Peranan Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris Poligami (Studi Akta Perdamaian Notaris Mediator Nomor 40 Tanggal 23 Juni 2011)

27

BAB II
PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA
PEMBAGIAN WARIS POLIGAMI

A. Pengertian Mediator
Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif di luar
pengadilan sudah lama dipakai dalam berbagai kasus-kasus bisnis, lingkungan hidup,
perburuhan, pertanahan, perumahan, sengketa konsumen dan sebagainya yang
merupakan tuntutan masyarakat atas penyelesaian sengketa yang cepat, efektif dan
efisien.56
Mediasi merupakan kosakata atau istilah yang berasal dari kosakata Inggris,
yaitu mediation. Para penulis dan sarjana Indonesia kemudian lebih suka
mengubahnya ke bahasa Indonesia menjadi “mediasi” seperti halnya istilah-istilah
lainnya, yaitu negotiation menjadi “negosiasi”, arbitration menjadi arbitrase dan
ligitation menjadi “litigasi”. Orang awam yang tidak jarang salah sebut atau
menyamakan antara mediasi dan “meditasi” yang berasal dari kosakata Inggris
mediation yang berarti bersemedi. Sudah pasti keduanya amat berbeda karena
mediasi berkaitan dengan cara penyelesaian sengketa atau bernuansa sosial dan legal,
sedangkan meditasi berkaitan dengan cara pencarian ketenangan batin atau bernuansa

spiritual.

56

Bambang Sutiyono, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Solusi dan Antisipasi Bagi Peminat
Bisnis dalam menghadapi Sengketa Kini dan Mendatang, (Yogyakarta: Citra Media, 2008), hal 53

27

Universitas Sumatera Utara

28

Dalam kepustakaan ditemukan banyak definisi tentang mediasi.57 Mediasi
adalah suatu proses penyelesaian sengketa antara dua pihak atau lebih melalui
perundingan atau cara mufakat dengan bantuan pihak netral yang tidak memiliki
kewenangan memutus. Pihak netral tersebut mediator dengan tugas memberikan
bantuan procedural dan substansi.
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan masalah, di mana para pihak yang
tidak memihak bekerja sama dengan pihak yang bersengketa untuk mencari

kesepakatan bersama. Pihak luar tersebut disebut dengan mediator, yang tidak
berwenang untuk memutus sengketa, tetapi hanya membantu para pihak untuk
menyelesaiakan persoalan-persoalan yang dikuasakan kepadanya.58
Defenisi mediasi yang terdapat di dalam PERMA No. 1 Tahun 2008 ini tidak
jauh berbeda dengan definisi para ahli. Namun, di dalam PERMA No.1 Tahun 2008
ini mediasi lebih menekankan bahwa yang penting di dalam sebuah mediasi itu
adalah mediator. Mediator harus mampu mencari alternatif-alternatif penyelesaian
sengketa tersebut. Apabila para pihak sudah tidak menemukan lagi jalan keluar untuk
menyelesaikan sengketa tersebut maka mediator tersebut harus dapat memberikan
solusi-solusi kepada para pihak.Solusi-solusi tersebut haruslah kesepakatan bersama
dari si para pihak yang bersengketa. Disinilah terlihat jelas peran penting mediator.
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui
perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersikap netral (nonintervensi) tidak
berpihak (impartial) kepada pihak-pihak yang bersengketa diterima kehadirannya
57

Beberapa Definisi tentang Mediasi dapat dibaca dalam Gunawan Wijaya, Alternatif
Penyelesaian Sengketa (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2001), hal 90-92
58
Khotibul umam, Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan (Yogyakarta, penerbit pustaka

yustisia,2010) hal.10

Universitas Sumatera Utara

29

oleh pihak-pihak yang bersengketa. Pihak ketiga dalam mediasi tersebut disebut
“mediator” atau “penengah”, yang tugasnya hanya membantu pihak-pihak yang
bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya dan tidak mempunyai kewenangan
untuk mengambil keputusan. Mediator disini hanya bertindak sebagai fasilitator saja.
Dengan mediasi diharapkan dicapai titik temu penyelesaian masalah atau sengketa
yang dihadapi para pihak yang selanjutnya akan dituangkan sebagai kesepakatan
bersama. Pengambilan keputusan tidak berada di tangan mediator, melainkan di
tangan para pihak yang bersengketa.59
Mediasi pada dasarnya adalah negosiasi yang melibatkan pihak ketiga yang
memiliki keahlian mengenai prosedur mediasi yang efektif, dapat membantu dalam
situasi konflik untuk mengkoordinasikan aktivitas mereka sehingga lebih efektif
dalam proses tawar-menawar bila tidak ada negosiasi tidak ada mediasi.60
Dari beberapa rumusan mengenai batasan mediasi yang dikemukakan oleh
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa mediasi merupakan cara penyelsaian

sengketa di luar pengadilan melalui kesepakatan dirundingkan para pihak sengketa
yang dibantu oleh pihak ketiga yang bersifat netral dan tidak berpihak kepada siapa
pun.
Pihak ketiga itu disebut dengan mediator, dalam mediasi ini mediator tidak
mempunyai hak untuk memutus sengketa tersebut. Mediator hanya membantu para
pihak sengketa dengan memberikan solusi-solusi yang dapat membuka pikiran para
59
60

