Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Scientific Approach pada Materi Alat-Alat Optik Untuk Siswa SMA Kelas X JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA
MATERI ALAT-ALAT OPTIK UNTUK SISWA SMA KELAS X
Delima Anggraeni1, Sukarmin, M.Si., Ph.D2, Drs. Pujayanto, M.Si3
Program Studi Pendidikan Fisika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta, Telp/Fax (0271) 648939
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
The research aimed to produce the physics learning module based on scientific approach in term of optical
instruments for tenth grade of senior high school that have good criteria.
This research employed Research and Development (R&D) method based on the Borg and Gall’s model. The
procedure of module development only until seven stage from ten stage, i.e.: (1) research and information collecting,
(2) planning, (3) develop preliminary form of product, (4) preliminary field testing, (5) main product revision, (6)
main field testing, and (7) operational product revision. The data collected qualitatively which is supported
quantitatively by questioner. The sources of data were from validators and respondents. The validators consisted of 2
lecturers as experts, 3 teachers as reviewers and 2 coleage university students as peer reviewers. The respondents
observed are 39 students consisted of 9 students for preliminary field testing and 30 students for main field testing

that came from 3 different schools were SMA N 1 Karanganyar, SMA N 2 Karanganyar and SMA N 2 Surakarta.
Then the data were analyzed both qualitatively and quantitatively using Syaifuddin Azwar’s procedure.
Based on the data analysis and results of this research can be concluded that physics learning module based
on scientific approach in term of optical instruments for tenth grade of senior high school had been developed fulfil
good criteria for four aspects, they are expedience of contents, presentation, language and graphic aspects.
Keywords: Physics Module, Scientific Approach, Optical Instruments
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul pembelajaran Fisika berbasis scientific approach pada
materi Alat-alat Optik untuk siswa SMA kelas X yang memenuhi kriteria baik.
Penelitian ini menggunakan metode research and development (R&D) berdasarkan pada model Borg dan
Gall. Prosedur penelitian pengembangan modul yang dilakukan hanya sampai pada tahap ketujuh dari sepuluh
tahapan yaitu (1) pencarian dan pengumpulkan informasi, (2) perencanaan, (3) pengembangan draft modul, (4) uji
coba awal, (5) revisi hasil uji coba awal, (6) uji coba utama, dan (7) revisi hasil uji coba utama. Data yang diperoleh
dalam penelitian ini yaitu data kualitatif yang didukung dengan data kuantitatif yang diperoleh dari angket. Sumber
data penelitian terdiri dari validator dan responden. Validator meliputi 2 dosen sebagai ahli, 3 guru sebagai reviewer
dan 2 mahasiswa sejawat sebagai peer reviewer. Responden sebanyak 39 siswa yang terdiri dari 9 siswa dalam uji
coba awal dan 30 siswa dalam uji coba utama yang berasal dari tiga sekolah berbeda, yaitu SMA Negeri 1
Karanganyar, SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri 2 Surakarta. Teknik analisis data yang dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif menggunakan prosedur yang dikemukakan oleh Syaifuddin Azwar.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa modul

pembelajaran Fisika berbasis scientific approach pada materi Alat-Alat Optik untuk siswa SMA kelas X yang telah
dikembangkan memenuhi kriteria baik pada segi kelayakan isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan.
Kata kunci: Modul Fisika, Scientific Approach, Alat-Alat Optik
PENDAHULUAN
Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
pendidikan selalu mengalamai perubahan dan terus
berkembang. Kurikulum pendidikan di Indonesia
sendiri sudah mengalami perkembangan sejak sebelum
tahun 1945 hingga tahun 2013 yang sedang berjalan.
Selama proses pergantian kurikulum, tidak ada tujuan
lain selain untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran serta rancangan pembelajaran yang ada

di sekolah. Oleh karena itu, kurikulum yang baik akan
sangat diharapkan dapat terlaksana di Indonesia

sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa
yang cerah yang berimplikasi pada kemajuan bangsa
dan negara.
Pembelajaran Kurikulum 2013 merupakan
pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses
pembelajaran dan penilaian autentik untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Karakteristik Kurikulum 2013 menekankan pada
proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah
(scientific approach) yang merupakan perpaduan
antara proses pembelajaran yang semula terfokus pada
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

