Faktor yang Melatarbelakangi Relapse pada Pecandu Narkoba di Kota Denpasar.

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI RELAPSE PADA

PECANDU NARKOBA DI KOTA DENPASAR

NI NYOMAN ASTRI ARTINI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(2)

ii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI RELAPSE PADA

PECANDU NARKOBA DI KOTA DENPASAR

NI NYOMAN ASTRI ARTINI NIM. 1220025023

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(3)

iii

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI RELAPSE PADA

PECANDU NARKOBA DI KOTA DENPASAR

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI NYOMAN ASTRI ARTINI NIM. 1220025023

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2016


(4)

iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipresentasikan dan diujikan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 20 Juni 2016

Tim Penguji Skripsi

Ketua (Penguji I)

Ni Komang Ekawati, S.Psi., Psi., MPH NIP. 19791202 200604 2 023

Anggota (Penguji II)

dr. Komang Ayu Kartika Sari, MPH NIP. 198009 11 200604 2 026\


(5)

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui dan diperiksa di hadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Denpasar, 20 Juni 2016

Pembimbing

dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.K.M. NIP. 19830723 200801 2 007


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat Beliau, skripsi yang berjudul “Faktor yang Melatarbelakangi Relapse pada Pecandu Narkoba di Kota Denpasar” dapat saya selesaikan tepat waktu dengan

hasil yang jauh dari sempurna.

Dalam penyusunan skripsi ini berbagai bantuan, petunjuk, serta saran dan masukan penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. dr. I Made Ady Wirawan, MPH., Ph.D selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana yang memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Made Kerta Duana, S.KM, M.PH. selaku dosen pembimbing akademis yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. 3. dr. Desak Putu Yuli Kurniati, M.K.M. selaku dosen yang telah bersedia

meluangkan waktunya dalam memberikan saran yang positif dalam penyusunan skripsi ini.

4. Teman-teman Peminatan Promosi Kesehatan yang selalu kompak dan saling membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

5. Teman-teman IKM 12 yang selalu kompak dalam memberi motivasi kepada sesama.

6. Keluarga yakni ayah, ibu, dan kakak yang selalu sabar membimbing dan memberikan motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

vii

7. I Gusti Ngurah Edi Putra yang selalu menemani secara psikologis, dan rekan-rekan mahasiswa yang penulis banggakan, dan pihak-pihak yang turut mendukung baik secara moral maupun material, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Petugas Lapangan Yayasan Dua Hati Bali yang membantu dalam proses pembuatan skripsi ini

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Denpasar, 20 Juni 2016


(8)

viii

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN

SKRIPSI JUNI 2016

Ni Nyoman Astri Artini

FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI RELAPSE PADA PECANDU

NARKOBA DI KOTA DENPASAR ABSTRAK

Narkoba merupakan zat yang dapat membuat orang kecanduan. Pecandu narkoba yang ingin pulih sangat beresiko mengalami relapse. Relapse merupakan perilaku penggunaan kembali narkoba setelah menjalani penanganan secara rehabilitasi. Menurut World Health Organization (WHO) seseorang dikatakan pulih apabila sudah bebas atau bersih dari narkoba selama minimal 2 (dua) tahun.

Design penelitian ini adalah kualitatif dengan rancangan studi kasus. Sampel penelitian sebanyak lima orang pecandu narkoba yang memiliki pengalaman relapse. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling. Data diperoleh dengan metode wawancara mendalam dan observasi.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa relapse dapat disebabkan munculnya niat menggunakan narkoba pada informan. Mayoritas informan mengakui bahwa relapse karena ditawari oleh teman-temanya. Selain ajakan teman, faktor pecandu yang memiliki keluarga pecandu narkoba juga dapat menyebabkan relapse. Akses

seluruh informan untuk mendapatkan narkoba berasal dari bandar narkoba.

Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya relapse adalah niat untuk menggunakan narkoba, situasi dan aksi pecandu narkoba, personal

autonomy, akses informasi terhadap narkoba dan dukungan sosial. Saran yang dapat

diberikan pada penelitian ini adalah selama proses pemulihan Yayasan Dua Hati Bali perlu melakukan relapse prevention yang berlangsung sesuai dengan tahapan

relapse. Selain itu, YDHB juga perlu melibatkan anggota keluarga agar terus

memberikan dukungan secara emosial, informasi, dan instrumental (finansial).


(9)

ix

SCHOOL OF PUBLIC HEALTH

FACULTY OF MEDICINE UDAYANA UNIVERSITY MAINSTREAM OF HEALTH PROMOTION

MINI THESIS JUNE 2016

Ni Nyoman Astri Artini

FACTORS INFLUENCING RELAPSE ON DRUG USER IN DENPASAR CITY

ABSTRACT

Drugs is a substance that can make a person be addicted. Drug users who want to recover have risk to be relapse. Relapse is reuse of drugs after undergoing the rehabilitation. According to World Health Organization (WHO), people who have recovered from drug dependence when they are free or independent of drugs usage for at least 2 (two) years.

Design of this study was qualitative with case study approach. Sample size was five drug users who had experience of relapse. Sample was chosen with purposive sampling method. Data was collected with in-depth interviews and observation method.

This study showed relapse caused by behaviour itention to use drugs. Most of informants said they had relapse because of the invitation from their friends. Beside of that, informants who have family member as drug user caused relapse. The acsess of all informants to get drugs came from the drug lords.