Pasal 60 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Mediasi dan Perdamaian, (Jakarta: MA-RI, 2004)

hal 61

Universitas Sumatera Utara

30

pihak dalam penyelesaian sengketa tersebut. Solusi-solusi tersebut diperundingkan
oleh para pihak untuk mencapai kesepakatan bersama tanpa ada paksaan dari pihak

manapun. Dengan kata lain mediator merupakan penengah di dalam sebuah
persengketaan.
Dalam Peraturan Mahkamah Agung (Perma) Nomor 1 Tahun 2008
menyebutkan bahwa Mediator adalah pihak yang bersifat netral yang membantu para
pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian
sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.
Mediator yang dimaksud dalam Perma ini adalah mediator yang menjalankan
tugasnya pada Pengadilan. Mediator yang bertugas pada Pengadilan dapat saja
berasal dari hakim Pengadilan atau dari mediator luar Pengadilan. Hakim mediator
adalah hakim yang menjalankan tugas mediasi setelah ada penunjukan dari ketua
majelis Mediator dalam memediasi para pihak bertindak netral dan tidak memihak
kepada salah satu pihak, karena pemihakan mediator kepada salah satu pihak akan
mengancam gagalnya mediasi. Mediator berupaya menemukan kemungkinan
alternatif penyelesaian sengketa para pihak. Mediator juga dituntut untuk memilki
sejumlah keterampilan (skill) yang dapat membantunya mencari sejumlah
kemungkinan penyelesaian sengketa.
B. Peranan dan Fungsi Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian
Waris
Pada


persengketaan,

perbedaan

pendapat

dan

perdebatan

yang

berkepanjangan biasanya mengakibatkan kegagalan proses mencapai kesepakatan.

Universitas Sumatera Utara

31

Keadaan seperti ini biasanya berakhir dengan putusnya jalur komunikasi, sehingga
masing-masing pihak mencari jalan keluar tanpa memikirkan kepentingan pihak

lainya. Agar tercipta proses penyelesaian sengketa yang efektif, prasayarat yang harus
dipenuhi adalah kedua belah pihak harus sama-sama memperthatikan atau
menjunjung tinggi hak untuk mendengar. Dengan persayaratan tersebut proses dialog
dan pencarian titik temu yang akan menjadi proses penyelesaian sengketa baru dapat
berjalan. Proses penyelesaian sengketa mengharuskan para pihak mengembangkan
penyelesaian agar dapat diterima bersama.
Pelaksanaan perdamaian dengan dua cara, yakni di luar sidang Pengadilan
atau melalui sidang Pengadilan. Di luar sidang Pengadilan, penyelesaian sengketa
dapat dilaksanakan oleh para pihak yang berdamai baik dengan adanya pihak
penengah atau dengan kesepakatan para pihak saja.
Ada pun yang dimaksud dengan pelaksanaan perdamaian yang dipaparkan di
atas adalah menyangkut tempat dan waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian yang
diadakan oleh para pihak yang dapat diklasifikasikan kepada :
1. Perdamaian melalui sidang Pengadilan
Perdamaian melalui sidang Pengadilan berlainan caranya dengan perdamaian
di luar sidang Pengadilan, perdamaian melalui sidang Pengadilan dilangsungkan pada
saat perkara tersebut diproses di depan sidang Pengadilan (gugatan sedang berjalan).
Di dalam ketentuan undang-undang ditentukan, bahwa sebelum perkara itu diproses
(dapat juga selama diproses, sebelum adanya kekuatan hukum tetap) Hakim harus
menganjurkan agar para pihak yang bersengketa berdamai.Dalam hal ini tentunya


Universitas Sumatera Utara

32

peranan Hakim sangat menentukan.Andainya Hakim berhasil untuk mendamaikan
para pihak yang bersengketa, maka dibuatlah akta perdamaian dan kedua belah pihak
yang bersengketa dihukum untuk menaati isi dari akta perdamaian tersebut.
2.

Perdamaian di luar Pengadilan
Pada persengketaan selalu terdapat dua atau lebih pihak yang bersengketa,

dalam persengketaan dapat saja pihak-pihak yang bersengketa menyelesaikan
sendiri.Dalam hal ini seperti para pihak yang bersengketa meminta bantuan kepada
sanak keluarga pemuka masyarakat atau pihak lainnya, dalam upaya mencari
penyelesaian sengketa tersebut di luar sidang secara damai. Namun tidak menutupi
untuk timbulnya sengketa yang sama dikemudian hari, seperti dalam hal sengketa
waris, awalnya telah sepakat harta warisan tidak dibagi dahulu namun dengan
pernyataan tersebut adanya ahli waris yang menguasai secara utuh seakan-akan milik

pribadi, menghilangkan hak waris dari ahli waris lainya. Sedangkan awalnya
kesepatakan tidak membagi harta warisan terdahulu dengan maksud dikelola bersama
dan dinikmati bersama, namun kenyataanya tidak demikian. Untuk menghindari
timbulnya kembali persoalan yang sama dikemudian hari, maka dalam praktek sering
perjanjian perdamaian itu dilaksananakan secara tertulis, yaitu dibuat dengan akta
perdamaian.
Penyelesaian sengketa adanya pilihan jalur Pengadilan dan jalur di luar
Pengadilan. Namun adanya pilihan penyelesaian sengketa di luar Pengadilan lebih
cendrung masyarakat untuk memilih penyelesaian sengketa di luar Pengadilan,
karena adanya faktor-faktor yang lebih kearah kebaikan dan kekeluargaan. Adanya

