Politik Anggaran : Keterkaitan Musrenbang terhadap Pembuatan APBD Binjai Tahun 2014

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1.Latar Belakang

Politik anggaran adalah upaya-upaya untuk mengelola sumber daya,
terutama yang dapat dinilai dengan uang dan barang serta mengalokasikan nilainilai tersebut untuk kepentingan bersama didalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam maknanya yang lebih luas, politik juga senantiasa berkenaan dengan
produksi, distribusi dan penggunaan sumber-sumber daya untuk mempertahankan
hidup. Masalah mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output
jangka panjang yang dikalkulasikan dalam satu tahun anggaran tidaklah mudah.
Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan pendapatan dan
meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal ini juga
terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan dengan
masalah mengatur dan mengurus daerah otonom sejak di rumuskannya konsep
otonomi. 1
Pemberian otonomi daerah menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan telah ditetapkan menjadi undang-undang,
ditekankan pada prinsip keadilan, demokrasi, pemerataan, keistimewaan,

kekhususan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi
1

Julmansyah, Moh Taqiuddin. 2003. Politik Anggaran Daerah. Mataram: Pustaka Konsepsi Nusa.

1
Universitas Sumatera Utara

masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Prinsip-prinsip
tersebut telah membuka peluang dan kesempatan yang luas kepada daerah
otonomi untuk melaksanakan kewenangannya secara mandiri, luas, nyata dan
bertanggung jawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini tidak
terlepas dari upaya dalam mencapai suatu pemerintahan yang baik (good
governance).
“Dalam pelaksanaannya, Pemerintah Daerah harus berupaya dalam
menyelenggarakan politik pemerintahan dengan berprinsip pada tata kelola
pemerintahan yang baik dan berorientasi kepada hasil (result oriented
government) sesuai dengan kewenangannya. Dalam sistem tata kelola telah
disamakan dengan sistem “mengatur”, yang keduanya merupakan suatu aspek
penting dalam sistem pemerintahan”. 2

Berdasarkan pendekatan fungsionalisme yang berkaitan dengan persoalan
pembuatan kebijakan, maka David Easton menyatakan bahwa politik itu adalah
alokasi nilai-nilai. Ia menjelaskan politik itu adalah alokasi nilai-nilai, dan dalam
konsep politik nilai-nilai itu adalah kekuasaan. Kekuasaan untuk mengalokasikan
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang hendak ditujukan untuk
kebaikan bersama, kepentingan umum dan kesejahteraan sosial. Hal ini berarti
merupakan suatu kesempatan dalam membangun struktur pemerintahan yang
sesuai dengan kebutuhan daerah, membangun sistem dan pola karir politik,
mengembangkan sistem manajemen pemerintahan yang partisipatif, efektif dan
responsif terhadap kepentingan masyarakat luas yang berasas pada pertanggung
jawaban publik. Alokasi nilai-nilai tersebut tentunya akan diarahkan secara
langsung dalam menyelesaikan fenomena-fenomena fisik dan sosial dalam
kehidupan bermasyarakat atau bernegara seperti yang akan kita rinci nantinya
dalam politik anggaran. Bagaimana politik itu seharusnya menciptakan
2

Syamsuddin Haris. 2007. Desentralisasi dan Otonomi Daerah: Desentralisasi, Demokratisasi,
dan Akuntabilitas Pemerintahan Daerah. Jakarta: LIPI Press. Hal. 10.

2

Universitas Sumatera Utara

keseimbangan (balanced), keadilan (justice), persamaan (equality) dan kebebasan
(freedom) serta aspek-aspek kemanusiaan (human beings).
“David Easton - kebijakan dapat dilihat sebagai suatu sistem yang terdiri
dari input, konversi dan output”. 3
Kebijakan publik biasanya diawali dengan pengambilan keputusan yang
esensinya mewakili kepentingan orang banyak. Hal ini dapat kita tinjau ketika
perumusan tersebut didukung oleh mayoritas dan kebijakan publik adalah output
yang paling nyata dan yang paling utama dari setiap sistem politik serta kebijakan
publik adalah bentuk nyata dari politik.
Masalah mengelola sumber daya yang ada menjadi penghasilan output
jangka panjang yang dikalkulasikan dalam setahun atau satu tahun anggaran
tidaklah mudah. Upaya-upaya yang strategis harus dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan dan meningkatkan nilai-nilai yang nantinya akan didistribusikan. Hal
ini juga terkhusus bagi politik anggaran di daerah atau secara langsung berkaitan
dengan masalah mengatur dan mengurus daerah otonom sejak di rumuskannya
konsep otonomi daerah. Masing-masing daerah berupaya memanfaatkan sumbersumbernya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diluar dari
bagaimana kemampuan daerah untuk melakukan upaya tambahan.
H.D.Laswelth –“who get, what get and how get”. 4

Upaya tambahan tersebut menjadi sesuatu yang perlu membangun
hubungan dan akses dengan pemerintahan pusat . Hal ini untuk memengaruhi
siapa yang mendapat (daerah), apa yang didapat (Dana Alokasi Umum dan Dana
Alokasi Khusus) dan bagaimana mendapatkan serta mempertahankannya demi
mendukung pembangunan dan mengakomodir kepentingan di daerah tersebut.
3
4

AG.Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Hal 103.
Miriam Budiardjo. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 13.

