Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual Sebagai Dampak Perkembangan Pariwisata di Bali.
TESIS
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI
KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL SEBAGAI DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA
DI BALI
IZZAH AMILA FAISAL
NIM : 1390561031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI
KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL SEBAGAI DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA
DI BALI
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Udayana
IZZAH AMILA FAISAL
NIM : 1390561031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 10 MARET 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,MH
SH.,MH
NIP. 196502211990031005
Dr. Ni Ketut Sri Utari,
NIP. 195609021985032001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister (S2)
Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,LLM
NIP. 196111011986012001
iii
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 195902151985102001
Tesis ini Telah Diuji
Pada Tanggal 14 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor 4240/UN14.4/HK/2015 Tanggal 18 Desember 2015
Ketua
: Dr. Ida Bagus Surya Darmajaya,SH.,MH.
Sekretaris
: Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH
Anggota
: 1. I Gusti Ketut Ariawan, SH.,MH
2. Dr. I Ketut Sudantra, SH.,MH
3. Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,M.Hum
iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: Izzah Amila Faisal
NIM
: 1390561031
Tempat/Tanggal Lahir
: Denpasar, 23 September 1990
Alamat
: Jl. Pulau seram gang tarakan buntu no.3 Denpasar
Program Studi
: Magister Ilmu Hukum (Hukum Pariwisata)
Judul Tesis
:
PERLINDUNGAN
ANAK
YANG
HUKUM
TERHADAP
MENJADI
KORBAN
EKSPLOITASI SEKSUAL SEBAGAI DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA DI BALI
Dengan ini menyatakan
:
Bahwa Karya Ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti
Plagiat dalam Karya Ilmiah Ini, amak saya bersedia menerima sanksi sebagaimana
diatur dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar,
September 2015
Saya yang menyatakan,
Izzah Amila Faisal
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah berkenan melimpahkan kasih
sayang dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
sebagai bagian dari kewajiban penulis sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Studi Magister (S2) Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan
moral maupun materiil. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya atas segala bantuan,
arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis oleh Yang Terhormat
Rektor Universitas Udayana Bapak Prof.Dr.dr. Ketut Suastika,Sp.PD.KEMD
beserta jajarannya, Yang Terhormat Direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) beserta jajarannya, dan
kepada Yang Tercinta keluarga besar Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Udayana serta sega arahan dan juga bimbingan
Di samping itu juga tak lupa penulis ingin mengucapkan terimakasih atas
bimbingan, saran dan dukungan yang telah diberikan oleh para dosen pembimbing
yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan dalam
penyelesaian teisi: Bapak Dr. Ida Bagus Surya Darmajaya,SH.,MH dan Ibu Dr.
Ni Ketut Sri Utari,SH.,MH serta ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Ni Ketut
Supasti Dharmawan,S.H.,M.Hum.,LLM selaku Ketua Program Studi Magister
vi
(S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta terimakasih
banyak kepada para dosen penguji Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra,
SH.,M.Hum, Bapak I Gusti Ketut Ariawan, SH.,MH, dan Bapak Dr. I Ketut
Sudantra, SH.,MH yang senantiasa memberikan banyak masukan serta ide dan
sarannya dalam penulisan tesis ini.
Secara khusus ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan
kepada Ibunda Tercinta Ibu Sitty Rafda B.Lubis, SH.MH yang telah memberikan
cinta dan kasih sayang serta do’a juga dukungannya selama ini, sehingga tiada
rasa putus asa yang dialami penulis dalam melanjutkan penyelesaian tesis ini.
Yang paling terkasih dan tercinta ucapan terimakasih tulus dari dalam hati bagi
Almarhum Abi (Ayah) tercinta Drs. Faisal Hasan, Mba sebagai sosok ayah dan
panutan penulis untuk meraih masa depan dan merupakan sesosok idola yang
dijadikan inspirasi penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk masa
depan. Kepada Paman tersayang Fauzi Hasan serta adik dan kakak tersayang
Safitri Faisal, Nafila Faisal, Nadifa Faisal dan Salsabila faisal, ucapan terimakasih
sebesar-nesarnya dapat penulis ucapkan atas segala rasa sayang dan bantuan serta
dukungan yang telah diberikan.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah S.W.T memberikan balasan
yang lebih kepada mereka semua yang telah membantu dalam penyelesaian tesis
ini dan semoga tesis ini dapat menjadi sumbangsih dapat bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan.
Denpasar, September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Pariwisata merupakan komoditi utama dalam hal mata pencaharian
penduduk di Bali. Banyak wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang
datang ke Bali untuk menikmati alam dan budaya setempat. Sebagai pariwisata
budaya, Bali memiliki ciri khas tersendiri dimata dunia internasional. Dalam
perkembangan global sudah pasti banyak pendatang yang mengunjungi Bali
dengan berbagai macam tujuan, baik untuk bekerja maupun liburan dan sudah
tentu dengan keluar masuknya pendatang ada sisi positif dan negatif yang
ditinggalkan. Seperti yang telah diketahui setiap pendatang maupun wisatawan
yang datang dari berbagai penjuru dunia memiliki karakter dan budaya yang
berbeda. Budaya yang mereka bawa tersebut memasuki ruang lingkup tatanan
budaya Bali dan tidak jarang diikuti masyarakat setempat. Kemiskinan di
Indonesia merupakan masalah yang cukup luas yang berdampak pada
perekonomian negara serta menimbulkan peningkatan dalam tindak kejahatan
terutama pada anak. Eksploitasi seksual pada anak merupakan salah satu bentuk
daripada kejahatan seksual anak dan merupakan pelanggaran yang mendasar
terhadap hak-hak anak. Ekploitasi seksual terdiri dari berbagai macam bentuk
yaitu: (1) pelacuran anak, (2) pornografi anak, (3) perdagangan untuk tujuan
seksual dan (4) wisata sex anak. Eksploitasi seksual dapat dilakukan dengan cara
kekerasan maupun dengan cara memberikan imbalan berupa uang. Eksploitasi
seksual pada saat ini sudah masuk ke dalam beberapa aspek kehidupan, salah
satunya yaitu dalam aspek pariwisata khususnya pariwisata Bali. Pergeseran nilai
budaya pun dapat terjadi akibat dari munculnya pariwisata seksual anak.
Beberapa faktor yang menjadi pendorong utama pariwisata seksual anak
adalah faktor ekonomi dan gaya hidup. Untuk itu pemerintah bersama aparat
penegak hukum memiliki peranan yang sangat penting dalam hal penegakkan
perlindungan hukum terhadap hak anak, khususnya yang menjadi korban
pariwisata seksual.
Kata kunci: Eksploitasi seksual anak, Pariwisata seksual, Pariwisata bali
viii
ABSTRACT
Tourism is the substantial commodity income of live in Bali. A lot of
international and local tourists who come to Bali to enjoy the nature and local
culture. As the cultural tourism, Bali have their own characteristics in the world
tourism. Within the global growth is certainly a lot of newcomers or immigrant
who visited Bali with a variety of purposes, whether for work or leisure, and there
are positive and negative effect left behind. as already known, every newcomers
or tourist that come from every side of world have different character and culture.
The culture and character of the ride into Bali’s culture and followed by the local
people. Poverty in Indonesia is a widespread issue that impact on the country's
economy and lead to improvement of crime, especially for children. Child sexual
exploitation is one of the child sexual crime and a fundamental violation of the
children rights. Sexual exploitation is consists of various form, such as: (1) child
prostitution, (2) child pornography, (3) trafficking for sexual purposes and (4)
child sex tourism. Sexual exploitation can be done by violence or giving money.
Sexual exploitation currently has an impact on several aspects of life. One of them
is the tourism especially for Bali’s tourism. Transformation of cultural value is
occur due to from the advent of child sex tourism.
Some of the main factors of child sex tourism are economic factors and
lifestyle. Therefore, the government together with the law enforcement officers
have a crucial role in case of enforcement of legal protection for the rights of
children, especially those who are become the victims of sexual tourism.
Keyword: Child sex exploitation, Child sex tourism, Bali tourism.
ix
RINGKASAN
Penulisan tesis ini disusun dalam lima bab yang keseluruhan bab-bab tesis
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban
eksploitasi seksual sebagai dampak dari perkembangan pariwisata khususnya di
Bali.
BAB I, sebagai Bab Pendahuluan yang berisikan latar belakang yang
menjelaskan isu hukum yang diangkat dalam penulisan tesis ini, yaitu adanya
perbedaan antara das sollen yang merupakan kaedah hukum berisi kenyataan
normatif dan juga das sein kenyataan alamiah atau peristiwa konkrit. Perbedaan
terjadi adalah adanya peraturan hukum yang mengatur mengenai
perlindungan terhadap hak-hak anak, namun pada kenyataannya masih
saja terjadi tindak kejahatan eksploitasi seksual pada anak.
BAB II, berisikan tentang Tinjauan Umum, menguraikan pemikiran
mengenai pengertian mengenai perlindungan hukum, eksploitasi seksual
pada anak serta pariwisata. Dalam bab ini terdapat uraian mengenai teori serta
peraturan hukum yang mendasari pemikiran untuk menjawab rumusan masalah
yang menajdi pokok pikiran utama.
BAB III, berisikan tentang dampak-dampak yang terjadi dalam
beberapa aspek kehidupan akibat adanya eskploitasi seksual pada anak.
Pada bab ketiga ini bahasan untuk menjawab rumusan masalah terhadap
perlindungan hukum terhadap anak yang mejadi korban eksploitasi seksual di
daerah pariwisata Bali
BAB IV, berisikan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
eksploitasi sekual anak. Pada bab ke empat merupakan bahasan untuk menjawab
rumusan masalah dalam upaya meningkatkan perlindungan hukum terhadap anak
dari perkembangan pariwisata di Bali.
BAB V, sebagai Bab Penutup yang berisikan kesimpulan dan juga saran
dari hasil pembahasan atas masalah yang diteliti.
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .............................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ......................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
RINGKASAN TESIS .........................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 10
1.3 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................. 11
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 11
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
1.5.1 Manfaat Praktis ........................................................................... 11
1.5.2 Manfaat Teoritis .......................................................................... 12
1.6
Orisinalitas Penelitian .......................................................................... 12
1.7 Landasan Teoritis dan Kerangka Berfikir ........................................... 15
1.7.1 Landasan Teoritis ........................................................................ 15
1.7.2 Kerangka Berfikir........................................................................ 22
xi
1.8 Metode Penelitian ................................................................................ 24
1.8.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 24
1.8.2 Sifat Penelitian ........................................................................... 24
1.8.3 Sumber Bahan Data .................................................................... 26
1.8.4 Teknik Dalam Pengumpulan Data .............................................. 30
1.8.5 Teknik Penentuan Sampel .......................................................... 31
1.8.6 Teknik Analisis Data................................................................... 32
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP
EKSPLOITASI
ANAK
YANG
SEKSUAL
MENJADI
SEBAGAI
KORBAN
DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA DI BALI ............................ 33
2.1 Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban
Ekploitasi Seksual ................................................................................. 33
2.1.1 Pengertian Perlindungan Hukum ............................................... 37
2.1.2 Pengertian Anak ......................................................................... 43
2.1.3 Pengertian Perlindungan Anak ................................................... 47
2.1.1 Pengertian Perlindungan Korban ................................................ 54
2.2 Eksploitasi Seksual ............................................................................... 56
2.3 Perkembangan Pariwisata Di Bali ........................................................ 62
2.3.1 Pengertian Pariwisata ................................................................. 62
2.3.2 Pengertian Wisata dan Wisatawan ............................................. 64
2.3.3 Pengertian Industri Pariwisata .................................................... 73
2.4
Aspek Sosiologis Dalam Kebijkan KTR ............................................ 51
2.5
Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok di Bali ........................................ 62
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG
MENJADI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI DAERAH
PARIWISATA BALI ......................................................................... 78
3.1
Perlindungan Hukum Terhadap Korban .............................................. 78
3.2
Dampak Perkembangan Pariwisata Di Bali ......................................... 80
3.2.1 Dampak Bagi Perkembangan Ekonomi ...................................... 81
3.2.2 Dampak Bagi Perkembangan Psikologi Anak ............................ 94
xii
3.2.3 Dampak Bagi Perkembangan Sosial Budaya .............................. 98
3.2.4 Dampak Bagi Perkembangan Lingkungan.................................. 103
3.3
Perlindungan Hukum Terhadap Dampak Negatif Dari
Pengaruh Pariwisata Di Bali ................................................................ 104
3.3.1 Dampak Negatif Terhadap Perekonomian di Bali ...................... 108
3.3.2 Dampak Negatif Terhadap Lingkungan di Bali .......................... 109
3.3.3 Dampak Negatif Terhadap Aspek Sosial Budaya di Bali ........... 109
3.3.4 Dampak Negatif Terhadap Anak di Bali ..................................... 110
BAB IV UPAYA MENINGKATKAN PERLINDUNGAN TERHADAP
ANAK DARI PERKEMBANGAN PARIWISATA DI BALI........ 113
4.1 Faktor Penyebab Timbulnya Eksploitasi Seksual Anak
Dalam Perkembangan Pariwisata ....................................................... 113
4.1.1 Faktor Penarik .............................................................................. 113
4.1.2 Faktor Pendorong ......................................................................... 114
4.2
Upaya Meningkatkan Perlindungan Terhadap Anak .......................... 118
4.2.1 Upaya Perlindungan Hukum Preventif ....................................... 123
4.2.2 Upaya Perlindungan Hukum Represif ........................................ 124
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 131
5.1
Kesimpulan ......................................................................................... 131
5.2
Saran .................................................................................................... 132
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 135
DAFTAR INFORMAN.................................................................................... 142
DAFTAR RESPONDEN ................................................................................. 143
PANDUAN WAWANCARA ........................................................................... 144
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Nilai PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Dan Kosntan 2010 Serta
Distribusi Ekonomi Bali Triwulan I,II 2015 ..............................
