Tata Cara Penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Pegawai Tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Sumber penerimaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian besar
berasal dari pajak. Pajak merupakan salah satu sumber dana yang digunakan untuk
memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan
kehidupan sosial-ekonomi rakyat serta mendorong kemajuan modernisasi di segala
bidang kehidupan. Hal ini diatur dalam isi UUD 1945 Pasal 23A yang berbunyi :
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan Undang-Undang”. (Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Bab
VIII, Pasal 23A) Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 angka 1
menyatakan bahwa Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Undang-Undang Republik Indonesia
No.16 Tahun 2009, Pasal 1, Angka 1)
Kesadaran sebagai Warga Negara Republik Indonesia yang telah memperoleh
penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dapat ditunjukkan melalui
kepatuhan terhadap pembayaran pajak dalam mewujudkan pembangunan nasional
secara mandiri. Penerimaan pajak dari tahun ke tahun dimasukkan ke dalam

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat dinilai sebagai pendapatan
1
Universitas Sumatera Utara

2

negara yang potensial dibandingkan dengan penerimaan negara secara internal
lainnya, seperti : penerimaan negara bukan pajak, disamping penerimaan negara
secara eksternal, yaitu pinjaman luar negeri. Tersedianya dana yang bersumber dari
dalam negeri, akan memberikan jaminan lebih kepada rakyat, sebagai cerminan dari
prinsip bantuan nasional dalam upaya melepas ketergantungan pada sumber dana luar
negeri, sehingga bantuan asing dianggap sebagai pelengkap yang relatif kecil di masa
depan.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2000 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008,
mengakibatkan sistem pemungutan pajak di Indonesia mengalami perubahan, dari
sistem pemungutan pajak secara Official Assessment System berubah menjadi Self
Assessment System. Official Assessment System mengandung arti bahwa petugas
pajak yang menentukan sendiri berapa besarnya jumlah pajak yang harus dibayar oleh

Wajib Pajak. Sementara itu, Self Assessment System mengandung pengertian yang
sebaliknya, yaitu setiap wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,
memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri besarnya jumlah pajak yang
terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dalam
sistem ini, pemerintah menuntut kesadaran, kejujuran, dan peran serta masayarakat
dalam mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. (Mardiasmo,2009 :
7)

Universitas Sumatera Utara

3

Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu bentuk penerimaan pajak yang
diperoleh Negara. Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipotong oleh
pihak ketiga atau pemberi kerja atas penghasilan yang dibayarkan kepada Wajib
Pajak Orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan.
(Mardiasmo,2009 : 158)
Saat terutang pajak penghasilan dilihat dari segi subjeknya. Subjek Pajak
menjadi Wajib Pajak apabila telah menerima atau memperoleh penghasilan di atas
PTKP. Para pegawai tetap tidak dapat menghindari kewajiban membayar pajak atas

penghasilan yang diperolehnya karena data lengkap mengenai perolehan penghasilan
pegawai tetap ada pada badan atau instansi pemerintahan selaku pemberi kerja.
Penghasilan pegawai tetap akan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh pemotong
pajak yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Pada kenyataannya, kesalahan dalam melakukan penghitungan terhadap
pemotongan pajak atas penghasilan pegawai tetap, menimbulkan kendala-kendala
sebagai akibat informasi yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan yang
tidak dimengerti oleh pembaca atau yang biasa disebut sebagai pemotong pajak
sehingga para pegawai merasa dirugikan.
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk
mempelajari dan memahami bagaimana sebenarnya tata cara penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang dikenakan bagi pegawai tetap dalam instansi pemerintahan
khususnya di KPP Pratama Medan Petisah. Melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM), mahasiswa dihadapkan pada pokok permasalahan secara langsung, sesuai

