Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014

(1)

SKRIPSI

OLEH NIM : 111000234 GAYATRI TUNGGADEWI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA

KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2014

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH NIM : 111000234 GAYATRI TUNGGADEWI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

i

PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2015

( Gayatri Tunggadewi)


(4)

(5)

iii

penyakit gigi yaitu indeks pengalaman karies gigi (dmf-t) termasuk kategori sedang mencapai 3,43 yang berarti bahwa penduduk Sumatera Utara memiliki karies gigi rerata empat gigi per orang. Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bentuk kegiatan untuk meminimalkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa/i sekolah dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2014. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap sebelas informan yang terdiri dari Kepala Puskesmas, tenaga UKGS puskesmas, Kepala Sekolah SD, Pihak Dinas Kesehatan Kota Medan, dan Pengawas SD di Kecamatan Medan Polonia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa input yaitu tenaga pelaksana UKGS hanya dilakukan oleh dokter gigi saja, sarana dan prasarana tergolong minim, biaya operasional sangat minim berasal dari BOK Dinas Kesehatan. Dan proses meliputi kegiatan program UKGS yang dilaksanakan hanya penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut, untuk tindakan pelayanan medik gigi dasar tidak dapat dilaksanakan disekolah. Kegiatan sikat gigi massal dan pembinaan/pelatihan guru sekolah tidak pernah dilaksanakan. Peran Kepala Sekolah tidak maksimal. Pengawasan dari pengawas SD di Kecamatan Medan Polonia tidak pernah dilaksanakan. Sehingga output yang dihasilkan yaitu indeks pengalaman karies gigi (dmf-t) masih dalam kategori sangat tinggi sebesar 9,12.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia dinyatakan belum maksimal, maka diharapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program UKGS. Diharapkan Pihak Puskesmas dengan Pihak Sekolah dan Pengawas SD meningkatkan hubungan kerja sama lintas sektor dan fungsi pengawasan, serta meningkatkan pelaksanaan dari setiap kegiatan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia.


(6)

iv

ABSTRACT

Based on the health profile of North Sumatera in 2013, the prevalence of dental disease, the index of undergoing dental caries (dmf-t), which was categorized as moderate, reached to 3.43 which indicated that each inhabitant of North Sumatera had the average of four caries teeth. UKGS (School Health Service) program is an activity to minimize dental and mouth health problem in elementary students.

The objective of the research was to find out the implementation of UKGS program in the working area of Polonia Puskesmas, Medan Polonia, in 2014. The research used qualitative research and conducted in-depth interviews with 11 informants that consisted of the Head of Puskesmas, UKGS Puskesamas personnel, the Head of the Elementary School, the management of Medan Health Service, and Elementary School Supervisors in Medan Polonia Subdistrict.

The result of the research showed that the input, the implementation of UKGS, was conducted only by dentists, facility and infrastructure were inadequate, and the operational cost which came from BOK of the Health Service was also inadequate. Besides that, the process which included UKGS program was only counseling and examining dental and mouth, basic dental medical care was not implemented in schools, there was no activity of mass tooth brushing and developing/training for school teachers, the role of the Principals was not maximal, and there was no supervision activity at the Elementary Schools in Medan. Therefore, the output, the index of undergoing caries teeth (dmf-t) was still in a very high category of 9.12.

The conclusion of the research was that UKGS program in the working area of Polonia Puskesmas was not maximal. It is recommended that the Head of the Health Service of Medan complete the facility and infrastructure in order to support the implementation of the activity of UKGS program. It is also recommended that the management of Puskesmas, the management of the schools, and the school supervisors increase the collaboration in cross-sectoral and supervision and increase the activities dealing with UKGS program in the working area of Polonia Puskesmas.


(7)

v

Tanggal Lahir : 07 Februari 1994

Tempat Lahir : Medan

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. Arief Adityawarman

Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Utami Savitri SH

Suku Bangsa Ibu : Melayu

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Swasta Pertiwi Medan/2005 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Swasta Pertiwi Medan/2008 3. SLTA/Tamat tahun : SMA Negeri 3 Medan/2011 4. Akademi/Tamat tahun : -

5. Lama studi di FKM USU : 3 Tahun 7 Bulan


(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy B.Z., MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM USU dan juga selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(9)

vii

yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di FKM USU.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Kepala Puskesmas Polonia dan Para Kepala Sekolah SD yang telah memberikan dukungan kerja sama dan kesempatan untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Polonia.

9. Teristimewa untuk kedua orang tua terkasih, Alm. Arief Adityawarman dan Ibunda Utami Savitri, SH atas doa, kasih sayang dan dukungan yang tak putus-putusnya kepada penulis, yang penulis jadikan sebagai motivasi dalam penulisan ini, dan untuk abang tercinta Satria Gautama S.Ked yang memberikan saran dan semangat.

10.Seluruh keluarga besar penulis terutama Paman Tribrata Hutahuruk, SH. MH yang memberikan dukungan dan saran.

11.Sahabat-sahabat penulis Winda, Yuni, Indah, Desrifa, Doly yang banyak memberikan bantuan, dukungan dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

12.Teman-Teman peminatan AKK stambuk 2011 serta semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu persatu.


(10)

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2015 Penulis,


(11)

ix

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Puskesmas ... 9

2.1.1 Tujuan Puskesmas ... 10

2.1.2 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas ... 10

2.1.3 Kegiatan Pokok Puskesmas... 11

2.2 Penyelenggaraan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ... 12

2.3 Pelayanan Medik Gigi Dasar ... 13

2.4 Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas ... 14

2.5 Tugas Tenaga Kesehatan Gigi di Puskesmas ... 15

2.6 Pelayanan Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah ... 16

2.7 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)... 17

2.7.1 Sejarah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)... 18

2.7.2 Tujuan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) ... 19

2.7.3 Manfaat Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) ... 19

2.7.4 Sasaran Pelaksanaan UKGS ... 20

2.7.5 Tahap Pelaksanaan Kegiatan UKGS ... 21

2.7.6 Cakupan Pelayanan Program UKGS ... 23

2.7.7 Tenaga Pelaksana UKGS ... 24

2.7.8 Tim Pembina Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ... 27

2.8 Manajemen Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) ... 29

2.9 Sarana dan Prasarana Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ... 32

2.10 Biaya Operasional Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ... 33

2.11 Status Kesehatan Gigi dan Mulut ... 34


(12)

x

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

3.3 Informan Penelitian ... 40

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.5 Instrumen Pengambilan Data ... 41

3.6 Triangulasi... 41

3.7 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian ... 43

4.1.1 Letak Geografis ... 43

4.1.2 Demografi ... 43

4.1.3 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia ... 44

4.1.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Polonia ... 45

4.2 Karakteristik Informan ... 46

4.3 Analisis Pelaksanaan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia Oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia ... 47

4.3.1 Keikutsertaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dalam Kegiatan Program UKGS ... 47

4.3.2 Sumber Daya Operasional Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 48

4.3.3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 49

4.3.4 Frekuensi Pelaksanaan Dari Setiap Kegiatan Program UKGS ... 49

4.3.5 Pelaksanaan Pelayanan Medik Gigi Dasar Dalam Kegiatan Program UKGS ... 50

4.3.6 Pelaksanaan Rujukan Tindakan Perawatan Dalam Kegiatan Program UKGS ... 51

4.3.7 Pencatatan dan Pelaporan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 52

4.3.8 Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 52

4.3.9 Pengawasan dan Evaluasi Pelaksanaan Program UKGS ... 53

4.4 Analisis Pelaksanaan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia Oleh Tenaga UKGS di Sekolah ... 54

4.4.1 Keikutsertaan Tenaga UKGS di Sekolah Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 54

4.4.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 54

4.4.3 Dana Operasional Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 55

4.4.4 Frekuensi Kunjungan Tenaga UKGS Puskesmas Dalam Pelaksanaan Program UKGS di Sekolah ... 56

4.4.5 Pelaksanaan Pemeriksaan Gigi dan Mulut Oleh Tenaga UKGS Puskesmas di Sekolah ... 56


(13)

xi

Pihak Sekolah ... 59

4.4.10 Pelaksanaan Rujukan Tindakan Perawatan Terhadap Siswa/i di Sekolah Oleh Tenaga UKGS Puskesmas ... 60

4.4.11 Manfaat Dari Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 61

4.4.12 Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 61

4.5 Pelaksanaan Program UKGS Oleh Dinas Kesehatan Kota Medan ... 62

4.5.1 Frekuensi Kunjungan Pemeriksaan Gigi Dalam Pelaksanaan UKGS ke Sekolah ... 63

4.5.2 Frekuensi Pelaksanaan Sikat Gigi Massal Dalam Program UKGS ... 63

4.5.3 Frekuensi Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Program UKGS ... 64

4.5.4 Pembinaan/Pelatihan Terhadap Guru UKGS di Sekolah ... 65

4.5.5 Sumber Dana Operasional Program UKGS ... 65

4.5.6 Kendala Dalam Pelaksanaan Program UKGS ... 66

4.6 Pengawasan Pelaksanaan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia ... 66

4.7 Hubungan Antara Input, Proses, Terhadap Output Dalam Pelaksanaan Program UKGS ... 67

BAB V PEMBAHASAN ... 70

5.1 Analisis Pelaksanaan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia Oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia ... 70

