Pemanfaatan Limbah Terak Sebagai Bahan Bangunan Alternatif Pengganti Pasir Terhadap Kuat Tekan Beton dengan Metode Pencampuran Perbandingan 1:2:3 Jurnal

PEMANFAATAN LIMBAH TERAK SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
ALTERNATIF PENGGANTI PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON
DENGAN METODE PENCAMPURAN PERBANDINGAN 1:2:3

JURNAL

Oleh :
RAHMAT HIDAYAT
K1512047

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2016

PEMANFAATAN LIMBAH TERAK SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
ALTERNATIF PENGGANTI PASIR TERHADAP KUAT TEKAN BETON
DENGAN METODE PENCAMPURAN PERBANDINGAN 1:2:3
Rahmat Hidayat1, Ida Nugroho Saputro2, Anis Rahmawati3
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret
Email: K1512047@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh terak
sebagai pengganti agregat halus terhadap berat jenis beton; (2) Pengaruh terak sebagai
pengganti agregat halus terhadap kuat tekan beton; (3) Apakah berat jenis beton
termasuk beton normal setelah penggantian terak; (4) Kuat tekan beton maksimal yang
dihasilkan dari penggunaan terak sebagai pengganti agregat halus. Penelitian ini
dilakukan dengan membuat 6 variasi penggantian terak dengan persentase penggantian
agregat halus 0%, 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% dengan metode pencampuran
perbandingan 1:2:3 dalam volume. Benda uji adalah beton berbentuk silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Beton yang diuji adalah berumur 28 hari. Pengujian
kuat tekan dilakukan dengan CTM (Compressing Testing Machine). Berdasarkan hasil
analisis dengan regresi penggantian terak sebagai agregat halus berpengaruh rendah
terhadap berat jenis dengan nilai R Square 0,215 dan kuat tekan beton dengan nilai R
Square 0,309. Penggantian terak optimal didapat dari hasil analisis diskriptif diperoleh
persentase optimal penggantian terak pada persentase 20% dengan nilai kuat tekan
sebesar 14,197 MPa. Hasil pengujian berat jenis menyimpulkan bahwa beton termasuk
dalam beton kategori beton normal dengan nilai berat jenis 2200 kg/m3 - 2500 kg/m3

Kata Kunci: Beton, Terak, Agregat Halus, Kuat Tekan, Berat Jenis

1


Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

1

THE UTILIZATION OF WASTE SLAG AS BUILDING MATERIAL
ALTERNATIVE FOR SAND SUBSTITUTE TOWARD COMPRESSIVE
STRENGHT WITH 1:2:3 COMPARISON MIXING METHODS
Rahmat Hidayat1, Ida Nugroho Saputro2, Anis Rahmawati3
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret
Email: K1512047@gmail.com
Abstrack: This study was purposed to observe (1) The effect of the
replacement of slag as fine agregate replacement toward density of concrete (2) The
effect of the replacement of slag as fine aggregate replacement toward compressive
strength of concrete; (3) The density of concrete including normal concrete after
replacement with slag; (4) The maximum compressive strength of concrete resulting

from using slag as fine aggregate replacement. This research was carried out by
making six variations replacement of the slag with fine aggregate replacement
percentage of 0 %, 20 %, 40 % , 60 % , 80 % and 100 % with mixing ratio of 1 : 2 : 3
by volume. The test specimen was cylindrical concrete with the diameter of 15 cm and
the height 30cm. The concrete tested was 28 days of the age. Compressive strength
testing performed by CTM (Compressing Testing Machine). Based on the results of the
regression analysis with the replacement of the slag as fine aggregate the influence
were low of the density with value of R Square was 0,215 and compressive strength of
concrete with value of R Square was 0,309. The replacement optimal slag obtained
results from descriptive analysis obtained the optimal percentage replacement of slag
on percentage 20 % with a value of 14.197 MPa of compressive strength. The test
results concluded that the density of concrete is included on normal category of
concrete with a value of density 2200 kg/m3 - 2500 kg/m3.

Keywords: Concrete, Slag, Fine Aggregate, Compressive Strength, Density

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.

