bahan Blok 4.3 A dan B.

(1)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

1

BUKU PAN D U AN TUTOR

BLOK 4 .3

M OD UL 3 A. OBAT TRAD I SI ON AL


(2)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


(3)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

3 PENDAHULUAN

Menurut Permenkes No.006 tahun 2012 mengenai Industri dan Usaha obat tradisional, dinyatakan

bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan

mineral, sediaan sari (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Sejak dahulu Indonesia dikenal kaya akan bahan alam yang dapat dijadikan bahan obat tradisional.

Sebagian besar bahan alam ini terdapat di lingkungan sekitar kita. Sayang sekali hanya sedikit yang dikenal

oleh masyarakat bahwa tanaman tersebut bermanfaat sebagai obat. Dokter, sebagai tenaga kesehatan yang

menjalankan program kesehatan secara holistik mencakup upaya preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif,

diharapkan mampu melakukan upaya tersebut terhadap masyarakat, salah satunya dengan pemanfaatan obat

tradisional dan mempunyai sikap yang tepat terhadap obat tradisional.

Oleh karena itu dalam pendidikan kedokteran di FK-Unand, materi obat tradisional menjadi salah satu

materi pilihan bagi mahasiswa tingkat empat diantara lima pilihan lain yang ada. Secara umum, materi obat

tradisional yang diberikan bertujuan agar mahasiswa mempunyai pemahaman tentang perkembangan obat

tradisional (OT) dan mengetahui kebijakan dan regulasi pemerintah terhadap OT. Selain itu diharapkan

mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang saintifikasi jamu pada penyakit infeksi dan degeneratif. Sehingga

pada akhirnya mereka mampu mengedukasi masyarakat tentang obat tradisional yang berkembang pesat di

tengah-tengah masyarakat.

Untuk mendukung terlaksananya tujuan di atas, mahasiswa akan mengikuti berbagai aktivitas

pembelajaran seperti tutorial, perkuliahan, kegiatan plenary, kegiatan skills lab dan praktikum serta mengikuti

kegiatan

field trip

. Pada kegiatan

field trip

direncanakan mahasiswa akan mengunjungi BPOM (Balai

Pengawasan Obat dan Makanan) provinsi Sumatera Barat, kebun tanaman obat Fak. Farmasi –Unand dan

mengunjungi Puskesmas di kota Padang yang telah menerapkan pemakaian obat tradisional di dalam program

kerjanya.

Sub blok obat tradisional merupakan integrasi berbagai blok yang telah diikuti oleh mahasiswa yakni

ilmu dasar kedokteran di blok 1.1-1.6, kemudian integrasi dengan blok 2.1-2.6 serta blok di tahun 3 dan tahun 4.

Sub blok ini dilaksanakan dalam minggu ke-5 dan ke-6 yang tergabung dalam blok 4.3 (Elektif).


(4)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

4 KURIKULUM BERBASIS KOM PETENSI FK –UNAND

PERIODE : 2009 - 2014

NO BLOK : 4.3

NAM A BLOK SUB BLOK

: :

ELEKTIF

OBAT TRADISIONAL

TUJUAN BLOK :

Mampu menjelaskan perkembangan obat tradisional (OT) dan mengetahui

kebijakan dan regulasi pemerintah terhadap OT.

Mahasiswa mampu menjelaskan tentang saintifikasi jamu pada penyakit

infeksi dan degeneratif

BERKAITAN DENGAN BLOK : 1.1-1.6, 2.1, 2.2, 2.3, 2.4, 2.5, 2.6, 3.1, 3.2, 3.3 , 3.4, 3.5, 3.6, 4.1

AREA KOM PETENSI : 1,2,3,4,5,6,7

BAGIAN TERINTEGRASI : Ilm u Biom edik, Farm akologi dan Terapeut ik, Ilm u Penyakit Dalam , Ilm u Bedah, Ilm u Penyakit Kulit dan Kelam in.


(5)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

5 KARAKTERISTIK M AHASISW A

Mahasiswa yang dapat mengikuti Blok

Elektif

ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Angkatan 2009 yang telah mengikuti blok 1.1 sampai 4.2.

Blok 1.1-1.6

Blok 2.1 Pertumbuhan sel kanker dan Imunologi Blok 2.2 Infeksi

Blok 2.3 Reproduksi

Blok 2.4 Gangguan hematolimfopoietik Blok 2.5 Gangguan Hormon dan Metabolisme Blok 2.6 Gangguan Saluran Pencernaan Blok 3.1 Gangguan Neuropsikisatri Blok 3.2 Gangguan Kardiovaskuler Blok 3.3 Gangguan Respirasi Blok 3.4 Gangguan Muskuloskeletal Blok 3.5 Gangguan Urogenital Blok 3.6 Gangguan Indra Khusus Blok 4.1

Penyakit Tropis

Blok 4.2

Kegawatdaruratan dan Keselamatan pasien

(Emergency and Patient Safety)


(6)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

6

DAFTAR KULIAH PENGANTAR BLOK 4.3

MODUL 3A. OBAT TRADISONAL (OT)

MODUL TOPIK KULIAH PENGANTAR

KODE

STAF

PENGAJAR

1.

1.

Pengantar Blok 4.3 Sub 3A

KP 4.3.5.1a

Dra.Erlina Rustam,

MS., Apt

2.

Topik (T): Jamu, Obat herbal terstandar

(OHT) dan Fitofarmaka:

Materi (M):

Klasifikasi CAM (

Complimentary Alternative

Medicine)

Definisi dan klasifikasi OT.

KP 4.3.5.2a

Prof.

Dr.Amri

Bachtiar.,Apt.

3. T:

Jamu, Obat herbal terstandar (OHT) dan

Fitofarmaka:

M: Kelebihan dan kekurangan OT dibandingkan dengan obat modern.

KP 4.3.5.3a

Prof.

Dr.Amri

Bachtiar., Apt.

4.

T: Jamu, Obat herbal terstandar (OHT) dan

Fitofarmaka:

M: Mekanisme kerja, hubungan kandungan

zat aktif dan efektifitas, keamanan, dan efek

yang tidak diharapkan dari OT.

KP 4.3.5.4a

Prof. Dr. Armenia,

MS.,Apt.

5.

T: Jamu, Obat herbal terstandar (OHT) dan

Fitofarmaka:

M: Mekanisme kerja, hubungan kandungan

zat aktif dan efektifitas, keamanan, dan efek

yang tidak diharapkan dari OT.

KP 4.3.5.5a

Prof. Dr. Armenia,

MS., Apt.

6.

CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional

yang Baik).

KP 4.3.5.6a

Prof.

Dr.Amri

Bachtia, Apt.

7.

Kebijakan dan regulasi pemerintah terhadap

OT.


(7)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

7

8.

Peranan BPOM dalam pengawasan OT.

KP 4.3.5.8a

BPOM

2

1.

: Peranan OT.

M: Peranan OT dalam upaya preventif,

promotif, kuratif dan rehabilitatif suatu

penyakit .

KP 4.3.6.1a

Dr.Handayani,

M.Kes.

2.

T: Saintifikasi jamu

M: Definisi dan perkembangan

saintifikasi jamu.

KP 4.3.6.2a

Prof.

Dr.Amri

Bachtiar

3.

Uji

preklinis

dan

uji

klinis

obat

tradisional.

KP 4.3.6.3a

Dr,Dra.Yusticia

Katar, Apt.

4.

Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

KP 4.3.6.4a

Dra.Elly

Usman,

MS., Apt.

5.

T: Penggunaan OT di klinis

M: Jenis-jenis dan peranan obat herbal

dalam pengobatan penyakit infeksi.

KP 4.3.6.5a

Dr.Handayani,

M.Kes.

6.

T: Penggunaan OT di klinis

M: Jenis-jenis dan peranan obat herbal

dalam pengobatan penyakit degeneratif.

KP 4.3.6.6a

Dr.Handayani,

M.Kes.

7.

T: Peresepan obat tradisional.

M :

Aturan pemakaian obat tradisional

bersamaan dengan obat modern (Interaksi

OT-OT dan OT-OM).

KP 4.3.6.7a

dr.

Siti

Hanafiah,Sp.S


(8)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

8

JADWAL KEGIATAN AKADEMIK

BLOK 4.3. MODUL OBAT TRADISIONAL

TAHUN 2012/2013

M INGGU KE

JAM RABU:

26-12-2012 KAMIS: 27-12-2012 JUM’AT: 28-12-2012 SABTU: 29-12-2012 5.