3
Universitas Sumatera Utara

Demikianlah upaya untuk meningkatkan pendapatan dan nilai adalah proses
yang tidak mudah. Maka dari itu perlu pula diimbangi dengan pengalokasian dari
nilai tersebut dengan baik. Artinya, baik itu pusat ataupun daerah tidak ingin
mendistribusikan dan mengalokasikan ke arah dan tujuan yang tidak tepat atau
menganggarkan dana untuk dibelanjakan kepada hal yang tidak berguna, sia-sia
dan pemborosan. Dengan demikian akan sangat sia-sia upaya yang telah dikelola

dari awal. Suksesnya pengelolaan dan pengalokasian nilai-nilai serta anggaran
adalah sangat mempengaruhi kualitas dan aspek-aspek kehidupan publik dan
orang banyak, maka perlu dikelola dan dirumuskan sedemikian jelas.
Hal ini yang kemudian oleh Pemerintahan Daerah diterjemahkan kedalam
politik anggaran atau keuangan yang dikemudian hari harus menjadi sebuah ruang
lingkup baru dalam perpolitikan.Termasuk dalam upaya percepatan dan
pemerataan pembangunan di daerah. Tentunya tidak relevan lagi untuk
penyeragaman dan penggunaan tolak ukur yang sama dalam pembangunan dan
pengelolaan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya. Maka ada hal-hal
tertentu yang sangat menarik untuk dikaji didalam pengelolaan dan pengurusan
daerah otonom.
Dalam melakukan penyesuaian dan melihat aspek yang dibutuhkan dalam
suatu pembangunan guna mewujudkan kemajuan daerah, maka dibutuhkan suatu
perumusan dasar yang jelas mengenai anggaran politik daerah per tahunnya.
Namun, yang menarik disini ialah bahwa perumusan penetapan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah bukan hanya dilaksanakan oleh pihak legislatif
melainkan juga bersama dengan Pemerintah Daerah. Hal ini juga penting dalam

4
Universitas Sumatera Utara


upaya pengembangan kapabilitas dan efektifitas pelaksanaan pelayanan publik
terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah saat ini 5.
Pemerintah Daerah telah menetapkan kegiatan Musyawarah Rencana
Pembangunan Daerah atau Musrenbang sebagai sarana untuk melibatkan
masyarakat

dalam perencanaan

pembangunan

di daerah, sebagaimana

dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap daerah harus melaksanakan
Musyawarah

Perencanaan

Pembangunan


(Musrenbang).

Musyawarah

Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) adalah forum antar pelaku dalam
rangka penyusunan rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan
daerah.
Pelaksanaan Musrenbang daerah berpedoman kepada Surat Edaran Bersama
antara Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS dan
Menteri Dalam Negeri Nomor : 1354/M.PPN/03/2004 dan 050/744/SJ Tentang
Pedoman Pelaksanaan Forum Musrenbang dan Perencanaan Partisipatif Daerah.
Dalam

pedoman

tersebut

dijelaskan


bahwa

Musyawarah

Perencanaan

Pembangunan (Musrenbang) dimulai dari Musrenbang tingkat Desa/Kelurahan,
Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kabupaten/Kota dan Musrenbang Provinsi.
Hal ini kemudian diikuti oleh keluarnya Peraturan Menteri Dalam Negeri
(PERMENDAGRI) No. 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah 6 .

5
6

Permendagri No. 27 Tahun 2013 tentang Teknis Penyusunan APBD 2014.
Permendagri No. 54 Tahun 2010.

5

Universitas Sumatera Utara

Musrenbang adalah forum pembangunan multi-pihak terbuka yang secara
bersama mengindentifikasi dan menentukan prioritas kebijakan pembangunan
masyarakat. Kegiatan ini berfungsi sebagai proses negosiasi, rekonsiliasi, dan
harmonisasi

perbedaan antara pemerintah dan pemangku kepentingan non

pemerintah, sekaligus mencapai konsensus bersama mengenai prioritas kegiatan
pembangunan berikut anggarannya.
Forum pembangunan merupakan wujud nyata dari political will dan
komitmen pemerintah untuk mengaplikasikan Sistem Manajemen Pembangunan
melalui pendekatan bottom up planning yang lebih konsisten dan tepat sasaran.
Disamping itu, forum ini mengandung nilai peningkatan peran serta dan
partisipasi masyarakat yang lebih optimal dalam proses perumusan kebijakan
pembangunan mulai dari proses perencanaan, implementasi dan pengawasan
secara internal dan eksternal organisasi.
Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan dilaksanakan secara
berjenjang mulai dari tingkat Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi,

regional/wilayahpembangunan dan Pusat. Forum pembangunan ini merupakan
media yang cukup efektif untuk menampung aspirasi masyarakat yang sekaligus
juga menjadi media pemberdayaan masyarakat selaku subjek dan objek dalam
proses pembangunan yang turut membantu pembentukan pemerintahan yang baik.
Untuk mendukung hal tersebut, sistem perencanaan pembangunan
partisipatif diperlukan sebagai yang menempatkan masyarakat sebagai subyek
atau pelaku utama dalam pembangunan. Program tersebut selama ini telah
dilaksanakan secara efektif sebagai upaya srategis dan dianggap dapat menjawab