Universitas Sumatera Utara

33

pilihan proses penyelesaian sengketa di luar Pengadilan yaitu Alternative Dispute
Resolution (ADR), arbitrase dan musyawarah yang kesemua proses tersebut
bertujuanya kepada perdamaian yang sesuai dengan kehendak para pihak yang
bersengketa. Alternative Dispute Resolution dan arbitrase lebih kepada permasalahan
hukum bisnis, yang mana bersifat tertutup dan tidak memakan waktu lama seperti hal

penyelesaian kasus hukum melalui jalur Pengadilan. Pada permasalahan yang timbul
di ranah hukum perdata di luar dari hukum bisnis, yang mana telah masuk kejalur
Pengadilan tetap adanya proses perdamaian untuk awalnya, dimana ada ditunjuknya
hakim untuk melaskanakan perdamaian tersebut, jika perdamaian dapat terwujud
dengan keinginan kedua belah pihak yang tidak adanya unsur paksaan, maka akan
adanya putusan hakim mengenai perdamaian tersebut.61
Alternative Dispute Resolution dan arbitrase lebih kepada permasalahan
hukum bisnis. Namun tidak menutupi pada ADR adanya sistem penyelesaian sengketa
yang dapat juga diterapkan untuk kasus perdata selain kasus perdata dibidang hukum
bisnis, karena tujuannya sama yaitu berujung pada perdamaian dan yang mana
bersifat tertutup dan tidak memakan waktu lama seperti hal penyelesaian kasus
hukum melalui jalur Pengadilan, yaitu negosisasi dan mediasi. Negosiasi merupakan
komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua
belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang sama maupun berbeda. Negosiasi
merupakan sarana bagi pihak-pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan

61

Suyud Margono, ADR (Alternative Dispute Resolution) dan Arbitrase, (Jakarta : Ghalia
Indonesia,2000) hal 48.


Universitas Sumatera Utara

34

penyelesaian tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah, baik yang tidak
berwenang mengambil keputusan maupun yang berwenang mengambil keputusan.62
Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau
mufakat para pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan
memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah
perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai
dengan hakikat perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada
paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama
proses mediasi berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari
para pihak. Mediasi merupakan proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan, yang memiliki unsur-unsur :
a. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam
perundingan.
b. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian.
c. Mediator tidak mempunyai kewenangan membuat keputusan selama
perundingan berlangsung.
d. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau menghasilkan kesepakatan yang
dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengeketa.
Peran mediator sebagai sebuah garis rentang dari sisi peran terlemah hingga
yang terkuat. Sisi peran terlemah adalah apabila mediator hanya melaksanankan
peran sebagai berikut:

62

Ibid, hal.49.

Universitas Sumatera Utara

35

1) Penyelenggara pertemuan;
2) Pemimpin diskusi netral;
3) Pemelihara atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan
berlangsung secara beradap;
4) Pengendali emosi para pihak;
5) Pendorong pihak atau perunding yang kurang mampu atau segan mengemukakan
pandangannya.
Sisi peran yang kuat mediator adalah bila dalam perundingan mediator
mengerjakan atau melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.

Mempersiapkan dan membuat notulen perundingan.

b.

Merumuskan titik temu atau kesepakatan para pihak.

c.

Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengeketa atau kasus bukan sebuah
pertarungan untuk dimenangkan, melainkan untuk diselesaikan.

d.

Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah.

e.

Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.
Menurut Fuller dan Riskin yang dikutip oleh Suyud Margono dalam bukunya,

ada 7 (tujuh) fungsi mediator :63
1) Sebagai katalisator, mengandung pengertian bahwa kehadiran mediator dalam
proses perundingan mampu mendorong lahirnya suasana yang konstruktif
bagi diskusi.

63

Ibid, hal . 60.

Universitas Sumatera Utara

36

2) Sebagai pendidik berarti seseorang harus berusaha memahami aspirasi,
prosedur kerja, keterbatasan politis, dan kendala usuaha dari para pihak. Oleh
sebab itu, mediator harus berusaha melibatkan diri dalam dinamika perbedaan
di antara para pihak.
3) Sebagai penerjemah, berarti mediator harus berusaha menyampaikan dan
merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak lainnya melalui bahasa atau
ungkapan yang baik dengan tanpa mengurangi sasaran yang dicapai oleh
pengusul.
4) Sebagai narasumber, berarti mediator harus mendaya gunakan sumber-sumber
informasi yang tersedia.
5) Sebagai penyandang berita jelek, berarti seorang mediator harus menyadari
bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional. Untuk
itu mediator harus mengadakan pertemuan terpisah dengan pihak-pihak terkait
untuk menampung berbagai usulan.
6) Sebagai agen realitas, berarti mediator harus berusaha memberi pengertian
secara jelas kepada salah satu pihak bahwa sasaranya tidak mungkin atau
tidak masuk akal tercapai melalui perundingan.
7) Sebagai kambing hitam, berarti seorang mediator harus siap disalahkan,
contohnya dalam membuat kesepakatan hasil perundingan.
Proses mediasi adanya tahapan-tahapan yang dilewati, yang mana harus
berurutan, sehingga sinkron permasalahan yag akan diselesaikan, yaitu:
a) Sepakat untuk menempuh proses mediasi