07.00 – 07.50 BM BM BM BM

08.00 – 08.50

KP4.3.5.1a KP4.3.5.4a

KP4.3.5.6a KP4.3.5.7a

09.00 – 09.50

KP4.3.5.2a

KP4.3.5.5a TUTORIAL A,B,C,D

KP4.3.5.8a

10.00 – 10.50 KP4.3.5.3a

BM

SL 11.00 – 11.50

TUTORIAL A,B,C,D 12.00 – 12.50

13.00 – 14.00 ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT 14.00 – 15.00

PRAKTIKUM BM BM

15.00 – 16.00

M INGGU KE JAM SENIN:

31-12-2012 RABU: 2-1-2013 KAM IS: 3-1-2013 JUM AT: 4-1-2013 6.

07.00 – 07.50

KP4.3.6.1a

KP4.3a.6.4a KP4.3.6.5a

DISKUSI PLENO minggu ke-6 08.00 – 08.50 KP4.3.6.2a Field Trip KP4.3.6.6a

09.00 – 09.50 DISKUSI PLENO M inggu 5

KP4.3.6.7a

JUNIOR CLERKSHIP

10.00 – 10.50 Presentasi Field Trip

11.00 – 11.50 TUTORIAL A,B,C,D

TUTORIAL A,B,C,D 12.00 – 12.50

13.00 – 14.00 ISTIRAHAT ISTIRAHAT ISTIRAHAT 14.00 – 15.00

KP4.3.6.3a SL Presentasi Field Trip 15.00 – 16.00


(9)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

9

KETERANGAN:

1.KP4.3.x.y = Kuliah Pengantar Blok 4.3. Minggu ke x topic ke y

2. BM = Kegiatan Belajar Mandiri

3. SL = Kegiatan Skills lab

KETERANGAN TEMPAT KEGIATAN:

1.

Tutorial

: Gedung Tutorial ABCD dan EF

2.

Kuliah Pengantar

: Ruang Lokal J Gedung I-J

3.

Skills lab

: Gedung EF/ABCD

4.

Praktikum

: Laboratorium Farmakologi

5.

Field Trip

: 1. BPOM

1.

Kebun Tanaman Obat F.Farmasi Unand

2.

Puskesmas

JADWAL UJIAN TULIS:

Sabtu, 5 Januari 2013

Lokal:


(10)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

10

MODUL 1

SKENARIO: SARI TEMULAWAK

Fauzi (10 Tahun) kelas V SD sudah 3 hari tidak masuk sekolah karena buang air kecil seperti air teh

pekat. Ibu Fauzi sudah berusaha mengobati dengan obat tradisional berupa rebusan rimpang temulawak, yang

biasa diminumnya turun temurun bila sakit seperti ini. Ibu Fauzi tahu bahwa obat-obat tradisional bisa

digunakan untuk berbagai penyakit di desanya. Karena khawatir mata Fauzi juga berwarna kuning, ibu

membawanya ke Puskesmas. Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan dokter berkesimpulan Fauzi

menderita hepatitis.

Penggunaan obat tradisional sering terlihat di telivisi ataupun di suratkabar, namun yang diberitakan

selalu tentang pengakuan orang yang berhasil disembuhkan. Oleh karena itu dokter Puskesmas enggan

menggunakan obat yang diusulkan oleh ibu Fauzi. Dokter mengatakan sebagian obat tradisional cara kerja,

keefektifan dan efek samping obat ini, belum teruji secara klinis, walaupun banyak yang mengatakan bahwa

obat ini memiliki manfaat yang jelas.

Dokter Puskesmas menerangkan kepada ibu Fauzi bahwa sebagian besar obat tradisional belum

memenuhi standar CPOB sehingga perlu dilakukan pengawasannya oleh Badan POM. Selain itu pemerintah

seharusnya membuat kebijakan dan regulasi mengenai obat tradisional, sehingga tidak timbul hal yang tidak

diinginkan.


(11)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

11

MODUL 2

SKENARIO: JAMU SAKIT PINGGANG

Pak Kadir (55 Tahun) datang ke Puskesmas dengan keluhan susah buang air kecil dan sakit pinggang

sejak 2 hari yang lalu. Selama ini bila ada keluhan seperti itu, Pak Kadir minum air rebusan daun kumis kucing

atau minum jamu sakit pinggang 2 kali sehari., setelah minum beberapa hari keluhan menghilang.

Setelah melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik dokter mengatakan pada Pak Kadir bahwa ia

menderita infeksi saluran kencing. Dokter meresepkan kotrimoksazol dan parasetamol serta menganjurkan pada

Pak Kadir banyak minum air putih.

Pak Kadir menanyakan kepada dokter apakah ia bisa minum jamu bersamaan dengan obat yang

diresepkan dokter. Dokter menerangkan bahwa sebagian besar obat tradisional belum melalui uji pre klinik dan

klinik. Fitofarmaka saat ini sudah boleh diresepkan dokter. Saat ini di wilayah kerja Puskesmas baru di mulai

usaha penanaman toga yang merupakan langkah awal pengenalan obat tradisional. Sebagai calon dokter

bagaimana pendapat anda ?


(12)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

12

Lampiran 1:

TIM PENGELOLA BLOK 4.3 ELEKTIF

SUB BLOK 3A. OBAT TRADISIONAL TAHUN AKADEM IK 2012/ 2013

Koordinat or Blok.4.3 : dr.Henny M ulyani, M .Biomed, SpPA Wakil Koordinat or Blok 4.3 : dr.Arina Widya M urni, SpPD,K-Psi PJ t ut orial dan pleno : dr.Eka Novit a

PJ skills lab dan prakt ikum : dr.Edi Saum a PJ ujian Tulis : Dra.Ast erina, M S

Sub koordinat or t opik 3A : Dra. Erlina Rust am, M S., Apt . Anggot a : - dr. Rahmat ini, M .Kes.

- dr.Laila Isrona, M Sc. - Dra. Elly Usman, M si., Apt .


(13)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

13

Lampiran 2:

DAFTAR NAMA TUTOR

BLOK 4.3. ELEKTIF

SUB BLOK 3A. OBAT TRADISIONAL

TAHUN AKADEMIK 2012/2013

NO

NAMA TUTOR

KEL TEM PAT

1 1

Ruang A1 (Gedung A,B,C,D)

2 2

Ruang A2 (Gedung A,B,C,D)


(14)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

14 Lampiran 3

DAFTAR NAM A M ODERATOR DAN NARA SUM BER DISKUSI PLENO BLOK 4.3

TAHUN AKADEM IK 2012/ 2013

M INGGU KE

HARI/ TANGGAL JAM NAM A

M ODERATOR

NARA SUM BER

5 Senin/ 31-12-2012 09.00 -10.50 dr. Laila Isrona, M Sc.

1.Dra.Erlina Rust am, M S., Apt . 2.Prof. Dr.Amri Bacht iar, Apt . 3.Prof.Dr.Armenia, M S.,Apt . 4.Dinkes

5.BPOM 6 Jumat / 4-1-2013 07.00 – 08.50 dr.Rahmat ini,

M .Kes.

1. Dra.Elly Usman, M S.,Apt . 2. Prof. Dr.Amri Bacht iar, Apt . 3. Dr. Dra. Yust icia Kat ar, Apt . 4. Dr. dr.Handayani, M .Kes. 5. dr.Sit i Hanafiah, SpS.


(15)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

15

Lampiran 4 :

M ETODE SEVEN JUM PS (TUJUH LANGKAH)

LANGKAH 1. Klarifikasi ist ilah/ t erminologi asing (yang t idak dimengert i) • Proses

M ahasisw a mengident ifikasi kat a-kat a yang maknanya belum jelas dan anggot a kelompok yang lain mungkin dapat memberikan definisinya. Semua mahasisw a harus dibuat merasa aman, agar mereka dapat menyampaikan dengan jujur apa yang mereka t idak mengert i.

• Alasan

Ist ilah asing dapat menghambat pemahaman. Klarifikasi ist ilah w alaupun hanya sebagian bisa m engaw ali proses belajar.

• Out put t ert ulis

Kat a-kat a at au ist ilah yang t idak disepakat i pengert iannya oleh kelompok dijadikan t ujuan pem belajaran (learning object ives)

LANGKAH 2. M enet apkan masalah • Proses

Ini merupakan sesi t erbuka dimana semua mahasisw a didorong unt uk berkont ribusi pendapat t ent ang masalah. Tut or mungkin perlu mendorong semua mahasisw a unt uk berkont ribusi dengan cepat t et api dengan analisis yang luas.

