Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan
diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator
penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan
sosial. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 pasal
28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. Selain itu Undang-undang (UU) Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan juga menjelaskan dengan tegas hak dan kewajiban pemerintah maupun
masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan kesehatan.
Pembangunan kesehatan adalah salah satu upaya pembangunan nasional
yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu
hak dasar rakyat,

yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan mendukung pembangunan
ekonomi, serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan
(Kemenkes RI, 2012).

Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban
ganda, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena masih banyak kasus yang belum terselesaikan. Di lain pihak

1
Universitas Sumatera Utara

telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular (PTM). PTM merupakan
penyakit yang lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup manusia atau sering
dikenal juga dengan penyakit degeneratif. Menurut Riset Kesehatan Dasar (2013)
tercatat prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laki-laki dan
perokok wanita), kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah
93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%,
makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3%
serta gangguan mental emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%, dan obesitas
sentral 26,6%.
Saat ini, PTM menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%)
dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta
(80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang. Peningkatan kematian
akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% (44

juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020 (WHO, 2011).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013) kasus PTM terus meningkat
setiap tahunnya di Indonesia tercatat prevalensi penyakit hipertensi 26,5%,
Rematik 24,7%, Asma 4,5%, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7%, Diabetes
Melitus 2,1%, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Stroke 1,2%, Batu Ginjal 0,6%,
Gagal Jantung 0,3%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 0,1%.
Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban
pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung Negara dan masyarakat.
Penyandang PTM memerlukan biaya yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya
berkembang menjadi kronik dan terjadi komplikasi. Data Pusat Pemeliharaan

2
Universitas Sumatera Utara

Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI (2012) memperlihatkan bahwa
PTM menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila dibandingkan
dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular (Kemenkes RI,
2013).
Menurut data Dinas Kesehatan Pemeritah Kota Medan selama tahun 20082012 berdasarkan laporan 14 rumah sakit di Kota Medan, jumlah kasus hipertensi
adalah sebesar 51.354 pasien dengan mortalitas/kematian sebesar 442 pasien dan

rata-rata pertumbuhan jumlah pasien per tahun adalah sebesar 3,37%. Untuk kasus
penyakit jantung adalah sebesar 38.051 pasien dengan kematian sebesar 582
pasien dan rata-rata pertumbuhan jumlah pasien per tahun adalah sebesar 6,49%.
Sedangkan untuk penyakit stroke adalah sebesar 8.970 pasien dengan kematian
sebesar 1.313 pasien dan rata-rata pertumbuhan jumlah pasien per tahun adalah
sebesar 3.07% (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2013).
PTM dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman
beralkohol. Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM
merupakan upaya untuk mencegah agar tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum
memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi faktor risiko PTM menjadi normal
kembali dan mencegah terjadinya PTM bagi yang mempunyai faktor risiko,
selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian bertujuan untuk
mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas
hidup.

3
Universitas Sumatera Utara


Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah
pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan
fasilitas dan bimbingan untuk ikut berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko
PTM dengan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk melakukan deteksi
dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya. Kegiatan ini disebut
dengan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM (Kemenkes RI, 2013).
Posbindu PTM merupakan salah satu program Upaya Kesehatan
Bersumber daya Masyarakat (UKBM) dan merupakan salah satu tuntutan dari
Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 Bab X Pasal 158 bahwa
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat melakukan upaya pencegahan,
pengendalian, penanganan PTM beserta akibat yang ditimbulkan.
Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri
masyarakat terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat
dicegah. Sikap mawas diri ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku
masyarakat yang lebih sehat dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak
hanya pada saat sakit, melainkan juga pada keadaan sehat. Saat ini sudah terdapat
7.225 Posbindu PTM di seluruh Indonesia (Kemenkes, 2013).
Posbindu PTM dilakukan untuk seluruh masyarakat yang berusia 15 tahun
keatas dengan pelaksana masyarakat dan dibantu oleh petugas puskesmas
setempat. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019

sasaran minimal kegiatan Posbindu PTM adalah 10% dari penduduk usia 15 tahun
keatas di wilayah terkait.

