Perancangan Perbaikan Metode Kerja dan Alat Bantu pada Stasiun Kerja Pengepakan di CV. Bukitraya Laendrys - Bukittinggi Sumatera Barat

Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN LITERATUR
2.1

Perancangan Kerja (Work Design )
Perancangan kerja (work design) adalah bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas dan performansi kerja (Sritomo, 2008, p. 33), melalui:
a. Work method, berupa pengembangan tata cara kerja lebih efektif dan efisien
dalam proses produksi.
b. Environment, berupa pengaturan kondisi lingkungan yang lebih ergonomis.
c. Organization, berupa pemanfaatan dan pendayagunaan secara maksimal
semua potensi SDM.
Teknik tata cara kerja merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik–teknik
dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan (desain) terbaik dari sistem kerja,
teknik dan prinsip–prinsip ini digunakan untuk mengatur komponen-komponen sistem
kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan kemampuannya, bahan, perlengkapan
dan peralatan kerja serta lingkungan kerja sehingga tercapai tingkat efisien dan
produktivitas tinggi yang diukur dengan waktu yang dihabiskan.


2.2

Telaah Metode Kerja
Telaah metode adalah kegiatan pencatatan secara sistematis dan pemeriksaan

dengan seksama mengenai cara-cara yang berlaku atau yang diusulkan untuk
melaksanakan

kerja.

Sasaran

pokok

dari

efektifitas

ini


adalah

mencari,

Universitas Sumatera Utara

mengembangkan dan menerapakan metode kerja yang lebih efektif dan efesien dengan
tujuan akhir adalah waktu penyelesaian lebih singkat dan cepat (Sritomo, 2008, p. 91).
Dengan telaah metode kerja, atau yang lazim disebut dengan istilah “method
analysis”, maka hal ini dimaksudkan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan teknikteknik pengaturan kerja yang optimal dalam suatu sistem dimana komponenkomponen kerja seperti manusia (operator), mesin dan/atau fasilitas kerja lainnya,
material serta lingkungan kerja fisik akan berinteraksi. Hal ini secara skematis dapat
diperlihatkan dalam Gambar 2.1.

ANALISIS METODE
KERJA

SISTEM KERJA
Pekerja
Bahan

Mesin/peralatan
Lingkungan

Alternatif-alternatif

PEMILIHAN
ALTERNATIF
SISTEM KERJA
TERBAIK
 EFEKTIF
 EFISIEN

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam Telaah Metode Kerja

Dari gambar yang ada jelas bahwa di dalam telaah/analisis metode, maka ada 4
macam komponen sistem kerja yang harus diperhatikan guna memperoleh metode
kerja yang sebaik-baiknya, meliputi:

Universitas Sumatera Utara


1.

Komponen material: Bagaimana cara menempatkan material, jenis
material yang mudah diproses dan lain-lain. Yang dimaksudkan material
disini meliputi bahan baku, supplies (komponen, parts, dan lain-lain)
produk jadi, limbah dan lain-lain.

2.

Komponen manusia: Bagaimana sebaiknya posisi orang pada saat proses
kerja berlangsung agar mampu memberikan gerakan-gerakan kerja yang
efektif dan efisien (duduk, berdiri, jongkok, merunduk, dan lain-lain).

3.

Komponen mesin: Bagaimana desain dari mesin dan/atau peralatan kerja
lainnya, apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi.

4.


Komponen lingkungan kerja fisik: Bagaimana kondisi lingkungan kerja
fisik tempat operasi kerja tersebut dilaksanakan, apakah dirasa cukup
aman dan nyaman.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pokok dari kegiatan telaah
metode ini adalah sebagai berikut:
1. Perbaikan proses dan tata cara pelaksanaan penyelesaian pekerjaan.
2. Perbaikan dan penghematan penggunaan material, tenaga mesin/fasilitas
kerja lainnya serta tenaga kerja manusia pekerjanya.
3. Pendayagunaan usaha manusia dan pengurangan keletihan yang tidak perlu.
4. Perbaikan tata ruang kerja yang mampu memberikan suasana lingkungan
kerja yang nyaman dan aman.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2. selanjutnya akan menunjukkan faktor-faktor produksi yang harus
diperhatikan didalam menganalisa metode kerja dengan tujuan pokok mencari tata
kerja dengan tujuan pokok mencari tata kerja yang lebih sederhana, efektif dan efisien.

Lingkungan Kerja Fisik

(temperatur, penerangan, noise, dll.)

Bahan Baku &
Supplies Input

METODE KERJA
(prosedur, langkah, urutan, dll.)