5.1.1 Keikutsertaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dalam Kegiatan Program UKGS ... 70

5.1.2 Sumber Dana Operasional Dalam Pelaksanaan Program UKGS ... 72

5.1.3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Program UKGS ... 73

5.1.4 Frekuensi Pelaksanaan Dari Setiap Kegiatan Program UKGS ... 74

5.1.5 Pelaksanaan Pelayanan Medik Gigi Dasar Dalam Kegiatan Program UKGS ... 76

5.1.6 Pelaksanaan Rujukan Tindakan Perawatan Dalam Kegiatan Program UKGS ... 77

5.1.7 Pencatatan dan Pelaporan Dalam Pelaksanaan Program UKGS... 78

5.1.8 Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 79

5.1.9 Pengawasan Dalam Pelaksanaan Program UKGS ... 79

5.2 Analisis Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia Oleh Tenaga UKGS di Sekolah ... 81

5.2.1 Keikutsertaan Tenaga UKGS di Sekolah Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 81

5.2.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 82


(14)

xii

5.2.4 Frekuensi Kunjungan Tenaga UKGS Puskesmas Dalam Pelaksanaan

Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 84

5.2.5 Pelaksanaan Pemeriksaan Gigi dan Mulut Oleh Tenaga UKGS Puskesmas di Sekolah ... 85

5.2.6 Pelaksanaan Penyuluhan Oleh Tenaga UKGS Puskesmas di Sekolah ... 85

5.2.7 Pelaksanaan Sikat Gigi Massal Oleh Tenaga UKGS Puskesmas di Sekolah ... 86

5.2.8 Pembinaan/Pelatihan Tenaga UKGS di Sekolah Oleh Tenaga UKGS Puskesmas ... 87

5.2.9 Pelaksanaan Monitoring Terhadap Kegiatan Program UKGS Oleh Pihak Sekolah ... 88

5.2.10 Pelaksanaan Rujukan Tindakan Perawatan Terhadap Siswa/i di Sekolah Oleh Tenaga UKGS Puskesmas ... 89

5.2.11 Manfaat Dari Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 90

5.2.12 Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Progran UKGS di Sekolah ... 91

5.3 Pelaksanaan Program UKGS Oleh Dinas Kesehatan Kota Medan ... 91

5.3.1 Frekuensi Kunjungan Pemeriksaan Gigi dan Mulut Dalam Program UKGS ke Sekolah ... 91

5.3.2 Frekuensi Pelaksanaan Sikat Gigi Massal Dalam Program UKGS ... 92

5.3.3 Frekuensi Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Program UKGS ... 93

5.3.4 Pembinaan/Pelatihan Terhadap Guru UKGS di Sekolah ... 94

5.3.5 Sumber Dana Operasional Program UKGS ... 95

5.4 Pengawasan Pelaksanaan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia Oleh Pengawas SD di Kecamatan Medan Polonia ... 96

5.5 Analisis Hubungan Pengaruh Antara Input, Proses, Terhadap Output Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia ... 97

5.6 Analisis Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa/i Sekolah Dasar Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 98

5.6.1 Status Indeks Pengalaman Karies Gigi (dmf-t) ... 98

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 100

6.1 Kesimpulan ... 100

6.2 Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103 LAMPIRAN ...


(15)

xiii

Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014-

2015 ... 44 Tabel 4.2 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia Tahun 2014 ... 45 Tabel 4.3 Sarana Kesehatan di Puskesmas Polonia Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.4 Karakteristik Informan ... 47 Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Keikutsertaan Tenaga

Kesehatan di Puskesmas Dalam Kegiatan Program UKGS ... 48 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sumber Dana

Operasional Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 48 Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana dan

Prasarana Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 49 Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Pelaksanaan

Dari Setiap Kegiatan Program UKGS ... 50 Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Pelayanan

Medik Gigi Dasar Dalam Kegiatan Program UKGS ... 51 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Rujukan

Tindakan Perawatan Dalam Kegiatan Program UKGS ... 51 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pencatatan dan Pelaporan

Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 52 Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kendala Dalam

Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 53 Tabel 4. 13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan dan Evaluasi

Pelaksanaan Program UKGS ... 53 Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Keikutsertaan Tenaga

UKGS di Sekolah Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS .. 54 Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana dan


(16)

xiv

Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan Tentang Dana Operasional Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS ... 55 Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Kunjungan

Tenaga UKGS Puskesmas Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 56 Tabel 4.18 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Pemeriksaan

Gigi dan Mulut Oleh Tenaga UKGS Puskesmas di Sekolah ... 57 Tabel 4.19 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Penyuluhan

Oleh Tenaga UKGS Puskesmas di Sekolah ... 57 Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Sikat Gigi

Massal Oleh Tenaga UKGS Puskesmas di Sekolah ... 58 Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pembinaan/Pelatihan

Tenaga UKGS di Sekolah Oleh Tenaga UKGS Puskesmas ... 59 Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Monitoring

Terhadap Kegiatan Program UKGS Oleh Pihak Sekolah ... 59 Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Rujukan

Tindakan Perawatan Terhadap Siswa/i Oleh Tenaga UKGS Puskesmas ... 60 Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan Tentang Manfaat Dari

Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 61 Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kendala Dalam

Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Sekolah ... 62 Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pelaksanaan Program

UKGS ... 62 Tabel 4.27 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Kunjungan

Pemeriksaan Gigi Dalam Program UKGS ke Sekolah ... 63 Tabel 4.28 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Pelaksanaan

Sikat Gigi Massal Dalam Program UKGS ... 64 Tabel 4.29 Matriks Pernyataan Informan Tentang Frekuensi Pelaksanaan


(17)

xv

Tabel 4.32 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kendala Dalam Pelaksanaan Program UKGS ... 66 Tabel 4.33 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengawasan Pelaksanaan

Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia ... 66 Tabel 4.34 Input Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Wilayah

Puskesmas Polonia ... 67 Tabel 4.35 Proses Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS di Wilayah

Puskesmas Polonia ... 68 Tabel 4.36 Rata-Rata Indeks Pengalaman Karies Gigi (dmf-t) Siswa/i


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(19)

xvii Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(20)

iii

ABSTRAK

Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 prevalensi penyakit gigi yaitu indeks pengalaman karies gigi (dmf-t) termasuk kategori sedang mencapai 3,43 yang berarti bahwa penduduk Sumatera Utara memiliki karies gigi rerata empat gigi per orang. Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bentuk kegiatan untuk meminimalkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa/i sekolah dasar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2014. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam terhadap sebelas informan yang terdiri dari Kepala Puskesmas, tenaga UKGS puskesmas, Kepala Sekolah SD, Pihak Dinas Kesehatan Kota Medan, dan Pengawas SD di Kecamatan Medan Polonia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa input yaitu tenaga pelaksana UKGS hanya dilakukan oleh dokter gigi saja, sarana dan prasarana tergolong minim, biaya operasional sangat minim berasal dari BOK Dinas Kesehatan. Dan proses meliputi kegiatan program UKGS yang dilaksanakan hanya penyuluhan dan pemeriksaan gigi dan mulut, untuk tindakan pelayanan medik gigi dasar tidak dapat dilaksanakan disekolah. Kegiatan sikat gigi massal dan pembinaan/pelatihan guru sekolah tidak pernah dilaksanakan. Peran Kepala Sekolah tidak maksimal. Pengawasan dari pengawas SD di Kecamatan Medan Polonia tidak pernah dilaksanakan. Sehingga output yang dihasilkan yaitu indeks pengalaman karies gigi (dmf-t) masih dalam kategori sangat tinggi sebesar 9,12.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia dinyatakan belum maksimal, maka diharapkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan melengkapi sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program UKGS. Diharapkan Pihak Puskesmas dengan Pihak Sekolah dan Pengawas SD meningkatkan hubungan kerja sama lintas sektor dan fungsi pengawasan, serta meningkatkan pelaksanaan dari setiap kegiatan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia.


(21)

iv

dental disease, the index of undergoing dental caries (dmf-t), which was categorized as moderate, reached to 3.43 which indicated that each inhabitant of North Sumatera had the average of four caries teeth. UKGS (School Health Service) program is an activity to minimize dental and mouth health problem in elementary students.

The objective of the research was to find out the implementation of UKGS program in the working area of Polonia Puskesmas, Medan Polonia, in 2014. The research used qualitative research and conducted in-depth interviews with 11 informants that consisted of the Head of Puskesmas, UKGS Puskesamas personnel, the Head of the Elementary School, the management of Medan Health Service, and Elementary School Supervisors in Medan Polonia Subdistrict.

The result of the research showed that the input, the implementation of UKGS, was conducted only by dentists, facility and infrastructure were inadequate, and the operational cost which came from BOK of the Health Service was also inadequate. Besides that, the process which included UKGS program was only counseling and examining dental and mouth, basic dental medical care was not implemented in schools, there was no activity of mass tooth brushing and developing/training for school teachers, the role of the Principals was not maximal, and there was no supervision activity at the Elementary Schools in Medan. Therefore, the output, the index of undergoing caries teeth (dmf-t) was still in a very high category of 9.12.

