HUBUNGAN PROFESIONALISME SATUAN PENGAWAS INTERN DENGAN EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN : Penelitian pada BUMN yang Berkantor Pusat di Kota Bandung.
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
DAFTAR PUSTAKA
Akmal. (2006). Pemeriksaan Intern (Internal Audit). Jakarta: PT. Indeks, Kelompok Gramedia.
Amin Widjaya Tunggal. (1994). Auditing Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Apandi Nasehatun. (1999). Bugdet and Control (Sistem Perencanaan Pengendalian Terpadu). Grasindo.
Arens, Alvin A. and James K. Loebbecke. (1997). Auditing An Integrated Approach. New Jersey : Prentice Hall International.
Arens, Alvin A., Randal J.Elder, Mark S. Beasley. (2003).Auditing dan Pelayanan Verifikasi. Jakarta : Indeks.
Arens, Alvin A., Randal J.Elder, Mark S. Beasley. (2005). Auditing and Assurance service, An Integrated Approach.11th Edition.New Jersey: Pearson Prentice Hall inc.
Arfan Ikhsan. (2008). Metodologi Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Asti Indah Puspita. (2009). “Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawas Intern
Terhadap Efektivitas Fungsi Satuan Pengawas Intern (Studi Persepsi Pada
Universitas Padjajaran)”. Tesis. Bandung. Program Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran.
Azhar Susanto. (2004). Sistem Informasi Akuntansi, Konsep dan Pengembangan Berbasis Komputer. Bandung: Lingga Jaya.
(2)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Bachtiar Asikin. (2006). “Pengaruh Sikap Profesionalisme Internal Auditor
Terhadap Peranan Internal Auditor Dalam Pengungkapan Temuan Audit”. Jurnal Bisnis, Manajemen dan Ekonomi, Vol. 7 No. 3 Februari 2006. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan.(1983). Pedoman Pelaksanaan
Pemeriksaan Operasional. Jakarta : BPKP.
Bambang Hartadi. (1999). Internal Auditing. Yogyakarta: Andi Offset.
Bambang Hartadi. (2000). Sistem Pengendalian Internal Dalam Hubungan dengan Manajemen dan Audit. Yogyakarta : BPFE.
Bodnan, George H and William S. Hopwood. (2004). Sistem Informasi Akuntansi. (Penerjemah : Amir Abadi Jusuf). Jakarta : Salemba Empat.
United States of America : John Wiley and Sons, inc.
Hessel S. Nogi, Tangkilisan. (2005). Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance. Jakarta : Balariung & co.
Husein Umar. (2003). Metode Riset (Perilaku Konsumen Jasa). Jakarta : Ghalia Indonesia.
Husein Umar. (2008). Desain Penelitian Akuntansi Keperilakuan. Jakarta : Rajawali Pers.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. (2002). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan.
Jakarta : Salemba Empat.
JS Badudu dan Sultan Muhammad Zain.(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Putra Sinar Harapan.
(3)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Junita Purba. (2010). “Pengaruh Pemeriksaan Intern Terhadap Efektivitas Sistem
Pengendalian Internal Penjualan pada Tujuh BUMN yang Ada Di Kota
Bandung”. Skripsi. Bandung. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pendidikan Indonesia.
Keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-117/M-MBU/2002
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal. (2004). Standar Profesi Auditor Internal. Jakarta.
La Midjan dan Azhar Susanto. (2004). Sistem Informasi Akuntansi I. Bandung : Lingga Jaya.
M. Iqbal Hasan. (2008). Pokok-Pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensi). Jakarta : Bumi Aksara.
Maringan.(2008). “Hubungan Fungsi Satuan Pengawas Intern dengan Efektivitas Pengendalian Internal Penjualan (Persepsi Internal Auditor Pada PT. Pindad Persero). Skripsi. Bandung. Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran.
Moh.Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Mulyadi. (2002). Sistem Akuntansi. Jakarta : Salemba Empat.
Peni Sawitri. (2007). “Alat Pengendalian, Evaluasi, dan Sistem Umpan Balik Pada Industri Manufaktur dan Jasa”.FE Universitas Gunadarma.
Riduwan. (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.
Rob Reider. (2002). Operational Review (Maximun Result At Efficient Costs) 3rd. Penerbit John Willey and Sons.
(4)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Sawyer, B. Lawrence et all. (2003). Internal Auditing.5th Edition.The Institute of Internal Auditor. Florida: Center of Good Corporate Governance.
Sawyer’s et all. (2005). Audit Internal Sawyer’s. Jakarta : Salemba Empat.
Shinta Carlina Triagustia. (2009). “Peranan Profesionalisme Satuan Pengawas
Intern Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Atas
Penggajian pada PT. Telkom”. Skripsi. Bandung. Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
Sony Warsono, Fitri Amalia, Dian Kartika Rahajeng. Corporate Governance Concept and Model Preserving True Organization Welfare. 2009. Yogyakarta.
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Tjager, Nyoman, dkk. (2003). Corporate Governance: Tantangan dan Kesempatan bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo. Tugiman, Hiro. (2003). Standar Profesional Audit Internal.Yogyakarta :
Kanisisus
Tugiman, Hiro. (2006). Pandangan Baru Internal Auditing. Yogyakarta : Kanisius.
www.biofarma.co.id www.bpk.go.id www.len.co.id www.pindad.com www.telkom.co.id www.tempo.com.
(5)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan usaha telah sampai pada tahap persaingan global dan terbuka dengan dinamika perubahan yang demikian cepat.Dalam situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh.Dengan implementasi GCG, maka pengelolaan sumber daya perusahaan diharapkan menjadi efisien, efektif, ekonomis dan produktif. Prinsip-prinsip GCG berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada BUMN mencakup transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran. Secara umum, governance lebih ditujukan untuk sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan.Hal ini juga berlaku bagi BUMN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan suatu unit usaha yang sebagian besar atau seluruh modalnya berasal dari kekayaan Negara sehingga BUMN bertanggung jawab kepada Negara.Untuk mencapai GCG, aktivitas BUMN dtuntut agar efektif dan efisien serta menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga yang bersaing. Akan tetapi dalam mewujudkan GCG, BUMN mengalami berbagai hambatan dan kendala diantaranya dalam hal pengendalian intern.
Berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I 2009 (September 2009), BPK mengatakan selain terdapat temuan kelemahan Sistem
(6)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Pengendalian Intern (SPI) pada beberapa BUMN, juga ditemukan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian daerah atau kerugian daerah yang terjadi di perusahaan, potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi di perusahaan, kekurangan penerimaan, administrasi, ketidakhematan, serta ketidakefekifan.
Adapun pada Maret 2010 dalam IHPS II 2009, hasil pemeriksaan atas operasional BUMN mengungkapkan adanya 30 kasus kelemahan SPI pada delapan BUMN dan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 65 kasus, dapat dilihat pada tabel 1.1. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa Laporan Keuangan Kementerian dan Lembaga Lainnya (LKKL) yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dan Wajar Dengan Pengecualian pada umumnya pengendalian intern telah memadai. Sedangkan LKKL yang memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat memerlukan perbaikan pengendalian intern dalam hal keandalan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Sedangkan dalam IHPS II 2010 pada Maret 2011, BPK mengungkapkan hasil pemeriksaan atas operasional BUMN terdapat adanya 59 kasus kelemahan SPI dan adanya ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 78 kasus dapat dilihat pada tabel 1.2.
Berdasarkan tabel 1.1 dan 1.2 dapat dilihat bahwa masih cukup banyak kasus kelemahan SPI pada beberapa BUMN pada beberapa jenis kasus. Walaupun demikian, terdapat penurunan jumlah kasus kelemahan SPI pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009. Sedangkan untuk kasus ketidakpatuhan
(7)
perundang-Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
undangan terdapat kenaikan jumlah kasus pada tahun 2010 dibandingkan tahun 2009.
Tabel 1.1
Kasus Kelemahan SPI dan Ketidakpatuhan Terhadap Perundang-Undangan Pada Kementerian BUMN dalam IHPS II 2009
Jenis Kasus Jumlah
Kasus Kasus kelemahan SPI :
Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat 2
Perencanaan kegiatan tidak memadai 3
Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang teknis tertentu atauketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja
1
Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan
6
Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat peningkatan biaya
11
SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati 7
Jumlah 71
Temuan Karena Ketidakpatuhan Terhadap Perundang-Undangan :
Kerugian Negara/kerugian Negara yang terjadi pada perusahaan milik Negara 19 Potensi kerugian Negara/potensi kerugian Negara yang terjadi pada perusahaan milik
Negara
11
Kekurangan penerimaan Negara atau perusahaan milik Negara 18
Administrasi 12
Ketidakhematan 3
Ketidakefektifan 2
Jumlah 65
(8)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Tabel 1.2
Kasus Kelemahan SPI dan Ketidakpatuhan Terhadap Perundang-Undangan Pada Kementerian BUMN dalam IHPS II 2010
Jenis Kasus Jumlah
Kasus Kasus Kelemahan SPI :
Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat 6 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan 1
Perencanaan kegiatan tidak memadai 5
Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan penerimaan Negara/perusahaan dan hibah tidak sesuai ketentuan
1
Penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang teknis tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja
2
Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan
8
Penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat peningkatan biaya
12
Lain-lain pada kelemahan sistem pengendalian anggaran pendapatan dan belanja 4 Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan
prosedur
7
SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati 13
Jumlah 59
Temuan Karena Ketidakpatuhan Terhadap Perundang-Undangan :
Kerugian Negara (termasuk kerugian Negara yang terjadi pada perusahaan milik Negara)
15
Potensi kerugian Negara (termasuk potensi kerugian Negara yang terjadi pada perusahaan milik Negara)
24
Kekurangan penerimaan Negara atau perusahaan milik Negara 8
Administrasi 8
Ketidakhematan 9
Ketidakefisienan 1
Ketidakefektifan 13
Jumlah 78
(9)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Selain data dari IHPS, pada beberapa BUMN juga terdapat kasus penyelewengan penjualan. Bentuk penyelewengan terjadi di PT.Telkom, seperti yang dilansir dari Tempo Online (16 Januari 2006). Pada Rabu 11 Januari 2006, John Welly, Direktur Sumber Daya Manusia dan Pengembangan PT Telkom ditahan polisi terkait dengan dugaan korupsi di PT Telkom senilai ratusan miliar rupiah yaitu terdapat manipulasi pulsa yang dilakukan Telkom dengan teknologi voice over Internet protocol (VoIP). Dari investigasi polisi dan informasi dari orang dalam, terungkap adanya pencurian pulsa sambungan langsung internasional (SLI) dan sambungan langsung jarak jauh (SLJJ). Dalam prakteknya, Telkom dan Mobisel melakukan kerjasama dalam memanipulasi sambungan langsung internasional (SLI) menjadi tarif lokal.
Terjadinya korupsi dan kerugian perusahaan salah satunya disebabkan kelemahan sistem pengendalian intern. Seperti yang dilansir dari tempo.com (16 Juli 2012), Koordinator Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran mengatakan bahwa berdasarkan analisis hasil audit BPK tahun 2005-2011, ditemukan 24 BUMN yang berpotensi sebagai lembaga negara yang korup dengan PT Telkom berada di urutan pertama dan PT KAI di urutan ke 19. Sistem pengendalian pelaksanaan anggaran juga menjadi sebab hilangnya potensi penerimaan negara dari sektor BUMN. Selain itu kelemahan struktur sistem pengendalian intern juga berpengaruh terhadap penyelenggaraan BUMN.
