KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON: Studi Deskriptif Survey Pada Guru Pendidikan Jasmani Di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani di dalam sekolah memiliki peranan penting terhadap perkembangan perilaku siswa, yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam hal ini Lutan (2000, hlm. 15) menjelaskan bahwa: “ Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencakup domain psikomotor, kognitif, dan afektif”. Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari sistem pendidikan untuk mendorong perkembangan keterampilan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai (sikap - mental emosional-spiritual - sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang dan menyeluruh. Seperti yang dijelaskan oleh Mahendra, yaitu: “Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.

Ada beberapa ruang lingkup pendidikan jasmani diantaranya: Permainan dan Olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar sekolah, dan kesehatan. Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, ruang lingkup pendidikan jasmani adalah sebagai berikut: “Ruang lingkup pendidikan jasmani yang mencakup permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non lokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri; Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh; Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai; Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobik; Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang; Pendidikan luar kelas meliptui: piknik/karyawisata, pengenalan


(2)

penanaman hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek”.

Pada dasarnya manusia melakukan kegiatan olahraga mempunyai maksud dan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dimana setiap manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk meningkatkan kualitas hidupnya, baik manusia normal maupun yang memiliki kebutuhan khusus. Adapun pembelajaran pendidikan jasmani khusus yang dilakukan, yaitu pendidikan untuk anak yang memiliki kecacatan atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Menurut Tarigan (2008, hlm. 8) bahwa: “ Anak Berkebutuhan Khusus atau disebut juga dengan anak luar biasa dalam lingkungan pendidikan dapat diartikan seorang yang memiliki ciri-ciri penyimpangan mental, fisik, emosi, atau tingkah laku yang membutuhkan modifikasi dan pelayanan khusus agar dapat berkembang secara maksimal semua potensi yang dimilikinya”. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) meliputi anak yang memiliki cacat fisik, cacat mata, termasuk buta atau setengah buta, cacat pada tulang, termasuk lumpuh karena gangguan otak, tuli total dan sebagian, cacat pada alat bicara, evilepsi, gangguan emosi, dan cacat bawaan. Perbedaan utama anak cacat dengan anak normal terletak pada keadaan atau kondisi fisik termasuk alat-alat fisik yang tidak lengkap sehingga ia tidak dapat melakukan tugas dan fungsinya seperti yang dilakukan anak normal. Ketidaklengkapan alat-alat tubuh tersebut menyebabkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar, sehingga tidak dapat disamakan dengan anak-anak atau orang-orang dewasa normal. Dengan demikian, bahwa Anak Bekebutuah Khusus harus mendapatkan penanganan dan pelayanan pembelajaran secara khusus. Anak cacat menurut The Committe Of national Society For Study Of Education (dalam Tarigan, 2008, hlm. 13) adalah: “Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari gerakan normal, walaupun telah dikembangkan secara maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional dan sosial”.


(3)

3

Peningkatan kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa sangat penting untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan mereka, baik dari segi fisik maupun mentalnya. Sedangkan menurut Hendrayana (2007, hlm.7-8) pendidikan jasmani adaptif merupakan bagian yang didesain untuk memperbaiki, merehabilitas Anak Berkebutuhan Khusus, pendidikan jasmani adaptif dipandang sebagai bagian dari disiplin ilmu pendidikan jasmani yang diharapkan dapat memberi rasa aman, dapat memupuk kepribadian, dan memberikan pengalaman penuh kepada siswa yang memiliki kemampuan khusus. Tarigan (2008, hlm. 12) tujuan pendidikan jasmani adaptif juga bersifat holistik seperti penjas untuk anak-anak normal, seperti yang dikemukakannya bahwa: “Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak, sosial, dan intelektual siswa cacat”. Pendidikan jasmani yang dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) itu merupakan faktor yang sangat mendukung dalam keberhasilan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

Dapat digambarkan bahwa dalam melakukan aktivitas pendidikan jasmani terdapat perbedaan antara anak berebutuhan khusus dengan anak normal dalam hal fisik dan mental. Secara umum materi pembelajaran bagi siswa yang memiliki kebutuhan khusus dalam kurikulum, sama dengan materi pembelajaran siswa normal. Meskipun tidak semua materi yang terdapat dalam kurikulum pada sekolah umum tersebut dapat dilaksanakan pada siswa luar biasa. Selain pembelajaran umum adapula pembelajaran pendidikan jasmani yang dilakukan di Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu pendidikan jasmani adaptif. Program pendidikan jasmani untuk anak cacat, dibagi menjadi tiga kategori yaitu, pengembangan gerak dasar, olahraga dan permainan, dan yang terakhir adalah kebugaran dan kemampuan gerak. Karena setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, dan pendidikan jasmani adaptif lebih efektif bila disesuiakan dengan kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Pelaksanaan pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB) dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada siswa berkebutuhan khusus, guru penjas hanya memberikan materi pembelajaran saja dengan tidak diimbangi oleh