The conclusion of the research was that UKGS program in the working area of Polonia Puskesmas was not maximal. It is recommended that the Head of the Health Service of Medan complete the facility and infrastructure in order to support the implementation of the activity of UKGS program. It is also recommended that the management of Puskesmas, the management of the schools, and the school supervisors increase the collaboration in cross-sectoral and supervision and increase the activities dealing with UKGS program in the working area of Polonia Puskesmas.


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemerintah telah mencanangkan ”Indonesia Sehat 2015” sebagai paradigma baru, yaitu paradigma sehat melalui pendekatan promotif dan preventif dalam mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat termasuk kesehatan gigi dan mulut. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian terpenting dari integral di pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan.

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter dan perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh 90 % penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi (Depkes, 2014).

Berdasarkan hasil studi Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011 menunjukkan angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut mengalami kenaikan yang signifikan terjadi pada anak usia 3-5 tahun sebesar 81,2 %. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 menunjukkan, bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 60-80 % dari populasi, serta menempati peringkat ke-6 sebagai penyakit yang paling banyak diderita.

Anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun merupakan kelompok yang rentan terhadap karies gigi dan memerlukan perhatian khusus. Pada anak sekolah, karies gigi merupakan masalah yang penting karena tidak saja menyebabkan


(23)

keluhan rasa sakit, tetapi juga menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya sehingga mengakibatkan menurunnya produktivitas (Kawuryan, 2008).

Berdasarkan Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2013 terdapat 870 SD/MI di Kota Medan. Namun jumlah SD/MI yang melaksanakan sikat gigi massal dan mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebesar 586 SD/MI (67,4 %). Prevalensi penyakit gigi di Sumatera Utara masih perlu mendapat perhatian besar, sebab indeks pengalaman karies gigi decayed, missing, filled-teeth (dmf-t) di Sumatera Utara termasuk kategori sedang yaitu mencapai 3,43 yang berarti bahwa penduduk Sumatera Utara memiliki karies rerata empat gigi per orang. Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2012, pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD dan setingkat berjumlah 46.749 orang. Jumlah murid SD yang perlu mendapat perawatan setelah dilakukan pemeriksaan melalui program puskesmas UKGS sebanyak 34.306 orang. Dari 34.306 orang yang mendapat perawatan 6.095 orang.

Meningkatkan derajat kesehatan gigi masyarakat dapat dilakukan dengan memanfaatkan program upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas. Upaya kesehatan gigi bertujuan untuk menurunkan secara bermakna insidens dan prevalensi penyakit gigi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat dan tercapainya derajat kesehatan gigi yang optimal (Depkes, 2004).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan salah satu program yang ada di dalamnya yaitu Usaha Kesehatan Gigi sekolah (UKGS) merupakan program pengembangan. Segala upaya peningkatan


(24)

3

dan pengembangan kesehatan di sekolah diupayakan melalui Tim Pembina UKS pusat dan Tim Pembina UKS di daerah secara berjenjang. Hasil penelitian yang dilakukan empat departemen terkait dalam program UKS (Depdiknas,Depkes, Depag, Depdagri) menyimpulkan bahwa secara umum prinsip hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik belum mencapai tingkat yang diharapkan salah satunya ditinjau dari aspek kesehatan gigi.

Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bentuk kegiatan untuk meminimalkan masalah kesehatan gigi dan mulut pada siswa/i sekolah dasar. UKGS memberikan pendidikan kesehatan gigi dan mulut yang terpadu dan pemeriksaan gigi dan mulut secara lintas program dan lintas sektoral yang ditujukan untuk murid-murid sekolah dasar (Darwita, 2006).

UKGS ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik disekolah yang ditunjang dengan upaya pelayanan kesehatan perseorangan (kuratif) yang meliputi pengobatan ringan dan pertolongan pertama untuk menghilangkan rasa sakit gigi di sekolah oleh guru UKS atau dokter kecil, pencabutan gigi sulung bagi yang memerlukan. Program UKGS di Puskesmas dilaksanakan dalam bentuk tim. Adapun kegiatan tim tersebut melibatkan dokter gigi, perawat gigi dan petugas UKS (Herijulianti, 2002).

Puskesmas Polonia mempunyai 5 kelurahan yaitu Kelurahan Polonia, Kelurahan Suka Damai, Kelurahan Sari Rejo, Kelurahan Anggrung, dan Kelurahan Madras Hulu serta mempunyai 46 lingkungan. Jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja puskesmas sebesar 67.319 jiwa. Wilayah kerja Puskesmas


(25)

Polonia terdiri dari 15 Sekolah Dasar/ MI dengan jumlah murid kelas 1 SD sebanyak 921 orang.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan di Puskesmas Polonia dengan wawancara terhadap salah satu tenaga UKGS bahwa program UKGS merupakan upaya pengembangan. Implementasi program UKGS bekerja sama dengan lintas sektoral (pendidikan), sehingga terlaksananya program UKGS harus disesuaikan dengan jadwal pendidikan di sekolah. Puskesmas telah membuat jadwal program UKGS di 15 sekolah dasar. Kunjungan dilakukan 1 bulan sekali yang mencakup ± 3 sekolah dasar, sehingga setiap sekolah dasar mendapat kunjungan ± 3 kali dalam setahun.

Pelaksanaan kegiatan program UKGS di sekolah dasar bersamaan dengan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Kegiatan program UKGS dilakukan pada seluruh siswa/i kelas 1 SD, yang meliputi kegiatan pemeriksaan gigi dan penyuluhan. Siswa/i yang mengalami karies gigi dan masalah gigi lainnya akan di rujuk oleh tenaga UKGS ke puskesmas melalui kepala sekolah / guru, selanjutnya surat rujukan diberikan kepada orang tua murid. Namun tidak semua siswa/i memanfaatkan pelayanan tersebut.

Tenaga kesehatan yang melakukan kegiatan kunjungan ke sekolah dasar hanya 1 tenaga kesehatan yaitu dokter gigi saja. Perawat gigi tidak ikut serta dalam kegiatan karena terbatasnya SDM. Dokter gigi didampingi dengan guru UKS di sekolah. Sarana dan prasarana sangat terbatas yang digunakan hanya berupa phantom gigi dan alat diagnostik (kaca mulut, sonde, excavator). Biaya


(26)

5

operasional dalam kegiatan UKGS berasal dari BOK, yang berbentuk dana transportasi saja.

Pelaksana program dalam melaksanakan tugas pokoknya belum optimal sebagian besar hanya melakukan pemeriksaan (screening). Hanya sebagian kepala sekolah yang melakukan pembinaan di sekolah. Kegiatan UKGS seperti sikat gigi massal tidak pernah dilakukan karena puskesmas tidak memiliki dana khusus untuk menyediakan sikat gigi dan pasta gigi.

Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dinilai berhasil atau tidaknya berdasarkan cakupan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah yang meliputi: 1) Cakupan SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar permintaan sebesar 50%, 2) Cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi massal sebesar 80 %, 3) Cakupan SD yang mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sebesar 100 %, 4) Cakupan SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan sebesar 30 %, 5) Frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal dilakukan 2 kali setahun, 6) Cakupan murid SD yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dari seluruh murid yang ada minimal 75%, 7) Cakupan murid SD yang mendapat perawatan medik gigi dasar dari seluruh murid yang memerlukan perawatan lanjutan sebesar 80 % (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan Laporan Puskesmas Polonia Tahun 2014 cakupan pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia yaitu: 1) Cakupan SD yang mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas dasar permintaan sebesar 20 %, 2) Cakupan sekolah yang melaksanakan sikat gigi massal sebesar 0 %, yang artinya tidak ada SD yang


(27)

melaksanakan sikat gigi massal, 3) Cakupan SD yang mendapat penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sebesar 100 %, 4) Cakupan SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan sebesar 0 %, yang artinya tidak ada SD yang mendapat pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan, 5) Frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal dilakukan 1 kali setahun, 6) Cakupan murid SD yang mendapat pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dari seluruh murid yang ada minimal 100%, 7) Cakupan murid SD yang mendapat perawatan medik gigi dasar dari seluruh murid yang memerlukan perawatan lanjutan sebesar 20 %.

Sementara itu, hasil penelitian Sariyem (2011) dalam menganalisis implementasi program UKGS di puskesmas wilayah Dinas Kesehatan Kota Semarang yaitu diketahui pelaksana program belum semua mempunyai komitmen yang sama terhadap tugasnya, kerja sama lintas program dan lintas sektor sudah berjalan baik, pembagian kerja (job description) antara dokter gigi dan perawat gigi belum membagi tugas secara bergantian, belum semua puskesmas memanfaatkan dana yang ada secara proporsional untuk pelayanan promotif dan preventif, ketersediaan tenaga masih kurang, belum semua puskesmas mempunyai sarana dan prasarana.