2
Tabel 2
Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali Tahun 2010-2014 ........
8
Tabel 3
Data Kasus Kejahatan Seksual Anak Hingga Tahun 2014 ........
60
Tabel 4
Data Kasus situasi kasus HIV/Aids di Provinsi Bali
menurut golongan umur dan jenis kelamin dari tahun
1987 sampai tahun 2014 .............................................................
90
Tabel 5
Data Kasus Kejahtan Seksual Anak Sebagai Korban.................
90
Tabel 6
Data Kasus Kejahtan Seksual Anak Sebagai Pelaku ..................
91
Tabel 7
Data Kasus Kejahtan Seksual Anak Sebagai Korban.................
93
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang paling banyak
digemari oleh sebagian besar masyarakat di dunia. Ratusan hingga ribuan orang
dari setiap negara di dunia melakukan kegiatan wisata untuk memuaskan diri
dengan berwisata keberbagai daerah tujuan wisata yang ada di dunia. Pariwisata
merupakan hal penting dalam kehidupan dan dapat dikatakan sebagai gaya hidup
dan merupakan fenomena baru bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang
berada di negara yang sudah maju.
Setiap daerah di Indonesia memiliki sumber pendapatan daerah yang
berbeda-beda. Bali sebagai salah satu pulau yang yang menempatkan pariwisata
sebagai sektor pendapatan utama saat ini telah menjadi salah satu pendorong
perekonomian nasional. Dapat diketahui bahwa hampir sebagian masyarakat di
Bali bekerja dan mempertaruhkan nasibnya pada bidang-bidang yang berkaitan
dengan pariwisata, sehingga dampak dari pariwisata itu sendiri dapat membantu
kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produk domestik
regional bruto (PRDB Bali) pada pusat data statistik Bali berikut:
1
2
Tabel 1. Nilai PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Berlaku Dan Kosntan 2010 Serta Distribusi Ekonomi Bali
Triwulan I,II 2015.
Sumber: Badan Pusat Statisti Provinsi Bali1
Tabel 1 menunjukkan bahwa penyediaan akomodasi dan makan minum
mendominasi perekonomian Bali pada triwulan II dengan kontribusi sebesar
22,82% yang mengalami sedikit penurunan dari pada triwulan I. Akomodasi serta
1
http://bali.bps.go.id/, Pada 15 Januari 2016.
3
makan minum merupakan salah satu dari beberapa macam akomodasi pariwisata
di Bali. Sementara itu kontribusi terbesar kedua diduduki oleh lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 15,11% yang telah mengalami
peningkatn dari triwulan I. Hal inilah yang menunjukan bahwa pariwisata yang
memegang dominasi utama pendapatan perekonomian Bali. Pariwisata sudah
tentu menarik perhatian para wisatawan asing maupun domestik untuk berlibur ke
Bali.
Dengan adanya wisatawan domestik maupun internasional yang
berkunjung ke pulau Bali dan secara langsung dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat sekitar. Namun jika pariwisata tidak ditangani dan dijalankan
dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif seperti rusaknya nilai seni
dan budaya, kearifan lokal masyarakat dan kebudayaan bali, kehancuran
ekosistem dan lingkungan hidup serta pelanggaran terhadap norma agama, adat
istiadat, kesusilaan dan hak asasi manusia. Apabila hal tersebut tidak bisa
dikendalikan maka tidak bisa dipungkiri kebudayaan yang menjadi objek dari
pariwisata dan wisatawan akan terkikis oleh kebudayaan asing yang dibawa
wisatawan itu sendiri, sehingga dampaknya akan berpengaruh buruk juga terhadap
mata pencaharian masyarakat.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam perkembangan pariwisata
adalah aspek yang berkaitan dengan pemberdayaan Hak Asasi Manusia yang di
dalamnya termasuk hak asasi anak, karena dalam industri pariwisata sangat besar
potensi yang ditimbulkan untuk terjadinya kekerasan pada anak seperti terjadinya
eksploitasi seksual anak. Kekerasan terhadap anak merupakan masalah global di
4
mana anak-anak mengalami berbagai bentuk kekerasan seperti hukuman fisik,
pemaksaan kerja atau eksploitasi dalam berbagai pekerjaan yang berbahaya
(pertambangan, sampah, seks komersial, perdagangan narkoba, dan lain- lain),
diskriminasi, perkawinan dini, dan pornografi.2
Objek yang paling rentan mengalami pelanggaran hak asasi manusia
adalah anak. Pengertian dari kelompok rentan tidak dirumuskan secara eksplisit
dalam peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3)
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang
termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlindungan.
Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.
Pengakuan atas eksistensi anak sebagai subyek hak asasi manusia yang
memiliki arti khusus, dapat dilihat dengan diratifikasinya Konvensi Hak Anak
(KHA) oleh 193 negara. Dengan demikian sebanyak 193 negara telah menerima
kewajibannya untuk mengambil semua langkah-langkah legislatif, administratif,
sosial, dan pendidikan secara layak untuk melindungi anak-anak dari semua
bentuk-bentuk dan manifestasi kekerasan. Meskipun ratifikasi Konvensi Hak
Anak telah menunjukkan universalitas, namun perlindungan anak dari kekerasan,
eksploitasi, dan penyalahgunaan kekuasaan (children’s protection from violence,
exploitation, and abuse) masih sangat lemah. Anak sebagai bagian integral dari
2
Irwanto, 2008, Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual terhadap Anak, ECPAT,
Jakarta, h.6.
5
komunitas, paling lemah kemampuannya untuk melindungi diri mereka sendiri.
Perhatian terhadap permasalahan perlindungan anak sebagai objek kejahatan telah
dibahas dalam beberapa pertemuan internasional lainnya seperti Deklarasi Jenewa
tentang Hak-hak Anak tahun 1924 yang diakui dalam Universal Declaration of
Human Rights pada tahun 1948. Setelah itu pada tanggal 20 November 1958,
Majelis Umum PBB mengesahkan Declaration of the Rights of the Child
(Deklarasi
Hak-Hak
Anak).
Kemudian
instrumen
internasional
dalam
perlindungan anak yang juga termasuk dalam instrumen hak asasi manusia yang
diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah UN Rules for The Protection of
Juveniles Desprived of Their Liberty, UN Standard Minimum Rules for NonCustodial Measures (Tokyo Rules), UN Guidelines for The Prevention of Juvenile
Delinquency (The Riyadh Guidelines).3 Banyaknya instrumen dan rekomendasi
dari beberapa pertemuan internasional belum dapat menghasilkan serta
memperihatkan hasil yang cukup signifikan dalam memberikan perlindungan
kepada hak anak, sehingga eksploitasi seksual pada anak belum dapat
ditanggulangi secara baik, karena dapat dilihat pada saat ini masih bermunculan
kegiatan yang melibatkan anak dalam kaitannya dengan seks komersial tersebut.
Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat
dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak
bagi nusa dan bangsa di kemudian hari.4
3
Moch. Faisal Salam, 2005, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, h.15.
4
Citra Reskia, 2013, Penerapan Instrumen Hak Asasi Manusia terhadap Anak dalam
Situasi Konflik Bersenjata, Universitas Hasanudin, h.3.
6
Perlindungan terhadap keberadaan anak juga ditegaskan secara eksplisit
dalam 15 pasal yang mengatur hak-hak anak sesuai Pasal 52 – Pasal 66 UndangUndang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Berbagai upaya yang
ditujukan bagi perlindungan dan pemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia
merupakan hal yang sangat strategis sehingga memerlukan perhatian dari seluruh
elemen bangsa. Untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak
diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat
menjamin pelaksanaannya.
Eksploitasi seksual komersial anak merupakan salah satu bentuk dari
penyakit masyarakat dan merupakan pariwisata seks yang timbul dari hasil suatu
pergeseran nilai pariwisata di Bali yang merupakan suatu tindak kejahatan seksual
pada anak yang dilakukan oleh wisatawan ataupun seseorang yang melakukan
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang dituju dan ditempat tersebut mereka
melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Pariwisata seks anak merupakan
masalah sosial karena dapat merugikan keselamatan, ketentraman dan
kemakmuran jasmani maupun rohani serta sosial dari kehidupan masyarakat. Para
pelaku wisatawan seks anak bisa saja berasal dari negara lain yang biasa disebut
sebagai wisatawan asing serta berasal dari dalam negeri yang disebut sebagai
wisatawan domestik atau orang lokal yang melakukan perjalanan wisata di dalam
negara mereka sendiri.
Pada saat anak-anak terlibat ataupun dipaksa masuk dalam industri
seksual, maka anak-anak ini memiliki banyak resiko yang membahayakan masa
depan mereka, yaitu diantaranya sangat rentan terhadap kekerasan seksual yang
7
dilakukan oleh para pelaku dan tertular penyakit seksual.5 Hal tersebut merupakan
suatu tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia khususnya
terhadap anak.
Situasi serta kondisi anak Indonesia saat ini, merupakan cerminan dari
adanya penyalah gunaan anak (abuse), eksploitasi, diskriminasi dan juga
mengalami tindakan kekerasan lainnya yang dapat membahayakan perkembangan
anak. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan bagi bangsa dan negara Indonesia.
Anak merupakan generasi penerus cita-cita dan penentu masa depan bangsa. Pada
saat ini mental generasi bangsa sudah semakin memburuk yang dapat berakibat
luas khususnya dalam hal terjadinya tindak eksploitasi seksual pada anak secara
komersial. Secara umum, dari istilahnya dapat diartikan bahwa eksploitasi seksual
komersial anak berkaitan dengan suatu bentuk pengeksploitasian terhadap anak
yang dilakukan secara seksual untuk kepentingan komersial.6
Krisis
multidimensional
yang
sedang
dialami
bangsa
Indonesia
mengakibatkan keadaan ekonomi masyarakat semakin sulit, hal tersebut menjadi
salah satu alasan untuk bebas melalukan segala cara dalam pemenuhan kebutuhan
hidup yang salah satunya adalah dengan jalan melakukan eksploitasi seksual
terhadap anak. Tetapi bukan kemiskinan saja yang menjadi salah satu faktor
timbulnya eksploitasi seksual anak. Kemiskinan akan menjadi suatu isu yang
memprihatinkan apabila akses pendidikan, kesehatan yang tidak dimiliki oleh
5
http://aids-ina.org/, pada 11 Juni 2015.