(4)

pengetahuan dan kemampuan yang guru penjas itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran penjas adaptif yaitu menyangkut Sumber Daya Manusia seorang guru penjas adaptif, untuk meningkatkannya guru penjas adaptif haruslah seorang yang profesional dan seyogyaya memiliki kecerdasan dan keterampilan dalam melaksanakan tugasnya untuk mengelola aktivitas siswa dalam upaya meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Seperti penelitian yang telah dilakukan pada tahun 2000 oleh Tarigan (2012, hlm.91) menjelaskan bahwa: “ Menunjukan 95% guru pendidikan jasmani adaptif yang mengajar di Sekolah Luar Biasa, bukan lulusan dari jurusan olahraga atau pendidikan jasmani. Serta kesulitan yang dialami guru pendidikan jasmani juga terjadi pada saat menentukan perencanaan pembelajaran, pada saat pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Kesulitan yang dialami pada saat mengajar pembelajaran penjas yaitu dimana pada persiapan untuk memberikan pembelajaran penjas pada peserta didik harus membuat sebuah perencanaan pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran serta mengevaluasi hasil belajar. Kesulitan dalam perencanaan pembelajaran dimana seorang guru harus dapat membuat perencanaan pembelajaran yang baik, memilih materi dengan baik, menggunakan metode dan strategi yang tepat. Dalam pengelolahan pembelajaran, terdapat beberapa hal hendaknya diatur agar selalu potensi dapat optimal, diantaranya melakukan perencanaan (planning), pengorganisasian, pengerahan (actuating), dan pengawasan (controling). Oleh karena itu seorang guru memerlukan pengetahuan dan keterampilan, pengelolaan, pembelajaran yang memadai. Kahifah (2013, hlm.27) menjelaskan bahwa:

Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan beberapa langkah, diantaranya merencanakan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan berbagai sumber belajar, dan memimpin yang meliputi motivasi, mendorong, menstimulasi siswa.

Berdasarkan pada pemaparan di atas, penulis berpendapat bahwa koprofesionalan seorang guru penjas, pengetahuan mengenai materi pembelajaran penjas adaptif, dan sarana prasarana, serta keadaan siswa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di Seolah Luar Biasa (SLB) merupakan hal yang paling utama yang berpengaruh terhadap


(5)

5

kesulitan yang dialami saat pembelajaran pendidikan jasmani adaptif berlangsung. Sehingga berpengaruh kepada guru penjas dalam melakukan perencanaan pembelajaran, dan kesulitan dalam pelaksanaan pembelajaran, serta dalam melakukan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian tentang “Kesulitan-kesulitan Yang Dialami Guru Penjas Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan dengan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang sesuai dengan apa yang penulis lihat dari lapangan, yaitu:

1. Masih terdapat guru pendidikan jasmani yang merupakan bukan dari lulusan Pendidikan Olahraga.

2. Kurangnya wawasan dan kemampuan seorang guru dalam memahami materi pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

3. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani masih terdapat guru yang membiarkan siswa ABK tidak diikutsertakan dalam pembelajaran penjas.

4. Minimnya sarana dan prasarana yang ada di Sekolah Luar Biasa. 5. Semangat belajar siswa ABK yang kurang.

6. Materi pembelajaran yang tidak jelas penyampaiannya membuat siswa ABK sulit dikondisikan dalam pembelajaran penjas.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Atas dasar latar belakang, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apa saja kesulitan yang dihadapi guru penjas dalam pembelajaran penjas adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon ditinjau dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi?


(6)

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini tidak lain adalah untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami oleh seorang guru penjas pada pembelajaran penjas adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon di tinjau dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan, yaitu penulis sendiri serta seluruh pihak sekolah, khususnya guru pengajar pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Dari Segi Teoritis

1. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan bagi dunia pendidikan, khususnya bagi guru pendidikan jasmani adaptif agar dapat mengembangkan kreativitas mengajar untuk meningkatkan belajar gerak siswa ABK.

2. Dapat memberi gambaran mengenai kreativitas guru dalam mengajar penjas adaptif.

b. Dari Segi Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang hendak meneliti mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pembelajaran penjas adaptif melalui permasalahan dan sampel berbeda.

2. Informasi dan masukan bagi para guru penjas adaptif untuk lebih memperhatikan kreativitas guru penjas.

3. Bahan masukan bagi para guru penjas dalam mengajar pendidikan jasmani untuk dapat meminimalisir kesulitan dalam pembelajaran penjas adaptif.


(7)

7

F. Batasan Masalah Penelitian

Penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya agar lebih terarah pada tujuan. Menurut Arikunto (2007:14) menjelaskan bahwa “batasan masalah merupakan sejumlah masalah yang merupakan pertanyaan penelitian yang akan dicari jawabanya melalui penelitian. Dengan makna tersebut maka batasan masalah sebenarnya adalah batasan permasalahan”. Adapun pembatasan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon. 2. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

3. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, angket, dan studi dokumentasi.

