Implementasi Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Medan I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Teknologi Informasi saat ini memiliki peranan yang sangat
penting di segala bidang dan aspek kehidupan, baik dalam dunia bisnis, politik
hingga perekonomian. Hal ini disebabkan karena pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat akan pengelolaan anggaran negara yang transparan,
akuntabel, terintegrasi, dan berbasis kinerja dapat terpenuhi dengan adanya peran
serta teknologi informasi. Dan ini juga merupakan kebutuhan pemerintah untuk
mengantisipasi perkembangan tumbuh pesatnya kemajuan dibidang teknologi
informasi.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi kita dapat melakukan
pengolahan data dengan mudah, dapat menghasilkan suatu informasi yang kita
butuhkan dengan akurat dan mengefektifkan waktu, serta dengan biaya yang kita
keluarkan lebih efisien. Begitu juga halnya dalam pengelolaan data keuangan,
teknologi informasi menjadi hal penting perusahaan dalam pengelolaan data
keuangan karena telah dipercaya dapat membantu bagian keuangan atau akuntansi
dalam menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat, dan mengefektifkan
waktu dalam penyusunannya. Teknologi informasi yang digunakan untuk
pengelolaan data keuangan tersebut bukan hanya dapat mempermudah pihak yang
terkait dalam perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan akan tetapi juga
harus sesuai dengan kebijakan pemerintah yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1998, Pemerintah Indonesia memulai pekerjaan untuk
mereformasi sistem manajemen anggaran dan keuangan pemerintah. Dalam
rangka itu, pada bulan Agustus 1998 tim perumus dibentuk oleh Menteri
Keuangan untuk membuat rancangan undang-undang pembuatan anggaran,
pengelolaan perbendaharaan, dan audit.
Prinsip-prinsip utama reformasi ini adalah:
•
Pertanggungjawaban ke DPR dan ke masyarakat;
•
Transparansi penuh tentang semua transaksi pemerintah;
•
Memberdayakan para manajer professional untuk menghasilkan unjuk kerja
optimal dari institusi-institusi pemerintah;
•
Pengawasan yang kuat professional dan independen dari BPK, dan
menghilangkan overlap fungsi-fungsi audit.
Akhirnya pada tanggal 15 April 2003, setelah mendapatkan persetujuan
DPR, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disahkan.
Pasal 3 (1) menyatakan agar Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. UndangUndang ini adalah yang pertama disahkan dari 3 rancangan undang-undang
keuangan. Berikutnya Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara disahkan 14 Januari 2004, dan Undang-Undang ketiga No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pada
19 Juli 2004.
Universitas Sumatera Utara
Setelah memiliki dasar-dasar hukum berupa Undang-Undang yang baru
disahkan, Menteri Keuangan secara resmi mengusulkan kepada Bank Dunia
tentang pendanaan modernisasi manajemen keuangan publik melalui mekanisme
Government Financial Management and Revenue Administration Project
(GFMRAP). Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) yang akan memodernisasi
pengelolaan keuangan negara. (http://www.span.depkeu.go.id/content/sejarah-0
diakses tanggal 10 November 2016)
Bagian penting GFMRAP adalah SPAN system sebagai platform
reformasi manajemen keuangan publik.
SPAN adalah program transformasi
berskala besar yang menempatkan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat
Jenderal Anggaran dan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan sebagai
leading institutions, meliputi pembangunan sistem perbendaharaan dan anggaran
negara serta didukung oleh sistem informasi yang moderen, baik yang terkait
dengan software maupun hardware.
SPAN dimaksudkan sebagai sistem
perencanaan dan pengelolaan anggaran yang lengkap.
SPAN Project adalah proyek jangka panjang yang menempatkan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dan Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA) sebagai leading institutions, meliputi pembangunan sistem perbendaharaan
dan anggaran negara yang sesuai dengan best practices yang diharapkan, dengan
didukung oleh sistem informasi yang modern, baik yang terkait dengan perangkat
lunak maupun perangkat keras, melibatkan dan menghubungkan sistem informasi
perbendaharaan dan anggaran di beberapa Eselon I di Kemeterian Keuangan, lima
Universitas Sumatera Utara
kementerian/lembaga negara di pusat, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
seluruh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) serta institusi
pemerintah lainnya yang ditetapkan.
Pada sistem yang ada sebelumnya yaitu sistem pelaksanaan dan
penganggaran yang telah berjalan sejak tahun 2005, terdiri atas beberapa sistem
aplikasi seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Sistem Aplikasi Yang Digunakan Pada Sistem Sebelum SPAN
No
1
Sistem Aplikasi
SP2D
(Surat
Fungsi dan Kegunaan
Perintah Aplikasi
Pencairan Dana)
yang
digunakan
KPPN
khususnya seksi pencairan dana dalam
melakukan penerimaan berkas ADK
tagihan dari satuan kerja
2
Bendum (Bendahara Umum) Aplikasi
dan
yang
digunakan
KPPN
E-Kirana khususnya seksi bank dalam hal
(elektronikPengiriman dana)
melakukan persetujuan pembayaran
dan advis SP2D untuk dapat di kirim
ke
Bank
bendum,
Operasional.
juga
Aplikasi
digunakan
sebgai
aplikasi penatausahaan penerimaan
Negara
dari
bank
persepsi
dan
pengiriman kebutuhan dana.
Universitas Sumatera Utara
3
Vera
(Verifikasi
dan Aplikasi
Akuntansi)
yang
digunakan
KPPn
khususnya
seksi
akuntansi
yangdigunakan
untuk
rekonsiliasi
data
melakukan
verifikasi
dan
pengeluaran dan penerimaan satuan
kerja dan menyusun laporan keuangan
pemerintah
4
KIPS (Kartu Identitas Petugas Aplikasi yang digunakan oleh KPPN
Satker)
dalam rangka melakukan pencetakan
kartu tanda pengenal petugas satker
5
RKAKL
(Rencana
Anggaran
Kerja Aplikasi yang digunakan satuan kerja
Kementerian dalam rangka penyusunan RKAKL
Lembaga)
6.
DIPA
(Daftar
Isian Aplikasi
Pelaksanaan Anggaran)
Kanwil
yang
dan
digunakan
DJA
dalam
satker,
rang
melakukan penyusunan DIPA dan
pengesahan serta revisi DIPA
7.
SPM
(Surat
Perintah Aplikasi yang digunakan satuan kerja
Membayar)
dalam
rangka
pembuatan
berkas
tagihan ke KPPN
8.
SAKPA (Sistem Akuntansi Aplikasi yang digunakan satuan kerja
dan Pelaporan Anggaran)
dalam rangka melakukan rekonsiliasi
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan dengan KPPN
9.
SAKPAW (Sistem Akuntansi Aplikasi tingkat wilayah satuan kerja
dan
Pelaporan
Wilayah)
Anggaran yang
digunakan
rekonsiliasi
antar
dalam
rangka
tingkat
wilayah
satker dengan kanwil DJPB
Sumber : Keputusan Dirjen PB Nomor:KEP/66/PB/2013
Dengan implementasi SPAN, maka fungsi-fungsi pengelolaan keuangan
yang ada pada beberapa unit yang berbeda seperti perencanaan dan penganggaran
di Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), manajemen DIPA dan pembayaran serta
penyusunan laporan keuangan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) dan
fasilitasi dukungan teknologi informasi di Pusat Sistem Informasi dan Teknologi
Keuangan (Pusintek) serta perbankan dapat terintegrasi ke dalam suatu sistem
yang sama. Berikut rangkuman perbedaan yang terdapat pada sistem sebelumnya
dengan SPAN.
Tabel 1.2.