Untuk mengatasi kasus-kasus penyelewengan yang merugikan perusahaan salah satunya adalah dengan adanya sistem pengendalian intern yang efektif. Seperti yang dijelaskan oleh COSO ( The Comitee of Sponsoring Organizations
(10)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
of The Treadway Commission), definisi dari pengendalian intern adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh direktur, manajemen dan karyawan lainnya yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang : (1) Efektifitas dan efisiensi operasi, (2) Kehandalan laporan keuangan, dan (3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Untuk mencapai keefektifan sistem pengendalian intern, dibutuhkan suatu pihak yang memeriksa dan mengevaluasi struktur pengendalian internal secara periodik dan membuat rekomendasi perbaikan yang diperlukan. Pada BUMN, pemeriksaan tersebut dilakukan oleh Satuan Pengawas Intern. Setiap BUMN harus memiliki Satuan Pengawas Intern, hal ini sesuai dengan UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN, PP No.45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN Pasal 66 ayat 1 dan 2, serta Kepmen BUMN No.KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada BUMN, Pasal 22 (1). Satuan Pengawas Intern merupakan unit kerja yang bertugas membantu Direktur Utama dalam mengadakan penilaian atas sistem pengendalian, pengelolaan (manajemen), dan pelaksanaan serta memberikan saran perbaikannya. Satuan Pengawas Intern memiliki peran yang sangat penting untuk ikut membantu dalam mewujudkan sistem pengendalian internal dengan menjalankan fungsi pengawasan. Untuk itu profesionalisme Satuan Pengawas Intern sangat dituntut dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian intern penjualan yaitu Sistem Informasi Akuntansi dan anggaran. Bodnan dan Hopwood dalam Amir Abadi Jusuf (2004:8) menyatakan bahwa salah
(11)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
satu aspek penting dalam Sistem Informasi Akuntansi adalah bahwa di dalam sistem itu terdapat pengendalian intern. Sejalan dengan itu, Azhar Susanto dan La Midjan (2004:67) juga mengemukakan pendapatnya bahwa sistem pengendalian intern yang dijalankan harus ditunjang oleh sistem akuntansi yang baik agar sistem pengendalian intern dapat mencapai sasaran. Maka dapat disimpulkan antara struktur pengendalian intern dengan sistem informasi akuntansi memiliki hubungan yang erat dan saling menunjang. Adapun anggaran berpengaruh terhadap efektivitas sistem pengendalian internal. Anggaran akan efisien jika diimbangi dengan pengendalian yang efektif dan pengendalian akan memberikan hasil yang optimal jika anggaran dijadikan sasaran dan sarana dalam setiap aktivitas perusahaan (Apandi Nasehatun, 1999:6).
Penelitian sebelumnya terkait dengan profesionalisme Satuan Pengawas Intern dan pengendalian internal dilakukan oleh Shinta Carlina (2004) dan Junita Purba (2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya, penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengambil salah satu variabel dari masing-masing penelitian. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu penulis mengambil variabel X dari penelitian Shinta Carlina yaitu profesionalisme Satuan Pengawas Intern dan mengambil variabel Y dari penelitian Junita Purba yaitu efektivitas sistem pengendalian internal penjualan. Penulis memilih sistem pengendalian internal penjualan karena penjualan merupakan sumber utama pendapatan BUMN baik itu penjualan barang maupun jasa. Sehingga diperlukan suatu sistem pengendalian internal untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang menyebabkan kerugian perusahaan. Sedangkan penulis memilih BUMN karena merupakan salah satu aset
(12)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
negara yang berperan dalam pembangunan. Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul :
“Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawasan Intern dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan“
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu terdapat kelemahan sistem pengendalian intern pada beberapa BUMN. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian dari rumusan masalah tersebut adalah :
1. Bagaimana gambaran profesionalisme Satuan Pengawas Internal pada BUMN yang berpusat di Kota Bandung?
2. Bagaimana gambaran efektivitas sistem pengendalian internal penjualan pada BUMN yang berpusat di Kota Bandung?
3. Bagaimana hubungan antara profesionalisme Satuan Pengawas Intern dengan efektifitas sistem pengendalian intern penjualan pada BUMN yang berpusat di Kota Bandung?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang lebih luas berkaitan dengan profesionalisme Satuan Pengawas Intern dan efektivitas sistem pengendalian internal penjualan pada BUMN yang ada di Kota Bandung.
(13)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui gambaran profesionalisme Satuan Pengawas Intern pada BUMN yang berkantor pusat di Kota Bandung.
2. Untuk mengetahui gambaran efektivitas sistem pengendalian intern penjualan pada BUMN yang berkantor pusat di Kota Bandung.
3. Untuk mengetahui hubunganantara profesionalisme satuan pengawas intern terhadap efektivitas sistem pengendalian internal penjualan pada BUMN yang berkantor pusat di Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1. Aspek Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu akuntansi dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat dijadikan bahan kajian dalam pengembangan lebih lanjut khususnya mengenai profesionalisme satuan pengawas intern dan efektivitas pengendalian intern.
2. Aspek praktis
Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada BUMN yang ada di Kota Bandung dalam membuat kebijakan terutama mengenai sistem pengendalian intern.
(14)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian disebut juga variabel penelitian.Menurut Moh. Nazir
(2003:123) variabel penelitian adalah „konsep yang mempunyai bermacam
-macam nilai‟.Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah
profesionalisme Satuan Pengawas Intern dan efektivitas sistem pengendalian internal penjualan.
Penulis melakukan penelitian pada sembilan BUMN yang berpusat di Kota Bandung. Pemilihan objek tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa profesionalisme Satuan Pengawas Intern sangat dibutuhkan oleh perusahaan di masa sekarang ini.Hal ini diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan agar berjalan efektif, salah satunya untuk memberikan rekomendasi kepada manajemen dalam perbaikan struktur pengendalian internal agar lebih efektif. Sehingga diduga terdapat hubungan profesionalisme Satuan Pengawas Intern dengan efektivitas sistem pengendalian internal penjualan.