G. Batasan Istilah

Untuk memudahkan dalam penelitian dan menghindari dalam menafsirkan, penulis akan menjelaskan istilah-istilah yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Berikut penjelasan beberapa istilah penting dalam penelitian ini, yaitu:

1. Pendidikan jasmani menurut Barrow dalam buku Abduljabar (2010:3) adalah: “Pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport) permainan, senam dan latihan (exercise).

2. “Pendidikan jasmani adaptif merupakan sarana yang sangat strategis dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, keterampilan gerak, sosial, dan intelektual siswa cacat. Peningkatan kualitas proses pendidikan jasmani di sekolah luar biasa sangat penting untuk menanamkan sikap positif terhadap keterbatasan kemampuan mereka, baik dari segi fisik maupun mentalnya” ( Tarigan, 2008, hlm. 12).

3. Anak cacat atau berkebutuhan khusus menurut The Committe Of national Society For Study Of Education (dalam buku Tarigan, 2008, hlm. 13)

adalah: “Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang


(8)

maksimal. Penyimpangan tersebut dapat dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional dan sosial”.

4. Guru Pendidikan Jasmani. Pengajar mata pelajaran pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.


(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, PopulasidanSampel 1. LokasiPenelitian

Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Lokasi penelitian ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa yang ada di Kabupaten Cirebon sebanyak 10 Sekolah Luar Biasa. Adapun nama sekolah dan alamat tertulis dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Lokasi Penelitian

No Nama Sekolah Alamat Sekolah

1 SLB Negeri Cirebon

Jl. Arief Rahman Hakim No. 33

0231.3387762, 081564601105/R.322876

2 SLBN Pangeran Cakrabuana

Wawayangan Kenduran Kidul Kec. Depok Kab. Cirebon 081220782084

3 SLB-ABC Wathaniyah

Jl. Permai Raya Kebonpring Arjawinangun 0231.357281/0816645092

4 SLB-A Beringin Bhakti

Jl. P. Cakrabuana Gg. Mangga Kepongpongan Kec. Talun Kab.Cirebon 0231.322469 / 081312326690

5 SLB-B Beringin Bhakti

Jl. P. Cakrabuana Gg. Mangga Kepongpongan Kec.Talun Kab.Cirebon 0231.322469 / 081320176159

6 SLB-C Beringin Bhakti

Jl. Mangga Ds.Kepongpongan


(10)

2. Populasi

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang merupakan sifat-sifat umum. Dalam hal ini Sugiyono (2013, hlm.117) menjelasksan bahwa: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Atas dasar pendapat di atas dapat digambarkan bahwa yang dimaksud dengan populasi adalah totalitas sumber data secara keseluruhan subyek penelitian. Oleh karena itu perlu diterapkan secara akurat. Populasi dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani di Sekolah Luar Biasa Se-Kabupaten Cirebon yang berjumlah 10 orang.

3. Sampel

Dalam suatu penelitian, bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yag ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2013, hlm.118) menjelaskan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajarai dari sampel itu, 7 SLB-ABCD Bina Mandiri

Jl. Letjen S.Parman No.9 Ciledug

0231.662687 / 081564973449 / R.485693

8 SLB-BC Bina Karya

Jl. Karangsuwung Kec.Karangsembung 0231.635207, 08122206329 / R.239436

9 SLB Al-Zakiyah Klangenan

Jl. Jatayu Desa Klangenan Kec.Klangenan Kab.Cirebon

10 SLB Al-Ma’Rifah

Pejagan Asem 02/01 Desa Kedung Bunder Kec.Gempol Kab.Cirebon Hp.085221156165


(11)

33

kesimpulanya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus representatif (mewakili)”.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel Jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Populasi dan sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah guru-guru pendidikan jasmani di Sekolah Luar Biasa (SLB) se-Kabupaten Cirebon yang berjumlah 10 orang. Sampel dalam penelitian ini yaitu guru-guru pendidikan jasmani yang mengajar di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

B.Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara untuk menempuh data, menganalisis dan menyimpan hasil penelitian. Metode penelitian juga merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penggunaan metode dalam suatu penelitian itu merupakan hal yang sangat penting, karena diharapkan dengan penggunaan metode yang tepat akan mencapai dan menghasilkan tujuan yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada setiap penelitian tentunya berbeda-beda, sesuai dengan permasalahan penelitian yang dilakukan. Sebagai seorang peneliti dituntut untuk terampil dalam menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Hal ini berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data, maka dari itu untuk dapat memecahkan masalah dalam penelitian harus menggunakan metode yang tepat dan sesuai.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi deskriptif. Penelitian desktiptif merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat


(12)

yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang tengah berlangsung.