dengan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan

mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2013). Scientific
approach merupakan langkah terbaik dalam
pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah. Kriteria scientific approach
diantaranya adalah pembelajaran berbasis pada fakta
atau fenomena yang dapat dijelaskan secara logika,
dan pembelajaran dapat mendorong siswa berpikir
kritis.
Dalam scientific approach, terdapat tiga model
pembelajaran yang dapat digunakan, yaitu: discovery
learning, problem based learning, dan project based
learning. Banyak penelitian yang menunjukkan
keefektifan pembelajaran dengan ketiga model
pembelajaran ini, diantaranya: penelitian yang
dilakukan oleh Uside, Barchok, & Abura (2013)
berjudul “Effect of Discovery Method on secondary
School Student’s Achievement in Physics in Kenya”,
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap
prestasi siswa dengan meningkatkan retensi

pengetahuan dan menanamkan rasa percaya diri.
Penelitian oleh Ali & Rubani (2010) berjudul “StudentCentered Learning: An Approach in Physics Learning
Style Using Problem-Based Learning (PBL) Method”
yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa
dalam pembelajaran, yaitu siswa dapat bekerja sebagai
anggota tim yang baik, presenter yang sangat baik,
meningkatkan komunikasi interpersonal, dan mampu
berpikir kritis. Penelitian lain oleh Mihardi, Harahap &
Sani (2013) yang berjudul “The Effect of Project Based
Learning Model with KWL Worksheet on Student
Creative Thinking Process in Physics Problem”
menunjukkan proses belajar dengan pembelajaran
berbasis proyek benar-benar efektif untuk memajukan
proses berpikir kreatif siswa dan pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat menunjukkan bahwa aktivitas
positif siswa meningkat.
Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan
bahwa model pembelajaran discovery learning,
problem based learning, dan project based learning
yang diterapkan pada mata pelajaran Fisika efektif

digunakan dalam pembelajaran. Ketiga model tersebut
membantu siswa mengembangkan kemampuan
berpikir yang lebih kreatif dan kritis, membantu siswa
memahami ilmu pengetahuan dengan sangat baik dan
meningkatkan keterampilan meneliti siswa. Modelmodel pembelajaran tersebut merujuk pada
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (scientific
approach), sehingga dapat disimpulkan bahwa
scientific approach efektif digunakan dalam
pembelajaran, salah satunya pada pembelajaran Fisika.
Hal ini sesuai dengan karakteristiknya, bahwa fisika
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga suatu proses
penemuan.
Implementasi Kurikulum 2013 dilengkapi
dengan pengadaan bahan ajar berupa buku panduan
guru dan buku teks pelajaran untuk siswa oleh
pemerintah. Buku panduan guru dan buku teks
pelajaran tersebut disesuaikan dengan Standar Isi,

Standar Kompetensi Lulusan, Kerangka Dasar dan

Struktur Kurikulum Sekolah Dasar dan Menengah
Kurikulum 2013 untuk memudahkan guru dan siswa
melaksanakan
pembelajaran
dalam
mencapai
kompetensi yang diharapkan. Strategi ini memberikan
jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian
buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam
keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian
pada proses serta hasil belajar siswa. Buku/modul
digunakan sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang
mengintegrasi standar pembentukan kurikulum.
Namun, pengadaan buku untuk tingkat Sekolah
Menengah Atas hanya terbatas pada beberapa mata
pelajaran, yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan
Sejarah Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Permendikbud No. 71 tahun 2013. Untuk mata

pelajaran lain, guru menyiapkan dan memilih sendiri
bahan ajar yang akan menjadi pegangan dan acuan
dalam mengajar yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Terbatasnya ketersediaan buku pegangan
guru dan siswa ini pun menjadi salah satu penyebab
proses pembelajaran di kelas kurang efektif.
Melihat dari pengalaman di lapangan, bahan
ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran fisika
terbatas pada Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
menjadi satu-satunya pegangan siswa. Padahal materi
yang tertera di LKS merupakan rangkuman materi
yang disajikan dengan singkat dan kurang lengkap.
Sehingga siswa masih mengandalkan materi yang
disampaikan oleh guru dan pembelajaran pun
berlangsung satu arah. Masih berlangsungnya
pembelajaran satu arah juga diungkapkan oleh Sendi,
Sutrisno, dan Sinaga (2013), “Pembelajaran fisika di
sekolah masih berpusat pada guru, sementara siswa
masih cenderung pasif dan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan masalah masih tergolong rendah”. Hal