Laddy fransisca et al., 2007, Perdagangan Anak untuk Tujuan Seksual Komersial,
Cakrabooks, Surakarta, h. 3.
6
8
kelompok yang membutuhkan. Adapun jumlah penduduk miskin di Provinsi dari
tahun 2010-2014 yang mengalami peningkatan, yaitu:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali
2010 174.9
2011 182.1
2012 158.95
2013 182.77
2014 195.95
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali7
Permasalahan yang sedang dihadapi saat ini adalah maraknya wisatawan
asing maupun domistik yang berlibur maupun pada akhirnya menetap di Bali
membawa pengaruh buruk yaitu menggunakan jasa anak sebagai memuas hasrat
seksual yang saat ini lebih dikenal dengan pariwisata seks anak. Pengaruh tersebut
mengakibatkan suatu perubahan sosial, dimana bisa mengarah pada perubahan
yang tidak dikehendaki seperti contoh pergeseran nilai pariwisata. Pergeseran
nilai merupakan masalah sosial pada zaman modern yang dianggapl sebagai
penyakit masyarakat.8 Dengan kata lain penyakit tersebut merupakan produk
sampingan, atau merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan dari system sosiokultural zaman sekarang , dan berfungsi sebagai gejala sosial tersendiri.9
Anak-anak yang dilibatkan dalam pariwisata seksual anak
umumnya
berada pada keluarga yang kurang bahkan tidak mampu untuk memberikan
kehidupan yang layak bagi mereka. Sebagian wisatawan seks anak adalah para
kaum pedofilia. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ni Nyoman Sukerti
7
http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=dynamic_miskin, Pada 01 Novembr 2015.
Kartini Kartono, 2005, Patologi Sosial : Jilid 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.6.
9
Ibid.
8
9
mengenai cara mendeteksi pelaku pedofil adalah dapat dilihat terlebih dahulur
dari kebiasaan kaum padofil:10
1. Berusaha mendekati anak-anak dengan menyiapkan mainan, makanan
kegemaran anak-anak.
2. Menyimpan atau mengoleksi pakaian, foto anak-anak di tempat
tinggalnya untuk menarik perhatian .
3. Sering menerima tamu anak-anak di kamar hotel.
4. Sering mengambil foto orang yang sedang berenang atau bermain
dengan anak-anak selanjutnya di edit dan dikoleksi.
Setelah itu dapat dikenali bagaimana pelaku untuk membujuk korban ,
antara lain:
1.
Mendekati tokoh masyarakat dan orang tua atau anak-anak,
2.
Menawarkan bantuan, memberi hadiah dan juga uang sesuai
kebutuhan korban.
Keterlibatan anak di dalam bisnis seks komerisal hampir terjadi disemua
negara dan belum ada penanganan secara serius dalam hal tersebut. Keberadaan
eksploitasi seksual pada anak disisi lain sulit terindikasi karena pada umumnya
dilakukan dengan cara yang tersembunyi dengan transaksi yang sulit terungkap.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan sebuah penelitian dengan judul
”Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual
Sebagai Dampak Perkembangan Pariwisata Di Bali”.
10
Kanit I Subdit IV Polda Bali, Ni Nyoman Sukerni, Pada tanggal 20 Juni 2015, Pukul
12.00 waktu setempat, bertempat di Polda Bali yang berlokasi di Jalan W.R. Supratman Denpasar.
10
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah :
1. Bagaimana implementasi perlindungan hukum terhadap anak yang
menjadi korban eksploitasi seksual di daerah pariwisata Bali ?
2. Bagaimana upaya meningkatkan perlindungan hukum terhadap anak dari
bahaya eksploitasi seksual sebagai dampak negatif dari perkembangan
pariwisata di Bali ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah bertujuan untuk memberikan batasan terhadap
permsasalahan yang akan dibahas oleh penulis. Adapun ruang lingkup masalah
dari penelitian ini adalah :
1.
Ruang lingkup untuk permasalahan pertma akan dibatasi pada bentuk
perlindungan anak yang menjadi korban dari salah satu bentuk eksploitasi
seksual anak yaitu pariwisata seksual anak di Provinsi Bali. Bentuk
perlindungan terhadap anak yaitu berupa aturan dan tindakan.
2.
Ruang lingkup untuk permasalahan kedua akan dibatasi pada upaya untuk
meningkatkan perlindungan hukum terhadap anak dari bahaya eksploitasi
seksual sebagai dampak negatif dari perkembangan pariwisata di Bali,
baik upaya yang dilakukan oleh orang tua, masyarakat maupun aparat
penegak hukum.
11
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari
persoalan yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini, antara lain :
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk
meneliti
dan
menganalisa
sehingga
mengetahui
keterkaitan antara eksploitasi seksual terhadap anak dengan
perkembangan pariwisata di Bali.
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengkaji implementasi dari perlindungan hukum
terhadap anak yang menjadi korban dari eksploitasi seksual
di Bali.
2. Untuk mengkaji dan menganalisa upaya peningkatan
perlindungan terhadap anak dari eksploitasi seksual di
daerah pariwisata di Bali.
1.5 Manfaat Penelitian
Di dalam penelitian ini, diharapkan agar dapat memberikan manfaat baik
secara praktis maupun secara teoritis, yaitu :
1.5.1
Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat pada
pembaca dan juga masyarakat pada umumnya dalam bentuk sumbang saran
sebagai upaya pencegahan terhadap eksploitasi seksual pada anak di daerah
pariwisata Bali.
12
1.5.2
Manfaat Teoritis
a.
Diharapkan penelitian ini dapat memberi pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai implementasi perlindungan hukum terhadap
anak yang menjadi korban dari eksploitasi seksual di Bali
b.
Memperdalam, mengembangkan dan menambah pengetahuan
tentang keterkaitan antara perkembangan pariwisata dengan
perlindungan hak asasi manusia terhadap anak.
1.6
Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan
dari
beberapa
informasi
yang
didapatkan
melalui
penelusuran dan pemeriksaan yang dilakukan di kepustakaan Pascasarjana
Magister Hukum Universitas Udayana, bahwa penelitian tentang “Perlindungan
Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual Sebagai
Dampak Perkembangan Pariwisata Di Bali” sejauh ini belum ada peneliti yang
mengkaji dan meneliti maka dari itu penelitian ini adalah asli adanya, artinya
penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keasliannya.
Penelitian-penelitian lain yang ditemukan peneliti yang hampir mendekati
dengan judul penelitian adalah sebagai berikut:
Judul Penelitian
Izzah
Faisal
Perlindungan Hukum Terhadap Anak
Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual
Amila Sebagai Dampak Perkembangan
Pariwisata Di Bali
Rumusan Masalah
1
Rumusan
Masalah 2
Perbedaan
Penelitian
Fokus penelitian
terletak pada
perlindungan dan
perkembangan
pariwisata Bali
Perbedaan
Penelitian
13
implementasi
perlindungan hukum
terhadap anak yang
menjadi
korban
eksploitasi seksual di
daerah
pariwisata
Bali.
upaya
meningkatkan
perlindungan
hukum
terhadap
anak dari bahaya
eksploitasi seksual
sebagai
dampak
negatif
dari
perkembangan
pariwisata di Bali.
Judul Penelitian
Ary
Purwatiningsi
h11
11
Implementasi kebijakan perlindungan anak
atas Eksploitasi Seksual Komersial Anak
(ESKA) berdasarkan Pasal 66 UU RI No.
23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
(studi di Kota Surakarta)
Rumusan Masalah
Rumusan
1
Masalah 2
langkah-langkah
Kendala
apakah
Pemerintah
Kota yang
dihadapi
Surakarta
dalam dalam
mengimplementasik implementasi Pasal
an Pasal 66 UU RI 66 UU RI Nomor
No. 23 Tahun 2002 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan tentang
Anak
guna Perlindungan Anak
memberikan
guna memberikan
perlindungan pada perlindungan pada
anak dari kegiatan anak dari kegiatan
eksploitasi seksual eksploitasi seksual
komersial
komersial
Rumusan Masalah 3
solusinya dalam menghadapi kendalakendala tersebut
Judul Penelitian
Pengkajian
masalah
dari
faktor penyebab
dan
dampak
eksploitasi
seksual anak serta
upaya
peningkatan
perlindungan
anak dari ESKA
di
bidang
pariwisata
khususnya
perkembangan
pariwisata di Bali
Perbedaan
Penelitian
Fokus penelitian
terletak
pada
implementasi
peraturan
Perbedaan
Penelitian
Pengkajian
masalah
dari
langkah
pemerintah untuk
mengimplementas
ikan
peraturan
mengenai
perlindungan
anak
terhafap
ESKA
dan
mengkaji kendala
yang
dihadapi
serta
pencarian
solusi
Perbedaan
Penelitian
Ary Purwatiningaih, 2008, Implementasi kebijakan perlindungan anak atas Eksploitasi
Seksual Komersial Anak (ESKA) berdasarkan Pasal 66 UU RI No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak (studi di Kota Surakarta), Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
14
Penanggulangan Dan Perlindungan Hukum Fokus penelitian
Nanci Yosepin Terhadap
Anak
Sebagai
Korban terletak
pada
12
Simbolon
Eksploitasi Seks Komersial Anak (Eska)
penanggulangan
dan perlindungan
hukum terhadap
anak dari bahaya
ESKA
Rumusan Masalah
Rumusan
Perbedaan
1
Masalah 2
Penelitian
Faktor
penyebab Upaya
Pengkajian
terjadinya
ESKA, penanggulangan
masalah
dari
perlindungan hukum tindak
pidana faktor penyebab
terhadap
anak terhadap
anak dan perlindungan
sebagai
korban korban ESKA
hukum terhadap
ESKA
anak
sebagai
korban
serta
upaya
penanggulangan
tindak
pidana
ESKA
Pada penelitian yang diteliti oleh Nanci Yosepin Simbolon, hampir
memiliki kesamaan dengan peneitian yang akan di teliti pada bahasan yang akan
ditulis, namun letak perbedaannya adalah pokok yang menjadi sumber bahasan
mencakup eksploitasi seksual yang dilakukan terhadap anak yang dampaknya
akan mengubah citra kebudayaan pariwisata di Bali, dan juga mengkaji tentang
pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak dari ancaman eksploitasi serta
pelecehan seksual.
12
Nanci Yosepin Simbolon, 2011, Penanggulangan Dan Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Sebagai Korban Eksploitasi Seks Komersial Anak (Eska), Universitas Sumatera Utara,
Medan.
15
1.7 Landasan Teoritis dan Kerangka Berfikir
1.7.1
Landasan Teoritis
Pelecehan seksual atau pun tidak kekerasan seksual pada anak merupakan
tindakan yang dilakukan secara berulang dengan kontak fisik serta emosional
terhadap anak yang dapat dilakukan melalui hasrat, maupun kekerasan seksual.13
Landasan teoritis digunakan untuk menjawab permasalahan yang sedang
dihadapi. Berdasarkan perumusan masalah yang dihadapi maka teori yang
dipergunakan adalah prinsip perlindungan hukum berdasarkan konsep deklarasi
milan tahun 1985, teori fungsionalis dan faktor efektifitas hukum .
a.
Prinsip Perlindungan Hukum Berdasarkan Konsep Deklarasi Milan
Tahun 1985
Deklarasi ini menjukkan bahwa perhatian yang serius ditujukan pada
perlindungan terhadap korban yang tidak hanya dari tiap-tiap negara, tetapi juga
perhatian dari dunia. Perlindungan terhadap korban yang tertuang dalam Deklarasi
PBB ialah dengan memberikan restitusi yaitu ganti kerugian yang diberikan
kepada korban atas apa yang telah dideritanya. Menurut Pasal 1 ayat 5 Peraturan
Pemerintah No. 44 Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, Dan
Bantuan Kepada Saksi Dan Korban. Pengertian restitusi adalah ganti kerugian
yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga,
dapat berupa pengembalian harta milik, pembayaran ganti kerugian untuk
kehilangan atau penderitaan, atau penggantian biaya untuk tindakan tertentu.