Penelitian deskriptif dijelaskan oleh Sugiyaman (2008, hlm.37), yaitu sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengumpulan data, menganalisis secara kritis atas data-data tersebut dan menyimpulkan berdasarkan fakta-fakta pada masa penelitian berlangsung atau masa sekarang.

Dengan demikian, metode dalam penelitian ini merupakan metode penelitian deskriptif. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui, mengungkapkan, menggambarkan, dan menyimpulkan hasil yang akan hendak diteliti yaitu mengenai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru pendidikan jasmani adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon. Penelitian dilakukan agar peneliti dapat memperoleh hasil yang jelas, sehingga tujuan dari penelitian ini dapat diketahui dengan benar.

C.Definisi Konseptual

Dari berbagai sudut pandang penafsiran seseorang terhadap suatu istilah itu berbeda-beda. Maka dari itu, untuk menghindari kesalahan pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitia ini, maka penulis akan menjelaskan dan menjabarkan satu-persatu istilah tersebut, diantaranya sebagai berikut:

1. Pembelajaran Penjas

Pembelajaran penjas adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui aktivitas gerak. Dimana seorang siswa melakukan kegiatan pembelajaran dengan berbagai kreativitas gerak. Pembelajaran penjas juga memiliki ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam ranah kognitif sebagai siswa diharapkan memiliki konsep gerak, arti sehat, memecahkan masalah, kritis dan cerdas. Pada psikomotor yaitu gerak dan keterampilan, kemampuan fisik & motorik, dan perbaikan fungsi organ tubuh. Serta dalam ranah afektif yaitu menyukai kegiatan fisik, merasa nyaman dengan diri sendiri, dan ingin terlibat dalam pergaulan sosial.


(13)

35

Mengajar adalah suatu perilaku atau penyampaian informasi yang dilakukan oleh seorang guru kepada siswanya. Kesulitan yang dialami pada saat mengajar pembelajaran penjas yaitu dimana pada persiapan untuk memberikan pembelajaran penjas pada peserta didik harus membuat sebuah perencanaan pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran serta mengevaluasi hasil belajar. Kesulitan dalam perencanaan pembelajaran dimana seorang guru harus dapat membuat perencanaan pembelajaran yang baik, memilih materi dengan baik, menggunakan metode dan strategi yang tepat. Kahifah (2013, hlm.27) menjelaskan bahwa: “Sebagai pengelola pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan beberapa langkah, diantaranya merencanakan tujuan pembelajaran, mengorganisasikan berbagai sumber belajar, dan memimpin yang meliputi motivasi, mendorong, menstimulasi siswa”. Dalam pengelolahan pembelajaran, terdapat beberapa hal hendaknya diatur agar selalu potensi dapat optimal, diantaranya melakukan perencanaan (planning), pengorganisasian, pengerahan (actuating), dan pengawasan (controling). Oleh karena itu seorang guru memerlukan pengetahuan dan keterampilan, pengelolaan, pembelajaran yang memadai.

Dalam menetapkan langkah-langkah pengelolaan pembelajaran, seorang guru harus dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan. Dengan demikian, siswa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

D.Definisi Operasional

Dalam kegiatan megajar yang dilakukan oleh guru memang terdapat beberapa kesulitan yang dihadapi. Seperti halnya dalam membuat sebuah perencanaan pembelajaran, dan melakukan pelaksanaan pembelajaran, serta mengadakan sebuah evaluasi pembelajaran.

1. Kesulitan dalam perencanaan a. Sumber-sumber

b. Silabus


(14)

2. Kesulitan dalam pelaksanaan

a. Kemampuan membuka pembelajaran b. Penerapan metode pembelajaran c. Penggunaan media pembelajaran

d. Kemampuan memahami karakteristik siswa e. Teknik modifikasi pembelajaran

f. Penguasaan materi g. Sarana dan prasaran 3. Kesulitan dalam evaluasi

a. Ketepatan melaksananakan evaluasi

E. Instrumen Penelitian

Dalam melakukan suatu pengukuran dalam penelitian, instrumen memegang peranan penting dalam proses pengumpulan data. Menurut Sugiyono (2013,

hlm.148), “Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam atau sosial yang diamati”.Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, angket dan dokumentasi.