Factors influencing relapse on drug user were itention to use drug, action and situation, personal autonomy, and the access of information to get drug, and social support. The sugesstion that can be given is during the process of rehabilitation, Yayasan Dua Hati Bali need to conduct relapse prevention with according to stages of relapse. In addition, YDHB need to involve family member to give support continuously in emosial, information, and instrumental (financial).


(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.4.1 Tujuan Umum ... 7

1.4.2 Tujuan Khusus ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 7


(11)

xi

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1.1 Narkoba ... 8

1.1.1 Pengertian Narkoba ... 8

1.1.2 Dampak Penyalahgunaan Narkoba ... 10

2.2 Teori Perilaku Snehandu B. Karr ... 12

2.3 Relapse pada Pengguna Narkoba ... 13

2.3.1 Pengertian Relapse ... 13

2.3.2 Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Relapse pada Pecandu Narkoba ... 13

BAB IIIKERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH VARIABEL ... 18

3.1 Kerangka Pikir ... 18

3.2 Definisi Istilah ... 19

BAB IVMETODE PENELITIAN ... 22

4.1 Karakteristik Penelitian ... 22

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22

4.3 Peran Peniliti ... 23

4.4 Strategi Pengumpulan Data ... 23

4.4.1 Informan Penelitian ... 23

4.4.2 Instrumen Pengumpulan Data ... 26

4.4.3 Prosedur Pengambilan Informasi ... 26

4.5 Analisis Data ... 31

4.6 Strategi Validasi Data ... 33

BAB VHASIL ... 35

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35


(12)

xii

5.3 Gambaran Perilaku Penggunaan Narkoba ... 42

5.4 Aksi dan Situasi ... 45

5.5 Niat Menggunakan Narkoba Kembali ... 47

5.6 Akses Informasi terhadap Narkoba ... 50

5.7 Dukungan sosial ... 51

5.8 Personal Autonomy ... 53

BAB VI PEMBAHASAN ... 55

6.1 Gambaran Perilaku Penggunaan Narkoba ... 55

6.2 Aksi dan Situasi ... 57

6.3 Niat Menggunakan Narkoba ... 59

6.4 Akses Informasi terhadap Narkoba ... 62

6.5 Dukungan Sosial ... 63

6.6 Personal Autonomy ... 66

6.7 Kelemahan Penelitian ... 70

BAB VIISIMPULAN DAN SARAN ... 71

7.1 Simpulan ... 71

7.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Istilah ... 19 Tabel 4.1 Sumber Informan. ... 24


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Snehandu Karr Model ... 18 Gambar 3.2 Kerangka Konsep Faktor yang Melatarbelakangi Relapse pada Pecandu

Narkoba di Kota Denpasar ... 19 Gambar 7.1 Proses Terjadinya Relapse dan Faktor yang Melatarbelakangi terjadinya


(15)

xv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Daftar Singkatan

BNN : Badan Narkotika Nasional YDHB : Yayasan Dua Hati Bali WHO : World Health Organization


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor 1. Jadwal Penelitian

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent)

3. Pedoman Wawancara Mendalam

4. Pedoman Wawancara Mendalam Petugas Lapangan Yayasan Dua Hati Bali


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Narkoba merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan aktif lainnya. Dalam arti luas, narkoba dapat diartikan sebagai obat, bahan, atau zat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia, maka berpengaruih pada kerja otak atau susunan saraf pusat. Penggunaan narkoba juga meningkat seiring pemanfaatannya dalam bidang medis dan kedokteran sebagai bahan anastesi dan penghilang rasa sakit atau nyeri (Gono, 2011). Namun, dibalik manfaat positif tersebut, saat ini justru mulai meningkatnya trend penggunaan narkoba yang tidak tepat sasaran atau penyalahgunaan narkoba yang tentunya berdampak buruk bagi kesehatan penggunanya.

Pengguna narkoba dari tahun ke tahun di dunia semakin meningkat secara signifikan. Menurut Badan Narkotika Nasional (BNN) (2015), angka estimasi pengguna narkoba di seluruh dunia pada tahun 2012 yaitu berkisar antara 162 juta hingga 324 juta orang atau sekitar 3,5%-7% dari populasi penduduk dunia. Selain itu, sekitar 183.000 orang diantaranya meninggal akibat penyalahgunaan narkoba dan sebanyak 40% merupakan orang yang berusia produktif, yakni 15-64 tahun.

Tingginya angka penyalahguna narkoba nampaknya juga terjadi di Indonesia. BNN (2012) mencatat jumlah penyalahguna narkoba dalam 2012 sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari populasi penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka prevalensi penyalahguna narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013 (BNN, 2015). Fakta tersebut


(18)

2

didukung oleh adanya kecenderungan peningkatan angka sitaan dan pengungkapan kasus narkoba. Data pengungkapan kasus di tahun 2006 sekitar 17.326 kasus, lalu meningkat menjadi 26.461 kasus di tahun 2010. Demikian pula data sitaan narkoba untuk jenis utama yaitu ganja, shabu, ekstasi, dan heroin.

Tingginya penyalahguna narkoba dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi penggunaan narkoba, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal atau faktor yang disebabkan dari dalam diri meliputi minat terhadap narkoba, rasa ingin tahu yang tinggi, serta kesetabilan emosi yang masih rendah. Sedangkan pada faktor eksternal atau faktor yang dipengaruhi oleh luar diri meliputi, keluarga, kurangnya informasi mengenai narkoba, lemahnya hukum terhadap pengedar dan pengguna narkoba, serta lemahnya sistem pendidikan yang terkait dengan narkoba (Pantjalina dkk, 2012).