Universitas Sumatera Utara

4

dengan kenyataan di lapangan tempat PKLM berlangsung agar mahasiswa dapat

mengetahui situasi dunia kerja yang sebenarnya. Oleh sebab itu, laporan ini saya beri
judul :
“TATA CARA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK
(KPP) PRATAMA MEDAN PETISAH”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini memiliki beberapa
tujuan dan manfaat baik untuk mahasiswa itu sendiri, pihak universitas, atau pihak
instansi pemerintah yang dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Petisah dijadikan sebagai objek dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri (PKLM).
1.2.1

Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang

dilaksanakan oleh mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan
diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :
1.1 Untuk mengetahui tata cara penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap

di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.
1.2 Untuk mengetahui tata cara pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
atas pegawai tetap di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Petisah.

Universitas Sumatera Utara

5

1.3 Untuk mengetahui kendala-kendala atau penghambat yang dialami Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah dalam menghitung Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap.
1.4 Untuk mengetahui dampak-dampak atas prosedur yang digunakan dalam
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap.
1.2.2

Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

2.1 Bagi Mahasiswa
a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara

langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan
antara teori yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik
di lapangan.
b. Menambah

wawasan

dan

pengalaman

serta

mengembangkan

keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam
masalah di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting
untuk bekerja di perusahaan.
c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap,

kemampuan, dan keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan
instansi pemerintahan.
d. Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan
seiring dengan adanya undang-undang perpajakan yang sewaktuwaktu dapat berubah dan memperoleh prestasi terbaik.

Universitas Sumatera Utara

6

e. Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah
menamatkan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FISIP USU dan memperoleh karir melalui penilaian yang terbaik.
2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah
a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU dengan instansi
pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak.
b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan
Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan
Petisah.
c. Memperoleh ide-ide baru dalam upaya mengoptimalkan Pajak

Penghasilan (PPh) Pasal 21.
d. Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.
e. Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra
Direktorat Jenderal Pajak.
2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP
USU)
a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan
khususnya KPP Pratama Medan Petisah.

Universitas Sumatera Utara

7

b. Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma
III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
c. Diharapkan dengan adanya temuan mahasiswa mengenai ilmu
pengetahuan yang baru diperolehnya dalam praktik kerja di lapangan
dapat merevisi kurikulum guna meningkatkan pengetahuan di bidang

perpajakan.
d. Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana
kualitas teori yang telah diberikan kepada mahasiswa dibandingkan
dengan kualitas teori yang diperoleh mahasiswa selama menjalani
PKLM di lapangan.
e. Mendorong kemajuan alumni di masa akan datang.

C. Uraian Teoritis
1. Defenisi pajak
Defenisi pajak menurut para ahli antara lain :
1.1 Mr. Dr. N. J. Feldmann dalam (Waluyo,2010 : 2) mengatakan bahwa
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
1.2 Prof. Dr. M. J. H. Smeets dalam (Waluyo,2010 : 3) mengatakan bahwa
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-

Universitas Sumatera Utara


8

norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya
kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,
maksudnya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
1.3 Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam (Suandy,2009 : 9) mengatakan
bahwa Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut
oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya
produksi

barang-barang

dan

jasa-jasa

kolektif

dalam


mencapai

kesejahteraan umum.
1.4 Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam (Suandy,2009 : 10)
mengatakan bahwa Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
2. Fungsi Pajak
2.1 Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan
tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. (Suandy,2009 :
13)
2.2 Fungsi Regulerend
Yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik
di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

9

Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat
dilihat dalam contoh sebagai berikut :
a. Pemberian insentif pajak (misalnya : tax holiday, penyusutan
dipercepat) dalam rangka meningkatkan investasi baik dalam negeri
maupun investasi asing.
b. Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
c. Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk
produk-produk impor tertentu dalam rangka melindungi produkproduk dalam negeri. (Suandy,2009 : 14)
3. Jenis Pajak
3.1 Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri
oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain. Pajak harus menjadi beban Wajib Pajak yang bersangkutan.
Contoh : Pajak Penghasilan yang dikenakan terhadap penghasilan
yang dapat dikenakan secara berkala dan berulang-ulang dalam jangka
waktu tertentu baik masa pajak maupun tahun pajak.
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak yang bebannya dapat dialihkan
atau digeserkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terjadi karena terdapat
pertambahan nilai terhadap barang atau jasa. Pajak ini dibayarkan oleh