1.Instrumen Penelitian Kisi-Kisi Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang Dialami Guru Penjas

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang Dialami Guru Penjas

No Variabel Indikator Instrumen Item

1 Perencanaan a. Sumber-sumber b. Silabus

c. RPP

Angket 1 2, 3 4, 5, 6


(15)

37

2 Pelaksanaan a. Kemampuan membuka pembelajaran

b. Penerapan metode pembelajaran

c. Penggunaan media pembelajaran

d. Kemampuan memahami

karakteristik siswa e. Sikap guru dalam

proses pembelajaran f. Teknik modifikasi

pembelajaran g. Penguasaan materi h. Sarana prasarana

Angket

6, 7, 8, 9

10, 11 12

13

14, 15

16, 17, 18

19, 20

21, 22, 23

24

3 Evaluasi a. Ketepatan

melaksanakan evaluasi

Angket


(16)

2. Instrumen Penelitian Observasi Kesulitan-kesulitan Mengajar Yang Dialami Guru Penjas

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Kesulitan-kesulitan Mengajar Guru Penjas

No Variabel Indikator No Item

1 Perencanaan d. Sumber-sumber e. Silabus

f. RPP

1 2 3,4

2 Pelaksanaan i. Kemampuan membuka pembelajaran

j. Penerapan metode pembelajaran k. Penggunaan media

pembelajaran l. Kemampuan

memahami

karakteristik siswa m. Sikap guru dalam

proses pembelajaran n. Teknik modifikasi

pembelajaran o. Penguasaan materi p. Sarana prasarana

5,6

7

8,9

10

11, 12, 13

14,15,16

17

18

3 Evaluasi b. Ketepatan

melaksanakan evaluasi


(17)

39

Tabel 3.4

Kriteria Pemberian Skor

No Alternatif Jawaban

Skor Alternatif Jawaban

1 Ya 2

2 Tidak 1

Parameter yang digunakan sesuai dengan yang telah dikemukakan oleh Nurhasan dan Cholil (2007, hlm.429) dengan menafsirkan penilaian persentase sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kriteria Frekuensi Persentase

No Jumlah nilai Klasifikasi Kesulitan Guru

Mengajar

1. 90 – 100% Keseluruhan

2. 70 – 89% Sebagian Besar

3. 50 – 69% Sebagian

4. 30 – 49% Sebagian Kecil

5. < 29 % Tidak Sama Sekali

(Sumber: Nurhasan dan Cholil, 2007, hlm.429)

F. Langkah-langkah Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini sesuai dengan penelitian studi deskriptif ada beberapa tahapan dalam pelaksanaannya. Penelitian yang dilakukan untuk mendapatkan data yang baik, maka langkah-langkah yang dilakukan antara lain:

1. Persiapan, yang meliputi:

a. Mempersiapkan berbagai macam keperluan perizinan tentang pelaksanaan penelitian dan informasi dari berbagai pihak.

b. Observasi lapangan awal, dengan menghubungi lembaga yang bersangkutan dengan penelitian yaitu Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten


(18)

c. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang diperlukan berkaitan dengan variabel yang akan diteliti.

2. Menentukan Sampel

Sampel penelitian adalah guru pendidikan jasmani yang mengajar di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

3. Menentukan Instrumen Penelitian

Menyusun unstrumen penelitian, berupa lembar observasi kuesioner (angket) kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam pembelajaran pendidikan jasamni adaptif di Sekolah Luar Biasa se-Kabupaten Cirebon.

4. Melakukan pengumpulan data dari setiap instrumen yang sudah digunakan. 5. Meganalisis data yang sudah terkumpul dengan menggunakan teknik

analisis data yang baik dan tepat.

6. Menyimpulkan dan mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian sebagai sebuah karya ilmiah.

G.Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format pengamatan sebagai instrumen, format yang berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku digambarkan akan terjadi.

Sutrisno (1986) dalam Sugiyono (2013, hlm.203) menyatakan bahwa

“Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diatara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Dalam hal ini peneliti melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian.


(19)

41

Dalam penelitian ini yang menjadi tempat dalam observasi berlangsung adalah di SLB se-Kabupaten Cirebon. Yang menjadi pelaku dalam penelitian ini adalah guru pendidikan jasmani adaptif. Serta kegiatan yang di teliti dalam penelitian ini merupakan kesulitan guru mengajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif.

b. Kuisioner (Angket)

Jenis-jenis angket/keusioner yang dapat dipakai sebagai alat pengumpulan data oleh Arikunto (2010, hlm.195) sebagai berikut: Dipandang dari cara menjawab, maka ada kuesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatya sendiri. Kemudian kuesioner tertutup yaitu, yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih.

Arikunto (2010, hlm.194) menjelaskan bahwa: “Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”. Angket dalam penelitian ini terdiri dari komponen atau variabel yang dijabarkkan melalui sub komponen, serta indikator-indikator. Butir-butir pernyataan ini merupakan gambaran tentang kesulitan guru dalam mengajar penjas adaptif se-Kabupaten Cirebon. Betuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, angket tertutup artinya angket yang disusun dengan pertanyaan/pernyataan terbatas, tegas, kongkrit dan lengkap.

Untuk memudahkan dalam penyusunan butur-butir pernyataan angket serta alteratif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban dikemukakan oleh responden dengan diasarkan pada pendapatnya sendiri-sendiri atau suatu hal yang dialaminya. Menurut Sugiyono (2013, hlm.139) bahwa: “Skala Guttman merupakan skala pengukuran dengan jawaban yang tegas, yaitu “Ya-Tidak”,

“benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif)”.


(20)

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang sudah ada. Menurut Riduwan (2011:77) menjelaskan bahwa: “Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan

dengan penelitian”.

H.Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen yang baik dapat dilihat dari sejauhmana persyaratan baku suatu isntumen telah dipenuhinya. Ada dua syarat instrumen dikatakan baik yaitu valid dan reliabel. Sebagaimana yang dijelaskan Sugiyono (2013, hlm.173) yaitu:

“Instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel”.

Pengujian yang pertama yaitu pengujian validitas. Menurut Suharsini Arikunto, (2010, hlm.136) Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesasihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valis dan sahih memiliki validitas yang tinggi. Sebaiknya instrumen yang kurang berarti memiliki validitas yang rendah. Uji validitas dilakukan unutk mengetahui valid atau tidaknya kuisioner yang disebar. Menghitung validitas bertujuan untuk menilai ketepatan alat pengumpul data tersebut (angket) dalam mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami guru penjas dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif di SLB se-Kabupaten Cirebon. Pengujian alat pengumpul data pada penelitian ini dilakukan dengan cara analisis butir angket.

Mengenai reliabilitas, Sugiyono (2013, hlm.173) menjelaskan bahwa:

“Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bla digunakan beberapa kali

unutk mengukur objek yang sama, akan menghasilakan data yang sama”.

Dengan kata lain, reliabilitas adalah suatu cara uutk mengetahui sejauhmana suatu isntrumen memiliki konsistensi pada setiap butir yang ada pada instrumen tersebut.


(21)

43

1. Uji Coba Instrumen Penelitian (Angket)

Angket yang telah disusun kemudian diuji cobakan untuk mengukur validitas dan realibilitas dari setiap butir pertanyaan-pertanyaan. Dari hasil uji coba angket akan diperoleh sebiuah angket yang memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data dalam penelitian. Angket tersebut diberikan kepada sampel ujicoba sebanyak 10 guru penjas.

a. Analisis Validitas Instrumen

Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2013, hlm.172), “Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti”.

Uji validitas dalam penelitian ini untuk menguji setiap butir pertanyaan, maka skor-skor yang terdapat pada setiap butir pertanyaan di orelasikan dengan skor total. Seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (2006, hlm.176) bahwa” Untuk menguji validitas setiap butir, maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total”. Pada analisis setiap butir pertanyaan, skor butir sebagaimana nilai X dan skor total sebagai nilai Y. Adapun langkah-langkah unutk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah diuji cobakan ialah sebagai berikut:

a. Data yang telah terkumpul dari hasil uji coba ditabulasikan menjadi skor-skor dari setaip butir pertanyaan.

b. Skor pada setiap butir pertanyaan sebagai nilai X dan skor total sebagai nilai Y.

c. Kemudian korelasikan skor-skor tersebut dengan rumus sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

d. Selanjutnya membandingkan nilai validitas (rxy) setiap butir pertanyaan dengan tabel kritis r Product Moment dengan taraf signifikan 5%.


(22)

Setelah mendapatkan nilai korelasi dari setiap butir pertanyaan dan telah dibandingkan dengan tabel kritis r Product Moment dengan tarafsignifikan 5%, dengan jumlah responden 10 orang guru penjas dan jumlah butir pertanyaan sebanyak 35 butir pertanyaan. Jika hasil r hitung (rxy) > r tabel maka butir pertnyaan tersebut dikatakan signifikan atau valid apabila sebaliknya r hitung (rxy) < r tabel maka butir pertanyaan tersebut dikatakan tidak signifikan atau tidak valid.

Tabel 3.6

Hasil Pengujian Validitas Instrumen

No Nilai Hitung Korelasi r Tabel Keterangan

1 0,749 0,632 Valid

2 -0,44 0,632 Tidak Valid

3 -0,22 0,632 Tidak Valid

4 0,761 0,632 Valid

5 -0,76 0,632 Tidak Valid

6 0,761 0,632 Valid

7 0,75 0,632 Valid

8 0,899 0,632 Valid

9 0,761 0,632 Valid

10 0,761 0,632 Valid

11 0,761 0,632 Valid

12 0,761 0,632 Valid


(23)

45

14 0,912 0,632 Valid

15 0,761 0,632 Valid

16 0,437 0,632 Tidak Valid

17 0,774 0,632 Valid

18 0,461 0,632 Tidak Valid

19 0,761 0,632 Valid

20 0,912 0,632 Valid

21 0,541 0,632 Tidak Valid

22 0,194 0,632 Tidak Valid

23 0,761 0,632 Valid

24 0,912 0,632 Valid

25 0,899 0,632 Valid

26 0,7 0,632 Valid

27 0,917 0,632 Valid

28 0,704 0,632 Valid

29 0,885 0,632 Valid

30 0,685 0,632 Valid

31 0,171 0,632 Tidak Valid

32 0,685 0,632 Valid


(24)