ini menyebabkan respon siswa cenderung negatif
karena kurangnya variasi pembelajaran.
Kenyataan di atas sangat bertolak belakang
dengan hakikat belajar fisika dan prinsip pembelajaran
Kurikulum 2013 berbasis scientific approach dimana
siswa dituntut untuk mencari pengetahuan tidak
dengan diberi pengetahuan, serta belajar aktif
membangun pengetahuannya dari fakta atau fenomena
yang ada bukan hanya diberi rumus-rumus yang sudah
ada, seperti materi alat-alat optik. Alat-alat optik
sangat penting bagi kehidupan dan perkembangan
ilmu teknologi. Dengan mempelajari alat-alat optik
berdasarkan fakta dan fenomena, siswa dapat
menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik sehingga
siswa tidak perlu hanya diberi rumus-rumus saja, tapi
diajarkan melalui fenomena yang ada.
Berdasarkan hal-hal yang telah dijabarkan di
atas, maka perlu dilakukan pengembangan bahan ajar,
khusunya untuk bahan ajar fisika SMA. Bahan ajar
yang dikembangkan disesuaikan dengan kurikulum

yang berlaku agar dapat mengarahkan proses
pembelajaran pada arah yang benar sesuai tuntutan
kurikulum. Salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan yaitu modul. Modul merupakan salah
satu bentuk bahan ajar cetak yang disajikan secara
sistematis, sehingga penggunanya dapat belajar
dengan atau tanpa guru. Bagi siswa modul membantu
siswa berpikir secara utuh dan sistematis sehingga bisa
dipelajari oleh siswa secara mandiri, sedangkan bagi

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

guru, akan mempermudah guru untuk merancang dan
melakukan pembelajaran. Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Alias, Siraj, DeWitt, Attaran & Nordin
(2013) yang berjudul “Evaluation on the Usability of
Physics Module in a Secondary School in Malaysia:

Student’s Retrospective”, mereka menyarankan
penggunaan modul fisika berdasarkan teknologi dan
gaya belajar dapat menjadi paket pembelajaran yang
efektif. Selain itu, penelitan oleh Mulyanratna,
Mulyaningsih, dan Sunarti (2011) menunjukkan
bahwa perkuliahan dengan dipandu modul gelombang
dan optik yang dikembangkan dapat terlaksana dengan
sangat baik, peningkatan aktivitas belajar mandiri
mahasiswa, ketuntasan tujuan mastery learning telah
tercapai, dan respon positif mahasiswa terhadap isi
modul dan pembelajaran yang dilaksanakan.
Berdasarkan alasan-alasan yang telah diuraikan dan beberapa hasil penelitian tentang
pembelajaran berbasis scientific approach maupun
modul di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa
perlu dikembangkan modul Fisika berbasis scientific
approach. Untuk keperluan tersebut, maka penulis
mengajukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Scientific
Approach pada Materi Alat-Alat Optik untuk
Siswa SMA Kelas X”
METODELOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di tiga Sekolah
Menengah Atas (SMA) yaitu SMA Negeri 1
Karanganyar, SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA
Negeri 2 Surakarta.
Penelitian yang dilaksanakan meliputi tahap
pengembangan modul pembelajaran, tahap validasi
modul pembelajaran, tahap pengujian modul
pembelajaran dan tahap pembuatan laporan penelitian.
a. Model Pengembangan
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah pengembangan (research and
development/ R&D) berdasarkan pada model Borg
& Gall. Adapun produk yang akan dikembangkan
adalah modul pembelajaran fisika berbasis
scientific approach pada materi Alat-Alat Optik
untuk siswa SMA kelas X.
b. Prosedur Pengembangan
Borg & Gall mengemukakan bahwa ada
sepuluh tahapan dalam pelaksanaan penelitian
pengembangan. Dalam penelitian ini hanya akan
dilakukan sampai pada tahap ketujuh, yaitu hingga
dihasilkannya produk akhir dari pengembangan
berupa modul pembelajaran Fisika berbasis
scientific approach pada materi Alat-Alat Optik.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 1.
Prosedur pengembangan, secara lebih rinci
dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Informasi
Tahap pengumpulan informasi terdiri
atas kegiatan analisis kebutuhan dan analisis
kurikulum. Tahapan ini dilakukan untuk
mengidentifikasi dan mendapatkan data
mengenai kebutuhan apa saja yang diperlukan
dalam perencanaan dan pengembangan draf

