) metode pelaksanaan

assessment atau pendokumentasian aktifitas siswa.

b. Memperjelas kriteria peserta dalam setiap kali pelatihan atau pembekalan

yang berkaitan tentang pendikan jasmani adaptif, yaitu guru olahraga.

c. Pengadaan buku modul pendidikan jasmani adaptif bagi sekolah


(2)

sekolah inklusif lebih mudah mengaplikasikan pembelajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan dan karekteristik siswa, dan mempermudah

guru dalam mengaplikasikan modifikasi RPP/ PPI sebagai persiapan

dalam pelaksanaan pembelajaran.

4. Saran Bagi Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Menenuhi tersedianya sarana dan prasarana bagi peserta didik serta

memperhatikan aksesibilitas dan/alat alat sesuai kebutuhan peserta didik

sebagaimana permendiknas no 70 tahun 2009 pasal 11 dan peraturan

gubernur Jawa Timur no 6 tahun 2011 pasal 7.

5. Saran bagi peneliti selanjutnya

a. Diperlukan penelitian jangka panjang tentang manfaat dan konsekuensi

pelaksanaan pendidikan jasmani adaptif sehingga dapat dijadikan

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan dan optimalisasi fungsi

pendidikan jasmani adaptif bagi semua pihak di sekolah dasar iniklusif.

b. Melakukan follow up terhadap hasil-hasil penelitian ini, dengan

melakukan kajian lebih mendalam tentang strategi pembelajaran

pendidikan jasmani adaptif di sekolah dasar inklusif untuk

diimplementasikan pada pengembangan model pembelajaran pendidikan

jasmani adaptif yang tepat untuk diaplikasikan di sekolah-sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif dengan basis kurikulum tingkat satuan


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdoellah, Arma. (1996). Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Aminawa, O. (2006). Sikap Kepala Sekolah dan Guru Terhadap Pendidikan Inklusif (Studi Deskriptif Terhadap Kepala Sekolah dan Guru di SD Regular yang Telah Melaksanakan Pendidikan Inklusif di Propinsi Jawa Barat). Tesis Magister pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Avramidis, E., et al. (2002). “A Survey into Mainstream Teacher’s Attitudes Toward the Incussion of Children with Special Education Needs in the Ordinary School in One Local Education Authority”. Journal Education

Psycology. 20,(2),1991-211 [Online] Tersedia:

http://www.enothe.hva.nl/project/tuning/fpypdee/curiculum/docs/a survey of mainstream teachers. Pdf [14 Agustus 2011]

Auxter, D., et al. (2001). Principles and Methods of Adapted Physical Education and Recreation-Ninth Edition. New York: Mc graw Hill.

Bunch, G., & Finnegan, K.(2000). Values Teachers Find in Inclusive Education. International Special Education Congress 2000 (ISEC 2000), University of Manchester, 24th-28th July 2000. [Online]. Tersedia: http://www.isec2000.org.uk/abstracts/papers b/ bunch 1.htm. [18 April 2010]

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Kompetisi Supervisi Akademik-Pengawas Sekolah Pendidkan Menengah. Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Donncha, Mac., Shafat, Amir. & Hafeez, Nasir.R. (2006-2007). Physical Activity Patterns Of Adolescents With Mild Learning Difficulties: Department of Physical Education and Sports Sciences. University of Limerick.

Dyah, S.(2008). Pengkajian Pendidikan Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. [Online]. Tersedia: http://www.puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah undangan/Dyah%20S Pengkajian%20Pendidikan%20Inklusi.pdf [20 April 2010]

Fujita, Motoaki. (1996). “Disability Sport as Physical Education at the University”, dalam Adapted Physical Activity-Self Actualization Through Physical Activity. Japan, Shonan Shuppansha.


(4)

Galis, S.A., & Tanner, C.K. (1995). Inclussion in Elementary School: A Survey and Policy Analysis, Education Analysis Archieve. 3, (15), 1-24. [Online]. Tersedia: http://epaa.asu.edu//epaa/v3n15.html. [12 November 2010]

Haider, S.I.(2008). Pakistani Teachers’ Attitudes Towards Inclussion of Student With Special Education Needs. Pakistan journal of medical science

quarterly. (24),4,632-636. [Online]. Tersedia:

http://pjms.com.pk/issues/julsep08/article/bc2.html. [20 april 2010]

Hendrayana, Y. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif (Adapted Physical Education and Sport). A Program Report by Visiting Foreign Research Fellows. University of Tsukuba, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hidayat. (2009). “Model dan Strategi Pembelajaran ABK dalam Setting Pendidikan Inklusif” makalah pada workshop Pengenalan & Identifikasi Anak berkebutuhan Khusus (ABK) & Strategi Pembelajarannya, 25 oktober 2009, Balikpapan.