• Alasan

Sangat mungkin set iap anggot a kelompok t ut orial mempunyai perspekt if yang berbeda t erhadap suat u masalah. M embandingkan dan menyat ukan pandangan ini akan memperluas cakraw ala int elekt ual mereka dan menent ukan t ugas berikut nya.

• Out put t ert ulis

Daft ar masalah yang akan dijelaskan

LANGKAH 3. Curah pendapat kemungkinan hipot esis at au penjelasan • Proses

Lanjut an sesi t erbuka, t et api sekarang semua mahasisw a mencoba memformulasikan, menguji dan membandingkan manfaat relat if hipot esis mereka sebagai penjelasan masalah at au kasus. Tut or mungkin perlu menjaga agar diskusi berada pada t ingkat hipot et is dan mencegah masuk t erlalu cepat ke penjelasan yang sangat det ail. Dalam kont eks ini:

a. Hipot esis berart i dugaan yang dibuat sebagai dasar penalaran t anpa asumsi kebenarannya, at aupun sebagai t it ik aw al invest igasi


(16)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

16

b. Penjelasan berart i membuat pengenalan secara det ail dan pemahaman, dengan t ujuan unt uk saling pengert ian

• Alasan

Ini merupakan langkah pent ing, yang mendorong penggunaan prior know ledge dan memori sert a memungkinkan mahasisw a unt uk menguji at au m enggambarkan pemahaman lain; link dapat dibent uk ant ar it em jika ada penget ahuan t idak lengkap dalam kelompok. Jika dit angani dengan baik oleh t ut or dan kelompok, langkah ini akan membuat mahasisw a belajar pada t ingkat pemahaman yang lebih dalam.

• Out put t ert ulis

Daft ar hipot esis at au penjelasan

LANGKAH 4. M enyusun penjelasan menjadi solusi sement ara • Proses

M ahasisw a akan memiliki banyak penjelasan yang berbeda. M asalah dijelaskan secara rinci dan dibandingkan dengan hipot esis at au penjelasan yang diajukan, unt uk melihat kecocokannya dan jika diperlukan eksplorasi lebih lanjut . Langkah ini memulai proses penent uan t ujuan pembelajaran (learning object ives), namun t idak disarankan unt uk menuliskannya t erlalu cepat .

• Alasan

Tahap ini merupakan pemrosesan dan rest rukt urisasi penget ahuan yang ada secara aktif sert a mengident ifikasi kesenjangan pemahaman. M enuliskan t ujuan pembelajaran t erlalu cepat akan menghalangi proses berpikir dan proses int elekt ual cepat , sehingga t ujuan pembelajaran menjadi t erlalu melebar dan dangkal.

• Out put t ert ulis

Pengorganisasian penjelasan masalah secara skemat is yait u menghubungkan ideide baru sat u sama lain, dengan penget ahuan yang ada dan dengan kont eks yang berbeda. Proses ini memberikan out put visual hubungan ant ar pot ongan informasi yang berbeda dan memfasilit asi penyimpanan informasi dalam memori jangka panjang. (Perhat ian: Dalam memori, unsur-unsur penget ahuan disusun secara skemat is dalam

fram ew orks at au net works, bukan secara semant is sepert i kamus). LANGKAH 5. M enet apkan Tujuan Pembelajaran

• Proses

Anggot a kelompok menyet ujui seperangkat int i t ujuan pembelajaran (learning object ives) yang akan mereka pelajari. Tut or mendorong mahasisw a unt uk fokus, t idak t erlalu lebar at au dangkal sert a dapat dicapai dalam w akt u yang t ersedia.

Beberapa mahasisw a bisa saja punya t ujuan pembelajaran yang bukan merupakan t ujuan pem belajaran kelompok, karena kebut uhan at au kepent ingan pribadi.


(17)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

17

• Alasan

Proses konsensus menggunakan kemampuan seluruh anggot a kelompok (dan t ut or) unt uk m ensint esis diskusi sebelumnya menjadi t ujuan pembelajaran yang t epat dan dapat dicapai. Proses ini t idak hanya menet apkan t ujuan pembelajaran, akan t et api juga mengajak semua anggot a kelompok bersama-sama menyimpulkan diskusi.

• Out put t ert ulis

Tujuan pembelajaran adalah out put ut ama dari t ut orial pert ama. Tujuan pembelajaran seharusya berupa isu yang dit ujukan pada pert anyaan at au hipot esis spesifik. M isalnya, " penggunaan grafik cant le unt uk menilai pert umbuhan anak" lebih baik dan lebih t epat daripada ” t opik global pert umbuhan”

LANGKAH 6. M engumpulkan informasi dan belajar mandiri • Proses

Proses ini mencakup pencarian mat eri di buku t eks, di lit erat ur yang t erkomput erisasi, menggunakan int ernet , melihat spesimen pat ologis, konsult asi pakar, at au apa saja yang dapat membant u mahasisw a memperoleh informasi yang dicari. Kegiat an PBL yang t erorganisir dengan baik meliput i buku program at au buku blok yang memuat saran cara memperoleh at au mengont ak sumber pembelajaran spesifik yang mungkin sulit dit emukan at au diakses.

• Alasan

Jelas bagian pent ing dari proses belajar adalah mengumpulkan dan memperoleh informasi baru yang dilakukan sendiri oleh mahasisw a

• Out put t ert ulis

Cat at an individual mahasisw a.

LANGKAH 7. Berbagi hasil mengumpulkan informasi dan belajar mandiri • Proses

Berlangsung beberapa hari set elah t ut orial pert ama (langkah 1-5). M ahasisw memulai dengan kembali ke daft ar t ujuan pembelajaran mereka. Pert ama, mereka mengident ifikasi sumber informasi individual, mengumpulkan informasi dari belajar mandiri sert a saling membant u memahami dan mengident ifikasikan area yang sulit unt uk dipelajari lebih lanjut (at au bant uan pakar). Set elah it u, mereka berusaha unt uk melakukan dan menghasilkan analisis lengkap dari masalah.

• Alasan

Langkah ini mensint esis kerja kelompok, mengkonsolidasi pembelajaran dan mengident ifikasikan area yang masih meragukan, mungkin unt uk st udi lebih lanjut . Pembelajaran past i t idak lengkap (incom plet e) dan t erbuka (open-ended), t api ini agak hat i-hat i karena mahasisw a harus kembali ke t opik ket ika ’pemicu’ yang t epat t erjadi di masa dat ang.

• Out put t ert ulis


(18)

Blok 4.3. Elektif Tahun 2012 Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

18 Lampiran 5 :

LEM BAR PENILAIAN TUTORIAL KELOM POK …..

NAM A TUTOR : ……….

Blok : Diskusi ke :

M odul : Tanggal :

NO NO.BP NAM A M AHASISW A

UNSUR PENILAIAN

TOTAL NILAI Kehadiran Keaktifan dan

kreativit as

Relevansi Sikap

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Keterangan : 1. Kehadiran

0 Tidak hadir at au t erlambat > 10 menit 1 Terlambat <10 m enit

2 Hadir t epat w akt u

2. Keakt ifan dan kreat ifitas

0 Tidak memberikan pendapat selama diskusi t ut orial 0,5 M emberikan pendapat set elah dimint a ket ua/ t ut or

1 M emberikan pendapat pada sebagian kecil LO at au selalu m enyam paikan pendapat dengan cara mem bacakan buku/ cat at an/ handout / dll 2 M emberikan pendapat pada sebagian besar LO at au kadang-kadang m enyampaikan pendapat dengan cara m em bacakan

buku/ cat at an/ handout / dll

2,5 M emberikan pendapat pada sebagian besar LO t anpa membacakan buku/ cat at an/ handout / dll dan at au kr eat if (menyampaikan secara sist emat is at au menggunakan gambar/ skema sehingga m udah dim engert i)

3 M enyam paikan pendapat pada set iap LO t anpa membacakan buku/ cat at an/ handout / dll dan kreat if (menyam paikan secara sist emat is at au menggunakan gambar/ skema sehingga mudah dim engert i)

3. Relevansi

0 Pendapat yang disampaikan t idak relevan dengan LO at au t idak m em berikan pendapat 1 Sebagian kecil dari pendapat yang disam paikan relevan dengan LO

2 Sebagian besar dari pendapat yang disam paikan r elevan dengan LO 3 Semua pendapat yang disam paikan relevan dengan LO

1. Sikap

0 M engham bat jalannya diskusi at au t idak menghargai pendapat anggot a lain (dominasi, m engejek at au menyela) at au t idak m enghargai t ut or 1 Tidak acuh at au m elakukan kegiat an yang t idak ada hubungannya dengan kegiat an t ut orial

1,5 M emberikan pendapat t anpa melalui ket ua kelompok

2 M enunjukkan sikap menghargai pendapat dan peran anggot a lain dan t ut or

Padang,……….. Tut or,


(19)

BLOK 4.3 ELEKTIF

Topik 3A. OBAT TRADISIONAL

(Seri: Ketrampilan Komunikasi)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS


(20)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 2

PROMOSI KESEHATAN: OBAT TRADISIONAL

I.

