Perancangan Perbaikan Metode Kerja dan Alat Bantu pada Stasiun Kerja Pengepakan di CV. Bukitraya Laendrys - Bukittinggi Sumatera Barat Chapter III VII

Universitas Sumatera Utara

BAB 3
GAMBARAN UMUM OBJEK STUDI
3.1

Sejarah Singkat Perusahaan
CV. Bukitraya Laendrys adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam

bidang industri kapur pertanian, quick limes, dolomite, agrodolomite, kieserite, lime
stone dan pupuk organik. Berlokasi di Jorong Durian Kamang Mudiak Kecamatan
Kamang Magek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Mulai berkiprah dalam industri
kapur pertanian semenjak tahun 1983 dengan nama CV. Bukit Raya dan pada kurun
waktu 1985-1987 mempunyai andil yang cukup besar dalam pembukaan lahan
transmigrasi di wilayah Sumbar-Riau-Jambi yakni sebagai rekanan penyedia kapur
pertanian Departemen Pertanian.
Ditahun 1990-1998 disamping terus mengembangkan industri kapur pertanian
untuk pemenuhan permintaan dari PT. Pertani, PT. Incasi Raya dan PT. TKA, CV.
Bukitraya Laendrys juga mengembangkan Industri quicklime (kapur tohor) dan lime
stone untuk pemenuhan permintaan PT. Riau Andalan Pulp Paper dan PT. Indah Kiat
Pulp Paper.

Pada tanggal 11 September 2004 barulah CV. Bukit Raya berganti nama
dengan CV. Bukitraya Laendrys. Sampai saat sekarang ini kami terus berupaya
melakukan pengembangan-pengembangan, baik dalam mutu produk dan pelayanan
terhadap konsumen. Produk-produk CV. Bukitraya Laendrys terdaftar di Dirjen HAKI
dengan nama merk dagang BIOTAN. Dan saat sekarang kami sedang berusaha

Universitas Sumatera Utara

menjadikan produk kami agar mendapatkan standarisasi SNI demi kualitas produk dan
kepuasan konsumen.

3.1.1

Visi dan Misi Perusahaan
Visi CV. Bukitraya Laendrys adalah “Become Partner to Every Agrobusiness

in Indonesia”. Sedangan misinya adalah “Deliver More Than Exellence“.

3.1.2


Produk
CV. Bukitraya Laendrys meproduksi kapur pertanian, quicklime, dolomite,

agrodolomite, kieserite, lime stone dan pupuk organik dengan merek dagang BIOTAN
yang telah terdaftar di Dirjen HAKI (No.Reg:D00-2010-005831). Serta tiap-tiap
produk mempunyai sertifikat hasil uji mutu kandungan dari Sucofindo dan Lembaga
Penelitian Pengembangan Tanah Departemen Pertanian. Merek Dagang CV.
Bukitraya Laendrys terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Merek Dagang CV. Bukitraya Laendrys

Universitas Sumatera Utara

Spesifikasi produk :
1. Kapur Pertanian (Kaptan) BIOTAN
Kandungan

: CaO 54% , CaCO3 90%

Tingkat Kehalusan : 80 mesh

Kadar Air

: 1-2%

Whiteness

: 90%

2. Super Dolomite BIOTAN M80
Kandungan

: MgO 10-18% , CaO 30%

Tingkat Kehalusan : 80 mesh
Kadar Air

: 1-2%

Whiteness


: 87%

3. Super Dolomite BIOTAN M100
Kandungan

: MgO 10-18% , CaO 30%

Tingkat Kehalusan : 100 mesh
Kadar Air

: 1-2%

Whiteness

: 87%

4. Dolomite Plus BIOTAN M80
Kandungan

: MgO 20-24% , CaO 34%


Tingkat Kehalusan : 80 mesh
Kadar Air

: 1-2%

Whiteness

: 85%

Universitas Sumatera Utara

5. Dolomite Plus BIOTAN M100
Kandungan

: MgO 20-24% , CaO 34%

Tingkat Kehalusan : 100 mesh
Kadar Air


: 1-2%

Whiteness

: 85%

6. Agrodolomite BIOTAN
Kandungan

: MgO 15-18% , CaO 34%

Granular

: 2-4 mm

Kadar Air

: 2-3%

7. Kieserite

Kandungan

: MgO 27% ,

S

: 16%

K2O

: 3%

Manfaat produk:
1.