Hasil penelitian Hanum (2013) dalam menganalisis implementasi program UKGS sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal yaitu diketahui tenaga pelaksanaan UKGS hanya dilakukan oleh dokter gigi, biaya operasional terbatas, sarana dan prasarana sangat minim dan program


(28)

7

UKGS belum mencapai target sehingga status kesehatan gigi dan mulut siswa/i masih dalam kategori sedang.

Hasil penelitian Arsyad (2010) di wilayah kerja Puskesmas Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara yaitu diketahui penyebab tidak berhasilnya program UKGS dalam meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut murid adalah peran serta masyarakat yang masih kurang baik, petugas yang tidak terampil, kurang lengkapnya sarana dan prasarana serta terbatasnya biaya operasional program UKGS.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2014.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui analisis pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014.


(29)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan terutama Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas Polonia menjadi bahan masukan dan kajian evaluasi untuk pemegang program UKGS mengenai analisis pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia. 2. Bagi peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan praktek dalam

proses penelitian mengenai analisis pelaksanaan program UKGS di wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia.

3. Bagi ilmu kesehatan masyarakat diharapkan dapat digunakan untuk pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan bahan informasi.


(30)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI No. 75, 2014).

Puskesmas sebagai pusat pengembangan kesehatan, pembinaan peran serta masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi :

1. Paradigma sehat;

2. Pertanggungjawaban wilayah; 3. Kemandirian masyarakat; 4. Pemerataan;

5. Teknologi tepat guna; dan

6. Keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI No. 75, 2014).

Pendanaan di Puskesmas bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat (Permenkes RI No. 75, 2014).


(31)

2.1.1 Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas yaitu :

1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat;

2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

3. Hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Permenkes RI No.75, 2014)

2.1.2 Fungsi dan Kedudukan Puskesmas

Terdapat tiga fungsi utama Puskesmas, yaitu :

1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. 3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar

Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih baik mengutamakan pelayanan promotif dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan, kuratif dan rehabilitasi dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui upaya rawat jalan dan rujukan (Permenkes RI No. 75, 2014).


(32)

11

Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services). Dalam sistem pemerintahan daerah, Puskesmas merupakan organisasi struktural dan berkedudukan sebagai Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang bertanggung jawab terhadap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (Permenkes RI, 2014).

2.1.3 Kegiatan Pokok Puskesmas

Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak berdirinya semakin berkembang , mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha pokok kesehatan, 13 usaha pokok kesehatan dan sekarang meningkat menjadi 20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas, dan biaya atau anggaran yang tersedia.

Berdasarkan buku pedoman kerja puskesmas yang terbaru ada 20 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas, itu pun sangat tergantung kepada faktor tenaga, sarana, dan prasarana serta biaya yang tersedia berikut kemampuan manajemen dari tiap-tiap puskesmas. Dua puluh kegiatan pokok puskesmas adalah :

1. Upaya kesehatan ibu dan anak 2. Upaya keluarga berencana 3. Upaya peningkatan gizi 4. Upaya kesehatan lingkungan


(33)

6. Upaya pengobatan 7. Upaya penyuluhan 8. Upaya kesehatan sekolah 9. Upaya kesehatan olahraga

10.Upaya perawatan kesehatan masyarakat 11.Upaya peningkatan kesehatan kerja 12.Upaya kesehatan gigi dan mulut 13.Upaya kesehatan jiwa

14.Upaya kesehatan mata 15.Laboratorium kesehatan

16.Upaya pencatatan dan pelaporan

17.Upaya pembinaan peran serta masyarakat 18.Upaya pembinaan pengobatan tradisional 19.Upaya kesehatan remaja

20.Dana sehat (Permenkes RI No.75, 2014).

2.2 Penyelenggaraan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi di puskesmas merupakan upaya kesehatan yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, merata, dan meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan yang ditujukan pada semua golongan umur maupun jenis kelamin, kegiatan ini dapat dilaksanakan di dalam gedung puskesmas dan di luar gedung puskesmas (Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat dan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah), dengan menitik


(34)

13

beratkan pada pelayanan untuk masyarakat luas, guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perseorangan.

Pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya diselenggarakan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut :

1. Pembina/pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya pelihara diri (self care), melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada otoaktivitas masyarakat dengan pendekatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM).

2. Pelayanan asuhan pada kelompok rentan, seperti pada anak sekolah (UKGS= Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) dan pada kelompok ibu hamil/ menyusui, anak prasekolah.

3. Pelayanan medik gigi dasar, di puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat baik yang datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk oleh BPG ( Balai Pengobatan Gigi) (Herijulianti, 2002).

2.3 Pelayanan Medik Gigi Dasar

Pelayanan medik gigi dasar menurut pedoman kerja puskesmas, pelayanan medik dasar yang diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan, pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan operkulektomi (Depkes, 2014).

Pelayanan medik gigi dasar adalah bagian integral pelayanan kesehatan yang dilandasi ilmu klinik (clinical science). Pelayanan medik gigi dasar merupakan pelayanan medik perorangan, meliputi aspek pencegahan primer


(35)

(health promotion dan specific protection) yang dilakukan oleh tenaga non medik dan medik/kesehatan, pencegahan sekunder yang terdiri dari deteksi dini dan pengobatan, serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier berupa rehabilitasi medik yang secara maksimal dilakukan oleh dokter gigi termasuk dokter keluarga kalau perlu oleh tenaga kesehatan lainnya, sesuai dengan kompetensi yang berkaitan dengan kemampuannya setelah mendapat pelatihan seperlunya (Depkes RI, 2014).

Pelayanan medik gigi dasar merupakan basis dari sistem rujukan medik serta kesehatan. Efektivitas dari sistem rujukan sangat ditentukan oleh mutu pelayanan medik gigi dasar di seluruh jajaran pelayanan kesehatan (primary, secondary dan tertiary care). Pelayanan medik gigi dasar meliputi : konseling, diagnostik, pengobatan, emergensi dasar, rujukan.

2.4 Tujuan Pelayanan Kesehatan Gigi Puskesmas

Tujuan upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas tujuan umum dan khusus. Tujuan umum yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang layak. Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang layak maka pemerintah menetapkan target pencapaian pada tahun 2015 meliputi peningkatan status kesehatan gigi dan mulut serta kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan.

Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu :

1. Meningkatkan keadaan, sikap dan prilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini mungkin dengan jalan


(36)

15

memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

2. Menurunkan prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat (karies dan penyakit periodontal) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok yang rentan terhadap karies.

3. Terhindarnya dan berkurangnya gangguan fungsi pengunyahan akibat kerusakan gigi dan mulut (Depkes, 2000).

2.5 Tugas Tenaga Kesehatan Gigi di Puskesmas 1. Tugas dokter gigi

A. Medis teknis

1. Melaksanakan pelayanan medik gigi umum dan khusus.

2. Menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujuk kasus-kasus spesialistik.

3. Melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat (bila tidak ada perawat gigi).

B. Manajemen makro

Menyangkutkmasalahlumum/luaslsepertildalamkmengidentifikasi, merencanakan,kmemecahkanlmasalah,lmengevaluasikprogram kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya.

1.

Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di puskesmas.


(37)

2.

Mengkoordinasi, menggerakkan gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan.

3.

Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis teknis.

4.

Bertanggung jawab dalam pencatatan pelaporan tentang pelayanan kesehatan gigi di wilayahnya.

2. Tugas perawat gigi

A. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

1. Pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut meliputi pelayanan asuhan sistematik (pada kelompok anak sekolah/Usaha Kesehatan Gigi Sekolah, ibu hamil/menyusui dan anak prasekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat).

2. Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan dapat melakukan pelayanan medik gigi dasar.

B. Manajemen mikro

1. Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah.

2. Membina, mengkoordinasi, melatih proses dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di klinik gigi (Depkes, 2002).

2.6 Pelayanan Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah

Upaya pelayanan kesehatan pada anak usia sekolah dapat digambarkan sebagai berikut:


(38)

17

Pelayanan ini dilakukan melalui kelompok masyarakat yang punya otaktifitas ( Pramuka dan Karang Taruna).

a. Melalui jalur pramuka kesehatan gigi dan mulut termasuk krida bina keluarga sehat . Peranan petugas puskesmas dalam Saka Bakti Husada ini adalah memberikan bantuan berupa bimbingan pengetahuan dan latihan keterampilan dalam bidang kesehatan kepada pramuka penegak/pendega yang menaruh minat dalam bidang kesehatan, minimal sebagai instruktur.

b. Melalui jalur karang taruna, kesehatan gigi dam mulut terutama ditujukan pada anak-anak putus sekolah. Pada dasarnya merupakan sebagian dari sarana upaya kesehatan gigi dengan pendekatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

2. Pelayanan di dalam lingkungan sekolah

Pelayanan ini dilakukan melalui program UKGS yaitu meliputi : a. Lingkungan Sekolah Dasar (SD), meliputi UKGS tahap I, tahap II,

dan tahap III

b. Lingkungan SLTP/SLTA

c. Lingkungan SLB (Chemiawan, 2004).

