IDENTIFIKASI SAMPAH ELEKTRONIK (E-WASTE)TELEPON SELULER DI SURABAYA.

IDENTIFIKASI SAMPAH ELEKTRONIK (E-WASTE)
TELEPON SELULER DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

YONIE SATRIA
0752010034

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR

2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................

i

ABSTRAK...................................................................................................

iii

ABSTRACT.................................................................................................

iv

DAFTAR ISI................................................................................................

v

DAFTAR TABEL........................................................................................

vii


DAFTAR GAMBAR...................................................................................

viii

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah...................................................................

3

1.3. Tujuan Penelitian....................................................................

4

1.4. Manfaat Penelitian..................................................................


4

1.5. Ruang Lingkup........................................................................

5

BAB 2 TINJ AUAN PUSTAKA
2.1. Telepon Seluler.............…....……...............................

6

2.1.1. Sejarah Telepon Seluler....................................................... 6
2.1.2 Definisi Telepon Seluler..................................................... 6
2.1.3 Komponen Telepon Seluler................................................ 6
2.1.4 Pengguna Telepon Seluler................................................. 11
2.2. Limbah Elektronik (E-waste)..................................................

12


2.3. Jenis-jenis E-Waste.................................................................

13

2.4. Bahan Berbahaya yang Terkandung dalam E-Waste...........

14

2.4.1 Dampak Buruk E-Waste……………………………….

14

2.4.2 Komponen Telepon Seluler yang Berbahaya Bagi
Lingkungan…………………………………………..

15

2.5. Contoh Kasus E-Waste..........................................................

17


2.5.1 Penumpukkan PCB di TPA Indiana, Amerika Serikat
(1950-1977)………………………………………….
2.5.2
2.5.3

18

Sapi Potong Terkontaminasi Lindi dari PBB di
Michigan, Amerika Serikat (1970)............................

19

Penumpukkan E-Waste di Nigeria (2010).................

19

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

2.6. Dasar Hukum Pengelolaan E-Waste di Indonesia ......……

20

2.6.1

Peraturan Indonesia tentang Basel Convention…...

20

2.6.2

Peraturan Tentang Sampah………………………..

20


2.6.3

Peraturan tentang Bahan Berbahaya dan
Beracun(B3)………………………………………

2.7. Penelitian Terdahulu Tentang E-Waste.....................……...
2.7.1

20
21

Identifikasi Kegiatan Reuse dan Recycle E-Waste
Telepon Seluler Pada Sektor Secondhand
di Kota Bandung………………………………….

2.7.2

21

Identifikasi Material E-Waste Komputer dan

Komponen Daur Ulangnya di Lokasi Pengepulan
E-Waste (Studi Kasus : Kota Bandung)………….

2.7.3

22

Identifikasi Pola Aliran E-Waste Komputer dan
Komponennya di Bandung......................................

24

2.8. Pengelolaan dan Penanganan E-Waste………………...…...

25

2.9. Teknik Pengambilan Sampel .……......................................

27


2.9.1

Strategi Pengambilan Sampel……………………..

27

BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Pendahuluan..............................................….….................

29

3.2. Prosedur Penelitian..............................................................

29

3.2.1. Studi Literatur…………………………………….

29

3.2.2. Penentuan Daerah Studi dan Jumlah Sample……..


29

3.2.3. Pembuatan Kuisioner...............................................

32

3.3. Kerangka Prosedur Penelitian................................................

33

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Penelitian Terhadap Pengguna Telepon Seluler..................

34

4.2. Penelitian Terhadap Pelaku Usaha Telepon Seluler............

45


4.3. Pola Alir E-Waste Telepon Seluler......................................

54

4.3.1

World Trade Centre Surabaya…………………...

55

4.3.2

Plaza Marina Surabaya…………………………..

57

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vii

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.........................................................................

60

5.2. Saran...................................................................................

60

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A. PERHITUNGAN J UMLAH SAMPEL
LAMPIRAN B. KUISIONER UNTUK PENGGUNA TELEPON SELULER
LAMPIRAN C. KUISIONER UNTUK PELAKU USAHA YELEPON
SELULER

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK

Dewasa ini telepon seluler (ponsel) tidak hanya menjadi kebutuhan tersier masyarakat
moderen tapi sudah menjadi kebutuhan primer. Seperti halnya alat elektronik lain,
ponsel memiliki masa pakai, jika kegunaannya di nilai kecil oleh penggunanya maka
akan dianggap sebagai sampah. Karena tidak ada peraturan khusus yang mengatur
tentang e-waste di Indonesia, hingga sekarang sampah elektronik dapat dibuang
bersama sampah rumah tangga. Penelitian ini membahas perlakuan pengguna telepon
seluler dan pelaku usaha telepon seluler terhadap e-waste telepon seluler di Surabaya.
Hasilnya menunjukkan sebanyak 55% responden pengguna telepon seluler
membuang ke tempat sampah umum, 45% memilih membawa ke tempat pengepulan
untuk didaur ulang. Sedangkan untuk responden pelaku usaha telepon seluler yang
membuang hasil kegiatan reparasi telepon seluler ke tempat sampah sebanyak 34%,
sebanyak 32% diserahkan kepada konsumen, 30% disimpan, sisanya 4% dijual ke
pengepul.
Kata kunci : e-waste, telepon seluler, pengguna telepon seluler, dan pelaku usaha
telepon seluler

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT

Nowadays mobile phone not only become tertiary needs for modern people, but it’s
become a primary needs. Like the other electronic equipments, mobile phone has a
life time use, if the benefit is priceless it will become a waste. As there is no specific
regulation regarding with e-waste in Indonesia, hence until now the waste can be
disposed of together with municipal solid waste. This current research discusses
about the treatment of mobile phone’s users and the mobile phone’s traders
concerning mobile phone e-waste. The result shown 55% the respondents of mobile
phone’s users dispose their mobile phone to trash can, 45% choose to bring it to flea
market for recycle. The otherwise for mobile phone’s traders that dispose their
mobile phone’s used components is 34%, amounting to 32% return it back to the
mobile phone’s users, 30% keep it for their own, the rest of 4% sell it to the vendor of
used articles.
Key word : e-waste, mobile phone, mobile phone’s users, and mobile phone’s
traders