34 0,563 0,632 Tidak Valid

35 0,903 0,632 Valid

Dapat dilihat dari tabel di atas, berdasarkan hasil perhitungan uji validitas instrumen dari 35 butir pertanyaan yang diajukan terdapat 26 butir pertanyaan yang valid dan 9 yang tidak valid.

b. Analisis Reliabilitas Instrumen

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen yang digunakan adalah dengan rumus Alpha (Alpha Cronbach) adapun rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

∑ Keterangan:

= Reliabilitas istrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varians butir soal/item

= Varians total

Adapun rumus untuk varians total dan varians item yang terdapat dalam rumus Alpha Cronbach sebagai berikut:

Rumus Varians Total:

Keterangan:

= Varians total

∑ = Jumlah perolehan skor seluruh responden

∑ = Jumlah kuadrat dari perolehan skor seluruh responden = Banyaknya responden atau banyaknya data


(25)

47

Rumus Varians Item:

Keterangan:

= Varians item

= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subjek

= banyaknya responden atau banyaknya data

Menurut kriteria dari Guilford dalam Sugiono (dalam Anonim, 2011, hlm. 37-38) koefisien reliabilitas Alpha Cronbachterbagi menjadi sebagai berikut:

Tabel 3.7

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas α

Sangat Reliabel > 0,900 Reliabel 0,700 – 0,900 Cukup Reliabel 0,400 – 0,700 Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel < 0,200

(Tersedia di http: //aresearch. upi. edu/ operator/ upload/ s_psi_0705114_ chapter3x.pdf).

Dari hasil perhitungan dalam mencari reliabilitas sebesar 0,943 dari 35 butir pertanyaan yang dikatakan valid. Hal ini menunjukan bahwa instrumen untuk kesulitan mengajar yang dialami guru penjas dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif ini termasuk ke dalam kriteria reliabel (dapat dipercaya atau diandalkan).

I. Analisis Data


(26)

data dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan mengajar yang dialami guru penjas dalam pembelajaran penjas adaptif di SLB se-Kabupaten Cirebon. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku

a). a). Menghitung nilai rata-rata ( ̅) dari setiap data dengan rumus:

̅

Keterangan:

̅ : Nilai rata-rata yang dicari ∑ :Jumlah skor yang didapat

: Jumlah Sampel

b). Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

√∑ ̅

Keterangan:

s : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah : Skor

̅ : Nilai rata-rata : Jumlah Sampel 1 : Angka Tetap

2. Persentase

Data yang telah diperoleh akan ditabulasikan dengan cara dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan, selanjutnya dapat diperoleh prosentase yang kemudian diklarifikasikan dalam bentuk tabel-tabel data.

Penulis menghitung atau mengolah dengan tabulasi data menggunakan rumus statistik untuk perhitungan prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(27)

49

Keterangan :

P : Besar prosentase

f : Frekwensi responden untuk setiap alternatif jawaban n : Jumlah seluruh responden


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2008). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Abduljabar, Bambang. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung:

FPOK UPI Bandung.

Amin, Moh. (1995). Pedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Departemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizki Press.

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Cholil, H dan Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.

Depdiknas. (2003). Evaluasi Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Depdiknas.

Guntari, Suci. (2014). Hakikat Mengajar. Bandung: FPOK UPI.

Hendrayana Yudi. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan: Criced.

Hendrayana, Yudi. (2013). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan: Criced.

Juliantine, Tite, dkk. (2012). Modul Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.


(29)

98

Lieberman, L.J. (2005). Deafness and Deafblindness. In Winnick, J. (ed). Adapted Physical Edication and Sport (4thed). Champaign, IL: Human Kinetics. 221-233.

Lutan, Rusli. (2000). Manajemen Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Lutan, Rusli. (2011). Manajemen Penjaskes. Jakarta: Depdiknas Direktoran Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III.

Mahendra, A. (2005). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nugraha, Eka, dkk. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Renang. Bandung: FPOK UPI.

Rahmat, H. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung.

Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Somad, P dan Herawati, T. (1996). Otorpedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud.

Sridarwati, Cha & Mudartadlo. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahrag Adaptif. Jakarta: Dirjen Dikti Diknas.

Sudjana dan Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Penidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyaman-Gima, A. (2008). Metode Riset. Bandung: Guardaya Intimarta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Cv. Bintang Warli Artika.


(30)

Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, Beltasar. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. FPOK UPI Bandung. Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos. Tarman. (2009). Klasifikasi Tunanetra. FIP PLB UPI.