3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

2

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah
satu negara yang sedang berkembang.
Setiap

tahun

pembangunan

kebutuhan

konstruksi

meningkat,


seperti

untuk

semakin

pembangunan

rumah tinggal, gedung bertingkat,
sarana dan prasarana umum seperti
jalan dan jembatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat. Di
Indonesia sendiri salah satu komponen
utama

dalam

membangun


suatu

bangunan adalah beton.
Beton

banyak

campuran

digunakan

pembuatan dan perawatannya. Selain
hal tersebut beton juga memiliki

konstruksi

lainnya

dibanding
seperti,


bahan
beton

memiliki kekuatan tekan yang baik,
tahan terhadap panas, tahan terhadap
korosi dan bersifat fleksibel dalam
pembentukannya

untuk

memenuhi

kebutuhan konstruksi.
Beton

memiliki

untuk


mencapai kualitas/sifat beton tertentu.
Pada

umumnya

agregat

masih

dikategorikan menjadi dua jenis yaitu
agregat kasar (batu pecah atau kerikil)
dan agregat halus (pasir). Pasir sendiri
memiliki kandungan senyawa seperti
Al 1,8-5,9%, Mg 1-2,4%, Si 2,6-28%
dan Fe 1,4-9,3% (Sudaryo & Sutjipto,
2009). Belum adanya bahan alternatif
pengganti pasir yang memiliki tesktur
dan kandungan silika seperti pasir,

solusi


dari

permasalahan

tersebut

dengan menggunakan terak.

murah dan mudah baik dalam proses

lain

(admixture)

memunculkan inovasi untuk mencari

karena termasuk bahan konstruksi yang

kelebihan


lain

Terak
endapan

merupakan

pembakaran

dipanaskan

pada

hasil

baja

suhu


yang

tertentu.

Berdasarkan PP nomor 101 Tahun 2014
tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), terak
pengecoran logam termasuk dalam
kategori limbah B3. Sehingga jika tidak
dilakukan pengelolaan dengan benar
akan menimbulkan dampak negatif

bahan

penyusun dari campuran air, semen,
agregat dan terkadang ditambahkan

untuk lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian
Yahya (2013) pada temu ilmiah Ikatan

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

3

Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia

akan baja, semakin meningkat pula

(IPLBI) tentang Pemanfaatan Limbah

jumlah limbah terak yang dihasilkan.

Industri Baja (Blast Furnace Iron Slag)

Belum optimalnya cara pengolahan

sebagai

Bangunan,

limbah tersebut, menyebabkan limbah

pemanfaatan

terak menjadi material yang tidak

Bahan

menyimpulkan

bahwa

limbah terak aman digunakan sebagai

berharga.

beton.

Berdasarkan penelitian yang

Berdasarkan hasil uji yang telah

dilakukan Herlangga (2014) kandungan

dilakukan,

dan

senyawa pada terak adalah SiO 2 sebesar

berbahaya

yang

35,19%, Fe 2 O 3 19,58%, Al 2 O 3 6,01%,

limbah

terak

MgO 2,95%, CaO 26,51%, Na 2 O

oksida

yang

3,21% dengan sampel adalah terak dari

berbentuk kristalin dimana senyawa

CV. Salwa Logam Jaya, Desa Batur,

tersebut tidak terlarut dalam air.

Kecamatan

Sehingga setelah terak menjadi beton,

penelitian tersebut, dapat diketahui

kandungan B3 dalam terak tidak

kandungan Silika dioksida (SiO 2 ) yang

mencemari lingkungan.

cukup tinggi, sehingga dimungkinkan

bahan

pengganti

senyawa

agregat

kandungan
kimia

terkandung

dalam

merupakan

senyawa

seperti

logam

Ceper,

Klaten.

Pada

Terak memiliki tekstur hampir

dapat bereaksi dengan semen. Hal ini

batu

memunculkan ide untuk menggunakan

pecah

yaitu

padat,

menyudut dan tajam. Warna terak hijau

terak sebagai bahan pengganti pasir.

ke hitaman. Terak jika dihaluskan akan

Proses pencampuran bahan-

memiliki tesktur seperti pecahan kaca

bahan penyusun beton hingga menjadi

dan pasir. Salah satu tempat industri

beton dengan spesifikasi tertentu juga

pengecoran logam penghasil terak

beragam, salah satunya adalah metode

adalah

pencampuran

berasal

dari

Desa

Batur,

1:2:3

dengan

Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten,

perbandingan volume. Komposisinya

Jawa

dengan

adalah 1 bagian untuk semen, 2 bagian

meningkatnya kebutuhan masyarakat

untuk pasir, 3 bagian untuk kerikil.