3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Menurut Moh. Nazir (2003:84) : „Desain dari penelitian adalah semua
proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian‟. Desain penelitian merupakan penjelasan secara rinci mengenai keseluruhan rencana
(15)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
penelitian mulai dari perumusan masalah, tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan asumsi, hipotesis sampai rancangan analisis data.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survei. Pengertian metode deskriptif
menurut Moh. Nazir (2003:54) : „Metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Adapun pengertian metode survei menurut Moh. Nazir (2003:56) adalah sebagai berikut :
Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.
3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel 3.2.2.1 Definisi Variabel
Pengertian variabel menurut Moh Nazir (2003:123) yaitu : „Variabel
adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai‟. Sesuai dengan judul
penelitian yaitu “Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern terhadap
Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan Pada BUMN yang berpusat di
Kota Bandung”, maka dapat diambil satu variabel independen (X) dan satu
variabel dependen (Y) yaitu : 1. Variabel independen (X)
Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
(16)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
profesionalisme Satuan Pengawas Intern (SPI). Profesionalisme Satuan Pengawas Intern adalah suatu kondisi dimana SPI melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya yang disertai dengan komitmen pribadi terhadap pekerjaannya.
Profesionalisme SPI akan diukur dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada pimpinan/kepala SPI yang terkait berdasarkan Standar Profesi Auditor Internal (SPAI).
2. Variabel dependen (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah efektivitas sistem pengendalian internal penjualan. Pengertian pengendalian intern menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) dalam Bambang Hartadi (1999:3), adalah sebagai berikut :
Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, semua metode dan ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan.
Efektivitas sistem pengendalian internal penjualan merupakan tingkat keberhasilan perusahaan dalam menjalankan suatu pengendalian internal terhadap prosedur penjualan. Efektivitas sistem pengendalian internal akan diukur dengan menggunakan kuesioner kepada manajer bagian penjualan atau pemasaran yang terkait berdasarkan lima unsur pengendalian internal.
(17)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk memenuhi jenis dan indikator variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini serta untuk menentukan skala pengukuran masing-masing variabel sehingga pengujian hipotesis dengan menggunakan alat bantu statistik dapat dilakukan secara luas. Definisi operasional menurut Moh Nazir (2003:126) adalah:
Suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diberikan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut.
Gambaran mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Variabel Dimensi Indikator Skala Item
Profesionalisme Satuan Pengawas
Intern (Akmal, 2006 :12)
1. Independesi dan objektivitas
1. Status Organisasi 2. Objektivitas
Ordinal 1 2 2. Kemampuan
profesional
1. Kesesuaian dengan standar profesi 2. Pengetahuan dan kecakapan 3. Kemampuan berkomunikasi
dengan efektif
4. Pendidikan berkelanjutan 5. Ketelitian profesional
Ordinal 3 4 5 6 7 3. Ruang lingkup
pekerjaan
1. Keandalan informasi keuangan 2. Kesesuaian dengan kebijakan 3. Perlindungan terhadap harta 4. Penggunaan sumber daya secara
ekonomis dan efisien 5. Pencapaian tujuan
Ordinal 8 9 10 11 12 4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
1. Perencanaan pemeriksaan
2. Pengujian dan pegevaluasian informasi
3. Penyampaian hasil pemeriksaan 4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Ordinal 13 14 15 16 5. Manajemen
bagian audit internal
1. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab
2. Rencana pelaksanaan tanggung jawab bagian SPI
3. Kebijakan dan prosedur 4. Pengembangan SDM SPI
5. Koordinasi dengan pemeriksa ekstern
6. Pengendalian mutu ketika evaluasi kegiatan SPI
Ordinal 17 18 19 20 21 22
(18)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal (Azhar Susanto, 2004:104-116) 1. Lingkungan pengendalian
a. Integritas dan nilai etika b. Komitmen terhadap kompetensi c. Partisipasi Dewan Direksi dan tim
SPI
d. Filosofi dan gaya manajemen e. Struktur organisasi
f. Pemberian wewenang dan tanggung jawab
g. Kebijakan mengenai sumber daya manusia
Ordinal 1 2 3 4 5 6 7 2. Penaksiran resiko a. Menentukan resiko yang mungkin
dihadapi
b. Memperkirakan pengaruh resiko c. Menilai kemungkinan resiko terjadi d. Tindakan untuk mengurangi pengaruh dan kemungkinan terjadinya resiko
Ordinal 8 9 10 11
3. Aktivitas pengendalian
a. Prosedur otorisasi
b. Pengamanan aset dan catatannya c. Pemisahan fungsi
d. Catatan dan dokumentasi memadai
Ordinal 12 13 14 15 4. Informasi dan
komunikasi
a. Sistem informasi mengkomunikasikan informasi dari luar dan dalam perusahaan
b. Sistem informasi akuntansi memiliki prosedur dan fakta c. Sistem informasi dapat menjaga
aset
Ordinal 16
17 18 5. Monitoring a. Pengawasan aktivitas monitoring
berjalan
b. Penilaian terpisah
Ordinal 19 20
3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Moh. Nazir (2003:271) „Sebuah populasi adalah kumpulan dari
individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan‟.Populasi dalam penelitian ini adalah BUMN yang berkantor pusat di Kota Bandung. Adapun jumlah BUMN yang berpusat di Kota Bandung sebanyak sembilan yaitu :
(19)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
No Nama BUMN
1. PT PINDAD (Persero) 2. PT LEN (Persero)
3. PT Dirgantara Indonesia (Persero) 4. PT Inti (Persero)
5. PT Kereta Api Indonesia (Persero) 6. PT POS Indonesia (Persero)
7. PT Bio Farma
8. PT Perkebunan Nusantara 9. PT Telekomunikasi Indonesia , Tbk
Sumber :Kementerian BUMN
Pemilihan BUMN sebagai populasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa BUMN merupakan salah satu aset Negara yang memiliki peranan penting dalam pembangunan terlebih lagi dalam menghadapi persaingan bebas. Selain itu adanya perhatian pemerintah akan pentingnya pelaksanaan pemeriksaan intern sehingga BUMN sangat menarik untuk diamati. Sedangkan Kota Bandung dipilih karena merupakan salah satu kota besar dimana terdapat kantor pusat beberapa BUMN.