6
Universitas Sumatera Utara

tuntutan kebutuhan masyarakat.Kegiatan ini dikoordinatori oleh Bappeda (Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah).
Keterlibatan masyarakat yang aktif mendorong progresifitas didalam
pembangunan politik di suatu daerah dan dengan tidak mengenyampingkan
aspirasi dan kepentingan publik akan menciptakan kehidupan bernegara yang
lebih demokratis dan harmonis antara pihak pemerintahan dan masyarakat.
Adanya komentar masyarakat mengenai keberhasilan dan ketidakberhasilan
instansi pemerintah dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya

menunjukkan harapan dan kepedulian publik yang harus direspon. Namun, antara
harapan masyarakat terhadap kinerja instansi pemerintah dengan apa yang
dilakukan oleh para elit dan pengelola pemerintahan sering berbeda. Artinya,
terjadi kesenjangan harapan yang bisa menimbulkan ketidakharmonisan antara
instansi pemerintah dengan masyarakat, hal ini sebagai akibat lambannya
pelaksanaan sistem permusyawaratan yang melembagai setiap aspirasi dan
kepentingan masyarakat secara demokratis dan transparan, sehingga cenderung
terkesan tidak melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif didalam
perumusan perencanaan pembangunan dalam negara, khususnya didaerah seperti
misalnya penyusunan APBD (Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah).
Dalam politik anggaran, kebutuhan akan kemampuan yang hampir tidak
bisa dihindari adalah kemampuan untuk mengalokasikan nilai-nilai. Dan ini
merupakan

prasyarat

yang

tentunya

dibutuhkan

dalam

merumuskan

RAPBN/RAPBD sebagai tahapan awalnya. Kemudian proses bagaimana
konsisten melaksanakannya dengan unsur-unsur keterbukaan (akuntabilitas) atau
merealisasikannya hingga melakukan alternatif-alternatif tertentu untuk merespon

7
Universitas Sumatera Utara

kendala atau ketidaksesuaian dalam hal-hal tertentu. Sehingga adanya perubahan
(revisi) dan hal inilah yang bisa kita pahami sebagai APBN-P/APBD-P. Ini
dikarenakan anggaran menjadi sangat penting dan relevan di Pemerintahan
Daerah yang berdampak terhadap kinerja pemerintah yang dikaitkan dengan
fungsi pemerintah dalam memberi pelayanan terhadap masyarakat. APBD
merupakan alat untuk mencegah informasi asimetri dan perilaku disfungsional
dari Pemerintah Daerah, serta merupakan proses akuntabilitas publik. Disamping
itu, anggaran merupakan kontrak politik antara Pemerintah Daerah dengan DPRD
untuk masa yang akan datang. 7
APBD yang merupakan pondasi Pemerintah Daerah dalam membuat
kebijakan-kebijakan dan pedoman dalam jalannya pemerintahan daerah, maka
penetapan dan pengesahan APBD yang tepat waktu merupakan hal penting. Hal
ini tidak terlepas membantu terutama untuk mempercepat proses pembangunan di
daerah melalui pelaksanaan program-program pemerintah dalam tahun anggaran.
Selain itu, penetapan APBD yang tepat waktu juga akan menghindari suhu politik
yang memanas di daerah, sehingga akan mengundang investor untuk berinvestasi
di daerah tersebut karena iklim investasi yang kondusif.
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam penetapan APBD antara sebelum
dan sesudah otonomi daerah. Pada sebelum otonomi daerah, penetapan APBD
cenderung berstruktur sentralisasi yang didasarkan pada keputusan pihak-pihak
tertentu (Kepala Daerah atau Sekretaris Daerah), masing-masing Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) kurang berperan dalam proses penyusunan anggaran.
Anggaran sangat diperlukan dalam pengelolaan sumber daya untuk mencapai

7

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Andi. Hal. 124.

8
Universitas Sumatera Utara

kinerja yang diharapkan, sedangkan setelah otonomi penetapan APBD bersifat
desentralisasi. Desentralisasi disini ialah bahwa dalam penetapan APBD harus
berdasarkan partisipasi, kejelasan sasaran anggaran, dan struktur yang
terdesentralisasi.
Oleh karena itu, dalam rangka menyiapkan rancangan APBD, Pemerintah
Daerah bersama DPRD berpartisipasi menyusun arah dan kebijakan umum APBD
yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati dalam
batas waktu yang ditentukan sebagai pedoman dalam penyusunan APBD. Arah
dan Kebijakan umum APBD memuat komponen-komponen
tingkat

pelayanan

dan

pencapaian yang diharapkan pada setiap lini kewenangan pemerintah

yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran secara obyektif dengan
memperhatikan unsur masyarakat.
Secara obyektif, keberadaan unsur masyarakat dalam musrenbang sendiri
seringkali tidak terwakili dengan baik, sehingga hasil keputusan musrenbang
seringkali tidak benar-benar menfasilitasi kepentingan masyarakat. Alhasil,
keputusan politik didalam suatu perencanaan pembangunan dan APBD cenderung
pincang. Padahal dengan adanya desentralisasi memberikan harapan bagi
masyarakat di daerah-daerah tersebut untuk berpartisipasi dan memberi aspirasi
guna mewujudkan pembangunan politik di daerah yang bersifat dinamis, dan
demokratis. Selain itu, kepentingan yang sering tidak terwakili ini juga
mengakibatkan keterlambatan dalam melakukan penetapan perumusan APBD di
daerah yang terkait tersebut yang seharusnya paling lambat tanggal 31 desember
2013. Apa yang dihasilkan dalam musrenbang terkadang kita melihat adanya
ketidaksesuaian terhadap implementasi yang terjadi dilapangan. Ada beberapa

9
Universitas Sumatera Utara

program atau sasaran dari APBD tidak tepat orientasinya, sehingga cenderung
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat atas kinerja pemerintahan. Hal yang
sama seperti inilah yang peneliti lihat terjadi di Kota Binjai.
Binjai pada tahun 1950-1956 menjadi kota Administratif kabupaten Langkat
dan sebagai Walikota adalah OK Salamuddin yang kemudian dilanjutkan oleh
T.Ubaidullah tahun 1953-1956.Berdasar kan Undang-Undang Darurat No.9
Tahun

