Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) yang dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Taraf hidup masyarakat yang semakin membaik, meningkatnya ilmu

pengetahuan dan teknologi, kondisi lingkungan yang semakin memenuhi syarat
kesehatan, dan semakin mudahnya akses ke pelayanan kesehatan sangat berperan
dalam menurunnya angka morbiditas karena penyakit infeksi. Namun penurunan
penyakit infeksi ini mulai digantikan oleh penyakit tidak menular yang cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perubahan pola penyakit ini
disebabkan adanya perubahan yang terjadi di masyarakat seperti demografi, sosial
ekonomi, sosial budaya, serta perubahan pola struktur masyarakat dari agraris
menjadi industri.1
Pada awalnya Penyakit Tidak Menular (PTM) ini hanya menyerang usia
lanjut sehingga disebut juga penyakit degeneratif. Akan tetapi saat ini sudah
banyak menyerang usia produktif. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2010 angka mortalitas tinggi karena PTM, diantaranya
penyakit jantung koroner 48%, kanker 21%, penyakit pernapasan kronis 12%, dan

diabetes 3%. Pada tahun 2008 proporsi kematian karena PTM di Indonesia 63%
dan 7% diantaranya disebabkan penyakit respirasi kronik.2
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran
udara yang terus menerus dan bersifat progresif dan biasanya berhubungan dengan
peningkatan respon inflamasi kronis terhadap partikel dan gas berbahaya pada

Universitas Sumatera Utara

saluran udara pernapasan.3 Penderita akan mengalami penurunan kualitas hidup
dalam lingkup kemampuan, keterbatasan, gejala, dan sifat psikososial untuk
berperan dalam masyarakat. Berdasarkan penelitian Tri Agus Yuarsa,dkk (2013)
pada 85 penderita PPOK dengan menggunakan kuesioner Saint George’s
Respiratory Questionnaire (SGRQ) memiliki total skor rata-rata 88,01 dari skala
1–100. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur kualitas hidup penderita di dalam
masyarakat. Semakin mendekati angka 100 maka kualitas hidup penderita akan
semakin rendah.4
Pada tahun 2002 jumlah penderita PPOK sedang hingga berat di negara –
negara Asia Pasifik memiliki angka prevalens 6,3%. Angka prevalens bagi
masing-masing negara berkisar 3,5-6,7%. Negara dengan prevalensi terkecil

adalah Hongkong dan Singapura 3,5%, sedangkan negara dengan prevalensi
terbesar adalah Vietnam 6,7%. Indonesia memiliki angka prevalens 5,6%.5 Pada
tahun 2008 Amerika memiliki angka prevalens bronkitis 4,3% dan prevalens
emfisema 1,68%.6 PPOK menjadi salah satu penyakit dengan angka morbiditas
yang tinggi di Selandia Baru pada tahun 2012 dengan proporsi 14% penduduk usia
40 tahun ke atas dan pada tahun berikutnya diperkirakan akan mengalami
kenaikan.7
Tingginya proporsi perokok di Indonesia yaitu 65,9% dari penduduk lakilaki berusia 15 tahun keatas dan 4,2% wanita berusia 15 tahun keatas serta
pemakaian rokok yang terlalu dini dapat menggambarkan PTM yang disebabkan
rokok, salah satunya PPOK.8 Namun tidak ada data nasional yang menjelaskan
prevalensi penderita PPOK di Indonesia. Pada tahun 2000 di RS Persahabatan

Universitas Sumatera Utara

Jakarta PPOK menduduki peringkat ke-5 dari seluruh penderita yang dirawat jalan
dan peringkat ke-4 dari seluruh penderita yang dirawat.
Pada tahun 2007 terjadi peningkatan jumlah penderita 3 kali lebih besar
dari tahun 2000.9 Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM
& PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004 menunjukkan PPOK berada di

urutan pertama dengan proporsi 35%, diikuti asma bronkial (33%), kanker paru
(30%) dan lainnya (2%).1 Pada tahun 2010 Dinas Kesehatan Yogyakarta menyatakan
PPOK menduduki peringkat ke-4 penyebab kematian di Indonesia. Sebanyak 10%
penduduk usia 40 tahun keatas menderita PPOK.10
Data WHO menunjukkan bahwa pada tahun 2002 PPOK telah menempati
urutan ke-3 penyebab kematian setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker.
Menurut COPD International tahun 2004 penyakit ini menempati peringkat ke-5
setelah HIV/ AIDS, Penyakit Jantung Koroner, Penyakit Serebrovaskuler, dan
infeksi saluran akut. Pada tahun 2005 sebanyak 5% dari kematian seluruh dunia
adalah penderita PPOK.11 Pada tahun 2008 PPOK menduduki peringkat ke-4
penyebab kematian di dunia dengan angka Proportional Mortality Ratio (PMR)
5,8%.12 Berdasarkan data WHO tahun 2008 angka mortalitas per 100.000
penduduk pada laki-laki sebanyak 102 orang dan perempuan 52 orang.13
Berdasarkan penelitian Manik (2004) di RS Haji Medan pada tahun 2000–
2002 terdapat sebanyak 132 orang penderita PPOK dengan proporsi penderita lakilaki sebanyak 100 orang (75,8%) dan 32 orang (24,2%) berjenis kelamin
perempuan dengan Case Fatality Rate (CFR) 10,61%.14 Berdasarkan penelitian

Universitas Sumatera Utara

Rahmatika (2009) di RSUD Aceh Tamiang terdapat 58 orang penderita pada tahun

2007 dan terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 2008 sebanyak 81 orang.
Dari 139 kasus proporsi penderita laki-laki sebanyak 100 orang (72%)dan 39
orang (28%) penderita perempuan.15 Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan
diperoleh data penderita PPOK sebanyak 110 kasus selama periode Januari–
Desember 2012.
Berdasarkan uraian beberapa latar belakang di atas mengenai tingginya
angka morbiditas dan angka mortalitas PPOK maka perlu dilakukan penelitian
tentang karakteristik penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP HAM Medan
tahun 2012.

1.2

Rumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita PPOK di RSUP HAM Medan

tahun 2012.
1.3

Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum

Mengetahui karakteristik penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 2012.
1.3.2

Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal).

Universitas Sumatera Utara

b. Mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan medis
(keluhan, tingkat keparahan, jenis penyakit sebelumnya, jenis komplikasi, dan
riwayat merokok).
c. Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita PPOK.
d. Mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber pembiayaan.

e. Mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu
pulang.
f. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan
riwayat penyakit sebelumnya.
g. Mengetahui distribusi proporsi pekerjaan penderita PPOK berdasarkan riwayat
penyakit sebelumnya.
h. Mengetahui distribusi proporsi komplikasi penderita PPOK berdasarkan riwayat
penyakit sebelumnya.
i. Mengetahui distribusi proporsi riwayat merokok penderita PPOK berdasarkan
komplikasi.
j. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan penderita PPOK berdasarkan
komplikasi.
k. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan penderita PPOK berdasarkan
sumber biaya.
l. Mengetahui distribusi lama rawatan penderita PPOK berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.
m. Mengetahui distribusi kejadian komplikasi penderita PPOK berdasarkan keadaan
sewaktu pulang.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Dapat digunakan sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan
pelayanan khususnya pada program perencanaan pelayanan kesehatan yang
berkaitan dengan PPOK di RSUP HAM Medan.
1.4.2

Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan
penulis di FKM USU Medan.

1.4.3

Sebagai sarana meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis mengenai
PPOK dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas
Kesehatan Masyarakat (FKM) USU Medan.

Universitas Sumatera Utara