Adapun beberapa hal yang tertuang dalam Deklarasi Milan 1985 adalah:
13
Huraerah, 2007, Kekerasan Terhadap Anak, Nuansa, Jakarta, h.47.
16
1. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil,
2. Hak unutk mendapatkan restitusi,
Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan sepenuhnya atau
sebagian oleh pelaku kepada korban, apabila yang bersangkutan
mampu memberikannya. Dalam pelaksanaan restitusi tersebut hal yang
paling penting untuk mendapatkan perhatian adalah kesederhanaan
dalam sistem pemberian ganti rugi dalam waktu yang singkat sehingga
apa yang menjadi hak korban dapat segera direalisasikan. Apabila
realisasi dari restitusi dilakukan dalam rentang waktu yang lama pada
nantinya konsep dari perlindungan bagi korban dalam kaitan
pembayaran ganti kerugian akan terabaikan.14
3. Hak untuk mendapatkan kompensasi,
Pemberian ganti kerugian oleh negara, dikarenakan pelaku tidak
mampu memberikan restitusi terhadap korban. Ganti rugi dari negara
dilakukan
untuk
mengembangkan
keadilan,
kebenaran
serta
kesejahteraan rakyat. Kompensasi ini merupakan bantuan yang
diberikan negara sebagai wujud dari perhatian pemerintah terhadap
permasalahan rakyat.
4. Hak untuk mendapatkan pendampingan
Pendampingan psikologis, medis maupun sosial yang layak baik
melalui pemerintah maupun lembaga
masyarakat merupakan hak
korban. Pendampingan pada dasarnya merupakan hak yang sama
14
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2007, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan, Antara Norma dan Realita, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.167.
17
dengan rehabilitasi, yaitu hak korban untuk mengembalikan kondisi
fisik maupun medisnya serta mental maupun psikologi seperti semula,
serta rehabilitasi yang berkaitan dengan kehidupannya di dalam
lingkungan masyarakat.
Restitusi juga sudah diatur dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak pada Pasal 71D ayat (1) dan ayat (2). Restitusi bagi
anak sebagai korban merupakan suatu angin segar dalam upaya dalam
perlindungan anak yang terbaru dan juga setelahnya ditunjang dari peran serta
daerah dalam upaya antisipasii dan pemulihan anak sebagai korban dari tindakan
kejahatan seksual seperti yang telah dituangkan dalam pasal 45B dalam undangundang perlindungan anak.
Perlindungan hukum terhadap anak juga tercantum dalam Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan yang dijelaskan
bahwa Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah tolak
ukur kinerja pelayanan unit pelayanan terpadu dalam memberikan pelayanan
penanganan
laporan/pengaduan,
pelayanan
kesehatan,
rehabilitasi
sosial,
penegakan dan bantuan hukum, serta pemulangan dan reintegrasi sosial bagi
perempuan dan anak korban kekerasan. Pelayanan yang diberikat oleh pemerintah
untuk melayani anak sebagai korban dari kejahatan seksual disebut dengan Unit
Pelayanan Terpadu atau disingkat UPT adalah suatu unit kesatuan yang
menyelenggarakan fungsi pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak korban
18
kekerasan. UPT tersebut dapat berada di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan
Pusat Krisis Terpadu (PKT) yang berbasis Rumah Sakit, Puskesmas, Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Unit
Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA), Rumah Perlindungan Trauma Center
(RPTC), Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), BP4 dan lembaga-lembaga
keumatan lainnya, Kejaksaan, Pengadilan, Satuan Tugas Pelayanan Warga pada
Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Women Crisis Center (WCC),
lembaga bantuan hukum (LBH), dan lembaga sejenis lainnya. Layanan ini dapat
berbentuk satu atap (one stop crisis center) atau berbentuk jejaring, tergantung
kebutuhan di masing-masing daerah.
b.
Teori Fungsionalis
William F. Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu,
walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia
mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
baik material maupun immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsurunsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. William F. Ogburn
menekankan pada kondisi teknologis yang mempengaruhi perubahan sosial.
Teknologi mempengaruhi dan kemudian mengubah pola interaksi, introduksi
teknologi yang tak bebas nilai cenderung menimbulkan konflik-konflik dan
karenanya membawa permasalahan dalam masyarakat.15 Pada dasarnya perubahan
teknologi lebih cepat dari perubahan budaya nonmaterial seperti norma,
kepercayaan, serta nilai yang mengatur kehidupan masyarakat. Dengan demikian
15
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, 2004, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Prenada Media, Jakarta, h. 359.
19
perubahan teknologi dapat menghasilkan perilaku yang baru, meskipun terjadi
konflik dengan nilai-nilai tradisional yang ada.
Kemajuan teknologi memiliki peranan penting dan menentukan dalam
hubungannya dengan pariwisata dengan kata lain pariwisata tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan teknologi dan sangat tergantung pada kemajuan
teknologi. Di samping itu pariwisata juga melibatkan banyak organisasi dan
pelaku di dalamnya yang bersifat global, maka teknologi informasi adalah suatu
hal yang sangat fundamental dan memiliki peranan besar dalam dunia pariwisata
yang semakin kompetitif.
c.
Faktor Efektifitas Hukum
Adapun beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi efektifitas dalam
penegakan hukum adalah:
1.
Faktor hukum itu sendiri
Maksud dari pada faktor hukum itu sendiri adalah peraturan tertulis
dari suatu undang-undang yang berlaku umum dan merupakan
produk hukum dari pemerintah pusat maupun daerah yang sah.16
Perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia pada dasarnya
sudah memiliki peraturan hukum yaitu Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Terhadap Anak, namun
permasalahan terhadap hak anak terus meningkat seiring
perkembangan globalisasi dan perubahan zaman yang sudah tentu
mengubah pola pikir masyarakat, maka ketentuan dalam undang-
16
Soerjono Soekanto, 2012, Pengantar Penelitian Hukum cet.III, UI-Press, Jakarta, h.51.
20
undang yang sudah berjalan cukup lama tersebut diubah dengan
lahirnya undang-undang perlindungan anak yang bau yaitu
Undang-Undang
No.35
Tahun
2014
tentang
Perlindungan
Terhadap Anak.
2.
Faktor penegak hukum
Faktor yang sangat mempengaruhi penegakan hukum adalah aparat
penegak hukum itu sendiri. Peranan aparat penegakan hukum
sangat mempengaruhi implementasi serta efektifitas dari upaya
penegakan hukum. Peranan aparat hukum dituntut untuk memiliki
sikap yang profesional antara kedudukan dan peranan yang
dimilikinya masing-masing. Namun terkadang kedudukan dan
peranan juga berpotensi menimbulkan kesenjangan yang disebut
dengan kesenjangan peranan (role-distance).17 Salah satu upayanya
adalah ancaman sanksi dari tindak pidana. Semakin berat ancaman
sanksinya maka kemungkinan besar calon pelaku akan berfikir
berkali-kali untuk melakukannya.
3.
Faktor fasilitas pendukung penegakan hukum
Efektifitasnya suatu peraturan perundangan ditunjang dari sarana
atau fasilitas yang memadai. Ruang lingkupnya terdiri dari sarana
fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung.18 Sarana tersebut
meliputi tenaga manuasia yang terampil dan berpendidikan,
17
18
Ibid., h.21.
Zainuddin Ali, 2014, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.36.
21
organisasi yang baik, adanya peralatan dan finansial yang cukup.19
Apabila tidak ada sarana yang menunjang maka tidak dapat
dimungkinkan suatu penegakan hukum dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
4.
Faktor masyarakat
Kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan suatu indicator
penting dalam berfungsinya hukum dalam masyarakat itu sendiri.20
Dalam masyarakat dengan tingkat ekonomi lemah, persoalan
pemenuhan kebutuhan hidup yang menjadi faktor utama dalam
timbulnya kejahatan. Terkadang mereka melakukan berbagai cara
untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga mempekerjakan anak
yang masih di bawah umur untuk menghasilkan uang.
5.
Faktor kebudayaan
Kesadaran masyarakat akan hukum sangat berkaitandengan faktor
kebudayan. Kebudayaan hukum mencakup nilai-nilai dasar pada
hukum yang berlaku dan merupakan konsep abstrak tentang suatu
hal yang dianggap baik dan dianggap buruk.21
19
Soerjono Soekanto, Op.Cit., h.37.
Zainuddin Ali, Op.Cit., h.64.
21
Soerjono Soekanto, Op.Cit., h.59.
20
22
1.7.2
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah konsep tentang korelasi antara teori dengan
berbagai suatu faktor yang dianggap penting maka dari itu kerangka berpikir
merupakan sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang
lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi
setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang
akan dilakukan.22 Dalam penulisan ini, kerangka berfikir dapat dijabarkan seperti
berikut:
22
h.60.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Jakarta,
23
Perlindungan Hak Anak Berkaitan Dengan Eksploitasi Seksual Dalam
Perkembangan Pariwisata Di Bali
Eksistensi /
keberadaan
eksploitasi
seksual anak
di bali
-
Dilihat dari
hasil
wawancara
beberapa
narasumber/
faktor-faktor
penyebab
terjadinya eksploitasi seksual
dan pelaksanaan perlindungan
hak anak di daerah pariwisata
Bali
-
-
Perlindungan Hk
Menurut Konsep
Deklarasi Milan
1985
Teori Fungsionalis
-
upaya
meningkatkan
perlindungan terhadap anak
dari eksploitasi seksual di
bidang pariwisata
-
Faktor
Efektifitas
Hukum.
UUD 1945,
UU No. 35 TH 2014 ttg Perlindungan Anak,
UU No. 39 TH 1999 ttg HAM,
UU No. 4 TH 1979 ttg Kesejahteraan Anak,
UU No.9 TH 2012 ttg Pengesahan Protokol
Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai
Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata,
UU No.10 TH 2012 ttg Konvensi Hak Anak,
UU No.1 TH 2000 ttg Pengesahan ILO,
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang
kepariwisataan,
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948,
Kode Etik Kepariwisataan Dunia Tahun 1999
Resolusi Sidang Umum ke-XI Organisasi Pariwisata
Dunia (Kairo) tentang larangan pariwisata seksual
terorganisasi tanggal 22 Oktober 1995,
Deklarasi Stockholm melawan Eksploitasi Seksual
Anak-anak untuk Tujuan Komersial, tanggal 22 Mei
1997,
Konvensi Hak Anak Tahun 1989 (Convention on
the Rights of the Child)
-
Tumbuh kembang anak
Pergeseran nilai budaya
bali
24
1. 8
Metode Penelitian
1.8.1
Jenis Penelitian
Untuk jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
empiris. Menurut pendapat dari Bambang Sunggono, jenis penelitian hukum
empiris yaitu penelitian non doktrinal yang
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI
KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL SEBAGAI DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA
DI BALI
IZZAH AMILA FAISAL
NIM : 1390561031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
i
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJADI
KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL SEBAGAI DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA
DI BALI
Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum
Program Pascasarjana Universitas Udayana
IZZAH AMILA FAISAL
NIM : 1390561031
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
ii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 10 MARET 2015
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,MH
SH.,MH
NIP. 196502211990031005
Dr. Ni Ketut Sri Utari,
NIP. 195609021985032001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister (S2)
Ilmu Hukum Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,LLM
NIP. 196111011986012001
iii
Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)
NIP. 195902151985102001
Tesis ini Telah Diuji
Pada Tanggal 14 Januari 2016
Panitia Penguji Tesis
Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
Nomor 4240/UN14.4/HK/2015 Tanggal 18 Desember 2015
Ketua
: Dr. Ida Bagus Surya Darmajaya,SH.,MH.