1956

Kota

Binjai

menjadi

otonom

dengan

Walikota

pertama

SS.Parumuhan.Dalam perkembangannya Kota Binjai sebagai salah satu daerah
tingkat II di Propinsi Sumatera Utara telah melakukan pembenahan dengan
melakukan pemekaran wilayahnya. Semenjak ditetapkan Peraturan Pemerintah
No.10 Tahun 1986 wilayah Kota daerah Kota Binjai telah diperluas menjadi 90,23
Km dengan 5 (lima) wilayah Kecamatan; Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan
Binjai Utara, Kecamatan Binjai Selatan, Kecamatan Binjai Timur dan Kecamatan
Binjai Barat yang terdiri dari 11 desa dan 11 kelurahan. Setelah diadakan
pemecahan desa dan kelurahan pada tahun 1993, maka jumlah desa menjadi 17
dan kelurahan menjadi 20. Perubahan ini berdasarkan keputusan Gubenur
Sumatra Utara No.140-1395 /SK/1993 tanggal 3 Juni 1993 tentang pembentukan
6 desa persiapan dan kelurahan persiapan di Kota Binjai. Berdasarkan SK
Gubenur Sumatera Utara No.146-2624/SK/1996 tanggal 7 Agustus 1996 maka17
desa menjadi kelurahan. 8
Berdasarkan pada Pasal 1 Sub 2 Undang-Undang Darurat No. 9 Tahun
1956tentang batas wilayah Kota Binjai, yaitu: disebelah Utara berbatasan dengan
Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan Kecamatan Hamparan Perak Kab.Deli
8

Http://www.binjaikota.go.id/profil-12.html. Diakses pada Minggu, 14 Juni 2015, pukul 10.25
WIB.

10
Universitas Sumatera Utara

Serdang, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kab.Deli
Serdang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei
Kab.Langkat dan Kecamatan Kutalimbaru Kab.Deli Serdang dan sebelah barat
berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kab.Langkat. 9
Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, terbit UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya
antara lain menetapkan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih
dalam satu paket melalui pemilihan langsung.Pada tanggal 6Juli 2010
diselenggarakan Pemilihan langsung Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Kotamadya Binjai putaran keduadi Kota Binjai oleh Komisi Pemilihan Umum.
Berdasarkan hasil pemilihan langsung putaran kedua tersebut maka ditetapkan
H.M.Idaham SH MSi dan Timbas Tarigan SE sebagai Walikota dan Wakil
Walikota Binjai Periode Jabatan Tahun 2010-2015. Kemudian pada tanggal 13
Agustus 2010, 10 Walikota dan Wakil Walikota Binjai terpilih dilantik oleh
Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia.
Dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan, pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan di Kotamadya Binjai sesuai amanat Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang
Darurat No.9 Tahun 1956 tentang Pembentukan Kota Binjai di Provinsi Sumatera
Utara serta berbagai ketentuan yang berlaku terkait dengan tugas dan kewajiban
pemerintahan, Pemerintah Kota Binjai bersama DPRD Kota Binjai telah berhasil
menetapkan RAPBD yang kemudian berlanjut menjadi APBD tahun 2014 sebagai

9

Http://kodepos.nomor.net/_kodepos.php?_i=undang-undang&sby=000000&nkri=uudrt1956-no9.
Diakses pada Minggu, 14 Juni, pukul 11.04 WIB.
10
Http://eksponews.com/view/17/15084/Wali-Kota-Binjai-Dilantik-13-Agustus.html. Diakses pada
Minggu, 14 Juni 2015, pukul 11.51 WIB.

11
Universitas Sumatera Utara

wujud dalam pengelolaan keuangan daerah guna mendukung efisiensi dan
efektifitas pembangunan yang berkemajuan. Dalam proses pembuatan APBD
2014 tersebut, pemerintah kota Binjai terlebih dahulu membentuk musrenbang
dalam rangka penyerapan aspirasi masyarakat dalam menaruh kepentingan dan
kebutuhan mereka dalam pembangunan Kota Binjai. Musrenbang tersebut
dilaksanakan pada tahun 2013, tepatnya pada tanggal 14 Maret 2013. Musrenbang
ini merupakan dasar pelaksanaan RKPD kota Binjai tahun 2014 sekaligus tahun
ke-empat pelaksanaan RPJMD kota Binjai tahun 2011-2015.Setelah itu hasil dari
Musrenbang kemudian diverifikasi kembali bersamaan dengan resis DPRD yang
kemudian menghasilkan suatu kesepakatan dalam mengeluarkan jumlah APBD di
Kota Binjai Tahun 2014.
Dalam proses pengesahan APBD Kota Binjai tahun 2014 mengalami
keterlambatan dan perubahan. Pada mulanya tanggal 14 Februari 2014 telah
disetujui

dengan

rincian

jumlah

anggaran

belanja

kota

sebesar

Rp

902.000.000.000,- (Sembilan ratus dua miliyar) dan pendapatan daerah senilai
Rp809.000.000.000,- (Delapan ratus Sembilan miliyar). 11Namun, pada tanggal 9
Oktober 2014 Pemko Binjai mengajukan PAPBD 2014 melalui Sidang Paripurna
DPRD Kota Binjai. Pemko Binjai beralasan pengajuan PAPBD 2014
dilatarbelakangi oleh adanya peningkatan pendapatan daerah, sehingga pengajuan
perubahan APBD tahun 2014, merupakan lanjutan dari rangkaian kegiatan
sebelumnya, yang diawali dari pembahasan KUA perubahan APBD Kota Binjai
tahun anggaran 2014 dan PPAS perubahan APBD Kota Binjai tahun 2014, yang
telah mendapat kesepakatan. Selain itu, peneliti juga melihat bahwa pembangunan
11

Http://www.binjaikota.go.id/artikel-351-apbd-kota-binjai--ta-2014--rp-902--miliar-.html.
Diakses pada Rabu, 17 Juni 2015, pukul 11.00 WIB.