Secara umum, penggunaan narkoba dapat menyebabkan gangguan psikis, fisik, ekonomi, dan sosial. Penyalahguna narkoba dapat menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat dan organ tubuh manusia. Selain itu, data menyebutkan sebanyak 53,1 triliyun dana habis akibat penyalahgunaan narkoba (BNN, 2015). Untuk menganggulangi hal tersebut, pemerintah melalui BNN telah mengambil langkah nyata dalam menurunkan tingginya angka penyalahguna narkoba dengan melaksanakan program rehabilitasi. Namun, tampaknya upaya rehabilitasi tersebut tidak cukup dalam menurunkan angka penyalahguna narkoba. Hal cukup menghawatirkan yaitu tingginya angka pengguna narkoba yang juga sebanding dengan tingginya angka relapse pada pengguna narkoba. Relapse merupakan perilaku penggunaan kembali narkoba setelah menjalani penanganan secara rehabilitasi yang ditandai dengan adanya pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif


(19)

3

setelah periode putus zat. Menurut World Health Organization (WHO) seseorang dikatakan pulih dari ketergantungan narkoba apabila sudah bebas atau bersih dari narkoba selama minimal 2 (dua) tahun.

Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan pada tahun 2006 di lembaga Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi BNN menunjukkan bahwa terdapat 38 kasus, relapse berkali-kali dan masuk kembali ke lembaga rehabilitasi yang sama. Tahun 2007 tingkat relapse sebesar 95% bahkan ada residen yang masuk untuk ke empat kalinya ke lembaga rehabilitasi tersebut. Tahun 2008 menunjukkan data

relapse di Indonesia mencapai 90% (Dewi, 2008). Tingginya kejadian relapse

tersebut tentunya akan membawa kerugian yang cukup besar karena selain penyalahguna narkoba memerlukan dosis pengobatan yang lebih tinggi, diperlukan pembiayaan yang tinggi pula untuk pelaksanaan program rehabilitasi (Fausiah & Widury, 2007).

Terjadinya relapse dapat disebabkan adanya keinginan yang kuat dari pecandu narkoba. Walaupun pecandu memiliki niat 100% untuk pulih, tapi keinginan pecandu untuk menggunakan narkoba kembali mencapai 95%. Akhirnya kemungkinan untuk pulih sempurna hanya 5% (Fitrianti dkk, 2011). Kemungkinan pulih yang kecil juga terkait dengan terjadinya perubahan secara siginifikan terhadap sel-sel otak sehingga seseorang mengalami perubahan perilaku, termasuk tidak dapat mengontrol dirinya untuk menggunakan narkoba kembali (NIDA,2011).

Relapse adalah kembali pada perilaku sebelumnya, dalam hal ini menggunakan

narkoba. Pada prinsipnya, faktor yang mempengaruhi terjadinya relapse hampir sama dengan faktor penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan teori Snehandu Karr perilaku, seperti relapse dapat disebabkan oleh lima faktor. Adapun faktor yang dapat menyebabkan relapse pada pecandu narkoba adalah niat untuk menggunakan


(20)

4

narkoba, situasi dan aksi pecandu, akses informasi terhadap narkoba, dukungan sosial, dan personal autonomy pecandu narkoba. Faktor pertama adalah niat dapat memicu seseorang untuk relapse ataupun tidak relapse kembali. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Rosemary (2013) yang meneliti motivasi mahasiswa di Banda Aceh untuk berhenti merokok juga menyatakan bahwa niat dan kemauan diri yang kuat dapat menyebabkan seseorang untuk tidak kembali lagi menggunakan rokok atau bahan adiktif berbahaya lainnya. Selain itu, menurut Syuhada (2015) juga menyatakan rasa kangen untuk menggunakan narkoba (craving) dapat memicu munculnya niat menggunakan narkoba yang akan membawa pecandu untuk relapse

kembali.

Faktor kedua adalah situasi dan aksi pecandu narkoba. Faktor ini dapat dilihat dari lingkungan sekitar pecandu narkoba. Berdasarkan penelitian Ismail di Makassar pada tahun 2014 menyatakan bahwa lingkungan yaang buruk berpengaruh besar terhadap kekambuhan pecandu putaw. Faktor ketiga yang merupakan faktor eksternal adalah dukungan sosial yang dapat dinilai dari respon orang lain terhadap pecandu narkoba. Faktor eksternal lainnya yang memiliki pengaruh terhadap relapse

yaitu konflik interpersonal dan tekanan sosial, dukungan sosial, sejarah keluarga, sosial keluarga, dan lingkungan (Syuhada, 2015).

Faktor keempat adalah akses informasi untuk mendapatkan narkoba. Tam dkk (2012) mengungkapkan bahwa adanya ketersediaan informasi mengenai narkoba dan kemudahan akses memperolehnya merupakan salah satu faktor yang meningkatkan penyalahgunaan narkoba dalam beberapa tahun belakangan ini. Sejalan dengan hal tersebut, maka terjadinya relapse pada penyalahguna narkoba dapat disebabkan oleh adanya akses informasi yang memadai mengenai ketersediaan narkoba yang akan memicu terjadinya penggunaan narkoba kembali (relapse). Faktor kelima adalah


(21)

5

personal autonomy atau kebebasan pribadi. Personal autonomy sangat terkait dengan

kurang mampunya pecandu untuk menentukan suatu pilihan. Personal autonomy

yang buruk dapat terlihat dari ketergantungan informan dengan omongan dan pilihan orang di sekitar lingkungan informan. Hal tersebut menyebabkan jika pecandu ditawari narkoba oleh temannya maka ia akan langsung menerima tawaran tersebut.