Sekretaris
: Dr. Ni Ketut Sri Utari, SH.,MH
Anggota
: 1. I Gusti Ketut Ariawan, SH.,MH
2. Dr. I Ketut Sudantra, SH.,MH
3. Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.,M.Hum
iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: Izzah Amila Faisal
NIM
: 1390561031
Tempat/Tanggal Lahir
: Denpasar, 23 September 1990
Alamat
: Jl. Pulau seram gang tarakan buntu no.3 Denpasar
Program Studi
: Magister Ilmu Hukum (Hukum Pariwisata)
Judul Tesis
:
PERLINDUNGAN
ANAK
YANG
HUKUM
TERHADAP
MENJADI
KORBAN
EKSPLOITASI SEKSUAL SEBAGAI DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA DI BALI
Dengan ini menyatakan
:
Bahwa Karya Ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila dikemudian hari terbukti
Plagiat dalam Karya Ilmiah Ini, amak saya bersedia menerima sanksi sebagaimana
diatur dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku.
Denpasar,
September 2015
Saya yang menyatakan,
Izzah Amila Faisal
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah berkenan melimpahkan kasih
sayang dan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
sebagai bagian dari kewajiban penulis sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Magister Hukum pada Program Studi Magister (S2) Ilmu
Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan
moral maupun materiil. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya atas segala bantuan,
arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis oleh Yang Terhormat
Rektor Universitas Udayana Bapak Prof.Dr.dr. Ketut Suastika,Sp.PD.KEMD
beserta jajarannya, Yang Terhormat Direktur Program Pascasarjana Universitas
Udayana Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) beserta jajarannya, dan
kepada Yang Tercinta keluarga besar Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Udayana serta sega arahan dan juga bimbingan
Di samping itu juga tak lupa penulis ingin mengucapkan terimakasih atas
bimbingan, saran dan dukungan yang telah diberikan oleh para dosen pembimbing
yang telah meluangkan banyak waktunya untuk memberikan bimbingan dalam
penyelesaian teisi: Bapak Dr. Ida Bagus Surya Darmajaya,SH.,MH dan Ibu Dr.
Ni Ketut Sri Utari,SH.,MH serta ucapan terimakasih kepada Ibu Dr. Ni Ketut
Supasti Dharmawan,S.H.,M.Hum.,LLM selaku Ketua Program Studi Magister
vi
(S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, serta terimakasih
banyak kepada para dosen penguji Bapak Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra,
SH.,M.Hum, Bapak I Gusti Ketut Ariawan, SH.,MH, dan Bapak Dr. I Ketut
Sudantra, SH.,MH yang senantiasa memberikan banyak masukan serta ide dan
sarannya dalam penulisan tesis ini.
Secara khusus ucapan terimakasih yang tak terhingga penulis ucapkan
kepada Ibunda Tercinta Ibu Sitty Rafda B.Lubis, SH.MH yang telah memberikan
cinta dan kasih sayang serta do’a juga dukungannya selama ini, sehingga tiada
rasa putus asa yang dialami penulis dalam melanjutkan penyelesaian tesis ini.
Yang paling terkasih dan tercinta ucapan terimakasih tulus dari dalam hati bagi
Almarhum Abi (Ayah) tercinta Drs. Faisal Hasan, Mba sebagai sosok ayah dan
panutan penulis untuk meraih masa depan dan merupakan sesosok idola yang
dijadikan inspirasi penulis untuk menjadi pribadi yang lebih baik untuk masa
depan. Kepada Paman tersayang Fauzi Hasan serta adik dan kakak tersayang
Safitri Faisal, Nafila Faisal, Nadifa Faisal dan Salsabila faisal, ucapan terimakasih
sebesar-nesarnya dapat penulis ucapkan atas segala rasa sayang dan bantuan serta
dukungan yang telah diberikan.
Akhir kata, penulis berharap semoga Allah S.W.T memberikan balasan
yang lebih kepada mereka semua yang telah membantu dalam penyelesaian tesis
ini dan semoga tesis ini dapat menjadi sumbangsih dapat bermanfaat bagi pihak
yang membutuhkan.
Denpasar, September 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Pariwisata merupakan komoditi utama dalam hal mata pencaharian
penduduk di Bali. Banyak wisatawan mancanegara maupun wisatawan lokal yang
datang ke Bali untuk menikmati alam dan budaya setempat. Sebagai pariwisata
budaya, Bali memiliki ciri khas tersendiri dimata dunia internasional. Dalam
perkembangan global sudah pasti banyak pendatang yang mengunjungi Bali
dengan berbagai macam tujuan, baik untuk bekerja maupun liburan dan sudah
tentu dengan keluar masuknya pendatang ada sisi positif dan negatif yang
ditinggalkan. Seperti yang telah diketahui setiap pendatang maupun wisatawan
yang datang dari berbagai penjuru dunia memiliki karakter dan budaya yang
berbeda. Budaya yang mereka bawa tersebut memasuki ruang lingkup tatanan
budaya Bali dan tidak jarang diikuti masyarakat setempat. Kemiskinan di
Indonesia merupakan masalah yang cukup luas yang berdampak pada
perekonomian negara serta menimbulkan peningkatan dalam tindak kejahatan
terutama pada anak. Eksploitasi seksual pada anak merupakan salah satu bentuk
daripada kejahatan seksual anak dan merupakan pelanggaran yang mendasar
terhadap hak-hak anak. Ekploitasi seksual terdiri dari berbagai macam bentuk
yaitu: (1) pelacuran anak, (2) pornografi anak, (3) perdagangan untuk tujuan
seksual dan (4) wisata sex anak. Eksploitasi seksual dapat dilakukan dengan cara
kekerasan maupun dengan cara memberikan imbalan berupa uang. Eksploitasi
seksual pada saat ini sudah masuk ke dalam beberapa aspek kehidupan, salah
satunya yaitu dalam aspek pariwisata khususnya pariwisata Bali. Pergeseran nilai
budaya pun dapat terjadi akibat dari munculnya pariwisata seksual anak.
Beberapa faktor yang menjadi pendorong utama pariwisata seksual anak
adalah faktor ekonomi dan gaya hidup. Untuk itu pemerintah bersama aparat
penegak hukum memiliki peranan yang sangat penting dalam hal penegakkan
perlindungan hukum terhadap hak anak, khususnya yang menjadi korban
pariwisata seksual.
Kata kunci: Eksploitasi seksual anak, Pariwisata seksual, Pariwisata bali
viii
ABSTRACT
Tourism is the substantial commodity income of live in Bali. A lot of
international and local tourists who come to Bali to enjoy the nature and local
culture. As the cultural tourism, Bali have their own characteristics in the world
tourism. Within the global growth is certainly a lot of newcomers or immigrant
who visited Bali with a variety of purposes, whether for work or leisure, and there
are positive and negative effect left behind. as already known, every newcomers
or tourist that come from every side of world have different character and culture.
The culture and character of the ride into Bali’s culture and followed by the local
people. Poverty in Indonesia is a widespread issue that impact on the country's
economy and lead to improvement of crime, especially for children. Child sexual
exploitation is one of the child sexual crime and a fundamental violation of the
children rights. Sexual exploitation is consists of various form, such as: (1) child
prostitution, (2) child pornography, (3) trafficking for sexual purposes and (4)
child sex tourism. Sexual exploitation can be done by violence or giving money.
Sexual exploitation currently has an impact on several aspects of life. One of them
is the tourism especially for Bali’s tourism. Transformation of cultural value is
occur due to from the advent of child sex tourism.
Some of the main factors of child sex tourism are economic factors and
lifestyle. Therefore, the government together with the law enforcement officers
have a crucial role in case of enforcement of legal protection for the rights of
children, especially those who are become the victims of sexual tourism.
Keyword: Child sex exploitation, Child sex tourism, Bali tourism.
ix
RINGKASAN
Penulisan tesis ini disusun dalam lima bab yang keseluruhan bab-bab tesis
berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban
eksploitasi seksual sebagai dampak dari perkembangan pariwisata khususnya di
Bali.
BAB I, sebagai Bab Pendahuluan yang berisikan latar belakang yang
menjelaskan isu hukum yang diangkat dalam penulisan tesis ini, yaitu adanya
perbedaan antara das sollen yang merupakan kaedah hukum berisi kenyataan
normatif dan juga das sein kenyataan alamiah atau peristiwa konkrit. Perbedaan
terjadi adalah adanya peraturan hukum yang mengatur mengenai
perlindungan terhadap hak-hak anak, namun pada kenyataannya masih
saja terjadi tindak kejahatan eksploitasi seksual pada anak.
BAB II, berisikan tentang Tinjauan Umum, menguraikan pemikiran
mengenai pengertian mengenai perlindungan hukum, eksploitasi seksual
pada anak serta pariwisata. Dalam bab ini terdapat uraian mengenai teori serta
peraturan hukum yang mendasari pemikiran untuk menjawab rumusan masalah
yang menajdi pokok pikiran utama.
BAB III, berisikan tentang dampak-dampak yang terjadi dalam
beberapa aspek kehidupan akibat adanya eskploitasi seksual pada anak.
Pada bab ketiga ini bahasan untuk menjawab rumusan masalah terhadap
perlindungan hukum terhadap anak yang mejadi korban eksploitasi seksual di
daerah pariwisata Bali
BAB IV, berisikan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya
eksploitasi sekual anak. Pada bab ke empat merupakan bahasan untuk menjawab
rumusan masalah dalam upaya meningkatkan perlindungan hukum terhadap anak
dari perkembangan pariwisata di Bali.
BAB V, sebagai Bab Penutup yang berisikan kesimpulan dan juga saran
dari hasil pembahasan atas masalah yang diteliti.
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .............................................................................................
i
PRASYARAT GELAR ......................................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN...............................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................ ix
RINGKASAN TESIS .........................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 10
1.3 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................... 10
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
1.4.1 Tujuan Umum ............................................................................. 11
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................ 11
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 11
1.5.1 Manfaat Praktis ........................................................................... 11
1.5.2 Manfaat Teoritis .......................................................................... 12
1.6
Orisinalitas Penelitian .......................................................................... 12
1.7 Landasan Teoritis dan Kerangka Berfikir ........................................... 15
1.7.1 Landasan Teoritis ........................................................................ 15
1.7.2 Kerangka Berfikir........................................................................ 22
xi
1.8 Metode Penelitian ................................................................................ 24
1.8.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 24
1.8.2 Sifat Penelitian ........................................................................... 24
1.8.3 Sumber Bahan Data .................................................................... 26
1.8.4 Teknik Dalam Pengumpulan Data .............................................. 30
1.8.5 Teknik Penentuan Sampel .......................................................... 31
1.8.6 Teknik Analisis Data................................................................... 32
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM
TERHADAP
EKSPLOITASI
ANAK
YANG
SEKSUAL
MENJADI
SEBAGAI
KORBAN
DAMPAK
PERKEMBANGAN PARIWISATA DI BALI ............................ 33
2.1 Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Korban
Ekploitasi Seksual ................................................................................. 33
2.1.1 Pengertian Perlindungan Hukum ............................................... 37
2.1.2 Pengertian Anak ......................................................................... 43
2.1.3 Pengertian Perlindungan Anak ................................................... 47
2.1.1 Pengertian Perlindungan Korban ................................................ 54
2.2 Eksploitasi Seksual ............................................................................... 56
2.3 Perkembangan Pariwisata Di Bali ........................................................ 62
2.3.1 Pengertian Pariwisata ................................................................. 62
2.3.2 Pengertian Wisata dan Wisatawan ............................................. 64
2.3.3 Pengertian Industri Pariwisata .................................................... 73
2.4
Aspek Sosiologis Dalam Kebijkan KTR ............................................ 51
2.5
Pengaturan Kawasan Tanpa Rokok di Bali ........................................ 62
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG
MENJADI KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL DI DAERAH
PARIWISATA BALI ......................................................................... 78
3.1
Perlindungan Hukum Terhadap Korban .............................................. 78
3.2
Dampak Perkembangan Pariwisata Di Bali ......................................... 80
3.2.1 Dampak Bagi Perkembangan Ekonomi ...................................... 81
3.2.2 Dampak Bagi Perkembangan Psikologi Anak ............................ 94
xii
3.2.3 Dampak Bagi Perkembangan Sosial Budaya .............................. 98
3.2.4 Dampak Bagi Perkembangan Lingkungan.................................. 103
3.3
Perlindungan Hukum Terhadap Dampak Negatif Dari
Pengaruh Pariwisata Di Bali ................................................................ 104
3.3.1 Dampak Negatif Terhadap Perekonomian di Bali ...................... 108
3.3.2 Dampak Negatif Terhadap Lingkungan di Bali .......................... 109
3.3.3 Dampak Negatif Terhadap Aspek Sosial Budaya di Bali ........... 109
3.3.4 Dampak Negatif Terhadap Anak di Bali ..................................... 110
BAB IV UPAYA MENINGKATKAN PERLINDUNGAN TERHADAP
ANAK DARI PERKEMBANGAN PARIWISATA DI BALI........ 113
4.1 Faktor Penyebab Timbulnya Eksploitasi Seksual Anak
Dalam Perkembangan Pariwisata ....................................................... 113
4.1.1 Faktor Penarik .............................................................................. 113
4.1.2 Faktor Pendorong ......................................................................... 114
4.2
Upaya Meningkatkan Perlindungan Terhadap Anak .......................... 118
4.2.1 Upaya Perlindungan Hukum Preventif ....................................... 123
4.2.2 Upaya Perlindungan Hukum Represif ........................................ 124
BAB V PENUTUP ............................................................................................ 131
5.1
Kesimpulan ......................................................................................... 131
5.2
Saran .................................................................................................... 132
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 135
DAFTAR INFORMAN.................................................................................... 142
DAFTAR RESPONDEN ................................................................................. 143
PANDUAN WAWANCARA ........................................................................... 144
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Nilai PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku Dan Kosntan 2010 Serta
Distribusi Ekonomi Bali Triwulan I,II 2015 ..............................