PRODUK JADI
(Output)

Operator, Mesin &
Fasilitas Kerja Lainnya

Gambar 2.2 Interaksi Faktor-Faktor Produksi dalam Analisa Metode Kerja

Penelitian metode kerja adalah penelitian tentang prinsip-prinsip pengaturan
komponen-komponen sistem kerja untuk memperoleh beberapa alternatif sistem kerja
yang baik. Komponen sistem kerja ini diatur dan secara bersama-sama berada dalam
suatu komposisi yang baik, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas

usaha.
2.3

Prosedur Sistematis Untuk Melaksanakan Telaah Metode Kerja
Sebelum diputuskan apakah perlu dilaksanakan kegiatan telaah metode kerja

maka terlebih dahulu hal-hal berikut ini dipertimbangkan benar-benar (Sritomo, 2008,
p. 93):

Universitas Sumatera Utara

1. Adakah keuntungan ekonomis yang bisa dipakai sebagai hasil akhir dari
pelaksanaan kegiatan telaah metode ini?
2. Adakah tersedia cukup pengetahuan teknis yang melatar-belakangi proses
kerja yang akan ditelaah?
3. Apakah benar-benar tidak ada reaksi yang negatif terhadap pelaksanaan
aktivitas telaah motode yang berasal dari pekerja?
Kalau tiga pertanyaan tersebut diatas sudah berhasil dijawab dengan jenis dan
positif maka langkah-langkah berikut harus ditempuh guna memperoleh hasil analisis
yang sebaik-baiknya yaitu:

1. Identifikasi operasi kerja yang harus diamati dan dipelajari. Kumpulkan
semua data dan fakta yang ada terutama yang berkaitan dengan komponenkomponen yang berkaitan dengan komponen-komponen yang terlihat
didalam sistem kerja tersebut.
2. Apabila diperlukan maka dapatkan input data dari pekerja ataupun penyelia
atau supervisor langsung, terutama untuk pekerjaan yang telah berlangsung
lama (dalam hal ini metode kerja tersebut perlu ditelaah lagi sebab dianggap
tidak efektif dan efisien).
3. Dokumentasikan metode kerja yang sesuai dengan langkah-langkah urutan
kerja yang sistematis dan logis. Untuk menggambar prosedur kerja ini
direkomendasikan untuk menggunakan bantuan peta proses (proses chart)
atau peta kerja lainnya.
4. Buat usulan metode kerja yang baru yang dianggap lebih efektif dan efisien
dibandingkan dengan metode kerja sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

5. Buatlah beberapa alternatif untuk ini dan pilih alternatif yang terbaik yaitu
alternatif metode kerja yang mampu memberikan kesederhanaan prosedur
yang harus ditempuh (work simplification), kemudahan dan kenyamanan
pelaksanaan kerja, serta waktu lebih singkat.

6. Terapkan metode kerja yang baru ini dan ikuti terus pelaksanaannya sampai
akhirnya benar terbukti bahwa perbaikan metode kerja yang diinginkan
tercapai.

2.4

Rancangan Metode Kerja Berdasarkan Konsep Ergonomi

2.4.1 Definisi Ergonomi
Istilah “Ergonomi” berasal dari bahasa Latin, yaitu Ergon (kerja) dan Nomos
(hukum), sehingga ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek
manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen, dan desain/perancangan. Ergonomi berkenaan juga dengan

optimisasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan, dan kenyamanan manusia di tempat
kerja, di rumah, dan dimana saja manusia berada (Eko Nurmianto, 2004, p. 1).
Ergonomi merupakan studi tentang manusia, fasilitas kerja dan lingkungan yang
saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan
manusia.
2.4.2 Tujuan Ergonomi

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi (Tarwaka, 2004, p. 7) adalah:

Universitas Sumatera Utara

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental
dan mengupayakan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan
meningkatkan jaminan sosial baik selama waktu produktif maupun setelah
tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis,
antropologis dan budaya dari sistem kerja, sehingga tercipta kualitas kerja
dan kualitas hidup yang tinggi.

2.4.3 Tipe-tipe Masalah Ergonomi
Masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup yang
berbeda, bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti (Tarwaka, 2004,
p. 8):
a. Anthropometric

Antropometri berhubungan dengan dimensi antara ruang geometri
fungsional dengan tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran
dari dimensi tubuh secara linier, termasuk berat dan volume, jarak
jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lain-lain. Masalah antropometri
merupakan ketidaksesuaian antara dimensi terhadap desain ruang dan sarana
kerja.

Pemecahan

masalah

ini

dengan

memodifikasi

desain

dan

menyesuaikan kenyamanan.

Universitas Sumatera Utara

b. Cognitive
Masalah cognitive muncul ketika beban kerja berlebih atau berada di bawah
kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu panjang maupun dalam
jangka waktu pendek dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain fungsi
ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan tingkat optimum.
Pemecahan masalah ini dengan melengkapkan fungsi manusia dengan
fungsi mesin untuk meningkatkan performansi.
c. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal
tersebut dapat menyebabkan insiden kecil atau trauma efek kumulatif.
Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan performansi kerja
atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai
dengan batas kemampuan manusia.
d. Cardiovaskular
Masalah ini diakibatkan oleh ketegangan sistem sirkulasi, termasuk jantung.
Jantung memompa lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya
permintaan oksigen. Pemecahan masalah ini dengan mendesain kembali
pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi pekerjaan.
e. Psychomotor
Permasalahan dalam hal ini adalah ketegangan pada sistem psychomotor.
Pemecahannya adalah dengan menegaskan kebutuhan pekerjaan untuk
disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan
performansi pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Aplikasi Ergonomi untuk Perancangan Tempat Kerja
Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang bangun
(desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini dapat meliputi perangkat keras
seperti misalnya perkakas kerja (tools), control and display, dan lain-lain.
Ergonomi dapat berperan sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi,
misalnya penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja
(shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan lain-lain.
Ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk
mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia dan desain
stasiun kerja untuk alat peraga visual (Visual Display Unit Station). Hal tersebut untuk
mengurangi ketidaknyamanan visual, postur kerja, serta desain suatu perkakas kerja
untuk mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem
pengendalian untuk mendapatkan optimasi dalam proses transfer informasi dengan
dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimumkan resiko kesalahan serta
upaya untuk mendapatkan optimasi, efisiensi kerja dan hilangnya resiko kesehatan
akibat metode kerja yang kurang tepat.
Ilmu ergonomi dalam penerapannya perlu informasi yang lengkap mengenai
kemampuan manusia dengan segala keterbatasannya. Manusia tidak cukup
mempelajarinya dari satu segi ilmu saja, tetapi diperlukan berbagai disiplin ilmu
antara lain psikologi, antropologi, faal kerja, biologi, sosiologi, perencanaan kerja,
fisika, dan lain-lain. Disiplin ilmu tersebut berfungsi sebagai pemberi informasi dan