Di bidang Pupuk Alam
a. Menetralisir keasaman struktur tanah
b. Menambah unsur kalsium dan magnesium yang sangat dibutuhkan bagi
pertumbuhan tanaman
c. Mencegah gejala dielbeck (mati pucuk) dan defisiensi Magnesium di

dalam tanah

Universitas Sumatera Utara

2.

Di bidang Perikanan
Untuk meningkatkan PH tanah dasar tambak pada kolam perikanan sehingga
dapat meningkatkan hasil tambak

3.

Di bidang industri
Diantaranya adalah bahan baku untuk pembuatan kaca, cat, plywood, keramik,
pakan ternak, pengikat senyawa sulfur dan lain-lain.

3.2

Organisasi dan Manajemen


3.2.1

Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama

antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu
tujuan tertentu. Pendistribusian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan
satu sama lain dapat digambarkan pada suatu struktur organisasi, sehingga para
pegawai dan karyawan mengetahui dengan jelas apa tugas yang harus dilakukan, dari
siapa perintah diterima dan kepada siapa harus bertanggung jawab.
CV. Bukitraya Laendrys memiliki struktur organisasi yang berbentuk lini.
Bentuk lini atau hubungan garis ditunjukkan dengan hubungan pimpinan kepada
operator masing-masing stasiun kerja yang di bawahnya, mereka hanya bertanggung
jawab kepada satu pemimpin. Struktur organisasi CV. Bukitraya Laendrys dapat
dilihat pada Gambar 3.2.

Universitas Sumatera Utara

Pimpinan


Bagian
Penghancuran Material
(Penanggung jawab Stone Crusher)

Bagian
Penghalusan
(Penanggung jawab Hammer Mill)

Bagian
Pengepakan & Pemindahan
Produk ke Gudang

Gambar 3.2 Struktur Organisasi CV. Bukitraya Laendrys

3.2.2

Tenaga Kerja dan Jam Kerja
CV. Bukitraya Laendrys didukung tenaga berpengalaman dalam industri Kapur

Pertanian, Dolomite, Quick Limes, Lime Stone dalam memenuhi kebutuhan akan

produk-produk yang dihasilkan. Jumlah tenaga kerja di CV. Bukitraya Laendrys saat
ini adalah 31 orang. 1 orang pimpinan dan 30 orang yang didistribusikan pada masingmasing bagian/unit kerja.
Hari kerja di CV. Bukitraya Laendrys adalah 7 hari kerja dari hari Senin
sampai hari Minggu. Terdiri dari 2 shift kerja, Shift I dari pukul 08.00 WIB sampai
17.00 WIB. Dilanjutkan Shift II dari pukul 19.00 WIB sampai 04.00 WIB. Ada jeda
waktu 2 jam dari Shift I ke Shift II, dimaksudkan untuk pendinginan mesin, sebagai
alasan perawatan mesin.

3.2.3

Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Upah karyawan dibayar dengan sistem mingguan. Karyawan diberikan fasilitas

berupa perumahan di sekitar area pabrik.

Universitas Sumatera Utara

3.3

Sumberdaya dan Kapasitas Perusahaan
CV. Bukitraya Laendrys memiliki area penambangan bukit kapur yang saat ini

total 10 Ha berlokasi di Jorong Durian dan Jorong Pauh Kanagarian Kamang Mudiak
Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Propinsi Sumatera Barat.
Luas area penambangan dolomite saat ini adalah total 5 Ha dan berlokasi di
Jorong Kampung Jambak Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam Propinsi
Sumatera Barat.
CV. Bukitraya Laendrys didukung dengan bahan baku sendiri dengan izin
yang diberikan oleh pemerintah untuk memproduksi produknya dengan total
kemampuan produksi yang beragam (sampai 150 ton perhari). Adapun mesin-mesin
yang kami miliki berupa Stone Crusher (2 unit), Hammer Mill (4 unit) dan Granulator
(1 unit). Sedangkan untuk proses penunjang perusahaan memiliki 6 unit dump truk
untuk membawa bahan baku dari lokasi penambangan ke pabrik dan 2 unit truk untuk
pengiriman produk ke konsumen, dan apabila dalam kontrak diperlukan pengiriman
barang dalam jumlah yg banyak dan waktu yang singkat perusahaan juga memiliki
beberapa rekanan perusahaan pengangkutan yang mampu mengakomodir kebutuhan
tersebut.