Universitas Sumatera Utara

37

Kesepakatan merupakan merupakan awal untuk memulai mediasi, para pihak
yang bersengketa harus menyetujui dan mematuhi aturan dalam mediasi,
sehingga lebih mudah utnuk mencapai kesepakatan.Tidak hanya sepihak saja,
melaiankan kedua belah pihak.
b) Memahami masalah-masalah
Baik bagi para pihak yang bersengketa maupun mediator harus memahami
betul duduk permasalahan yang ada.Terutama mediator, karena mediator tidak
boleh berpihak dan mendengar dari satu sisi saja, harus kedua sisi dari pihak
yang bersengketa.
c) Membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan permasalahan
Maksud dari membangkitkan pilihan-pilihan pemecahan permasalahan ialah
dimana mediator memberikan pilihan dalam pemecahan permasalahan,
pilihan tersebut tidak memberatkan kedua belah pihak yang bersengketa,
dimana para pihak nyaman dengan pilihan-pilihan yang ditawarkan, sehingga
adanya keterbukaan pemikiran bagi para pihak yang bersengketa bahwa
sengketa bukan lah pertarungan menang atau kalah, melainkan benang kusut
yang harus dirapikan namun tidak merusak benang tersebut.
d) Mencapai kesepakatan
Proses yang telah dilewati dari tahap awal hingga tahap ketiga dengan
menentukan pilihan pemecahan permasalahan, maka adanya kesepakatan
yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa. Kesepakatan tersebut
dituangkan

dalam

bentuk

tulisan

dan

lebih

baik

dalam

bentuk

Universitas Sumatera Utara

38

otentik.kesepakatan yang telah ditentukan merupakan peraturan bagi para
pihak yang bersengketa untuk tunduk dan terikat dengan kesepakatan tersebut.
e) Melaksanakan kesepakatan
Tahap

terakhir

merupakan

tahap

pelaksanaan

dimana

para

pihak

melaksanakan kesepakatan yang telah dipilih dan ditentukan.Kesepakatan
tersebut merupakan Undang-undang bagi para pihak yang awalnya
berengeketa dan harus dilaksanakan sehingga kedua belah pihak tidak ada
yang merasa keberatan.
Pada permasalahan yang timbul di ranah hukum perdata di luar dari hukum
bisnis, yang mana telah masuk kejalur Pengadilan tetap adanya proses perdamaian
untuk awalnya, dimana ada ditunjuknya Hakim untuk melaskanakan perdamaian
tersebut, jika perdamaian dapat terwujud dengan keinginan kedua belah pihak yang
tidak adanya unsur paksaan, maka akan adanya putusan Hakim mengenai perdamaian
tersebut.
Selain pilihan perdamaian yang diceritakan di atas, adanya juga jalur
musyawarah yang paling awal ditempuh bagi pihak bersengketa, terutama untuk
sengketa waris. Pada masyarakat Indonesia mengenai waris masih hal yang tabu dan
jika terbuka ke umum maka menjadi suatu aib bagi keluarga pewaris. Karena itulah
para ahli waris lebih cendrung kepada musyawarah dengan cara kekeluargaan untuk
menyelesaikan sengketa waris. Musyawarah yang dilaksanakan bertujuan untuk
menghindari atau menyelesaikan permasalahan yang timbul, yang mana diharapkan
hasilnya merupakan perdamaian.

Universitas Sumatera Utara

39

Perdamaian merupakan jalur yang dipilih dan ditempuh untuk menghindari
dan menyelesaikan permasalahan di luar persidangan. Ada beberapa alasan pemilihan
penyelesaian permasalahan melalui perdamaian yaitu dikarenakan lebih efisien waktu
dan biaya yang tidak terlalu besar.“Perdamaian adalah suatu perjanjian dengan mana
kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau menahan suatu barang,
mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya
suatu perkara.Perjanjian ini tidaklah sah, melainkan jika dibuat secara tertulis”.64
1.

Peranan Mediator Dalam Mediasi
Gagal tidaknya mediasi juga sangat ditentukan oleh orang peran yang

ditampilkan oleh mediator.Ia berperan aktif dalam menjembatani sejumlah pertemuan
antar para pihak, meminpin pertemuan dan mengendalikan pertemuan, menjaga
kesinambungan proses mediasi dan menuntut para pihak mencapai suatu kesepakatan
Mediator sebagai pihak ketiga yang netral melayani kepentingan para pihak yang
bersengketa. Mediator harus membangun interaksi dan komunikasi positif, sehingga
ia mampu meyelami kepentingan para pihak dan berusaha menwarkan alternatif
dalam pemenuhan kepentingan tersebut.
Dalam memandu proses komunikasi, mediator ikut mengarahkan para pihak
agar membicarakan secara bertahap upaya yang mungkin ditempuh keduanya dalam
rangka mengakhiri sengketa. Ada beberapa peran mediator yang sering yang
ditemukan ketika proses mediasi berjalan. Peran tersebut antara lain65
1. Menumbuhkan dan mempertahankan kepercayaan diri antara para pihak.
64

Pasal 1851 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Syahrizal Abbas, Mediasi Dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum
Nasional (Jakarta: Kencana, 2009), hal 22
65