Pengantar

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sari (galenik), atau campuran ari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (Permenkes No.006 tahun 2012).

Sejak dahulu kala Indonesia telah dikenal sebagai daerah yang subur dan mengahsilkan rempah-rempah sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Obat-obatan dari bahan alam Indonesia telah diproduksi menjadi obat tradisional oleh pabrik ataupun usaha rumah tangga. Pemakaian obat tradisional telah menjadi konsumsi sehari-hari sebagian masyarakat kita. Selain itu kecenderungan berkembangnya obat-obat non medis/obat alternatif yang cukup pesat di masyarakat. Baik obat tradisional asli Indonesia maupun dari negara tetangga seperti Cina, India dan lain-lain.

Kondisi ini perlu dibarengi dengan adanya tenaga kesehatan, dalam hal ini dokter, yang mempunyai pengetahuan tentang obat tradisional dan mampu mengedukasi masyarakat serta bersikap yang bijak terhadap obat tradisional. Untuk itu melengkapi kegiatan akademik pada sub blok obat tradisional

II.

Tujuan Pembelajaran

Tujuan Instruksional Umum:

Setelah mengikuti kegiatan skills lab, diharapkan:

1. mahasiswa mampu mengkomunikasikan dan mengedukasi masyarakat tentang obat tradisional.

2. mahasiswa mempunyai sikap yang tepat terhadap pemakaian obat tradisional. Tujuan Instruksional Khusus:

Setelah mengikuti kegiatan skills lab, diharapkan mahasiswa:

1. mampu mengkomunikasikan kepada masyarakat definisi dari obat tradisional. 2. mampu mengedukasi masyarakat tentang segi keamanan dan resiko pemakaian obat

tradisional.

3. mampu mengedukasi masyarakat tentang pemanfaatan tanaman di sekitar yang dapat dijadikan obat.

4. mampu mengedukasi masyarakat dalam pemilihan dan pemakaian bahan obat tradisional yang diproduksi sendiri maupun dari pabrik.

III.

Pre-requisite (Prasyarat)

Mahasiswa yang mengikuti skills lab ini adalah mahasiswa yang sudah menduduki tingkat 4 di blok 4.3 dan telah mengikuti kegiatan akademik dari blok 1.1-4.2.


(21)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 3

Perkembangan yang terjadi dewasa ini yakni masyarakat kembali ke alam (back to nature) baik dalam memilih makanan maupun pengobatan. Hal ini dikarenakan dalam pengobatan bahan dari alam memberikan efek yang relative aman dibandingkan dengan pengobatan dari bahan kimia atau obat-obatan modern. (Handayani, L dan Suharmiati, nd). Sehingga industri obat tradisional mengalami perkembangan yang sangat pesat. Baik industri rumah tangga maupun industri besar/pabrik.

Berdasarkan Keputusan Kepala BPOM RI No.HK.00.05.4.2411 tentang ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan alam. Terdapat tiga kelompok obat bahan alam, yakni: jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Pemakaian yang terbanyak di masyarakat adalah pemakaian jamu yang sudah turun temurun. Masyarakat memanfaatkan bahan alam yang telah dikenal manfaatnya sebagai obat. Akan tetapi tidak banyak yang mengetahui bagaimana keamanan dan cara yang rasional dalam pemakaian obat tradisional.

V.Pelaksanaan Kegiatan:

Kegiatan skills lab Obat tradisional dilakukan 2 x 2 x 50 menit.

Pertemuan Minggu 1:

- Pengarahan dari instruktur.

- Kegiatan skills lab ini merupakan lanjutan dari kegiatan praktikum, dimana mahasiswa menggunakan bahan praktikum dari hasil pengumpulan bahan alam untuk obat tradisional sebagai alat peraga pada presentasi.

Pertemuan Minggu 2: Presentasi oleh setiap mahasiswa. Isi presentasi sesuai dengan tujuan dari kegiatan skills lab (poin II)

Evaluasi oleh instruktur.

VI. REFERENSI:

1. ANS Thomas (2012), Tanaman Obat Tradisional. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2. Rukmana R (2006). Temulawak, tanaman rempah dan obat. Yogyakarta: Penerbit

Kanisius.

3. Ensiklopedia tanaman obat tradisional

4. Agoes A (1993). Kapita Selekta Farmakologi dan Obat Tradisional. Angkasa. 5. Handayani L & Suharmiati (2006). Cara benar meracik obat tradisional. Agromedia.


(22)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 4

VII. Evaluasi

PENILAIAN SKILLS LAB

BLOK 4.3. SUB-BLOK 3A: OBAT TRADISIONAL

RUBRIK PENILAIAN PROMOSI KESEHATAN: OBAT TRADISIONAL Nama Mahasiswa :

NO. BP :

Kelompok :

Kriteria Kurang 1 Cukup 2 Baik 3 Sangat Baik 4 Total Skor

1.Pengaturan Pendengar

tidak mengerti presentasi karena tidak ada urutan informasi Pendengar kesulitan mengikuti presentasi karena penyampai info loncat dari satu info ke info lainnya. Mahasiswa mempresentasikan informasi dalam urutan logis sehingga pendengar dapat mengikuti Mahasiswa menampilkan informasi dalam urutan logis, menarik sehingga pendengar dapat mengikuti 2.Pengetahuan materi:

- definisiobat

tradisional (OT). - segi keamanan

dan resiko pemakaian obat tradisional. -pemanfaatan tanaman di sekitar yang dapat dijadikan obat. -pemilihan dan pemakaian bahan OT diproduksi sendiri maupun dari pabrik. Mahasiswa tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang materi Mahasiswa hanya mampu menjawab pertanyaan2 dasar Mahasiswa mampu menjawab pertanyaan, tapi gagal menguraikan panjang lebar Mahasiswa menunjukkan pengetahuan yang penuh (lebih dari yang diinginkan) dengan menjawab semua pertanyaan kelas dengan penjelasan dan panjang lebar

3.Ilustrasi Mahasiswa

menggunakan ilustrasi yang tak berguna atau tidak mendukung presentasi. Mahasiswa kadang-kadang menggunakan ilustrasi yang jarang mendukung tulisan dan presentasi. Ilustrasi mahasiswa berhubungan dengan teks dan presentasi

Ilustrasi mahasiswa menjelaskan dan memperkuat layar teks dan presentasi


(23)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 5

4.Penulisan Terdapat 4

atau lebih kesalahan ejaan atau tatabahasa Terdapat tiga kesalahan ejaan dan/atau tatabahasa

Memiliki dua kesalahan ejaan dan/atau tatabahasa Presentasi tidak ada kesalahan eja atau tatabahasa

5.Kontak Mata Mahasiswa

membaca semua laporan tanpa kontak mata Mahasiswa kadang-kadang menggunakan kontak mata, tapi tetap membaca sebagian besar laporan. Mahasiswa mempertahankan lebih banyak kontak mata tapi seringkali kembali ke catatan Mahasiswa mempertahankan kontak mata dengan pendengar, jarang kembali ke catatan.

6.Suara Mahasiswa

menggumam, mengucapkan istilah kurang tepat, dan berbicara terlalu pelan Suara mahasiswa pelan. Mengucapkan istilah kurang tepat. Peserta kesulitan mendengarkan presentasi Suara mahasiswa jelas. Mahasiswa mengucapkan kebanyakan kata-kata dengan tepat. Kebanyakan peserta dapat mendengar presentasi Mahasiswa menggunakan suara yang jelas dan tepat, istilah diucapkan benar sehingga semua peserta dapat mendengarkan presentasi.

7. Alat peraga

(bukan foto, tapi berupa tanaman atau sediaan) Mahasiswa tidak menyediakan alat peraga. Mahasiswa menyediakan alat peraga tapi tidak sesuai dengan isi presentasi. Mahasiswa menyediakan alat peraga dan sesuai dengan isi

presentasi, tapi jumlah kurang dari 5 peraga.