2.7 Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa terutama siswa Sekolah Dasar (SD) dalam suatu kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui


(39)

paket Usaha Kesahatan Sekolah (UKS) dalam bentuk paket minimal, paket standard dan paket optimal (Depkes RI, 2000). Usaha Kesehatan Gigi Sekolah merupakan komponen kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas, dengan memanfaatkan sekolah terutama SD sebagai tempat untuk pusat kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut diluar gedung puskesmas. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di lingkungan Sekolah Dasar (SD) mempunyai sasaran semua anak sekolah dasar (6-14 tahun) (Depkes RI, 2000).

2.7.1 Sejarah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

Pemerintah telah melaksanakan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) sejak tahun 1951, dengan sasaran murid SD usia 6-14 tahun, alasan pemerintah pada waktu itu mencanangkan UKGS, karena banyaknya murid SD yang mengalami gigi berlubang. Pada Pelita I tahun 1971 Direktorat Kesehatan Gigi Depkes RI melakukan penelitian tentang keadaan penyakit gigi murid SD, hasil yang didapat untuk prevalensi gigi berlubang sebesar 60%-80% dan radang gusi sebesar 70%-80%. Sistem kerja yang dipakai pada Pelita I adalah Incremental Care yaitu suatu upaya yang dilaksanakan pada tindakan pengobatan, namun sistem kerja ini sangat banyak menyerap waktu, tenaga dan biaya. Maka pada Pelita II Pemerintah melalui Direktorat Kesehatan Gigi Depkes RI merubah sistem Incremental Care menjadi sistem Selective Approach yaitu mengutamakan tindakan pencegahan bagi kesehatan gigi murid SD dengan membina integrasi antara guru, petugas UKGS dan tenaga kesehatan lainnya. Pada Pelita III program UKGS ditambah dengan upaya penyuluhan kesehatan gigi dan mulut kepada murid SD. Dan Pelita IV Pemerintah melakukan pentahapan terhadap program


(40)

19

UKGS melalui paket UKS yaitu Tahap I atau Paket Minimal, Tahap II atau Paket Standard an Tahap III atau Paket Optimal (Depkes, 2000).

2.7.2 Tujuan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Tujuan Umum yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal.

Tujuan Khusus yaitu

1. Siswa mempunyai pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut. 2. Siswa mempunyai sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan

gigi dan mulut.

3. Siswa binaan UKS paket standar, paket optimal, mendapat pelayanan medik dasar atas permintaan.

4. Siswa sekolah binaan UKS paket optimal pada jenjang kelas terpilih telah mendapat pelayanan medik gigi dasar yang diperlukan (Herijulianti, 2002).

2.7.3 Manfaat Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan Usaha Kegiatan Gigi Sekolah adalah:

1. Meningkatnya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa.

2. Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut siswa. 3. Meningkatnya sikap/kebiasaan pelihara diri terhadap kesehatan gigi

dan mulut siswa.

4. Siswa mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas permintaan (care ondemand).


(41)

UKGS dapat menjadikan anak sekolah mampu menjaga dirinya sendiri dengan mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, serta mampu mengambil tindakan yang tepat untuk mencari pengobatan apabila diperlukan. Hal ini dapat membantu tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut yang harmonis dan optimal, dan dengan demikian anak dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal (Palgunadi, 2004).

2.7.4 Sasaran Pelaksanaan UKGS

Sasaran pelaksanaan dan pembinaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) meliputi sasaran primer, sekunder, dan tersier. Sasaran primer adalah peserta didik atau murid sekolah. Pada awalnya UKGS ditujukan pada anak SD dan SMP (6-14 tahun), yang kemudian meluas sampai anak SMA. Sasaran sekunder adalah guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan dan orang tua sedangkan sasaran tersier meliputi:

1. Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra-sekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.

2. Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. 3. Lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga, dan

masyarakat.

Dalam mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut anak sekolah yang optimal. UKGS harus diutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan


(42)

21

perseorangan berupa upaya kuratif bagi individu yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kawuryan, 2008).

2.7.5 Tahap Pelaksanaan Kegiatan UKGS

Berdasarkan kemampuan sarana/tenaga kesehatan di puskesmas . Kegiatan UKGS dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu sebagai, berikut :

1. UKGS Tahap I atau paket minimal Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang belum terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang meliputi:

a. Pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan Kurikulum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994 (Buku Pendidikan Kesehatan).

b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut bagi siswa SD/MI yaitu sikat gigi massal minimal untuk kelas I, II dan kelas III dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali/bulan.

c. Untuk siswa SLTP/SLTA disesuaikan dengan program UKS daerah masing-masing.

2. UKGS Tahap II atau paket standar Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi siswa yang sudah terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas, kegiatan berupa : a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi

(terintegrasi).

b. Pendidikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum.


(43)

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut SD/MI minimal untuk kelas I, II, dan kelas III berupa : sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali sebulan dan pembersihan karang gigi.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti pencabutan gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas.

e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik gigi dasar bagi murid yang membutuhkan perawatan.

g. Rujukan bagi yang memerlukannya.

3. UKGS Tahap III atau paket optimal Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Pelayanan kesehatan gigi mulut bagi siswa yang sudah terjangkau oleh tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dan fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang sudah memadai, dipakai sistem inkrimental dengan pemeriksaan ulang setiap 2 tahun untuk gigi tetap, kegiatan berupa :

a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan dalam bidang kesehatan gigi (terintegrasi).

b. Pendidikan penyuluan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru sesuai dengan kurikulum.

c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut SD minimal untuk kelas I, II dan kelas III berupa : sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi


(44)

23

yang mengandung flour minimal 1 kali sebulan dan pembersihan karang gigi.

d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut kelas I diikuti pencabutan gigi susu yang telah waktunya tanggal/lepas.

e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit.

f. Pelayanan medik dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai IV (care of demand).

g. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih (kelas I, III, V dan VI) sesuai kebutuhan (treatment need).

h. Rujukan bagi yang memerlukan.

Ruang lingkup kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah melakukan pemeriksaan kesehatan gigi, perawatan gigi secara rutin, penyuluhan kesehatan gigidan mulut anak sekolah. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghilangkan dan mengurangi gangguan kesehatan gigi serta mempertinggi kesadaran anak sekolah dasar tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Herijulianti, 2002).

2.7.6 Cakupan Pelayanan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Cakupan dapat diukur bila target atau sasaran program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah ada, sasaran dari program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah salah satunya adalah murid SD. Adapun target sasaran yang telah ditetapkan adalah :

1. 100% SD mendapatkan pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kurikulum Departemen Pendidikan dan


(45)

Kebudayaan, ini berarti bahwa SD yang tercakup di wilayah kerja puskesmas harus 100%.

2. Minimal 80% SD melaksanakan sikat gigi massal.

3. Minimal 50% SD mendapatkan pelayanan medik dasar atas dasar permintaan.

4. Minimal 30% SD mendapatkan pelayanan medik gigi dasar atas dasar kebutuhan (Depkes RI, 1996).

Dalam ketentuan Depkes RI tahun 2000 juga dijelaskan bahwa :

1. Frekuensi pembinaan petugas UKGS ke SD minimal 2 kali pertahun. 2. Minimal 75% murid SD mendapatkan pemeriksaan kesehatan gigi dan

mulut.

3. Minimal 80% murid SD mendapatkan perawatan medik gigi dasar, dari seluruh murid SD yang telah terjaring untuk mendapatkan perawatan lanjutan (Depkes RI, 2000).

2.7.7 Tenaga Pelaksana UKGS

Tenaga pelaksana UKGS terdiri dari : tenaga pelaksana di sekolah meliputi guru olahraga dan dokter kecil yang telah dilatih tentang kesehatan gigi dan mulut,serta tenaga pelaksana di puskesmas meliputi dokter dan perawat gigi/ tenaga kesehatan lain yang telah dilatih (Depkes RI, 1996).

1. Tenaga yang berasal dari sekolah yaitu : A. Kepala Sekolah / Guru SD


(46)

25

1. Membantu tenaga kesehatan gigi dalam pengumpulan data (screening) yaitu pemeriksaan seluruh murid secara berkala. 2. Pendidikan kesehatan gigi pada murid seperti penyuluhan

tentang kesehatan gigi dan mulut pada waktu pelajaran Orkes. 3. Pembinaan dokter kecil.

4. Latihan gosok gigi.

5. Merujuk murid ke puskesmas untuk dilakukan perawatan bila menemukan murid dengan keluhan penyakit gigi.

6. Membina kerjasama dengan petugas kesehatan dalam kesehatan. lingkungan dan makanan yang dijual di lingkungan sekolah.

7. Membantu guru dalam sikat gigi bersama. 8. Merujuk ke puskesmas.

B. Dokter kecil

Peran Dokter kecil dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Membantu guru dalam memberi dorongan agar murid berani untuk diperiksa giginya.

2. Membantu guru dalam memberikan penyuluhan kesehatan gigi. 3. Memberi petunjuk kepada murid mengenai tempat berobat gigi

(klinik gigi).