4
Universitas Sumatera Utara

Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Polonia telah dijalankan sejak
tahun 2014 sampai sekarang. Kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas Polonia
dilakukan secara berkala melalui sistem 5 meja, yaitu pendaftaran; wawancara;
pengukuran berat badan (BB) dan analisa lemak tubuh; pengukuran tekanan darah
dan gula darah; serta konseling, edukasi, dan tidak lanjut lainnya. Peserta
Posbindu PTM akan dipantau melalui KMS-FR PTM (Kartu Menuju Sehat Faktor
Resiko Penyakit Tidak Menular) sehingga monitoring dan deteksi dini penyakit
tidak menular dapat dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Polonia Kecamatan
Medan Polonia.
Puskesmas Polonia memiliki Posbindu PTM sebanyak 3 Posbindu.
Pelaksanaan Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Polonia Kecamatan
Medan Polonia dilaksanakan 1 kali dalam sebulan dengan melibatkan 4 petugas
sebagai pelaksana program yaitu 1 petugas puskesmas terkait, dan 3 kader. Waktu
pelaksanaan Posbindu PTM sama seperti posyandu balita yaitu pukul 10.00 WIB

sampai dengan 13.00 WIB.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan rekapitulasi PTM di
Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia menunjukkan pada bulan Agustus
2015 terdapat 114 kunjungan; pada bulan September terdapat 107 kunjungan; dan
pada bulan Oktober terdapat 114 kunjungan. Penyakit tidak menular yang paling
banyak ditemukan adalah hipertensi, rematik, gastritis, dan diabetes melitus.
Dalam jumlah kunjungan 10 penyakit terbesar di Puskesmas Polonia hipertensi
menduduki peringkat ketiga, gastritis keempat, dan rematik kelima (Puskesmas
Polonia, 2014).

5
Universitas Sumatera Utara

Menurut hasil pencatatan Puskesmas Polonia jumlah peserta yang
mengikuti kegiatan Posbindu PTM pada 3 bulan terakhir tahun 2015 yaitu, 20
orang pada bulan Oktober, 21 orang pada bulan November, dan 18 orang pada
bulan Desember. Hal ini menunjukkan masih sangat kurangnya partisipasi
kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun
keatas dalam memanfaatkan Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Polonia.
Hasil penelitian yang dilakukan Parinduri (2014) dalam menganalisis

pelaksanaan program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular dalam
deteksi dini dan pencegahan komplikasi diabetes melitus (DM) di Puskesmas
Glugur Darat yaitu penderita DM belum melakukan pencegahan dan penemuan
dini faktor risiko DM melalui posbindu PTM karena peran serta masyarakat yang
masih kurang baik, dan kurang lengkapnya sarana dan prasarana serta terbatasnya
biaya operasional program.
Hasil penelitian Handayani (2012) yang dilakukan di Posbindu PTM
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yaitu diketahui diketahui pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu oleh lanjut usia sangat rendah yakni 23,6% dikarenakan
rendahnya pendidikan, pengetahuan, dan sikap serta jauhnya jarak lokasi
Posbindu dengan tempat tinggal.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan
Polonia Tahun 2015.

6
Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka yang menjadi
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas
Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas
Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi Kesehatan terutama Dinas Kesehatan Kota Medan dan
Puskesmas Polonia menjadi bahan masukan dan kajian evaluasi untuk
pemegang program Posbindu PTM mengenai Analisis Pelaksanaan
Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah
Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia.
2. Bagi peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan praktek dalam
proses penelitian mengenai analisis pelaksanaan Program Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia
Kecamatan Medan Polonia.

3. Bagi ilmu kesehatan masyarakat diharapkan dapat digunakan untuk
pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi.

7
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014

29 338 136

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

41 362 140

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 1 17

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 1 2

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 0 34

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 0 3

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

1 1 26

Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016

0 0 16

Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016

0 0 2

Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2016

0 1 8