Mahasiswa menyediakan alat peraga, sesuai dengan isi presentasi, jumlah sama dan lebih dari 5 peraga.

Poin Total

Nilai = Skor Total x 100% 28

Padang,………. Instruktur:

Nama: NIP :


(24)

(25)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 7

NO BP :


(26)

BLOK 4.3 ELEKTIF

SUB BLOK 2B.

PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA OLAHRAGA AKUT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG 2012


(27)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 2

PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA OLAHRAGA AKUT

Cedera olahraga merupakan momok yang sangat menakutkan bagi seorang atlet professional, karena mendapat cedera, berarti yang bersangkutan akan kehilangan waktu untuk mengikuti latihan dan pertandingan. Dengan tidak mengikuti latihan atau pertandingan berarti atlet tidak punya kesempatan untuk menunjukkan prestasi terbaik, dengan arti kata keadaan tersebut menghilangkan kesempatan untuk mendapatkan sumber penghasilan. Cedera tidak saja menjadi masalah bagi atlet profesional, tetapi cedera juga jadi masalah bagi semua orang yang mengikuti kegiatan olahraga. Pada bab cedera olahraga akan dibahas lebih jauh tentang pengertian, klasifikasi, faktor resiko, mekanisme, pertolongan pertama, dan pencegahan cedera olaharaga serta bebarapa cedera akut.

PENGERTIAN

Dalam membicarakan cedera olahraga, penting sekali untuk menyamakan persepsi dan definisi tentang cedera olahraga. Cedera olahraga diartikan sebagai cedera yang terjadi akibat kegiatan olahraga baik langsung atau tidak, mengenai sistem muskuloskletal dan semua sistem atau organ yang mempengaruhi muskuloskeletal, sehingga menimbulkan gangguan fungsi sistem muskuloskletal.

Tidak ada perbedaaan cedera olahraga dengan cedera oleh sebab lain dalam hal bentuk dan penatalaksanaan dari cedera itu sendiri. Sebagai contoh, adanya patah tulang pada cedera olahraga, tentu akan sama bentuk dan penangananya dengan patah tulang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas atau terjatuh. Atau luka robek yang dialami oleh atlet saat pertandingan tinju, bentuk lukanya akan hampir sama dengan luka robek karena benturan dengan benda keras lainnya dan penatalaksanaannya sama. Kalau begitu apa bedanya?

Perbedaan antara cedera olahraga dengan cedera sebab lain terletak pada kemungkinan terjadinya cedera. Menghilangkan kejadian ‘kecelakaan/accident’, maka cedera olahraga merupakan cedera yang dapat diprediksi kejadiannya. Melakukan latihan dengan volume latihan yang melebihi kemampuan akan dapat menyebabkan cedera. Berlari dengan sol sepatu yang sudah tinggi sebelah akan mendatangkan cedera pada sendi engkel atau lutut. Ada faktor-faktor atau kondisi-kondisi tertentu yang erat kaitannya dengan kejadian cedera olahraga, sehingga cedera olahraga dapat dipelajari keterkaitanya tersebut guna menghindari


(28)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 3 atau mengurangi dampak cedera. Mengetahui faktor-faktor resiko cedera olahraga dengan seksama akan menurunkan kejadian cedera.

KLASIFIKASI CEDERA OLAHRAGA

Berdasarkan waktu terjadinya, cedera olahraga dibagi atas cedera akut atau mendadak dan cedera kronik atau menahun. Dipandang dari segi faktor penyebabnya, cedera olahraga dibagi penyebab dari luar/eksogen dan cedera penyebab dari dalam/endogen. Sebagai contoh, seorang atlet kena tendang oleh lawan tandingnya bisa menimbulkan cedera akut eksogen. Atau seorang atlet yang kurang/tidak terlatih akan mudah timbul terkilir atau menderita robekan pembungkus otot, cederanya termasuk cedera akut endogen.

Pengelompokan cedera dapat juga dilakukan sesuai dengan sudut pandang tertentu yang biasanya dikaitkan dengan kepentingan tertentu. Untuk mengetahui derajat keparahan cedera sering dilakukan pengelompokan cedera berdasarkan jenisnya, yakni goresan, laserasi, sprain, strein, dislokasi, faraktur dan lain-lain.

FAKTOR RISIKO CEDERA OLAHRAGA

Faktor risiko cedera olahraga merupakan kondisi-kondisi yang memungkinkan cedera olahraga dapat terjadi. Kondisi tersebut dapat berasl dari luar tubuh (eksogen) atau dari dalam tubuh sendiri ( endogen)

Faktor-faktor eksogen meliputi :

1. Pemberian beban latihan yang tidak proporsional

Dahulu orang beranggapan bahwa, pelatih yang baik itu adalah pelatih yang dapat menyebabkan atlet yang dilatihnya mengalami muntah atau pusing selama melakukan sesi latihan. Anggapan ini amatlah keliru, mengingat bahwa atlet yang dilatih tersebut juga manusia yang tentunya memiliki keterbatasan dalam kemampuannya. Seorang pelari marathon putri pernah mengalami gangguan pertumbuhan fungsi seksual sekunder dan mengalami osteoporosis berat lantaran oleh pelatihnya yang bersangkutan diberikan sesi latihan yang berat pada masa prepuberitas.

2. Peralatan olahraga

Perkembangan pusat-pusat kebugaran didaerah perkotaan dengan menggunakan alat-alat kebugaran produk luar negeri, belum tentu cocok secara ergonomis. Alat yang didatang dari luar negeri tersebut di rancang untuk digunakan oleh pelaku olahraga dinegara tempat produksinya. Ukuran antropometri tubuh yang berbeda antara orang dinegara tempat produksi alat dengan negara pengguna peralatan tentu dapat mendatangkan


(29)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 4 alat akan menjdikan pembebanan terhadap otot menjadi tidak proporsional.

Alat-alat proteksi tubuh yang digunakan untuk melindungi bagian-bagian tubuh tertentu juga berperan dalam menimbulkan cedera. Masalah ukuran saja misalnya, terlalu besar atau sempit juga akan beresiko timbulnya cedera. Genital protektor yang terlalu kecil akan dapat menimbulkan kompresi terhadap alat genital, atau terlalu besar malah juga menimbulkan cedera akibat pergeseran alat yang lapang.

Penggunaan sepatu harus cocok dengan jenis olahraga yang diikuti. Sepatu telah dirancang sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik gerakan dasar pada cabang olahraga tersebut. Untuk sepatu olahraga basket, dirancang dengan sol lebar dan memilki peredam serta menutupi sampai mata kaki untuk mengurangi resiko cedera pada kaki dan pergelangan kaki.

Penggunaan sepatu yang sudah aus atau telapak yang tidak rata lagi, akan menyebabkan pembebanan yang diterima oleh sendi angkel dan lutut mencadi tidak pada titik tengah. Pembebanan yang tidak proporsional ini akan menyebabkan beban akan diterima lebih berat pada sisi telapak sepatu yang lebih tipis.

Pilihan bahan dasar pakaian lahraga yang tepat dan disesuaikan dengan lingkungan yang ada. Bahan yang terbuat dari bahan yang tidak menyerap air akan sangat mengganggu proses pengeluaran panas tubuh selama kegiatan olahraga.

3. Fasilitas tempat latihan

Keberadaan fasilitas tempat olahraga yang memadai tentu akan mengurangi terjadinya cedera. Fasilitas olahraga meliputi segala sesuatu fasilitas yang terkaitdengan kegiatan olahraga. Lingkungan ekstrim

4. Jenis olahraga

Tak dapat dipungkiri bahwa olahraga tertentu memilki risiko yang lebih besar dibanding olahraga yang lain. Olahraga tinju mempunyai risiko untuk terjadinya cedera sangat besar, karena sifat olahrga tersebut yang menjadikan pukulan masuk yang mengenai kepala mndapat poin yang banyak. Begitu juga olahraga karate atau silat juga memilki kemungkinan cedera lebih besar jika dibanding dengan olahraga tennis atau bulutangkis. Dalam permasalahan ini yang perlu disikapi adalah bagaimana supaya cedera yang memang akan terjadi pada olahraga tertentu dapat ditekan atau setidaknya tingkat keparahannya dapat dikurangi.


(30)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 5 1. Kalainan familiar/keturunan

Penyakit keturunan atau familiar tertentu sangat berpotensi menimbulkan cedera yang serius.Penderita hemofili tentu akan berpeluang besar terjadi perdarahan yang tak terkontrol, jika ia menggeluti oloahraga kontak penuh, seperti tinju, karate, pencak silat, dan lain sebagainya.

