Pelaksanaan Hukum Waris Islam Pada Masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

ABSTRAK
Sistem kehidupan masyarakat adat ditentukan oleh sistem kekerabatan yang
bermula dari bentuk perkawinan. Bentuk kekerabatan itu berpengaruh terhadap
pemikiran dan cara pemilikan atas harta serta cara penyelesaian peralihan harta. Hal ini
nampak pada praktik pembagian kewarisan hampir di seluruh daerah Nusantara salah
satunya adalah sistem kewarisan yang dilaksanakan oleh masyarakat Sakai di Kecamatan
Mandau. Dalam adat Sakai yang menarik keturunannya secara Matrilineal bertolak
belakang dengan garis keturunan menurut Islam yang Bilateral. Demikian pula dengan
sistem kewarisan Sakai yang dilakukan secara kolektif sedangkan hukum Islam
melakukannya secara Individual. Adapun rumusan masalah dalam tesis ini adalah
Mengapa terjadi pergeseran Hukum waris adat menjadi Hukum waris Islam pada
masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau, Bagaimana pelaksanaan Hukum waris Islam
pada masyarakat Sakai di Kecamatan Mandau, Bagaimana penyelesaian sengketa harta
warisan pada masyarakat Sakai diKecamatan Mandau.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis Provinsi
Riau dengan meneliti masyarakat adat Sakai yang beragama Islam. Kecamatan Mandau
terdiri dari 15 desa dan diambil 3 Desa sebagai sampel yaitu Desa Petani, Desa Bumbung
dan Desa Kesumbo Ampai. Teknik Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Purposive Sampel. Dari setiap Desa akan diambil 5 orang sebagai responden dengan
keseluruhan responden yang jumlah total 15 orang. Pertimbangan dalam pemilihan
responden adalah, orang Sakai yang merupakan penetap lama, yang telah memeluk

agama Islam dalam waktu yang lama, dan telah menggunakan waris Islam dalam
menyelesaikan warisannya. Untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dilakukan
wawancara dengan informan yaitu 1 orang Kepala Desa, 2 Orang Ketua Adat dan 1
Orang Pemuka Agama di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis. Data dianalisis
secara sistemaris dengan menggunakan metode kualitatif yaitu analisis berupa kalimat
dan uraian.
Pergeseran Hukum waris adat Sakai menjadi Hukum waris Islam terjadi
disebabkan oleh dua faktor yaitu Faktor internal adalah agama dan kesadaran hukum,
sedangkan faktor eksternal adalah Pendidikan, Perantauan/Migrasi, Ekonomi dan Sosial.
Fakta yang ditemukan dari hasil penelitian ini bahwa masyarakat telah mengenal Hukum
waris Islam (faraidh), namun dalam pembagian harta warisan belum seluruhnya
menggunakan Hukum waris Islam (faraidh), hal ini dapat terlihat dari porsi bagian waris.
Perselisihan dalam pembagian harta warisan pada masyarakat Sakai dapat diselesaikan
dengan cara musyawarah, baik melalui musyawarah keluarga maupun musyawarah
dengan pemuka adat. Sampai saat ini belum ada masyarakat Sakai yang mengajukan
sengekta warisan sampai pada Pengadilan Negeri maupun pengadilan Agama.
Masyarakat Sakai muslim hendaknya melaksanakan Hukum waris berdasarkan sistem
waris Islam. Pengadilan Agama seharusnya memberikan penyuluhan mengenai porsi
pembagian waris berdasarkan sistem waris Islam kepada para Ketua Adat maupun
pemuka Agama, sehingga dapat terlaksana pembagian waris menurut sistem waris Islam.

Kata Kunci : Hukum waris Islam, Suku Sakai, Pelaksanaan

i

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The system of life in adat community is determinded by the kinship system
which is started from marriage. This kinship system influences the thought and the
way of ownership of property and the way how to settle the transfer of property. This
can be seen in the practice of distributing inheritance throughout Indonesia and it is
practiced by Sakai community in Mandau Subdistrict. Sakai community thats follows
matrilineal system is contrary to the Islamic line of descent (bilateral system). Sakai
inheritance system which is done collectively is also contrary to the Islamic law
which is done individually. The problems of the research were as follows : how about
the shift of adat inheritance law to the Islamic inheritance law in Sakai community in
Mandau District, how about the implementation of the Islamic inheritance law in
Sakai community in Mandau Subdistrict, and how a bout the settlement of dispute in
inheritance law in Sakai community in Mandau Subdistrict.

The research was about Sakai adat community that was Moslems. It was
conducted in Mandau Subdistrict, Bengkalis District, Riau Province. Mandau
Subdistrict consists of 15 villages, and three of them (Petani village, Bumbung village
and Kesumbo Ampai village) were used as the samples, taken by using purposive
sampling technique. Five people from each village were taken as the samples so that
there were 15 respondents all together. The reason for selecting the respondents was
that they were old settlers and Moslems, and had used the Islamic inheritance system
for a long time. Interviews with informants (a Village Head, two adat leaders, and
one religious figure in Mandau Subdistrict, Bengkalis District). The data were
analyzed systematically and qualitatively by analyzing sentences and explanation.
The shift in adat inheritance law to the Islamic inheritance law occurs
because two factors: internal factors (religion and law awareness) and external
factors (education, migration, economy and social). The result of the research
showed that the community had known the Islamic inheritance law (faraidh), but not
all community had known the Islamic inheritance law (faraidh) which could be seen
from the portion of the inheritance. Dispute in distributing inheritance to Sakai
community could be settled by reconciliation, either through family reconciliation
with or through reconciliation with adat leaders. Up to the present, no one in Sakai
community has complained abaout inheritance distribution to the District Court and
the Religious Court. It is recommended that the Sakai Moslems perform inheritance

law according to the Islamic inheritance system. The Religious Court should provide
conseling about the portion of inheritance system for the adat leaders and religious
figures so inheritance system for the adat leaders and religious figures so that
inheritance distribution according to the Islamic law can be implemented.
Keywords : Islamic Inheritance Law, Sakai Community, Implementation

ii

Universitas Sumatera Utara