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Dewasa ini telepon seluler (ponsel) tidak hanya menjadi kebutuhan tersier

masyarakat moderen tapi sudah menjadi kebutuhan primer. Seperti halnya alat
elektronik lain, ponsel memiliki masa pakai, jika kegunaannya di nilai kecil oleh
penggunanya maka akan dianggap sebagai sampah. Limbah elektronik yang
kemudian dikenal sebagai e-waste memiliki ciri khas yang membedakan dari limbahlimbah lain.
E-waste ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan sampah-sampah lain.
Hal ini disebabkan definisi terhadap e-waste sangat bergantung dari persprektif tiap
orang, pada kenyataanya e-waste di Indonesia terdapat dua versi yaitu, limbah yang
masih dapat digunakan kembali (secondhand) dan limbah elektronik yang tidak dapat
digunakan lagi tapi komponennya masih dapat digunakan. Karena e-waste masih
memiliki daya jual perdagangan e-waste oleh sektor informal sangat marak apalagi di
negara-negara berkembang.
Jumlah pengguna ponsel di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Informasi dan komunikasi telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat dari
berbagai golongan ekonomi. Pada awal kemunculannya, ponsel terbatas digunakan
hanya oleh masyarakat dengan perekonomian menengah ke atas serta kaum

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

profesional yang membutuhkan komunikasi instan. Namun kini, penggunaan alat
komunikasi ini meluas ke berbagai daerah di seluruh negeri dan didukung pula
dengan meluasnya jaringan pelayanan operator ponsel. Cepat atau lambat, ponselponsel tersebut akan habis masa pakainya. Pada kenyataannya, ponsel biasanya tidak
digunakan lagi meskipun masih dapat beroperasi. Mereka digantikan ponsel baru
karena pemilik mereka menginginkan fitur-fitur baru atau ponsel yang lama tidak
memadai untuk layanan terbaru dari operator, atau hanya karena ingin berganti ponsel
saja. Akibatnya dalam satu tahun ratusan juta ponsel tidak digunakan lagi oleh
pemiliknya (Osibanjo dan Nnorom, 2007). Suatu ponsel dapat hidup hingga 10 tahun,
namun karena faktor teknologi dan gaya hidup, pengguna ponsel rata-rata berganti
ponsel sebanyak 4 kali dalam kurun waktu itu (NOKIA, 2005).
Ada berbagai macam model dari tiap-tiap jenis peralatan elektronik dan
masing-masing model memiliki komponen dan teknik pemretelan dan daur ulang
yang berbeda-beda. Sebuah ponsel standar terdiri dari 500-1000 komponen. Salah
satu penemuan penting kajian dampak telepon seluler terhadap lingkungan yang
dilaksanakan oleh Nokia dan pihak-pihak yang terlibat adalah bahwa Printed Wiring
Board (PWB), Integrated Circuit (ICs), dan Liquid Crystal Display (LCD)
merupakan komponen yang memiliki dampak tertinggi terhadap lingkungan
(NOKIA,2005).
Menurut estimasi Badan Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP), setiap
tahun 650 juta ponsel menjadi sampah di seluruh penjuru dunia. Ponsel merupakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

salah satu jenis e-waste yang tercepat pertumbuhannya. Peningkatan volume per
tahunnya diperkirakan mencapai 3-5 % atau tiga kali lebih cepat daripada sampah
biasa. Telah diketahui bahwa alat elektronik yang tidak terpakai cepat atau lambat
akan berakhir di tempat pemrosesan akhir seperti landfill atau incinerator, di mana
mereka akan mengeluarkan material toksik seperti merkuri, kadmium, timbal, arsen,
dioksin dan zat-zat berbahaya lain ke udara, tanah dan air (Triwiswara dan
Damanhuri, 2009).
Negara-negara berkembang termasuk di Indonesia, terdapat kegiatan
perbaikan dan penggunaan kembali ponsel bekas dalam jumlah yang tinggi. Toko
reparasi dapat ditemukan di sektor secondhand. Para pekerja di toko-toko tersebut
mencari komponen-komponen yang rusak atau tidak terpakai dan menggantinya
dengan komponen baru buatan lokal. Komponen yang rusak parah dan tidak dapat
digunakan kembali, masih memiliki nilai jual karena masih bisa didaur ulang.
1.2.

Perumusan Masalah
Peranan jasa reparasi sangat penting dalam memperpanjang umur peralatan

elektronik, umumnya melalui penggantian komponen elektronik yang rusak dengan
komponen baru atau sistem kanibal, yaitu dengan menggunakan bagian yang masih
bisa dipakai dari peralatan elektronik yang sudah tidak terpakai. Mekanisme ini
belum tentu benar, karena peralatan elektronik mempunyai usia batas pemakaian dan
tidak semua peralatan elektronik dapat diperbaiki dengan sistem kanibal.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Oleh karena itu diperlukan identifikasi mengenai peralatan elektronik yang
sudah benar-benar tidak bisa digunakan lagi di Kota Surabaya. Dari identifikasi yang
akan dilakukan diharapkan dapat merepresentasikan perjalanan e-waste telepon
seluler dan juga dapat memberikan informasi tentang perjalanan e-waste telepon
seluler di Surabaya. Karena e-waste jika dibiarkan menumpuk di tempat pembuangan
akhir dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan.
1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk mengetahui perlakuan pelaku jasa reparasi dan pengguna telepon
seluler terhadap E-waste telepon seluler di Surabaya.
2. Merepresentasikan perjalanan e-waste telepon seluler dan komponennya di
Surabaya.
3. Mengetahui persentase e-waste telepon seluler yang diolah kembali dan yang
dibuang di TPA.
1.4.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi tentang perjalanan sampah elektronik telepon seluler
di Kota Surabaya.
2. Memberikan pengetahuan baru tentang permasalahan sampah, yaitu sampah
elektronik.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

3. Sebagai pembanding dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya di
Kota Bandung.
4. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahaya e-waste.
1.5.

Ruang Lingkup Penelitian

1. Penelitian ini dilaksanakan di kota Surabaya.
2. E-waste yang menjadi perhatian adalah telepon seluler (ponsel).
3. Ponsel dibatasi pada unit ponsel secara kesuluruhan dan komponen-komponen
penyusunnya.
4. Komponen yang ditinjau adalah komponen eksternal dan komponen internal
5. Kerusakan ponsel tidak akan ditinjau dalam peneltian ini.
6. Subjek penelitian ini adalah pelaku usaha jual beli, jasa reparasi dan pengguna
ponsel secondhand yang beroperasi di World Trade Centre dan Plaza Marina
Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

BAB 2
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Telepon Seluler

2.1.1 Sejarah Telepon Seluler
Ponsel merupakan gabungan dari Teknologi Radio yang dikawinkan dengan
Teknologi Komunikasi Telepon. Telepon pertama kali ditemukan dan diciptakan oleh
Alexander Graham Bell pada tahun 1876. Sedangkan komunikasi tanpa kabel
(wireless) ditemukan oleh Nikolai Tesla pada tahun 1880 dan diperkenalkan oleh
Guglielmo Marconi. Akar dari perkembangan digital wireless dan seluler dimulai
sejak 1940 saat teknologi telepon mobil.
2.1.2 Definisi Telepon Seluler
Telepon genggam atau telepon selular (ponsel) atau handphone (HP) atau
disebut pula adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai
kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun
dapat dibawa ke mana-mana dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon
menggunakan kabel. (Anonim, 2010)
2.1.3 Komponen Telepon Seluler
Tujuan pokok dari telepon seluler adalah untuk komunikasi suara dua arah
dan data secara timbal balik, supaya tujuan pokok tersebut terlaksana, maka harus ada
komponen-komponen yang mendukungnya. (Syahroni, 2009)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Berikut ini adalah komponen-komponen pendukung telepon seluler :
1. Antena
Fungsinya sebagai penangkap dan pemancar gelombang sinyal yang diterima
oleh pesawat telepon selular.
2. Switch-Antena
Fungsinya sebagai duplixer atau pemisah antara sinyal RX (Penerimaan)
dengan sinyal TX (Pemancaran), dan bisa juga disebut sebagai terminal pada
pesawat telepon selular.
3. Filter-RX
Fungsinya sebagai penyaring atau pembagi frekwensi yang diinginkan atau
yang akan diterima, agar sinyal menjadi lebih bersih yang akan diterima oleh
pesawat telepon selular.
4. Penguat-RX (Transistor)
Fungsinya sebagai penguat frekwensi penerimaan yang telah disaring oleh
Filter RX sebelum diproses lebih jauh oleh pesawat telepon selular.
5. IC-P.A(Power-Amplifier)
Fungsinya sebagai penguat akhir sinyal yang akan di pancarkan melalui
komponen switch antena yang terdapat di dalam pesawat telepon selular.
6. Power-Detector
Adalah transistor yang mendeteksi, kuat lemahnya sinyal dan mengirimkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

data kepada CPU untuk diolah dan kemudian memberikan data keseluruh
komponen terkait, khususnya dengan hardware yang berkaitan dengan sinyal
7. IR-T/R-Dioda
Sebagai pemancar dan penerimaan frekuensi data dengan menggunakan
cahaya infra merah, digunakan untuk mengiring dan menerima data aplikasi
software, tanpa perlu kabel data.
8. Bluetooth
Komponen ini pemancar dan penerimaan frekuensi data dengan menggunakan
gelombang radio atau gelombang frekuensi dengan fungsi-fungsi yang sama
dengan infra red
9. Speaker
Suatu alat untuk keluarnya suara yang sebelumnya hanyalah getaran listrik dan
diubah menjadi suara dengan melalui IC Audio, yang diterima oleh CPU untuk
mengeluarkan suara yang terdapat dalam pesawat telepon selular
10. Mikrofon
Suatu alat untuk berbicara dan cara kerjanya ialah mengubah getaran suara
menjadi getaran listrik agar suara yang diterima bisa diproses oleh komponen
pesawat telepon selular lainnya
11. Sim-Card
Identitas diri dari setiap pesawat telepon selular yang sedang aktif tergantung

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

dari provider sim card yang digunakan, dengan cara diproses oleh CPU yang
terdapat dalam pesawat telepon selular
12. C.P.U
Pusat pengolahan data yang terdapat pada seluruh elemen atau komponen yang
bekerja didalam pesawat telepon selular seperti memerintah komponen terkait
untuk bekerja sesuai kebutuhan dan dapat menerima informasi dari masingmasing komponen Contoh : Memerintahkan IC Power supply untuk
memberikan tegangan/ arus keseluruh bagian pesawat telepon selular,
memerintahkan LCD untuk menampilkan aktifitas pada pesawat telepon
selular, memerintahkan IC Flash untuk menyimpan data dan mengeluarkannya
pada saat dibutuhkan, memeriksa data dari sim card yang masuk melalui IC
Power supply, menerima perintah data dari keypad untuk di proses.
13. RAM
Menyimpan data sementara dan membantu kinerja CPU.semakin besar
kapasitas RAM semakin baik kinerja CPU.
14. IC-Flash
Adalah tempat penyimpanan data pada pesawat telepon selular, yang sifatnya
sementara karena datanya dapat dirubah ataupun ditambah
15. EEPROM
Tempat penyimpanan data utama yang permanent atau data pabrik, dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

bekerja tidak dengan ada atau tidak adanya arus listrik pada ponsel, karena
mempunyai daya listrik tersendiri. Sedangkan letaknya terdapat pada IC Audio
16. IC-Regulator
Untuk mengatur tegangan, agar dapat diatur sesuai kebutuhan masing-masing
komponen terkait, dan juga sebagai pengkontrol dari IC Charging yang
dikendalikan oleh CPU.
17. IC-Charge
Komponen yang bekerja secara otomais pada saat pengisian dan kerjanya
hanya untuk mengisi tegangan battry yang dikendalikan oleh CPU melalui IC
Regulator
18. IC-Audio
Fungsinya Sebagai pengolah sinyal suara yang masuk dari IC RF, diperkuat
dan diteruskan ke Speaker, memperkuat getaran suara yang telah dirubah Mic
menjadi getaran listrik kemudian diteruskan ke IC RF, menjalankan perintah
dari CPU dan Pada IC Audio juga terdapat PCM ( Pulse Code Module ) dan
EEPROM yang berfungsi membaca kode sinyal yang datang dari operator
untuk disesuaikan dengan Imei Ponsel juga menyimpan data-data yang bersifat
permanen seperti : Imei, Phone Code, Sec.Code
19. LCD
Komponen ini berfungsi sebagai alat yanga akan menampilkan semua kegiatan
/ aktifitas dari pada pesawat telepon selular