Universitas Sumatera Utara

para ahli teknis bertugas untuk meramu masing-masing informasi sebagai
pengetahuan untuk merancang fasilitas sehingga fasilitas tersebut mencapai kegunaan
yang optimal. Usaha yang dapat ditempuh untuk memperoleh informasi tersebut
(Sutalaksana, 1979, p. 64) adalah:
1. Penyelidikan tentang display
Display adalah bagian dari lingkungan

yang mengkomunikasikan

keadaannya langsung kepada manusia dalam bentuk lambang atau tanda.
Persoalan yang sering terjadi adalah display yang tidak mengkomunikasikan
keadaan secara langsung dan oleh karena itu kita perlu memikirkan
bagaimana merancang suatu alat yang bisa menerjemahkan informasi
sehingga mudah dimengerti manusia. Display harus dirancang dengan baik
agar dapat menjalankan fungsinya untuk menyajikan informasi yang
diperlukan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya. Perancangan
display yang baik adalah apabila display tersebut dapat menyampaikan

informasi selengkap mungkin tanpa menimbulkan banyak kesalahan dari
manusia yang menerimanya.

2. Penyelidikan Mengenai Hasil Kerja Manusia dan Proses Pengendaliannya
Dalam hal ini dilakukan penyelidikan tentang aktivitas manusia pada saat
bekerja dan kemudian mempelajari cara mengukur setiap aktivitas tersebut.
Penyelidikan ini banyak berhubungan dengan biomekanika. Hal ini
mencakup pengukuran kekuatan/daya tahan fisik manusia ketika bekerja
dan mempelajari bagaimana cara bekerja sehingga peralatan harus

Universitas Sumatera Utara

dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan
aktivitas tersebut. Pengukuran kekuatan fisik manusia dalam hal ini adalah
mengukur berapa besarnya tenaga yang dibutuhkan oleh seorang pekerja
untuk melaksanakan pekerjaannya. Secara umum kriteria pengukuran
aktivitas dapat dibagi dalam dua kelas, yaitu:
a. Kriteria Fisiologi
Kriteria ini merupakan kegiatan manusia yang ditentukan berdasarkan
kecepatan denyut jantung dan pernafasan. Usaha untuk menentukan
besarnya tenaga yang akurat berdasarkan kriteria ini agak sulit karena
perubahan fisik dari keadaan normal menjadi keadaan fisik yang aktif
akan melibatkan beberapa fungsi fisiologis, seperti tekanan darah,
peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang digunakan,
jumlah

karbondioksida

yang

dihasilkan,

temperatur

badan

dan

sebagainya.
b. Kriteria Operasional
Kriteria ini melibatkan teknik untuk mengukur atau menggambarkan
hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh pada saat
melaksanakan gerakan. Secara umum gerakan yang dapat dilakukan
tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk range (rentang)
gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan,
kecepatan dan ketelitian.
3. Penyelidikan Mengenai Tempat Kerja.

Universitas Sumatera Utara

Ukuran tempat kerja harus sesuai dengan ukuran dimensi tubuh manusia.
Hal ini dipelajari di antropometri. Data hasil pengukuran (data
antropometri) dijadikan sebagai data untuk perancangan peralatan.
4. Penyelidikan Mengenai Lingkungan Fisik.
Lingkungan fisik meliputi ruangan dan fasilitas yang digunakan manusia
serta kondisi lingkungan kerja yang keduanya banyak mempengaruhi
tingkah laku manusia. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi
adalah aplikasi yang sistematis dari segala informasi relevan yang berkaitan
dengan karakteristik dari prilaku manusia dalam perancangan peralatan,
fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Untuk analisa dan penelitian
maka ergonomi akan meliputi hal yang berkaitan dengan :
a. Anatomi (struktur), fisiologi, dan antropometri tubuh manusia.
b. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf
yang berperan dalam tingkah laku manusia.
Kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek
maupun panjang, atau membuat celaka manusia sehingga diperlukan desain
kondisi kerja yang dapat membuat nyaman manusia dalam bekerja.
2.4.5

Peta Kerja

2.4.5.1 Definisi Peta Kerja
Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara
sistematis dan jelas. Dengan menggunakan peta kerja dapat dilihat semua langkah atau
kejadian yang dialami oleh benda kerja mulai dari masuk ke pabrik yang berbentuk
bahan baku, kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya seperti