2
Tabel 2
Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali Tahun 2010-2014 ........
8
Tabel 3
Data Kasus Kejahatan Seksual Anak Hingga Tahun 2014 ........
60
Tabel 4
Data Kasus situasi kasus HIV/Aids di Provinsi Bali
menurut golongan umur dan jenis kelamin dari tahun
1987 sampai tahun 2014 .............................................................
90
Tabel 5
Data Kasus Kejahtan Seksual Anak Sebagai Korban.................
90
Tabel 6
Data Kasus Kejahtan Seksual Anak Sebagai Pelaku ..................
91
Tabel 7
Data Kasus Kejahtan Seksual Anak Sebagai Korban.................
93
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang paling banyak
digemari oleh sebagian besar masyarakat di dunia. Ratusan hingga ribuan orang
dari setiap negara di dunia melakukan kegiatan wisata untuk memuaskan diri
dengan berwisata keberbagai daerah tujuan wisata yang ada di dunia. Pariwisata
merupakan hal penting dalam kehidupan dan dapat dikatakan sebagai gaya hidup
dan merupakan fenomena baru bagi masyarakat khususnya bagi mereka yang
berada di negara yang sudah maju.
Setiap daerah di Indonesia memiliki sumber pendapatan daerah yang
berbeda-beda. Bali sebagai salah satu pulau yang yang menempatkan pariwisata
sebagai sektor pendapatan utama saat ini telah menjadi salah satu pendorong
perekonomian nasional. Dapat diketahui bahwa hampir sebagian masyarakat di
Bali bekerja dan mempertaruhkan nasibnya pada bidang-bidang yang berkaitan
dengan pariwisata, sehingga dampak dari pariwisata itu sendiri dapat membantu
kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah produk domestik
regional bruto (PRDB Bali) pada pusat data statistik Bali berikut:
1
2
Tabel 1. Nilai PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar
Harga Berlaku Dan Kosntan 2010 Serta Distribusi Ekonomi Bali
Triwulan I,II 2015.
Sumber: Badan Pusat Statisti Provinsi Bali1
Tabel 1 menunjukkan bahwa penyediaan akomodasi dan makan minum
mendominasi perekonomian Bali pada triwulan II dengan kontribusi sebesar
22,82% yang mengalami sedikit penurunan dari pada triwulan I. Akomodasi serta
1
http://bali.bps.go.id/, Pada 15 Januari 2016.
3
makan minum merupakan salah satu dari beberapa macam akomodasi pariwisata
di Bali. Sementara itu kontribusi terbesar kedua diduduki oleh lapangan usaha
pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 15,11% yang telah mengalami
peningkatn dari triwulan I. Hal inilah yang menunjukan bahwa pariwisata yang
memegang dominasi utama pendapatan perekonomian Bali. Pariwisata sudah
tentu menarik perhatian para wisatawan asing maupun domestik untuk berlibur ke
Bali.
Dengan adanya wisatawan domestik maupun internasional yang
berkunjung ke pulau Bali dan secara langsung dapat membuka lapangan pekerjaan
bagi masyarakat sekitar. Namun jika pariwisata tidak ditangani dan dijalankan
dengan baik maka akan menimbulkan dampak negatif seperti rusaknya nilai seni
dan budaya, kearifan lokal masyarakat dan kebudayaan bali, kehancuran
ekosistem dan lingkungan hidup serta pelanggaran terhadap norma agama, adat
istiadat, kesusilaan dan hak asasi manusia. Apabila hal tersebut tidak bisa
dikendalikan maka tidak bisa dipungkiri kebudayaan yang menjadi objek dari
pariwisata dan wisatawan akan terkikis oleh kebudayaan asing yang dibawa
wisatawan itu sendiri, sehingga dampaknya akan berpengaruh buruk juga terhadap
mata pencaharian masyarakat.
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam perkembangan pariwisata
adalah aspek yang berkaitan dengan pemberdayaan Hak Asasi Manusia yang di
dalamnya termasuk hak asasi anak, karena dalam industri pariwisata sangat besar
potensi yang ditimbulkan untuk terjadinya kekerasan pada anak seperti terjadinya
eksploitasi seksual anak. Kekerasan terhadap anak merupakan masalah global di
4
mana anak-anak mengalami berbagai bentuk kekerasan seperti hukuman fisik,
pemaksaan kerja atau eksploitasi dalam berbagai pekerjaan yang berbahaya
(pertambangan, sampah, seks komersial, perdagangan narkoba, dan lain- lain),
diskriminasi, perkawinan dini, dan pornografi.2
Objek yang paling rentan mengalami pelanggaran hak asasi manusia
adalah anak. Pengertian dari kelompok rentan tidak dirumuskan secara eksplisit
dalam peraturan perundang-undangan, seperti tercantum dalam Pasal 5 ayat (3)
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa setiap orang yang
termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlindungan.
Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah orang lanjut usia, anakanak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang cacat.
Pengakuan atas eksistensi anak sebagai subyek hak asasi manusia yang
memiliki arti khusus, dapat dilihat dengan diratifikasinya Konvensi Hak Anak
(KHA) oleh 193 negara. Dengan demikian sebanyak 193 negara telah menerima
kewajibannya untuk mengambil semua langkah-langkah legislatif, administratif,
sosial, dan pendidikan secara layak untuk melindungi anak-anak dari semua
bentuk-bentuk dan manifestasi kekerasan. Meskipun ratifikasi Konvensi Hak
Anak telah menunjukkan universalitas, namun perlindungan anak dari kekerasan,
eksploitasi, dan penyalahgunaan kekuasaan (children’s protection from violence,
exploitation, and abuse) masih sangat lemah. Anak sebagai bagian integral dari
2
Irwanto, 2008, Menentang Pornografi dan Eksploitasi Seksual terhadap Anak, ECPAT,
Jakarta, h.6.
5
komunitas, paling lemah kemampuannya untuk melindungi diri mereka sendiri.
Perhatian terhadap permasalahan perlindungan anak sebagai objek kejahatan telah
dibahas dalam beberapa pertemuan internasional lainnya seperti Deklarasi Jenewa
tentang Hak-hak Anak tahun 1924 yang diakui dalam Universal Declaration of
Human Rights pada tahun 1948. Setelah itu pada tanggal 20 November 1958,
Majelis Umum PBB mengesahkan Declaration of the Rights of the Child
(Deklarasi
Hak-Hak
Anak).
Kemudian
instrumen
internasional
dalam
perlindungan anak yang juga termasuk dalam instrumen hak asasi manusia yang
diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah UN Rules for The Protection of
Juveniles Desprived of Their Liberty, UN Standard Minimum Rules for NonCustodial Measures (Tokyo Rules), UN Guidelines for The Prevention of Juvenile
Delinquency (The Riyadh Guidelines).3 Banyaknya instrumen dan rekomendasi
dari beberapa pertemuan internasional belum dapat menghasilkan serta
memperihatkan hasil yang cukup signifikan dalam memberikan perlindungan
kepada hak anak, sehingga eksploitasi seksual pada anak belum dapat
ditanggulangi secara baik, karena dapat dilihat pada saat ini masih bermunculan
kegiatan yang melibatkan anak dalam kaitannya dengan seks komersial tersebut.
Perlindungan anak merupakan usaha dan kegiatan seluruh lapisan masyarakat
dalam berbagai kedudukan dan peranan, yang menyadari betul pentingnya anak
bagi nusa dan bangsa di kemudian hari.4
3
Moch. Faisal Salam, 2005, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, Mandar Maju,
Bandung, h.15.
4
Citra Reskia, 2013, Penerapan Instrumen Hak Asasi Manusia terhadap Anak dalam
Situasi Konflik Bersenjata, Universitas Hasanudin, h.3.
6
Perlindungan terhadap keberadaan anak juga ditegaskan secara eksplisit
dalam 15 pasal yang mengatur hak-hak anak sesuai Pasal 52 – Pasal 66 UndangUndang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Berbagai upaya yang
ditujukan bagi perlindungan dan pemajuan Hak Asasi Manusia di Indonesia
merupakan hal yang sangat strategis sehingga memerlukan perhatian dari seluruh
elemen bangsa. Untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak
diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat
menjamin pelaksanaannya.
Eksploitasi seksual komersial anak merupakan salah satu bentuk dari
penyakit masyarakat dan merupakan pariwisata seks yang timbul dari hasil suatu
pergeseran nilai pariwisata di Bali yang merupakan suatu tindak kejahatan seksual
pada anak yang dilakukan oleh wisatawan ataupun seseorang yang melakukan
perjalanan dari satu tempat ke tempat yang dituju dan ditempat tersebut mereka
melakukan hubungan seks dengan anak-anak. Pariwisata seks anak merupakan
masalah sosial karena dapat merugikan keselamatan, ketentraman dan
kemakmuran jasmani maupun rohani serta sosial dari kehidupan masyarakat. Para
pelaku wisatawan seks anak bisa saja berasal dari negara lain yang biasa disebut
sebagai wisatawan asing serta berasal dari dalam negeri yang disebut sebagai
wisatawan domestik atau orang lokal yang melakukan perjalanan wisata di dalam
negara mereka sendiri.
Pada saat anak-anak terlibat ataupun dipaksa masuk dalam industri
seksual, maka anak-anak ini memiliki banyak resiko yang membahayakan masa
depan mereka, yaitu diantaranya sangat rentan terhadap kekerasan seksual yang
7
dilakukan oleh para pelaku dan tertular penyakit seksual.5 Hal tersebut merupakan
suatu tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia khususnya
terhadap anak.
Situasi serta kondisi anak Indonesia saat ini, merupakan cerminan dari
adanya penyalah gunaan anak (abuse), eksploitasi, diskriminasi dan juga
mengalami tindakan kekerasan lainnya yang dapat membahayakan perkembangan
anak. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan bagi bangsa dan negara Indonesia.
Anak merupakan generasi penerus cita-cita dan penentu masa depan bangsa. Pada
saat ini mental generasi bangsa sudah semakin memburuk yang dapat berakibat
luas khususnya dalam hal terjadinya tindak eksploitasi seksual pada anak secara
komersial. Secara umum, dari istilahnya dapat diartikan bahwa eksploitasi seksual
komersial anak berkaitan dengan suatu bentuk pengeksploitasian terhadap anak
yang dilakukan secara seksual untuk kepentingan komersial.6
Krisis
multidimensional
yang
sedang
dialami
bangsa
Indonesia
mengakibatkan keadaan ekonomi masyarakat semakin sulit, hal tersebut menjadi
salah satu alasan untuk bebas melalukan segala cara dalam pemenuhan kebutuhan
hidup yang salah satunya adalah dengan jalan melakukan eksploitasi seksual
terhadap anak. Tetapi bukan kemiskinan saja yang menjadi salah satu faktor
timbulnya eksploitasi seksual anak. Kemiskinan akan menjadi suatu isu yang
memprihatinkan apabila akses pendidikan, kesehatan yang tidak dimiliki oleh
5
http://aids-ina.org/, pada 11 Juni 2015.