12
Universitas Sumatera Utara

di kota Binjai hanya berjalan ditempat (terfokus pada mikro dan kurang terlihat
pada bagian makro pembangunan).
Berdasarkan hal tersebut diatas, menarik minat peneliti untuk menganalisis
keterkaitan dan pengaruh Musrenbang daerah dalam pembuatan APBD Kota
Binjai Tahun 2014 guna terwujudnya suatu pembangunan di daerah yang bersifat
menyeluruh. Selain itu, pada akhirnya, peneliti dapat menyimpulkan mengenai
sifat fungsional dari forum Musrenbang daerah dalam praktiknya membahas
rencana awal program pembangunan di Kota Binjai, yakni terfokus pada
pembuatan APBD 2014 yang dikoordinatori oleh Bappeda, sehingga dengan kata
lain dapat menjadi evaluasi dalam pelaksanaan musrenbang di Kota Binjai.

1. 2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka penulis merumuskan
masalah penelitian, yaitu melihat Bagaimana Pelaksanaan Musrenbang terkait
denganPembuatan APBD kota Binjai Tahun 2014 yang dikoordinatori oleh
Bappeda.

1. 3.Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini mempunyai tujuan, yakni:
1. Untuk melihat peran, tugas pokok dan fungsi Bappeda dalam pelaksanaan
musrenbang di Kota Binjai Tahun 2013.
2. Untuk melihat keterkaitan antara Musrenbang dengan Proses Penyusunan
APBDKota Binjai tahun 2014.

13
Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui pola interaksi antara internal Pemerintahan Kota Binjai
yang dalam hal ini Bappeda beserta pihak terkaitterhadap penetapan APBD di
Kota Binjai tahun 2014.

1. 4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai karya ilmiah dalam upaya
mengembangkan kompetensi penulis serta untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menyelessaikan program studi sarjana strata satu (S1) Departemen Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Secara teoritis, penelitian ini merupakan kajian ilmu politik yang
diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran mengenai pembangunan
politik dan kinerja pemerintahan daerah dalam proses penyusunan APBD dan
memberi solusi terhadap permasalahan bangsa.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau
membangun bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah khazanah ilmu
pengetahuan dalam Ilmu politik, dan menjadi referensi/kepustakaan bagi
Departemen Ilmu Politik FISIP USU.

1. 5. Kerangka Teori dan Konsep

1. 5. 1. Teori Anggaran
Anggaran memiliki posisi yang sangat penting. Anggaran mengungkapkan
apa yang akan dilakukan di masa depan. Pemikiran strategis dalam setiap

14
Universitas Sumatera Utara

organisasi adalah proses dimana manajemen berpikir tentang penginterogasian
aktivitas

ke

arah

tujuan

organisasi.Pemikiran

strategis

manajemen

didokumentasikan kedalam berbagai dokumen perencanaan. Keseluruhan proses
diinterogasikan dalam prosedur penganggaran organisasi.
Anggaran dapat diinterpretasikan sebagai paket pernyataan perkiraan
penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau
beberapa periode mendatang. Di dalam tampilannya, anggaran selalu menyertakan
data penerimaan dan pengeluaran yang diharapkan akan terjadi dalam satu atau
beberapa periode mendatang. Didalam tampilannya, anggaran selalu menyertakan
data penerimaan dan pengeluaran yang terjadi di masa lalu. Kebanyakan
organisasi sektor publik melakukan pembedaan krusial antara tambahan modal
dan penerimaan, serta tambahan pendapatan dan pengeluaran. 12Dampaknya
adalah pemisahan penyusunan anggaran tahunan dan anggaran modal tahunan.
Jenis anggaran sektor publik adalah:
a. Anggaran Negara dan Daerah APBN/APBD
b. Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP), yaitu anggaran
usaha setiap BUMN/BUMD serta badan hukum publik atau gabungan
publik-swasta.
Proses penyusunan anggaran umumnya disesuaikan dengan peraturan
lembaga yang lebih tinggi.Sejalan dengan pemberlakuan Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerahyang kemudian
direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU
12

Indra Bastian. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hal. 163.

15
Universitas Sumatera Utara

No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, lahirlah tiga paket perundang-undangan, yaitu UU No. 17/ 2003 tentang
Keuangan Negara, UU No. 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No.
15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang telah membuat
perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pengaturan
keuangan, khususnya Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan Pusat. 13
Anggaran memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana kerja;
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan dilaksanakan di
masa mendatang;
3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan berbagai
unit kerja dan mekanisme kerja antara atasan dan bawahan;
4. Anggaran sebagai alat pengendalian unit kerja;
5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan efisien
dalam pencapaian visi organisasi;
6. Anggaran merupakan instrumen politik;
7. Anggaran merupakan instrumen kebijakan fiskal.
Anggaran selalu dikaitkan dengan akuntabilitas legislatif. Konflik
penentuan dan pemungutan pajak sangat berpengaruh terhadap kapabilitas
legislatif untuk mengendalikan pengeluaran. Pada praktiknya, pihak legislatif
akan meminta daftar tahunan tentang pengeluaran dan pendapatan sekaligus
dengan tujuan aktivitasnya. Jadi, karakter anggaran adalah keseragaman,
13

Ibid. Hal. 164.