2. Tenaga dari Puskesmas yaitu A. Kepala Puskesmas


(47)

1. Sebagai koordinator pelaksanaan UKGS. 2. Sebagai pembimbing dan motivator.

3. Bersama dokter gigi melakukan perencanaan kesehatan gigi dan mulut.

B. Dokter gigi

Peran dokter gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Sebagai penanggung jawab pelaksanaan operasional UKGS. 2. Bersama kepala puskesmas dan perawat gigi menyusun rencana

kegiatan, memonitoring program, dan evaluasi.

3. Membina integrasi dengan unit terkait di tingkat Kecamatan, Dati II dan Dati I.

4. Memberi bimbingan dan pengarahan kepada tenaga perawat gigi, UKS, guru SD, dan dokter kecil.

5. Dapat bertindak sebagai pelaksana UKGS jika tidak ada perawat gigi.

C. Perawat gigi

Peran perawat gigi dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Bersama dokter gigi menyusun rencana UKGS dan pemantauan SD.

2. Membina kerja sama dengan tenaga UKS dan Depdikbud.

3. Melakukan persiapan atau lokakarya mini untuk menyampaikan rencana kepada pelaksana terkait.


(48)

27

4. Pengumpulan data yang diperlukan dalam UKGS berupa data sosiodemografis dan data epidemiologis.

5. Melakukan kegiatan analisis teknis dan edukatif seperti : a) Pengarahan kepada tenaga UKS, guru SD, dokter kecil, dan orang tua murid. b) Pembersihan karang gigi. c) Pelayanan medik gigi (menerima rujukan dari guru dan petugas kesehatan lainnya).

6. Monitoring pelaksanaan UKGS.

7. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan. 8. Evaluasi program.

D. Petugas UKS

Peran Petugas UKS dalam kegiatan UKGS antara lain :

1. Terlibat secara penuh dalam penentuan SD, pembinaan guru dan dokter kecil, monitoring program, dan hubungan dengan Depdikbud.

2. Pemeriksaan murid (screening). 3. Melaksanakan rujukan.

4. Menunjang tugas perawat gigi dalam penyuluhan dan pendidikan kesehatan gigi (Depkes RI, 1996).

2.7.8 Tim Pembina Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Depkes RI dinyatakan bahwa Usaha Kesehatan Gigi Sekolah merupakan program pengembangan yang mana segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan di sekolah


(49)

diupayakan melalui Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat dan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah didaerah ke Tim Pelaksana Kesehatan Sekolah di sekolah secara berjenjang (Depkes, 2004).

Adapun tim Pembina usaha kesehatan sekolah di sekolah yaitu : 1. Ketua : Kepala Sekolah

2. Wakil Ketua I : Guru olahraga kesehatan 3. Wakil Ketua II : Unsur orang tua murid

4. Sekretaris : Guru/Guru olahraga kesehatan 5. Anggota : -Unsur Puskesmas

-Pengurus OSIS

Hubungan kerja Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah secara vertikal dan hubungan kerja secara horizontal Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah dengan instansi yang berkaitan tugasnya :

1. Hubungan Kerja Secara Vertikal

A. Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat merumuskan kebijaksanan program Usaha Kesehatan Sekolah nasional, dan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Daerah merumuskan kebijaksanaan pelaksana program Usaha Kesehatan Sekolah di daerah masing-masing sesuai kebijaksanaan yang telah ditetapkan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat.

B. Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat memberikan bimbingan pengarahan dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah kepada Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah


(50)

29

kepada Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Daerah, sebaliknya Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Daerah memberikan laporan-laporan kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah kepada Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat.

C. Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah daerah adalah sebagai pembantu pelaksana tugas Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat, dan membantu tugas-tugas fungsional departemen dengan mengkoordinasikan pelaksanaannya di daerah.

2. Hubungan Kerja Secara Horizontal

Hubungan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Pusat dengan Instansi tingkat Pusat dan Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah Daerah dengan Instansi tingkat daerah adalah hubungan koordinasi dan konsultatif, dalam kaitannya sebagai anggota tim maupun dalam hubungan kaitan tugasnya (Depkes, 2002).

2.8 Manajemen Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Menurut Pintauli (2003), manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi tidak terkecuali puskesmas sebagai suatu kesatuan organisasi yang fungsional. Tanpa manajemen makan semua usaha ataupun kegiatan untuk mencapai tujuan akan sia-sia belaka. Pada dasarnya, manajemen dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan organisasi dimana orang-orang bekerja sama dalam organisasi untuk mencapai tujuan bersama.

Fungsi manajemen program UKGS di puskesmas berdasarkan teori fungsi manajemenl(G.R.Terry)lyaitu:jplanningk(perencanaan),korganizingk(pengorganis


(51)

asian),lactuatingl(penggerak/pelaksanaan),;controllingi(pengawasankdanlpengend alian) sesuai dengan fungsi manajemen yang digunakan Depkes, RI (Muninjaya, 2004).

1. Tahap perencanaan program UKGS

Terdapat lima langkah yang perlu dilakukan pada proses penyusunan sebuah perencanaan, yaitu analisis situasi (pengumpulan data primer dan data sekunder), mengidentifikasi masalah dan prioritasnya, menentukan tujuan program, mengkaji hambatan dan kelemahan program, dan menyusun Rencana Kerja Operasional (RKO).

2. Tahap pengorganisasian program UKGS

Fungsi pengorganisasian sangat penting bagi sistem manajemen karena mekanisme utama dimana menjalankan rencana-rencana kegiatan program. Pengorganisasian menciptakan dan mempertahankan hubungan antara semua sumber daya organisasional dengan menunjukkan sumber daya mana yang akan digunakan untuk aktivitas tertentu, serta kapan, dimana dan bagaimana sumber daya tersebut digunakan.

3. Tahap penggerakan/pelaksanaan program UKGS

Pelaksanaan atau bisa disebut penggerakan (actuating) yaitu mengarahkan semua personal agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam mencapai tujuan suatu organisasi.Tindakan penggerakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:


(52)

31

1. Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.

2. Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau teladan. Tindakan ini juga disebut koding yang meliputi beberapa tindakan, seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara pimpinan dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan memperbaiki sikap, pengetahuan maupun ketrampilan staf.

3. Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan

memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.

4. Tahap pengawasan dan pengendalian program UKGS

Konsep pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen, dimana pengawasan dianggap sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen.

Dari segi manajerial, pengawasan mengandung makna pula sebagai : pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang


(53)

dilaksanakan sesuai dengan rencana dan peraturan atau suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.

Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan adalah :

1. Mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan. 2. Menyarankan agar ditekan adanya pemborosan.

3. Mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

2.9 Sarana dan Prasarana Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Menurut Mursyid (2003), pelaksanaan suatu program selalu membutuhkan berbagai sarana dan prasarana yang mendukung sehingga program tersebut dapat terlaksana dengan yang direncanakan. Azwar (1996) menambahkan bahwa sarana/alat merupakan suatu unsur dari organisasi untuk mencapai suatu tujuan.

Standar pelayanan kesehatan di Puskesmas, standar fasilitas dari peralatan adalah tersedianya ruangan, peralatan, dan fasilitas lainnya yang mendukung administrasi dan fungsi teknik pelayanan kesehatan lingkungan sehingga terjamin terselenggaranya pelayanan secara fungsional, professional dan etis dengan criteria tersedianya fasilitas yang dapat menjamin semua barang tetap dalam kondisi baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan peraturan. Program


(54)

33

kegiatan UKGS harus didukung oleh sarana/prasarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan prevensi primer dan peralatan pemeriksaan gigi sederhana yang secara bertahap akan ditingkatkan sesuai dengan mutu pelayanan, selain itu harus tersedia alat peraga untuk kegiatan promotif (Depkes RI, 2002).

2.10 Biaya Operasional Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

Biaya operasional juga diperlukan untuk mendukung pelaksanaan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah sehingga dapat meminimalkan kegiatan program. Biaya yang dimaksud adalah yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Dalam pelaksanaan program UKGS, biaya dapat diperoleh dari pemerintah dan sumber lain yang tidak mengikat berupa dana sehat, sistem asuransi atau swadana dari masyarakat (Depkes RI, 2004).

Untuk dapat melakukan kegiatan pelayanan kesehatan gigi promotif dan preventif dengan baik melalui kerjasama yang saling menguntungkan antara tenaga petugas UKGS dengan komite sekolah, ada tahapan yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sebagai pelaksana yaitu organisasi, perencanaan dan persiapan. Sedangkan untuk mengembangkan kegiatan pelayanannya, pada hakekatnya meliputi dua aspek yaitu :

1. Aspek peningkatan mutu

Pola pengembangan pelayanan melalui peningkatan mutu pada dasarnya adalah melakukan perbaikan terhadap pelaksanaan UKGS yang meliputi unsur-unsur kegiatan operasional administratif dan


(55)

teknis antara lain perbaikan mutu tenaga, alat dan bahan serta pembiayaan operasional untuk program itu sendiri.