Perbedaan Sistem Sebelumnya Dengan Span
SPAN
Sistem sebelumnya
Aplikasi yang digunakan
Aplikasi SP2D
KPPN
Aplikasi
Aplikasi SPAN
Bendum
Aplikasi Vera
Aplikasi
e-
Universitas Sumatera Utara
kirana
Database
Terpisah-pisah
ditiap Terpusat
KPPN dan DJA
Aplikasi yang digunakan Aplikasi RKAKL Aplikasi Aplikasi SPAN
DJA
DIPA
Pengiriman ADK SP2D Dikirim
ke Bank
secara
manual Secara
oleh KPPN
sistem
interkoneksi
dengan
Bank
Operasional
yang
terkoneksi
dengan SPAN
Penyampaian kebutuhan Menggunakan Aplikasi e- Secara Sistem yang
dana
kirana
Built in dengan SPAN
Menurut peraturan direktur jenderal perbendaharaan nomor PER58/PB/2013, Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara yang selanjutnya
disebut SPAN adalah sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan
pengolahan APBN yang meliputi modul penganggaran, modul komitmen, modul
pembayaran, modul penerimaan, modul kas, dan modul akuntansi dan pelaporan.
Banyaknya sistem yang digunakan dalam setiap proses mulai dari
penganganggaran
sampai
pencairan
menyebabkan
beberapa
kelemahan
diantaranya data yang tidak sesuai antara satu sistem dengan sistem lainya. Hal ini
diakibatkan basis data yang berbeda-beda pada tiap aplikasi tersebut. Kemudian
pengunaan sistem aplikasi yang berbeda-beda untuk masing-masing pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda menyebabkan lambatnya proses pelayanan yang dberikan
diakibatkan prosedur dalam tiap aplikasi yang berbeda
Dengan terlaksananya Sistem Perbendahaaraan dan Anggaran Negara
maka KPPN dapat mendukung pelayanan pembendaharaan yang tepat waktu,
efektif,efisien,transparan, dan tepat sasaran, maka dengan implementasi SPAN
akan dituntut suatu peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada satuan kerja.
KPPN singkatan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, sebuah instansi
vertikal Pemerintah Pusat yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala
Kantor
Wilayah
Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan,
Ditjen
Perbendaharaan Kementerian Keuangan, yang salah satu fungsi KPPN adalah
melayani setiap instansi pemerintah yang bersangkutan. Salah satu contoh KPPN
yang ada di Medan yang mengedapankan kredibel, transparan, dan akuntabel
dalam mewujudkan pelayanan yang prima sebagai visi KPPN Medan. Dengan
Implementasi SPAN pada KPPN Medan akan berdampak dalam mendukung
Pelayanan Pembendaharaan kepada satuan kerja dan mita kerja .
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas tersebut adalah
alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan
PerbendaharaanNegara” pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kota
Medan I.
Universitas Sumatera Utara
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
“Bagaimana Implementasi Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara (SPAN) dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara
Pada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Kota Medan I?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti
memiliki tujuan yang ingin dicapai adapun tujuan penelitian adalah:
Untuk mengatahui implementasi Sistem Perendaharaan dan Anggaran
Negara (SPAN) dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kota Medan I.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Secara subjektif, untuk mengembangkan dan meningkatkan pegetahuan
dan pola pikir dalam melatih kemampuan berpikir ilmiah dalam
pembuatan karya ilmiah.
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memnambah
pengetahuan penulis dan pembaca
tentang
Implementasi Sistem
Perbendahraan dan Anggaran Negara dalam mendukung Pelayanan
Pembendaharaan Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Medan I.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
sumbangan
pemikiran
serta
informasi
bagi
Kantor
Pelayanan
Perbendaharan Negara Kota Medan I.
1.5 KERANGKA TEORI
Untuk memudahkan peneliti dalam rangka menyusun penelitian ini, maka
perlu menyusun suatu kerangka teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam
menjelaskan
masalah
yang
sedang
diteliti.
Kerangka
teori
dalam
Arikunto(2002:92) adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel atau pokok, subvariabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian.
Menurut Singamarimbun (2008:37) ,teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskanhubungan antar konsep. Adapun
yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan menurut Tangkilisan (2003:1) adalah tahap
pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya
pasal-pasal sebuah undang-undanglegislatif, pengeluaran sebuah eksekutif,
pelolosan pengadilan , atau keluarnya standart peraturan dan konsekuensinya dari
kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupan. Jika
sebuah kebijakan diambil secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masi
terjadi, jika proses implementasi tidak tepat. Namun bahkan sebuah kebijakan
Universitas Sumatera Utara
yang brilian sekalipun jika diimplementasikan buruk bisa gagal untuk mencapai
tujuan para perancangnya.
Proses implementasi merupakan tahap yang sangat penting dalam proses
kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Suatu Kebijakan yang telah
dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin dicapai.
Pencapaian
target
baru
akan
terealisasi
jika
kebijakan
tersebut
telah
diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi
kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses
menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk
proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan
kebijakan yang diinginkan.
Hal
yang
paling
penting
dalam
proses
kebijakan
adalah
pengimplementasiannya. Secara etimologi , implementasi berasal dari bahasa
Inggris, yaitu to implement, it means to provide the means for carrying out (
menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu) dan to give practical effect to(
untuk menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu). Sesuatu dimaksudkan
dilakukan untuk menimbulkan dampak maupun akibat berupa undang undang ,
peraturan daerah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga
lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. Kalau pandangan ini kita ikuti,
maka
implementasi
kebijakan
dapat
dipandang
sebagai
suatu
proses
melaksanakan keputusan kebijakan, biasanya dalam bentuk undang undang,
peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah ekesekutif, atau dekrit
Universitas Sumatera Utara
presiden.Implementasi
diperlakukan
sebagai
tahapan
penting
dalam
berlangsungnya proses kebijakan terutama setelah wacana legal formal biasanya
berupa undang-undang, peraturan, ketetapan atau bentuk-bentuk produk lainnya.
Dalam arti seluas-luasnya implementasi juga sering dianggap bentuk produk
hukum lainnya.
Menurut Wahab (2012:133), implementasi juga sering dianggap sebagai
bentuk pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang ditetapkan
berdasarkan undang undang dan menjadi kesepakatan bersama diantara beragam
pemangku kepentingan ( stakeholder ) , aktor , organisasi, (publik atau privat),
prosedur, dan teknik secara sinergistis yang digerakkan untuk bekerjasama guna
menerapkan kebijakan ke arah tertentu yang dikehendaki. Dengan demikian ,
tujuan dan sasaran program atau kebijakan itu secara keseluruhan dapat dicapai
secara memuaskan. Dalam realitas implementasi, yang selain melibatkan banyak
orang juga menyangkut hubungan-hubungan keorganisasian yang kompleks.
Menurut Pressman dan Wildavsky dalam buku Wahab (2012:135)
menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan sangat berkaitan
dengan kata benda kebijakan. Van Meter dan Van Hom (1975) merumuskan
proses implementasi sebagai tindakan tindakan yang dilakukan baik secara
individual/ pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.1 Teknik Implementasi Kebijakan
Proses implementasi sebuah kebijakan diperlukan perangkat yang
digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan suatu program dengan
kebijakan suatu program dengan kebijakan publik yang menjadi acuannnya.
Terdapat 2 pendekatan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu pendekatan
command can control dan pendekatan economic incentive (market). Menurut
Lester dan Stewart(2000) dalam Kusumanegara(2003:108) menyatakan bahwa
pendekatan command and control menyertakan mekanisme yang nampak koersif
untuk menyelaraskan pelaksanaan dengan kebijakan acuan. Pendekatan command
and control dianggap terlalu kaku, dan mengabaikan inisiatif dan inovasi dalam
pencapaian tujuan kebijakan, dan menyia-nyiakan sumber daya masyarakat.
Sedangkan pendekatan economic incentive menggunakan sarana perpajakan,
subsidi, atau penalti agar pelaksanaan sesuai dengan kebijakan acuan. Pendekatan
economic incentive berpandangan bahwa sebaiknya per individu diberikan ruang
yang cukup untuk membuat keputusan sendiri, mempunyai kebebasan dan
kerelaan bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan biaya sosial
seminim mungkin.
1.5.1.2 Model - Model Implementasi
1. Model Implementasi Kebijakan George Edward III (Subarsono
2005:90)
Dalam model ini dikemukakan empat variabel yang mempengaruhi
implementasi kebijakan , yakni:
Universitas Sumatera Utara
a.
Komunikasi
Apa
yang
menjadi
tujuan
dan
sasaran
kebijakan
harus
ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi
distorsi implementasi. Jika sasaran dan tujuan tidak jelas atau bahkan tidak
diketahui oleh kelompok sasaran, maka akan terjadi resistensi dari
kelompok sasaran.
b.
Sumber Daya
Sumber daya dapat berwujud sebagai sumber daya manusia, yaitu
kompetensi implementator dan sumber daya finansial. Sumber daya
merupakan faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
c.
Disposisi
Disposisi maksudnya adalah watak dan karakteristik yang dimiliki
oleh
seorang
implementor,
seperti
komitmen,
kejujuran.
Jika
Impelementor memilki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan
kebijakan dengan baik seperti apa yang dibuat pemerintah, maka
implementasi juga menjadi efektif.
d.
Struktur Birokrasi
Salah satu aspek penting dari setiap organisasi adalah SOP
(standard operating procedure).SOP adalah pedoman implementor dalam
bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung
melemahkan pengawasan dan menimbulkan kerumitan yang apat
meyebabkan aktivitas organisasi yang tidak fleksibel.
Universitas Sumatera Utara
2. Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn (2005;99)
Dalam model ini dijelaskan 6 variabel yang mempengaruhi kinerja
implementasi, yaitu :
a.
Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran harus jelas dan terukur, sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik
diantara para agen implementasi.
b.
Sumber Daya
Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu SDM maupun
sumber daya non manusia.
c.
Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas
Impelementasi adalah program yang terkdang membutuhkan dukungan
dan koordinasi dari instansi lain agar tercapai keberhasilan.
d.
Karakterisitik agen pelaksana
Dukungan yang diberikan kelompok-kelompok kepentingan bagi
implementasi kebijakan, yang didalam nya karakteristik partisipan
yakni yang menolak maupun mendukung.
e.
Kondisi sosial, ekonomi, dan politik
Kondisi sosial, ekonomi , dan politik mencakup sumber daya ekonomi
lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan.
f.
Disposisi implementor
Ada 3 hal penting dalam disposisi implementor:
1. Respon implementor terhadap kebijakan
Universitas Sumatera Utara
2. Kognisi, yakni pemahamnya terhadap kebijakan
3. Intensitas disposisi implementor yakni prefensi nilai yang dimiliki
1.5.1.3 Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan melihat
kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan
dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil yang positif
bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Teori implementasi menurut Edward dan Emerson, Grindle, serta Mize
dalam buku Mukarom (2015:207),
menjelaskan empat variabel kritis dalam
implementasi kebijakan publik dan program, yaitu:
a. Komunikasi ( communication )
Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui
apa yang harus mereka lakukan. Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh
tiga indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi, dan
kejelasan komunikasi. Komunikasi dianggappenting karena dalam proses
kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan
berurusan dengan permasalahan yaitu bagaimana hubungan yang
dilakukan.
b. Ketersediaan Sumber Daya (resources)
Berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk melaksanakan
kebijakan, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Sumber
daya
manusia
merupakan
faktor
penting
dalam
pelaksanaan suatu kebijakan dan merupakan potensi manusiawi
yang melekat keberadaannya pada seseorang yang meliputi fisik
dan nonfisik.
2. Informasi yang diterima dan disampaikan haruslah jelas sehingga
dapat mempermudah pelaksanaan kebijakan
3. Kewenangan hak untuk mengambil keputusan dan hak untuk
mengarahkan pekerjaan orang lain dan memberikan perintah.
4. Sarana dan prasarana yaitu alat pendukung dan pelaksana suatu
kegiatan.
5. Pendanaan digunakan untuk membiayai operasional implementasi
kebijakan tersebut, informasi yang relevan dan mencukupi tentang
cara mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kesanggupan dari
berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan
tersebut.
c. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program (Disposition)
Sikap dan komitmen ini berhubungan dengan kesedian para implementator
untuk meyelesaikan suatu kebijakan publik. Disposisi menjaga konsistensi
tujuan antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana
kebijakan. Kunci keberhasilan program atau implementasi kebijakan
adalah sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan
dukungan yang telah ditetapkan.
Variabel variabel tersebut berkenaan atau berkaitan satu sama lain
untuk mencapai tujuan implementasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2Gambaran Umum Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
(SPAN)
Menurut
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
No.
154/PMK.04/2014, SPAN merupakan suatu sistem pengelolaan keuangan negara
yang mengintegrasikan pengelolaan keuangan ke dalam satu sistem terintegrasi,
yang
meliputi
fungsi
penganggaran,
pelaksanaan
anggaran
dan
pertanggungjawaban keuangan negara. SPAN merupakan program transformasi
berskala besar di bidang keuangan negara yang bertujuan meningkatkan efisiensi,
efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan
perbendaharaan negara melalui penyempurnaan proses bisnis dan pemanfaatan
teknologi informasi yang terintegrasi.
Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya implementasi SPAN meliputi :
a. Otomasi proses operasional penganggaran dan pegelolaan kas, asset dan utang
pemerintah;
b. Peningkatan keandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, asset dan
utang pemerintah;
c. Peningkatan efisiensi layanan kepada kementrian Negara/lembaga, masyarakat
dan perbankan;
d. Peningkatan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yang lebih komprehensif, akurat dan tepat waktu;
e. Penyediaan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat, serta tepat waktu antara
pemerintah dan perbankan;
Universitas Sumatera Utara
f. Penyediaan jejak audit (audit trail) untuk memfasilitasi proses audit akun
pemerintah;
g. Mengintegrasikan data pada berbagai subsistem manajemen keuangan
pemerintah.
Dengan adanya sasaran yang jelas, maka manfaat yang ingin dicapai
dengan adanya implementasi SPAN adalah :
a. Tersedianya sistem pengendalian alokasi dan pelaksanaan anggaran yang
efektif;
b. Tersedianya sistem pengelolaan kas yang terpercaya;
c. Tersedianya sistem pelaporan manajerial tentang tentang operasi keuangan
pemerintah yang komprehensif, dapat diandalkan dan realtime;
d. Terwujudnya tahapan transisi penerapan sistem akuntansi dari berbasis kas ke
berbasis akrual, dan;
e. Terlaksananya pelayanan kepada publik yang lebih efisien.
1.5.2.1 Visi dan Misi SPAN
Visi SPAN adalah “Terwujudnya pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan Negara yang transparan dan akuntabel, aman dan mudah diterapkan
dengan dukungan system informasi manajemen keuangan yang terintegrasi “.
Untuk mewujudkan visi tersebut, SPAN mempunyai misi. Misi SPAN adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengembangkan proses bisnis secara berkelanjutan dengan mendasarkan pada
praktek penyelenggaraan yang sesuai dan terbaik.
b. Menerapkan paket solusi yang terintegrasi untuk mendukung sistem yang
aman, akurat dan handal.
c. Memastikan diterimanya perubahan oleh pemangku kepentingan dan
memberikan solusi lengkap terhadap dampak perubahan.
(sumber : Modul SPAN)
1.5.2.2 Electronic Goverment ( E- Goverment )
Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi ( ICT
) maka pemerintah juga dituntut untuk menggunakan ICT dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik. Salah satu sarana tersebut adalah dengan
melaksanakan penyelengaraan pemerintahan secara elektronik atau electronic (egoverment).
E-Goverment berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi ( seperti:
wide area network, internet, dan komunikasi bergerak ) oleh lembaga pemerintah
yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan pemerintah
dengan warganya, pelaku dunia usaha ( bisnis ), dan lembaga pemerintah
lainnya.Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam, antara lain,
pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan
interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui
akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih efesien. Hasil yang
diharapkan dapat berupa pengurangan korupsi, peningkatan transparansi,
peningkatan kenyamanan, pertambahan pendapatan dan/atau pengurangan biaya.
Universitas Sumatera Utara
Melaksanakan e-goverment berarti bekerja dengan bantuan tekhnologi,
maka dari itu akan ada suatu transformasi budaya kerja dari sistem kerja manual
ke sistem kerja yang berbasis elektronik. Di Negara-Negara maju, e-goverment
merupakan hasil transformasi mekanisme interaksi birokrasi dengan masyarakat
yang menjadi lebih bersahabat. Demikian halnya di Negara berkembanng , banyak
pengambil kebijakan yakni bahwa pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan
transparan dapat diwujudkan melalui e-government. ( indrajit,2006:2)
Menurut Seifert dan Bonham ada empat tipe penerapan E-Government , yaitu :
1. Government to Citizens
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum,
yaitu dimana
pemerintah membangun dan menerapkan berbagai
portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki
hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan
utama dari dibangunnya aplikasi e-Government bertipe G-to-C adalah
untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal
akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau
pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan seharihari.
2. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk
sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah
negara
dapat
berjalan
sebagaimana mestinya.
Dalam
melakukan
aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh
pemerintah.
3. Government to Governments
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara
untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari.
Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah
setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi
semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar
negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri,
perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme
hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya.
4. Government to Employees
Aplikasi e-Governmentjuga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja
dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang
bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
1.6 Konsep Penelitian
Judul penelitian mengarah kepada implementasi Sistem Perbendaharaan
dan Anggaran Negara Pada KPPN medan yang diharapkan dapat mendukung
pelayanan pembendaharaan Negara pada kota medan seperti tepat waktu,
efektif,efisien, transparan, dan tepat sasaran . Jadi setiap jenis kebijakan publik
memerlukan model implementasi kebijakan yang berlainan. Adakebijakan
publikyang perlu implementasi secara top- down, ada secara buttom-up. Dalam
Universitas Sumatera Utara
mengkaji proses kebijakan yang di implementasikan pada KPPN Medan peneliti
melakukan dengan model George C Edward III model implementasi kebijakan
top-down, yang melihat pelaksanaan suatu kebijakan melalui variabel-variabel
model pendekatan George C Edward III , karena model ini sesuai dengan
kebijakan SPAN yang juga bersifat top-down karena pada hakekatnya kebijakan
ini merupakan kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk rakyat atau publik.
Model yang penelitu pakai dalam penelitian Implementasi Sistem
Perbendaharaan
dan
Anggaran
Negara
dalam
Mendukung
Pelayanan
Perbendaharaan Negara adalah dengan melihat beberapa indikator:
1. Struktur Birokrasi
Salah satu aspek yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
SOP ( standard operating procedure). Ini adalah pedoman bagi
implementor dalam melaksanakan implementasi. Struktur organisasi
yang berbelit belit ataupun terlalu panjang akan menimbulkan prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks dan melemahkan pengawasan,
yang mengakibatkan organisasi tidak fleksibel.
2. Komunikasi
Komunikasi sangat
penting
dalam proses
implementasi agar
implementor mengetahui apa yang akan dilakukan, dan mengetahui
apa yang akanmenjadi sasaran dan tujuan kebijakan yang dapat
mengurangi distorsi implementasi.
3. Sumber Daya
Universitas Sumatera Utara
Setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai,
baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Sumber
daya manusia adalah kualitas maupun kuantitas implementor, dan
sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah
program/kebijakan. Dengan cukupnya sumber daya finansialakan
mendukung terlaksananya kebijakan / program. Namun tanpa
implementor yang profesional , juga kan tidak mampu melaksanakan
kebijakan dengan baik.
4. Disposisi
Disposisi adalah karakter yang ada pada implementor. Karakter yang
harus dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, komitmen, dan
demokratis.
Penulis juga menambahkan indikator standar dan sasaran kebijakan untuk
mengetahui bagaimana standar dan sasaran kebijakan dalam implementasi SPAN
dalam mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada KPPN Medan I,
karena setisp krbijsksn hsrud mrmpunyai standar dan sasaran yang jelas dan
terukur, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dankonflik diantara para agen
implementasi
Universitas Sumatera Utara
1.7 Kerangka Berpikir
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
KANTOR PELAYANAN
PERBENDAHARAAN NEGARA
(KPPN) MEDAN
E-Goverment
1.
2.
3.
4.
INDIKATOR
IMPLEMENTASI SISTEM
PERBENDAHARAAN dan
ANGGARAN NEGARA
(SPAN)
TUJUAN
MENINGKATKAN
EFISIENSI
EFEKTIFITAS
AKUNTABILITAS
W
TRANSPARANSI
1. STRUKTUR
BIROKRASI
2. SUMBER DAYA
3. KOMUNIKASI
4. DISPOSISI
5. STANDAR DAN
SASARAN
DALAM MENDUKUNG
PELAYANAN
PERBENDAHARAAN
NEGARA
HASIL IMPLEMENTASI SPAN
YANG DIHARAPKAN
TEPAT WAKTU
EFISIEN
EFEKTIF
TRANSPARAN
TEPAT SASARAN
TRANSFORMASI KEUANGAN
NEGARA YANG TERINTEGRASI
Universitas Sumatera Utara
1.8Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang
memang merujuk ke gejala nyata kedalam empirik. Konsep adalah sarana merujuk
kedua empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris
bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri.
Menurut Singarimbun (1995:33) konsep adalah istilah atau defenisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pemahaman dan menghhindari terjadinta interprestasi ganda dari
variabel yang diteliti.
Defenisi konsep memberikan batasan yang jelas tentang penelitian yang
akan dilakukan, maka penulis mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan
sebagai berikut :
1. Implementasi sering dianggap sebagai bentuk pengoperasionalisasian atau
penyelenggaraan aktivitas yang ditetapkan berdasarkan undang undang
dan
menjadi
kesepakatan
bersama
diantara
beragam
pemangku
kepentingan ( stakeholder ) , aktor , organisasi, (publik atau privat),
prosedur, dan teknik secara sinergistis yang digerakkan untuk bekerjasama
guna menerapkan kebijakan ke arah tertentu yang dikehendaki (Wahab
2012:133)
Universitas Sumatera Utara
2. SPAN merupakan suatu sistem pengelolaan keuangan negara yang
mengintegrasikan pengelolaan keuangan ke dalam satu sistem terintegrasi,
yang
meliputi
fungsi
penganggaran,
pertanggungjawaban keuangan negara.
pelaksanaan
anggaran
dan
SPAN merupakan program
transformasi berskala besar di bidang keuangan negara yang bertujuan
meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan anggaran dan perbendaharaan negara melalui penyempurnaan
proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi.
1.9 Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi
konsep dan sistematika penulisan.
Bab II
Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab III
Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
dimana penelitian dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Bab IV
Penyajian Data
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi yang akan dianalisis.
Bab V
Analisis Data
Bab ini berisikan tentang hasil data yang diperoleh dari hasil
penelitian memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.
Bab VI
Penutup
Dalam bab ini berisikan penelitian dan saran atas hasil penelitian
yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan Teknologi Informasi saat ini memiliki peranan yang sangat
penting di segala bidang dan aspek kehidupan, baik dalam dunia bisnis, politik
hingga perekonomian. Hal ini disebabkan karena pemenuhan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat akan pengelolaan anggaran negara yang transparan,
akuntabel, terintegrasi, dan berbasis kinerja dapat terpenuhi dengan adanya peran
serta teknologi informasi. Dan ini juga merupakan kebutuhan pemerintah untuk
mengantisipasi perkembangan tumbuh pesatnya kemajuan dibidang teknologi
informasi.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi kita dapat melakukan
pengolahan data dengan mudah, dapat menghasilkan suatu informasi yang kita
butuhkan dengan akurat dan mengefektifkan waktu, serta dengan biaya yang kita
keluarkan lebih efisien. Begitu juga halnya dalam pengelolaan data keuangan,
teknologi informasi menjadi hal penting perusahaan dalam pengelolaan data
keuangan karena telah dipercaya dapat membantu bagian keuangan atau akuntansi
dalam menghasilkan laporan keuangan yang lebih akurat, dan mengefektifkan
waktu dalam penyusunannya. Teknologi informasi yang digunakan untuk
pengelolaan data keuangan tersebut bukan hanya dapat mempermudah pihak yang
terkait dalam perusahaan dalam menghasilkan laporan keuangan akan tetapi juga
harus sesuai dengan kebijakan pemerintah yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1998, Pemerintah Indonesia memulai pekerjaan untuk
mereformasi sistem manajemen anggaran dan keuangan pemerintah. Dalam
rangka itu, pada bulan Agustus 1998 tim perumus dibentuk oleh Menteri
Keuangan untuk membuat rancangan undang-undang pembuatan anggaran,
pengelolaan perbendaharaan, dan audit.
Prinsip-prinsip utama reformasi ini adalah:
•
Pertanggungjawaban ke DPR dan ke masyarakat;
•
Transparansi penuh tentang semua transaksi pemerintah;
•
Memberdayakan para manajer professional untuk menghasilkan unjuk kerja
optimal dari institusi-institusi pemerintah;
•
Pengawasan yang kuat professional dan independen dari BPK, dan
menghilangkan overlap fungsi-fungsi audit.
Akhirnya pada tanggal 15 April 2003, setelah mendapatkan persetujuan
DPR, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara disahkan.
Pasal 3 (1) menyatakan agar Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. UndangUndang ini adalah yang pertama disahkan dari 3 rancangan undang-undang
keuangan. Berikutnya Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara disahkan 14 Januari 2004, dan Undang-Undang ketiga No. 15 Tahun 2004
tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara pada
19 Juli 2004.
Universitas Sumatera Utara
Setelah memiliki dasar-dasar hukum berupa Undang-Undang yang baru
disahkan, Menteri Keuangan secara resmi mengusulkan kepada Bank Dunia
tentang pendanaan modernisasi manajemen keuangan publik melalui mekanisme
Government Financial Management and Revenue Administration Project
(GFMRAP). Salah satu unsur utama dalam GFMRAP tersebut adalah proyek
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) yang akan memodernisasi
pengelolaan keuangan negara. (http://www.span.depkeu.go.id/content/sejarah-0
diakses tanggal 10 November 2016)
Bagian penting GFMRAP adalah SPAN system sebagai platform
reformasi manajemen keuangan publik.
SPAN adalah program transformasi
berskala besar yang menempatkan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat
Jenderal Anggaran dan Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan sebagai
leading institutions, meliputi pembangunan sistem perbendaharaan dan anggaran
negara serta didukung oleh sistem informasi yang moderen, baik yang terkait
dengan software maupun hardware.
SPAN dimaksudkan sebagai sistem
perencanaan dan pengelolaan anggaran yang lengkap.
SPAN Project adalah proyek jangka panjang yang menempatkan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPBN) dan Direktorat Jenderal Anggaran
(DJA) sebagai leading institutions, meliputi pembangunan sistem perbendaharaan
dan anggaran negara yang sesuai dengan best practices yang diharapkan, dengan
didukung oleh sistem informasi yang modern, baik yang terkait dengan perangkat
lunak maupun perangkat keras, melibatkan dan menghubungkan sistem informasi
perbendaharaan dan anggaran di beberapa Eselon I di Kemeterian Keuangan, lima
Universitas Sumatera Utara
kementerian/lembaga negara di pusat, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
seluruh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) serta institusi
pemerintah lainnya yang ditetapkan.
Pada sistem yang ada sebelumnya yaitu sistem pelaksanaan dan
penganggaran yang telah berjalan sejak tahun 2005, terdiri atas beberapa sistem
aplikasi seperti dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Sistem Aplikasi Yang Digunakan Pada Sistem Sebelum SPAN
No
1
Sistem Aplikasi
SP2D
(Surat
Fungsi dan Kegunaan
Perintah Aplikasi
Pencairan Dana)
yang
digunakan
KPPN
khususnya seksi pencairan dana dalam
melakukan penerimaan berkas ADK
tagihan dari satuan kerja
2
Bendum (Bendahara Umum) Aplikasi
dan
yang
digunakan
KPPN
E-Kirana khususnya seksi bank dalam hal
(elektronikPengiriman dana)
melakukan persetujuan pembayaran
dan advis SP2D untuk dapat di kirim
ke
Bank
bendum,
Operasional.
juga
Aplikasi
digunakan
sebgai
aplikasi penatausahaan penerimaan
Negara
dari
bank
persepsi
dan
pengiriman kebutuhan dana.
Universitas Sumatera Utara
3
Vera
(Verifikasi
dan Aplikasi
Akuntansi)
yang
digunakan
KPPn
khususnya
seksi
akuntansi
yangdigunakan
untuk
rekonsiliasi
data
melakukan
verifikasi
dan
pengeluaran dan penerimaan satuan
kerja dan menyusun laporan keuangan
pemerintah
4
KIPS (Kartu Identitas Petugas Aplikasi yang digunakan oleh KPPN
Satker)
dalam rangka melakukan pencetakan
kartu tanda pengenal petugas satker
5
RKAKL
(Rencana
Anggaran
Kerja Aplikasi yang digunakan satuan kerja
Kementerian dalam rangka penyusunan RKAKL
Lembaga)
6.
DIPA
(Daftar
Isian Aplikasi
Pelaksanaan Anggaran)
Kanwil
yang
dan
digunakan
DJA
dalam
satker,
rang
melakukan penyusunan DIPA dan
pengesahan serta revisi DIPA
7.
SPM
(Surat
Perintah Aplikasi yang digunakan satuan kerja
Membayar)
dalam
rangka
pembuatan
berkas
tagihan ke KPPN
8.
SAKPA (Sistem Akuntansi Aplikasi yang digunakan satuan kerja
dan Pelaporan Anggaran)
dalam rangka melakukan rekonsiliasi
Universitas Sumatera Utara
laporan keuangan dengan KPPN
9.
SAKPAW (Sistem Akuntansi Aplikasi tingkat wilayah satuan kerja
dan
Pelaporan
Wilayah)
Anggaran yang
digunakan
rekonsiliasi
antar
dalam
rangka
tingkat
wilayah
satker dengan kanwil DJPB
Sumber : Keputusan Dirjen PB Nomor:KEP/66/PB/2013
Dengan implementasi SPAN, maka fungsi-fungsi pengelolaan keuangan
yang ada pada beberapa unit yang berbeda seperti perencanaan dan penganggaran
di Direktorat Jenderal Anggaran (DJA), manajemen DIPA dan pembayaran serta
penyusunan laporan keuangan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) dan
fasilitasi dukungan teknologi informasi di Pusat Sistem Informasi dan Teknologi
Keuangan (Pusintek) serta perbankan dapat terintegrasi ke dalam suatu sistem
yang sama. Berikut rangkuman perbedaan yang terdapat pada sistem sebelumnya
dengan SPAN.
Tabel 1.2.
Perbedaan Sistem Sebelumnya Dengan Span
SPAN
Sistem sebelumnya
Aplikasi yang digunakan
Aplikasi SP2D
KPPN
Aplikasi
Aplikasi SPAN
Bendum
Aplikasi Vera
Aplikasi
e-
Universitas Sumatera Utara
kirana
Database
Terpisah-pisah
ditiap Terpusat
KPPN dan DJA
Aplikasi yang digunakan Aplikasi RKAKL Aplikasi Aplikasi SPAN
DJA
DIPA
Pengiriman ADK SP2D Dikirim
ke Bank
secara
manual Secara
oleh KPPN
sistem
interkoneksi
dengan
Bank
Operasional
yang
terkoneksi
dengan SPAN
Penyampaian kebutuhan Menggunakan Aplikasi e- Secara Sistem yang
dana
kirana
Built in dengan SPAN
Menurut peraturan direktur jenderal perbendaharaan nomor PER58/PB/2013, Sistem Perbendaharaan dan Anggaran
Negara yang selanjutnya
disebut SPAN adalah sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan
pengolahan APBN yang meliputi modul penganggaran, modul komitmen, modul
pembayaran, modul penerimaan, modul kas, dan modul akuntansi dan pelaporan.
Banyaknya sistem yang digunakan dalam setiap proses mulai dari
penganganggaran
sampai
pencairan
menyebabkan
beberapa
kelemahan
diantaranya data yang tidak sesuai antara satu sistem dengan sistem lainya. Hal ini
diakibatkan basis data yang berbeda-beda pada tiap aplikasi tersebut. Kemudian
pengunaan sistem aplikasi yang berbeda-beda untuk masing-masing pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda menyebabkan lambatnya proses pelayanan yang dberikan
diakibatkan prosedur dalam tiap aplikasi yang berbeda
Dengan terlaksananya Sistem Perbendahaaraan dan Anggaran Negara
maka KPPN dapat mendukung pelayanan pembendaharaan yang tepat waktu,
efektif,efisien,transparan, dan tepat sasaran, maka dengan implementasi SPAN
akan dituntut suatu peningkatan pelayanan yang lebih baik kepada satuan kerja.
KPPN singkatan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, sebuah instansi
vertikal Pemerintah Pusat yang berada dan bertanggung jawab langsung kepada
Kepala
Kantor
Wilayah
Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan,
Ditjen
Perbendaharaan Kementerian Keuangan, yang salah satu fungsi KPPN adalah
melayani setiap instansi pemerintah yang bersangkutan. Salah satu contoh KPPN
yang ada di Medan yang mengedapankan kredibel, transparan, dan akuntabel
dalam mewujudkan pelayanan yang prima sebagai visi KPPN Medan. Dengan
Implementasi SPAN pada KPPN Medan akan berdampak dalam mendukung
Pelayanan Pembendaharaan kepada satuan kerja dan mita kerja .
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas tersebut adalah
alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara dalam Mendukung Pelayanan
PerbendaharaanNegara” pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kota
Medan I.
Universitas Sumatera Utara
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
“Bagaimana Implementasi Sistem Perbendaharaan dan
Anggaran Negara (SPAN) dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara
Pada Kantor Pelayanan Pembendaharaan Kota Medan I?”
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti
memiliki tujuan yang ingin dicapai adapun tujuan penelitian adalah:
Untuk mengatahui implementasi Sistem Perendaharaan dan Anggaran
Negara (SPAN) dalam Mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kota Medan I.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Secara subjektif, untuk mengembangkan dan meningkatkan pegetahuan
dan pola pikir dalam melatih kemampuan berpikir ilmiah dalam
pembuatan karya ilmiah.
2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memnambah
pengetahuan penulis dan pembaca
tentang
Implementasi Sistem
Perbendahraan dan Anggaran Negara dalam mendukung Pelayanan
Pembendaharaan Negara Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
Medan I.
Universitas Sumatera Utara
3. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
sumbangan
pemikiran
serta
informasi
bagi
Kantor
Pelayanan
Perbendaharan Negara Kota Medan I.
1.5 KERANGKA TEORI
Untuk memudahkan peneliti dalam rangka menyusun penelitian ini, maka
perlu menyusun suatu kerangka teori yang dijadikan sebagai pedoman dalam
menjelaskan
masalah
yang
sedang
diteliti.
Kerangka
teori
dalam
Arikunto(2002:92) adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel atau pokok, subvariabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitian.
Menurut Singamarimbun (2008:37) ,teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskanhubungan antar konsep. Adapun
yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah:
1.5.1 Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan menurut Tangkilisan (2003:1) adalah tahap
pembuatan keputusan diantara pembentukan sebuah kebijakan seperti halnya
pasal-pasal sebuah undang-undanglegislatif, pengeluaran sebuah eksekutif,
pelolosan pengadilan , atau keluarnya standart peraturan dan konsekuensinya dari
kebijakan bagi masyarakat yang mempengaruhi beberapa aspek kehidupan. Jika
sebuah kebijakan diambil secara tepat, maka kemungkinan kegagalan pun masi
terjadi, jika proses implementasi tidak tepat. Namun bahkan sebuah kebijakan
Universitas Sumatera Utara
yang brilian sekalipun jika diimplementasikan buruk bisa gagal untuk mencapai
tujuan para perancangnya.
Proses implementasi merupakan tahap yang sangat penting dalam proses
kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Suatu Kebijakan yang telah
dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau target-target yang ingin dicapai.
Pencapaian
target
baru
akan
terealisasi
jika
kebijakan
tersebut
telah
diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa implementasi
kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat. Proses
menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah
ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap untuk
proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan
kebijakan yang diinginkan.
Hal
yang
paling
penting
dalam
proses
kebijakan
adalah
pengimplementasiannya. Secara etimologi , implementasi berasal dari bahasa
Inggris, yaitu to implement, it means to provide the means for carrying out (
menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu) dan to give practical effect to(
untuk menimbulkan dampak dan akibat terhadap sesuatu). Sesuatu dimaksudkan
dilakukan untuk menimbulkan dampak maupun akibat berupa undang undang ,
peraturan daerah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat oleh lembaga
lembaga pemerintah dalam kehidupan kenegaraan. Kalau pandangan ini kita ikuti,
maka
implementasi
kebijakan
dapat
dipandang
sebagai
suatu
proses
melaksanakan keputusan kebijakan, biasanya dalam bentuk undang undang,
peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah ekesekutif, atau dekrit
Universitas Sumatera Utara
presiden.Implementasi
diperlakukan
sebagai
tahapan
penting
dalam
berlangsungnya proses kebijakan terutama setelah wacana legal formal biasanya
berupa undang-undang, peraturan, ketetapan atau bentuk-bentuk produk lainnya.
Dalam arti seluas-luasnya implementasi juga sering dianggap bentuk produk
hukum lainnya.
Menurut Wahab (2012:133), implementasi juga sering dianggap sebagai
bentuk pengoperasionalisasian atau penyelenggaraan aktivitas yang ditetapkan
berdasarkan undang undang dan menjadi kesepakatan bersama diantara beragam
pemangku kepentingan ( stakeholder ) , aktor , organisasi, (publik atau privat),
prosedur, dan teknik secara sinergistis yang digerakkan untuk bekerjasama guna
menerapkan kebijakan ke arah tertentu yang dikehendaki. Dengan demikian ,
tujuan dan sasaran program atau kebijakan itu secara keseluruhan dapat dicapai
secara memuaskan. Dalam realitas implementasi, yang selain melibatkan banyak
orang juga menyangkut hubungan-hubungan keorganisasian yang kompleks.
Menurut Pressman dan Wildavsky dalam buku Wahab (2012:135)
menyatakan bahwa sebuah kata kerja mengimplementasikan sangat berkaitan
dengan kata benda kebijakan. Van Meter dan Van Hom (1975) merumuskan
proses implementasi sebagai tindakan tindakan yang dilakukan baik secara
individual/ pejabat-pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan
pada tercapainya tujuan tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.1.1 Teknik Implementasi Kebijakan
Proses implementasi sebuah kebijakan diperlukan perangkat yang
digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan suatu program dengan
kebijakan suatu program dengan kebijakan publik yang menjadi acuannnya.
Terdapat 2 pendekatan dalam implementasi kebijakan publik, yaitu pendekatan
command can control dan pendekatan economic incentive (market). Menurut
Lester dan Stewart(2000) dalam Kusumanegara(2003:108) menyatakan bahwa
pendekatan command and control menyertakan mekanisme yang nampak koersif
untuk menyelaraskan pelaksanaan dengan kebijakan acuan. Pendekatan command
and control dianggap terlalu kaku, dan mengabaikan inisiatif dan inovasi dalam
pencapaian tujuan kebijakan, dan menyia-nyiakan sumber daya masyarakat.
Sedangkan pendekatan economic incentive menggunakan sarana perpajakan,
subsidi, atau penalti agar pelaksanaan sesuai dengan kebijakan acuan. Pendekatan
economic incentive berpandangan bahwa sebaiknya per individu diberikan ruang
yang cukup untuk membuat keputusan sendiri, mempunyai kebebasan dan
kerelaan bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkan dengan biaya sosial
seminim mungkin.
1.5.1.2 Model - Model Implementasi
1. Model Implementasi Kebijakan George Edward III (Subarsono
2005:90)
Dalam model ini dikemukakan empat variabel yang mempengaruhi
implementasi kebijakan , yakni:
Universitas Sumatera Utara
a.
Komunikasi
Apa
yang
menjadi
tujuan
dan
sasaran
kebijakan
harus
ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi
distorsi implementasi. Jika sasaran dan tujuan tidak jelas atau bahkan tidak
diketahui oleh kelompok sasaran, maka akan terjadi resistensi dari
kelompok sasaran.
b.
Sumber Daya
Sumber daya dapat berwujud sebagai sumber daya manusia, yaitu
kompetensi implementator dan sumber daya finansial. Sumber daya
merupakan faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
c.
Disposisi
Disposisi maksudnya adalah watak dan karakteristik yang dimiliki
oleh
seorang
implementor,
seperti
komitmen,
kejujuran.
Jika
Impelementor memilki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan
kebijakan dengan baik seperti apa yang dibuat pemerintah, maka
implementasi juga menjadi efektif.
d.
Struktur Birokrasi
Salah satu aspek penting dari setiap organisasi adalah SOP
(standard operating procedure).SOP adalah pedoman implementor dalam
bertindak. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung
melemahkan pengawasan dan menimbulkan kerumitan yang apat
meyebabkan aktivitas organisasi yang tidak fleksibel.
Universitas Sumatera Utara
2. Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn (2005;99)
Dalam model ini dijelaskan 6 variabel yang mempengaruhi kinerja
implementasi, yaitu :
a.
Standar dan sasaran kebijakan
Standar dan sasaran harus jelas dan terukur, sehingga tidak
menimbulkan interpretasi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik
diantara para agen implementasi.
b.
Sumber Daya
Kebijakan perlu didukung oleh sumber daya, baik itu SDM maupun
sumber daya non manusia.
c.
Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas
Impelementasi adalah program yang terkdang membutuhkan dukungan
dan koordinasi dari instansi lain agar tercapai keberhasilan.
d.
Karakterisitik agen pelaksana
Dukungan yang diberikan kelompok-kelompok kepentingan bagi
implementasi kebijakan, yang didalam nya karakteristik partisipan
yakni yang menolak maupun mendukung.
e.
Kondisi sosial, ekonomi, dan politik
Kondisi sosial, ekonomi , dan politik mencakup sumber daya ekonomi
lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan.
f.
Disposisi implementor
Ada 3 hal penting dalam disposisi implementor:
1. Respon implementor terhadap kebijakan
Universitas Sumatera Utara
2. Kognisi, yakni pemahamnya terhadap kebijakan
3. Intensitas disposisi implementor yakni prefensi nilai yang dimiliki
1.5.1.3 Keberhasilan Implementasi Kebijakan
Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan melihat
kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan desain, tujuan
dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau hasil yang positif
bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi.
Teori implementasi menurut Edward dan Emerson, Grindle, serta Mize
dalam buku Mukarom (2015:207),
menjelaskan empat variabel kritis dalam
implementasi kebijakan publik dan program, yaitu:
a. Komunikasi ( communication )
Komunikasi dibutuhkan oleh setiap pelaksana kebijakan untuk mengetahui
apa yang harus mereka lakukan. Keberhasilan komunikasi ditentukan oleh
tiga indikator, yaitu penyaluran komunikasi, konsistensi komunikasi, dan
kejelasan komunikasi. Komunikasi dianggappenting karena dalam proses
kegiatan yang melibatkan unsur manusia dan unsur sumber daya akan
berurusan dengan permasalahan yaitu bagaimana hubungan yang
dilakukan.
b. Ketersediaan Sumber Daya (resources)
Berkenaan dengan sumber daya pendukung untuk melaksanakan
kebijakan, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Sumber
daya
manusia
merupakan
faktor
penting
dalam
pelaksanaan suatu kebijakan dan merupakan potensi manusiawi
yang melekat keberadaannya pada seseorang yang meliputi fisik
dan nonfisik.
2. Informasi yang diterima dan disampaikan haruslah jelas sehingga
dapat mempermudah pelaksanaan kebijakan
3. Kewenangan hak untuk mengambil keputusan dan hak untuk
mengarahkan pekerjaan orang lain dan memberikan perintah.
4. Sarana dan prasarana yaitu alat pendukung dan pelaksana suatu
kegiatan.
5. Pendanaan digunakan untuk membiayai operasional implementasi
kebijakan tersebut, informasi yang relevan dan mencukupi tentang
cara mengimplementasikan suatu kebijakan, dan kesanggupan dari
berbagai pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan
tersebut.
c. Sikap dan Komitmen dari Pelaksana Program (Disposition)
Sikap dan komitmen ini berhubungan dengan kesedian para implementator
untuk meyelesaikan suatu kebijakan publik. Disposisi menjaga konsistensi
tujuan antara apa yang ditetapkan pengambil kebijakan dan pelaksana
kebijakan. Kunci keberhasilan program atau implementasi kebijakan
adalah sikap pekerja terhadap penerimaan dan dukungan atas kebijakan
dukungan yang telah ditetapkan.
Variabel variabel tersebut berkenaan atau berkaitan satu sama lain
untuk mencapai tujuan implementasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2Gambaran Umum Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara
(SPAN)
Menurut
Peraturan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
No.
154/PMK.04/2014, SPAN merupakan suatu sistem pengelolaan keuangan negara
yang mengintegrasikan pengelolaan keuangan ke dalam satu sistem terintegrasi,
yang
meliputi
fungsi
penganggaran,
pelaksanaan
anggaran
dan
pertanggungjawaban keuangan negara. SPAN merupakan program transformasi
berskala besar di bidang keuangan negara yang bertujuan meningkatkan efisiensi,
efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan
perbendaharaan negara melalui penyempurnaan proses bisnis dan pemanfaatan
teknologi informasi yang terintegrasi.
Sasaran yang ingin dicapai dengan adanya implementasi SPAN meliputi :
a. Otomasi proses operasional penganggaran dan pegelolaan kas, asset dan utang
pemerintah;
b. Peningkatan keandalan proses penganggaran dan pengelolaan kas, asset dan
utang pemerintah;
c. Peningkatan efisiensi layanan kepada kementrian Negara/lembaga, masyarakat
dan perbankan;
d. Peningkatan akuntabilitas melalui penyusunan dan penyajian laporan keuangan
yang lebih komprehensif, akurat dan tepat waktu;
e. Penyediaan fasilitas rekonsiliasi yang andal, akurat, serta tepat waktu antara
pemerintah dan perbankan;
Universitas Sumatera Utara
f. Penyediaan jejak audit (audit trail) untuk memfasilitasi proses audit akun
pemerintah;
g. Mengintegrasikan data pada berbagai subsistem manajemen keuangan
pemerintah.
Dengan adanya sasaran yang jelas, maka manfaat yang ingin dicapai
dengan adanya implementasi SPAN adalah :
a. Tersedianya sistem pengendalian alokasi dan pelaksanaan anggaran yang
efektif;
b. Tersedianya sistem pengelolaan kas yang terpercaya;
c. Tersedianya sistem pelaporan manajerial tentang tentang operasi keuangan
pemerintah yang komprehensif, dapat diandalkan dan realtime;
d. Terwujudnya tahapan transisi penerapan sistem akuntansi dari berbasis kas ke
berbasis akrual, dan;
e. Terlaksananya pelayanan kepada publik yang lebih efisien.
1.5.2.1 Visi dan Misi SPAN
Visi SPAN adalah “Terwujudnya pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan Negara yang transparan dan akuntabel, aman dan mudah diterapkan
dengan dukungan system informasi manajemen keuangan yang terintegrasi “.
Untuk mewujudkan visi tersebut, SPAN mempunyai misi. Misi SPAN adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Mengembangkan proses bisnis secara berkelanjutan dengan mendasarkan pada
praktek penyelenggaraan yang sesuai dan terbaik.
b. Menerapkan paket solusi yang terintegrasi untuk mendukung sistem yang
aman, akurat dan handal.
c. Memastikan diterimanya perubahan oleh pemangku kepentingan dan
memberikan solusi lengkap terhadap dampak perubahan.
(sumber : Modul SPAN)
1.5.2.2 Electronic Goverment ( E- Goverment )
Seiring dengan berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi ( ICT
) maka pemerintah juga dituntut untuk menggunakan ICT dalam rangka
meningkatkan pelayanan publik. Salah satu sarana tersebut adalah dengan
melaksanakan penyelengaraan pemerintahan secara elektronik atau electronic (egoverment).
E-Goverment berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi ( seperti:
wide area network, internet, dan komunikasi bergerak ) oleh lembaga pemerintah
yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan pemerintah
dengan warganya, pelaku dunia usaha ( bisnis ), dan lembaga pemerintah
lainnya.Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam, antara lain,
pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada warganya, peningkatan
interaksi dengan dunia usaha dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui
akses informasi, atau manajemen pemerintahan yang lebih efesien. Hasil yang
diharapkan dapat berupa pengurangan korupsi, peningkatan transparansi,
peningkatan kenyamanan, pertambahan pendapatan dan/atau pengurangan biaya.
Universitas Sumatera Utara
Melaksanakan e-goverment berarti bekerja dengan bantuan tekhnologi,
maka dari itu akan ada suatu transformasi budaya kerja dari sistem kerja manual
ke sistem kerja yang berbasis elektronik. Di Negara-Negara maju, e-goverment
merupakan hasil transformasi mekanisme interaksi birokrasi dengan masyarakat
yang menjadi lebih bersahabat. Demikian halnya di Negara berkembanng , banyak
pengambil kebijakan yakni bahwa pemerintahan yang bersih, berwibawa, dan
transparan dapat diwujudkan melalui e-government. ( indrajit,2006:2)
Menurut Seifert dan Bonham ada empat tipe penerapan E-Government , yaitu :
1. Government to Citizens
Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-Government yang paling umum,
yaitu dimana
pemerintah membangun dan menerapkan berbagai
portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk memperbaiki
hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan kata lain, tujuan
utama dari dibangunnya aplikasi e-Government bertipe G-to-C adalah
untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal
akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau
pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan seharihari.
2. Government to Business
Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah membentuk
sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda perekenomian sebuah
negara
dapat
berjalan
sebagaimana mestinya.
Dalam
melakukan
aktivitas sehari-harinya, entiti bisnis semacam perusahaan swasta
Universitas Sumatera Utara
membutuhkan banyak sekali data dan informasi yang dimiliki oleh
pemerintah.
3. Government to Governments
Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi negara-negara
untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari ke hari.
Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan pemerintah
setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang berbau diplomasi
semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar kerjasama antar
negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara (masyarakat, industri,
perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-hal yang berkaitan
dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik, mekanisme
hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya.
4. Government to Employees
Aplikasi e-Governmentjuga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja
dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan pemerintahan yang
bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat.
1.6 Konsep Penelitian
Judul penelitian mengarah kepada implementasi Sistem Perbendaharaan
dan Anggaran Negara Pada KPPN medan yang diharapkan dapat mendukung
pelayanan pembendaharaan Negara pada kota medan seperti tepat waktu,
efektif,efisien, transparan, dan tepat sasaran . Jadi setiap jenis kebijakan publik
memerlukan model implementasi kebijakan yang berlainan. Adakebijakan
publikyang perlu implementasi secara top- down, ada secara buttom-up. Dalam
Universitas Sumatera Utara
mengkaji proses kebijakan yang di implementasikan pada KPPN Medan peneliti
melakukan dengan model George C Edward III model implementasi kebijakan
top-down, yang melihat pelaksanaan suatu kebijakan melalui variabel-variabel
model pendekatan George C Edward III , karena model ini sesuai dengan
kebijakan SPAN yang juga bersifat top-down karena pada hakekatnya kebijakan
ini merupakan kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk rakyat atau publik.
Model yang penelitu pakai dalam penelitian Implementasi Sistem
Perbendaharaan
dan
Anggaran
Negara
dalam
Mendukung
Pelayanan
Perbendaharaan Negara adalah dengan melihat beberapa indikator:
1. Struktur Birokrasi
Salah satu aspek yang penting dari setiap organisasi adalah adanya
SOP ( standard operating procedure). Ini adalah pedoman bagi
implementor dalam melaksanakan implementasi. Struktur organisasi
yang berbelit belit ataupun terlalu panjang akan menimbulkan prosedur
birokrasi yang rumit dan kompleks dan melemahkan pengawasan,
yang mengakibatkan organisasi tidak fleksibel.
2. Komunikasi
Komunikasi sangat
penting
dalam proses
implementasi agar
implementor mengetahui apa yang akan dilakukan, dan mengetahui
apa yang akanmenjadi sasaran dan tujuan kebijakan yang dapat
mengurangi distorsi implementasi.
3. Sumber Daya
Universitas Sumatera Utara
Setiap kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang memadai,
baik itu sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Sumber
daya manusia adalah kualitas maupun kuantitas implementor, dan
sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi atas sebuah
program/kebijakan. Dengan cukupnya sumber daya finansialakan
mendukung terlaksananya kebijakan / program. Namun tanpa
implementor yang profesional , juga kan tidak mampu melaksanakan
kebijakan dengan baik.
4. Disposisi
Disposisi adalah karakter yang ada pada implementor. Karakter yang
harus dimiliki oleh implementor adalah kejujuran, komitmen, dan
demokratis.
Penulis juga menambahkan indikator standar dan sasaran kebijakan untuk
mengetahui bagaimana standar dan sasaran kebijakan dalam implementasi SPAN
dalam mendukung Pelayanan Perbendaharaan Negara pada KPPN Medan I,
karena setisp krbijsksn hsrud mrmpunyai standar dan sasaran yang jelas dan
terukur, agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dankonflik diantara para agen
implementasi
Universitas Sumatera Utara
1.7 Kerangka Berpikir
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
KANTOR PELAYANAN
PERBENDAHARAAN NEGARA
(KPPN) MEDAN
E-Goverment
1.
2.
3.
4.
INDIKATOR
IMPLEMENTASI SISTEM
PERBENDAHARAAN dan
ANGGARAN NEGARA
(SPAN)
TUJUAN
MENINGKATKAN
EFISIENSI
EFEKTIFITAS
AKUNTABILITAS
W
TRANSPARANSI
1. STRUKTUR
BIROKRASI
2. SUMBER DAYA
3. KOMUNIKASI
4. DISPOSISI
5. STANDAR DAN
SASARAN
DALAM MENDUKUNG
PELAYANAN
PERBENDAHARAAN
NEGARA
HASIL IMPLEMENTASI SPAN
YANG DIHARAPKAN
TEPAT WAKTU
EFISIEN
EFEKTIF
TRANSPARAN
TEPAT SASARAN
TRANSFORMASI KEUANGAN
NEGARA YANG TERINTEGRASI
Universitas Sumatera Utara
1.8Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan dalam intelektual manusia yang
memang merujuk ke gejala nyata kedalam empirik. Konsep adalah sarana merujuk
kedua empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris
bahkan konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri.
Menurut Singarimbun (1995:33) konsep adalah istilah atau defenisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok
atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk
memudahkan pemahaman dan menghhindari terjadinta interprestasi ganda dari
variabel yang diteliti.
Defenisi konsep memberikan batasan yang jelas tentang penelitian yang
akan dilakukan, maka penulis mendefenisikan konsep-konsep yang digunakan
sebagai berikut :
1. Implementasi sering dianggap sebagai bentuk pengoperasionalisasian atau
penyelenggaraan aktivitas yang ditetapkan berdasarkan undang undang
dan
menjadi
kesepakatan
bersama
diantara
beragam
pemangku
kepentingan ( stakeholder ) , aktor , organisasi, (publik atau privat),
prosedur, dan teknik secara sinergistis yang digerakkan untuk bekerjasama
guna menerapkan kebijakan ke arah tertentu yang dikehendaki (Wahab
2012:133)
Universitas Sumatera Utara
2. SPAN merupakan suatu sistem pengelolaan keuangan negara yang
mengintegrasikan pengelolaan keuangan ke dalam satu sistem terintegrasi,
yang
meliputi
fungsi
penganggaran,
pertanggungjawaban keuangan negara.
pelaksanaan
anggaran
dan
SPAN merupakan program
transformasi berskala besar di bidang keuangan negara yang bertujuan
meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan anggaran dan perbendaharaan negara melalui penyempurnaan
proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi.
1.9 Sistematika Penulisan
Bab I
Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi
konsep dan sistematika penulisan.
Bab II
Metode Penelitian
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
Bab III
Deskripsi Lokasi Penelitian
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
dimana penelitian dilakukan
Universitas Sumatera Utara
Bab IV
Penyajian Data
Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan
dokumentasi yang akan dianalisis.
Bab V
Analisis Data
Bab ini berisikan tentang hasil data yang diperoleh dari hasil
penelitian memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.
Bab VI
Penutup
Dalam bab ini berisikan penelitian dan saran atas hasil penelitian
yang dilakukan.
Universitas Sumatera Utara