2.

3.

4.

5.

6.

7.

modul serta pemikiran untuk perancang-an
selanjutnya.
Perencanaan Modul
Perencanaan
merupakan
tahap
melakukan pemikiran untuk mendapatkan cara
efektif dan efisien mengembangkan draf
modul dengan bantuan data yang didapatkan
dari tahap penelitian dan pengumpulan data.
Pada tahap perencanaan, ditentukan konsep
modul pembelajaran berbasis scientific
approach yang akan dikembangkan. Beberapa
tahapan yang dilakukan pada tahap
perencanaan, yaitu mengumpulkan materi
Alat-Alat
Optik,
merancang
kegiatan
pembelajaran dan menyusun sistematika
modul pembelajaran.
Pengembangan Draf Modul
Pengembangan draf modul merupakan hasil terjemahan dari tahapan perencanaan. Dalam pengembangan modul diperlukan
bimbingan orang yang ahli dalam penulisan
modul. Pada penelitian ini, orang yang ahli
yaitu dosen pembimbing yang akan membantu
dan mempertimbangkan pengembangan modul
dari komonen isi, kebahasaan, penyajian dan
kegrafisan. Pada tahapan ini, bagian-bagian
yang sudah direncanakan, disusun dan
didesain sedemikian rupa sehingga menjadi
modul awal.
Modul awal yang telah dikembangkan
kemudian divalidasi oleh 3 reviewer dan 3
peer reviewer. Setiap validator memberi
penilaian dan masukan untuk modul awal yang
dijadikan bahan revisi sebelum dilakukan uji
coba. Tahap validasi ini dilakukan untuk
mendapatkan modul yang layak untuk
digunakan pada uji coba awal.
Uji Coba Awal
Uji coba awal dilakukan setelah modul
awal direvisi berdasarkan komentar dan saran
dari reviewer dan peer reviewer atas
persetujuan ahli. Hal ini dilakukan untuk
menemukan
kesalahan-kesalahan
yang
mungkin terjadi dan modul dapat digunakan
oleh siswa secara layak.
Revisi Hasil Uji Coba Awal
Berdasarkan hasil uji coba awal,
selanjutnya dilakukan revisi. Revisi ini
dilakukan berdasarkan data yang diperoleh
dari hasil isian angket siswa terhadap modul
yang diujicobakan.
Uji Coba Utama
Dari hasil uji coba utama akan
diperoleh isian angket siswa, sehingga dapat
dilakukan revisi kembali sebelum akhirnya
dihasilkan modul akhir yaitu modul
pembelajaran fisika berbasis scientific
approach untuk kelas X SMA.
Modul Akhir
Modul akhir dari pengembangan
modul ini yaitu modul pembelajaran fisika
berbasis scientific approach pada materi AlatAlat Optik untuk siswa SMA kelas X.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Analisis Kebutuhan

Pengumpulan Informasi

Analisis Kurikulum

Perencanaan Modul
Pengembangan Draf Modul

Modul Awal

Validasi oleh
2 Ahli

Baik

Belum baik

Validasi oleh 3
reviewer dan 3 Peer
Reviewer

Revisi

Belum baik

Baik
Revisi
Modul Terevisi I
Uji Coba Awal kepada 9 Siswa
Revisi Hasil Uji Coba Awal
Modul Terevisi II
Uji Coba Utama kepada 30 Siswa
Revisi Hasil Uji Coba Utama
Modul Akhir

Gambar 1. Desain Prosedur Pengembangan
c. Uji Coba Produk
1. Desain Uji Coba
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
pengembangan yang terdiri dari tujuh tahapan.
Setelah draf modul selesai dibuat, kemudian
diujicobakan dengan urutan penilaian seperti
pada Gambar 1 yang diberi blok warna abuabu.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian terdiri dari validator dan
siswa SMA kelas X. Untuk validator terdiri
dari:
 Ahli, yaitu 2 orang dosen pembimbing.
 Reviewer, yaitu 3 orang guru SMA yang
mengajar materi Fisika dan telah
mendapatkan
pelatihan
tentang
pembelajaran Kurikulum 2013.
 Peer reviewer, yaitu 3 orang mahasiswa
pendidikan Fisika UNS yang telah
mengambil matakuliah Fisika Dasar dan
IPA Terpadu tahun 2013.
Sedangkan siswa SMA kelas X terdiri dari:
 9 siswa kelas X dari tiga SMA berbeda
yaitu SMA Negeri 1 Karanganyar, SMA
Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri 2
Surakarta untuk uji coba awal.



30 siswa kelas X dari tiga SMA berbeda
yaitu SMA Negeri 1 Karanganyar, SMA
Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri 2
Surakarta untuk uji coba utama.
3. Jenis Data
Data yang diperoleh dari penelitian
pengembangan adalah data kuantitatif dan
kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari nilai
rata-rata angket dalam uji validasi dari
komponen
kelayakan
isi,
kebahasaan,
penyajian, dan kegrafisan. Data menggunakan
skala Likert berupa angka-angka yaitu 4, 3, 2
dan 1. Angka-angka tersebut kemudian
direkapitulasikan sehingga dapat disimpulkan
tingkat kelayakan modul. Sedangkan untuk
data kualitatif diperoleh dari saran dan
komentar sebagai pertimbangan untuk
melakukan revisi. Data juga diperoleh dari
isian angket siswa tentang keterbacaan modul
dari komponen kelayakan isi, kebahasaan,
penyajian dan kegrafisan. Data dari siswa
berupa rata-rata dari angket check list
“Ya/Tidak” serta komentar dan saran.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
yang
digunakan
menggunakan teknik angket berupa angket
kelayakan modul. Instrumen angket kelayakan
modul ditujukan kepada validator dan siswa.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Instrumen ini untuk mengetahui kelayakan
modul yang dilihat dari komponen kelayakan
isi, penyajian, kebahasaan dan kegrafisan
(modifikasi dari BSNP). Validasi instrumen
didasarkan atas validitas isi dan konstruksi.
5. Teknik Analisis Data
Kuantisasi data dilakukan dengan menjumlah
skor setiap komponen dan keseluruhan yang
akan diuraikan dalam analisis kualitatif. Skor
tersebut dikategorikan ke dalam lima kriteria,
dengan rumusan seperti yang digunakan oleh
Azwar (2007: 163). Data yang didapat dalam
penelitian ini yaitu data kelayakan modul.
Variabel kelayakan modul pembelajaran fisika
berbasis scientific approach yang telah
disusun berdasarkan kriteria komponen
kelayakan isi, kebahasaan, penyajian dan
kegrafisan. Analisis data yang dilakukan dari
masing-masing komponen seperti Tabel 1 Tabel 3.6:
Tabel 1 Kriteria Penilaian
Interval Nilai
Mi + 1,5 Sbi < X