Universitas Sumatera Utara

transportasi, operasi, pemeriksaan dan perakitan, sampai menjadi produk, baik produk
jadi atau produk setengah jadi. Dengan menggunakan peta kerja maka usaha
memperbaiki metode kerja dari suatu proses produksi akan lebih mudah dilaksanakan.
Peta kerja merupakan alat yang baik untuk menganalisa suatu pekerjaan sehingga akan
mudah untuk menganalisa dan memperbaiki kesalahan, dan akan sangat bermanfaat
dalam perencanaan sistem kerja. Perbaikan yang mungkin dilakukan antara lain:
1. Menghilangkan operasi yang tidak perlu.
2. Menggabungkan suatu operasi dengan operasi lainnya.
3. Menemukan urutan kerja/proses produksi yang lebih baik.
4. Menentukan mesin yang lebih ekonomis.
5. Menghilangkan waktu menunggu antar operasi.
Pada dasarnya semua perbaikan tersebut ditujukan untuk mengurangi biaya
produksi secara keseluruhan, jadi peta ini merupakan alat yang baik untuk
menganalisis suatu pekerjaan sehingga mempermudah perencanaan perbaikan.

2.4.5.2 Jenis-jenis Peta Kerja
Berdasarkan kegiatannya peta kerja dibagi atas dua kelompok besar, yaitu:
1. Peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja keseluruhan.
Yang termasuk peta kerja keseluruhan yaitu:
a. Peta Proses Operasi (Operation Process Chart)
b. Peta Aliran Proses (Flow Process Chart)
c. Peta Proses Perakitan (Assembly Process Chart)
d. Peta Proses Kelompok Kerja (Gang Process Chart)

Universitas Sumatera Utara

e. Diagram Aliran (Flow Diagram)
2. Peta-peta kerja untuk menganalisis kegiatan kerja setempat.
Yang termasuk peta kerja setempat yaitu:
a. Peta Pekerja dan Mesin (Man-Machine Chart)
b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Suatu kegiatan disebut kegiatan kerja keseluruhan apabila kegiatan tersebut
melibatkan sebagian besar atau semua fasilitas yang diperlukan untuk membuat
produk yang bersangkutan. Sedangkan suatu kegiatan disebut kegiatan kerja setempat
apabila kegiatan tersebut terjadi dalam suatu stasiun kerja yang biasanya melibatkan
orang dan fasilitas dalam jumlah terbatas. Hubungan antara kedua macam kegiatan
adalah untuk menyelesaikan suatu produk diperlukan beberapa stasiun kerja, di mana
satu sama lainnya saling berhubungan dan kelancaran proses produksi secara
keseluruhan tergantung pada kelancaran setiap stasiun kerja.

2.4.6 Keluhan Muskuloskeletal
Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada otot skeletal yang dirasakan
oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai pada yang sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama,
maka dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan ini disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs) atau
cedera pada sistem muskuloskeletal (Tarwaka, 2004, p. 117).
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Keluhan sementara (Reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, keluhan tersebut segera hilang apabila
pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (Persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih berlanjut.

Keluhan muskuloskeletal dapat terjadi oleh beberapa penyebab, diantaranya
adalah:
1. Peregangan otot yang berlebihan.
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh
pekerja yang aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar
seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban
yang berat.
2. Aktivitas berulang.
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus
seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu, dan sebagainya. Keluhan
otot terjadi karena otot menerima tekana akibat beban kerja secara terusmenerus tanpa memperoleh waktu untuk relaksasi.
3. Sikap kerja tidak alamiah.
Posisi bagian tubuh yang bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya
pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala
terangkat, dan sebagainya dapat menyebabkan keluhan pada otot skeletal.

Universitas Sumatera Utara

4. Faktor penyebab sekunder.
Faktor sekunder yang juga berpengaruh terhadap keluhan muskuloskeletal
adalah tekanan, getaran dan mikroklimat.
5. Penyebab kombinasi.
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila
dalam melakukan tugasnya pekerja dihadapkan pada beberapa faktor resiko
dalam waktu yang bersamaan, misalnya pekerja harus melakukan aktivitas
mengangkat beban di bawah tekanan panas matahari.

Langkah-langkah untuk mengatasi keluhan muskuloskeletal sebagai berikut:
1. Rekayasa Teknik
Rekayasa teknik dilakukan melalui pemilihan beberapa alternatif sebagai
berikut:
a. Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini jarang
dapat dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan menggunakan peralatan yang ada.
b. Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang
aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan
pekerja, contohnya memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang
kerja lainnya.

Universitas Sumatera Utara

d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko
sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

2. Rekayasa Manajemen
Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan sebagai berikut:
a. Pendidikan dan pelatihan
Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami
lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan lebih inovatif dalam
upaya pencegahan resiko sakit akibat kerja.
b. Pengaturan waktu kerja istirahat yang seimbang
Menyesuaikan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan
sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber
bahaya.
c. Pengawasan yang intensif
Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara
lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

2.4.6.1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ )
Ada beberapa cara dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui
hubungan antara tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal. Pengukuran
terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan berbagai faktor subjektif
seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi kelelahan. Salah satunya adalah
melalui Standard Nordic Questionnaire (SNQ ). Melalui kuesioner ini dapat diketahui

Universitas Sumatera Utara

bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit
(TS), Agak Sakit (AS), Sakit (S) dan Sangat Sakit (SS). Dengan melihat dan
menganalisis peta tubuh seperti pada Gambar 2.3. maka dapat diestimasi jenis dan
tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Universitas Sumatera Utara