3.4

Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami perubahan

bentuk secara fisik dan kimia) yang mengubah input yang berupa bahan baku, mesin,
peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.

Universitas Sumatera Utara

CV. Bukitraya Laendrys yang merupakan perusahaan industri kapur pertanian,
quick limes, dolomite, agrodolomite, kieserite, lime stone dan pupuk organik,
menggunakan teknologi produksi yang manual dan semi otomatis yaitu selain
menggunakan mesin juga masih menggunakan tenaga kerja sebagai operator maupun
pekerjaan manual.

3.4.1

Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan sebagai bahan utama dalam suatu

proses produksi, dimana sifat dan bentuknya akan mengalami perubahan fisik maupun
kimia yang langsung ikut di dalam proses produksi sampai dihasilkannya barang jadi.
Bahan baku yang digunakan adalah batu kapur. Batu kapur didapat dari area
penambangan bukit kapur yang saat ini total 10 Ha berlokasi di Jorong Durian dan
Jorong Pauh Kanagarian Kamang Mudiak Kecamatan Kamang Magek Kabupaten
Agam Propinsi Sumatera Barat.

3.4.2

Uraian Proses Produksi
Batu kapur sebagai bahan baku pada proses produksi melewati berbagai

tahapan hingga menjadi produk jadi. Berikut ini adalah uraian proses produksi:
1. Pemecahan batu kapur dengan Stone Cruscher
Bahan baku (batu kapur) yang akan diolah dimasukkan ke dalam Stone
Crusher. Stone crusher atau alat pemecah batu yang dipakai adalah Jaw
Crusher. Alat ini meremas batu kapur antara dua permukaan, salah satu
yang membuka dan menutup seperti rahang (jaw). Batu kapur memasuki

Universitas Sumatera Utara

jaw crusher dari atas. Potongan batu yang lebih besar dari pembukaan di
bagian bawah jaw crusher antara dua pelat logam. Tindakan membuka dan
menutup rahang bergerak melawan “fix jaw” terus mengurangi ukuran
potongan batu sampai potongan cukup kecil hingga kemudian jatuh melalui
lubang di bagian bawah rahang. Fungsi operator pada bagian ini hanya
untuk memasukkan batu kapur tersebut melalui jaw crusher dari atas.
2. Penghalusan dengan Hammer Mill
Mesin Hammer Mill adalah jenis mesin penepung yang digunakan untuk
menghacurkan dan menghaluskan batu kapur yang sudah dipecah di Stone
Crusher, yang dialirkan ke Hammer Mill. Pada mesin ini batu kapur tersebut
dihaluskan sampai menjadi tepung. Operator menunggu produk kapur
pertanian (kaptan) di bagian corong bawah mesin. Halus lembutnya tepung
yang dihasilkan bisa diatur dengan ukuran screen yang bisa disesuaikan
dengan kebutuhan.
3. Pengepakan dan Pemindahan Produk Jadi
Produk jadi yang keluar dari corong bawah mesin Hammer Mill langsung
ditampung oleh si operator dengan karung-karung yang telah disediakan.
Setelah karung tersebut penuh, operator melakukan penjahitan karung
secara

manual.

Kemudian

operator

lainnya

langsung

melakukan

pemindahan produk jadi ke gudang dengan cara mengangkat secara manual.

Universitas Sumatera Utara

Blok diagram proses produksi CV. Bukitraya Laendrys dapat dilihat pada
Gambar 3.3.

Batu Kapur

Pemecahan Batu Kapur
(Mesin Stone Crusher)

Penghalusan
(Mesin Hammer Mill)
Karung/Kemasan
Pupuk
Mesin Jahit
Karung

Pengepakan &
Pemindahan Produk Jadi
ke Gudang

Gambar 3.3 Blok Diagram Proses Produksi CV. Bukitraya Laendrys

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada lantai produksi di perusahaan CV. Bukitraya

Laendrys yang berlokasi di desa Kamang Mudiak, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012.

4.2

Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek

penelitian dapat dikaitkan dengan populasi penelitian, yaitu setiap subjek yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut maka objek pada
penelitian ini adalah operator, fasilitas kerja, dan prosedur kerja pada lantai produksi
khususnya stasiun kerja pengepakan di CV. Bukitraya Laendrys.