(20)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
3.2.3.2 Sampel Penelitian
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil melalui cara tertentu serta memiliki karakteristik tertentu yang dianggap bisa mewakili populasi (M.Iqbal, 2008:85). Adapun jenis sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau disebut juga sensus.Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua anggota populasi dijadikan sampel. Sampling jenuh digunakan apabila jumlah anggota populasi kurang dari 30 (Riduwan,
2008:63). Adapun menurut M. Iqbal Hasan (2008:85), „sensus adalah cara pengumpulan data yang mengambil setiap populasi atau karakteristik yang ada dalam populasi.
Menurut Arfan Ikhsan (2008:111) „unit analisis merupakan tingkat agregasi data yang dianalisis dalam penelitian‟. Unit analisis ditentukan
berdasarkan rumusan masalah.Unit analisis dalam penelitian ini adalah pimpinan SPI dan manajer penjualan atau pemasaran. Alasan pengambilan unit analisis tersebut karena penulis meneliti profesionalisme SPI sebagai variabel independen dan efektivitas sistem pengendalian intern penjualan sebagai variabel dependen. Pengelolaan unit SPI merupakan tanggung jawab pimpinan bagian audit internal, sedangkan manajer penjualan atau pemasaran bertanggung jawab terhadap metode dan prosedur yang didesain untuk dijalankan dalam pencapaian efektivitas operasi penjualan.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel tidak dibedakan antara perusahaan jasa maupun manufaktur.Menurut Peni Sawitri (2007) mengenai alat pengendalian, evaluasi dan sistem umpan balik pada industri manufaktur dan jasa
(21)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
mengatakan didalam hasil penelitiannya bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara sistem pengendalian manajemen yang diukur melalui alat pengendalian pada kelompok manufaktur dan jasa. Manufaktur dalam arti paling luas adalah proses merubah bahan baku menjadi suatu produk. Proses ini meliputi perancangan produk, pemilihan material, dan tahap proses produksi.Sedangkan perusahaan jasa adalah perusahaan yang menjual jasa untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Dengan kata lain, perusahaan jasa menjual “barang” tidak berwujud.
3.2.3.3 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik dalam pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti yaitu sebagai berikut :
1. Kuesioner
Menurut Moh. Nazir (2003:203) „Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan
yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam
menguji hipotesis‟.Pengisian kuesioner dilakukan secara langsung oleh
responden dengan memberi tanda pada jawaban yang telah disediakan. Jenis angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup dan terstruktur, artinya jawaban pada setiap pertanyaan atau pertanyaan terikat pada sejumlah alternatif yang disediakan dan responden tidak diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban selain jawaban-jawaban yang telah disediakan.
(22)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
2. Studi kepustakaan (library research)
Untuk keperluan studi literatur, penulis mencari referensi dari berbagai buku, jurnal, dan literatur lain terkait dengan masalah dalam penelitian ini untuk menjadi kajian pustaka.
3.2.4 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.2.4.1 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu tahap kegiatan penelitian berupa proses penyusunan dan pengolahan data guna menafsirkan data yang telah diperoleh dari lapangan. Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih sederhana, untuk lebih mudah dibaca dalam proses pengolahan data. Menurut Moh. Nazir (2003:347) :
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan menganalisislah, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi, serta diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis.
Data yang terkumpul dari hasil kuesioner dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Melakukan persiapan yaitu mengumpulkan dan memeriksa kelengkapan lembar kuesioner serta memeriksa kebenaran pengisiannya.
2. Pada penelitian ini, penulis menggunakan pengukuran skala ordinal.
Menurut Moh. Nazir (2003:130) „Ukuran ordinal adalah angka yang
(23)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
ordinal lebih banyak digunakan untuk mengukur fenomena atau gejala sosial. Angka dikatakan berskala ordinal jika antara angka yang satu dengan lainnya mempunyai tingkat nilai yang berbeda dan jaraknya dianggap tidak sama (Husein Umar, 2008:51).
3. Untuk memperoleh data tentang hubungan profesionalisme Satuan Pengawas Intern dengan efektivitas sistem pengendalian internalpenjualan, dibuat daftar pertanyaan dengan menggunakan skala diferensial semantik atau semantic differensial scale. Skala perbedaan semantik berisikan serangkaian karakteristik bipolar (dua kutub), karakteristik bipolar tersebut mempunyai tiga dimensi dasar sikap seseorang terhadap objek diantaranya potensi, evaluasi dan aktivitas (Riduwan, 2008:90-91). Adapun tingkat nilai-nilai untuk masing-masing jawaban adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Skor Jawaban Responden
No Klasifikasi Skor
1. Sepenuhnya Sesuai Selalu Dilakukan 5 2. Sebagian Besar Sesuai Sering Dilakukan 4
3. Cukup Sesuai Kadang Dilakukan 3
4. Sebagian Kecil Sesuai Jarang Dilakukan 2 5. Tidak Sesuai Tidak Pernah Dilakukan 1
4. Setelah semua kuesioner terkumpul, data tersebut dikelompokkan menurut kelompok indikator masing-masing variabel, kemudian dilanjutkan dengan memberikan skor untuk jawaban dari setiap item pertanyaan yang diajukan. Setelah diberi skor untuk jawaban dari setiap item pertanyaan, maka dijumlahkan total keseluruhan nilai skor per indikator atau yang disebut skor item.
(24)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
5. Menghitung besarnya tingkat variabel X (profesionalisme Satuan Pengawas Intern) dan variabel Y (efektivitas sistem pengendalian internal penjualan) dengan cara mencari rata-rata (mean) dari masing-masing variabel. Rumus rata-rata (mean) yang digunakan adalah sebagai berikut (Husein Umar, 2008:106):
a. x n
xi
b.
n y
y
iDimana :
xdany= Nilai rata-rata
∑ = Sigma (jumlah)
xi, yi = Nilai ke-i sampai dengan ke-n
6. Langkah selanjutnya adalah menentukan kriteria pengklasifikasian untuk variabel X dan variabel Y yang mengacu pada ketentuan yang dikemukakan oleh Husen Umar (2003:201), di mana rentang skor dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
bn m
RS Keterangan:
RS = Rentang Skor M = Skor tertinggi item n = Skor terendah item b = Jumlah kelas
(25)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Dari rumus di atas maka dapat dihitung sebagai berikut :
Skor tertinggi (jumlah responden dikalikan dengan skor tertinggi) = 5 x 8 = 40
Skor terendah (jumlah responden dikalikan skor terendah) = 1 x 8 = 8
6,45 8 40
RS
Rentang pengklasifikasian setiapkategori untuk variabel X (Profesionalisme Satuan Pengawas Intern) dan variabel Y (Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan) dapat dilihat pada tabel 3.4. 7. Melakukan pengujian statistik untuk menguji hipotesis sekaligus
menginterpretasikan dan membuat analisis terhadap hasil pengujian hipotesis.
8. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengujian statistik.
Tabel 3.4
Kriteria Rentang Pengklasifikasian
Variabel Kategori Rentang Pengklasifikasian
Profesionalisme Satuan Pengawas Intern
Tidak memadai 8 - <14,4 Kurang memadai 14,4 - <20,8
Cukup memadai 20,8- <27,2 Memadai 27,2 - <33,6 Sangat memadai 33,6 – 40
Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
Penjualan
Tidak efektif 8 - <14,4 Kurang efektif 14,4 - <20,8
Cukup efektif 20,8 - <27,2 Efektif 27,2 - <33,6 Sangat efektif 33,6 – 40
(26)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Mengingat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner, maka kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian ini. Usaha yang dapat dilakukan penulis dalam hal ini adalah dengan mengamati secara langsung dan mendampingi proses pengisian kuesioner oleh responden. Untuk itu diperlukan alat ukur yang valid dan konsisten. Apabila alat ukur yang dipakai tidak valid dan konsisten, maka hasil penelitian yang diperoleh tidak akan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Untuk melakukan pengujian terhadap instrumen kuesioner maka digunakan uji validitas dan uji reliabilitas.
1. Uji Validitas
Validitas mempunyai makna sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsiukurnya.Uji validitas berguna untuk mngetahui apakah pertanyaan pada kuesioner relevan atau tidak (Husein Umar, 2008:54).Suatu alat ukur atau instrumen pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi jika alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.Oleh karena pengamatan dari 2 variabel, X dan Y dalam bentuk skala ordinal, maka derajat korelasi dicari dengan menggunakan koefisien korelasi Rank Spearman. Adapun rumusRank Spearmanyang digunakan untuk menguji validitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
rs = 1- 6∑d2 n(n2-1)
(27)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Keterangan:
rs : koefisien korelasi Rank Spearman n : banyaknya pasangan data
d : beda urutan dalam satu pasangan data.
Menurut Sugiyono (2005:115), instrumen memiliki validitas konstruksi yang baikjika nilai korelasi antar faktor tersebut positif dan besarnya lebih dari atau sama dengan 0,3. Jika korelasi antara butir dengan skor < 0,3 maka butir instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali paling tidak oleh responden yang sama (Husein Umar, 2008:57). Dengan demikian sebuah instrumen dapat dikatakan reliabel jika digunakan untuk mengukur berkali-kali dengan menghasilkan data yang sama (konsisten). Uji reliabilitas juga bertujuan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu.
Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menghitung koefisien Cronbach Alpha dari masing-masing instrumen dalam satu variabel. Pendapat Hair (1998) dalam Arfan Ikhsan (2008:217) menjelaskan bahwa sebuah variabel dikatakan reliabel jika nilai koefisien Cronbach Alphamencapai 0,7 atau lebih. Uji reliabilitas dilakukan dengan rumus koefisien Cronbach Alpha sebagai berikut (Husein Umar, 2008:59-60):
(28)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
22 1 1 t b k k
n n x x
2 2 2 Keterangan : = Cronbach coefficient alpha
2b
= Jumlah varian butir 2
t
= Varian total
k = Banyak butir pertanyaan x = Nilai skor yang dipilih n = Jumlah responden
3.2.4.2 Penetapan Hipotesis dan Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dan dibuktikan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya hubungan yang kuat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Kedua variabel dikatakan memiliki hubungan yang kuat jika memiliki nilai koefisien korelasi 0,6 – 0,799 (Riduwan, 2008:136). Pengujian hipotesis yang dilakukan adalah pengujian hipotesis null (Ho) yang menyatakan bahwa jika koefisien korelasi memiliki nilai yang kurang dari sama dengan 0,60 maka kedua variabel tidak memiliki hubungan yang kuat sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan bahwa jika koefisien korelasinya bernilai lebih dari 0,60 maka terdapat hubungan yang kuat antara kedua variabel. Adapun perumusan Ho dan Ha adalah sebagai berikut :
(29)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Ho :ρ ≤ 0,60
Tidak terdapat hubungan yang kuat antara profesionalisme Satuan Pengawas Intern dengan efektivitas sistem pengendalian internal penjualan.
Ha :ρ > 060
Terdapat hubungan yang kuat antara profesionalisme Satuan Pengawas Intern dengan efektivitas sistem pengendalian internal penjualan.