NO
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

TINGKAT
KELUHAN
TS AS
S
SS

JENIS KELUHAN
Sakit kaku di leher bagian atas
Sakit kaku di bagian leher bagian bawah
Sakit di bahu kiri
Sakit di bahu kanan
Sakit lengan atas kiri
Sakit di punggung
Sakit lengan atas kanan
Sakit pada pinggang
Sakit pada bokong
Sakit pada pantat
Sakit pada siku kiri
Sakit pada siku kanan
Sakit pada lengan bawah kiri
Sakit pada lengan bawah kanan
Sakit pada pergelangan tangan kiri
Sakit pada pergelangan tangan kanan
Sakit pada tangan kiri
Sakit pada tangan kanan
Sakit pada paha kiri
Sakit pada paha kanan
Sakit pada lutut kiri
Sakit pada lutut kanan
Sakit pada betis kiri
Sakit pada betis kanan
Sakit pada pergelangan kaki kiri
Sakit pada pergelangan kaki kanan
Sakit pada kaki kiri
Sakit pada kaki kanan

Gambar 2.3 Standard Nordic Questionnaire
Keterangan:
TS :
AS :
S
:
SS :

Tidak Sakit
Agak Sakit
Sakit
Sangat Sakit

Universitas Sumatera Utara

2.4.7 Antropometri
Istilah Antropometri berasal dari kata “anthro ” yang berarti manusia dan
“metri” yang berarti ukuran. Antropometri dapat diartikan sebagai studi yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (Sritomo, 2008, p. 60). Manusia
pada umumnya memiliki bentuk, ukuran, berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan
lainnya. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas
antara lain dalam hal:
1.

Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dan lain-lain).

2.

Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas, dan
sebagainya.

3.

Perancangan produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer, dan
lain-lain.

4.

Perancangan lingkungan kerja fisik.

Pada dasarnya peralatan kerja yang dibuat dengan mengambil referensi
dimensi tubuh tertentu jarang sekali bisa mengakomodasikan seluruh range ukuran
tubuh dari populasi yang akan memakainya. Kemampuan penyesuaian (adjustability)
suatu produk merupakan satu prasyarat yang sangat penting dalam proses
perancangan, terutama untuk produk yang berorientasi ekspor.
Beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia dan seorang
perancang produk harus memperhatikan faktor tersebut, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Umur
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar
dengan bertambahnya umur sejak awal kelahiran sampai dengan umur
sekitar 20 tahunan.
2. Jenis kelamin (Sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan ukuran tubuh wanita, kecuali untuk beberapa ukuran tubuh tertentu
seperti pinggul, dan sebagainya.
3. Suku/bangsa (Ethnic)
Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karekteristik
fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Posisi tubuh (Posture)
Posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran karena
berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Pengukuran posisi tubuh dapat
dilakukan dengan dua cara pengukuran yaitu:
a. Pengukuran dimensi struktur tubuh (Structural Body Dimension).
Posisi tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak.
Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan “Static
Anthropometry”. Ukuran diambil dengan persentil tertentu seperti 5-th,

50-th dan 95-th.
b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh (Functional Body Dimensions).
Disini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat melakukan
gerakan tertentu. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran dimensi

Universitas Sumatera Utara

fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang nantinya
berkaitan erat dengan gerakan nyata yang diperlukan tubuh untuk
melaksanakan kegiatan tertentu. Cara pengukuran semacam ini juga
biasa disebut dengan “Dynamic Anthropometry”.
5. Cacat tubuh
Data antropometri diperlukan untuk perancangan produk bagi orang cacat
seperti kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.
6. Tebal/tipisnya pakaian yang dipakai
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variansi yang berbeda pula
dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian. Dengan demikian dimensi
tubuh orangpun akan berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain.
7. Kehamilan (Pregnancy)
Kondisi ini jelas akan mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus bagi
perempuan). Hal tersebut jelas membutuhkan perhatian khusus terhadap
produk yang dirancang bagi segmentasi ini.

2.4.8 Postur Kerja
Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat membantu
mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja berdiri,
duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan terdapat postur
kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan
mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh.

Universitas Sumatera Utara

Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan postur
tubuh saat bekerja:
1. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan pekerja untuk bekerja dengan
postur membungkuk dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam
jangka waktu yang lama. Untuk mengatasi masalah ini maka stasiun kerja
harus dirancang dengan memperhatikan fasilitas kerjanya yang sesuai
dengan kondisi fisik pekerja, agar operator dapat menjaga postur kerjanya
dalam keadaan tegak dan normal. Ketentuan ini sangat ditekankan
khususnya pada pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam keadaan berdiri.
2. Pekerja tidak seharusnya menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan
postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal. Untuk
hal-hal tertentu operator harus mampu dan cukup leluasa mengatur
tubuhnya agar memperoleh postur kerja yang nyaman.
3. Pekerja tidak seharusnya duduk atau berdiri dengan leher, kepala, dada atau
kaki berada dalam posisi miring.

Beberapa sikap kerja yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Hindari posisi kepala dan leher yang terlalu menengadah ke atas.
2. Hindari tungkai yang menaik.
3. Hindari postur memutar atau asimetris.
4. Sediakan sandaran bangku yang cukup di setiap bangku.