2. Kondisi fisik umum yang jelek

Kondisi fisik umum jelek dapat diebabkan oleh serangan penyakit ataupun karena latihan yang berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan. Kelalahan akan diperparah dengan asupan gizi yang tidak memadai atau kurang dari kebutuhan yang diperlukan. Pemeliharaan kondisi fisik diperlukan sepanjang kegiatan olahraga ditekuni, apalagi pada saat pertandingan. Kondisi fisik yang jelek meneybabkan kemampuan tidak berada pada puncak peforma.

3. Usia

Pada usia lanjut, dimana sudah terjadi penurunan kemampuan fungsi sistem tubuh secara bertahap. Tidak dapat dipungkiri, bahwa penurunan tersebut akan memudahkan timbulnya cedera saat melakukan aktifitas fisik. Kemampuan fungsi keseimbangan yang menurun akan menjadikan orang tua mengalami gangguan keseimbangan. Gangguan keseimbangan tentu akan berpotensi timbulnya cedera akibat terjatuh saat melakukan kegiatan latihan. Penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran juga akan berpotensi timbulnya kecelakaan pada lansia yang melakukan kegiatan olahraga ditempat terbuka/umum.

4. Kebugaran jasmani

Tingkat kebugaran jasmani yang baik memberikan jaminan bahwa kegiatan latihan fisik yang dilakukan tidak mendatangkan kelelahan yang berarti. Kenyataan yang ditemukan, bahwa kegiatan olahraga yang dilakukan akan meningkat kebugaran jasmani. Pemberian latihan perlu mempertimbangkan kondisi kebugaran jasmani seseorang untuk menentukan volume latihan yang tepat. Umumnya cedera akan terjadi jika volume latihan yang diberika diatas kemampuan jasmani seseorang. Timbulnya cedera dapat terjadi bukan saat selesai latihan, tetapi terjadi belakangan karena beban yang berlebih selalu diterima tanpa ada evaluasi. Cedera ini dikenal dengan cedera kronis akibat kelebihan beban yang diterima tubuh.

5. Jenis kelamin

Beberapa jenis cedera hanya terjadi pada jenis kelamin tertentu. Trauma pada buah pelir hanya terjadi pada pria, atau sebaliknya pada pria tentu tidak akan mengalami robekan


(31)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 6 cabang olahraga tertentu mengurangi timbulnya cedera olahraga pada atlet. Selain itu, adanya perbedaan dalam bobot pukulan antara pria dan wanita, menjadikan cedera pada pria lebih besar dan tingkat keparahannya juga lebih dari wanita.

6. Riwayat cedera sebelumnya

Cedera yang dialami pada waktu yang lalu, memberikan peluang lebih besar terhadap timbulnya cedera yang sama pada tempat yang sama. Peluang ini akan semakin besar jika penatalaksanaan cedera pertama tidak adekuat dan sempurna.

7. Persipan menghadapi kompetisi

Kompetisi merupakan masa untuk menunjukkan performa terhadap hasil latihan yang dilakukan sebelumnya. Pada saat kompetisi berjalan diperlukan kesiapan yang prima. Persiapan tersebut meliputi persiapan fisik, teknik, strategi dan yang terpenting adalah mental.

PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA OLAHRAGA

Pertolongan pertama pada cedera olahraga perlu dilakukan sesegera mungkin guna menghindari komplikasi yang timbul akibat cedera tersebut. Prinsip dasar penanggulangan cedera olahraga adalah :

- Minimalisasi perluasan cedera - Atasi nyeri dan proses inflamasi - Tingkatkan proses penyembuhan

- Memelihara tingkat kebugaran jasmani selam perawatan - Mempercepat pengembalian fungsi tubuh

- Mencari dan mengoreksi faktor-faktor penyebab timbulnya cedera

- Perlu memperhatikan dan selalu menggunakan prinsip-prinsip Critical Care Medicine dalam memberikan pertolongan pada cedera olahraga. Critical Care Medicine merupakan serangkaian kegiatan berdasarkan prinsip-prinsip kedokteran yang dimulai dari tempat kejadian cedera sampai di rumah sakit, yang meliputi tindakan pertama sesaat setelah kejadian, mekanisme transportasi, beserta hal-hal yang terkait dengan upaya mengurangi resiko komplikasi cedera yang terjadi.


(32)

-Fakultas Kedokteran Unand 2012 7

- Pertolongan pertama yang diberikan ditempat kejadian hendaklah menggunakan prinsip-prinsip medis yang tepat dan cepat. Setelah semua selesai maka selanjutnya penderita diangkut ke sarana medis yang memadai untuk penanganan selanjutnya. Pengiriman boleh saja ke puskesmas atau rumah sakit setempat yang pasti memiliki sarana dan prasarana memadai untuk penatalaksanaan cedera tersebut, guna menghindari terjadinya proses rujukan dua kali. Transportasi dalam pengiriman korban sedapat mungkin dengan angkutan khusus, misalnya mobil ambulans yang dilengkapi dengan peralatan dan petugas kesehatan. Selama perjalanan menuju ke puskesmas atau rumah sakit, penderita tetap mendapatkan pertolongan dan pengawasan yang ketat.

- Di puskesmas atau di rumah sakit penderita sudah dapat dipastikan mendapat pertolongan yang maksimal oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya. Dalam hal ini puskesmas harus gesit dan cakap dalam menangani penderita. Dalam keadaan di mana sarana dan prasarana di Puskesmas maka sebaiknya pengiriman korban dianjurkan langsung ke Rumah Sakit. Dalam keadaan darurat, alur pengiriman atau rujukan kadangkala atau malah sering terabaikan demi kepentingan korban


(33)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 8 kedaruratan di unit penanganan intensip (Intensive Care Unit) sebuah sarana kesehatan merupakan terminal akhir penanggulangan penderita dalam sistem

Critical Care Medicine.

- Penanganan cedera dalam masa-masa kritis akan sangat berarti dalam upaya untuk memperkecil komplikasi cedera yang terjadi. Secara garis besar dapat dipastikan bahwa segala tindakan dilakukan sesuai prosedur yang tepat dan benar. Selain itu masalah kecepatan dalam mengambil tindakan juga perlu menjadi perhatian untuk menyelamatkan atlet atau pasien.

- Setelah semua masa kritis dan keadaan darurat telah dapat diatasi maka selanjutnya dilakukan penilaian terhadap cedera yang dialami atlet, dengan memperhatikan hal berikut :

o Pastikan sekali lagi bahwa bantuan terhdap fungsi kardiorespirasi telah dapat dilaksanakan terhadap atlet yang cedera.(Prinsip penatalaksanaan

live saving, metode ABCD)

o Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik secara sistematis dan seksama untuk mencari kemungkinan cedera ditempat lain.

o Kenali karakteristik cedera yang dialami atlet. Cedera yang memerlukan rujukan segera kirim ke fasilitas kesehatan yang memadai, sedangkan bagi cedera yang tidak dirujuk perlu dilakukan perawatan guna mengurangi nyeri, percepat pemulihan dan penyembuhan.

Pertolongan pertama pada cedera olahraga akut dengan kondisi tertutup, artinya tidak ada robekan kulit atau perdarahan dapat dilakukan metode : PRICE. PRICE merupakan kependekan dari Protection, Rest, Ice, Compression dan Elevation

Protection

Pemberian alat untuk melindungi bagian tubuh yang mengalami cedera diperlukan untuk memberikan perlindungan terhadap bagian tubuh tersebut. Perlindungan dilakukan untuk meminimalisai perluasan cedera dan menghindari timbulnya komplikasi. Pada patah tulang diperlukan pemasangan spalak untuk memberikan efek fiksasi, sehingga bagian tulang yang patah tidak saling bergeser. Pergeseran tulang yang patah dapat menimbulkan kerusakan pada serabut saraf yang melintas dilokasi tulang yang patah. Disamping itu juga dapat menyebabkan robekan pada pembuluh darah dilpkasi patah tersebut. Pemasangan alat


(34)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 9 pelindung harus dilakukan secara hati-hati dan tenang, karena kecerobohan justru malah menimbulkan komplikasi.

Keterampilan pengunaan alat-alat proteksi ini seharusnya sudah dikuasai pada kegiatan skils lab pada topik pembidaian. Tapi pada kesempatan ini perlu dipastikan lagi bahwa dalam pelaksanaan pemberian proteksi, sudah memperhatikan hal-hal berikut :

1. Pemilihan alat yang sesuai dengan karakteristik cedera. 2. Ukuran alat proteksi

3. Bentuk permukaan alat proteksi yang mengikuti bentuk anatomis bagian tubuh 4. Evaluasi terhadap fungsi proteksi setelah pemakaian.