Universitas Sumatera Utara

10

produsen atau pihak yang menjual barang tetapi dapat dibebankan
kepada konsumen baik secara eksplisit maupun implisit (dimasukkan
dalam harga jual barang atau jasa). (Suandy,2009 : 37)
3.2 Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan
kondisi atau keadaan pribadi Wajib Pajak. Dalam menentukan
pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat
dengan keadaan materialnya.
Contoh : Pengenaan Pajak Penghasilan untuk Wajib Pajak Orang
Pribadi dengan memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak sesuai
dengan status perkawinan, jumlah tanggungan, dan banyaknya anak
untuk menentukan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
sebagai pengurang jumlah penghasilannya dalam menghitung pajak
terutang. Harta kekayaan yang dimiliki juga merupakan cerminan dari
penghasilan Wajib Pajak.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya saja baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau peristiwa
yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak maupun tempat tinggal.
Contoh : PPN dan PPnBM serta PBB. (Suandy,2009 : 39)

Universitas Sumatera Utara

11

3.3 Menurut Wewenang Pemungutannya
a. Pajak Pusat
Pajak Pusat adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen
Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.
Contoh : PPh, PPN, PPnBM, Bea Materai, dan Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan.
b.Pajak Daerah
Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah. Contoh : pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak reklame, pajak penerangan jalan, dan sebagainya. (Suandy,2009 :
38)
4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
4.1 Defenisi Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 tentang
Pajak Penghasilan, Penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun. (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
36 Tahun 2008, Pasal 4, Ayat 1)

Universitas Sumatera Utara

12

Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atas jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri.
(Pandiangan,2010 : 2).
4.2 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 21
pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh :
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honoraraium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
melakukan pekerjaan bebas.
e. Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Universitas Sumatera Utara

13

f. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

(Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Pasal 21, Angka 1)
Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Casavera adalah :
a. Pemberi kerja
b. Bendaharawan pemerintah.
c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan
badan-badan lain.
d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap.
e. Yayasan (termasuk yayasan di bidang kesejahteraan, rumah sakit,
pendidikan, kesenian, olahraga, kebudayaan), lembaga, kepanitiaan,
asosiasi, perkumpulan, organisasi masa, organisasi sosial politik, dan
organisasi lainnya.
f. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintahan, organisasi,
termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta
lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan). (Casavera,2008 :
6)
4.3 Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Penerima penghasilan adalah wajib pajak, yang penghasilannya
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pejabat Negara,
Pegawai,
Pegawai Tetap,
Penerima Pensiun,
Penerima Honorarium,
Penerima Upah, dan
Orang Pribadi. (Casavera,2008 : 5)

4.4 Penerapan Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Pegawai
Tetap
Penghasilan Kena Pajak (PKP) dihitung dari Penghasilan Bruto
dikurangi dengan Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, Iuran Tabungan Hari

Universitas Sumatera Utara

14

Tua/Tunjangan Hari Tua (THT) pegawai tetap di KPP Pratama Medan
Petisah dan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kemudian PKP
dikalikan dengan Tarif Pasal 17 sesuai dengan Undang-Undang Pajak
Penghasilan yang berlaku. (Waluyo,2010 : 204)
4.5 Tarif Pajak atas Penghasilan Pegawai Tetap
Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan
salah satunya diterapkan terhadap pegawai tetap, termasuk Pejabat
Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI/Polri, Pejabat Negara
Lainnya, Pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris yang
merangkap sebagai pegawai tetap di perusahaan yang sama atas
Penghasilan Kena Pajak. Berikut ini Tarif Pajak Penghasilan Pasal 17 :
a. Sampai dengan Rp 50.000.000,-