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

20. Keypad
Komponen ini berfungsi sebagai alat yang memberikan perintah data kepada
CPU untuk di proses dan akan dikirimkan kepada komponen lain yang terkait
dalam pesawat telepon selular
21. IC-Interface
Fungsinya sebagai pengontrol data yang diperintahkan oleh CPU untuk
vibrator, buzzer, lampu dan bersifat sebagai saklar otomatis dalam pesawat
telepon selular
22. Baterai
Fungsinya sebagai sumber arus listrik / tegangan yang diperlukan untuk
memberikan arus listrik kepada pesawat telepon selular
23. Flexible
Fungsinya sebagai penghubung antara komponen satu dengan komponen
lainnya
2.1.4 Pengguna Telepon Seluler
Jumlah pengguna ponsel di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Informasi dan komunikasi telah menjadi kebutuhan dasar masyarakat dari
berbagai golongan ekonomi. Pada awal kemunculannya, ponsel terbatas digunakan
hanya oleh masyarakat dengan perekonomian menengah ke atas serta kaum
profesional yang membutuhkan komunikasi instan. Namun kini, penggunaan alat
komunikasi ini meluas ke berbagai daerah di seluruh negeri dan didukung pula

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

dengan meluasnya jaringan pelayanan operator ponsel. (Damanhuri dan Sukandar
dalam Triwiswara dan Damanhuri, 2009)
Sekitar 450 juta ponsel baru diproduksi tiap tahunnya. Di Indonesia sendiri,
pada tahun 2008, terdapat 116.144.392 pengguna ponsel, yaitu terbesar keenam di
seluruh dunia (Suryadhi dalam Triwiswara dan Damanhuri, 2009). Di Kota Surabaya,
mengalami juga peningkatan pengguna ponsel. Hal ini dapat ditunjukkan di dalam
Tabel 2.1 berikut ini :
Tabel 2.1 Data Pengguna Ponsel di Kota Surabaya
Tahun Jumlah Penduduk Persentase Pengguna Ponsel
2005

2.698.972

45,66

2006

2.716.971

47,14

2007

2.720.156

62,76

2008

2.630.079

77,40

2009

2.631.305

86,60

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)

2.2

Limbah Elektronik (E-waste)
Limbah Elektronik dapat didefinisikan sebagai semua komputer bekas,

perangkat hiburan elektronik, handphone, dan barang lainnya seperti televisi dan
kulkas, yang dijual, disumbangkan, atau dibuang oleh pemilik aslinya. Definisi ini
mencakup alat elektronik yang digunakan yang dimaksudkan untuk digunakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

kembali, dijual kembali, penyelamatan, daur ulang, atau pembuangan. (Anonim,
2010)
Para ahli di tiap negara belum sampai pada suatu kesepakatan mengenai apa
sebenarnya e-waste tersebut. Konsekuensinya, sampai saat ini belum ada definisi
yang jelas mengenai e-waste. (Mulyadi dalam Sutarto, 2008)
Berbagai macam definisi tentang e-waste yang dijelaskan di dalam Sutarto,
2008, e-waste adalah peralatan elektronik dan komponennya yang telah rusak untuk
dibuang dan peralatan elektronik bekas pakai yang masih berfungsi,menurut Eric
Willams. Sedangkan menurut MH Wong, e-waste adalah produk elektronik
(komputer, printer, mesin fotokopi, TV, telepon seluler, dan lain-lain) yang sudah
tidak berfungsi lagi.
2.3

J enis-jenis E-Waste
E-Waste merupakan sampah elektronik yang memiliki banyak jenis, seperti

berupa komputer, ponsel, oven, radio, atau televisi yang tidak dapat berfungsi lagi.
Berikut ini adalah pengelompokkan e-waste secara umum :
1.

Peralatan Rumah Tangga Besar

2.

Peralatan Rumah Tangga Kecil

3.

Peralatan Komunikasi dan Informasi

4.

Peralatan Hiburan Elektronik

5.

Peralatan Elektronik

6.

Mainan Elektronik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Untuk penelitian ini, ponsel termasuk ke dalam jenis peralatan komunikasi dan
informasi.
2.4

Bahan Berbahaya yang Terkandung dalam E-Waste
Secara garis besar bahan-bahan berbahaya di dalam e-waste hampir sama

kandungannya, meskipun jenis e-waste berbeda-beda. Di dalam e-waste terkandung
bahan-bahan berbahaya, seperti timbal, merkuri, PVC, bromin, barium, kromium,
berilium, kadmium, arsenic, antimony. (Fitriana dkk, 2010)
Bahan-bahan berbahaya yang terkandung dalam e-waste memiliki sifat dan
karakteristik yang berbeda-beda. Sebagai contoh, timah dapat menyebabkan
kerusakan sistem saraf pusat pada manusia, arsenic dapat menyebabkan gangguan
saluran pencernaan pada makhluk hidup, dan antimony beracun dan berakibat fatal
apabila dalam dosis yang besar. (Fitriana dkk, 2010)
2.4.1 Dampak Buruk E-Waste
Apabila e-waste tidak segera dikelola dan dibiarkan dalam jumlah yang sangat
besar sehingga menumpuk, maka akan berakibat buruk terhadap lingkungan dan
makhluk hidup. E-waste dapat mengakibatkan : (Fitriana dkk, 2010)
1. Racun kimia dari e-waste dapat mengakibatkan kerusakan pada tanah,
meracuni udara dan mencemari air.
2. Apabila e-waste dibiarkan di landfill atau dibakar akan menimbulkan
gangguan kesehatan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

3.

Akumulasi timah yang besar dapat berdampak pada hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme.