(35)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 10

Rest

Pemberian istirahat pada bagian yang mengalami cedera akan membantu proses pemulihan serta dapat meminimalisasi cedera. Secara alamiah bagian yang cedera akan menimbulkan rasa sakit yang menyebabkan bagian tubuh tersebut otomatis tidak sanggup digerakkan. Waktu istirahat ditentukan olah tingkat keparahan cedera. Selama pemberian istirahat perlu dipikirkan usaha-usaha untuk perbaikan dan penjagaan tingkat kebugaran jasmani atlet. Memberikan latihan pada bagian tubuh yang tidak mengalami cedera diperlukan untuk mempertahankan tingkat kebugaran.

Tindakan imobilisasi akan mengurangi perdarahan dan nyeri, dapat dilakukan dengan menggunakan mitela, bidai, perban elastis, dll.

Hal yang menjadi perhatian dalam memberikan kesempatan istirahat terhadap bagian yang mengalami cedera adalah :

1. Posisi cedera berada pada posisi yang dapat memberikan kesempatan otot-otot di daerah dan sekitar cedera relaksasi

2. Penderita merasa nyaman dengan nyeri minimal

3. Evaluasi kejiwaan penderita dalam menyikapi cedera yang dialami.

Ice

Penurunan suhu disekitar cedera dengan pemberian es atau semprotan kloretil akan dapat mengurangi rasa sakit akibat cedera. Selain mengurangi rasa sakit usaha pendinginan dapat juga membantu mengurangi proses perdarahan akibat terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah karena suhu dingin. Pendinginan dapat mengurangi terjadinya edema atau sembab dan prose inflamasi pada daerah cedera.


(36)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 11 Pendinginan dapat dilakukan dengan es selama 10 sampai 15 menit setiap 1 sampai 2 jam dalam kurun waktu 24 jam terjadinya cedera. Frekwensi tersebut dapat diturunkan setelah 24 jam. Hindari kontak langsung es antara permukaan kulit dengan memberikan pembatas handuk atau kain tebal diantara kedua.

Tata cara pelaksanaan pemberian pendinginan terhadap cedera : 1. Aplikasi Ethyl Cloride

a. Pastikan sekali lagi bagian cedera tidak ditemui bagian kulit yang luka

b. Beri perlindungan terhadap mukosa mata jika lokasi cedera dekat dengan mata supaya aerosol ethyl cloride tidak mencederai.

c. Tangan kanan memegang botol dengan

d. Semprotkan ke lokasi cedera dengan jarak lebih kurang 10 cm

e. Semprotan dipertahankan sampai terbentuk kristal es dipermukaan kulit

f. Evaluasi permukaan kulit terutama kalau timbul ruam kemerahan, kemungkinan besar reaksi alergi

2.

3. Aplikasi Ice pack

a. Persiapkan ice pack (kalau tidak punya bisa menggunakan bongkahan es yang dihaluskan, dan masukkan kedalam kantong plastik)


(37)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 12 kulit.

c. Tempatkan ice pack/kantong es ke lokasi cedera yang sebelumnya telah diletakan selapis kain atau handuk kecil. PERHATIAN : Jangan menempelkan bongkahan es langsung kontak dengan kulit.

d. Fiksasi dengan menggunakan perban elastis. e. Pertahankan selama 10 sampai 15 menit.

f. Evaluasi permukaan kulit sekitar lokasi cedera dan resapan dingin yang dirasakan pasien.

g. Lakukan pemeriksaan fungsi vaskuler dan neurologis bagian akral dari lokasi cedera.


(38)

(39)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 14

Compression

Melakukan pembalutan dengan perban elastis dapat menurunkan tingkat perdarahan sehingga mengurangi edema pada bagian yang cedera. Pembalutan dapat dilakukan selama atau sesudah dilakukan proses pendinginan. Pembalutan harus dilakukan dengan baik dan tidak terlalu ketat. Pembalutan yang terlalu ketat akan mengganggu aliran pembuluh darah pada lokasi cedera. Selain itu juga dapat mengganggu jaringan saraf, Melakukan penilaian


(40)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 15 terhadap bagian akral dari cedera setelah dilakukan pembalutan, mutlak diperlukan guna mengetahui fungsi pembuluh darah dan saraf.

Pelaksanaan dalam menggunakan balut tekan dalam upaya memberikan kompresi ringan terhadap bagian cedera. Keterampilan ini sudah dikuasai mahasiswa pada blok sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan perban elastis adalah :

1. Sesuaikan ukuran perban elastis dengan posisi cedera, guna menghindari kerutan. 2. Aplikasi spiral/melingkar lebih disarankan guna mendapatkan efek kompresi lebih

merata di permukaan cedera. 3. Aplikasi dimulai dari bagian akral

4. Jangan memberikan tarikan yang berlebihan dalam mengaplikasikan perban elastis di bagian cedera.

5. Lakukan evaluasi terhadap fungsi vaskuler dan neurologis setelah melakukan aplikasi. 6. Aplikasi dapat dipertahankan selama 24 jam dengan melakukan pengulangan setiap enam sampai delapan jam, guna memberikan perbaikan distribusi aliran darah ke permukaan kulit.


(41)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 16

Elevation

Meletakkan bagian tubuh yang mengalami cedera pada posisi yang lebih tinggi dari letak jantung akan menyebabkan aliran darah ketempat tersebut akan mengalami penurunan. Peninggian posisi cedera dari jantung tidak terlalu ekstrim, disarankan cukup 20 sampai 30 cm guna memastikan aliran tetap adekuat. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan elevasi tersebut adalah :

1. Posisi tidak menghilangkan kenyamanan penderita.

2. Berikan kesempatan bagian-bagian tubuh yang mendapat tekanan selama mempertahankan posisi dengan merobah-robah posisi.


(42)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 17

PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGA

Cedera olahraga merupakan momok yang menakutkan bagi atlet prestasi. Usaha-usaha pencegahan cedera pada atlet harus menjadi perhatian untuk mengurangi kejadian cedera atau setidaknya meminimalkan dampak cedera. Dalam upaya pencegahan cedera olahraga dpat dialkukan dengan tahapan :

1. Pencegahan primer

Usaha pencegahan primer adalah usaha yang ditujukan terhadap segala upaya yang dilakukan untuk menghindari terjadinya cedera untuk pertama kalinya. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengenali dan megoreksi beberapa faktor risiko timbulnya cedera.

2. Pencegahan sekunder

Penegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya perburukan atau komplikasi cedera yang terjadi pertama kalinya. Pencegahan ini tertuju kepada usaha-usaha penatalaksaan cedera akut. Penatalaksanaan cedera akut berperan dalam mengurangi resiko cedera berikutnya. Penatalaksanaan tidak sempurna suatu kejadian cedera akut akan berpotensi timbulnya cedera pada tempat yang sama.

3. Pencegahan tersier

Pencegahan tersier ditujukan untuk mengupayakan cedera jangan berulang. Usaha pencegahan primer erat kaitannya dengan pencegahan primer dan sekunder.


(43)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 18 keberhasilan usaha pencegahan tersier. Kualitas penatalaksanaan pada cedera akut berpengaruh terhadap kemungkinan timbulnya cedera pada tempat yang sama. Pengenalan faktor risiko dapat memberikan kesempatan untuk dilakukan koreksi terhadap faktor tersebut sehingga cedera tidak terjadi lagi.

7 JENIS CEDERA OLAHRAGA YANG SERING TERJADI

Banyak kemungkinan cedera yang terjadi selama melakukan kegiatan olahraga. Beberapa jenis cedera olahraga yang sering terjadi dan memerlukan pertolongan sesuai dengan cara-cara di atas. Jenis cedera yang akan didiskusikan dalam pembahasan ini adalah : 1. Strein

Strein adalah kerusakan yang terjadi mengenai otot dan tendon. Strein terjadi akibat adanya proses peregangan yang berlebihan atau trauma benda tumpul terhadap otot dan tendon. Strein dapat dibagi :

- derajat 1 : robekan terbatas pada tendon atau otot saja - derajat 2 : robekan mengenai otot dan tendon

- derajat 3 : otot terlepas dari tempat melekatnya di tulang Strein sering ditemukan pada olahraga sepakbola, volley, hoki, dll. 2. Sprein

Sprein merupakan cedera yang mengenai ligament yang dapat diakibatkan oleh peregangan yang berlebihan terhadap ligamen tersebut. Sprein dapat dibagi :

- derajat 1 : robekan pada sebagian kecil ligament - derajat 2 : robekan pada ligament hampir separoh - derajat 3 : robekan mengenai seluruh ligament

- derajat 4 : terlepasnya ligament yang diikuti denga fraktur tulang Sprein sering ditemukan pada olahraga : sepak bola, atletik, angkat berat, dll 3. Kontusio dan hematom

Kontusio dapat terjadi karena benturan langsung yang mengenai otot, tulang ataupun jaringan saraf. Hematom ditandai dengan terjadinya robekan pembuluh darah, sehingga darah menumpuk disekitar cedera.