Kriteria
Sangat Baik
Mi + 0,5 Sbi < X  Mi + 1,5 Sbi
Baik
Mi - 0,5 Sbi < X  Mi + 0,5 Sbi
Cukup
Mi - 1,5 Sbi < X  Mi - 0,5 Sbi
Kurang
Sangat Kurang
X  Mi - 1,5 Sbi
Keterangan: X = Skor responden; Mi= Mean
ideal; Sbi= Simpangan baku
ideal; Mi= ½ (skor tertinggi
ideal + skor terendah ideal);
Sbi= 1/6 (skor tertinggi ideal
- skor terendah ideal)
Tabel 2. Kriteria Kelayakan Total Modul
Fisika
Kriteria
Kategori Kelompok Skor
5
X > 156
Sangat Baik
Baik
4
132  X  156
Cukup
3
108  X  132
2
Kurang
84  X  108
1
Sangat kurang
X  84
Tabel 3. Kriteria Kelayakan Isi
Kelompok Skor
Kategori
X > 48,75
Sangat baik
Baik
41,25  X  48,75
Cukup
33,75  X  41,25
Kurang
26,25  X  33,75
Sangat kurang
X  26,25
Tabel 4. Kriteria Kebahasaan
Kelompok Skor
Kategori
X > 32,5
Sangat baik
Baik
27,5  X  32,5
Cukup
22,5  X  27,5
Kurang
17,5  X  22,5
Sangat kurang
X  17,5

Tabel 5. Kriteria Penyajian
Kelompok Skor
Kategori
X > 58,5
Sangat baik
Baik
49,5  X  58,5
Cukup
40,5  X  49,5
Kurang
31,5  X  40,5
Sangat kurang
X  31,5
Tabel 6. Kriteria Kegrafisan
Kelompok Skor
Kategori
X > 16,25
Sangat baik
Baik
13,75  X  16,25
Cukup
11,25  X  13,75
Kurang
8,75  X  11,25
Sangat kurang
X  8,75
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut ini akan disajikan secara umum data
hasil validasi modul Fisika Alat-Alat Optik yang
diambil dari dosen ahli dan reviewer dan peer
reviewer. Hasil penilaian modul oleh validator
didukung oleh data yang diperoleh dari masingmasing komponen yang diuraikan sebagai berikut:
a. Komponen Kelayakan Isi
Data hasil validasi menunjukkan bahwa
jumlah skor untuk setiap validator pada komponen
kelayakan isi adalah sebagai berikut: ahli I dan
ahli II memberi nilai masing-masing 56 dan 57,
reviewer I, II dan III memberi nilai masing-masing
52, 51 dan 56, sedangkan peer reviewer I dan II
masing-masing memberi nilai 55 dan 50. Hal ini
berarti bahwa semua validator memberikan
penilaian dengan kriteria sangat baik.
b. Komponen Penyajian
Data hasil validasi menunjukkan bahwa
jumlah skor untuk setiap validator pada komponen
penyajian adalah sebagai berikut: ahli I dan II,
serta reviewer II memberikan skor sama yaitu 70.
Reviewer I dan III memberi skor masing-masing
64 dan 67. Peer reviewer I dan II memberi skor
paling tinggi yaitu 72. Hal ini berarti bahwa semua
validator memberikan penilaian dengan kriteria
sangat baik.
c. Komponen Kebahasaan
Data hasil validasi menunjukkan bahwa
jumlah skor untuk setiap validator pada komponen
kebahasaan adalah sebagai berikut: ahli I dan II
memberi skor sama yaitu 39, reviewer I, II dan III
memberi skor masing-masing 33, 34 dan 37, peer
reviewer I skor 37. Sedangkan peer reviewer II
memberi skor 32. Hal ini berarti bahwa enam
validator (ahli I dan II, reviewer I, II dan III, peer
reviewer I) memberikan nilai sangat baik dan satu
validator (peer reviewer II) memberikan nilai baik.
d. Komponen Kegrafisan
Data hasil validasi menunjukkan bahwa
jumlah skor untuk setiap validator pada komponen
kegrafisan adalah sebagai berikut: Ahli I dan II
memberi skor masing-masing 19 dan 17, reviewer
I, memberi skor 18, reviewer II dan III memberi
skor tertinggi yang sama yaitu 20 dan peer
reviewer I skor 17. Sedangkan peer reviewer II
memberi skor 16. Hal ini berarti bahwa enam
validator (ahli I dan II, reviewer I, II dan III, peer