Universitas Sumatera Utara

2.4.9 The Quick Exposure Check (QEC)
QEC adalah suatu alat untuk penilaian terhadap resiko kerja yang berhubungan

dengan ganguan otot (Work Related Musculoskeletal Disorders – WMSDs) pada
tempat kerja. QEC menilai gangguan resiko yang terjadi pada bagian belakang
punggung (back), bahu/lengan (should arm), pergelangan tangan (hand wrist), dan
leher (neck).
Alat ini mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1. Mengidentifikasi faktor resiko WMSDs.
2. Mengevaluasi gangguan resiko untuk daerah/bagian tubuh yang berbedabeda.
3. Mengevaluasi efektivitas dari suatu intervensi ergonomi di tempat kerja.
4. Menyarankan suatu tindakan yang perlu diambil dalam rangka mengurangi
gangguan resiko yang ada.
5. Mendidik para pemakai tentang resiko muskuloskeletal di tempat kerja.
Penilaian QEC dilakukan kepada peneliti dan pekerja. Selanjutnya dengan
penjumlahan setiap skor hasil kombinasi masing-masing bagian diperoleh skor dengan
kategori level tindakan, terlihat pada Tabel 2.1 s.d 2.3.
Tabel 2.1 Penilaian Pekerja (Worker ) QEC
Faktor

Kode

1

2

3

4

Beban

a

≤ 5 kg

6-10 kg

11-20 kg

> 20 kg

Durasi

b

< 2 jam

2-4 jam

> 4 jam

Kekuatan tangan

c

MPL dikategorikan berbahaya
Keterangan:
Fc
AL
MPL

= Gaya kompresi pada segmen vartebrae 5/Sacrum 1 (L5/S1)
= Batasan gaya angkat normal (Action Limit)
= Batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1

Persentase persegmen tubuh dijabarkan pada Gambar 2.4 berikut:

Gambar 2.4 Persentase Persegmen Tubuh

Lokasi pusat massa setiap segmen tubuh dari bagian bawah dan atas dijabarkan
dalam persentase pada Tabel 2.4.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.4 Lokasi Pusat Massa Setiap Segmen Tubuh
Jarak Titik Massa dari
Jarak Titik Massa dari
Segmen
Bagian Bawah (%)
Bagian Atas (%)
Telapak kaki
57,1
42,9
Kaki
56,7
43,3
Paha
53,7
43,3
Badan dan Kepala
39,6
60,4
Lengan atas
56,4
43,6
Lengan bawah
57
43
Telapak tangan
50,6
49,4

Di bawah ini merupakan perhitungan tiap segmen yang mempengaruhi tulang
belakang dalam melakukan atkvitas pengangkatan, kecuali segmen kaki adalah
sebagai berikut:

1. Telapak Tangan
ΣFy = 0
ΣFx = 0
ΣM = 0
WH = 0,6% x Wbadan
Fyw = W0/2 + WH
Mw = (W0/2 + WH ) x SL1 x cos Ө1

Universitas Sumatera Utara

2. Lengan Bawah
ΣFy = 0
ΣFx = 0
ΣM = 0
WLA = 1,7% x Wbadan
Fye = Fyw + WLA
Me = Mw + (WLA x λ2 x SL2 x cosθ2) +
(Fyw x SL2 x cos θ2)

3. Lengan Atas
ΣFy = 0
ΣFx = 0
ΣM = 0
λ3 = 43,6%
WUA = 2,8% x Wbadan
Fys = Fye + WUA
Ms = Me + (WUA x λ3 x SL3 x cosθ3) + (Fye
x SL3 x cos θ3)

Universitas Sumatera Utara

4.

Punggung
ΣFy = 0
ΣFx = 0
ΣM = 0
λ4 = 67%
WT = 50% x Wbadan
Fyt = 2Fys + WT
Mt = 2Ms + (WT x λ4 x SL4 x cos θ4) +
(2Fys x SL4 x cos θ4)

Dengan menggunakan teknik perhitungan keseimbangan gaya pada tiap
segmen tubuh manusia, maka didapat moment resultan pada L5/S1. Kemudian untuk
mencapai keseimbangan tubuh pada aktivitas pengangkatan, moment pada L5/S1
tersebut diimbangi gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar dan juga
gaya perut (FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal Pressure yang
berfungsi untuk membantu kestabilan badan karena pengaruh momen dan gaya yang
ada seperti model pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Model Sederhana dari Punggung Bawah (Low Back)

Universitas Sumatera Utara

Gaya otot pada spinal erector dirumuskan sebagai berikut:
FM x E = M(L5/S1) – FA x D

(2.2)

Keterangan:
FM
E
M(L5/S1)
FA
D

= Gaya otot pada Spinal Erector (Newton)
= Panjang Lengan momen otot spinal erector dari L5/S1
= Momen resultan pada L5/S1
= Gaya Perut
= Jarak dari gaya perut ke L5/S1

Untuk mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari Tekanan Perut (PA) dengan
persamaan:

(2.3)
FA = PA x AA
Keterangan:
PA
θH
θT
AA

=
=
=
=

Tekanan Perut
Sudut inklinasi perut
Sudut inklinasi kaki
Luas diafragma (465 cm2)

Kemudian berat total dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Wtot = Wo +2WH + 2WLA+ 2WUA + Wt

(2.4)

Keterangan:
Wtot
Wo
WH
WLA
WUA
WT

=
=
=
=
=
=

Gaya keseluruhan yang terjadi
Berat beban
Berat tangan
Berat lengan bawah
Berat lengan atas
Berat punggung

Universitas Sumatera Utara

Sehingga gaya kompresi atau tekan pada L5/S1 dapat dirumuskan seperti:
FC = Wtot . cos θ4 – FA + Fm

(2.5)

Keterangan:
Fc

2.7.2

= Gaya kompresi pada L5/S1

RWL (Recommended Weight Limit)
RWL (Recommended Weight Limit) adalah suatu perhitungan yang dilakukan

untuk menentukan batas angkatan atau batasan berat yang direkomendasikan atau
ditentukan dalam suatu proses kerja terutama untuk pemindahan material atau manual
material handling dengan suatu posisi pengangkatan tertentu.