Besarnya pengaruh orang lain di sekitar lingkungan responden sejalan dengan penelitian terkait munculnya perilaku merokok pada orang dewasa yang dipengaruhi oleh tekanan teman yang kuat untuk berperilaku merokok. Selain itu, pada penelitian Kirby dkk (2008) terkait perilaku penggunaan narkoba di sebagian besar negara Barat menunjukkan bahwa perilaku penggunaan narkoba pada remaja dipengaruhi oleh tekanan yang kuat oleh teman sebaya yang berusaha menganggap bahwa penggunaan narkoba adalah hal yang normal dan merupakan bagian dari budaya dan pergaulan remaja.

Kota Denpasar merupakan salah satu wilayah di Provinsi Bali yang juga melaksanakan program rehabilitasi bagi para penyalahguna narkoba. Program rehabilitasi di Kota Denpasar ini khususnya untuk rehabilitasi rawat jalan dilaksanakan oleh Yayasan Dua Hati. Dalam program rehabilitasi ini, selain melakukan rehabilitasi rawat jalan bagi penyalahguna narkoba baru yang berhasil dijangkau, rehabilitasi ini juga dilakukan bagi penyalahguna narkoba yang mengalami relapse. Pecandu yang mengalami relapse perlu diperhatikan karena pecandu yang relapse dapat menggunakan narkoba dengan dosis yang lebih tinggi dibanding sebelumnya, sehingga dapat memicu terjadinya overdosis (Fausiah & Widury, 2007). Berdasarkan hal tersebut, mengingat terdapat penyalahguna narkoba yang mengalami relapse di Yayasan Dua Hati dan dampak yang ditimbulkan dari


(22)

6

pecandu yang relapse tinggi, maka dari itu penting untuk meneliti mengenai “Faktor yang Melatarbelakangi RelapsePada Pecandu Narkoba di Kota Denpasar”.

1.2 Rumusan Masalah

Program rehabilitasi di Kota Denpasar khusunya program rehabilitasi khususnya rehabilitasi rawat jalan dilaksanakan oleh Yayasan Dua Hati. Dalam program rehabilitasi ini, selain ditujukan bagi penyalahguna narkoba baru yang berhasil dijangkau, juga dilakukan bagi penyalahguna narkoba yang mengalami

relapse.Namun, belum ada data yang terdokumentasikan dengan baik terkait jumlah

penyalahguna narkoba yang mengalami relapse di Yayasan Dua Hati. Tingginya kejadian relapse tersebut tentunya akan membawa kerugian yang cukup besar karena diperlukan pembiayaan yang tinggi untuk pelaksanaan program rehabilitasi. Pecandu yang mengalami relapse perlu diperhatikan karena pecandu yang relapse dapat menggunakan narkoba dengan dosis yang lebih tinggi dibanding sebelumnya, sehingga dapat memicu terjadinya overdosis Berdasarkan hal tersebut, mengingat terdapat penyalahguna narkoba yang mengalami relapse di Yayasan Dua Hati dan dampak yang ditimbulkan dari pecandu yang relapse tinggi, maka dari itu penting untuk meneliti mengenai “Faktor yang Melatarbelakangi Relapse Pada Pecandu

Narkoba di Kota Denpasar”. 1.3 Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut yaitu


(23)

7

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi terjadinya relapse pada pecandu narkoba.

1.4.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui gambaran perilaku penggunaan narkoba pada pecandu narkoba

2. Untuk mengetahui situasi dan kondisi (action situation) yang dialami pecandu narkoba yang mengalami relapse

3. Untuk mengetahui niatan seorang (behaviour intention) untuk menggunakan narkoba kembali

4. Untuk mengetahui dukungan lingkungan sekitar (social support) pecandu narkoba yang mengalami relapse

5. Untuk mengetahui keterjangkauan informasi (accessibility of information) pecandu narkoba yang mengalami relapse

6. Untuk mengetahui kebebasan mengambil keputusan (personal autonomy) seorang pecandu narkoba relapse

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan di bidang promosi kesehatan masyarakat khusunya mengenai faktor yang melatarbelakangi relapse

pada pecandu narkoba. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan awal bagi penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.


(24)

8

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Yayasan Dua Hati Bali dalam pengembangan program penanggulangan pecandu narkoba sehingga dapat menurunkan angka relapse pada pecandu narkoba.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian di bidang promosi kesehatan masyarakat untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi terjadinya relapse pada pecandu narkoba di Kota Denpasar. Penelitian ini dilakukan dari Januari – Juni 2016 dengan menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam kepada pecandu narkoba yang mengalami relapse, keluarga pecandu narkoba, dan petugas lapangan Yayasan Dua Hati Bali yang selama ini menjangkau dan memberikan intervensi kepada pecandu narkoba di wilayah penelitian ini


(25)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Narkoba

1.1.1 Pengertian Narkoba

Narkoba adalah senyawa kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati dan perilaku seseorang jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya. Berdasarkan bahan yang dikandungnya, narkoba dibagi menjadi 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya (Jayati, 2010).

Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 mengenai Narkotika menyatakan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibedakan ke dalam tiga golongan, yaitu golongan I, golongan II, dan golongan III.