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

reviewer I) menilai sangat baik dan satu validator
(peer reviewer II) menilai baik.
Modul yang telah direvisi berdasarkan saran
dan komentar dari ahli, reviewer dan peer reviewer
kemudian diujicobakan kepada siswa. Data hasil uji
coba ke siswa juga akan disajikan secara umum. Hasil
uji coba menunjukkan bahwa jumlah skor keseluruhan
untuk setiap siswa yakni sebagai berikut:
a. Uji Coba Awal
Hasil analisis uji coba awal kepada 9 siswa
SMA kelas X menunjukkan bahwa jumlah skor
keseluruhan maksimal adalah 35 (sebanyak 1
siswa) dan minimal 27 (sebanyak 1 siswa). Data
tersebut memberikan gambaran bahwa 8 siswa
memberi penilaian modul dalam kriteria sangat
baik dan 1 siswa memberi penilaian modul dalam
kriteria baik.
Oleh karena itu, penilain pada uji coba
awal bisa dikatakan berhasil. Adapun saran dan
komentar yang ada menjadi bahan revisi modul
untuk kemudian dilakukan uji coba utama.
b. Uji Coba Utama
Hasil analisis uji coba utama kepada 30
siswa SMA kelas X menunjukkan bahwa jumlah
skor keseluruhan maksimal adalah 36 (sebanyak
11 siswa) dan skor minimal adalah 31 (sebanyak 1
siswa). Data tersebut memberikan gambaran
bahwa 100 % siswa memberi penilaian modul
dalam kriteria sangat baik.
Oleh karena itu, penilain pada uji coba
utama bisa dikatakan berhasil. Adapun saran dan
komentar yang ada menjadi bahan revisi kembali
sehingga diperoleh produk akhir berupa modul
pembelajaran Fisika pada materi Alat-Alat Optik
yang memenuhi kriteria baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari análisis data dan
pembahasan dalam penelitian ini, disimpulkan bahwa
modul pembelajaran Fisika berbasis scientific
approach pada materi Alat-Alat Optik untuk siswa
SMA kelas X yang telah dikembangkan memenuhi
kriteria baik pada segi kelayakan isi, penyajian,
kebahasaan dan kegrafisan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, A.H., & Rubani, S.N.K. (2010). Student-centered
Learning: An Approach Physics Learning
Style Using Problem-Based Learning (PBL)
Method. Departement of Science, Faculty of
Science, Arts and Heritage and Faculty of

Technical Education, University tun Hussein,
Malaysia.
Alias, N, Siraj, S., DeWitt, D., Attaran, M., & Nordin,
A.B. (2013). Evaluation on the Usability of
Physics Module in a Secondary School in
Malaysia: Student’s Retrospective. The
Malaysian Online Journal of Educational
Technology, Volume 1, Isuee 1, 44-53.
Azwar, Saifuddin M.A. (2007). Tes Prestasi: Fungsi
dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013).
Pendekatan
Scientific
(Ilmiah)
dalam
Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.
Mihardi, S., Harahap, M. B., & Sani, R. A. (2013).
The Project of Problem Based Learning Model
with KWL Worksheet on Student Creative
Thinking Process in Physics Problems.
Journal of Education and Practice, Vol. 4, No.
25, 2013, 188-200.
Mulyanratna, M., Mulyaningsih, S., & Sunarti, T.
(2011).
Prosiding
Seminar
Nasional
Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA
untuk Upaya Meningkatkan Kemampuan
Mahasiswa
Belajar
Mandiri
Melalui
Pengembangan
Modul
Mata
Kuliah
Gelombnag dan Optik di Program Pendidikan
Fisika FMIPA UNESA. Yogyakarta: Fakultas
MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
(2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No.71
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sendi, S., Sutrisno, & Sinaga, P. (2013). Prosiding
Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran
dan
Sains
untuk
Penerapan
Model
Pembelajaran Problem Based Instruction
untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
pada
Pembelajaran
Fisika.
Bandung,
Indonesia.
Uside, O. N., Barchok, K. H., & Abura, O. G. (2013).
Effective of Discovery Method on Secondary
School Student’s Achievement in Physics in
Kenya. Asian Journal of Social Science &
Humanities, Vol. 2 No. 3 August 2013, 351358.

Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I

Surakarta,
Juni 2016
Pembimbing II

Sukarmin, M.Si., Ph.D.
NIP 196708022000121001

Drs. Pujayanto, M.Si
NIP 196506141992031003

commit to user