2.4.2 Komponen Telepon Seluler yang Berbahaya Bagi Lingkungan
Di dalam telepon seluler mengandung senyawa-senyawa kimia yang
berbahaya terhadap lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut apabila terkontaminasi ke
dalam lingkungan dan makhluk hidup dalam jumlah yang banyak akan berdampak
buruk terhadap lingkungan dan makhluk hidup.
Berikut ini adalah komponen-komponen telepon seluler yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan makhluk hidup :
1. Antena
Radiasi pancaran sinyal radio jenis “non-ionizing radiation” dari antena
telepon selular yang diduga dapat menjadi gangguan yang membahayakan
kesehatan jaringan otak pemakai HP, walau sejauh ini efek bahaya yang
sesungguhnya masih merupakan kontroversi dan masih terus dalam penelitian
yang mendalam.
2. Keypad, Casing, dan LCD
Terbuat

dari

plastik

PVC

dan

senyawa

PBDE

(polybrominated

diphennylethers), senyawa PBDE merupakan salah satu jenis brominated
flame-retardants, suatu senyawa yang digunakan untuk mengurangi tingkat
panas (flammability) pada bagian produk elektronik. Pembakaran PVC dapat
menghasilkan dioksin yang sangat beracun. PBDE diduga dapat merusak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

sistem endokrin dan mereduksi level hormon tiroksin di hewan mamalia dan
manusia sehingga perkembangan tubuhnya menjadi terganggu.
3. PCB (Printed Circuit Board)
Printed Circuit Board merupakan komponen terpenting dalam telepon seluler,
di PCB terdapat komponen-komponen telepon seluler lainnya seperti IC
Flash, IC Audio, IC Charge, IC Regulator, dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, di dalam PCB terdapat banyak solderan dan bekas solderan. Solderan
tersebut mengandung logam berat seperti merkuri, timbal, kromiun, dan
kadmium. Logam merkuri dikenal dapat meracuni manusia dan merusak
sistem saraf otak, serta menyebabkan cacat bawaan. Sedangkan timbal, selain
dapat merusak sistem saraf, juga dapat mengganggu sistem peredaran darah,
ginjal, dan perkembangan otak anak. Timbal dapat terakumulasi di
lingkungan dan dapat meracuni tanaman, hewan, dan mikroorganisme.
Sementara itu, kromium dapat dengan mudah terabsorpsi ke dalam sel
sehingga mengakibatkan berbagai efek racun, alergi, dan kerusakan DNA.
Kadmium adalah logam beracun yang efeknya baik bagi kesehatan manusia.
Kadmium masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan makanan,
kemudian merusak saluran pencernaan, seperti ginjal. Senyawa-senyawa
tersebut dapat menjadi lindi apabila dibiarkan di TPA, bila dibakar dapat
menguap ke udara dan mencemari udara dan lingkungan.
4. Baterai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Sampah baterai sesungguhnnya termasuk sebagai sampah B3 (Bahan
Berbahaya & Beracun), karena di dalamnya mengandung berbagai logam
berat, seperti merkuri, mangan, timbal, kadmium, nikel dan lithium, yang
berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan kita.
2.5

Contoh Kasus E-Waste
E-waste dapat berdampak buruk terhadap suatu Negara apabila e-waste tidak

dikelola dengan baik. Hal ini dapat merugikan suatu Negara karena e-waste dapat
merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan makhluk hidup.
Kasus yang disebabkan oleh pencemaran e-waste, biasanya berasal dari
Negara maju dan yang menjadi korban dari pencemaran e-waste adalah Negara
berkembang. E-waste disalurkan ke Negara berkembang dengan modus ekspor
barang elektronik secondhand.
E-waste paling banyak dihasilkan oleh Negara-negara maju, akan tetapi
Negara-negara yang sedang berkembang menjadi tempat pembuangan akhir (TPA)
dari e-waste yang dihasilkan oleh negara-negara maju tersebut. Kasus-kasus yang
diakibatkan oleh e-waste banyak terjadi di Negara-negara berkembang dan juga
Negara-negara maju. Beberapa contoh kasus e-waste sebagai berikut :
1. Penumpukkan PCB di TPA Indiana, Amerika Serikat (1950-1977)
Pada akhir 1950-an hingga 1977, Westinghouse Electric menggunakan PCB
dalam pembuatan kapasitor di perusahaan Bloomington, Indiana. Produk
kapasitor yang gagal dibuang di landfill, termasuk Bennett Dump, TPA Neal dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

TPA Lemon Lane. Pekerja juga membuang minyak PCB ke saluran pabrik yang
mengkontaminasi instalasi pengolahan limbah kota. Kemudian lumpul hasil
pengolahan limbah diberikan pada warga yang berkebun dan bertani yang
kemudian menyebabkan pencemaran tanah. Lebih dari 2 juta pon PCB
diperkirakan telah dibuang di Monroe dan Owen County. Meskipun pemerintah
federal dan negara telah bekerja keras untuk “rehabilitasi lingkungan” , masih
banyak daerah yang terkontaminasi. Kekhawatiran akan bahaya PCB telah
mempelopori penghapusan PCB dari topografi batu kapur Karst, dan mencari
alternative pembuangan yang paling aman dan memungkinkan. Pada tahun 1985
Westinghouse memutuskan untuk membangun sebuah insinerator yang akan
membakar bahan yang mengandung PCB. Namun, karena penolakan publik
terhadap insinerator, pembangunan insinerator pun ditunda bahkan diblokir.
(Fitriana dkk, 2010)
2. Sapi Potong Terkontaminasi Lindi dari PBB di Michigan, Amerika Serikat
(1970)
Polybrominated Biphennyls (PBB) adalah jenis lain dari Brominated
Flame-retardants, suatu senyawa yang digunakan untuk mengurangi tingkat
panas (flammability) pada bagian produk elektronik. Sebuah laporan riset yang
dipublikasikan pada 1998 yang menyelidiki insiden tercampurnya PBB ke dalam
pakan sapi di Michigan, AS, pada tahun 1970-an menunjukkan bahwa ekspos
terhadap PBB berlanjut dari sapi yang mengonsumsi pakan tersebut ke sembilan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