Narkotika golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat tinggi menyebabkan ketergantunggan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine, putauw adalah heroin tidak murni berupa bubuk. Narkotika golongan II adalah narkotika yang memilki daya adiktif kuat, tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidin dan turunannya, benzetidin, betametadol. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi dapat


(26)

9

bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya (Jayati, 2010)

Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 1977 mengenai Psikotropika menyatakan bahwa psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Psikotropika terbagi menjadi empat golongan. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (menthylendioxy menthaphetamine dalam bentuk tablet atau kapsul), sabu – sabu (berbentuk kristal berisi zat menthaphetamin). Golongan II merupakan psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan Sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : ampetamin dan metapetamin. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: lumubal, fleenitrazepam. Sedangkan, psikotropika golongan IV ialah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh: nitra zepam, diazepam (Wardani, 2011)

Bahan adiktif adalah obat serta bahan – bahan aktif yang apabila dikonsumsi dapat menyebabkan menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus– menerus yang jika dihentikan dapat memberi efek lelah atau rasa sakit. Bahan adiktif merupakan zat yang bukan narkotika dan psikotropika tetapi menimbulkan ketagihan. Contohnya seperti : rokok, miras/ minuman keras (alkohol), thiner dll (Jayati, 2011).


(27)

10

Pemakaian narkoba secara umum yang tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan efek yang membahayakan tubuh. Berdasarkan efek yang ditimbulkan, narkoba dibedakan menjadi 3, yaitu depresan, halusinogen, dan stimulan.

Depresan yaitu zat yang menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur serta tidak sadarkan diri. Jika seseorang menggunakan narkoba jenis depresan ini dengan dosis yang berlebih dapat mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan heroin. Stimulan yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran. Jenis narkoba stimulan antara lain kafein, kokain, amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai adalah Shabu-shabu dan Ekstasi.

Halusinogen zat yang memilik efek utamanya untuk mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Narkoba jenis halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Yang sering digunakan adalah marijuana atau ganja (Utomo, 2007)

1.1.2 Dampak Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba sangat memberikan efek yang tidak baik dimana bisa mengakibatkan adiksi (ketagihan) yang berakibat pada ketergantungan. Hal tersebut karena penggunaan narkoba memiliki sifat-sifat, seperti keinginan yang tidak tertahankan (an over powering desire) terhadap zat yang ia inginkan. Kemudian, pecandu narkoba juga memiliki kecendrungan untuk menambahkan takaran atau dosis dengan toleransi tubuh. Sifat yang ketiga adalah narkoba dapat menyebabkan ketergantungan psikologis dimana narkoba jika pemakaiannya dihentikan akan menimbilkan gejala-gejaa kejiwaan, seperti, kegelisahan, kecemasan, depresi, dan


(28)

11

sejenisnya. Sifat yang keempat adalah ketergantunga fisik dimana pemakaian narkoba jika diberhentikan dapat menimbulkan gejala fisik (Sholihah, 2015).

Penggunaan narkoba yang salah dapat menyebabkan ketergantungan bagi seseorang. UU No. 35 Tahun 2009 menyatakan bahwa ketergantungan narkoba adalah kondisi yang ditandai dengan dorongan untuk menggunakan narkoba secara terus menerus dan dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan apabila penggunannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan gejala fisik dan psikis yang khas. Ketergantungan atau kecanduan tersebutlah yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan psikologis karena terjadinya kerusakan pada sistem syaraf pusat dan organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dna ginjal.

Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat dari 3 aspek yakni pada fisik, psikis, maupun sosial seseorang

1. Dampak Fisik

Penggunaan narkoba yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai gangguan. Gejala seperti kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, dan kerusakan syaraf tepi merupakan tanda seseorang mengalami gangguan syaraf. Selain itu, narkoba juga dapat menyebabkan gangguan di berbagai organ seperti, jantung, paru-paru, dan organ reproduksi. Kulit dan hormon seseorang pecandu juga dapat mengalami gangguan. Hal yang paling parah adalah narkoba dapat menyebabkan over dosis hingga kematian.


(29)

12

2. Dampak Psikis

Seorang pecandu juga dapat dilihat dari perubahan psikisnya yang berubah. Adapun dampak psikis yang disebabkan oleh narkoba adalah lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang, gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, agresif, tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal, tertekan, sampai tindakan ingin bunuh diri. 3. Dampak Sosial

Dampak narkoba lainnya adalah dampak sosial. Penggunaan narkoba yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan mental, anti-sosial, dan dikucilkan oleh lingkungan (Utomo, 2007)

2.2 Teori Perilaku Snehandu B. Karr

Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Karr (1980) berdasarkan analisisnya terhadap niatan orang yang bertindak atau berperilaku. Karr mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari berbagai faktor. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor yang pertama adalah adanya niatan seseorang (behaviour intention) untuk bertindak dengan objek atau stimulus dari luar. Kemudian faktor kedua adalah adanya dukungan masyarakat sekitar (social support). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi masyarakat sekitarnya. Faktor ketiga ialah terjangkaunya informasi (acccessibility of

information) adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang

akan diambil oleh seseorang. Kemudian, faktor keempat ialah adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Dan, faktor yang terakhir adalah adanya aksi atau situasi yang memungkinkan (action situation)


(30)

13

untuk bertindak atau tidak, yakni untuk bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat

2.3 Relapse pada Pengguna Narkoba 2.3.1 Pengertian Relapse

Relapse sering disebut juga kambuh kembali. Secara operasional, relapse

merupakan penggunaan kembali obat-obatan, khususnya narkoba dalam jangka waktu tertentu setelah menyelasaikan pengobatan atau rehabilitasi (Chong dan Lopez, 2007). Berdasarkan teori perubahan perilaku Stage of Chage Theory juga menyatakan bahwa relapse atau tahap kambuh merupakan perubahan perilaku seseorang kembali pada perilaku yang beresiko atau kurang aman yang dilakukan sebelumnya.