Tengah.

Selaras

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

4

Pada umumnya untuk pembangunan
skala

kecil-sedang,

• Untuk mengetahui apakah berat

masih

jenis beton termasuk beton normal

mengandalkan metode pencampuran

setelah penggunaan terak sebagai

perbandingan 1:2:3 dalam pembuatan

pengganti agregat halus dengan

beton. Metode ini masih digunakan

variasi 0%, 20%, 40%, 60%, 80%,

karena memiliki beberapa keunggulan

dan

seperti; mudah dalam pengerjaannya,

percampuran perbandingan 1:2:3.

peralatan yang digunakan terbilang
sederhana,

tidak

memerlukan

100%

• Untuk

dengan

mengetahui

maksimal

yang

metode

kuat

tekan

dihasilkan

dari

perhitungan secara mendetail dan tidak

penggunaan terak sebagai pengganti

memerlukan tenaga ahli. Hal ini

agregat halus dengan variasi 0%,

memunculkan ide untuk menggunakan

20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%

terak sebagai bahan pengganti pasir.

dengan

Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah :

• Untuk mengetahui pengaruh terak

80%, dan 100% terhadap berat jenis
beton dengan metode percampuran
perbandingan 1:2:3.

• Untuk mengetahui pengaruh terak
sebagai pengganti agregat halus
dengan variasi 0%, 20%, 40%, 60%,
80%, dan 100% terhadap kuat tekan
beton dengan metode percampuran
perbandingan 1:2:3.

percampuran

perbandingan 1:2:3.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat penelitian dilakukan

sebagai pengganti agregat halus
dengan variasi 0%, 20%, 40%, 60%,

metode

di Laboratorium PTK FKIP UNS.
Kegiatan yang dilakukan meliputi
pengujian

bahan,

pembuatan

dan

perawatan benda uji, pengujian berat
jenis dan kuat tekan benda uji. Proses
penelitian dimulai dari bulan Desember
2015

hingga

penelitian

April

yang

2016.

digunakan

kuantitatif eksperimen yaitu
mengambil

gambaran

Jenis
adalah
dengan

mengenai

pengaruh penggantian terak sebagai
pengganti agregat halus terhadap kuat

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

5

tekan dengan metode campuran 1:2:3.

1) Pengujian untuk semen.

Gambaran

dibuat

dengan

2) Pengujian pasir

eksperimen

terhadap

3) Pengujian terak

ini

mengadakan

sejumlah benda uji untuk mendapatkan

4) Pengujian kerikil

data

5) Perhitungan perbandingan 1:2:3

yang

Sugiyono

dibutuhkan.
(2013:

Menurut

107)

metode

6) Pengujian

sampel

beton

penelitian eksperimen dapat diartikan

meliputi berat jenis dan kuat

sebagai

tekan

metode

penelitian

yang

digunakan untuk mencari pengaruh

2. Data

sekunder

didapat

dari

perlakuan tertentu terhadap yang lain

literatur/referensi berupa buku-buku

dalam kondisi yang terkendali.

relevan

Populasi yang digunakan pada

dengan

panggantian

dapat

menunjang

penelitian ini.
Sumber data yang ada dalam

penelitian ini adalah beton berbentuk
silinder

yang

terak

penelitian ini berupa data primer. Data

sebagai agregat halus, menggunakan

primer merupakan data yang diperoleh

benda uji silinder dengan diameter 150

dari hasil pengujian laboratorium yaitu

mm dan tinggi 300 mm. Dalam

dari pengujian pasir, terak, kerikil,

penelitian ini jumlah sampel yang

perhitungan perbandingan 1:2:3 dan

digunakan untuk pengujian kuat tekan

pengujian berat jenis dan kuat tekan.

dan berat jenis beton adalah 4 sampel

Data

untuk setiap variasinya.