Untuk menguji hipotesis tersebut, penulis menggunakan statistik non parametrik karena penelitian ini memiliki populasi yang anggotanya sedikit. Statistik parametrik sangat sulit jika dilakukan pada populasi yang anggotanya sedikit. Jika metode parametrik digunakan dalam pengujian terhadap sampel yang berasal dari sampel yang berasal dari populasi yang anggotanya sedikit mengandung risiko yang tinggi. Uji nonparametrik diterapkan untuk data dalam skala ordinal dan jumlah sampel kecil yaitu < 30 (Arfan Ikhsan, 2008:228). Hal ini juga dinyatakan oleh M. Iqbal Hasan (2008:301) bahwa salah satu syarat penggunaan statistik nonparametrik adalah jika sampel yang digunakan memiliki ukuran yang kecil.Berikut ini adalah tahap-tahap untuk menguji hipotesis.
a. Menghitung Korelasi Rank Spearman
Analisis korelasi Rank Spearman sangat bermanfaat untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel yang sulit diukur nilai numeriknya dengan membuat ranking dari masing-masing variabel. Metode ini tidak terikat pada
(30)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
asumsi bahwa data penelitian harus berdistribusi normal. Korelasi Rank Spearman digunakan untuk variabel berskala ordinal dengan ketentuan jumlah sampel 5 < n < 30 (Riduwan, 2008:132). Ukuran keeratan hubungan antara dua variabel tersebut dapat diketahui melalui koefisien korelasi ranking (coefficient of rank correlation).
Untuk menghitung koefisien korelasi Spearman Rank, digunakan rumus sebagai berikut :
rs = 1- 6∑d2 n(n2-1)
(Riduwan, 2008: 132) Keterangan:
rs : koefisien korelasi Rank Spearman n : banyaknya sampel yang diteliti d : selisih setiap pasangan rank
Koefisien korelasi menunjukkan derajat korelasi antar X dan Y dengan batas-batas korelasi yaitu -1 ≤ r ≤ 1. Tanda positif menyatakan bahwa antara variabel-variabel itu terdapat korelasi langsung artinya setiap kenaikan nilai X akan diikuti oleh kenaikan nilai Y, dan sebaliknya tanda negatif menyatakan bahwa variabel-variabel itu terdapat korelasi negatif atau invers.
Dari koefisien yang dihasilkan dapat diinterpretasikan derajat hubungan antara kedua variabel yang disajikan dalam tabel berikut :
(31)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Tabel 3.5
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang/Cukup kuat
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber :Riduwan (2008:136)
(32)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada unit SPI (Satuan Pengawas Intern) dan divisi penjualan pada delapan BUMN yang berkantor pusat di Bandung mengenai hubungan antara profesionalisme Satuan Pengawas Intern dengan efektivitas sistem pengendalian internal penjualan dapat disimpulkan bahwa :
1. Gambaran profesionalisme Satuan Pengawas Intern pada delapan BUMN yang berkantor pusat di Bandung berada pada kategori sangat memadai. Secara keseluruhan, gambaran efektivitas sistem pengendalian internal penjualan pada delapan BUMN yang berkantor pusat di Bandung telah dilaksanakan dengan efektif.
2. Profesionalisme Satuan Pengawas Intern memiliki hubungan yang kuat dengan Efektifitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan pada delapan BUMN. Dengan Satuan Pengawas Intern yang profesional akan memiliki sistem pengendalian internal penjualan yang efektif.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data-data untuk melakukan analisis dan memperoleh kesimpulan, pada bagian ini penulis mencoba mengajukan beberapa saran yang berhubungan dengan hubungan profesionalisme SPI dengan efektivitas sistem pengendalian internal penjualan, yaitu :
(33)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
1. Berdasarkan data yang diolah, setiap fungsi SPI pada delapan BUMN yang berkantor pusat di Bandung telah bersikap profesional dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan Standar Profesi Audit Internal. Akan tetapi, kualifikasi Sumber Daya Manusia pada unit SPI harus senantiasa dikembangkan melalui pelatihan, seminar, serta pendidikan berkelanjutan agar wawasan dan pengetahuan auditor semakin luas dan update. Dengan semakin berkualitasnya auditor, maka tingkat kesadaran profesionalisme akan semakin tinggi sehingga dalam melakukan analisis dan memberikan rekomendasi akan semakin baik. Selain itu pimpinan audit internal harus lebih baik lagi dalam mengelola bagian audit internal. 2. Berdasarkan data yang diperoleh dan telah diolah, sistem pengendalian
intern penjualan pada delapan BUMN yang berkantor pusat di Bandung sudah berjalan efektif. Akan tetapi untuk pencegahan terjadinya penyimpangan terkait penjualan maka diperlukan adanya suatu pengawasan (monitoring) yang lebih ketat lagi. Sehingga tidak timbul penyalahgunaan atau hal-hal yang menyebabkan kerugian perusahaan. 3. Untuk peneliti selanjutnya yang tertarik dengan penelitian sejenis,
sebaiknya lebih fokus pada penjualan jasa atau manufaktur saja serta menambah variabel faktor-faktor lain yang mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian intern penjualan misalnya Sistem Informasi Akuntansi dan anggaran penjualan. Selain itu bagi peneliti selanjutnya juga dapat menambah jumlah sampel penelitian dan pada lokasi yang berbeda.
(34)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.1 Maksud Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.3.2 Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1.4 Kegunaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS ... Error!
Bookmark not defined.
2.1 Kajian Pustaka ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1 Profesionalisme Satuan Pengawas Intern (SPI) ... Error! Bookmark not
defined.
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1.2 Tujuan dan Fungsi Audit Internal ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1.3 Wewenang dan Tanggung Jawab Audit Internal .. Error! Bookmark not
(35)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
2.1.1.4 Satuan Pengawas Intern (SPI) dan Perannya Sebagai Auditor Internal.Error! Bookmark not defined.
2.1.1.5 Kualifikasi Auditor Internal ... Error! Bookmark not defined. 2.1.1.6 Profesionalisme Auditor Internal ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2 Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan ... Error! Bookmark
not defined.