juta warga yang mengonsumsi daging sapi itu. Disebutkan, manusia yang
mengonsumsinya menghadapi risiko 23 kali lebih tinggi terserang kanker saluran
pencernaan, seperti kanker lambung, pankreas, liver, dan limfa. (Anonim, 2009)
3. Penumpukkan E-Waste di Nigeria (2010)
Rata-rata 500.000 ton limbah usang peralatan listrik dan elektronik (e-waste)
dibuang ke Nigeria dalam periode bulanan dengan kesehatan terkait dan bahaya
lingkungan. Pembuangan e-waste di Nigeria memiliki konsekuensi kesehatan
negatif seperti pencucian racun ke udara, tanah dan air tanah yang kemudian
masuk ke dalam tanaman, hewan dan sistem tubuh manusia menyebabkan
pencemaran dan polusi. Ahli medis telah memperingatkan bahwa paparan zat ini
dapat menyebabkan kerusakan pada darah dan saraf sistem, DNA, sistem
kekebalan tubuh, ginjal dan dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan kulit
dan kanker paru-paru dan dapat mengganggu hormon dan perkembangan otak. Ini
adalah berita buruk bagi Nigeria dan Afrika yang menerima komputer bekas yang
memiliki hidup yang sangat pendek sebagai hadiah, ini merupakan cara halus
membuang peralatan elektronik yang tidak dibutuhkan oleh negara maju. Tidak
ada kesadaran yang serius telah dibuat oleh pemerintah atau industri tentang
bahaya e-waste untuk Nigeria dan belum pernah terjadi kebijakan peraturan yang
didokumentasikan terhadap e-waste. (Osuagwu dan Ikerionwu, 2010)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2.6

Dasar Hukum Pengelolaan E-Waste di Indonesia

2.6.1 Peraturan Indonesia tentang Basel Convention
Pada tanggal 22 Maret 1989 di Basel, Swiss, telah diterima Basel Convention on
the Control of Transboundary Movements of the Hazardous Wastes and Their
Disposal yang diselenggarakan oleh the United Nations Environment Programme
(UNEP), yang mengatur larangan ekspor dan impor serta pembangunan limbah
berbahaya secara tidak sah. Indonesia meratifikasi keputusan ini pada tahun 1993
dengan Keputusan Presiden No. 61 tahun 1993 (Basel Convention, 2007).
2.6.2

Peraturan Tentang Sampah

Sampah e-waste termasuk dalam sampah spesifik yaitu sampah yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun atau sampah yang mengandung limbah
bahan berbahaya dan beracun( Menurut UU No18 tahun 2008 ). Jenis pengolahan
sampah ini tidak diatur dalam UU No 18/2008, tetapi diatur dengan peraturan menteri
lingkungan hidup. Indonesia menetapkan pengendalian e-waste termasuk dalam
peraturan limbah B3 dengan pertimbangan e-waste mengandung komponen B3.
2.6.3

Peraturan tentang Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

UU No 23/1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan setiap
orang atau badan usaha yang melakukan kegiatan harus bertanggung jawab terhadap
limbah yang dihasilkannya. Untuk kegiatan B3, berlaku pula PP 18/1999 dan PP
85/1999 tentang pengelolaan limbah B3. Sebagai petunjuk pelaksana teknis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan pemerintah yang efektif berlaku sejak
tahun 1995 (Basel Convention, 2007).
1. Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995. Tentang : Tata Cara Dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun.
2. Keputusan Kepala Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang : Dokumen Limbah
Bahan Berbahaya Dan Beracun.
3. Keputusan Kepala Bapedal No. 3 Tahun 1995 Tentang : Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
4. Keputusan Kepala Bapedal No. 4 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Pesyaratan
Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, Dan
Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun.
5. Keputusan Kepala Bapedal No. 5 Tahun 1995 Tentang : Simbol dan Label
Limbah B3.
2.7

Penelitian Terdahulu Tentang E-Waste
Sebelum memiliki ide tentang penelitian, penulis melakukan studi literature

terlebih dahulu.
2.7.1 Identifikasi Kegiatan Reuse dan Recycle E-Waste Telepon Seluler Pada
Sektor Secondhand di Kota Bandung
Sekarang ini, telepon seluler (ponsel) tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan
masyarakat modern. Seperti halnya alat elektronik lainnya, ponsel memiliki masa

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

pakai, suatu saat akan mati dan menjadi limbah, Limbah dari ponsel ini biasanya di
kenal dengan e-waste ponsel. Karena tidak ada peraturan khusus yang mengatur
tentang e-waste di Indonesia, hingga sekarang sampah elektronik dapat dibuang
bersama sampah rumah tangga. Kenyataannya, tidak ditemukan e-waste ponsel di
TPA Bandung. Hal ini mengindikasikan ada berbagai proses yang memperpanjang
life time ponsel. Sektor secondhand berperan penting dalam memperpanjang life time
suatu ponsel melalui upaya reuse dan recycle ponsel dan komponen-komponennya.
Makalah ini membahas hasil studi mengenai aktivitas daur ulang ponsel bekas pada
sektor secondhand di Kota Bandung. Hasilnya menunjukkan bahwa 59% pelaku
usaha secondhand yang diwawancara masih menggunakan komponen bekas. Selain
itu hanya sebagian kecil pelaku usaha secondhand yang membuang sampah sisa
kegiatan reparasi langsung ke pembuangan sampah, sedangkan yang lainnya memilih
menyimpan, menjual atau mengembalikannya pada konsumen. (Triwiswara dan
Damanhuri, 2009)
Penelitian dari skripsi ini yang menjadi sumber inspirasi dari penulis untuk
melakukan penelitian yang sama di Kota Surabaya. Hal ini berdasarkan analogi
antara Kota Bandung dan Kota Surabaya.
2.7.2 Identifikasi Material E-Waste Komputer dan Komponen Daur Ulangnya
di Lokasi Pengepulan E-Waste
(Studi Kasus : Kota Bandung)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Pengelolaan e-waste di Indonesia sampai saat ini belum mendapatkan penanganan
yang spesifik. Mengacu kepada peraturan yang ada saat ini yakni PP Nomor 18
Tahun 1999 jo PP No 85/1999 tentang Pengelolaan Limbah B3, maka e-waste
tergolong

limbah

B3

berkarakter

racun.