2. Aspek peningkatan cakupan

Untuk memperluas cakupan pelayanan dapat dilakukan dengan cara perbaikan terhadap hubungan lintas sektor dan lintas program terkait, sehingga pelaksanaan program UKGS di SD dapat dikembangkan. Aspek peningkatan cakupan terdiri atas pembinaan (administrasi, teknik dan sosial) dan monitoring serta evaluasi sebagai kegiatan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus untuk melihat apakah kegiatan yang dilaksanakan berjalan dengan apa yang telah direncanakan. Evaluasi minimal dilakukan pada setiap semester dengan melakukan analisis monitoring terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk program UKGS diharapkan adalah sesuai dengan target yang ditetapkan oleh Depkes (2000) yang meliputi laporan cakupan sikat gigi massal, laporan cakupan SD binaan dan laporan cakupan siswa selektif yang mendapat perawatan.

2.11 Status Kesehatan Gigi dan Mulut

Status kesehatan gigi dan mulut pada anak kelompok 6-12 tahun merupakan indikator utama dalam kriteria pengukuran pengalaman karies yang menurut WHO dinyatakan dengan indeks decayed, missing, and filled-teeth (dmf-t).

Status kesehatan gigi dan mulut dapat digambarkan dengan indikator sebagai berikut (WHO, 2011) :


(56)

35

1. Indeks dmf-t adalah indeks untuk menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Karies gigi umumnya disebabkan karena kebersihan mulut yang buruk, sehingga terjadilah akumulasi plak yang mengandung berbagai macam bakteri.

Indeks pengalaman karies decayed, missing, filled-teeth (dmf-t) yang terdiri atas :

a. Komponen d (decayed) yang meliputi gigi susu dengan satu lesi karies atau yang belum ditambal.

b. Komponen m (missing) terdiri atas Mi (missing indicated) yaitu gigi susu dengan lesi karies yang tak dapat ditambal lagi dan sudah dicabut.

c. Komponen f (filled) yaitu gigi susu dengan lesi karies dan sudah ditambal sempurna.

Nilai dmf-t adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang.

Rumus yang digunakan untuk menghitung dmf-t yaitu :

dmf-t = d + m + f

dmf-t rata-rata = Jumlah d+ m + f

Jumlah orang yang diperiksa

Kategori dmf-t menurut WHO yaitu : 0,0 – 1,1 = Sangat Rendah


(57)

1,2 – 2.6 = Rendah 2,7 – 4,4 = Sedang

4,5 – 6,5 = Tinggi

6,6 > = Sangat Tinggi

2. Indeks kebersihan mulut Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) yang merupakan indikator untuk melihat kebersihan mulut dengan melihat ada tidaknya debris dan kalkulus. Indeks Oral Hygiene dapat ditentukan dari jumlah gigi yang diperiksa yaitu 6 buah gigi tertentu dengan permukaan yang diperiksa tertentu pula.


(58)

37

2.12 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan gambar 2.1 diatas, dapat dirumuskan definisi kerangka pikir sebagai berikut :

1. Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat

melaksanakan suatu kegiatan program UKGS . 1) Tenaga pelaksana UKGS meliputi :

UKGS

INPUT: − Tenaga

pelaksana UKGS − Sarana dan

prasarana − Biaya

operasional

PROSES:

Kegiatan Program UKGS: − Pendidikankpenyuluhan

kesehatan gigi dan mulut di sekolah

− Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut di sekolah

− Pelaksanaan sikat gigi massal

− Pelayanan medik gigi dasar − Frekuensi pembinaan

Petugas UKGS

− Rujukan ke puskesmas − Evaluasi program

UKGS

− Pencatatan dan pelaporan program OUTPUT: Status kesehatan gigi dan mulut murid di sekolah dasar dmf-t (Indeks Pengalaman Karies Gigi) Sampel 50 siswa/i kelas 2


(59)

Tenaga di puskesmas : kepala puskesmas, dokter gigi, perawat gigi, atau tenaga kesehatan lainnya yang telah dilatih untuk mengelola.

Tenaga di sekolah : kepala sekolah sebagai penanggung jawab program UKGS di sekolah, guru , dan dokter kecil.

2) Biaya Operasional merupakan sumber dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan masyarakat yang tujuan utamanya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta untuk mencegah penyakit (Azwar, 2010).

3) Sarana dan prasarana

UKGS harus ditunjang dengan sarana yang minimal dapat menunjang pelaksanaan prevensi primer dan peralatan pemeriksaan gigi untuk screening. Untuk kegiatan promotif harus tersedia alat peraga, utuk kegiatan preventif harus tersedia peralatan kedokteran gigi dan obat-obatan. Pada UKGS tahap II dan tahap III harus tersedia tenaga, peralatan dan bahan obat-obatan untuk perawatan kuratif, dan juga diperlukan sarana transportasi terutama mengangkut peralatan kegiatan tersebut. Pelaksanaan UKGS harus juga ditunjang kelengkapan materi yang diperlukan untuk proses administrasi, pencatatan dan pelaporan (Depkes RI, 2000).

2. Proses adalah seluruh kegiatan dari program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang dijalankan di sekolah yang meliputi kegiatan


(60)

39

pendidikan/penyuluhan kesehatan gigi dan mulut, pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut , pelaksanaan sikat gigi massal, pelayanan medik gigi dasar atas dasar permintaan dan kebutuhan sekolah, rujukan ke puskesmas bagi yang memerlukan, kegiatan evaluasi program UKGS, dan kegiatan pencatatan dan pelaporan program UKGS.

3. Output (keluaran) adalah hasil akhir kegiatan dari proses yaitu status kesehatan gigi dan mulut siswa/i sekolah dasar yang meliputi indeks pengalaman karies gigi dmf-t (decay, missing, filled-teeth). Pengukuran dmf-t dengan sampel 50 siswa/i kelas 2 SD di wilayah kerja Puskesmas Polonia.


(61)

40

Penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan wawancara mendalam agar diketahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar (SD) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena masih rendahnya cakupan implementasi dari program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dengan target yang diharapkan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan selesai.

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah tim pelaksana Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di wilayah kerja Puskesmas Polonia yang meliputi :

a) Kepala Puskesmas b) Dokter Gigi c) Perawat Gigi

d) Kepala Sekolah SD di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia e) Pengawas Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Polonia f) Dinas Kesehatan Kota Medan (Kepala Sie Kesehatan Dasar)


(62)

41

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian menggunakan data primer dan data sekunder.

1. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam (indepth interview) terstruktur yang artinya peneliti melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan yang telah dipersiapkan untuk diajukan kepada informan. 2. Data sekunder diperoleh dari Profil Puskesmas Polonia 2014, serta

catatan laporan puskesmas mengenai program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah di Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia.

3.5 Instrumen Pengambilan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa alat tulis, buku catatan, dan alat perekam.

3.6 Triangulasi

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, yaitu dengan memilih informan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diajukan (Patton dalam Moleong, 2007).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara simultan dengan proses pengumpulan data, interpretasi data dan dibuat matriks untuk mempermudah


(63)

dalam melihat data secara lebih sistematis (Miles dan Huberman dalam Herdiansyah, 2012).

Metode analisis data dilakukan dengan memilih hal yang penting dan merangkum hasil wawancara, kemudian data disajikan dalam bentuk narasi dengan uraian tabel mengenai hubungan antar setiap kategori.


(64)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi

Puskesmas Polonia berdiri pada tanggal 01 Mei 1980, terletak di Kecamatan Medan Polonia tepatnya di Jalan Polonia Gang A Kelurahan Medan Polonia. Jarak puskesmas dengan Dinas Kesehatan Kota Medan Tingkat II berkisar 4,5 km, sehingga letak puskesmas dengan mudah dapat dicapai dengan kendaraan bersepeda motor atau dengan kendaraan beroda empat.

Batas wilayah Puskesmas Polonia :

Sebelah utara : Kecamatan Medan Polonia Sebelah selatan : Kecamatan Medan Johor Sebelah barat : Kecamatan Medan Barat Sebelah timur : Kecamatan Medan Maimun

Wilayah kerja Puskesmas Polonia dan data umum Puskesmas Polonia Medan dalam melaksanakan kegiatannya mempunyai luas wilayah 892 Ha. Terdapat 5 kelurahan yaitu Kelurahan Medan Polonia, Kelurahan Anggrung, Kelurahan Madras Hulu, Kelurahan Sido Dame, dan Kelurahan Sari Rejo. Jumlah lingkungan sebanyak 46 lingkungan.

4.1.2 Demografi

Puskesmas Polonia memiliki penduduk sebesar 67.3030 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 34.571 jiwa dan perempuan sebanyak 32.459 jiwa.


(65)

Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) telah ditetapkan sasaran program pada siswa/i kelas 1 SD. Wilayah kerja puskesmas terdiri dari 15 Sekolah Dasar (SD) yaitu 10 SD Negeri dan 5 SD Swasta. Jumlah seluruh murid kelas 1 SD sebanyak 921 siswa/i. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Jumlah Siswa/i Sasaran Kegiatan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014-2015

No Nama Sekolah Kelas I Jumlah Murid

Lk Pr

1 SD Bunda Kandung 10 13 23

2 SD Al Hidayah 24 28 52

3 SD Angkasa 2 23 22 45

4 SD Methodist-1 28 28 56

5 SD Immanuel 25 21 46

6 SD Methodist-4 17 16 33

7 SDN 060890 25 30 55

8 SDN 060880 10 12 22

9 SDN 064027 83 52 135

10 SDN 064960 41 51 92

11 SDN 060901 21 17 38

12 Mis Muhajirin 78 65 143

13 Mis Al Hidayah 50 45 95

14 SD Karang Sari 30 30 60

15 SDIT Alif 10 16 26

Total 475 446 921

Sumber : Laporan Program UKGS Puskesmas Polonia Tahun 2014. 4.1.3 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia

Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Polonia sebanyak 24 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2.