digunakan

Data yang diperlukan dalam
penelitian ini dikelompokkan menjadi

primer

ini

yang

dalam

nantinya

analisis

hasil

penelitian.
a. Berat Jenis Beton

dua macam :

Pemeriksaan

1. Data Primer yang diperoleh dari

mengetahui ada tidaknya pengaruh

hasil pengujian eksperimen dan

penambahan terak sebagai pengganti

pengamatan di laboratorium yaitu

agregat halus pada beton normal

melalui pengujian diantaranya :

terhadap berat jenisnya. Berat jenis

dilakukan

untuk

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

6

beton

dapat

dihitung

dengan

P

= gaya pada puncak beban
(N)

persamaan sebagai berikut:
Berat jenis (ρ) =
Dimana :



A



= luas penampang beton
(mm2)
Analisis data yang digunakan

ρ

= berat jenis beton

m

= berat beton

pada penelitian ini adalah kuantitatif

V

= volume beton

dengan menggunakan statistik. Statistik
digunakan

b. Kuat Tekan Beton

untuk

mengetahui

Pemeriksaan ini dilakukan untuk

tidaknya

mengetahui ada tidaknya pengaruh

pengganti agregat halus terhadap berat

terak sebagai pengganti

agregat

jenis dan kuat tekan beton dengan

halus pada beton normal terhadap

metode pencampuran 1:2:3. Untuk

kuat tekannya. Pengujian dapat

melakukan hal tersebut sebelumnya

dilakukan

dilakukan pengujian prasyarat berupa

seperti

pada

gambar

pengaruh

terak

ada

sebagai

uji normalitas dan uji linieritas.

berikut:
P
Tekanan dari
mesin CTM

Benda Uji

HASIL
PENELITIAN
PEMBAHASAN

DAN

1. Hasil Penelitian
Pemeriksaan dan pengujian
bahan dasar beton dilakukan untuk
mengetahui karakteristik bahan yang

Gambar 1 Uji Kuat Tekan
Persamaan kuat tekan:
fc' =

digunakan. Pengujian tersebut meliputi
pengujian agregat halus, agregat kasar
dan terak. Setelah dilakukan pengujian





bahan, langkah selanjutnya adalah

Dimana :

membuat sampel dan menguji berat

fc'

jenis beton dan kuat tekan beton

= kuat tekan beton (MPa)

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

7

Kuat Tekan

data untuk menarik kesimpulan dan
pembahasan

tentang

data

yang

diperoleh.
Hasil pengujian berat jenis dan
kuat tekan ditunjukkan pada tabel 1
sebagai berikut:

Kuat Tekan (MPa)

tersebut, kemudian melakukan analisis

14,197

15

10,474 9,554
10,333 10,149
8,422

10
5
0
0%

20% 40% 60% 80% 100%
Variasi Penggantian Terak

Tabel 1. Hasil Pengujian Sampel

No.

1
2
3
4
5
6

Variasi

0%
20%
40%
60%
80%
100%

Berat
Jenis
RataRata
(Kg/m3)
2266,45
2293,54
2280,42
2314,63
2296,23
2343,36

Kuat
Tekan
RataRata
(Mpa)
10,333
14,197
10,149
10,474
9,554
8,422

Gambar 3 Hasil Pengujian Kuat Tekan
Pengujian persyaratan analisis
data untuk menguji normalitas dan
linieritas data.
Tabel 2. Hasil Pengujian Normalitas

Berat Jenis

Kg/m³

2550
2500
2450
2400
2343,36
2314,63 2296,23
2350
2293,54 2280,42
2300 2266,45
2250
2200
2150
0%
20% 40% 60% 80% 100%

Pada Tabel 2 diperoleh nilai
signifikansi untuk berat jenis sebesar
0,545 > 0,05 maka data berdistribusi
normal dan kuat tekan 0,076 > 0,05
maka data berdistribusi normal.

Variasi Terak

Gambar 2 Hasil Pengujian Berat Jenis

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

8

Tabel

3.

Hasil

Pengujian

dan dibawah 0,4 yang berarti tingkat
hubungannya rendah.