16
Universitas Sumatera Utara

keseluruhan transaksi pemerintahan, keteraturan penyerahan rancangan anggaran
per tahunannya, akurasi dan prakiraan pendapatan serta pengeluaran yang didasari
oleh

persetujuan/konsensus

dan

terpublikasi.Proses

penyusunan

maupun

pengesahan anggaran dapat dipublikasikan ke masyarakat. Proses akhir
penyusunan anggaran merupakan hasil persetujuan politik,termasuk item
pengeluaran harus disetujui para legislator.
1. 5. 2. Politik Anggaran
Politik bisa terlibat dalam segala urusan kenegaraan, termasuk didalamnya
urusan finansial publik, baik itu dalam perencanaan, pelaksanaan hingga tahap
evaluasi. Teori politik keuangan negara yang baik adalah relatif tergantung
ideologi suatunegara,artinya teori politik keuangan negara yangbaik bagi suatu
negara belum tentu baik bagi negara lain. Aktivitas politikdalam anggaran
tergantungpada derajat demokrasi, yang memberi keleluasaan/kebebasan aktivitas
politik dalam suatu negara.
Politik anggaran adalah penetapan berbagai kebijakan tentang proses
anggaran yang mencakupi berbagai pertanyaan bagaimana pemerintah membiayai
kegiatannya; bagaimana uang publik didapatkan, dikelola dan disdistribusikan;
siapa yang diuntungkan dan dirugikan; peluang-peluang apa saja yang tersedia
baik untuk penyimpangan negatif maupun untuk meningkatkan pelayanan
publik. 14Menurut Noer Fauzi & R Yando Zakaria bahwa politik anggaran adalah
proses saling mempengaruhi di antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam
menentukan skala prioritas pembangunan akibat terbatasnya sumber dana publik
yang tersedia. Selain itu, pengertian politik anggaran juga dikatakan sebagaiproses
14

Irene S. Rubin. 2006. The Politics of Public Budgetting. Washington: CQ Press. Hal. 1.

17
Universitas Sumatera Utara

mempengaruhi kebijakan alokasi anggaran yang dilakukan oleh berbagai pihak
yang berkepentingan dengan anggaran.

Dengan kata lain, merupakan proses

penegasan kekuasan atau kekuatan politik di antara berbagai pihak yang terlibat
dalam penentuan kebijakan maupun alokasi anggaran 15.
Berdasar

beberapa

pandangan

terhadap

politik

anggaran

tersebut

menunjukkan adanya proses adu kekuatan dan kepentingan dalam proses
penganggaran, sehingga nantinya menghasilkan keputusan politik yang intinya
adalah

apakah

dapat

berpihak

kepada

rakyat

ataukah

tidak.

Dengan

adanyapengendalian menjadikan kontrol sangat diperlukan agar hasil keputusan
penganggaran tetaplah pada jalur yang bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat
serta kemajuan bangsa dan negara.

1. 5. 3. Politik Anggaran Daerah
Pemerintah sebagai sebuah institusi publik dalam kegiatan pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan memerlukan sumber dana atau modal untuk
dapat membiayai pengeluaran pemerintah tersebut (government expediture)
terhadap barang barang publik (public goods) dan jasa pelayanan. Tugas ini
berkaitan erat dengan kebijakan anggaran pemerintah yang meliputi penerimaan
dan pengeluaran. Pemerintah dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas,
memerlukan dana yang cukup dan terus meningkat sesuai dengan meningkatnya
tuntutan masyarakat, kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Dana tersebut

15

Noer Fauzi dan R. Yando Zakaria. 2000. Mensiasati Otonomi Daerah. Jakarta: Konsorsium
Pembaruan Agraria. Hal. 223.

18
Universitas Sumatera Utara

diperoleh dari kemampuan menggali sumber keuangan sendiri didukung oleh
perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai sumber pembiayaan.
Anggaran daerah digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya
pendapatan

dan

pengeluaran,

pengambilan

keputusan

dan

perencanaan

pembangunan, otorisasi pengeluaran dimasa yang akan datang, sumber
pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kinerja serta alat koodinasi
bagi semua aktivitas berbagai unit kerja.Anggaran daerah yang tercantum dalam
Anggaran PendapatanBelanja Daerah (APBD) merupakan instrumen kebijakan
utama Pemerintah Daerahkarena APBD adalah intisari dari apa yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun kedepan sebagai rangkaian
tak terpisahkan dari kebijakan masa lalu dan tujuan yang akan dicapai pada masa
yang akan datang. dan untuk mereduksi mengenai anggaran daerah tersebut maka
kita perlu mengkaji kembali ruang lingkup keuangan daerah dan sejauh mana
aspek-aspek yang harus dikelola dengan uang ataupun anggaran daerah. 16
Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Daerahsebagai

rencana

kerja

pemerintahdaerah merupakan desain teknis pelaksanaanstrategi untuk mencapai
tujuan daerah.Jika kualitas anggaran Pemerintah daerah rendah, maka kualitas
fungsi-fungsipemerintah cenderung lemah. Untuk mengantisipasi hal tersebut
keterlibatan aparat pemerintah daerah beserta masyarakat diperlukan dalam suatu
proses pengambilan keputusan secara bersama dalam menyusun anggaran daerah
serta pelaksanaannya untuk mencapai target anggaran tersebut. 17
1. 5. 4. Teori Komunikasi Pemerintahan
16

Julmansyah, Moh Taqiuddin. 2003. Politik Anggaran Daerah. Mataram: Pustaka Konsepsi
Nusa.
17
Wildavsky Aaron dan Caiden Naomi. 2012. Dinamika Proses Politik Anggaran. Yogyakarta:
Matepena Consultindo.