(66)

45

Tabel 4.2 Distribusi Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia Tahun 2014

Pendidikan Jumlah

S1 Kedokteran Umum 3

S1 Kedokteran Gigi 2

S1 Kesehatan Masyarakat 2

S1 Keperawatan 1

D4 Kebidanan 1

D3 Keperawatan 3

D3 Kebidanan 7

D3 Gizi 1

D1 Kebidanan 1

Perawat Gigi (SPRG) 1

Analis 1

SMF 1

Total 24

Sumber: Laporan Profil Puskesmas Polonia Tahun 2014

4.1.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Polonia

Prasarana yang tersedia untuk kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat di Puskesmas Polonia disediakan 4 unit sepeda motor. Sarana yang tersedia di Puskesmas Polonia dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:


(67)

Tabel 4.3 Sarana Kesehatan di Puskesmas Polonia Tahun 2014

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Ruang Dokter/Periksa Pasien 1 unit

2 Ruang KB/KIA 1 unit

3 Ruang Klinik Gigi 1 unit

4 Ruang Obat 1 unit

5 Ruang Suntik 1 uni t

6 Ruang Tunggu 1 unit

7 Ruang Tamu/ Loket 2 unit

8 Laboratorium 1 unit

9 Toilet 2 unit

Sumber: Laporan Profil Puskesmas Polonia Tahun 2014.

4.2 Karakteristik Informan

Jumlah informan penelitian sebanyak 11 orang, yang terdiri dari 4 tenaga puskesmas (Kepala Puskesmas, 2 orang Dokter Gigi, dan Perawat Gigi), 5 Kepala Sekolah SD di wilayah kerja Puskesmas Polonia, Pengawas SD di Kecamatan Medan Polonia, dan Pihak dari Dinas Kesehatan Kota Medan (Kepala Bagian Seksi Kesehatan Dasar).

Wawancara terhadap informan dilaksanakan pada tanggal 23 Februari- 7 Maret 2015 di wilayah kerja Puskesmas Polonia. Adapun karakteristik informan berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.4.


(68)

47

Tabel 4.4 Karakteristik Informan

No Nama Jenis Pendidikan Jabatan Kelamin Terakhir

1 dr. Mohd Mukhlis L S-1 Kepala Puskesmas 2 drg. Khairani P S-1 Dokter Gigi 3 drg. Rumondang Saragih P S-1 Dokter Gigi

4 Noviyanti P SMA Perawat Gigi

5 Sondang Siagian SKM, MARS P S-2 KepalakBagiankSie. Kesehatan DasarDinas

Kesehatan Kota Medan

6 Rohaya, S.Pd P S-1 Pengawas SD

Kec.Medan Polonia 7 Zulfaridah, S.Pd P S-1 KepalakSekolah

SDN 060890

8 Purwanti, S.Pd P S-1 Kepala Sekolah SD Al-Hidayah

9 Najir Hidayat, S.Ag L S-1 KepalajSekolahjSD Angkasa 2

10 Lince Natalia, SE P S-1 KepalanSekolahnSD Methodist 4

11 Dra. Mardiana, M.Pd P S-2 KepalalSekolahnSDN 060880

4.3 Analisis Pelaksanaan Program UKGS di Wilayah Puskesmas Polonia Oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Polonia

4.3.1 Keikutsertaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dalam Kegiatan Program UKGS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 informan menyatakan ikut serta dalam kegiatan program UKGS, 1 informan menyatakan tidak ikut serta dalam kegiatan program UKGS. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.5.


(69)

Tabel 4.5 Matriks Pernyataan Informan Tentang Keikutsertaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas Dalam Kegiatan Program UKGS

Informan Pernyataan

Informan 2 Ya, ikut serta. Saya penanggung jawab lapangan. (Dokter Gigi)

Informan 3 Ya, ikut serta bergantian. (Dokter Gigi)

Informan 4 Enggak ikut, cuma dokter gigi saja. Kakak jaga (Perawat Gigi) kartu di puskesmas dan bantu dokter gigi.

4.3.2 Sumber Dana Operasional Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS

Hasil penelithian menunjukkan bahwa sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan program UKGS terbatas. Sumber dana yang tersedia hanya berupa dana transportasi. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Sumber Dana Operasional Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS

Informan Pernyataan

Informan 1 Untuk dana operasional program UKGS berasal dari (Kepala Puskesmas) BOK yang tersedia hanya dana transportasi. Dana

dari JKN tidak ada untuk program ini.

Informan 2 Dana khususnya enggak ada, namun dana dari BOK (Dokter Gigi) Dinas Kesehatan hanya transportasi.

Informan 3 Dananya digabung dengan alokasi dana UKS. (Dokter Gigi) Biasanya dananya cuma transportasi saja.

Informan 4 Pertanyaan tidak dilanjutkan lagi karena informan (Perawat Gigi) tidak mengetahui apapun mengenai kegiatan


(70)

49

4.3.3 Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS

Hasil penelitian menujukkan bahwa sarana dan prasarana untuk pelaksanaan kegiatan program UKGS ini masih tergolong minim. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Dalam Pelaksanaan Kegiatan Program UKGS

Informan Pernyataan

Informan 1 Sarana dan prasarana program biasa disediakan di (Kepala Puskesmas) sekolah. Puskesmas menyediakan sarana seperti alat

pemeriksaan gigi, alat peraga, dan sarana transportasi saja.

Informan 2 Sarananya yang ada dari kita hanya poster, alat (Dokter Gigi) peraga, dan alat pemeriksaan gigi ( kaca mulut,

sonde, excavator) obat-obatan ada di poli gigi ini pun terbatas. Alat-alat perawatan medik ada namun sedang rusak bor giginya. Transportasi disedikan puskesmas. Untuk buku pedoman UKGS tidak ada.

Informan 3 Sarana dan prasarana ya di bilang terbatas masih (Dokter Gigi) belom optimal untuk program ini. Alat pemeriksaan

gigi hanya bisa memeriksa gigi mana yang berlubang, untuk tindakan memeriksa kebersihan hanya sepintas kasat mata. KIT khusus tidak ada disediakan.

4.3.4 Frekuensi Pelaksanaan Dari Setiap Kegiatan Program UKGS

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh tenaga pelaksana UKGS puskesmas ke sekolah-sekolah sebanyak ± 3 kali dalam setahun. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.8.


(1)

14.Apakah kegiatan sikat gigi massal terhadap siswa/i dilakukan di sekolah ini? Apakah kegiatan tersebut dilakukan secara rutin?

15.Apakah terdapat pembinaan/pelatihan kepada tenaga UKGS di sekolah dari petugas UKGS puskesmas?

16.Apakah dilakukan monitoring dalam pelaksanaan program UKGS dari pihak sekolah?

17.Apakah dilakukan rujukan apabila terdapat siswa/i yang memerlukan perawatan?

18.Apakah manfaat yang didapat dari kegiatan program UKGS ini bagi guru dan siswa/i di sekolah ini?

19.Apa saja kendala yang dialami dalam pelaksanaan kegiatan program UKGS di sekolah ini?


(2)

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA

KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2014 No Informan : V. Identitas Informan (Dinas Kesehatan Kota Medan)

Nama :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir :

Jabatan :

Tanggal Wawancara : VI.Pertanyaan

1. Bagaimana standar pelaksanaan dari setiap kegiatan program UKGS? Probing :

e. Frekuensi kunjungan pemeriksaan gigi ke sekolah-sekolah f. Frekuensi pelaksanaan sikat gigi massal

g. Frekuensi penyuluhan

h. Frekuensi pembinaan/pelatihan terhadap guru UKGS di sekolah 2. Bagaimana sumber dana operasional dalam program UKGS?


(3)

PEDOMAN WAWANCARA

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA

KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN 2014 No Informan : VII.Identitas Informan (Pengawas SD di Kecamatan Medan Polonia)

Nama :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir :

Jabatan :

Tanggal Wawancara : VIII. Pertanyaan

4. Bagaimana proses program pengembangan UKGS selama ini di sekolah-sekolah dasar yang berada di Kecamatan Medan Polonia?

5. Bagaimana pengawasan dari pihak dinas pendidikan dan kebudayaan mengenai program UKGS di sekolah-sekolah dasar yang berada di Kecamatan Medan Polonia?


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri 060880 Dan 060890 Kecamatan Medan Polonia Tahun 2009

1 49 57

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

41 362 140

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 1 17

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 1 2

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 0 7

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 0 34

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular di Wilayah Kerja Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2016

0 0 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas - Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014

0 0 31

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014

0 3 8

Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014

0 0 19