Universitas Sumatera Utara

40

2. Menerangkan proses dan mendidik para pihak dalam hal komunikasi dan
menguatkan suasana yang baik.
3. Membantu para pihak untuk mengahadapi situasi atau kenyataan.
4. Mengajar para pihak dalam proses dan ketrampilan tawar menawar.
5. Membantu para pihak mengumpulkan informasi penting, dan menciptakan
pilihan-pilihan untuk memudahkan penyelesaian masalah.
Peran mediator akan terwujud apabila mediator mempunyai sejumlah keahlian
(skill). Keahlian ini diperoleh melalui sejumlah pendidikan, pelatihan (training) dan
sejumlah pengalaman dalam meyelesaiakan konflik atau sengketa.
Mediator sebagai pihak yang netral dapat menampilkan peran sesuai dengan
kapasitasnya.Mediator dapat menjalankan perannya mulai dari peran terlemah sampai
peran yang terkuat.Ada beberapa peran mediator yang termasuk dalam peran
terlemah dan terkuat. Peran-peran ini menunjukkan tingkat tinggi rendahnya
kapasitas dan keahlian (skill) yang dimiliki oleh seorang mediator
Raiffa melihat peran mediator sebagai sebuah kontinum atau garis
rentang.Yakni dari sisi peran yang terlemah hingga sisi peran yang terkuat.66 Sisi
peran terlemah adalah apabila mediator hanya menjalankan perannya sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan pertemuan.
2. Pemimpin diskusi rapat.
3. Pemelihara atau penjaga aturan perundingan agar proses perundingan
berlangsung secara beradab.
66

Howard Raiffa, The Art & Science of Negotiation (Cambridge Harvard University Press,
1982) hal, 218-219

Universitas Sumatera Utara

41

4. Pengendali emosi para pihak.
5. Pendorong

pihak/perunding

yang

kurang

mampu

atau

segan

mengemukakan pandangannya.
Sedangkan sisi peran yang kuat diperlihatkan oleh mediator, apabila mediator
bertindak atau mengerjakan hal-hal dalam proses perundingan, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan dan membuat notulen pertemuan.
2. Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak.
3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukan sebuah
pertarungan untuk dimenangkan, akan tetapi untuk diselesaikan.
4. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah.
5. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.
Kovach menyebutkan peran mediator mencakup hal-hal berikut: 67
1. Mengarahkan komunikasi di antara para pihak.
2. Memfasilitasi atau memimpin proses persidangan.
3. Mengevaluasi kemajuan proses perundingan.
4. Membantu para pihak untuk mempelajari dan memahami pokok masalah
dan berlangsungnya proses perundingans secara baik.
5. Mengajukan usul atau gagasan tentang proses dan penyelesaian sengketa.
6. Mendorong para pihak ke arah penyelesaian.

67

M. Zaidun dikutip dari Kimberlee K. Kovach, Mediation Principle and Practice, (West
Publishing Co., Ct. Paul, 1994), hal 28-29

Universitas Sumatera Utara

42

7. Mendorong kemampuan diri dan pemberdayaan para pihak untuk
melaksanakan proses perundingan.
8. Mengendalikan jalannya proses perundingan.
Leonard L. Riskin, menyebutkan peran mediator sebagai berikut : 68
1. Mendesak para juru runding agar setuju atau berkeinginan untuk
berbicara.
2. Membantu para peserta perundingan untuk memahami proses mediasi.
3. Membawa peran para pihak.
4. Membantu para juru runding untuk menyepakati agenda perundingan.
5. Menyusun agenda.
6. Menyediakan suasana yang menyenangkan bagi berlangsungnya proses
perundingan.
7. Memelihara tertiban perundingan.
8. Membantu para juru runding untuk memahami masalah.
9. Melarutkan harapan-harapan yang tidak realistis.
10. Membantu juru runding untuk mengembangkan usulan-usulan mereka.
11. Membantu juru runding untuk melaksanakan perundingan.
12. Membujuk juru runding agar menerima sebuah penyelesaian tertentu.
Menurut Fuller, mediator memiliki beberapa fungsi, yaitu katalisator,
pendidik, penerjemah, narasumber, penyandang berita jelek, agen realitas dan sebagai

68

Leonard L. Riskin dan James E. Wesbrook, Dispute Resolution and Lawyers, (West
Publishing Co., St. Paul Minnesota, 1987), hal 92

Universitas Sumatera Utara

43

kambing hitam (scapegoat).69 Fungsi sebagai “katalisator” diperlihatkan dengan
kemampuan mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi dialog atau
komunikasi di antara para pihak dan bukan sebaliknya, yakni menyebarkan terjadinya
salah pengertian dan polaritas di antara para pihak.
Sebagai “pendidik” dimaksudkan berusaha memahami kehendak, aspirasi,
prosedur kerja, keterbatasan politis dan kendala usaha dari para pihak. Sebagai
“penerjemah”, mediator harus berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan
pihak yang satu kepada pihak yang lainnya melalui bahasa, atau ungkapan yang enak
didengar oleh pihak lainnya, tetapi tanpa mengurang maksud atau sasaran yang
hendak dicapai oleh si pengusul. Sebagai “narasumber”, mediator harus mampu
mendayagunakan atau melipatgandakan kemanfaatan sumber-sumber informasi yang
tersedia, mediator harus menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan
dapat bersikap emosional, maka mediator harus siap menerima perkataan dan
ungkapan yang tidak enak dan kasar dari salah satu pihak. Sebagai “agen realitas”,
mediator harus memberitahu atau member pengertian secara terus terang kepada satu
atau tidak masuk akal untuk dicapai melalui sebuah proses perundingan. Sebagai
“kambing hitam”, mediator harus siap menjadi pihak yang dipersalahkan apabila
orang-oang yang dimediasi tidak merasa sepenuhnya puas terhadap prasyaratprasyarat dalam kesepakatan.