19
Universitas Sumatera Utara

Komunikasi pemerintahan merupakan bagian dari komunikasi politik.
Komunikasi politik adalah sebuah studi yang interdisiplinari yang dibangun atas
berbagai macam disiplin ilmu, terutama dalam hubungannya antara proses
komunikasi dan proses politik. Ia merupakan wilayah pertarungan dan
dimeriahkan oleh persaingan teori, pendekatan, agenda dan konsep dalam
membangun jati dirinya. Oleh karena itu pula, komunikasi yang membicarakan
tentang politik kadang diklaim sebagai studi tentang aspek-aspek politik dari
komunikasi public, dan sering dikaitkan sebagai komunikasi kampanye pemilu
(election campaign) karena mencakup masalah persuasi terhadap pemilih, debat
antar kandidat, dan penggunaan media massa sebagai alat kampanye.
Selain itu komunikasi politik menurut Dahlan, ialah suatu bidang atau
disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik,
mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik. Dengan
demikian, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses
pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesanpesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain dengan tujuan untuk
membuka wawasan atau cara berpikir, serta memengaruhi sikap dan tingkah laku
khalayak yang menjadi target politik.
Di dalam praktek politik, maka penyelenggara intinya adalah pemerintah
atau eksekutif. Di sini kita melihat bahwa komunikasi adalah bagian dari fungsi
manajemen pemerintahan. Seperti kita ketahui, manajemen pokoknya terdiri dari
empat fungsi generik: planning, organizing, leading, controlling. Komunikasi
merupakan instrument yang melekat mulai sejak fungsi pertama hingga keempat.
Namun, yang menjadi titik tumpu adalah pada perannya di leading karena pada

20
Universitas Sumatera Utara

prinsipnya tugas manajemen adalah mencapai hasil. Hasil dapat dicapai jika
keputusan (yang benar dan tepat) dibuat.
Hal tersebut berdasar pada fungsi politik dalam komunikasi itu sendiri yang
terdiri dari dua fungsi utama. Pertama, fungsi agregasi kepentingan. Pada fungsi
ini terjadi proses penggabungan kepentingan, untuk kemudian dirumuskan dan
disalurkan kepada pemegang kekuasaan atau pemerintah yang memegang
kekuasaan atau pemerintah yang memegang kekuasaaan atau yang berwenang
untuk dijadikan kebijaksanaan umum. Kedua, fungsi artikulasi kepentingan. Pada
fungsi ini teradi proses sintesis aspirasi individu-individu manusia sebagai
anggota kelompok yang berupa idea, pendapat yang kemudian dijadikan pola dan
program politik.
Berdasarkan fungsi tersebut, negara dalam hal ini pemerintah memerlukan
sistem komunikasi yang efektif untuk menjamin efektivitas penyelenggaraan
pemerintahan. Oleh karena itu diperlukan strategi untuk membangun sistem
komunikasi pemerintahan yang efektif. Riant Nugroho merumuskan tiga strategi
untuk membangun sistem komunikasi pemerintahan yang efektif. Ketiga strategi
itu disebut core strategy, yaitu:
a) Bangun kesamaan persepsi akan perlunya pemerintahan yang efektif;
b) Pastikan bahwa tujuan utama dari strategi adalah membangun optimum
overlapping antara sistem komunikasi formal dengan informal;
c) Dorong setiap bagian untuk mengarahkan sistem komunikasi informal
agar berhimpit dengan sistem informasi formal.

21
Universitas Sumatera Utara

Akan tetapi jika tidak adanya persamaan persepsi serta perbedaan
kepentingan, maka akan menjadi persaingan politik yang memiliki tiga
kecenderungan, yaitu:
a) Kecenderungan positif, di mana setiap pihak pada akhirnya bersepakat
untuk menyelenggarakan pemerintahan dengan beragam kepentingan
dalam rasa kebersamaan. Keunggulan yang dicapai karena ada sinergi
diantara masing-masing pihak;
b) Kecenderungan negatif, di mana setiap pihak berusaha untuk menjegal
pihak lain untuk menciptakan citra di mata publik bahwa pihak lain
yang merupakan representasi kelompok politik tertentu tidak mampu
melaksanakan tugas yang diembannya;
c) Kecenderungan pasif, yaitu dimana setiap pihak memilih untuk tidak
bekerjasama namun juga tidak untuk menjatuhkan. Yang terjadi adalah
konflik dipelihara secara laten dan pemerintahan juga sama-sama tidak
berjalan efektif.
1. 6. Metodologi Penelitian
Dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya kita akan melihat dan
menemukan sederetan fakta, angka, sudut pandang dan dinamika dalam peristiwa
sosial dan politik yang tentunya hal tersebut memiliki keunikan dan ciri khas
tersendiri untuk di kaji, dijawab, dikembangkan dan digiring kedalam bentuk yang
tidak rumit melalui teorisasi. Konstruksi teknik dan instrumen yang baik dan