2.1.2.1 Pengertian Efektivitas ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2.2 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Internal ... Error! Bookmark not
defined.
2.1.2.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern ... Error! Bookmark not defined. 2.1.2.4 Struktur Sistem Pengendalian Intern Penjualan .... Error! Bookmark not
defined.
2.1.3 Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern (SPI) Dengan Sistem Pengendalian Intern... Error! Bookmark not defined. 2.2 Kerangka Pemikiran... Error! Bookmark not defined. 2.3 Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Objek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2 Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel .... Error! Bookmark not defined. 3.2.2.1 Definisi Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.2.2.2 Operasionalisasi Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.3.1 Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
(36)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
3.2.3.2 Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.2.4 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not
defined.
3.2.4.1 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.2.4.2 Penetapan Hipotesis Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not
defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
4.1 Hasil Penelitian ... 70
4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian ... 70
4.1.1.1 Gambaran Umum BUMN ... 70
4.1.1.2 Profil Perusahaan ... 71
4.1.1.3 Kedudukan Satuan Pengawas Intern Pada BUMN ... 81
4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 83
4.1.2.2 Uji Validitas ... 84
4.1.2.3 Uji Reliabilitas ... 87
4.1.2.4 Deskripsi Variabel X (Profesionalisme Satuan Pengawas Intern) ... 88 4.1.2.5 Deskripsi Variabel Y (Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Penjualan)
……….Er
ror! Bookmark not defined.
4.1.3 Analisis Korelasi ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan ... Error! Bookmark
(37)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
4.2.3 Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Penjualan ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
(38)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal dan
Ketidakpatuhan Terhadap Perundangan-Undangan Pada IHPS II 2009
3
Tabel 1.2 Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal dan
Ketidakpatuhan Terhadap Perundang-Undangan Pada IHPS II 2010
4
Tabel 2.1 Perbedaan Audit Eksternal dan Audit Internal 11
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel 53
Tabel 3.2 Populasi Penelitian 55
Tabel 3.3 Skor Jawaban Responden 59
Tabel 3.4 Kriteria Rentang Pengklasifikasian 61 Tabel 3.5 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien
Korelasi
Tabel 4.1 Profil Responden
69
84 Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X 85 Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y 86 Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X 87 Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y 88 Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Independensi dan
Objektivitas
Tabel 4.7 Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Profesional Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Kegiatan
Pemeriksaan
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Manajemen Bagian Audit Internal
Tabel 4.11 Rekapitulasi Jawaban Untuk Variabel X
Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Lingkungan Pengendalian
89
90 91 92
93
94 97
(39)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Penilaian Risiko 98 Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Aktivitas Pengendalian 100 Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Informasi dan Komunikasi 101 Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Monitoring 102 Tabel 4.17 Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel Y 103 Tabel 4. 18 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank 105
(40)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
DAFTAR GAMBAR
(41)
Astri Dewi S, 2012
Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Frekuensi Bimbingan
Lampiran 2 Formulir Persetujuan Revisi Seminar Usulan Penelitian Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Rekapitulasi Data Jawaban Responden atas Kuesioner Lampiran 5 Hasil Uji Validitas Variabel X
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas Variabel Y Lampiran 7 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
(1)
3.2.3.2 Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 3.2.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. 3.2.4 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not
defined.
3.2.4.1 Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. 3.2.4.2 Penetapan Hipotesis Pengujian Hipotesis ... Error! Bookmark not
defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
4.1 Hasil Penelitian ... 70
4.1.1 Tinjauan Umum Tentang Subyek Penelitian ... 70
4.1.1.1 Gambaran Umum BUMN ... 70
4.1.1.2 Profil Perusahaan ... 71
4.1.1.3 Kedudukan Satuan Pengawas Intern Pada BUMN ... 81
4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 83
4.1.2.2 Uji Validitas ... 84
4.1.2.3 Uji Reliabilitas ... 87
4.1.2.4 Deskripsi Variabel X (Profesionalisme Satuan Pengawas Intern) ... 88 4.1.2.5 Deskripsi Variabel Y (Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Penjualan)
……….Er ror! Bookmark not defined.
4.1.3 Analisis Korelasi ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Penjualan ... Error! Bookmark
(2)
4.2.3 Hubungan Profesionalisme Satuan Pengawas Intern Dengan Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Penjualan ... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined. 5.1 Simpulan ... Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
(3)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal dan
Ketidakpatuhan Terhadap Perundangan-Undangan Pada IHPS
II 2009
3
Tabel 1.2 Kasus Kelemahan Sistem Pengendalian Internal dan
Ketidakpatuhan Terhadap Perundang-Undangan Pada IHPS II
2010
4
Tabel 2.1 Perbedaan Audit Eksternal dan Audit Internal
11
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel
53
Tabel 3.2 Populasi Penelitian
55
Tabel 3.3 Skor Jawaban Responden
59
Tabel 3.4 Kriteria Rentang Pengklasifikasian
61
Tabel 3.5 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien
Korelasi
Tabel 4.1 Profil Responden
69
84
Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Variabel X
85
Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Y
86
Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X
87
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y
88
Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Independensi dan
Objektivitas
Tabel 4.7 Tanggapan Responden terhadap Kemampuan Profesional
Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan Kegiatan
Pemeriksaan
Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Manajemen Bagian Audit
Internal
Tabel 4.11 Rekapitulasi Jawaban Untuk Variabel X
89
90
91
92
93
94
(4)
Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Penilaian Risiko
98
Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Aktivitas Pengendalian
100
Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Informasi dan Komunikasi
101
Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Monitoring
102
Tabel 4.17 Rekapitulasi Rata-Rata Jawaban Untuk Variabel Y
103
(5)
DAFTAR GAMBAR
(6)