Perhitungan itu sendiri tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut
seperti jarak perpindahan pengangkatan benda, jarak vertikal antara posisi awal
material pada saat diangkat, jarak horizontal antara mata kaki dan material yang akan
diangkat dan sebagainya. Pendekatan terhadap batasan dari massa beban yang akan
diangkat meliputi:
1. Batasan legal (legal limitiations)
2. Batasan biomekanika (biomechanical limitations)
3. Batasan fisiologis (physiological limitations)
4. Batasan psiko-fisik (psycho-physical limitations)
Sebuah lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di
Amerika Serikat, NIOSH (National Institute of Occupational Safety and Health )
melakukan analisis terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau memindahkan
beban, dan merekomendasikan batas beban maksimum yang masih boleh diangkat

Universitas Sumatera Utara

oleh pekerja yaitu AL (Action Limit) dan MPL (Maximum Permissible Limit) pada
tahun 1981. Kemudian persamaan tersebut direvisi sehingga dapat mengevaluasi dan
menyediakan pedoman untuk pembatasan yang lebih luas untuk kegiatan angkat.
Revisi tersebut menghasilkan RWL (Recommended Weight Limit) pada tahun 1991,
yaitu batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera
meskipun pekerjaan tersebut dilakukan dalam durasi waktu tertentu dan dalam jangka
waktu yang cukup lama.

Persamaan dari RWL adalah sebagai berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

(2.6)

Keterangan:
RWL = Batas beban yang direkomendasikan
LC

= Konstanta pembebanan

= 23 kg

HM

= Faktor pengali horizontal

= 25/H (H dalam cm)

VM

= Faktor pengali vertikal

= (1-(0,003[V-75])) (V dalam cm)

DM

= Faktor pengali perpindahan

= 0,82 + 4,5/D (D dalam cm)

AM

= Faktor pengali asimetrik

= 1 – (0,0032 Aº)

FM

= Faktor pengali frekuensi

(dapat dilihat pada tabel)

CM

= Faktor pengali kopling (handle)

(dapat dilihat pada tabel)

Universitas Sumatera Utara

Nilai dari FM dan CM dapat dilihat pada Tabel 2.5 dan 2.6.

Frekuensi
Angkat/Menit
(F)
 0,
0,5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
13
14
15
 

Tabel 2.5 Faktor Pengali Frekuensi (FM)
Durasi Kerja
 1 jam

1 jam  t  2 jam

2 jam  t  8 jam

V  30

V  30

V  30

V  30

V  30

V  30

1
0,97
0,94
0,91
0,88
0,84
0,8
0,75
0,7
0,6
0,52
0,45
0,41
0,00
0,00
0,00
0,00

1
0,97
0,94
0,91
0,88
0,84
0,8
0,75
0,7
0,6
0,52
0,45
0,41
0,34
0,31
0,28
0,00

0,95
0,92
0,88
0,84
0,79
0,72
0,6
0,5
0,42
0,35
0,30
0,26
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

0,95
0,92
0,88
0,84
0,79
0,72
0,6
0,5
0,42
0,35
0,30
0,26
0,23
0,00
0,00
0,00
0,00

0,85
0,81
0,75
0,65
0,55
0,45
0,35
0,27
0,22
0,18
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

0,85
0,81
0,75
0,65
0,55
0,45
0,35
0,27
0,22
0,18
0,15
0,13
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00

Tabel 2.6 Faktor Pengali Kopling (CM)
Couling
Type
Good
Fair
Poor

Coupling Multiplier
V < 30 inches V > 30 inches
(75 cm)
(75 cm)
1,00
1,00
0,95
1,00
0,90
0,95

LI (Lifting Index) adalah nilai estimasi yang menyatakan ketahanan manusia
dari

rasio

perbandingan

berat

beban

dengan

batas

pengangkatan

yang

direkomendasikan dari tingkat tegangan dalam suatu kegiatan pengangkatan material
secara manual dan dirumuskan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

LI = Load Weight (L) / Recommended Weight Limit (RWL)

Nilai RWL dan LI dapat digunakan sebagai pedoman dalam perancangan kerja
secara ergonomis melalui cara:
1. Nilai RWL dapat digunakan sebagai dasar dalam perancangan pekerjaan
pengangkatan manual yang sudah ada atau pada perancangan pekerjaan
pengangkatan manual yang sama sekali baru terutama mengenai posisi dari
beban yang diangkat terhadap posisi manusia.
2. Semakin besar LI, maka semakin sedikit jumlah pekerja yang mampu secara
aman bertahan dalam melakukan pekerjaan dalam tingkat tegangan tersebut.
Jika LI ≤ 1 maka aktivitas tersebut tidak menyebabkan resiko cedera tulang
belakang dan jika LI > 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cedera
tulang belakang. Jadi harus dilakukan perancangan kerja yang lebih baik
dengan memperkecil jumlah LI.