Linieritas

Hasil pengujian berat jenis dapat
dilihat pada tabel dibawah

Berdasarkan tabel diatas didapat
nilai signifikasi pada uji linieritas Berat
Jenis adalah 0,022 < 0,05 dan nilai F

Kg/m³

Berat Jenis

Atas
2550
2500
2450
2400
2343,36
2350
2293,54 2280,42 2314,63 2296,23
2266,45
2300
2250
Bawah
2200
2150
0%
20%
40%
60%
80% 100%
Variasi Terak

hitung 6,027 > dari F tabel 4,30 maka
dapat disimpulkan terdapat hubungan

Gambar 4 Diagram Berat Jenis Rata-rata

yang linier secara signifikan. Dari tabel

Pada pengujian ini diperoleh

tersebut diperoleh nilai R Square

hasil seperti gambar 4 dengan nilai rata-

sebesar 0,215, sedangkan untuk kuat

rata berat jenis masih diantara 2200-

tekan nilai signifikasi adalah 0,005 <

2500 kg/m3.. Besarnya nilai berat jenis

0,05 dan nilai F hitung 9,855 > dari F

diperoleh

tabel 4,30 maka terdapat hubungan

penyusun beton terutama agregat halus

yang linier secara signifikan dan

dan agregat kasar. Selain hal tersebut

diperoleh R Square sebesar 0,309.

keadaan

Nilai R Square menjelaskan
besarnya

koefisien

beton

kombinasi

yang

beberapa

bahan

mengalami

keropos/rongga

dan

mengakibatkan berat beton mengalami

persentase pengaruh variabel bebas

penurunan sehingga berat jenis beton

terhadap variabel terikat. Hubungan

juga

antara

variabel

Persentase

terak)

korelasi

dari

mengalami

penurunan

dan

bebas

(Variasi

penggantian agregat halus dengan terak

dengan

variabel

menghasilkan

beton

normal

terikat (Berat Jenis dan Kuat Tekan),

dikarenakan nilai rentang berat jenis

koefisien korelasinya adalah diatas 0,2

beton normal cukup besar yaitu 2200

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

9

kg/m3 hingga 2500 kg/m3. Penggunaan

: 3 kerikil. FAS yang digunakan adalah

agregat kasar juga menjadi penyebab

0,8. Nilai FAS ini digunakan karena

besarnya nilai berat jenis beton. Pada

sebelumnya peneliti telah mencoba

penelitian ini perpaduan antara agregat

beberapa variasi FAS dari 0,5-0,8. Pada

tetap

percobaan FAS 0,5 dengan variasi

menghasilkan

beton

dengan

penggantian terak 0% diperoleh hasil

kategori beton normal.
Hasil pengujian kuat tekan

agregat tidak dapat menyatu dan air

dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 3.

masih terserap oleh agregat. Peneliti

Berdasarkan

dapat

selanjutnya menambahan nilai FAS

pengaruh

menjadi 0,55 namun adonan masih

penggantian terak optimal sebagai

kering dan tetap tidak menyatu. Setelah

pengganti

data

disimpulkan

tersebut

bahwa

halus

yang

beberapa percobaan diperoleh nilai

tekan

beton

FAS 0,8 sebagai acuan pengecoran

agregat

menghasilkan

kuat

maksimal dengan metode pencampuran

selanjutnya,

perbandingan

berpengaruh

dengam FAS tersebut adukan beton

rendah terhadap kuat tekan beton

sudah cukup menyatu dengan nilai

dengan

slump 7,5-15 cm.

nilai

1:2:3

R

Square

0,385.

hal

ini

dikarenakan

diskriptif

Proses pengadukan dilakukan

diperoleh kekuatan maksimal terak

dengan mixer bertenaga diesel. Proses

adalah pada penggantian terak sebesar

pencampuarn beton dilakukan dengan

20% dengan kuat tekan 14,197 MPa.

cara membahasi bagian dalam molen

Berdasarkan

analisis

dengan air yang bertujuan untuk
2.