69

Lon Fuller dapat dilihat dalam Lonard R. Riskin dan James E. Westbook, Dispute
Resolution and Lawyers, Abridged Edition, (West Publishing. Co., St. Paul Minm, 1987), hal 95-96

Universitas Sumatera Utara

44

Mediator menampilkan peran yang terlemah bila dalam proses mediasi, ia
hanya melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pertemuan.
2. Memimpin diskusi.
3. Memelihara atau menjaga aturan agar proses perundingan berlangsung secara
baik.
4. Mengendalikan emosi para pihak.
5. Mendorong para pihak yang kurang mampu atau segan dalam mengemukakan
pandangannya.
Sedangkan mediator yang menampilkan peran kuat, ketika dalam proses
mediasi ia mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mempersiapkan dan membuat notulensi pertemuan.
2. Merumuskan titik temu atau kesepakatan dari para pihak.
3. Membantu para pihak agar menyadari bahwa sengketa bukanlah sebuah
pertarungan untuk dimenangkan, tetapi sengketa harus diselesaikan.
4. Menyusun dan mengusulkan alternatif pemecahan masalah .
5. Membantu para pihak menganalisis alternatif pemecahan masalah.
6. Membujuk para pihak untuk menerima ususlan tertentu dalam rangka
penyelesaian sengketa.
Peran-peran tersebut di atas harus diketahui secara baik oleh seseorang yang
akan menjadi mediator dan hakim yang menjadi mediator di Pengadilan Agama
dalam penyelesaian sengketa. Mediator harus berupaya melakukan yang terbaik agar

Universitas Sumatera Utara

45

proses mediasi berjalan maksimal sehingga para pihak merasa puas dengan keputusan
yang mereka buat atas bantuan mediator.
2.

Fungsi Mediator dalam Penyelesaian Sengketa Pembagian Waris
Sengketa merupakan salah satu hal yang bisa muncul kapan saja dalam

kehidupan manusia. Sengketa dapat terjadi mulai dari lingkup keluarga hingga
lingkup hukum.Sejak dulu kala, penyelesaian sengketa sudah ada dalam latar budaya
masyarakat Indonesia sebagai pola penyelesaian sengketa berdasarkan musyawarah,
misalnya rembuk desa dan kerapatan adat. Dalam penyelesaian sengketa hukum, ada
beberapa pilihan dalam menyelesaikan sengketa hukum. Penyelesaian sengketa
hukum yang paling sering dilakukan dan paling dikenal oleh masyarakat adalah
penyelesaian sengketa melalui pengadilan.
Namun demikian, penyelesaian sengketa melalui pengadilan terkadang tidak
memberikan penyelesaian sebagaimana diinginkan oleh kedua belah pihak.
Penyelesaian sengketa di pengadilan juga dikenal memakan waktu yang cukup lama
dan biaya yang cukup mahal. Untuk mengakomodir keinginan-keinginan para pihak
ini, kemudian muncul beberapa alternatif untuk menyelesaikan sengketa antara para
pihak. Beberapa alternatif tersebut antara lain: negosiasi, mediasi, evaluasi dini,
pendapat atau penilaian ahli, pencarian fakta, dispute review board, dan office of
special project facilitator. Alternatif penyelesaian sengketa ini memiliki beberapa
keuntungan antara lain cepat dan murah, adanya kontrol dari para pihak terhadap
proses yang berjalan dan hasilnya karena pihak yang mempunyai kepentingan aktif
dalam

menyampaikan

pendapatnya,

dapat

menyelesaikan

sengketa

secara

Universitas Sumatera Utara

46

tuntas/holistik, dan meningkatkan kualitas keputusan yang dihasilkan dan
kemampuan para pihak untuk menerimanya.
Mediasi, seperti alternatif penyelesaian sengketa lainnya, berkembang akibat
lambannya penyelesaian sengketa di pengadilan. Mediasi muncul sebagai jawaban
atas ketidakpuasan yang berkembang pada sistem peradilan yang bermuara pada
persoalan waktu, biaya, dan kemampuannya dalam menangani kasus yang kompleks.
“Mediation is not easy to define”.70Mediasi bukanlah sesuatu yang mudah untuk
didefinisikan. Hal ini terkait dengan dimensi mediasi yang sangat jamak dan tidak
terbatas. Mediasi tidak memberi satu model yang dapat diuraikan secara terperinci
dan dibedakan dari proses pengambilan keputusan lainnya.71
Dalam peraturan Indonesia, pengertian mediasi dapat ditemukan di Pasal 1
butir tujuh Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 yaitu cara penyelesaian
sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak
dengan dibantu oleh mediator. Selain dalam peraturan ada beberapa sarjana yang
mencoba untuk mendefinisikan mediasi. Gary Goodpaster menyatakan bahwa
“Mediasi” adalah proses negosiasi penyelesaian masalah (sengketa) dimana suatu
pihak luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang bersengketa,
membantu mereka (yang bersengketa) mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi
yang memuaskan.72 Dari penjelasan diatas dapat kita lihat bahwa ada unsur-unsur
mendasar dari definisi mediasi, antara lain:
1. Adanya sengketa yang harus diselesaikan