2.3.2 Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Relapse pada Pecandu Narkoba

Pada dasarnya relapse merupakan sebuah perilaku seorang pecandu. Perilaku

relapse dapat terjadi akibat beberapa faktor. Banyak penelitian sebelumnya yang

sudah meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi relapse. Faktor yang dapat menyebabkan relapse adalah keadaan emosional interpersonal yang negatif (seperti, bosan, marah, kecewa, dan sedih), tekanan atau konflik sosial seperti keluarga, pengaruh teman sebaya, dan kondisi lingkungan yang terjadi (Larrymer dkk, 2007).

Penelitian-penelitian sebelumnya telah meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya relaps. Adapun faktor yang melatarbelakangi rrelapse

adalah:

1. Niat (behaviour intention)

Narkoba dapat membuat penggunanya untuk memiliki keinginan menggunaakan narkoba kembali (craving). Keinginan seseorang untuk pulih dari narkoba mencapai 100% namun perasaan orang untuk kembali


(31)

14

menggunakan narkoba mencapai 95%, sehingga kemungkinan seseorang untuk pulih hanya sebesar 5% (Fitrianti dkk, 2011). Maka dari itu diperlukan niat yang besar agar berhenti dari narkoba. Niat merupakan tendensi seseorang ketika orang tersebut berusaha melakukan suatu sikap secara speseifik (Warmanto & Theno, 2008). Berdasarkan penelitian Irwan pada tahun 2015 menyatakan bahwa niat dari dalam diri merupakan faktor internal yang paling kuat yang menyebabkan orang menjadi relaps atau sembuh. Sejalan dengan Irwan, Penelitian Rosemary (2013) yang meneliti motivasi mahasiswa di Banda Aceh untuk berhenti merokok juga menyatakan bahwa niat dan kemauan diri yang kuat untuk berhenti adalah faktor utama keberhasilan meninggalkan ketergantungan akan rokok. Niat yang kuat dapat menyebabkan seseorang untuk tidak kembali lagi menggunakan rokok atau bahan adiktif berbahaya lainnya.

2. Dukungan sosial (social support)

Dukungan sosial secara umum mengacu pada bantuan yang diberikan pada seseorang oleh orang-orang yang berarti baginya seperti keluarga dan teman-teman (Nurmalasari, 2006). Penelitian bermetode mix methode yang dilakukan Rahman dkk (2008) menyatakan bahwa dukungan sosial dari keluarga dan teman sebaya dapat mempengaruhi relapse dan kesembuhan pecandu narkoba. Penelitian yang sejenis dari Ardini dan Hendriani (2013) yang meneliti proses berhenti merokok pada usia dewasa awal, dukungan keluarga dan teman sangat dibutuhkan sebagian besar pecandu rokok yang ingin berhenti merokok. Berdasarkan hal tersebut, dukungan keluarga dan teman sekitar mempengaruhi seorang pecandu untuk menjadi relapse atau tidak.


(32)

15

3. Akses terhadap informasi (accessibility of information)

Akses terhadap informasi merupakan salah satu faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya pengambilan keputusan atau perilaku pada individu. Tam dkk (2012) mengungkapkan bahwa adanya ketersediaan informasi mengenai narkoba dan kemudahan akses memperolehnya merupakan salah satu faktor yang meningkatkan penyalahgunaan narkoba dalam beberapa tahun belakangan ini. Sejalan dengan hal tersebut, maka terjadinya relapse pada penyalahguna narkoba dapat disebabkan oleh adanya akses informasi yang memadai mengenai ketersediaan narkoba yang akan memicu terjadinya penggunaan narkoba kembali (relapse).

Tam dkk (2012) juga berpendapat bahwa terjangkaunya informasi melalui kemajuan teknologi seperti internet saat ini menyebabkan kemudahan transaksi untuk menjual dan memperoleh narkoba. Adanya internet mendukung penyebaran informasi mengenai narkoba seperti beberapa kasus menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba dapat membuat informasi melalui website atau blog mereka terkait pengalaman positif penggunaan narkoba, cara memperoleh narkoba, serta kesenangan yang akan diperoleh dari memakai narkoba. Selain itu, kasus yang pernah terjadi di Malaysia menunjukkan bahwa terjangkaunya informasi terkait penjualan narkoba ilegal melalui facebook dan jaringan media sosial lainnya semakin meningkatkan akses untuk memperoleh narkoba. Hal tersebut cukup memberikan gambaran bahwa keterjangkauan informasi terkait akses narkoba justru akan memicu meningkatnya penyalahguna narkoba dan kemungkinan terjadinya relapse.


(33)

16

4. Kebebasan pribadi (personal auotonomy)

Kebebasan pribadi (personal autonomy) merupakan otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan. Pengambilan keputusan atas dasar kebebasan pribadi tersebut dilakukan individu tanpa adanya intervensi yang kuat dari orang-orang sekitarnya karena pada dasarnya keputusan yang diambil merupakan wujud dari niat atau keinginan individu. Berkaitan dengan terjadinya penyalahgunaan narkoba atau relapse, maka pengambilan keputusan untuk menggunakan narkoba dilakukan individu tanpa adanya intervensi atau larangan yang kuat dari orang-orang sekitarnya.