Kriyantono, Rahmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Publik Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Rawamangun, Jakarta: Kencana Prenada Media Groub.

Mahendra, Agus. (2003). Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah direktorat pendidikan luar biasa. Bagian proyek pendidikan jasmani Pendidikan Luar Biasa.

Mangunsong, F. (2006). The Implementation of Inclusive Education for Student With Vidual Impairment nn Three Schools in Jakarta. Universiti of Indonesia: Departemen of Educational Psycology Faculty of Psycology. [Online]. Tersedia: http://www.icwvi.org/publication/icevi wc 2006/09 inclusive education practices/paper/ea 057 frieda%20mangunsong.pdf. (20 November 2010)

Millenium development goals. Goal 2: Achieve Universal Primary Education

Targets. [Online].

Tersedia:http://www.unmillenniumproject.org/reports/tf_education.htm. [19 Desember 2010]

Nurfitriani, Dina. (2004). Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi Siswa Tunadaksa di SDN Cikutra VI Bandung. Skipsi pada jurusan pendidikan luar biasa FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 70 Tahun 2009. (2009). Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan dan


(5)

Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa, Jawatimur: Kelompok kerja inklusi jawa timur.

Peraturan Gubernur Jawa Timur No 6 Tahun 2001. (2011). Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Propinsi Jawa Timur. Jawa Timur: Gubernur Jawa Timur Reid, Greg. (1982). Physical Education for The Learning Disabled Student. Dalam

Learning Disability Quarterly [Online], Vol. 5(2), 5 halaman. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/1510581 [21 Juni 2009]

Sanapiah, Faisal. (2008). Format-Format Penelitian Sosial. (Dasar-Dasar dan Aplikasi). Kelapa Gading Permai, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Saishoji, H & Nakata, H. (1994).” Endurance Training with an Adapted Device in the Visual Impaired”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Sherrill, Claudine. (1994). “Adapted Physical Activity Pedagogy: Principle, Practice, and creativity”, dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Smith, Andrew & Green, Ken. (2004). Including People with Special Education Needs in Secondary School Physical Education: A Sociological Analysis of Teachers’ View. Dalam British Journal of Sociology of Education [Online], Vol 25 (5). Halaman 593-607. Tersedia: http://www.jstor.org/stable/4128704 [21 Juni 2009]

Specht, J. (2009). Inclusion Defined: INCLUSION. [Online]. Tersedia: http://www.edu.uwo.ca/inclusve education/inclusion.asp. [23 maret 2010] Stubbs, Sue. (2002). Inclusive Education Where There Are Few Resources (alih

bahasa Susi Septiana Rahmawati diedit oleh Didi Tarsidi) The Atlas Alliance Global Support to Disabled People.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan

Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://www.Akhmadsudrajat.wordpress.com//2008/09/12/pendekatan-strategi-dan-model-pembelajaran/ [21 Desember 2010]

Sugioyono. (2006). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA

Sutardin, A.M. (2006). Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif bagi Siswa Tunadaksa di Sekolah Dasar dalam Setting Inklusi (studi kasus tentang pembelajaran pendidikan jasmani bagi siswa tunadaksa di sekolah A dan B


(6)

di kota Makassar propinsi Sulawesi). Tesis Master pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Tarigan, B. (2009).Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.

Tepper, G.D. (1994). “Adapted Physical Education Programs for Mentally Retarded Children”, Dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Tn. (2007). Komponen strategi pembelajaran. [Online]. Tersedia:

http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/17/komponen-strategi-pembelajaran/ [12 januari 2011]

Tn. (2008). Strategi, model, pendekatan& teknik pembelajaran. [Online]. Tersedia: http.www.klubguru.com [19 Maret 2010]

Undang-Undang Republik Indonesia. No 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional.

Waligore, L.R. (2002) Teachers’ Attitudes Toward Inclussion: What Did They Say?. [online] . Tersedia: http//www.rowan.edu./library/rowan theses/RU2002/0147TEAC.pdf. [19 April 2010]

Widya, Mamad. (2010). Modifikasi Pembalajaran dalam Pendidikan Jasmani

Adaptif. [Online]. Tersedia:

http://www.file.upi.edu/ai.php?...KONSEP%20DASAR%20PENDIDIKAN% 20JASMANI%20ADAPTIF [7 November 2010]

Winataputra ,U. S. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud, Proyek Peningkatan Mutu Guru kelas SD setara D II.

Woollacott, M.H. (1994). “Normal and Abnormal Development of Posture Control in Children”, Dalam Adapted Physical Activity-Healt and Fitness. Tokyo: Springer-Verrlag.

Zyoudi, M.A. (2006). Teacher’s Attitude Towards Inclusive Education in Jordanian Schools. International Journal of Special Education. 21, (2), 55-62. [Online]. Tersedia: (19Desember 2010)