70

Laurence Boulle, Mediation:Principle, process, practice, (Sydney: Butterworths, 1996), hal. 3

71

Gatot P. Soemartono, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2006), hal. 116
72
Gary Goodpaster, Panduan Negosiasi dan Mediasi, (Jakarta: Proyek ELIPS, 1999) hal. 241

Universitas Sumatera Utara

47

2. Penyelesaian dilaksanakan melalui perundingan
3. Perundingan ditujukan untuk mencapai kesepakatan
4. Adanya peranan mediator dalam membantu penyelesaian.
Beberapa alasan mengapa mediasi sebagai altemetif penyelesaian sengketa
mulai mendapat perhatian yang lebih di Indonesia, antara lain:73
1. Faktor Ekonomis, dimana mediasi sebagai altematif penyelesaian sengketa
memiliki potensi sebagai sarana untuk menyelesaikan sengketa yang lebih
ekonomis, baik dari sudut pandang biaya maupun waktu.
2. Faktor ruang lingkup yang dibahas, mediasi memiliki kemampuan untuk
membahas agenda permasalahan secara lebih luas, komprehensif dan
fleksibel.
3. Faktor pembinaan hubungan baik, dimana mediasi yang mengandalkan caracara penyelesaian yang kooperatif sangat cocok bagi mereka yang
menekankan pentingnya hubungan baik antar manusia (relationship), yang
telah berlangsung maupun yang akan datang.
Dalam mediasi, terdapat dua jenis mediasi yang ditinjau berdasarkan tempat
pelaksanaannya yaitu mediasi di pengadilan dan mediasi di luar pengadilan. Kedua
jenis mediasi ini tercantum dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008.
Dalam melaksanakan mediasi di pengadilan, ada dua tahap yang harus dijalani, yaitu
yang pertama adalah mediasi awal litigasi, yakni mediasi yang dilaksanakan sebelum
pokok sengketa diperiksa dan yang kedua adalah mediasi yang dilakukan dalam
73

Alasan keberadaan BaMI”, www.badanmediasi.com, diakses pada 1 April 2014

Universitas Sumatera Utara

48

pokok pemeriksaan, yang kemudian terbagi lagi menjadi dua yaitu selama dalam
pemeriksaan tingkat pertama dan selama dalam tingkat banding dan kasasi.
Sedangkan mediasi di luar pengadilan merupakan mediasi yang dilaksanakan di luar
pengadilan, kemudian perdamaian terjadi dimohonkan ke pengadilan untuk dikuatkan
dalam akta perdamaian.74
Mediator dalam mediasi bukan berperan untuk mengambil keputusan,
melainkan untuk membantu para pihak memahami pandangan pihak lainnya
sehubungan dengan masalah yang disengketakan. Mediator sebagai pihak yang
menentukan efektivitas proses penyelesaian sengketa harus bersikap netral,
mendengarkan para pihak secara aktif, mencoba untuk meminimalkan perbedaanperbedaan, serta kemudian menitikberatkan persamaan. Seorang mediator tidak boleh
mempengaruhi salah satu pihak untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh pihak
lainnya.

Mediator

sangat

membutuhkan

kemampuan

personal

yang

memungkinkannya berhubungan secara menyenangkan dengan masing-masing pihak.
Namun demikian, kemampuan pribadi yang terpenting adalah sifat tidak menghakimi,
yaitu dalam kaitannya dengan cara berpikir masing-masing pihak, serta kesiapannya
untuk memahami dengan empati pandangan para pihak. Mediator perlu memahami
dan memberikan reaksi positif atas persepsi masing-masing pihak dengan tujuan
membangun hubungan baik dan kepercayaan.75

74

Mahkamah Agung Republik Indonesia,Peraturan Mahkamah Agung tentang Prosedur
Mediasi di Pengadilan, Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2008.
75
Gatot P. Soemartono, op.cit, hal. 135

Universitas Sumatera Utara

49

Sebagai pihak netral yang melayani kedua belah pihak, mediator berperan
melakukan interaksi dengan para pihak baik secara bersama ataupun secara individu,
dan membawa mereka pada tiga tahap sebagai berikut:76
a. Memfokuskan pada upaya membuka komunikasi di antara para pihak;
b. Memanfaatkan komunikasi tersebut untuk menjembatani atau menciptakan
saling pengertan di antara para pihak (berdasarkan persepsi mereka atas
perselisihan tersebut dan kekuatan serta kelemahan masing-masing); dan
c. Memfokuskan pada munculnya penyelesaian.
Selain dilihat dari pendapat-pendapat para ahli yang menulis mengenai
mediasi, tugas-tugas mediator juga diatur dalam peraturan yang berlaku bagi
pelaksanaan mediasi di Indonesia. Tugas-tugas ini tercantum dalam Pasal 15
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008. Tugas-tugas tersebut antara
lain:77
1. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para
pihak untuk dibahas dan disepakati.
2. Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam
proses mediasi.
3. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.
4. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali
kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik
bagi para pihak.
76
77