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengidentifikasi besaran jumlah komponen e-waste komputer yang berada di level
pengepul e-waste komputer di wilayah Kota Bandung dan memprediksikan alur
perjalanan e-waste komputer di Kota Bandung setelah tidak berfungsi lagi.
Berdasarkan hasil survei, diperoleh fakta jumlah pengepul di Kota Bandung yang
berhasil disensus berjumlah 18 (delapan belas) lokasi. Pengepul memiliki peranan
sebagai penghubung antara pelaku penghasil e-waste dengan pelaku yang
memanfaatkan e-waste baik untuk dilebur untuk diambil kandungan logamnya
(recovery process), dirakit ulang menjadi komputer bekas ataupun untuk
dikumpulkan dan diekspor ke luar negeri. Secara keseluruhan jumlah komponen ewaste yang masuk ke pengepul mencapai 48.712 unit per bulan, dengan rincian 164
unit berasal dari pengepul kecil, 2.888 unit dari pengepul menengah, dan 45.660 unit
berasal dari pengepul besar. Pengepul skala menengah paling dominan dalam
pengumpulan barang bekas atau e-waste dari segi total kuantitasnya. Berdasarkan
literatur, diperoleh fakta bahwa terdapat banyak komponen kecil
penyusun komputer yang mengandung logam-logam berbahaya dan atau beracun,
seperti Ag, Al, Au, Cu, Cr, Fe, Mg, Mn, Ni, Pb, Sb, Si, Sn, Zn, dan lainnya dalam
konsentrasi yang sangat bervariasi. Sebagai pembuktian, telah dilakukan survei pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

sektor pengepul (collector), dan diperoleh kenyataan bahwa ada keluhan kesehatan
yang dirasakan akibat menjalankan aktivitasnya. Tidak seluruhnya komponen
komputer merupakan limbah B3, ada juga material penyusun komponen komputer
yang bukan tergolong limbah B3, seperti plastik, logam, dsb. Sekitar 70-90% material
pada komputer (berdasarkan berat) sangat berpotensi untuk didaur ulang atau
digunakan kembali. (Widyarsana et. al., 2010)
2.7.3 Identifikasi Pola Aliran E-Waste Komputer dan Komponennya di
Bandung
Sekarang ini, komputer tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan masyarakat
modern. Seperti halnya alat elektronik lainnya, komputer memiliki masa pakai, suatu
saat akan mati dan menjadi limbah, limbah dari komputer ini biasanya di kenal
dengan e-waste komputer. Kenyataan bahwa tidak ditemukan e-waste komputer di
TPA Bandung mengindikasikan ada jalur material e-waste yang berbeda dari limbahlimbah pada umumnya. Untuk itu diperlukan sebuah Penelitian yang ingin menjawab
“Kemana e-waste komputer tersebut ?”. Tahap pertama Penelitian ini adalah
mengidentifikasi jasa servis di kota Bandung, setelah itu mengadakan wawancara
langsung dan kuisioner barulah kemudian menyusun sebuah aliran e-waste komputer
dan komponennya. Total jasa servis di kota Bandung adalah 436 konter. Sebagian
besar (69 %) jasa servis mengaku pernah menganti komponen komputer dengan yang
bekas tetapi sebagian besar tidak menyarankan pengunaan komponen bekas. Pihakpihak yang berperan dalam aliran e-waste komputer di Bandung adalah konsumen,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

distributor resmi, jasa servis/toko, pengumpul spesialis, pedagang e-waste, tukang
loak, penampung produsen manufaktur dan industri rumah tangga. Aliran e-waste
komputer terbagi atas tiga aliran : aliran komputer baru, aliran komputer bekas dan
aliran e-waste komputer. (Sutarto, 2008)
2.8

Pengelolaan dan Penanganan E-Waste
Panasonic Eco Technology Center (Petec) di Kato City, Osaka, Jepang, adalah

salah satu pusat daur ulang barang-barang elektronik yang rusak. Kato City, Osaka,
adalah sebuah area yang luasnya 38.570 meter persegi. Kawasan tersebut dikelilingi
persawahan yang menghasilkan beras untuk diolah menjadi sake, minuman khas
negara sakura tersebut.
Sesuai dengan namanya, Petec merupakan areal daur ulang yang dimiliki
Panasonic dan beroperasi sejak 2001.
Di area Petec terdapat banyak kerangka besi yang berwarna. Sebab, pembeda
ruang menggunakan kerangka besi yang dicat dengan warna-wana berbeda. Ruang
dengan kerangka merah muda digunakan daur ulang televisi. Lalu, warna biru untuk
daur ulang mesin cuci, kuning untuk pendingin ruangan (AC), dan hijau untuk ruang
daur ulang kulkas.
Di dalam ruang-ruang tersebut sampah elektronik dibongkar dengan cara manual,
karena

pembongkaran

awal

dilakukan

secara

manual,

saedangkan

menghancurkan dan memisahkan partikelnya, digunakan teknologi khusus.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

untuk

26

Petec tidak hanya mendaur ulang produk Panasonic, tetapi juga elektronik merek
yang lain. Dalam setahun, mereka bisa mendaur ulang 700 ribu sampah elektronik
yang datang dari berbagai wilayah di Jepang. Dalam proses mendaur ulang, mereka
menerapkan konsep dari produk menjadi produk. Maksudnya, bahan dari sampah
elekronik itu dipilah hingga menjadi partikel, lantas diolah menjadi produk kembali.
Misalnya, televisi. Setelah dibongkar, setiap bagian dikelompokkan berdasar
jenisnya. Lalu, dihancurkan dan dipilah lagi. Biasanya, televisi terdiri atas aluminium
2 persen, tembaga 3 persen, besi 10 persen, plastik 23 persen, dan kaca 57 persen.
Hingga kini, sudah sekitar tujuh juta sampah elektronik yang mereka hancurkan.
Proses itu memisahkan aluminium hingga 9,8 ribu ton.
Selain mendapatkan dukungan dana dari Panasonic, Petec memperoleh
keuntungan dari penjualan kembali produk daur ulang. Mereka juga mendapatkan
dana dari ongkos pengolahan sampah elektronik. Menurut undang-undang, ongkos itu
dibebankan kepada pemilik barang. Berbeda dengan Indonesia. Pemilik mendapat
uang dari pemulung tanpa tahu barang tersebut dibawa ke mana.
Biaya pengolahan sampah elektronik tidak murah. Untuk satu televisi
LCD/plasma berukuran 16 inci ke atas, misalnya, mereka mengeluarkan dana 2.835
yen atau sekitar Rp 302 ribu (asumsi satu yen setara dengan Rp 106). Biaya paling
besar dibebankan untuk kulkas. Lemari pendingin berukuran 171 liter ke atas dikenai
tarif sekitar 4.830 yen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