2.8

Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan berdasarkan beberapa penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan masalah metode kerja, postur kerja,
ruang lingkup ergonomi dan biomekanika. Tabel 2.7 menunjukkan beberapa
penelitian terdahulu yang dijadikan literatur dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7 Review Penelitian
Nama
No

Peneliti /

Judul Penelitian

Fokus Penelitian

Variabel

Metodologi

Hasil

Tahun

1.

Derrick
Franklin /
2008

- Keluhan

3D Michigan

Permasalah berat beban yang

Model,

tinggi dalam pemuatan

NIOSH Equation,

produk ke dalam truk dan

Brainstorming,

trailer di daerah dermaga,

Antropometri.

diberikan usulan perancangan

Investigation of

Perbaikan

Ergonomic

keselamatan

Improvements for

pekerja, keamanan

Manual Material

produk

Handling of Heavy

(pengurangan

Awkward Loads on

produk gagal), dan

CCLS untuk meminimalkan

a Loading Dock

retensi karyawan

frekuensi pengangkatan dan

(peningkatan masa

risiko muskuloskeletal.

produktif karyawan

Sistem ini juga diharapkan

dan penurunan

dapat mengurangi waktu

absensi).

loading, meningkatkan

MSDs

- Beban Kerja
- Resiko Kerja

retensi karyawan, dan
meningkatkan kenyamanan
karyawan.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7 (Lanjutan)
Nama
No

Peneliti /

Judul Penelitian

Fokus Penelitian

Variabel

Metodologi

Hasil

Tahun
2.

Ian A.
Kudryk /
2008

A Biomechanical

Menilai perbedaan

- Postur kerja

Manual

Analisis menunjukkan bahwa beberapa

Analysis of a

antara biomekanik

- Beban Kerja

Material

daerah yang diamati sistem

Specialized Load

genggam kereta

Handling,

muskuloskeletal secara signifikan

Carriage

beban anterior dan

Biomechanic.

Technique and the

posterior ke

Development of an

panggul, dan

Assistive Load

menentukan apakah

Carriage Device

suatu

miring, dan anterior deltoideus tidak

beban perangkat

berbeda nyata antara dua kondisi

bantu kereta bisa

pemindahan. Namun, trapezius, deltoid

mengurangi usaha

posterior, erector spinae dada dan otot

otot sambil

erector spinae lumbal memang

membawa beban

menunjukkan perbedaan kegiatan yang

baik anterior atau

signifikan dalam persentilnya.

dipengaruhi oleh metode PC, sementara
daerah lainnya tetap tidak signifikan
dipengaruhi antara dua teknik kereta
beban. Tingkat aktivitas di digitorum
fleksor, abdominus rektus eksternal,

posterior panggul

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7 (Lanjutan)
No

3.

Nama Peneliti
/ Tahun

Judul Penelitian

Mirmohamadi Evaluation of
/ 2004

Fokus Penelitian

Mengevaluasi

Risk Factors

gangguan

Causing

Musculoskeletal

Musculoskeletal

Disorder,

Disorders Using

bahu/lengan,

QEC Method in

pergelangan

a Furniture

tangan, leher, dan

Producing Unite

mengidentifikasi
faktor resiko yang

Variabel

- Keluhan
MSDs

- Resiko Kerja

Metodologi

Hasil

Metode kerja, Penelitian menemukan bahwa
QEC,
SNQ

dan ada beberapa stasiun kerja
yang memberikan tingkat
psikologis stress yang tinggi
terhada pekerja. Dengan
kondisi tersebut diberikan
usulan antara lain :

a. Rotasi kerja
b. Perancangan kursi dan meja
kerja

berhubungan

c. Pengoreksian program kerja

dengan pekerjaan

d. Pelaksanaan training secara

yang tidak

berkala

ergonomis.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.7 (Lanjutan)
Nama
No Peneliti /

Judul Penelitian

Fokus Penelitian

Work System

Perbaikan sistem

Variabel

Metodologi

Hasil

Tahun
4.

Hari

Purnomo Using Total
/ 2007

kerja dengan

- Keluhan

Rancangan

Sistem kerja dengan pendekatan

MSDs

penelitian

ergonomi total :
a. Menurunkan keluhan MSDs pekerja

Ergonomic

pendekatan

- Kelelahan

eksperimental

Approach

ergonomi total

- Frekuensi

yang

Reduces

yang terdiri dari

denyut nadi
- Resiko

menggunakan

b. Menurunkan kelelahan pekerja 77,5%

randomized pre

c. Menurunkan beban kerja pekerja

Musculoskeletal

pendekatan

Complaint,

SHIP dan

and post-test

Fatigue,

teknologi tepat

control group

Workload, And

guna

design

Increases The
Workers
Productivity Of

cedera

87,8%

21,55 denyut/mnt 21,69%
d. Menurunkan risiko cedera di tempat
kerja 10,65%
e. Meningkatkan produktivitas pekerja
59,49%
f. Meningkatkan pendapatan pekerja

Ceramic

23,81% dan pendapatan perusahaan

Industry In

76,19%.

Kasongan,
Bantul

Universitas Sumatera Ut