Ibid., hal 136.
Mahkamah Agung Republik Indonesia, op.cit, pasal 15

Universitas Sumatera Utara

50

Berdasarkan uraian-uraian diatas, dapat kita lihat bahwa mediator bertugas
untuk mengarahkan dan memfasilitasi lancarnya komunikasi dan membantu para
pihak untuk memahami sengketa yang terjadi di antara keduanya, serta para pihak
dapat membuat penilaian yang objektif hingga terciptalah penyelesaian akan sengketa
yang dihadapi.
Mediasi seringkali menghasilkan kesepakatan di antara kedua belah pihak
sehingga manfaat mediasi sangatlah dapat dirasakan. Manfaat mediasi tetap dapat
dirasakan meskipun terkadang ada mediasi yang gagal. Hal ini dikarenakan adanya
mediasi kemudian mengklarifikasikan persoalan dan kemudian mempersempit
permasalahan yang disengketakan. Dalam menyelesaikan sengketa, mediasi memiliki
beberapa keuntungan, antara lain:
a. Mediasi diharapkan dapat menyelesaikan sengketa lebih cepat dan murah
dibandingkan dengan arbitrase dan pengadilan;
b. Mediasi dapat memberbaiki komunikasi antara para pihak yang bersengketa
serta menghilangkan konflik yang hampir selalu mengiringi putusan yang
bersifat memaksa;
c. Mediasi akan memfokuskan para pihak pada kepentingan mereka secara
nyata;
d. Mediasi meningkatkan kesadaran akan kekuatan dan kelemahan posisi
masing-masing pihak;
e. Melalui mediasi, dapat diketahui hal-hal atau isu-isu yang tersembunyi yang
terkait dengan sengketa yang sebelumnya tidak disadari;

Universitas Sumatera Utara

51

f. Mediasi memberikan para pihak untuk melakukan kontrol terhadap proses dan
hasil dari mediasi tersebut.
Penyelesaian sengketa dengan cara mediasi kemudian diharapkan untuk dapat
mengurangi ketidakseimbangan posisi para pihak sebagaimana yang dirasakan
apabila sengketa diselesaikan melalui lembaga pengadilan maupun arbitrase. Dalam
mediasi yang sukses, dihasilkan sebuah perjanjian penyelesaian sengketa yang setelah
ditandatangani akan mengikat dan dapat dipaksakan sebagaimana layaknya sebuah
kontrak atau perjanjian. Di Indonesia, perjanjian hasil mediasi harus dituangkan
dalam bentuk tertulis. Hal ini tidak hanya berlaku untuk mediasi di dalam pengadilan,
tetapi juga untuk mediasi di luar pengadilan. Pasal 17 ayat (1) Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2008 kemudian menyatakan bahwa jika mediasimenghasilkan
kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan
secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan
mediator.78 Kemudian Pasal 6 ayat (6) Undang-undang Nomor 30 tahun 1999
menyatakan bahwa:
“Usaha penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui mediator sebagaimana
dimaksud dalam ayat (5) dengan memegang teguh kerahasiaan, dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari harus tercapai kesepakatan dalam bentuk tertulis yang
ditandatangani oleh semua pihak yang terkait.79

78

Mahkamah Agung Republik Indonesia, op.cit, ps. 17 ayat (1)
Indonesia, Undang-Undang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, UU Nomor 30
Tahun 1999, LN No. 138 Tahun 1999, TLN No. 3872, ps. 6 ayat (6).
79

Universitas Sumatera Utara

52

Apabila mediasi dilaksanakan di luar pengadilan, sesuai Pasal 6 ayat (7)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009, perjanjian tertulis yang telah disepakati oleh
para pihak wajib untuk didaftarkan di pengadilan negeri paling lama 30 hari sejak
perjanjian tersebut ditandatangani. Dalam hal pelaksanaan mediasi yang dilakukan di
pengadilan, hakim dapat mengukuhkan kesepatakan tersebut sebagai suatu akta
perdamaian. Akta perdamaian sendiri dalam Pasal 1 butir 2 Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2008 didefinisikan sebagai akta yang memuat isi kesepakatan
perdamaian dan putusan hakim yang menguatkan kesepakatan perdamaian tersebut
yang tidak tunduk pada upaya hukum biasa maupun luar biasa. 80
Perjanjian tertulis ini biasanya disusun oleh para pihak dengan bantuan
mediator. Dalam membantu para pihak menyusun suatu persetujuan mediasi secara
tertulis, mediator memfokuskan perhatian untuk terlebih dahulu menghasilkan
rancangan perjanjian, ia harus meyakini bahwa para pihak telah memahami
sepenuhnya rancangan perjanjian. Perlunya penyusunan rancangan perjanjian
diakomodir dalam pasal 17 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun
2008 yang menyebutkan bahwa sebelum para pihak menandatangani kesepakatan,
mediator memeriksa materi kesepakatan perdamaian untuk menghindari ada
kesepakatan yang bertentangan dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan
atau yang memuat iktikad tidak baik.81

80
81

Mahkamah Agung Republik Indonesia, op.cit, ps. 1 butir 2
Ibid, ps. 17 ayat (3)

Universitas Sumatera Utara