Pembahasan
Selain proses uji bahan, cara

pengecoran dan perawatan beton juga
berpengaruh terhadap kualitas beton
yang dihasilkan. Pada penelitian ini
menggunakan metode pencampuran

mengurangi resiko terserapnya air oleh
dinding dalam mixer. Setelah itu pasir
dan terak yang dalam keadaan SSD
dimasukan,

kemudian

semen

dimasukan ke mixer dan ditunggu
hingga

tercampur

dengan

pasir.

perbandingan 1 semen: 2 (pasir + terak)
1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

10

Tambahkan air secara perlahan hingga

lainnya. Berat terak juga berpengaruh

adukan menjadi adonan dan masukan

terhadap kerataan agregat pada adukan

kerikil. Sebelum adonan dicetak perlu

beton. Pada terak yang memiliki ukuran

dilakukan uji slump. Pada penelitian ini

butiran dan berat yang lebih besar lebih

slump yang diharapkan adalah 7,5-

cenderung berada dipermukaan adukan

15cm. Jika slump sudah sesuai maka

beton yang mengakibatkan pesebaran

adukan dapat dicetak.

gradasi tidak merata sehingga proses

Pemadatan adonan yang baik

pencampuran bahan menjadi kurang

akan menghasilkan beton yang baik

baik. Hal ini menyebabkan hasil beton

pula.

yang keropos dan berongga.

Semakin

besar

variasi

penggantian terak proses pemadatan

Perawatan beton dilakukan

semakin sulit, dikarena keadaan terak

sebelum beton diuji. Proses perawatan

yang lebih kasar dari pasir. Selain itu,

adalah selama beton berumur 28 hari.

proses pencampuran dalam mixer juga

Cara perawatan beton pada penelitian

lebih sulit tercampur sehingga adonan

ini adalah dengan cara merendam beton

beton tidak merata. Pembukaan cetakan

dalam bak air. Dengan cara tersebut

dilakukan setelah umur beton 24 jam.

proses hidrasi semen akan stabil dan

Hasil yang didapat rata-rata beton

tidak menyebabkan beton retak dan

memiliki bentuk yang kurang bagus

mengalami

seperti berongga sebagian, separuh dan

Sebelum proses uji kuat tekan, 2 hari

hampir

terjadi

sebelumnya beton diangkat, ditiriskan

dimungkinkan karena beberapa hal

dan diletakan pada ruangan agar beton

seperti kualitas bahan, karakteristik

menjadi

terak yang berbutir kasar dan berukuran

pertama benda uji adalah dengan

lebih

dan

menimbang berat benda uji untuk

memiliki permukaan yang lebih licin

mengetahui berat jenis benda uji

dibanding pasir sehingga lebih susah

tersebut. Yang kedua adalah menguji

penuh.

besar

mengikat

Hal

dibanding

bahan

ini

pasir

penyusun

penurunan

lebih

kering.

kekuatan.

Pengujian

beton

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

11

kuat tekan benda dengan menggunakan

penambahan

CTM (Compressed Testing Machine).

persentase penggantian terak 20%,

Berdasarkan gambar 3 hasil

kemudian

terak

pada

berada

variasi

pada

lainnya

variasi

mengalami penurunan. Hal tersebut

penggantian 20% dan pada variasi 40%

terjadi karena ikatan agegat saling

beton mengalami penurunan kekuatan

mengisi dan memiliki hubungan yang

dan naik lagi pada variasi 60% dan

kuat, dikarenakan rongga/celah yang

kemudian turun lagi pada variasi 80%

disebabkan butiran terak yang lebih

dan 100%. Dapat disimpulkan bahwa

kasar dapat terisi dengan pasir sehingga

penggantian terak yang berlebihan akan

beton memiliki ikatan lebih kuat dari

menurunkan kuat tekan beton dan juga

pada beton tanpa adanya penggantian

persebaran gradasi yang tidak merata

terak.

kuat

tekan

naik

pada

Pada

akan menurunkan kekuatan beton.

penggantian

terak

Besar kecilnya nilai kuat tekan

dengan variasi 40%, 60%, 80% dan

yang dihasilkan dipengaruhi beberapa

100% mengalami penurunan kekuatan

faktor seperti kualitas bahan yang

dikarenakan beton memiliki banyak

digunakan,

pencampuran,

rongga yang disebabkan jumlah agregat

pemadatan, perawatan, dan keadaan

pasir yang dapat mengisi celah semakin

beton itu sendiri. Penggantian agregat

sedikit. Meskipun ikatan yang terjadi

halus dengan terak dapat meningkatkan

kuat, namun karena adanya rongga

kuat tekan beton dikarenakan terak

menyebabkan

memiliki bentuk yang lebih tajam

beton.