(1)

47

Tri Ayu Lestari, 2015

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

Rumus Varians Item:

Keterangan:

= Varians item

= jumlah kuadrat seluruh skor item = jumlah kuadrat subjek

= banyaknya responden atau banyaknya data

Menurut kriteria dari Guilford dalam Sugiono (dalam Anonim, 2011, hlm. 37-38) koefisien reliabilitas Alpha Cronbachterbagi menjadi sebagai berikut:

Tabel 3.7

Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas α

Sangat Reliabel > 0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel < 0,200

(Tersedia di http: //aresearch. upi. edu/ operator/ upload/ s_psi_0705114_ chapter3x.pdf).

Dari hasil perhitungan dalam mencari reliabilitas sebesar 0,943 dari 35 butir pertanyaan yang dikatakan valid. Hal ini menunjukan bahwa instrumen untuk kesulitan mengajar yang dialami guru penjas dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif ini termasuk ke dalam kriteria reliabel (dapat dipercaya atau diandalkan).

I. Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Pengumpulan, pengolahan data, dan penganalisaan


(2)

Tri Ayu Lestari, 2015

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

guru penjas dalam pembelajaran penjas adaptif di SLB se-Kabupaten Cirebon. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku

a). a). Menghitung nilai rata-rata ( ̅) dari setiap data dengan rumus:

̅

Keterangan:

̅ : Nilai rata-rata yang dicari ∑ :Jumlah skor yang didapat

: Jumlah Sampel

b). Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

√∑ ̅ Keterangan:

s : Simpangan baku yang dicari

∑ : Jumlah

: Skor

̅ : Nilai rata-rata : Jumlah Sampel 1 : Angka Tetap

2. Persentase

Data yang telah diperoleh akan ditabulasikan dengan cara dijumlah dan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan, selanjutnya dapat diperoleh prosentase yang kemudian diklarifikasikan dalam bentuk tabel-tabel data.

Penulis menghitung atau mengolah dengan tabulasi data menggunakan rumus statistik untuk perhitungan prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(3)

49

Tri Ayu Lestari, 2015

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

Keterangan :

P : Besar prosentase

f : Frekwensi responden untuk setiap alternatif jawaban

n : Jumlah seluruh responden 100% : Konstanta/Bilangan Tetap


(4)

Tri Ayu Lestari, 2015

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2008). Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizqi Press.

Abduljabar, Bambang. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Abduljabar, B. & Darajat, J. (2013). Aplikasi Statistika Dalam Penjas. Bandung:

FPOK UPI Bandung.

Amin, Moh. (1995). Pedagogik Anak Tunagrahita. Bandung. Departemen Pendidikan Jasmani. Bandung: Rizki Press.

Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

Arikunto, Suharsimi. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Pt. Rineka Cipta.

Cholil, H dan Nurhasan. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia. FPOK.

Depdiknas. (2003). Evaluasi Pengajaran Pendidikan Jasmani Adaptif. Jakarta: Depdiknas.

Guntari, Suci. (2014). Hakikat Mengajar. Bandung: FPOK UPI.

Hendrayana Yudi. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan: Criced.

Hendrayana, Yudi. (2013). Pendidikan Jasmani dan Olahraga Adaptif. Japan: Criced.

Juliantine, Tite, dkk. (2012). Modul Belajar dan Pembelajaran Penjas. Bandung: FPOK UPI.


(5)

98

Tri Ayu Lestari, 2015

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

Lieberman, L.J. (2005). Deafness and Deafblindness. In Winnick, J. (ed). Adapted

Physical Edication and Sport (4thed). Champaign, IL: Human Kinetics. 221-233.

Lutan, Rusli. (2000). Manajemen Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Lutan, Rusli. (2011). Manajemen Penjaskes. Jakarta: Depdiknas Direktoran Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III.

Mahendra, A. (2005). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Mahendra, A. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Munandar, Utami. (2002). Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nugraha, Eka, dkk. (2010). Didaktik Metodik Pembelajaran Renang. Bandung: FPOK UPI.

Rahmat, H. (2008). Konsep Dasar Pendidikan Jasmani Adaptif. Bandung.

Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: ALFABETA.

Somad, P dan Herawati, T. (1996). Otorpedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Depdikbud.

Sridarwati, Cha & Mudartadlo. (2007). Pendidikan Jasmani dan Olahrag Adaptif. Jakarta: Dirjen Dikti Diknas.

Sudjana dan Ibrahim (1989). Penelitian dan Penilaian Penidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyaman-Gima, A. (2008). Metode Riset. Bandung: Guardaya Intimarta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Bandung: ALFABETA

Suherman, Adang. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Cv. Bintang Warli Artika.

Sunardi. (1997). Ortopedagogik Tunalaras. Bandung: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.


(6)

Tri Ayu Lestari, 2015

KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

Supandi. (1991). Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, Beltasar. (2008). Pendidikan Jasmani Adaptif. FPOK UPI Bandung. Tarigan, Beltasar. (2012). Optimalisasi Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Berlandaskan Ilmu Faal Olahraga. Bandung: Eidos.