Kontusio dan hematom banyak ditemukan pada olahraga tinju, karete, taekwondo, dll. 4. Dislokasi

Pergeseran letak sendi merupakan cedera yang sering ditemukan pada olahraga gulat, kempo, judo,dll. Dislokasi dapat total dan bisa sebagian.


(44)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 19 5. Fraktur

Patah tulang ditandai dengan adanya diskntinuitas jaringan tulang. Fraktur dapat dibedakan :

- Fraktur tertutup : tidak terdapat hubungan langsung antara bagian tulang yang patah dengan dunia luar.

- Fraktur terbuka : terbentuk hubungan langsung antara fragmen tulang yang patah dengan dunia luar.

LEMBARAN CHEK LIST PENILAIAN

PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA OLAHRAGA AKUT

Nama mahasiswa :

NO.BP : Kelompok :

No

Penilaian

Skor

0

1

2

3

Persiapan

1 Pastikan fungsi kardiorespirasi berjalan normal

2 Inventarisasi cedera

3 Kenali karakteristik cedera

Protection

4 Pemilihan alat proteksi yang sesuai 5 Evaluasi setelah pemasangan proteksi

Rest

6 Merelaksasikan penderita 7 Evaluasi

Ice

8 Aplikasi Ethyl Cloride 9 Aplikasi ice pack 10 Evaluasi setelah aplikasi

Compression


(45)

Fakultas Kedokteran Unand 2012 20

Elevation

13 Meletakkan bagian cedera pada posisi diatas jantung 14 Evaluasi ketinggian

J u m l a h

Jumlah total : ...

Nilai : Jumlah Total X 100 = ...

42

Catatan :

0 : Tidak melakukan

1 : Dapat melakukan dengan bantuan 2 : Dapat melakukan tapi tidak sempurna 3 : Melakukan dengan sempurna

Padang, ... / ... / 2012 Instruktur


(1)

terhadap bagian akral dari cedera setelah dilakukan pembalutan, mutlak diperlukan guna mengetahui fungsi pembuluh darah dan saraf.

Pelaksanaan dalam menggunakan balut tekan dalam upaya memberikan kompresi ringan terhadap bagian cedera. Keterampilan ini sudah dikuasai mahasiswa pada blok sebelumnya. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan perban elastis adalah :

1. Sesuaikan ukuran perban elastis dengan posisi cedera, guna menghindari kerutan. 2. Aplikasi spiral/melingkar lebih disarankan guna mendapatkan efek kompresi lebih

merata di permukaan cedera. 3. Aplikasi dimulai dari bagian akral

4. Jangan memberikan tarikan yang berlebihan dalam mengaplikasikan perban elastis di bagian cedera.

5. Lakukan evaluasi terhadap fungsi vaskuler dan neurologis setelah melakukan aplikasi. 6. Aplikasi dapat dipertahankan selama 24 jam dengan melakukan pengulangan setiap enam sampai delapan jam, guna memberikan perbaikan distribusi aliran darah ke permukaan kulit.


(2)

Elevation

Meletakkan bagian tubuh yang mengalami cedera pada posisi yang lebih tinggi dari letak jantung akan menyebabkan aliran darah ketempat tersebut akan mengalami penurunan. Peninggian posisi cedera dari jantung tidak terlalu ekstrim, disarankan cukup 20 sampai 30 cm guna memastikan aliran tetap adekuat. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan elevasi tersebut adalah :

1. Posisi tidak menghilangkan kenyamanan penderita.

2. Berikan kesempatan bagian-bagian tubuh yang mendapat tekanan selama mempertahankan posisi dengan merobah-robah posisi.


(3)

PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGA

Cedera olahraga merupakan momok yang menakutkan bagi atlet prestasi. Usaha-usaha pencegahan cedera pada atlet harus menjadi perhatian untuk mengurangi kejadian cedera atau setidaknya meminimalkan dampak cedera. Dalam upaya pencegahan cedera olahraga dpat dialkukan dengan tahapan :

1. Pencegahan primer

Usaha pencegahan primer adalah usaha yang ditujukan terhadap segala upaya yang dilakukan untuk menghindari terjadinya cedera untuk pertama kalinya. Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengenali dan megoreksi beberapa faktor risiko timbulnya cedera.


(4)

Penatalaksanaan yang baik dan pengenalan terhadap faktor resiko menentukan keberhasilan usaha pencegahan tersier. Kualitas penatalaksanaan pada cedera akut berpengaruh terhadap kemungkinan timbulnya cedera pada tempat yang sama. Pengenalan faktor risiko dapat memberikan kesempatan untuk dilakukan koreksi terhadap faktor tersebut sehingga cedera tidak terjadi lagi.

7 JENIS CEDERA OLAHRAGA YANG SERING TERJADI

Banyak kemungkinan cedera yang terjadi selama melakukan kegiatan olahraga. Beberapa jenis cedera olahraga yang sering terjadi dan memerlukan pertolongan sesuai dengan cara-cara di atas. Jenis cedera yang akan didiskusikan dalam pembahasan ini adalah : 1. Strein

Strein adalah kerusakan yang terjadi mengenai otot dan tendon. Strein terjadi akibat adanya proses peregangan yang berlebihan atau trauma benda tumpul terhadap otot dan tendon. Strein dapat dibagi :

- derajat 1 : robekan terbatas pada tendon atau otot saja - derajat 2 : robekan mengenai otot dan tendon

- derajat 3 : otot terlepas dari tempat melekatnya di tulang Strein sering ditemukan pada olahraga sepakbola, volley, hoki, dll. 2. Sprein

Sprein merupakan cedera yang mengenai ligament yang dapat diakibatkan oleh peregangan yang berlebihan terhadap ligamen tersebut. Sprein dapat dibagi :

- derajat 1 : robekan pada sebagian kecil ligament - derajat 2 : robekan pada ligament hampir separoh - derajat 3 : robekan mengenai seluruh ligament

- derajat 4 : terlepasnya ligament yang diikuti denga fraktur tulang Sprein sering ditemukan pada olahraga : sepak bola, atletik, angkat berat, dll 3. Kontusio dan hematom

Kontusio dapat terjadi karena benturan langsung yang mengenai otot, tulang ataupun jaringan saraf. Hematom ditandai dengan terjadinya robekan pembuluh darah, sehingga darah menumpuk disekitar cedera.

Kontusio dan hematom banyak ditemukan pada olahraga tinju, karete, taekwondo, dll. 4. Dislokasi

Pergeseran letak sendi merupakan cedera yang sering ditemukan pada olahraga gulat, kempo, judo,dll. Dislokasi dapat total dan bisa sebagian.


(5)

5. Fraktur

Patah tulang ditandai dengan adanya diskntinuitas jaringan tulang. Fraktur dapat dibedakan :

- Fraktur tertutup : tidak terdapat hubungan langsung antara bagian tulang yang patah dengan dunia luar.

- Fraktur terbuka : terbentuk hubungan langsung antara fragmen tulang yang patah dengan dunia luar.

LEMBARAN CHEK LIST PENILAIAN

PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA OLAHRAGA AKUT

Nama mahasiswa :

NO.BP :

Kelompok :

No

Penilaian

Skor

0

1

2

3

Persiapan

1 Pastikan fungsi kardiorespirasi berjalan normal 2 Inventarisasi cedera

3 Kenali karakteristik cedera

Protection


(6)

12 Evaluasi bagian akral cedera

Elevation

13 Meletakkan bagian cedera pada posisi diatas jantung

14 Evaluasi ketinggian

J u m l a h

Jumlah total : ...

Nilai : Jumlah Total X 100 = ...

42

Catatan :

0 : Tidak melakukan

1 : Dapat melakukan dengan bantuan 2 : Dapat melakukan tapi tidak sempurna 3 : Melakukan dengan sempurna

Padang, ... / ... / 2012 Instruktur