Kebebasan pribadi dalam memutuskan untuk menggunakan narkoba lebih banyak dimiliki oleh individu yang cenderung memiliki hubungan dan komunikasi yang kurang baik dengan orang sekitarnya. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya interaksi dengan orang-orang sekitar akan membentuk persepsi individu bahwa dia berhak menentukan keputusannya sendiri. Hal tersebut sejalan dengan beberapa penelitian mengenai hubungan interaksi keluarga dengan pengunaan narkoba pada remaja. Adanya penerapan disiplin dalam keluarga, komunikasi, dan monitoring orang tua sangat berpengaruh dalam menurunkan kebebasan pribadi remaja sehingga menurunkan kemungkinan remaja untuk mencoba narkoba (Frisher dkk, 2007).

5. Aksi dan situasi (action situation)

Hal yang juga sangat berpengaruh adalah aksi dan situasi sekitar pecandu narkoba. Berdasarkan penelitian Ismail di Makassar pada tahun 2014 menyatakan bahwa lingkungan yaang buruk berpengaruh besar


(34)

17

terhadap kekambuhan pecandu putaw. Penelitian Sharma dkk (2012) yang meneliti faktor yang mempengaruhi terjadinya relapse pada pecandu narkoba di India juga menyatakan memiliki keluarga pecandu memiliki pengaruh bermakna (p<0,01) pada kejadian relapse pada pecandu narkoba. Selain pengaruh keluarga, pengaruh sosial ekonomi pecandu juga dapat menjadi faktor yang melatrabelakangi terjadinya relapse. Sharma dkk juga menyatakan status sosial ekonomi memiliki pengaruh bermakna (p<0,001).


(1)

2. Dampak Psikis

Seorang pecandu juga dapat dilihat dari perubahan psikisnya yang berubah. Adapun dampak psikis yang disebabkan oleh narkoba adalah lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang, gelisah, hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga, agresif, tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal, tertekan, sampai tindakan ingin bunuh diri. 3. Dampak Sosial

Dampak narkoba lainnya adalah dampak sosial. Penggunaan narkoba yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan mental, anti-sosial, dan dikucilkan oleh lingkungan (Utomo, 2007)

2.2 Teori Perilaku Snehandu B. Karr

Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Karr (1980) berdasarkan analisisnya terhadap niatan orang yang bertindak atau berperilaku. Karr mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik-tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari berbagai faktor. Terdapat lima faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Faktor yang pertama adalah adanya niatan seseorang (behaviour intention) untuk bertindak dengan objek atau stimulus dari luar. Kemudian faktor kedua adalah adanya dukungan masyarakat sekitar (social support). Di dalam kehidupan seseorang di masyarakat, perilaku orang tersebut cenderung memerlukan legitimasi masyarakat sekitarnya. Faktor ketiga ialah terjangkaunya informasi (acccessibility of information) adalah tersedianya informasi-informasi terkait dengan tindakan yang akan diambil oleh seseorang. Kemudian, faktor keempat ialah adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personal autonomy) untuk mengambil keputusan. Dan, faktor yang terakhir adalah adanya aksi atau situasi yang memungkinkan (action situation)


(2)

untuk bertindak atau tidak, yakni untuk bertindak apa pun memang diperlukan suatu kondisi dan situasi yang tepat

2.3 Relapse pada Pengguna Narkoba

2.3.1 Pengertian Relapse

Relapse sering disebut juga kambuh kembali. Secara operasional, relapse merupakan penggunaan kembali obat-obatan, khususnya narkoba dalam jangka waktu tertentu setelah menyelasaikan pengobatan atau rehabilitasi (Chong dan Lopez, 2007). Berdasarkan teori perubahan perilaku Stage of Chage Theory juga menyatakan bahwa relapse atau tahap kambuh merupakan perubahan perilaku seseorang kembali pada perilaku yang beresiko atau kurang aman yang dilakukan sebelumnya.

2.3.2 Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya Relapse pada Pecandu Narkoba Pada dasarnya relapse merupakan sebuah perilaku seorang pecandu. Perilaku relapse dapat terjadi akibat beberapa faktor. Banyak penelitian sebelumnya yang sudah meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi relapse. Faktor yang dapat menyebabkan relapse adalah keadaan emosional interpersonal yang negatif (seperti, bosan, marah, kecewa, dan sedih), tekanan atau konflik sosial seperti keluarga, pengaruh teman sebaya, dan kondisi lingkungan yang terjadi (Larrymer dkk, 2007).

Penelitian-penelitian sebelumnya telah meneliti mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya relaps. Adapun faktor yang melatarbelakangi rrelapse adalah:

1. Niat (behaviour intention)

Narkoba dapat membuat penggunanya untuk memiliki keinginan menggunaakan narkoba kembali (craving). Keinginan seseorang untuk pulih dari narkoba mencapai 100% namun perasaan orang untuk kembali


(3)

menggunakan narkoba mencapai 95%, sehingga kemungkinan seseorang untuk pulih hanya sebesar 5% (Fitrianti dkk, 2011). Maka dari itu diperlukan niat yang besar agar berhenti dari narkoba. Niat merupakan tendensi seseorang ketika orang tersebut berusaha melakukan suatu sikap secara speseifik (Warmanto & Theno, 2008). Berdasarkan penelitian Irwan pada tahun 2015 menyatakan bahwa niat dari dalam diri merupakan faktor internal yang paling kuat yang menyebabkan orang menjadi relaps atau sembuh. Sejalan dengan Irwan, Penelitian Rosemary (2013) yang meneliti motivasi mahasiswa di Banda Aceh untuk berhenti merokok juga menyatakan bahwa niat dan kemauan diri yang kuat untuk berhenti adalah faktor utama keberhasilan meninggalkan ketergantungan akan rokok. Niat yang kuat dapat menyebabkan seseorang untuk tidak kembali lagi menggunakan rokok atau bahan adiktif berbahaya lainnya.