22
Universitas Sumatera Utara

benar akan mampu menghimpun data secara objektif, lengkap dan dapat dianalisa
untuk memecahkan suatu permasalahan. 18
1. 6. 1. Metode Penelitian
Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka
teori diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
ialah dikarenakan peneliti memiliki tujuan dalam memecahkan masalah yang ada
berdasarkan fakta dan data-data yang ada dengan memberikan gambaran yang
lebih detail, faktual dan tersistematis fokus masalah yang diteliti berdasarkan
penilaian sikap atau pendapat dari individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur
yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survey, wawancara, ataupun
observasi. 19
1. 6. 2. Jenis Penelitian
Penelitian
deskriptifyang

ini

menggunakan

bersifat

analisis

pendekatan

terhadap

kualitatif

permasalahan

dengan
yang

metode

kemudian

disinkronisasikan dengan teori yang digunakan dalam penelitian 20. Peneliti
memilih jenis pendekatan kualitatif sebagai pendekatan yang menghasilkan data,
tulisan,dan tingkah laku yang didapat dari yang diamati. 21
Aplikasi penelitian kualitatif ini adalah konsekuensi metodologis dari
penggunaan metode deskrptif. Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa

18

Rianto Adi. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit. Hal. 3.
Bambang Prasetyo dkk. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. hal. 42.
20
Lisa Harrison. 2009. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Kencana. Hal. 89.
21
Hadari Nawawi. 1994. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM prss. Hal 203.
19

23
Universitas Sumatera Utara

”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati. 22Dengan kata lain, peneliti berusaha untuk mengungkapkan fakta
sesuai dengan kenyataan yang ada tanpa melakukan intervensi terhadap kondisi
yang terjadi dengan membuat gambaran dan hubungan antara fenomena yang
diselidiki.
1. 6. 3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini terletak di Kotamadya Binjai. Adapun fokus
penelitian yaitu pada pemerintah Kota Binjai yakni BAPPEDA Kota Binjai.
6. 4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan, penulis
melakukan teknik pengumpulan data wawancara dan sekunder. 23 Teknik
pengumpulan data tersebut yakni sebagai berikut:
a. Teknik Wawancara
Pada hakikatnya, penelitian dimulai dari permasalahan penelitian
sebagai suatu tahap analisis. Salah satu teknik pengumpulan data ialah
wawancara, yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
kepada informan. Menurut Irawati Singarimbun dalam buku Metode
Penelitian Survei 24dijelaskan bahwa wawancara merupakan suatu proses
interaksi dan komunikasi. Pewawancara diharapkan menyampaikan

22

Lexy J. Moleong. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Hal. 3.
23
Muhammad Idrus. 2009. Metode Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif.
Yogyakarta: Erlangga. Hal. 105.
24
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survei. Jakarta:Lembaga
Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Hal. 207

24
Universitas Sumatera Utara

pertanyaan kepada informan, merangsang informan untuk menjawabnya dan
mencatatnya. Semua informan mendapat pertanyaan yang sama, dengan
kata-kata dan dalam tata urutan secara uniform. Dalam hal ini adapun yang
dijadikan sebagai narasumber kunci ialah Bappeda Kota Binjai, yakni:
1. Sekretaris Bappeda;
2. Kasubbag Umum; dan
3. Kabid Ekonomi.
Sedangkan informan pendukung ialah Tokoh Masyarakat, yakni
Mahasiswa, Pekerja Profesional, bagian tokoh paguyuban dan ormas
kepemudaan, Petani.
b. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah dengan mencari
informasi dan data melalui buku-buku, internet, jurnal ilmiah, dan bentuk
informasi lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Selain itu, informasi dan data tambahan juga didapatkan dari literatur
perundang-undangan, artikel-artikel dan lainnya. Informasi yang diperoleh
dari sumber-sumber tersebut dapat dijadikan panduan dalam melakukan
penelitian ini.

1. 6. 5. Teknik Analisa Data

Menurut Sugiono teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi,

dengan

cara

mengorganisasikan

data

kedalam

kategori,

25
Universitas Sumatera Utara

menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Untuk keperluan
analisis data, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimana peneliti akan
menguraikan sera menginterpreasikan data yang diperoleh daripara narasumber
melalui wawancara yang mendalam. Peneliti akan menelaah ulang hasil data yang
diperoleh dari berbagai literatur yang dijadikan sebagai referensi dalam
melaksanakan penelitian ini. Setelah itu, peneliti akan mengaitkan hasil telaah
ulang dan hasil kajian tersebut yang kemudian peneliti rangkumkan dengan hasil
pemikiran peneliti yang dimuat dalam kesimpulan.

1. 7. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan dimaksudkan untuk menjabarkan rencana penulisan
agar lebih mudah dan terarah dalam menyusun penelitian. Maka, peneliti
membagi sistematika penulisan ini menjadi 4 bab, yakni:
BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, teori, dan mtodologi penelitian yang memuat
bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data dalam rencana pengujian
keabsahan data dan etika penelitian.
BAB II PROFIL KOTA BINJAI DAN TUPOKSI BAPPEDA KOTA BINJAI

26
Universitas Sumatera Utara

Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian berupa profil kota
Binjai, sejarah, visi dan misi, tugas pokok, fungsi dan struktur
organisasi Pemerintah Kota Binjai dan juga profil Bappeda Kota
Binjai.

BAB III POLITIK ANGGARAN: KETERKAITAN
MUSRENBANGTERHADAP PEMBUATAN APBD KOTA
BINJAI TAHUN 2014.
Dalam bab ini, menguraikan secara garis besar hasil penelitian
sekaligus memperlihatkan adanya fakta yang dihasilkan dari
penelitian mengenai Keterkaitan Antara Musrenbang Terhadap
Pembuatan APBD Kota Binjai Tahun 2014.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab terakhir ini, hal yang akan dibahas adalah
kesimpulan dari hasil penelitian yang juga akan menjawab
pertanyaan terhadap penelitian yang dilakukan. Kemudian akan
berisikan saran-saran yang diharapkan memberi manfaat bagi
lembaga yang terkait dan juga kepada penulis.

27
Universitas Sumatera Utara