proses

penurunan

kekuatan

dibanding pasir sehingga ikatan agregat
semakin kuat dan kandungan silika
pada terak cukup besar sehingga

KESIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan

dimungkinkan reaksi dengan semen

Berdasarkan hasil analisis

semakin baik. Pada penelitian ini

data dan pembahasan dapat diambil

didapat kuat optimal dan maksimal

simpulan sebagai berikut :

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

12

a.

Ada

pengaruh

pemanfaatan
sebagai

limbah

bahan

alternatif

b.

rendah

dari

pasir yang akan mempermudah

terak

proses

bangunan

pengganti

pasir

b.

dilakukan

tekan.

sebagai
limbah

bahan

alternatif

terak

berat

kepada

optimal

diperoleh

dari

limbah

terak

bangunan

pengganti

pasir

masyarakat

luas,

pasir

sehingga mengurangi jumlah

jenis

limbah

kategori beton normal.
Persentase

sosialisasi

bahan

alternatif

bangunan

pengganti

menghasilkan

yang

belum

termanfaatkan
yang

c.

Perlu

dilakukan

penelitian

pemanfaatan

lanjutan tentang pemanfaatan

limbah terak sebagai bahan

limbah terak sebagai bahan

bangunan alternatif pengganti

bangunan alternatif pengganti

pasir terhadap kuat tekan adalah

pasir

pada persentase 20% dengan

pencampuran

nilai

perbandingan 1:2:3

kuat

tekan

maksimal

sebesar 14,197 MPa

d.

2. Saran

Perlu

dengan

metode

selain

dilakukan

metode

penelitian

lanjutan tentang pemanfaatan
Berdasarkan simpulan dan

limbah terak di tambah dengan

implikasi hasil penelitian, maka
dapat dikemukakan saran sebagai
berikut :
a.

Perlu

pemanfaatan

Pemanfaatan

beton

ketika akan dicetak

terhadap berat jenis dan kuat

sebagai

c.

pencampuran

Perlu

e.

Perlu adanya penelitian tentang
pemanfaatan

adanya

metode

penggilingan terak yang lebih
halus,

zat aditif pada beton

sehingga

diameter

butiran terak dapat menyerupai

sebagai
alternatif

limbah

bahan

terak

bangunan

pengganti

pasir

ditinjau dari faktor waktu umur
beton

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

13

Tjokrodimuljo, K. (2004). Buku Ajar
DAFTAR PUSTAKA

Teknologi Beton. Yogyakarta :

Herlangga, Hariyawan. (2014). Pengaruh
Penggunaan
Pengganti

Terak
Agregat

Sebagai
Kasar

Terhadap Kuat Tarik dan Berat
Jenis Beton Normal Dengan
Metode

Campuran

1:2:3.

Skripsi. Fakultas Keguruan dan

Universitas Gajah Mada.
Yahya, M. (2013). Pemanfaatan Limbah
Industri Baja (Blast Furnance
Iron

Slag)

sebagai

Bahan

Bangunan. Makasar : Jurnal
Ikatan

Peneliti

Lingkungan

Binaan Indonesia

Ilmu Pendidikan, Universitas
Sebelas Maret.
Peraturan Pemerintah. (2014). Nomor
101 Tahun 2014: Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
(B3).
Presdien
Repubilk Indonesia
Standar Nasional Indonesia. (2002).
SNI 03-2847-2002: Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung.
Badan Standarisasi Nasional.
Sudaryo, Sutjipto., 2009. “Identifikasi
dan penentuan logam pada
tanah vulkanik didaerah
Cangkringan
Kabupaten
Sleman
dengan
metode
analisis aktivasi neutron
cepat,” Seminar nasional V
SDM
teknologi
nuklir.
Yogyakarta.
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian
Pendidikan:
Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif dan
R&D. Bandung. Alfabet

1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan FKIP UNS.
Pembimbing I Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.
3
Pembimbing II Anis Rahmawati, S.T., M.T.
2

14