2. Dukungan sosial (social support)

Dukungan sosial secara umum mengacu pada bantuan yang diberikan pada seseorang oleh orang-orang yang berarti baginya seperti keluarga dan teman-teman (Nurmalasari, 2006). Penelitian bermetode mix methode yang dilakukan Rahman dkk (2008) menyatakan bahwa dukungan sosial dari keluarga dan teman sebaya dapat mempengaruhi relapse dan kesembuhan pecandu narkoba. Penelitian yang sejenis dari Ardini dan Hendriani (2013) yang meneliti proses berhenti merokok pada usia dewasa awal, dukungan keluarga dan teman sangat dibutuhkan sebagian besar pecandu rokok yang ingin berhenti merokok. Berdasarkan hal tersebut, dukungan keluarga dan teman sekitar mempengaruhi seorang pecandu untuk menjadi relapse atau tidak.


(4)

3. Akses terhadap informasi (accessibility of information)

Akses terhadap informasi merupakan salah satu faktor pendorong yang menyebabkan terjadinya pengambilan keputusan atau perilaku pada individu. Tam dkk (2012) mengungkapkan bahwa adanya ketersediaan informasi mengenai narkoba dan kemudahan akses memperolehnya merupakan salah satu faktor yang meningkatkan penyalahgunaan narkoba dalam beberapa tahun belakangan ini. Sejalan dengan hal tersebut, maka terjadinya relapse pada penyalahguna narkoba dapat disebabkan oleh adanya akses informasi yang memadai mengenai ketersediaan narkoba yang akan memicu terjadinya penggunaan narkoba kembali (relapse).

Tam dkk (2012) juga berpendapat bahwa terjangkaunya informasi melalui kemajuan teknologi seperti internet saat ini menyebabkan kemudahan transaksi untuk menjual dan memperoleh narkoba. Adanya internet mendukung penyebaran informasi mengenai narkoba seperti beberapa kasus menunjukkan bahwa penyalahguna narkoba dapat membuat informasi melalui website atau blog mereka terkait pengalaman positif penggunaan narkoba, cara memperoleh narkoba, serta kesenangan yang akan diperoleh dari memakai narkoba. Selain itu, kasus yang pernah terjadi di Malaysia menunjukkan bahwa terjangkaunya informasi terkait penjualan narkoba ilegal melalui facebook dan jaringan media sosial lainnya semakin meningkatkan akses untuk memperoleh narkoba. Hal tersebut cukup memberikan gambaran bahwa keterjangkauan informasi terkait akses narkoba justru akan memicu meningkatnya penyalahguna narkoba dan kemungkinan terjadinya relapse.


(5)

4. Kebebasan pribadi (personal auotonomy)

Kebebasan pribadi (personal autonomy) merupakan otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan. Pengambilan keputusan atas dasar kebebasan pribadi tersebut dilakukan individu tanpa adanya intervensi yang kuat dari orang-orang sekitarnya karena pada dasarnya keputusan yang diambil merupakan wujud dari niat atau keinginan individu. Berkaitan dengan terjadinya penyalahgunaan narkoba atau relapse, maka pengambilan keputusan untuk menggunakan narkoba dilakukan individu tanpa adanya intervensi atau larangan yang kuat dari orang-orang sekitarnya.

Kebebasan pribadi dalam memutuskan untuk menggunakan narkoba lebih banyak dimiliki oleh individu yang cenderung memiliki hubungan dan komunikasi yang kurang baik dengan orang sekitarnya. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya interaksi dengan orang-orang sekitar akan membentuk persepsi individu bahwa dia berhak menentukan keputusannya sendiri. Hal tersebut sejalan dengan beberapa penelitian mengenai hubungan interaksi keluarga dengan pengunaan narkoba pada remaja. Adanya penerapan disiplin dalam keluarga, komunikasi, dan monitoring orang tua sangat berpengaruh dalam menurunkan kebebasan pribadi remaja sehingga menurunkan kemungkinan remaja untuk mencoba narkoba (Frisher dkk, 2007).

5. Aksi dan situasi (action situation)

Hal yang juga sangat berpengaruh adalah aksi dan situasi sekitar pecandu narkoba. Berdasarkan penelitian Ismail di Makassar pada tahun 2014 menyatakan bahwa lingkungan yaang buruk berpengaruh besar


(6)

terhadap kekambuhan pecandu putaw. Penelitian Sharma dkk (2012) yang meneliti faktor yang mempengaruhi terjadinya relapse pada pecandu narkoba di India juga menyatakan memiliki keluarga pecandu memiliki pengaruh bermakna (p<0,01) pada kejadian relapse pada pecandu narkoba. Selain pengaruh keluarga, pengaruh sosial ekonomi pecandu juga dapat menjadi faktor yang melatrabelakangi terjadinya relapse. Sharma dkk juga menyatakan status sosial ekonomi memiliki pengaruh bermakna (p<0,001).