Meski harus mengeluarkan dana ekstra, warga Jepang tidak bisa menghindari
kewajiban tersebut. Mereka hanya menghubungi petugas khusus yang akan datang
dan membawa rongsokan tersebut ke tempat daur ulang. Ada sekitar 380 tempat
pengumpulan rongsokan dan 48 pabrik daur ulang di Jepang.
Dibutuhkan dana sekitar 400 juta yen (sekitar Rp 40 triliun) untuk mendirikan
dan mengelola Petec. Jumlah yang cukup besar bagi negara berkembang seperti
Indonesia. Yang diterapkan Petec tidak hanya mengurangi sampah elektronik, tetapi
juga memaksimalkannya melalui daur ulang.(Rufaidah, 2010)
2.9

Teknik Pengambilan Sampel
Dalam pelaksanaan suatu penelitian, kadang populasi sasaran kita demikian besar

jumlahnya sehingga kita harus menggunakan sampel daripada menggunakan seluruh
anggota populasi.
Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati dan populasi adalah kelompok
besar yabg merupakan sasaran generalisasi kita. (Consuelo et. al., 1993)
Di dalam pengambilan sampel ada suatu strategi yang harus kita pikirkan, kita
harus memikirkan metode pengambilan sampel yang akan kita gunakan.
2.9.1 Strategi Pengambilan Sampel
Berikut ini adalah beberapa strategi pengambilan sampel yang dipertimbangkan
oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian :
§ Pengambilan Sampel Secara Acak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

Suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
yang sama.
§ Pengambilan Sampel Sistematis
Strategi pengambilan sampel yang direncanakan melalui peluang dan suatu
sistem untuk menentukan keanggotaan dalam sampel.
§ Pengambilan Sampel Strata
Teknik pengambilan sampel dengan cara mendifinisikan sub-kelompok
(strata) yang spesifik akan memiliki jumlah yang cukup mewakili dalam
sampel, serta menyediakan jumlah sampel sebagai sub-analisis dari anggota
sub-kelompok tersebut. (Vockell dalam Consuelo et. al., 1993)
§ Pengambilan Sampel Kluster
Berkenaan pada pemilihan anggota sampel dalam kluster dan bukan
menyeleksi individu secara terpisah. Pengambilan sampel dilakukan secara
kelompok, bukan secara individu yang diseleksi secara acak.
§ Pengambilan Sampel Non-Acak
Dalam strategi ini, semua anggota atau subjek penelitian tidak memiliki
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Beberapa bagian tertentu
dalam semua kelompok sengaja tidak dimasukkan dalam pemilihan untuk
mewakili sub-kelompok. (Gay dalam Consuelo et. al., 1993)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Pendahuluan
Penting halnya untuk menyusun sebuah metodologi yang tepat dalam proses

penelitian ini, berikut ini adalah tahap metodologi yang akan digunakan dalam proses
penelitian.
3.2.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan melalui studi literature, observasi langsung di

lapangan, wawancara (interview), dan penyebaran kuesioner.
3.2.1. Studi Literatur
Studi literature dilakukan untuk melihat informasi-informasi mengenai ewaste dan untuk mengkaji aliran e-waste.
Tidak dapat dipungkiri bahwa literature mengenai e-waste di Indonesia masih
sangat sedikit, maka studi literature yang dilakukan tidak hanya literature dari
Indonesia saja, tetapi literature internasional juga.
Adapun bahan studi literature ini tidak hanya terbatas pada hasil penelitian
terdahulu melainkan Peneliti melihat juga laporan-laporan dari lembaga internasional
dan regulasi yang terkait.
3.2.2. Penentuan Daerah Studi dan Jumlah Sample
1. Penentuan Daerah Studi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

Daerah studi dalam penelitian ini adalah Kota Surabaya yang meliputi
wilayah penelitian yang akan diteliti, yaitu Plaza Marina dan Surabaya World
Trade Centre (WTC). Untuk pelaku usaha ponsel secondhand, survey
dilakukan di dua tempat pusat elektronik terbesar di Surabaya yaitu Plaza
Marina dan Surabaya World Trade Centre (WTC).
2. Penentuan Jumlah Sample
Teknik sampling kluster akan dikenakan kepada tiga objek sebagai berikut :
1.

Pengguna Ponsel
Pengumpulan data tentang pola penggunaan ponsel dan perlakuan
terhadap ponsel yang sudah tidak terpakai di Kota Surabaya dilakukan
melalui survey dengan cara penyebaran kuisioner.
Untuk menentukan jumlah sampel yang representatif digunakan
metode Slovin yang biasanya digunakan untuk penelitian bisnis dan
sosial (Consuelo et. al., 1993). Rumus Slovin ditunjukkan dalam
persamaan di bawah ini.
Persamaan 1 :
n =

N
1 + Ne 2

n = Jumlah sample
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan pengambilan sample yang dikehendaki (asumsi)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

Responden yang dikehendaki adalah responden yang melakukan
transaksi jual-beli di lokasi penelitan yaitu di WTC dan Plaza Marina.
2.

Pelaku Usaha Jual-Beli Ponsel Secondhand
Pengumpulan data tentang pola perbaikan ponsel dan perlakuan
terhadap ponsel dan komponen-komponen yang sudah tidak terpakai
di Kota Surabaya dilakukan melalui survey dengan cara penyebaran
kuisioner dan wawancara terhadap pelaku usaha jual-beli ponsel
secondhand. Pelaku Usaha Jual-Beli Ponsel Secondhand dibagi
menjadi kelompok sebagai berikut :
a. Pedagang saja
b. Pedagang dan jasa reparasi
c. Jasa reparasi saja

3. Pelaku Daur Ulang
Untuk mendapatkan data mengenai aliran material e-waste komponen
ponsel, maka survey dilakukan pada pelaku daur ulang informal di Kota
Surabaya. Sampel diambil dari lokasi penelitian. Jumlah pemulung yang
disampling ditentukan menggunakan Persamaan 1.
Pendataan ter