= 5%

b. Di atas Rp 50.000.000,- s.d Rp 250.000.000,-

= 15%

c. Di atas Rp 250.000.000,- s.d Rp 500.000.000,-

= 25%

d. Di atas Rp 500.000.000,-

= 30%

(Waluyo,2010 : 111)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini Mahasiswa melakukan PKLM di KPP Medan Petisah. untuk
mendapatkan serta mempelajari data tentang :
1. Jumlah wajib pajak khususnya pegawai tetap yang terdaftar di KPP Pratama
Medan Petisah pada tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

15

2. Tata cara penghitungan Pajak penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap di KPP
Pratama Medan Petisah.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka penulis
menggunakan metode sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai
dari pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan, pembuatan proposal, seminar proposal, dan
berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
2. Studi Literatur
Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca
landasan teori, menelaah buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan, dan catatan-catatan yang ada hubungannya dengan
laporan penelitian.
3. Observasi Lapangan
Yaitu kegiatan pengamatan secara langsung terhadap objek pajak
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas pegawai tetap di KPP Pratama Medan
Petisah.

Universitas Sumatera Utara

16

4. Pengumpulan Data
Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan mengenai sistem
pemotongan dan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas
Pegawai tetap yakni Pegawai Negeri Sipil (PNS) di KPP Pratama Medan
Petisah melalui :
4.1 Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan yaitu melakukan penelitian terhadap berbagai
sumber bacaan, maupun literatur yang ada mengenai sistem pemotongan
dan penghitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21.
4.2 Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan yaitu dengan melakukan penelitian langsung ke
lapangan (KPP Pratama Medan Petisah).
5. Analisis dan Evaluasi Data
Analisis data adalah uraian tentang data-data yang dikumpulkan.
Teknik analisa dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif yaitu teknis
analisis yang berlandaskan pada pemikiran atau teori yang telah ada dan
menjelaskannya dengan kata-kata yang sistematis sehingga permasalahan
dalam penelitian terungkap secara jelas dan objektif.

F. Metode Pengumpulan Data
Adapun jenis-jenis data yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk
dokumen, tabel, dan bagan. Metode pengumpulan data antara lain :

Universitas Sumatera Utara

17

1. Observasi Lapangan
Pengumpulan data tentang peranan pemeriksaan lapangan, melakukan
pengamatan langsung tentang objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
serta mempelajari laporan-laporan yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
2. Wawancara
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung dengan
melibatkan pegawai (key information) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Medan Petisah sebagai narasumber secara lisan yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
BAB I

:

PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang antara lain menguraikan
tentang latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM,
uraian teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan PKLM.

BAB II

:

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Dalam bab ini Penulis menerangkan tentang sejarah singkat,
struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, serta gambaran
pegawai di KPP Pratama Medan Petisah.

Universitas Sumatera Utara

18

BAB III

:

GAMBARAN

DATA

TENTANG

PAJAK

PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
Dalam bab ini Penulis menguraikan tentang ketentuanketentuan yang berlaku mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21,
objek dan subjek Pajak Penghasilan Pasal 21, Tarif dan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang ditetapkan dalam
Pajak Penghasilan Pasal 21, serta teori-teori perpajakan yang
mendukung tentang pemotongan dan penghitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Tetap yang dilakukan oleh
bendaharawan pemerintah.
BAB IV

:

ANALISA DAN EVALUASI
Dalam bab ini Penulis menjelaskan tata cara penghitungan dan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap di
KPP Pratama Medan Petisah dari data yang diperoleh serta
mengetahui jumlah Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dibayar
atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap pada tahun
2012.

BAB V

:

KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis berdasarkan
data yang diperoleh pada saat melakukan riset di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah.

Universitas Sumatera Utara

19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara