SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA YOGYAKARTA

(1)

SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

YOGYAKARTA

Oleh :

Fauzul Yusuf Savi’i Rajab 20133030009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN

PROGRAM VOKASI UMY


(2)

i

SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA

YOGYAKARTA

Oleh :

Fauzul Yusuf Savi’i Rajab 20133030009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI TERAPAN

PROGRAM VOKASI UMY


(3)

iv

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “SISTEM DAN PROSEDUR PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA YOGYAKARTAini benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Yogyakarta, 04 November 2016


(4)

vii

dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Sistem Dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta” untuk memenuhi syarat penyelesaian Program Studi D3 Akuntansi Terapan.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, Penulis menyadari banyak kesulitan yang dihadapi. Dengan adanya perhatian, arahan, dan bimbingan dari berbagai pihak hingga selesainya Tugas Akhir ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Dr. Sukamta, ST., MT., selaku Dekan Fakultas Vokasi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta .

3. Ibu Barbara Gunawan, SE., M.Si., Ak., CA., selaku Kepala Prodi (D3) Akuntansi Terapan Program Vokasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu membimbing Penulis dari awal hingga akhir penulisan laporan.

4. Ibu Desi Susilawati. S.E., M.Sc., selaku sekretaris Program Studi (D3) Akuntansi Terapan.

5. Heru Pudyo Nugroho, Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. 6. Mbak Nur Mila Eka Sari, Bapak Puji Hartanto dan seluruh Karyawan dan

karyawati KPPN Yogyakarta yang telah membantu dan memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.


(5)

viii

8. Kedua orang tua, adik, kakek dan nenek serta paman yang senantiasa tulus memberikan dukungan, doa, kasih sayang, dan perhatian yang tak henti hentinya mengalir kepada penulis.

9. Teman-temanku dan semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

10. Pihak-pihak terkait lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi Penulis khususnya dan dapat digunakan serta dijadikan bahan referensi bagi semua pihak yang berkepentingan.

Yogyakarta, 04 November 2016


(6)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

INTISARI ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN…...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan ... 4

D. Manfaat ... 4

E. Batasan Masalah ... 5

F. Metode Penelitian ... 5

BAB II DASAR TEORI…...8

A. Sistem Akuntansi ... 8

B. Sistem Akuntansi Pemerintah ... 12

C. Penatausahaan Penerimaan Negara ... 13

D. Penjelasan Umum Penerimaan Negara ... 31

BAB III GAMBARAN UMUM INSTANSI...35

A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... 35

B. Profil Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... 36

C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... 37

D. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... 38

E. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara ... 40

F. Sistem dan Prosedur Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara . 41 BAB IV HASIL PENELITIAN…...49

A. Identifikasi Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara .... 49

B. Perlakuan KPPN terhadap Kelebihan dan Kekurangan Pelimpahan Penerimaan oleh Bank/Pos Persepsi pada Bi...60


(7)

x


(8)

xi


(9)

xii

Tabel 3.2 Nama Pegawai dan Tugas Seksi Pencairan Dana ... 43

Tabel 3.3 Nama Pegawai dan Tugas Seksi Bank ... 44

Tabel 3.4 Nama Pegawai dan Tugas Seksi Verifikasi Dan Akuntansi ... 45

Tabel 3.5 Nama Pegawai dan Tugas Seksi MSKI ... 46


(10)

xiii Lampiran 3 Surat Setoran Pajak MPN G-1 Lampiran 4 Billing Pajak MPN G-2 Lampiran 5 Billing PNBP MPN G-2


(11)

(12)

(13)

v

penerimaan Negara, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta bekerjasama dengan mitra kerja Bank/Pos Persepsi untuk menghimpun setoran penerimaan Negara dari wajib pajak. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta serta perlakuan tehadap kurang pelimpahan dan lebih pelimpahan yang dilakukan oleh Bank/Pos Persepi.

Dalam penulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan memaparkan analisis yang diamati di lapangan melalui pengolahan data sumber primer yaitu observasi dan wawancara langsung serta sumber sekunder melalui studi pustaka. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, KPPN Yogyakarta telah melakukan penatausahaan penerimaan Negara sesuai dengan Standard Operating Procedure yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara. Saran yang diberikan penulis dalam penatausahaan penerimaan Negara pada KPPN Yogyakarta adalah untuk terus meningkatkan pelayanan yang transparan, efektif dan efisien dengan menjalankan kegiatan berdasarkan peraturan yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kata Kunci: Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara, Penerimaan Negara, Pelimpahan Penerimaan Negara


(14)

vi

State Treasury Office (KPPN) of Yogyakarta collaborated with banks/post perception to collect state revenues from tax payers. The purpose of writing is to know about system and procedure administratiton of state revenues in the State treasury office of Yogyakarta and the treatment of KPPN Yogyakarta toward deficient and excess devolving state revenues perpetrated by banks/post perception.

The writing method used descriptive qualitative method. Describtive qualitative used to describe real condition of state revenues administration at KPPN Yogyakarta from processing primary data sources is observation and interview, processing secondary data sources is the literature study. Result of this final project indicate that the procedure administration of state revenues in KPPN Yogyakarta according to Standart Operating Procedure (SOP) Directorate general of state tresure. The suggestion to KPPN Yogyakarta is to keep improving service with do business according to regulation from the ministry of finance of the republic of Indonesia.

Keyword: Systems and Procedures Administration of State Revenues, State Revenues, Transfer of State Revenues


(15)

1

A. Latar Belakang

Dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara telah ditegaskan pemisahan kewenangan dalam pelaksanaan anggaran belanja negara. Kewenangan Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) dikuasakan kepada Direktorat Jenderal Perbendaharaan sebagai Kuasa BUN di Pusat, dalam hal ini dilaksanakan oleh Direktorat PKN, dan KPPN sebagai Kuasa BUN di daerah. Sebagai Kuasa BUN di daerah KPPN melakukan pembayaran atas beban APBN dan PFK, serta melakukan penatausahaan penerimaan negara. Dalam rangka pelaksanaan pembayaran, KPPN berkewajiban untuk meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran (PA)/Kuasa PA, menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum dalam perintah pembayaran, menguji ketersediaan dana yang bersangkutan, memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara, menolak pencairan dana. Apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh PA/Kuasa PA tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2003, Penerimaan Negara adalah uang yang masuk ke kas Negara. Dalam hal ini penerimaan negara akan menjadi pendapatan untuk tiap tahunnya oleh pemerintah dalam menyusun APBN. Penerimaan negara meliputi penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak, serta hibah. Untuk mengelola penerimaan negara tersebut, Menteri Keuangan menunjuk bank umum atau dikenal dengan istilah bank-persepsi untuk


(16)

menerima setoran pajak dari wajib pajak atau setoran bukan pajak dari satuan kerja/masyarakat yang merupakan penerimaan Negara.

Pengelolaan penerimaan Negara ini dikelola oleh Dirtjen perbendaharaan, unit eselon I di Kementerian Keuangan. Dirtjen Perbendaharaan memiliki Kantor vertikal atau Kantor daerah yaitu Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN). Berdasarkan peraturan menteri keuangan nomor 134/PMK.01/2006 tentang organisasi dan tata kerja instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan maka tugas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) adalah melaksanakan keuangan perbendaharaan dan perbendaharaan umum, penyalur pembiayaan atas beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas Negara berdasarkan undang-undang yang berlaku.

Dalam penatausahaan penerimaan negara KPPN Yogyakarta dalam melakukan tugasnya bekerjasama dengan Bank persepsi sebagai mitra kerjanya. Untuk menjadi Bank persepsi sebagai mitra kerja KPPN Yogyakarta, bank umum tersebut dapat mengajukan diri ke KPPN Yogyakarta atau KPPN Yogyakarta meminta bank umum tersebut. Kedua hal ini tentunya membutuhkan proses seleksi bank secara berjenjang. Bank umum yang bukan merupakan bank persepsi tidak diperkenankan untuk menerima setoran penerimaan negara.

Satuan kerja (Satker) atau wajib pajak melakukan setoran pajaknya atau setoran bukan pajak ke bank persepsi di loket penerimaan negara pada bank sesuai jam kerja yang ditetapkan yaitu pukul 15.00 waktu setempat dan pengisian formulirnya disesuaikan dengan jenis penerimaannya. Dalam merekam setoran penerimaan Negara, bank persepsi menggunakan sistem aplikasi penerimaan negara secara elektronik melalui sistem billing atau yang disebut MPN G-2


(17)

yaitu perubahan dari sistem manual yang disebut (MPN G1) merupakan aplikasi yang telah terintegrasi antara Kementerian Keuangan, kantor pusat bank persepsi, dan bank persepsi daerah.

Semua setoran penerimaan Negara tersebut masuk ke kas Negara. Pemerintah juga menerapkan Treasury Single Account (TSA) yaitu Rekening Kas Umum Negara, merupakan rekening tempat penyimpanan uang Negara oleh Menteri Keuangan untuk menampung seluruh penerimaan Negara dan pengeluaran Negara pada Bank Indonesia (BI). Bank Indonesia memiliki anak rekening di BI daerah yang disebut SUBRKUN. Hal ini KPPN Yogyakarta bertugas untuk menatausahakan seluruh penerimaan Negara yang ada di rekening persepsi untuk dilimpahkan ke SUBRKUN di BI setempat. Sehingga setoran yang ada di rekening persepsi KPPN Yogyakarta pada Bank persepsi tersebut hanya sekedar rekening penampungan sementara

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, penulis m en yusun judul “Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada

KPPN Yogyakarta?

2. Apakah tindakan atau perlakuan KPPN Yogyakarta terhadap kelebihan dan kekurangan pelimpahan penerimaan negara oleh Bank/Pos Persepsi pada BI sudah sesuai Peraturan Dirtjen Nomor 35/PB/2014 dan Peraturan Dirtjen No 32/PB/10?


(18)

C. Tujuan Penelitan

Tujuan penelitan dalam merumuskan masalah tersebut di atas adalah:

1 Untuk mengetahui lebih dalam mengenai sistem dan prosedur penatausahaan penerimaan negara pada KPPN Yogyakarta.

2 Untuk mengetahui tindakan atau perlakuan KPPN Yogyakarta terhadap kelebihan dan kekurangan pelimpahan penerimaan oleh Bank/Pos Persepsi pada BI yang sesuai dengan Peraturan Dirtjen Nomor 35/PB/2014 dan Peraturan Dirtjen No 32/PB/10.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa:

a. Memberikan bahan dasar informasi kepada mahasiswa selanjutnya mengenai permasalahan yang mengenai penatausahaan penerimaan negara.

b. Dapat menjadi bahan referensi dalam penulisan Tugas Akhir untuk mahasiswa lainnya.

2. Bagi Peneliti:

a. Untuk dapat menyandang gelar Ahli Madya.

b. Untuk menambah pengetahuan lebih banyak mengenai penulisan ini baik secara teori maupun praktiknya.

3. Bagi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta:

Mendapat saran dan masukan yang membangun untuk meningkatakan pelayanan di KPPN Yogyakarta.

4. Bagi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa yang terdapat dalam perpustakaan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(19)

E. Batasan Masalah

Dalam pembahasan ini penulis membatasi permasalahan hanya membahas mengenai Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara dan Pelimpahan Penerimaan Negara yang dikelola oleh KPPN Yogyakarta melalui Bank/Pos Persepsi pada BI.

F. Metodologi Penelitian 1. Sumber Data

a. Data Primer

Menurut Sugiyono (2009: 137) data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sehingga data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung oleh penulis dari KPPN Yogyakarta.

b. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2005: 62) data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan pada banyak buku atau catatan yang berhubungan dengan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan membaca, mengamati dokumen atau catatan yang sudah ada, serta mengadopsi materi yang berasal dari website sesuai dengan topik yang dibutuhkan.


(20)

b. Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati dan meneliti pelaksanaan sistem dan prosedur penerimaan kas pada KPPN Yogyakarta.

c. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada staf pekerja yang ada, sesuai dengan penelitian yang dilakukan.

d. Metode dokumentasi

Merupakan metode pengumpulan data dan informasi dengan mempelajari catatan-catatan serta dokumen yang berhubungan dengan Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara.

e. Studi Kepustakaan

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa beberapa referensi buku yang berkaitan dengan masalah-masalah yang ada dalam ruang lingkup penelitian ini. 3. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan analisis deskriptif kualitatif, yaitu menganalisa data yang berhasil dikumpulkan, dengan uji non statistik sesuai dengan penelitian yang bersifat kualitatif.

Pada analisis ini dilakukan pembandingan apakah pelaksanaan Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada bagian front Office dan

Middle Ofice sudah sesuai dengan Peraturan Direktorat Jendral Perbendaharaan

No 07/PB/2014 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara pada Sistem Perbendaharaan Negara (SPAN) apakah masih perlu dilakukan perbaikan.


(21)

Pelaksanaan Penatausahaan Penerimaan Negara harus dibuktikan dengan adanya dokumen-dokumen bukti setor penerimaan yang dianggap sah. Kemudian dokumen tersebut memiliki kriteria-kriteria khusus untuk memenuhi pelaksanaan Penatausahaan Penerimaan Negara yang sesuai. Adapun Kriteria tersebut adalah melalui terpenuhinya kelengkapan dokumen bukti setor penerimaan.

Ada beberapa tahap dalam proses analisis data, yaitu: a. Mengidentifikasi sistem yang digunakan.

b. Mengidentifikasi prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara. c. Melakukan interpretasi hasil penelitian.

d. Menarik kesimpulan terhadap pertanyaan atau masalah penelitian kemudian memberikan saran sebagai pengembangan hasil penelitian.


(22)

8

A. Sistem Akuntansi 1. Pengertian Sistem

Pengertian Sistem menurut para ahli meliputi:

Menurut Mulyadi (2016: 1) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Azhar Susanto (2013: 22) Sistem adalah kumpulan/group dari sub sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan tertentu.

Menurut Jogiyanto (2009: 34) Sistem dapat di definisikan dengan pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem adalah kumpulan bagian-bagian atau sub sistem-sub sistem yang disatukan dan dirancang untuk mencapai suatu tujuan.

2. Pengertian Prosedur

Pengertian Prosedur menurut para ahli meliputi:

Menurut Mulyadi (2016: 4) Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau


(23)

lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

Menurut W.Gerald Cole (dalam Baridwan, 2002) Prosedur adalah suatu urut-urutan pekerjaan kerani (clerical), biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.

Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa prosedur suatu urutan tugas atau kegiatan yang saling berkaitan dan melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian dibentuk untuk menjamin pelaksanan kerja yang seragam pada suatu perusahaan/instansi.

3. Pengertian Sistem Akuntansi

Pengertian Sistem Akuntansi menurut para ahli meliputi:

Menurut Mulyadi (2016: 3) Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

Menurut Bodnar dan Hopwood (2008: 181) Sistem akuntansi adalah suatu catatan-catatan organisasi yang dibuat untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi organisasi dan menyelenggarakan pertanggung jawaban bagi aktivitas dan kewajiban yang berkaitan.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi adalah suatu organisasi yang digunakan untuk merangkum semua kegiatan dan


(24)

transaksi perusahaan guna menghasilkan informasi yang diperlukan oleh manajeman sebagai alat pengawasan demi kelancaran aktivitas perusahaan /instansi dimasa yang akan datang.

Unsur-unsur pokok sistem akuntasi menurut Mulyadi (2016: 3) yaitu: a. Formulir

Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan adanya formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering pula disebut media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Dalam sistem akuntansi secara manual (manual

system), media yang digunakan untuk merekam pertama kali data transaksi

keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas (paper form). Dalam sistem akuntansi dengan komputer (computerized system) digunakan berbagai macam media untukmemasukkan data ke dalam sistem pengolahan data seperti: papan ketik (keyboard), optical and magnetic

characters and code, mice, voice, touch sensor, dan cats.

b. Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Seperti telah disebutkan di atas, sumber informasi pencatatan


(25)

dalam jurnal ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data keuangan untuk pertama kalinya diklasifikasikan menurut penggolongan yang sesuai dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Dalam jurnal ini pula terdapat kegiatan peringkasan data, yang hasil peringkasannya (berupa jumlah rupiah transaksi tertentu) kemudian di posting ke rekening yang bersangkutan dalam buku besar. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan, dan jurnal umum. c. Buku Besar

Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Rekening buku besar ini disatu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.

d. Buku Pembantu

Jika data yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannya lebih lanjut, dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir (books of final entry), yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku


(26)

pembantu. Buku besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan akuntansi akhir juga karena setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.

e. Laporan

Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan, laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo persediaan yang lambat penjualannya. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. Laporan dapat berbentuk hasil cetak computer dan tayangan pada layar monitor komputer.

B. Sistem Akuntansi Pemerintah

1. Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah (SAP)

Menurut PMK No 238/PMK.05/2011 pasal 1, Sistem Akuntansi Pemerintah adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintah.


(27)

2. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Menurut PMK No 154/PMK.05/2013 pasal 1, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanjutnya disebut APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Pengertian Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN)

Menurut PMK No 154/PMK.05/2013 pasal 1, Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara yang selanjutnya disebut SPAN adalah sistem terintegrasi seluruh proses yang terkait dengan APBN yang meliputi modul penganggaran, modul komitmen, modul penerimaan, modul pembayaran, modul kas, modul akuntansi dan pelaporan.

C. Penatausahaan Penerimaan Negara 1. Pengertian Penatausahaan

Berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara (BMN):

“Penatausahaan adalah Rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN sesuai ketentuan yg berlaku, atau penatausahaan yang dimaksud meliputi tata cara pembukuan bendahara penerimaan/bendahara pengeluaran, pemeriksaan kas dan rekonsiliasi, penyusunan dan penyampaian laporan dan verifikasi laporan”.

2. Pengertian Penerimaan Negara

Menurut UU No 1 Tahun 2009 Penerimaan Negara adalah jumlah pendapatan suatu negara yang berasal dari Penerimaan Negara dari pajak, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), serta Penerimaan Hibah dari dalam negeri dan luar negeri.


(28)

a. Jenis - Jenis Penerimaan Perpajakan

Penerimaan Perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.

Adapun jenis-jenis penerimaan pajak: 1) Pajak dalam Negeri

Penerimaan Pajak dalam Negeri meliputi: a) Pajak Penghasilan dari Minyak dan Gas b) Pajak Penghasilan dari non Minyak dan Gas c) Pajak Pertambahan Nilai barang dan jasa (PPN) d) Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) e) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

f) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) g) Cukai

h) Pajak lainnya

2) Pajak Perdagangan Internasional

Penerimaan Pajak Perdagangan Internasional meliputi: a) Bea Masuk

b) Pajak/Pungutan Ekspor.

b. Jenis - Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan, antara lain sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN, serta penerimaan negara bukan pajak lainnya.


(29)

1) PNBP Umum

Setiap kementerian negara/lembaga pada dasarnya mempunyai penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang bersifat umum yaitu PNBP yang tidak berasal dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. PNBP umum merupakan PNBP yang berlaku umum di semua kementerian negara/lembaga. PNBP umum sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP antara lain: a) Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara.

b) Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara. c) Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro).

d) Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan perbendaharaan).

e) Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah.

f) Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang. g) Penerimaan pengembalian belanja tahun anggaran lalu. 2) PNBP Fungsional

Selain PNBP Umum terdapat PNBP di kementerian/lembaga yaitu PNBP yang bersifat fungsional. PNBP yang bersifat fungsional yaitu penerimaan yang berasal dari hasil hasil pungutan kementerian negara/lembaga atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tugas- pokok dan fungsinya dalam melaksanakan fungsi pelayanan kepada


(30)

masyarakat. Penerimaan funsional tersebut terdapat pada sebagian besar kementerian negara/lembaga, namun macam dan ragamnya berbeda antara satu kementerian negara/lembaga dengan kementerian negara/lembaga lainnya, tergantung kepada jasa pelayanan yang diberikan oleh masing-masing kementerian negara/lembaga.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak disebutkan bahwa kelompok PNBP, meliputi jenis - jenis penerimaan sebagai berikut:

a) Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah. b) Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam.

c) Penerimaan dari hasil-hasil kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah.

d) Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pemerintah. e) Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari

pengenaan denda administrasi.

f) Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak pemerintah.

g) Penerimaan lainnya yang diatur dalam undang - undang tersendiri. Jenis PNBP yang berlaku pada setiap Kementerian/Lembaga antara lain sebagai berikut:

1) PNBP pada Departemen Luar Negeri:

a) Penerimaan dari pemberian surat perjalanan Republik Indonesia. b) Penerimaan dari jasa pengurusan dokumen konsuler.


(31)

2) PNBP pada Departemen Pertahanan dan Keamanan:

a) Penerimaan dari pemberian Surat Izin Mengemudi (SIM).

b) Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK).

c) Penerimaan dari pemberian Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK). d) Penerimaan dari pemberian Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor

(BPKB) baru.

e) Penerimaan dari pelayanan kesehatan. 3) PNBP pada Departemen Kehakiman:

a) Penerimaan denda administrasi.

b) Penerimaan dari pelayanan jasa hukum.

c) Penerimaan dari penggunaan jasa tenaga narapidana dan hasil penjualan barang keterampilannya.

d) Penerimaan dari pendaftaran ciptaan. e) Penerimaan dari permintaan hak paten. f) Penerimaan dari pemberian merek. g) Penerimaan dari keimigrasian. h) Penerimaan balai harta peninggalan. i) Penerimaan pengadilan.

4) PNBP pada Departemen Penerangan: a) Penerimaan dari siaran iklan.


(32)

c) Penerimaan dari penyelenggaraan sensor film, video tape, kaset, film reklame komersial dan non komersial

d) Penerimaan dari pembuatan film untuk instansi pemerintah dan penyewaan peralatan perfilman.

5) PNBP pada Departemen Keuangan:

a) Penerimaan denda administrasi atas keterlambatan penyampaian laporan perusahaan di bidang pasar modal.

b) Penerimaan denda administrasi yang dikenakan pada pihak yang melanggar peraturan perundang undangan di bidang pasar modal. c) Penerimaan Bea Lelang.

d) Penerimaan dari biaya administrasi lelang swasta. e) Penerimaan dari Bea Lelang Batal.

f) Penerimaan dari biaya administrasi Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN).

g) Penerimaan dari penjualan saham bagian Pemerintah.

h) Penerimaan dari bagian Pemerintah atas laba badan usaha milik negara.

i) Penerimaan dari selisih lebih karena perubahan harga jual yang ditetapkan Pemerintah atas persediaan gula pasir di gudang-gudang Bulog dan gudang dari pabrik gula, dan persediaan pupuk di semua gudang Pusri.

j) Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan oleh Perusahaan Pembiayaan.


(33)

k) Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan operasional tahunan dan atau tidak mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi bagi perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

l) Penerimaan dari denda tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan operasional tahunan bagi perusahaan pialang asuransi atau perusahaan pialang reasuransi sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

m)Penerimaan dari denda keterlambatan penyampaian laporan bagi Dana Pensiun.

n) Penerimaan kembali pinjaman yang disalurkan oleh Pemerintah. o) Penerimaan dari laba bersih minyak.

p) Penerimaan bagian Pemerintah dari annual fee PT. Inalum. 6) PNBP pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan:

a) Penerimaan dari biaya pengujian mutu barang dan sertifikasi mutu barang.

b) Penerimaan dari biaya jasa pelatihan. c) Penerimaan dari pendaftaran perusahaan

d) Penerimaan dari penerbitan Surat Keterangan Asal (SKA). e) Penerimaan dari jasa pengujian/pemeriksaan tembakau.

f) Penerimaan dari jasa pembinaan petani tembakau oleh pabrikan rokok.


(34)

g) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan. h) Penerimaan dari jasa pembinaan industri kecil. i) Penerimaan dari jasa pelayanan teknis.

j) Penerimaan dari pengaturan tata niaga cengkeh. k) Penerimaan dari jasa tera/tera ulang.

7) PNBP pada Departemen Pertanian:

a) Penerimaan dari pungutan pengusahaan perikanan. b) Penerimaan dari pungutan hasil perikanan.

c) Penerimaan dari pungutan perikanan atas penggunaan kapal perikanan berbendera asing dengan cara sewa untuk menangkap ikan di zona ekonomi eksklusif Indonesia.

d) Penerimaan dari pungutan perikanan yang berasal dari hasil penangkapan atau pembudidayaan.

e) Penerimaan dari hasil pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak.

f) Penerimaan dari penetapan pendaftaran dan pengujian mutu obat hewan.

g) Penerimaan dari pendapatan perubahan harga hasil produksi pusat veterinaria.

h) Penerimaan dari penjualan hasil pendidikan dan pelatihan, balai benih ikan dan udang.

i) Penerimaan dari penjualan embrio ternak untuk bibit.


(35)

k) Penerimaan dari jasa tambah labuh. l) Penerimaan dari jasa pengadaan es.

m)Penerimaan dari jasa pengadaan air sumur dan air minum. n) Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas.

o) Penerimaan dari jasa karantina tumbuhan, ikan dan hewan. p) Penerimaan dari jasa pelayanan diagnosa penyakit hewan.

q) Penerimaan dari jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian benih tanaman pangan.

r) Penerimaan dari jasa pelayanan teknologi, penelitian dan pengembangan.

s) Penerimaan dari redistribusi ternak Pemerintah.

t) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pertanian. 8) PNBP pada Departemen Pertambangan dan Energi:

a) Penerimaan dari jasa teknologi di bidang pertambangan umum. b) Penerimaan dari jasa penelitian/pengembangan dan jasa penerapan

teknologi pada puslitbang teknologi minyak dan gas bumi. c) Penerimaan dari iuran tetap/landrent.

d) Penerimaan dari iuran eksplorasi/iuran eksploitasi/royalti.

e) Penerimaan dari perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara.

f) Penerimaan dari jasa teknologi geologi tata lingkungan. 9) PNBP pada Departemen Kehutanan:


(36)

b) Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH).

c) Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (IHPHTI).

d) Penerimaan dari Iuran Hak Pengusaha Hutan (IHPH) Bambu. e) Penerimaan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) Tanaman

Rotan.

f) Penerimaan dari pengusahaan pariwisata alam.

g) Penerimaan dari pungutan masuk hutan wisata, taman nasional, tanam hutan raya dan taman wisata laut.

h) Penerimaan dari Iuran menangkap/mengambil dan mengangkut satwa liar dan tumbuhan alam yang tidak dilindungi Undang-undang serta jarahan satwa baru.

i) Penerimaan dari Denda Pelanggaran Eksploitasi Hutan (DPEH). j) Penerimaan dari Denda post audit dan tata usaha iuran hasil hutan. k) Penerimaan dari pengambilan jenis tumbuhan dan satwa liar yang

dilindungi Undang-undang dari alam maupun dari hasil penangkaran.

10) PNBP pada Departemen Pekerjaan Umum:

a) Penerimaan dari jasa penyewaan peralatan dan jasa perbengkelan. b) Penerimaan dari jasa laboratorium.

c) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan. d) Penerimaan dari jasa pembuatan peta citra dari data media satelit. e) Penerimaan dari jasa penyelidikan geoteknik.


(37)

f) Penerimaan dari jasa saran teknis dan pemeriksaan laboratorium. g) Penerimaan dari jasa pengkajian mutu komponen.

11) PNBP pada Departemen Perhubungan:

a) Penerimaan dari pemberian surat izin mengemudi.

b) Penerimaan dari jasa pelabuhan penyeberangan laut, selat dan teluk.

c) Penerimaan dari jasa terminal dan fasilitas sandar kapal penyeberangan sungai dan danau.

d) Penerimaan dari jasa kepelabuhan untuk kapal pelayaran dalam negeri dan luar negeri pada pelabuhan unit pelaksana teknis (UPT) kantor pelabuhan.

e) Penerimaan dari jasa dermaga dan penumpukan di pelabuhan unit pelaksana teknis (UPT) kantor pelabuhan.

f) Penerimaan dari penyewaan tanah pelabuhan di pelabuhan unit pelaksana teknis (UPT) kantor pelabuhan.

g) Penerimaan dari jasa pelayanan penerbangan (JP2) untuk penerbangan internasional.

h) Penerimaan dari jasa pelayanan penumpang pesawat udara (JP3U) pada bandar udara untuk angkutan udara luar negeri.

i) Penerimaan dari jasa pendaratan, penempatan dan penyimpanan pesawat udara (JP4U) penerbangan internasional.

j) Penerimaan dari jasa pemeriksaan kesehatan. k) Penerimaan dari pemberian dokumen penerbangan.


(38)

l) Penerimaan dari jasa pelayanan meteorologi dan geofisika dan penyewaan peralatan.

m) Penerimaan dari sumbangan pembinaan pendidikan dan latihan (SPPL).

12) PNBP pada Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi: a) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan pariwisata. b) Penerimaan dari uang ujian perwira radio elektronika dan operator

radio.

c) Penerimaan dari pemberian izin usaha jasa titipan. d) Penerimaan dari pemberian izin amatir radio.

e) Penerimaan dari pemberian izin antene parabola penerima siaran televisi.

f) Penerimaan dari pemberian izin komunikasi radio antar penduduk (KRAP).

g) Penerimaan dari pemberian hak penyelenggaraan (BHP) frekuensi radio konsesi.

h) Penerimaan dari pemberian izin hak penyelenggaraan (BHP) jasa telekomunikasi.

i) Penerimaan dari jasa penyelenggaraan/pengawasan ujian amatir 13) PNBP pada Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi

a) Penerimaan dari pembinaan tenaga kerja Indonesia dalam rangka pengembangan program Antar Kerja Antar Negara (AKAN).


(39)

b) Penerimaan dari jasa latihan kerja dan kursus latihan kerja (BLK/KLK).

c) Penerimaan dari pungutan Tenaga kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP).

d) Penerimaan dari pendayagunaan fasilitas hiperkes dan keselamatan kerja.

14) PNBP pada Departemen Pendidikan Nasional: a) Penerimaan dari penyelenggaraan pendidikan. b) Penerimaan karcis tanda masuk museum.

c) Penerimaan dari kontrak kerja yang sesuai dengan peran dan fungsi perguruan tinggi.

d) Penerimaan dari hasil penjualan produk yang diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan tinggi.

e) Penerimaan dari sumbangan dan hibah dari perorangan, lembaga pemerintahan, atau lembaga non pemerintah.

15) PNBP pada Departemen Kesehatan:

a) Penerimaan dari pemberian izin peredaran makanan dan minuman. b) Penerimaan dari pemberian izin peredaran minuman keras.

c) Penerimaan dari pemberian izin pelayanan kesehatan oleh swasta. d) Penerimaan dari pemberian izin mendirikan rumah sakit oleh

swasta.

e) Penerimaan dari jasa pendidikan tenaga kesehatan. f) Penerimaan dari jasa pemeriksaan laboratorium.


(40)

g) Penerimaan dari jasa pemeriksaan air secara kimia lengkap. h) Penerimaan dari jasa Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4). i) Penerimaan dari jasa Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM). j) Penerimaan dari jasa pemeriksaan obat, minuman, makanan,

kosmetika, dan alat-alat kesehatan.

k) Penerimaan dari uji pemeriksaan spesimen. l) Penerimaan dari jasa pelayanan rumah sakit.

16) PNBP pada Departemen Agama:

a) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan. b) Penerimaan dari peradilan agama.

c) Penerimaan dari pencatatan nikah dan rujuk.

17) PNBP pada Departemen Sosial:

a) Penerimaan Pendidikan Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.

b) Penerimaan dari izin pengumpulan uang dan barang. c) Penerimaan dari izin penyelenggaraan undian. d) Penerimaan hibah yang merupakan hak Pemerintah.

18) PNBP pada Kejaksaan Agung:

a) Penerimaan dari penjualan barang rampasan. b) Penerimaan dari penjualan hasil sitaan/rampasan. c) Penerimaan dari ganti rugi dan tindak pidana korupsi. d) Penerimaan biaya perkara.


(41)

e) Penerimaan lain-lain, berupa uang temuan, hasil lelang barang temuan dan hasil penjualan barang bukti yang tidak diambil oleh yang berhak.

f) Penerimaan denda.

19) PNBP pada Lembaga Administrasi Negara:

a) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan.

20) PNBP pada Badan Pusat Statistik:

a) Penerimaan dari penjualan publikasi statistik.

21) PNBP pada Badan Tenaga Atom Nasional:

a) Penerimaan dari hak dan perizinan penggunaan (kalibrasi). b) Penerimaan dari jasa analisa (tenaga/pekerjaan).

c) Penerimaan dari penerbitan Sertifikat Bekas Radiasi Komoditi Ekspor/Impor.

22)PNBP pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional: a) Penerimaan dari pelayanan jasa pemotretan jarak jauh.

23) PNBP pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:

a) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pendidikan dan latihan. b) Penerimaan dari penjualan hasil penelitian.

c) Penerimaan dari jasa penyewaan fasilitas.

d) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa analisa, penelitian dan pengembangan jasa konsultasi, pelayanan informasi, jasa rekayasa, jasa kalibrasi dan metrologi, dan jasa tenaga ahli.


(42)

24) PNBP pada Arsip Nasional:

a) Penerimaan dari pelayanan jasa kearsipan.

25) PNBP pada Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional: a) Penerimaan dari penjualan hasil survey dan pemetaan.

26) PNBP pada Badan Pengkajian dan Penerapan Tekonologi:

a) Penerimaan dari penyelenggaraan jasa pengkajian, penelitian dan pengembangan, dan pelayanan jasa teknologi.

27) PNBP pada Badan Pertanahan Nasional: a) Penerimaan dari pengukuran dan pemetaan. b) Penerimaan dari pemeriksaan tanah.

c) Penerimaan dari konsolidasi tanah secara swadaya. d) Penerimaan dari redistribusi tanah secara swadaya. e) Penerimaan dari izin lokasi.

c. Jenis-Jenis Penerimaan Hibah

Menurut PMK No 191/PMK.05/2011, Penerimaan Hibah adalah semua penerimaan Pemerintah pusat dalam bentuk uang, barang jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh pemberi hibah yang tidak perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri.

Adapun jenis-jenis hibah meliputi:

1) Hibah berdasarkan jenisnya terdiri dari: a) Hibah Terencana/DRKH

Hibah dilaksanakan melalui mekanisme perencanaan dituangkan dalam Daftar Rencana Kegiatan Hibah (DRKH)


(43)

b) Hibah Langsung/Non DRKH

Hibah yang dilaksanakan tidak melalui mekanisme perencanaan 2) Hibah berdasarkan mekanisme pencairannya terdiri dari:

a) Hibah Melalui KPPN

Hibah yang proses penarikan dananya dilaksanakan di BUN/KPPN b) Hibah Tanpa Melalui KPPN

Hibah yang proses penarikan dananya tidak dilaksanakan di BUN/ KPPN

3) Hibah berdasarkan sumbernya terdiri dari: a) Hibah Dalam Negeri

Hibah dari Lembaga Keuangan Dalam Negeri, Lembaga Non Keuangan Dalam Negeri, Pemerintah Daerah, Perusahaan Asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan di wilayah NKRI, Lembaga Lainnya dan Perorangan

b) Hibah Luar Negeri

Hibah dari Negara Asing, Lembaga di bawah PBB, Lembaga Multilateral, Lembaga Keuangan Asing, Lembaga Non Keuangan Asing, Lembaga Keuangan Nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah NKRI, Perorangan.


(44)

4) Hibah berdasarkan bentuknya terdiri dari: a) Hibah Uang

 Uang Tunai

Hibah dalam bentuk uang yang diterima Pemerintah dan penggunaannya sepenuhnya ditentukan oleh Pemerintah melalui mekanisme APBN

 Uang untuk Membiayai Kegiatan

Hibah yang diterima Pemerintah yang peruntukannya ditentukan dalam Perjanjian Hibah dan dilaksanakan oleh Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah penerima hibah.

b) Hibah Barang/Jasa  Barang

Hibah yang diterima Pemerintah yang pengadaannya dilaksanakan oleh Pemberi Hibah untuk mendukung kegiatan Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN.  Jasa

Hibah yang diterima Pemerintah berupa jasa tertentu yang kegiatannya dilaksanakan oleh Pemberi Hibah untuk mendukung kegiatan Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah. c) Hibah Surat Berharga

 Hibah yang diterima Pemerintah yang dapat berupa saham kepemilikan pada perusahaan.


(45)

D. Penjelasan Umum Mengenai Penerimaan Negara

Penjelasan umum mengenai Penerimaan Negara terdapat dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 07/PB/2014 pasal 1, yaitu:

1. Modul Penerimaan Negara, yang selanjutnya disebut MPN adalah modul penerimaan yang memuat serangkaian prosedur mulai dari penerimaan, penyetoran, pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan yang berhubungan dengan penerimaan negara dan merupakan bagian dari Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara.

2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan untuk membayar pengeluaran negara.

3. Rekening Kas Umum Negara, yang selanjutnya disebut Rekening KUN adalah rekening tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara pada Bank Sentral.

4. Rekening Penerimaan adalah rekening untuk menampung penerimaan negara pada bank umum/badan lainnya.

5. Kantor Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut KBI adalah kantor cabang dari Bank Indonesia selaku Bank Tunggal yang terdapat di beberapa kota di Indonesia dan menjadi mitra kerja KPPN yang satu kota dengannya.

6. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, yang selanjutnya disebut KPPN adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di


(46)

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan.

7. Kuasa Bendahara Umum Negara di daerah, yang selanjutnya disebut Kuasa BUN di daerah adalah Kepala KPPN.

8. Surat Perintah Membayar, yang selanjutnya disebut SPM adalah dokumen yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran atau pejabat lain yang ditunjuk untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan.

9. Surat Perintah Pencairan Dana, yang selanjutnya disebut SP2D adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa BUN untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban APBN berdasarkan SPM.

10. Treasury Single Account, yang selanjutnya disebut TSA adalah pelaksanaan

Rekening Pengeluaran Bersaldo Nihil pada Bank Umum Mitra KPPN. 11. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk

menerima setoran penerimaan negara bukan dalam rangka impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak. 12. Bank Devisa Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh Menteri

Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara dalam rangka ekspor dan impor.

13. Pos Persepsi adalah Kantor pos yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk menerima setoran penerimaan negara.

14. Laporan Harian Penerimaan yang selanjutnya disingkat LHP, adalah laporan harian penerimaan negara yang dibuat oleh Bank Persepsi/Bank Devisa


(47)

Persepsi/Pos Persepsi setiap hari kerja yang berisi Rekapitulasi Penerimaan dan Pelimpahan, Rekapitulasi Nota Kredit dan Nota Debet pelimpahan/Completion

Advice, Daftar Nominatif Penerimaan dan Bukti Penerimaan Negara (BPN)

beserta Arsip Data Komputer.

15. Arsip Data Komputer, yang selanjutnya disebut ADK adalah arsip data berupa disket atau media penyimpanan digital lainnya yang berisikan data transaksi, data buku besar, dan/atau data lainnya.

16. Surat Setoran Pajak yang selanjutnya disingkat SSP adalah surat setoran atas pembayaran atau penyetoran pajak terutang.

17. Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak yang selanjutnya disingkat SSPCP adalah surat setoran atas penerimaan negara dalam rangka impor berupa Bea Masuk, Bea masuk dari SPM Hibah, denda administrasi, Pabean lainya, Cukai, Penerimaan Cukai lainya, jasa pekarjaan, bunga, PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor, serta PPn BM Impor.

18. Surat Setoran Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat SSBP adalah surat setoran atas penerimaan negara bukan pajak.

19. Surat Setoran Pengembalian Belanja yang selanjutnya disingkat SSPB adalah surat setoran atas penerimaaan pengembalian belanja atas tahun berjalan. 20. Nomor Transaksi Penerimaan Negara, yang selanjutnya disebut NTPN adalah

nomor yang tertera pada bukti penerimaan negara yang diterbitkan melalui MPN.

21. Nomor Transaksi Bank, yang selanjutnya disebut NTB adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Bank.


(48)

22. Nomor Transaksi Pos, yang selanjutnya disebut NTP adalah nomor bukti transaksi penyetoran penerimaan negara yang diterbitkan oleh Pos.

23. Nomor Penerimaan Potongan, yang selanjutnya disebut NPP adalah nomor bukti transaksi penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM yang diterbitkan.

24. Unit terkait adalah instansi yang bertugas menatausahakan penerimaan negara, antara lain Kantor Pelayanan Pajak, Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara, dan Satuan Kerja.

25. Keadaan Kahar adalah suatu kejadian yang terjadi di luar kemampuan manusia dan tidak dapat dihindarkan sehingga suatu kegiatan tidak dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya.


(49)

35

A. Sejarah Perkembangan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta pada awalnya dibentuk dengan nama Kantor Bendahara Negara (KBN). Setelah itu berganti nama menjadi Kantor Perbendaharaan Negara (KPN) dan Kantor Kas Negara (KKN) pada tahun 1982. Selanjutnya pada tahun 1990 satuan kerja tersebut diintegrasikan menjadi Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan tanggal 12 Juni 1989 No.645/KMK.01/1989.

Seiring dengan reorganisasi, Departemen Keuangan yang ditandai dengan penerapan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004, maka KPKN berubah menjadi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) yang merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor: Kep-202/KMK.01/2004.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor: Kep-172/PB/2007 tanggal 26 Juli 2007 tentang Penetapan KPPN Percontohan terhitung mulai tanggal 30 Juli 2007, KPPN Yogyakarta, resmi beroperasi menjadi KPPN Percontohan dan soft launching dilakukan oleh Bapak Minto Widodo selaku Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Daerah Istimewa Yogyakarta yang menjabat pada periode tahun tersebut dan


(50)

dilaksanakan bersama 17 KPPN Percontohan lainnya. Sedangkan pada tahun 2013, seluruh KPPN di Indonesia merupakan KPPN Percontohan. Dan Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode tahun sekarang dijabat oleh Bapak Hendro Baskoro.

B. Profil Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta

Sejalan dengan upaya Pemerintah mewujudkan good governance dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat, pada tahun 2004 Departemen Keuangan mulai merintis program reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi dicanangkan sebagai program prioritas di Departemen Keuangan yang mencakup penataan organisasi, perbaikan proses bisnis, dan peningkatan manajemen SDM.

Sebagai salah satu instansi vertikal di bawah Departemen Keuangan, Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas dan kewajiban untuk mendukung dan ikut melaksanakan program reformasi birokrasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Wujud komitmen Direktorat Jenderal Perbendaharaan terhadap reformasi birokrasi adalah dengan membentuk 17 KPPN Percontohan di 17 ibukota provinsi yang mulai beroperasi pada tanggal 30 Juli 2007, salah satu di antaranya adalah KPPN Yogyakarta. Sehingga dapat memenuhi kriteria pelayanan yang cepat, akurat, tanpa biaya, dan prosesnya dilakukan secara transparan.

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta sebagai salah satu ujung tombak pelayanan publik yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan memberikan pelayanan berupa pencairan dana Anggaran


(51)

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), penatausahaan penerimaan negara, serta penyusunan laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban APBN.

C. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, KPPN Yogyakarta mengedepankan pelayanan prima kepada seluruh mitra kerja dengan tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berorientasi pada visi misi yang telah ditetapkan.

Adapun visi KPPN Yogyakarta adalah: “Menjadi Pelaksana fungsi Bendahara Umum Negara di daerah yang profesional, transparan, dan akuntabel untuk mewujudkan pelayanan prima”.

Sesuai dengan visi tersebut, KPPN Yogyakarta merumuskan misi yang hendak dicapai dalam kurun waktu tertentu melalui penetapan strategi yang dipilih. Adapun misi KPPN yaitu:

1. Menjamin kelancaran pencairan dana APBN secara tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat jumlah

2. Mengelola penerimaan negara secara profesional dan akuntabel.

3. Mewujudkan pelaporan pertanggungjawaban APBN yang akurat dan tepat waktu.

Dalam menjalankan amanah reformasi birokrasi, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta menetapkan konsep pelayanan sepenuh hati atau Excellent Service. Konsep ini mengandung arti bahwa satuan


(52)

kerja (satker) dan stakeholder akan mendapatkan pelayanan dan informasi secara tepat, transparan, dan bebas biaya. Maka terbentuklah janji layanan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta, yaitu: “Memberi layanan

sepenuh hati, cepat, tepat, taransaparan dan biaya”.

D. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.101/PMK.01/2008 tentang organisasi dan tata kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Perbendaharaan, tugas pokok Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta adalah melaksanakan kewenangan perbendaharaan dan bendahara umum, penyaluran pembiayaan atas beban anggaran, serta penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan secara umum, tugas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta adalah:

1. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat dalam penyaluran dana APBN.

2. Memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, profesional, dan berintegrasi tinggi sebagai aparatur pemerintah yang mampu menghadapi segala tantangan.

3. Mewujudkan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta sebagai model kantor pelayanan percontohan yang bersih dan transparan.


(53)

Dalam menjalankan tugas tersebut, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Penerbitan surat perintah pencairan dana dari kas negara ats nama Menteri Keuangan atau Bendahara Umum Negara.

2. Pengujian terhadap dokumen surat perintah pembayaran berdasarkan Peraturan perundang-undangan.

3. Penyaluran pembiayaan atas beban APBN.

4. Penilaian dan pengesahan terhadap penggunaan uang yang telah disalurkan. 5. Penatausahaan penerimaan dan pengeluaran negara melalui dan dari kas negara. 6. Penyusunan laporan pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara. 7. Penyusunan laporan realisasi pembiayaan yang berasal dari pinjaman dan hibah

luar negeri.

8. Penatausahaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). 9. Penyelenggaraan verifikasi transaksi keuangan dan akuntansi. 10. Pembuatan tanggapan dan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan. 11. Pelaksanaan kehumasan.

12. Menjamin kelancaran pencairan dana APBN secara tepat sasaran, tepat waktu dan tepat jumlah.


(54)

E. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta

Dalam menjalankan tugas dan pokok fungsinya, Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) memiliki struktur Organisasi yaitu:

Gambar 3.1

Struktur Organisasi KPPN

Struktur organisasi vertikal Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta dipimpin oleh Bapak Heru Pudyo Nugroho selaku kepala kantor yang membawahi lima seksi, yaitu Seksi Pencairan Dana. Seksi bank, Seksi Vera, dan Seksi MSKI.

Kepala Kantor Heru Pudyo

Nugroho

Kepala Seksi PD Nurhadi, S.H., M.M Kepala Seksi MSKI Sumarmo, S.H., M.M

Kepala Seksi Bank Puji Hartanto,

S.Sos

Kepala Seksi Vera Drs. Sri Suprihariani Kepala Sub Bag Umum


(55)

Kelima seksi tersebut masing-masing dipimpin oleh kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada kepala kantor, di antaranya:

1. Kepala Seksi Pencairan Dana : Nurhadi, S.H., M.M. 2. Kepala Seksi Bank : Puji Hartanto, S.Sos. 3. Kepala Seksi Verifikasi dan Akuntansi : Dra. Sri Suprihariani 4. Kepala Seksi MSKI : Sumarmo, S.H., M.M 5. Kepala Sub Bagian Umum : Sumarmo, S.H., M.M

F. Sistem dan Prosedur Kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Yogyakarta dipimpin oleh seorang kepala kantor dengan membawahi 5 seksi bagian yang membantu dalam pelaksanaan tugas di KPPN Yogyakarta. lima seksi bagian tersebut memiliki tugas berbeda tetapi saling berkaitan satu sama lain. Tugas dari masing-masing seksi tersebut antara lain:

1. Sub Bagian Umum

Adapun nama pegawai berserta tugas dari Sub Bagian Umum terdapat dalam tabel berikut:


(56)

TABEL 3.1

Nama Pegawai dan Tugas Sub Bagian Umum

Nama Tugas /wewenang

Sumarmo Kepala Sub Bag umum

Ernawati Back office

Supardjono Skretaris

Nur mila eka sari Back office

Tukijan Back office

Heri prasetyo Back office

Jiarto Front office

Susilo haryanto Front office

Slamet prasetyo Back office

Nor khasanah Back office

Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga serta penyelesaian temuan hasil pemeriksaan. Dalam melaksanakan tugas pokok Sub Bagian Umum mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Melaksanakan urusan kepegawaian. b. Melaksanakan urusan keuangan.

c. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.

d. Melaksanakan penyusunan rencana kerja dan laporan kegiatan. e. Melaksanakan penyelesaian temuan hasil pemeriksaan.


(57)

2. Seksi Pencairan Dana

Adapun nama pegawai berserta tugas dari Seksi Pencairan dana terdapat dalam tabel berikut:

TABEL 3.2

Nama Pegawai dan Tugas Seksi Pencairan Dana

Nama Tugas /wewenang

Nurhadi Kepala Pencairan Dana

Bernadetta dewi ratnasari Front office konversi Amalia pratiwi Front office konversi Fitriana nugraeni Front office konversi Mizwarni rusliza Front office konversi Nadhiroh yumna Front office validasi Sri hardini Front office validasi Rahadjeng kusumaningrum Front office validasi

Ngatini Front office validasi

Muhammad nur fahrudin Middle office Wiji asih setiawati Middle office Marcus aryanto purwatmoko Middle office

Dwi lestrari Back office

Sulistyo joni ilham Back office


(58)

Seksi Pencairan Dana Pencairan Dana mempunyai tugas melakukan pengelolaan basis data Pelaksanaan Anggaran, Pengujian terhadap dokumen Surat Perintah Membayar (SPM), Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atas nama Menteri Keuangan (Bendahara Umum Negara), Pengelolaan basis data pembayaran gaji, Pengesahan Surat Pengesahan Penghentian Pembayaran (SKPP) dan Penyusunan laporan realisasi pencairan anggaran. Sesuai dengan peraturan Menteri keuangan Nomor PMK 169/PMK.01/2012 Tanggal 6 November 2012, Seksi Pencairan Dana mempunyai tugas:

a. Melakukan pengujian resume tagihan dan SPM. b. Penerbitan SP2D.

c. Penerbitan Surat Pengesahan Pendapatan (SPP) dan belanja Badan Layanan Umum (BLU)

d. Penerbitan surat pengesahan atas ralat SPM dari satuan kerja dan nota dinas. 3. Seksi Verifikasi dan Akuntansi (Vera)

Adapun nama pegawai berserta tugas dari Seksi Verifikasi dan Akuntansi terdapat dalam tabel berikut:

TABEL 3.3

Nama Pegawai dan Tugas Seksi Verifikasi dan Akuntansi

Nama Tugas/wewenang

Sri suprihartini Kepala Verifikasi Akuntansi Mardina Tri Cahyati R Middle office


(59)

TABEL 3.3

Nama Pegawai dan Tugas Seksi Verifikasi dan Akuntansi

Nama Tugas/wewenang

Ponidjo Front office

Agus haryanto Front office

Sudarmi Front office

Taufik perdana Front office

Sri pamungkas Front office

Pegawai Seksi Verifikasi Akuntansi bertugas untuk membuat jenis laporan berikut: a. LKPP (periode bulanan)

b. BAR Rekonsiliasi (periode bulanan) c. SKTB (periode bulanan)

d. SKP4 (periode bulanan)

e. Laporan Rekapitulasi LPJ Bendahara (periode bulanan) f. Laporan Analisa saldo BLU

Seksi Verifikasi Akuntansi mempunyai tugas: Melakukan verifikasi pembayaran sebagai berikut:

a. Rekonsiliasi laporan akuntansi.


(60)

4. Seksi Bank

Adapun nama pegawai berserta tugas dari Seksi Bank terdapat dalam tabel berikut: TABEL 3.4

Nama Pegawai dan Tugas Seksi Bank

Nama Tugas/Wewenang

Puji hartanto Kepala Seksi Bank

Teguh raharjo Back office

Stepanus dewanto Back office

Zahara nely rosada Back office

Heni purwandari Back office

Rima afintania K.D front office

Seksi Bank Mempunyai Tugas:

a. Melakukan pencairan dana dan penatausahaannya.

b. Penelitian dan penatausahaan penerimaan dan pengeluaran anggaran melalui dan dari kas negara.

c. Pengiriman dan penerimaan kiriman uang.

d. Pembukuan bendahara umum dan penyusunan Laporan Kas Posisi (LKP) 5. Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal (MSKI)

Adapun nama pegawai berserta tugas dari Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal (MSKI) terdapat dalam tabel berikut:


(61)

TABEL 3.5

Nama Pegawai dan Tugas Manajemen Satker dan Kepatuhan internal

Nama Tugas/Wewenang

Sumarmo Kepala Manajemen Satker dan

Kepatuhan Internal

Ria Nurmawati Back office

Sri Haryati Back office

Kurniawan andri wibowo Back office

Hermanto Back office

Ria yoanita Front office

Mardiyah Front office

Noviati Front office

Sri sumarni Front office

Supriyanti Front office

Seksi Manajemen Satker dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas sebagai berikut: 1. Tugas di bidang manajemen satker

a. Melakukan kegiatan pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan perbendaharaan

b. Supervisi teknis SPAN

c. Pemantauan standar kualitas layanan KPPN dan penyediaan layanan perbendaharaan.


(62)

2. Tugas di bidang kepatuhan Internal

a. Pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan.


(63)

49

A. Identifikasi Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta berdasarkan Peraturan Direktorat Jendral Perbendaharaan No 07/PB/2014 tentang Penatausahaan Penerimaan Negara pada Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN) dan Modul Penerimaan Negara (MPN).

Setelah penulis melakukan wawancara dengan Bapak Puji Hartanto selaku kepala seksi Bank, observasi, dan mempelajari dokumen yang ada serta studi kasus di lapangan, maka berikut ini diuraikan mengenai Sistem dan Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta.

Efektifitas dari sebuah sistem sering kali berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan dari penerapan sistem atau kebijakan tersebut. Oleh karena itu penulis mengidentifikasi Sistem pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara melalui beberapa aspek meliputi unsur-unsur pokok sistem akuntansi, dokumen terkait, aplikasi yang digunakan, pengesahan penerimaan negara, tata cara penyetoran penerimaan negara, tata cara penatausahaann penerimaan negara. Adapun Identifikasi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:


(64)

1. Dokumen yang Digunakan

Dokumen yang digunakan dalam sistem dan prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara tercantum dalam Peraturan Direktorat Jendral Perbendaharaan No 07/PB/2014 adalah:

a. Laporan Harian Penerimaan (LHP)

Laporan Harian Penerimaan yang selanjutnya disingkat LHP, adalah laporan harian penerimaan negara yang dibuat oleh Bank Persepsi/Bank Devisa Persepsi/Pos Persepsi setiap hari kerja yang berisi Rekapitulasi Penerimaan dan Pelimpahan, Rekapitulasi Nota Kredit dan Nota Debet pelimpahan/Completion Advice, Daftar Nominatif Penerimaan dan Bukti Penerimaan Negara (BPN) beserta Arsip Data Komputer.

b. Rekening Koran

Rekening Koran adalah laporan yang memuat posisi dan mutasi atas transaksi yang terjadi pada rekening giro

c. Arsip Data Komputer (ADK)

Arsip Data Komputer, yang selanjutnya disebut ADK adalah arsip data berupa disket atau media penyimpanan digital lainnya yang berisikan data transaksi, data buku besar, dan/atau data lainnya.

d. Nota Debet/Nota Kredit

Nota Debet/Nota Kredit adalah bukti pengeluaran/bukti penerimaan yang diterbitkan oleh bank.


(65)

e. Bukti Surat Setoran

Bukti surat setoran meliputi:

1) Surat Setoran Pajak yang selanjutnya disingkat SSP adalah surat setoran atas pembayaran atau penyetoran pajak terutang.

2) Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak yang selanjutnya disingkat SSPCP adalah surat setoran atas penerimaan negara dalam rangka impor berupa Bea Masuk, Bea masuk dari SPM Hibah, denda administrasi, Pabean lainya, Cukai, Penerimaan Cukai lainya, jasa pekarjaan, bunga, PPh Pasal 22 Impor, PPN Impor, serta PPn BM Impor.

3) Surat Setoran Cukai atas Barang kena Cukai, dan Pajak Pertambahan Nilai Hasil Tembakau buatan dalam Negeri yang selanjutnya disingkat SSCP adalah Surat Setoran Penerimaan Negara atas Barang Kena Cukai Buatan Dalam Negeri berupa Cukai Tembakau, Cukai etil Tembakau, Cukai minuman mengandung etil alkohol, denda administrasi penerimaan Cukai lainnya, jasa pekerjaan, dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri.

4) Surat Setoran Bukan Pajak yang selanjutnya disingkat SSBP adalah surat setoran atas penerimaan negara bukan pajak.

5) Surat Setoran Pengembalian Belanja yang selanjutnya disingkat SSPB adalah surat setoran atas penerimaaan pengembalian belanja atas tahun berjalan.


(66)

6) Surat Tanda Bukti Setor yang selanjutnya disingkat STBS adalah surat setoran atas pembayaran pemungutan ekspor, kekurangan pungutan ekspor, dan/atau denda administrasi atas transaksi pungutan ekspor. 7) Bukti Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat, BPN adalah

dokumen yang diterbitkan Bank/Devisa/Pos Persepsi atas transaksi penerimaan negara dengan teraan NTPN dan NTB/NTP.

2. Teknologi yang Digunakan dalam proses Penatausahaan Penerimaan Negara

a. Aplikasi SPAN

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Puji Hartanto selaku kepala seksi Bank, Aplikasi SPAN adalah Aplikasi yang digunakan oleh pemerintah untuk keungan Negara yang terintegrasi antara Kementerian Keuangan, Kantor Pusat, Bank/Pos Persepsi, dan Bank Persepsi daerah. b. Aplikasi Konversi

Menurut hasil wawancara dengan Bapak Puji Hartanto selaku kepala seksi Bank, Aplikasi Konversi adalah Aplikasi yang digunakan untuk mengubah format data transaksi keuangan pada ADK mejadi data yang dapat diterima oleh SPAN pada KPPN.

3. Pengesahan Penerimaan Negara

a. Setiap transaksi penerimaan negara harus mendapat NTPN.

b. Penerimaan negara yang disetor oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/Bendahara Penerimaan diakui pada saat masuk ke Rekening Kas Negara dan mendapatkan NTPN.


(67)

c. NTPN dan NTB yang terdapat pada dokumen sumber merupakan pengesahan atas penerimaan negara melalui Bank.

d. NTPN dan NTP yang terdapat pada dokumen sumber merupakan pengesahan atas penerimaan negara melalui Pos.

e. NTPN dan NPP merupakan pengesahan atas penerimaan negara yang berasal dari potongan SPM.

4. Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara

a. Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor Bendahara Penerimaan dapat melakukan pembayaran setiap saat melalui Bank/Pos yang terhubung dengan MPN.

b. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/Wajib Setor/ Bendahara Penerimaan diakui sebagai pelunasan kewajiban sesuai dengan tanggal pembayaran.

c. Tata cara penyetoran penerimaan negara oleh Wajib Pajak/Wajib Bayar/ Wajib Setor/ Bendahara Penerimaan diatur sebagai berikut:

1) Pembayaran melalui loket/teller Bank/Pos

a) Mengisi formulir bukti setoran dengan data yang lengkap, benar, dan jelas dalam 5 rangkap.

b) Menyerahkan formulir bukti setoran kepada petugas Bank/Pos dengan menyertakan uang setoran sebesar nilai yang tersebut dalam formulir yang bersangkutan.

c) Menerima kembali formulir bukti setoran lembar ke-1 dan lembar ke-3, yang telah diberi NTPN (Nomor Transaksi Penerimaan


(68)

Negara) dan NTB (Nomor Transaksi Bank), NTP (Nomor Transaksi Pos) serta dibubuhi tanda tangan/paraf, nama pejabat Bank/Pos, cap Bank/Pos, tanggal, dan waktu/jam setor sebagai bukti setor.

d) Menyampaikan bukti setoran kepada unit terkait. 2) Pembayaran melalui electronic banking (e-banking)

a) Melakukan pendaftaran pada sistem registrasi pembayaran via internet di www.djpbn.depkeu.go.id

b) Mengisi data setoran dengan lengkap dan benar untuk mendapatkan Nomor Register Pembayaran (NRP). Masa berlaku NRP sampai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

c) Untuk tagihan yang ditetapkan instansi pemerintah, pendaftaran dilakukan oleh instansi terkait dan NRP tercantum pada Surat tagihan dimaksud.

d) Melakukan pembayaran dengan menggunakan NRP.

e) Menerima NTPN sebagai bukti pengesahan setelah pembayaran dilakukan.

f) Mencetak BPN (Bukti Penerimaan Negara) melalui sistem registrasi pembayaran atau di Bank dengan menunjukkan NTPN/NTB.


(69)

5. Prosedur Penatausahaan Penerimaan Negara

Dalam menjalankan Penatausahaan Penerimaan negara, KPPN mempunyai 2 cara yaitu secara sistem manual dan sistem elektronik. Sistem manual pada KPPN yaitu dengan menggunakan Sistem SPAN, sedangkan sistem elektronik menggunakan sistem Billing. Sistem Billing merupakan perubahan dari sistem manual dan masih dalam pengembangan.

a. Penatausahaan Penerimaan Negara pada Bank/Pos Persepsi

Dalam menatausahakan penerimaan negara KPPN Yogyakarta menggunakan sistem Aplikasi SPAN. Dalam Aplikasi SPAN Penatausahaan Penerimaan Negara melalui Rekening Penerimaan Bank/Pos Persepsi terdapat dalam KEP Dirtjen Perbendaharaan No 287/PB/2015 yang tercantum dalam SOP KPPN. SOP tersebut merupakan SOP pembaruan dari tahun sebelumnya. Dalam SOP tersebut terdapat bagian-bagian berperan menjalankan penatausahaan penerimaaan negara, bagian-bagian tersebut meliputi Petugas seksi Bank yang bekerja di Front

Office (FO), petugas seksi Bank yang bekerja di Middle Office (MO) dan

Kepala seksi Bank bagian-bagian ini berperan dalam proses penatausahaan penerimaan negara sebelum dimasukkan pada sistem SPAN. Adapun Standart Operational Procedures (SOP) ini dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


(70)

TABEL 4.1

SOP Penatausahaan Penerimaan Negara pada Bank/Pos Persepsi

No Uraian Kegiatan Kepala

Seksi bank

Pelaksana Bank/pos

Persepsi

1. Pelaksana Seksi Bank di FO

a. Menerima ADK penerimaan dan dokumen

penerimaan negara dari Bank /Devisa/Pos Persepsi yang terdiri atas:

1) LHP

2) Rekening Koran

3) Nota Debet/Nota Kredit

4) Bukti Surat Setoran berupa: SSP, SSPCP, SSCP, SSBP, SSPB, dan SBTS.

b. Mencatat dokumen penerimaan ke dalam buku pengawasan (apabila diperlukan).

c. Meneliti Kelengkapan LHP dan bukti setor dengan BPN yang mencantumkan NTPN/NTB dan NTPN/NTP

d. Terhadap LHP yang bukti setorannya belum memperoleh NTPN harus disertai surat terangan yang menyebabkan NTPN tersebut belum diperoleh.

e. Meneliti dokumen sumber berikut DNP baik mengenai jumlah uang, jenis setoran maupun akun penerimaan.

f. Mencocokan data yang tercantum pada rekapitulasi Nota Kredit dengan data yang tercantum pada setiap DNP kemudian memaraf lembar terakhir DNP.

g. Melakukan unggah ADK penerimaan ke Portal FTP Persepsi melalui aplikasi konversi.

h. Melakukan koreksi penerimaan untuk disesuaikan dengan dokumen sumber, dalam hal terdapat suspense penerimaan yang menurut pedoman terkait modul penerimaan pada SPAN hanya dapat dilakukan melalui aplikasi konversi.

i. Mencetak Tanda Terima ADK Penerimaan dalam rangkap dua. Rangkap 1 diserahkan ke petugas Bank/Pos persepsi dan Rangkap 2 ke pelaksana seksi Bank


(71)

TABEL 4.1

SOP Penatausahaan Penerimaan Negara pada Bank/Pos Persepsi

No Uraian Kegiatan Kepala

Seksi bank

Pelaksana Bank/pos

Persepsi

2. Pelaksana Seksi Bank di MO

a. Menerima Tanda Terima ADK Penerimaan dan dokumen penerimaan dari Pelaksana Seksi Bank b. Mengunduh ADK Penerimaan dari Portal FTP

Persepsi

c. Melakukan unggah ADK penerimaan pada SPAN dengan Tahapan:

1) Mengisi tanggal buku, nama bank, nomor rekening, dan total nilai penerimaan sesuai LHP.

2) Melakukan proses unggah ADK penerimaan. 3) SPAN secara otomatis akan melakukan validasi

kesuaian total nilai penerimaan yang diisikan dengan total nilai penerimaan pada ADK Penerimaan yang diunggah.

d. Mengembalikan dokumen penerimaan kepada Bank/Devisa/Pos Persepsi untuk dilakukan Konfirmasi dan perbaikan apabila total nilai penerimaan yang diisikan tidak sesuai dengan total nilai penerimaan pada ADK.

e. Melakukan proses validasi (pengecekan) data penerimaan yang diisikan sesuai dengan total nilai penerimaan pada ADK.

f. Mengembalikan dokumen penerimaan kepada Bank/Devisa/Pos Persepsi untuk dilakukan konfirmasi dan perbaikan apabila terdapat data penerimaan yang tidak berhasil divalidasikan. g. Menyampaikan Tanda Terima ADK penerimaan

dan dokumen penerimaan kepada kepala seksi Bank apabila data penerimaan berhasil divalidasi.

T Y FTP SPAN


(72)

TABEL 4.1

SOP Penatausahaan Penerimaan Negara pada Bank/Pos Persepsi

No Uraian Kegiatan Kepala

Seksi bank

Pelaksana Bank/pos

Persepsi

3 Kepala Seksi Bank

a. Menerima Tanda Terima ADK Penerimaan dan dokumen penerimaan dari pelaksana Seksi Bank b. Melakukan proses interface pada SPAN terhadap

data penerimaan yang telah divalidasi Pelaksana Seksi Bank untuk meng-creat receipt (mengakui penerimaan pada SPAN).

c. Apabila data telah benar/lengkap (complete) maka data secara otomatis dapat dijadikan sebagai bahan untuk melakukan posting ke GL dan inquiry dalam rangka konfirmasi setoran.

d. Melakukan batal unggah ADK Penerimaan dan mengembalikan dokumen penerimaan kepada Bank/Devisa/Pos Persepsi untuk dilakukan konfirmasi dan perbaikan apabila terdapat data yang tidak benar/tidak lengkap (incomplete). e. Dalam hal diperlukan, dapat mencetak laporan

atau memerintahkan pelaksana untuk mencetak laporan untuk keperluan menejerial setelah dilakukan posting ke GL.

f. Melakukan koreksi penerimaan untuk disesuaikan dengan dokumen sumber, dalam hal terdapat suspense penerimaan yang menurut pedoman terkait Modul Penerimaan pada SPAN tidak dapat dilakukan melalui aplikasi konversi.

Y T


(73)

Keterangan

1) FTP : File Transfer Protocol (suatu sistem protokol yang berfungsi untuk tukar-menukar file dakam suatu network yang mensupport IP protokol)

2) interface : proses pembukuan atas penerimaan negara pada SPAN 3) DNP : Daftar Normatif Penerimaan

4) GL : General Ledger (buku yang berisi akun-akun laporan arus kas dan merupakan rekapitulasi akun transaksi harian dari buku pembantu

b. Penatausahaan Penerimaan Negara Secara Elektronik

Penatausahaan Penerimaan Negara Secara Elektronik (Billing System) merupakan Sistem Penatausahhan Penerimaan Negara yang digunakan oleh KPPN pusat. Sistem ini terdapat dalam KEP Dirtjen No 287/PB/2015 yaitu:

1) Pelaksana Subdirektorat Penerimaan Negara

a) Menerima dokumen penerimaan negara dari Bank/Pos Persepsi yang ditunjuk dalam rangka uji coba penerapan Billing System b) Mengunggah ADK penerimaan ke portal FTP Persepsi

c) Mengunduh ADK dari portal FTP Persepsi dan kemudian mengunggahnya ke aplikasi SPAN, dengan tahapan:

 Mengisi tanggal buku, nama bank, nomor rekening, dan total nilai penerimaan sesuai LHP


(74)

 Setelah proses unggah ADK Penerimaan kemudian sistem secara otomatis akan melakukan validasi kesesuaian total nilai penerimaan yang diisikan dengan total nilai penerimaan ADK penerimaan yang diunggah.

 Berdasarkan hasil Validasi tersebut maka:

 Apabila total nilai penerimaan yang diisikan tidak sama dengan total nilai penerimaan pada ADK, maka dokumen penerimaan negara dikembalikan ke Bank/Pos Persepsi yang ditunjuk dalam penerapan Billing System untuk dilakukan Konfirmasi dan perbaikan, atau

 Apabila total penerimaan yang diisikan sama dengan total nilai penerimaan pada ADK, maka dilanjutkan ke proses validasi data penerimaan melalui aplikasi SPAN. 2) Kepala Seksi di Subdirektorat Penerimaan Negara melakukan proses

pembukuan atas penerimaan negara melalui proses interface pada aplikasi SPAN, terhadap data penerimaan yang telah divalidasi oleh Pelaksana Subdirektorat Penerimaan Negara.

B. Perlakuan KPPN terhadap Pelimpahan Penerimaan oleh Bank/Pos Persepsi 1. Pelimpahan Penerimaan Negara

Menurut PMK No 32/PMK.05/2014 pasal 24 yaitu:

Penerimaan Negara yang diterima oleh Bank/Pos Persepsi dalam mata uang Rupiah setelah pukul 15.00 waktu setempat pada hari kerja sebelumnya


(75)

sampai dengan pukul 15.00 waktu setempat hari kerja berkenaan wajib dilimpahkan dari rekening penerimaan dalam mata uang Rupiah dan harus diterima di rekening sub Rekening KUN penerimaan dalam mata uang Rupiah paling lambat pukul 16.30 WIB.

Penerimaan Negara yang diterima oleh Bank Persepsi dalam mata uang asing setelah pukul 15.00 waktu setempat pada hari kerja sebelumnya sampai dengan pukul 15.00 waktu setempat hari kerja berkenaan wajib dilimpahkan dari rekening penerimaan dalam mata uang asing dan harus diterima di rekening sub Rekening KUN penerimaan dalam mata uang asing paling lambat pukul 16.30 WIB

Transaksi Penerimaan Negara yang dilimpahkan dari rekening penerimaan dalam mata uang Rupiah dan rekening penerimaan dalam mata uang asing ke rekening sub Rekening KUN penerimaan juga termasuk transaksi Penerimaan Negara yang belum diterbitkan NTPN.

2. Pelimpahan Penerimaan Oleh Pos Persepsi pada KPPN Yogyakarta

Menurut Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S: 5909/PB/2016 yaitu: Layanan penyetoran penerimaan negara melalui MPN G-1 akan berakhir pada tanggal 31 Juli 2016 sehingga layanan penerimaan negara pada Bank Persepsi dimaksud mulai tanggal 1 Agustus 2016 hanya melalui MPN G-2.

Dari Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S: 5909/PB/2016 dapat disimpulkan bahwa KPPN Yogyakarta mulai tanggal 1 Agustus 2016


(76)

hanya menerima setoran penerimaan negara oleh Pos Persepsi, dan selanjutnya penerimaan negara oleh Bank Persepsi dikelola oleh KPPN Pusat.

3. Permasalahan dalam Pelimpahan Penerimaan Negara

Dalam pelimpahan penerimaan negara terdapat 2 permasalahan yang sering terjadi. Adapun permasalahanya adalah:

a. Kelebihan Pelimpahan Penerimaan

Menurut Peraturan Dirtjen Perbendaharan Nomor 35/PB/2014:

Kelebihan pelimpahan Penerimaan ini terjadi apabila Bank/Pos Persepsi telah melimpahkan penerimaan tetapi adanya gangguan jaringan pada sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlemen (BI-RTGS) seperti adanya kesalahan penulisan jumlah akun nominal yang lebih besar dari pelimpahan yang tertera pada LHP dengan Rekening koran dari Bank Indonesia. BI-RTGS merupakan sistem transfer dana elektronik dalam mata uang Rupiah yang dilakukan seketika per- transaksi secara individual.

Penyelesaian atas kelebihan pelimpahan penerimaan negara oleh Bank/Pos Persepsi dapat melalui kompensasi pelimpahan penerimaan negara pada akhir tahun anggaran periode berikutnya.

Tata cara kompensasi pelimpahan penerimaan negara pada akhir tahun berjalan adalah:

1) Bank/Pos Persepsi mengajukan permohonan kompensasi atas kelebihan pelimpahan penerimaan negara kepada KPPN mitra kerja dalam hal terdapat kelebihan pelimpahan penerimaan negara periode sebelumnya pada tahun anggaran berjalan


(77)

2) Berdasarkan permohonan bank/pos persepsi kppn mencocokan jumlah pada Laporan Harian Penerimaan (LHP) dengan jumlah pelimpahan sesuai rekening koran dari bank indonesia. Apabila ditemukan adanya kelebihan pelimpahan, KPPN menerbitkan surat persetujuan kompensasi pelimpahan. Surat persetujuan kompensasi pelimpahan disampaikan kepada Bank/Pos Persepsi dengan sarana tercepat.

3) Bank/Pos persepsi memperhitungkan kelebihan pelimpahan dengan jumlah pelimpahan penerimaan periode berikutnya sesuai dengan surat persetujuan kompensasi pelimpahan dari KPPN.

Dalam hal jumlah penerimaan sampai dengan akhir tahun anggaran belum mencukupi untuk dilakukan proses kompensasi, KPPN membukukan saldo kelebihan pelimpahan tersebut sebagai pendapatan kelebihan pelimpahan penerimaan negara dari Bank/Pos Persepsi. Pengembalian saldo kelebihan pelimpahan dimaksud diselesaikan dengan mekanisme SPM-PP atas beban sisa lebih perhitungan anggaran.

b. Kekurangan Pelimpahan Penerimaan

Menurut Peraturan Dirjen Perbendaharan Nomor 32/PB/2010:

Kekurangan pelimpahan penerimaan ini terjadi apabila Bank/Pos Persepsi terlambat melimpahkan penerimaan karena adanya gangguan jaringan pada sistem BI-RTGS yang mengakibatkan Bank/Pos persepsi tidak dapat mengakses sistem MPN untuk mendapatkan NTPN lebih dari satu hari.

Kekurangan pelimpahan penerimaan ini Bank/Pos Persepsi dikenakan denda yaitu 1 0/00 (satu per seribu) per hari dari jumlah penerimaan yang


(78)

kurang/terlambat dilimpahkan, dihitung jumlah hari keterlambatan termasuk hari libur/yang diliburkan. Kemudian denda tersebut disetorkan ke rekening kas negara dalam waktu 5 (lima) hari sejak diterbitkannya penetapan sanksi denda.

Bank/Pos Persepsi dapat dibebaskan dari pengenaan denda dari KPPN apabila:

1) keterlambatan pelimpahan disebabkan oleh gangguan pada sistem BI-RTGS yang dibuktikan dengan surat pernyataan dari Bank Indonesia dan dibuktikan dengan Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan/Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan

2) Bank/Pos Persepsi tidak membuka loket penerimaan negara dan/atau menolak setoran penerimaan negara disebabkan adanya gangguan jaringan pada kantor cabang/kantor pusat yang mengakibatkan Bank/Pos Persepsi tidak dapat beroperasi.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)