Laddy fransisca et al., 2007, Perdagangan Anak untuk Tujuan Seksual Komersial,
Cakrabooks, Surakarta, h. 3.
6
8
kelompok yang membutuhkan. Adapun jumlah penduduk miskin di Provinsi dari
tahun 2010-2014 yang mengalami peningkatan, yaitu:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Bali
2010 174.9
2011 182.1
2012 158.95
2013 182.77
2014 195.95
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bali7
Permasalahan yang sedang dihadapi saat ini adalah maraknya wisatawan
asing maupun domistik yang berlibur maupun pada akhirnya menetap di Bali
membawa pengaruh buruk yaitu menggunakan jasa anak sebagai memuas hasrat
seksual yang saat ini lebih dikenal dengan pariwisata seks anak. Pengaruh tersebut
mengakibatkan suatu perubahan sosial, dimana bisa mengarah pada perubahan
yang tidak dikehendaki seperti contoh pergeseran nilai pariwisata. Pergeseran
nilai merupakan masalah sosial pada zaman modern yang dianggapl sebagai
penyakit masyarakat.8 Dengan kata lain penyakit tersebut merupakan produk
sampingan, atau merupakan konsekuensi yang tidak diharapkan dari system sosiokultural zaman sekarang , dan berfungsi sebagai gejala sosial tersendiri.9
Anak-anak yang dilibatkan dalam pariwisata seksual anak
umumnya
berada pada keluarga yang kurang bahkan tidak mampu untuk memberikan
kehidupan yang layak bagi mereka. Sebagian wisatawan seks anak adalah para
kaum pedofilia. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Ni Nyoman Sukerti
7
http://bali.bps.go.id/tabel_detail.php?ed=dynamic_miskin, Pada 01 Novembr 2015.
Kartini Kartono, 2005, Patologi Sosial : Jilid 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.6.
9
Ibid.
8
9
mengenai cara mendeteksi pelaku pedofil adalah dapat dilihat terlebih dahulur
dari kebiasaan kaum padofil:10
1. Berusaha mendekati anak-anak dengan menyiapkan mainan, makanan
kegemaran anak-anak.
2. Menyimpan atau mengoleksi pakaian, foto anak-anak di tempat
tinggalnya untuk menarik perhatian .
3. Sering menerima tamu anak-anak di kamar hotel.
4. Sering mengambil foto orang yang sedang berenang atau bermain
dengan anak-anak selanjutnya di edit dan dikoleksi.
Setelah itu dapat dikenali bagaimana pelaku untuk membujuk korban ,
antara lain:
1.
Mendekati tokoh masyarakat dan orang tua atau anak-anak,
2.
Menawarkan bantuan, memberi hadiah dan juga uang sesuai
kebutuhan korban.
Keterlibatan anak di dalam bisnis seks komerisal hampir terjadi disemua
negara dan belum ada penanganan secara serius dalam hal tersebut. Keberadaan
eksploitasi seksual pada anak disisi lain sulit terindikasi karena pada umumnya
dilakukan dengan cara yang tersembunyi dengan transaksi yang sulit terungkap.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis melakukan sebuah penelitian dengan judul
”Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual
Sebagai Dampak Perkembangan Pariwisata Di Bali”.
10
Kanit I Subdit IV Polda Bali, Ni Nyoman Sukerni, Pada tanggal 20 Juni 2015, Pukul
12.00 waktu setempat, bertempat di Polda Bali yang berlokasi di Jalan W.R. Supratman Denpasar.
10
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah :
1. Bagaimana implementasi perlindungan hukum terhadap anak yang
menjadi korban eksploitasi seksual di daerah pariwisata Bali ?
2. Bagaimana upaya meningkatkan perlindungan hukum terhadap anak dari
bahaya eksploitasi seksual sebagai dampak negatif dari perkembangan
pariwisata di Bali ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah bertujuan untuk memberikan batasan terhadap
permsasalahan yang akan dibahas oleh penulis. Adapun ruang lingkup masalah
dari penelitian ini adalah :
1.
Ruang lingkup untuk permasalahan pertma akan dibatasi pada bentuk
perlindungan anak yang menjadi korban dari salah satu bentuk eksploitasi
seksual anak yaitu pariwisata seksual anak di Provinsi Bali. Bentuk
perlindungan terhadap anak yaitu berupa aturan dan tindakan.
2.
Ruang lingkup untuk permasalahan kedua akan dibatasi pada upaya untuk
meningkatkan perlindungan hukum terhadap anak dari bahaya eksploitasi
seksual sebagai dampak negatif dari perkembangan pariwisata di Bali,
baik upaya yang dilakukan oleh orang tua, masyarakat maupun aparat
penegak hukum.
11
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari
persoalan yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini, antara lain :
1.4.1
Tujuan Umum
Untuk
meneliti
dan
menganalisa
sehingga
mengetahui
keterkaitan antara eksploitasi seksual terhadap anak dengan
perkembangan pariwisata di Bali.
1.4.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengkaji implementasi dari perlindungan hukum
terhadap anak yang menjadi korban dari eksploitasi seksual
di Bali.
2. Untuk mengkaji dan menganalisa upaya peningkatan
perlindungan terhadap anak dari eksploitasi seksual di
daerah pariwisata di Bali.
1.5 Manfaat Penelitian
Di dalam penelitian ini, diharapkan agar dapat memberikan manfaat baik
secara praktis maupun secara teoritis, yaitu :
1.5.1
Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat pada
pembaca dan juga masyarakat pada umumnya dalam bentuk sumbang saran
sebagai upaya pencegahan terhadap eksploitasi seksual pada anak di daerah
pariwisata Bali.
12
1.5.2
Manfaat Teoritis
a.
Diharapkan penelitian ini dapat memberi pengetahuan yang lebih
mendalam mengenai implementasi perlindungan hukum terhadap
anak yang menjadi korban dari eksploitasi seksual di Bali
b.
Memperdalam, mengembangkan dan menambah pengetahuan
tentang keterkaitan antara perkembangan pariwisata dengan
perlindungan hak asasi manusia terhadap anak.
1.6
Orisinalitas Penelitian
Berdasarkan
dari
beberapa
informasi
yang
didapatkan
melalui
penelusuran dan pemeriksaan yang dilakukan di kepustakaan Pascasarjana
Magister Hukum Universitas Udayana, bahwa penelitian tentang “Perlindungan
Hukum Terhadap Anak Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual Sebagai
Dampak Perkembangan Pariwisata Di Bali” sejauh ini belum ada peneliti yang
mengkaji dan meneliti maka dari itu penelitian ini adalah asli adanya, artinya
penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan keasliannya.
Penelitian-penelitian lain yang ditemukan peneliti yang hampir mendekati
dengan judul penelitian adalah sebagai berikut:
Judul Penelitian
Izzah
Faisal
Perlindungan Hukum Terhadap Anak
Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual
Amila Sebagai Dampak Perkembangan
Pariwisata Di Bali
Rumusan Masalah
1
Rumusan
Masalah 2
Perbedaan
Penelitian
Fokus penelitian
terletak pada
perlindungan dan
perkembangan
pariwisata Bali
Perbedaan
Penelitian
13
implementasi
perlindungan hukum
terhadap anak yang
menjadi
korban
eksploitasi seksual di
daerah
pariwisata
Bali.
upaya
meningkatkan
perlindungan
hukum
terhadap
anak dari bahaya
eksploitasi seksual
sebagai
dampak
negatif
dari
perkembangan
pariwisata di Bali.
Judul Penelitian
Ary
Purwatiningsi
h11
11
Implementasi kebijakan perlindungan anak
atas Eksploitasi Seksual Komersial Anak
(ESKA) berdasarkan Pasal 66 UU RI No.
23 tahun 2002 tentang perlindungan anak
(studi di Kota Surakarta)
Rumusan Masalah
Rumusan
1
Masalah 2
langkah-langkah
Kendala
apakah
Pemerintah
Kota yang
dihadapi
Surakarta
dalam dalam
mengimplementasik implementasi Pasal
an Pasal 66 UU RI 66 UU RI Nomor
No. 23 Tahun 2002 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan tentang
Anak
guna Perlindungan Anak
memberikan
guna memberikan
perlindungan pada perlindungan pada
anak dari kegiatan anak dari kegiatan
eksploitasi seksual eksploitasi seksual
komersial
komersial
Rumusan Masalah 3
solusinya dalam menghadapi kendalakendala tersebut
Judul Penelitian
Pengkajian
masalah
dari
faktor penyebab
dan
dampak
eksploitasi
seksual anak serta
upaya
peningkatan
perlindungan
anak dari ESKA
di
bidang
pariwisata
khususnya
perkembangan
pariwisata di Bali
Perbedaan
Penelitian
Fokus penelitian
terletak
pada
implementasi
peraturan
Perbedaan
Penelitian
Pengkajian
masalah
dari
langkah
pemerintah untuk
mengimplementas
ikan
peraturan
mengenai
perlindungan
anak
terhafap
ESKA
dan
mengkaji kendala
yang
dihadapi
serta
pencarian
solusi
Perbedaan
Penelitian
Ary Purwatiningaih, 2008, Implementasi kebijakan perlindungan anak atas Eksploitasi
Seksual Komersial Anak (ESKA) berdasarkan Pasal 66 UU RI No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak (studi di Kota Surakarta), Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
14
Penanggulangan Dan Perlindungan Hukum Fokus penelitian
Nanci Yosepin Terhadap
Anak
Sebagai
Korban terletak
pada
12
Simbolon
Eksploitasi Seks Komersial Anak (Eska)
penanggulangan
dan perlindungan
hukum terhadap
anak dari bahaya
ESKA
Rumusan Masalah
Rumusan
Perbedaan
1
Masalah 2
Penelitian
Faktor
penyebab Upaya
Pengkajian
terjadinya
ESKA, penanggulangan
masalah
dari
perlindungan hukum tindak
pidana faktor penyebab
terhadap
anak terhadap
anak dan perlindungan
sebagai
korban korban ESKA
hukum terhadap
ESKA
anak
sebagai
korban
serta
upaya
penanggulangan
tindak
pidana
ESKA
Pada penelitian yang diteliti oleh Nanci Yosepin Simbolon, hampir
memiliki kesamaan dengan peneitian yang akan di teliti pada bahasan yang akan
ditulis, namun letak perbedaannya adalah pokok yang menjadi sumber bahasan
mencakup eksploitasi seksual yang dilakukan terhadap anak yang dampaknya
akan mengubah citra kebudayaan pariwisata di Bali, dan juga mengkaji tentang
pelaksanaan perlindungan hukum terhadap anak dari ancaman eksploitasi serta
pelecehan seksual.
12
Nanci Yosepin Simbolon, 2011, Penanggulangan Dan Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Sebagai Korban Eksploitasi Seks Komersial Anak (Eska), Universitas Sumatera Utara,
Medan.
15
1.7 Landasan Teoritis dan Kerangka Berfikir
1.7.1
Landasan Teoritis
Pelecehan seksual atau pun tidak kekerasan seksual pada anak merupakan
tindakan yang dilakukan secara berulang dengan kontak fisik serta emosional
terhadap anak yang dapat dilakukan melalui hasrat, maupun kekerasan seksual.13
Landasan teoritis digunakan untuk menjawab permasalahan yang sedang
dihadapi. Berdasarkan perumusan masalah yang dihadapi maka teori yang
dipergunakan adalah prinsip perlindungan hukum berdasarkan konsep deklarasi
milan tahun 1985, teori fungsionalis dan faktor efektifitas hukum .
a.
Prinsip Perlindungan Hukum Berdasarkan Konsep Deklarasi Milan
Tahun 1985
Deklarasi ini menjukkan bahwa perhatian yang serius ditujukan pada
perlindungan terhadap korban yang tidak hanya dari tiap-tiap negara, tetapi juga
perhatian dari dunia. Perlindungan terhadap korban yang tertuang dalam Deklarasi
PBB ialah dengan memberikan restitusi yaitu ganti kerugian yang diberikan
kepada korban atas apa yang telah dideritanya. Menurut Pasal 1 ayat 5 Peraturan
Pemerintah No. 44 Tahun 2008 tentang Pemberian Kompensasi, Restitusi, Dan
Bantuan Kepada Saksi Dan Korban. Pengertian restitusi adalah ganti kerugian
yang diberikan kepada korban atau keluarganya oleh pelaku atau pihak ketiga,
dapat berupa pengembalian harta milik, pembayaran ganti kerugian untuk
kehilangan atau penderitaan, atau penggantian biaya untuk tindakan tertentu.
Adapun beberapa hal yang tertuang dalam Deklarasi Milan 1985 adalah:
13
Huraerah, 2007, Kekerasan Terhadap Anak, Nuansa, Jakarta, h.47.
16
1. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil,
2. Hak unutk mendapatkan restitusi,
Restitusi adalah ganti kerugian yang diberikan sepenuhnya atau
sebagian oleh pelaku kepada korban, apabila yang bersangkutan
mampu memberikannya. Dalam pelaksanaan restitusi tersebut hal yang
paling penting untuk mendapatkan perhatian adalah kesederhanaan
dalam sistem pemberian ganti rugi dalam waktu yang singkat sehingga
apa yang menjadi hak korban dapat segera direalisasikan. Apabila
realisasi dari restitusi dilakukan dalam rentang waktu yang lama pada
nantinya konsep dari perlindungan bagi korban dalam kaitan
pembayaran ganti kerugian akan terabaikan.14
3. Hak untuk mendapatkan kompensasi,
Pemberian ganti kerugian oleh negara, dikarenakan pelaku tidak
mampu memberikan restitusi terhadap korban. Ganti rugi dari negara
dilakukan
untuk
mengembangkan
keadilan,
kebenaran
serta
kesejahteraan rakyat. Kompensasi ini merupakan bantuan yang
diberikan negara sebagai wujud dari perhatian pemerintah terhadap
permasalahan rakyat.
4. Hak untuk mendapatkan pendampingan
Pendampingan psikologis, medis maupun sosial yang layak baik
melalui pemerintah maupun lembaga
masyarakat merupakan hak
korban. Pendampingan pada dasarnya merupakan hak yang sama
14
Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2007, Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan, Antara Norma dan Realita, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, h.167.
17
dengan rehabilitasi, yaitu hak korban untuk mengembalikan kondisi
fisik maupun medisnya serta mental maupun psikologi seperti semula,
serta rehabilitasi yang berkaitan dengan kehidupannya di dalam
lingkungan masyarakat.
Restitusi juga sudah diatur dalam Undang-Undang No. 34 Tahun 2014
tentang Perlindungan Anak pada Pasal 71D ayat (1) dan ayat (2). Restitusi bagi
anak sebagai korban merupakan suatu angin segar dalam upaya dalam
perlindungan anak yang terbaru dan juga setelahnya ditunjang dari peran serta
daerah dalam upaya antisipasii dan pemulihan anak sebagai korban dari tindakan
kejahatan seksual seperti yang telah dituangkan dalam pasal 45B dalam undangundang perlindungan anak.
Perlindungan hukum terhadap anak juga tercantum dalam Peraturan
Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Layanan Terpadu Bagi Perempuan Dan Anak Korban Kekerasan yang dijelaskan
bahwa Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disebut SPM adalah tolak
ukur kinerja pelayanan unit pelayanan terpadu dalam memberikan pelayanan
penanganan
laporan/pengaduan,
pelayanan
kesehatan,
rehabilitasi
sosial,
penegakan dan bantuan hukum, serta pemulangan dan reintegrasi sosial bagi
perempuan dan anak korban kekerasan. Pelayanan yang diberikat oleh pemerintah
untuk melayani anak sebagai korban dari kejahatan seksual disebut dengan Unit
Pelayanan Terpadu atau disingkat UPT adalah suatu unit kesatuan yang
menyelenggarakan fungsi pelayanan terpadu bagi perempuan dan anak korban
18
kekerasan. UPT tersebut dapat berada di Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) dan
Pusat Krisis Terpadu (PKT) yang berbasis Rumah Sakit, Puskesmas, Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Unit
Pelayanan Perempuan dan Anak (UPPA), Rumah Perlindungan Trauma Center
(RPTC), Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA), BP4 dan lembaga-lembaga
keumatan lainnya, Kejaksaan, Pengadilan, Satuan Tugas Pelayanan Warga pada
Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, Women Crisis Center (WCC),
lembaga bantuan hukum (LBH), dan lembaga sejenis lainnya. Layanan ini dapat
berbentuk satu atap (one stop crisis center) atau berbentuk jejaring, tergantung
kebutuhan di masing-masing daerah.
b.
Teori Fungsionalis
William F. Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu,
walau tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia
mengemukakan ruang lingkup perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan
baik material maupun immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsurunsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur immaterial. William F. Ogburn
menekankan pada kondisi teknologis yang mempengaruhi perubahan sosial.
Teknologi mempengaruhi dan kemudian mengubah pola interaksi, introduksi
teknologi yang tak bebas nilai cenderung menimbulkan konflik-konflik dan
karenanya membawa permasalahan dalam masyarakat.15 Pada dasarnya perubahan
teknologi lebih cepat dari perubahan budaya nonmaterial seperti norma,
kepercayaan, serta nilai yang mengatur kehidupan masyarakat. Dengan demikian
15
J. Dwi Narwoko & Bagong Suyanto, 2004, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan,
Prenada Media, Jakarta, h. 359.
19
perubahan teknologi dapat menghasilkan perilaku yang baru, meskipun terjadi
konflik dengan nilai-nilai tradisional yang ada.
Kemajuan teknologi memiliki peranan penting dan menentukan dalam
hubungannya dengan pariwisata dengan kata lain pariwisata tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan teknologi dan sangat tergantung pada kemajuan
teknologi. Di samping itu pariwisata juga melibatkan banyak organisasi dan
pelaku di dalamnya yang bersifat global, maka teknologi informasi adalah suatu
hal yang sangat fundamental dan memiliki peranan besar dalam dunia pariwisata
yang semakin kompetitif.
c.
Faktor Efektifitas Hukum
Adapun beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi efektifitas dalam
penegakan hukum adalah:
1.
Faktor hukum itu sendiri
Maksud dari pada faktor hukum itu sendiri adalah peraturan tertulis
dari suatu undang-undang yang berlaku umum dan merupakan
produk hukum dari pemerintah pusat maupun daerah yang sah.16
Perlindungan hukum terhadap anak di Indonesia pada dasarnya
sudah memiliki peraturan hukum yaitu Undang-Undang No. 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Terhadap Anak, namun
permasalahan terhadap hak anak terus meningkat seiring
perkembangan globalisasi dan perubahan zaman yang sudah tentu
mengubah pola pikir masyarakat, maka ketentuan dalam undang-
16
Soerjono Soekanto, 2012, Pengantar Penelitian Hukum cet.III, UI-Press, Jakarta, h.51.
20
undang yang sudah berjalan cukup lama tersebut diubah dengan
lahirnya undang-undang perlindungan anak yang bau yaitu
Undang-Undang
No.35
Tahun
2014
tentang
Perlindungan
Terhadap Anak.
2.
Faktor penegak hukum
Faktor yang sangat mempengaruhi penegakan hukum adalah aparat
penegak hukum itu sendiri. Peranan aparat penegakan hukum
sangat mempengaruhi implementasi serta efektifitas dari upaya
penegakan hukum. Peranan aparat hukum dituntut untuk memiliki
sikap yang profesional antara kedudukan dan peranan yang
dimilikinya masing-masing. Namun terkadang kedudukan dan
peranan juga berpotensi menimbulkan kesenjangan yang disebut
dengan kesenjangan peranan (role-distance).17 Salah satu upayanya
adalah ancaman sanksi dari tindak pidana. Semakin berat ancaman
sanksinya maka kemungkinan besar calon pelaku akan berfikir
berkali-kali untuk melakukannya.
3.
Faktor fasilitas pendukung penegakan hukum
Efektifitasnya suatu peraturan perundangan ditunjang dari sarana
atau fasilitas yang memadai. Ruang lingkupnya terdiri dari sarana
fisik yang berfungsi sebagai faktor pendukung.18 Sarana tersebut
meliputi tenaga manuasia yang terampil dan berpendidikan,
17
18
Ibid., h.21.
Zainuddin Ali, 2014, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h.36.
21
organisasi yang baik, adanya peralatan dan finansial yang cukup.19
Apabila tidak ada sarana yang menunjang maka tidak dapat
dimungkinkan suatu penegakan hukum dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
4.
Faktor masyarakat
Kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan suatu indicator
penting dalam berfungsinya hukum dalam masyarakat itu sendiri.20
Dalam masyarakat dengan tingkat ekonomi lemah, persoalan
pemenuhan kebutuhan hidup yang menjadi faktor utama dalam
timbulnya kejahatan. Terkadang mereka melakukan berbagai cara
untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga mempekerjakan anak
yang masih di bawah umur untuk menghasilkan uang.
5.
Faktor kebudayaan
Kesadaran masyarakat akan hukum sangat berkaitandengan faktor
kebudayan. Kebudayaan hukum mencakup nilai-nilai dasar pada
hukum yang berlaku dan merupakan konsep abstrak tentang suatu
hal yang dianggap baik dan dianggap buruk.21
19
Soerjono Soekanto, Op.Cit., h.37.
Zainuddin Ali, Op.Cit., h.64.
21
Soerjono Soekanto, Op.Cit., h.59.
20
22
1.7.2
Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah konsep tentang korelasi antara teori dengan
berbagai suatu faktor yang dianggap penting maka dari itu kerangka berpikir
merupakan sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang
lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi
setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang
akan dilakukan.22 Dalam penulisan ini, kerangka berfikir dapat dijabarkan seperti
berikut:
22
h.60.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Jakarta,
23
Perlindungan Hak Anak Berkaitan Dengan Eksploitasi Seksual Dalam
Perkembangan Pariwisata Di Bali
Eksistensi /
keberadaan
eksploitasi
seksual anak
di bali
-
Dilihat dari
hasil
wawancara
beberapa
narasumber/
faktor-faktor
penyebab
terjadinya eksploitasi seksual
dan pelaksanaan perlindungan
hak anak di daerah pariwisata
Bali
-
-
Perlindungan Hk
Menurut Konsep
Deklarasi Milan
1985
Teori Fungsionalis
-
upaya
meningkatkan
perlindungan terhadap anak
dari eksploitasi seksual di
bidang pariwisata
-
Faktor
Efektifitas
Hukum.
UUD 1945,
UU No. 35 TH 2014 ttg Perlindungan Anak,
UU No. 39 TH 1999 ttg HAM,
UU No. 4 TH 1979 ttg Kesejahteraan Anak,
UU No.9 TH 2012 ttg Pengesahan Protokol
Opsional Konvensi Hak-Hak Anak Mengenai
Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata,
UU No.10 TH 2012 ttg Konvensi Hak Anak,
UU No.1 TH 2000 ttg Pengesahan ILO,
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang
kepariwisataan,
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948,
Kode Etik Kepariwisataan Dunia Tahun 1999
Resolusi Sidang Umum ke-XI Organisasi Pariwisata
Dunia (Kairo) tentang larangan pariwisata seksual
terorganisasi tanggal 22 Oktober 1995,
Deklarasi Stockholm melawan Eksploitasi Seksual
Anak-anak untuk Tujuan Komersial, tanggal 22 Mei
1997,
Konvensi Hak Anak Tahun 1989 (Convention on
the Rights of the Child)
-
Tumbuh kembang anak
Pergeseran nilai budaya
bali
24
1. 8
Metode Penelitian
1.8.1
Jenis Penelitian
Untuk jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
empiris. Menurut pendapat dari Bambang Sunggono, jenis penelitian hukum
empiris yaitu penelitian non doktrinal yang