4.3

Jenis Penelitian
Menurut metode penelitian, jenis penelitian ini merupakan penelitian

correlational research karena penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki metode
kerja yang lebih efisien dengan melakukan perancangan alat bantu yang ergonomis
pada stasiun pengepakan untuk pemindahan produk jadi ke gudang. Penelitian ini akan
melihat hubungan variabel-variabel yang menjadi faktor penyebab terjadinya
musculoskeletal disorders pada operator, dimana hal tersebut yang akan digunakan
sebagai acuan dilakukannya perancangan.

Universitas Sumatera Utara

4.4

Identifikasi Variabel Penelitian

4.4.1

Variabel Independen
Variabel independen yang berpengaruh terhadap perancangan penelitian adalah

sebagai berikut:
1. Elemen Kerja
Elemen kerja digunakan untuk identifikasi elemen kerja yang dilakukan
oleh pekerja dalam satu siklus pekerjaan.
2. Data Waktu Proses Produksi
Data waktu proses produksi bertujuan untuk mengetahui waktu standar yang
dibutuhkan pekerja dalam melaksanakan proses produksi.
3. Postur Kerja
Postur kerja aktual akan dihitung untuk menilai resiko kerja yang dilakukan
oleh operator berbahaya atau tidak, setelah itu dijadikan pertimbangan untuk
memberikan usulan posisi kerja yang baik dalam perancangan metode dan
fasilitas kerja yang baru agar operator dapat lebih aman dan nyaman
sehingga kinerja operator meningkat.
4. Prosedur Kerja Aktual
Prosedur kerja aktual bertujuan untuk mengetahui apakah prosedur kerja
yang dilakukan oleh pekerja sekarang sudah memberikan rasa nyaman bagi
pekerja atau belum. Selanjutnya akan bisa sebelum melakukan perbaikan
kerja.

Universitas Sumatera Utara

4.4.2

Variabel Dependen
Variabel dependen yang dipengaruhi terhadap perancangan penelitian adalah:
1. Keluhan Musculoskeletal Disorder
Keluhan musculoskeletal disorders diperoleh dari hasil penilaian Standard
Nordic Questionnaire, postur kerja, dan prosedur kerja.

4.4.3

Kerangka Konseptual Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin memperbaiki metode kerja dan fasilitas kerj

(berupa alat bantu) di lantai produksi CV. Bukitraya Laendrys. Adapun kerangka
konseptual yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.1. berikut:

Elemen Kerja

Waktu Proses Produksi
Perancangan
Metode Kerja & Alat Bantu

Keluhan
Musculoskeletal Disorders
Postur Kerja

Prosedur Kerja

Gambar 4.1 Kerangka Konseptual Penelitian

4.5

Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk membantu dalam

pengumpulan data. Instrumen yang digunakan yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Panduan wawancara
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ketika melakukan wawancara
dengan pemimpin perusahaan dan pekerja.
2. Standard Nordic Quistionnaire
Digunakan untuk mengetahui keluhan musculoskeletal yang dialami
operator pada lantai produksi.
3. Kamera SLR Nikon D3100
Digunakan untuk mengambil foto postur kerja operator di lantai produksi.
4. Meteran
Digunakan untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi fasilitas kerja aktual
operator. Selain itu, digunakan untuk mengukur segmen tubuh operator dan
dimensi antropometri.
5. Goniometer, digunakan untuk menentukan sudut yang terbentuk pada
segmen tubuh operator terhadap sumbu X dan Y.
6. Stopwatch
Digunakan untuk mengukur waktu proses produksi pada lantai produksi
CV. Bukitraya Laendrys.

4.6

Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer dan juga

data sekunder.
4.6.1

Data Primer

Universitas Sumatera Utara

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran
langsung terhadap objek penelitian di lapangan.
1. Elemen kerja
2. Data waktu proses produksi
3. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
4. Postur Kerja
5. Data Biomekanika Operator
6. Prosedur Kerja Aktual

4.6.2

Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tempat objek penelitian dan

bukan pengukuran langsung terhadap objek penelitian di lapangan, data sekunder yang
diperoleh sebagai berikut:
1. Sejarah perusahaan
2. Struktur organisasi
3. Proses produksi yang ada di perusahaan
4. Jam kerja
5. Data pekerja

4.7

Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap yaitu peneltian pendahuluan dan juga

penelitian tahap pengumpulan data.

Universitas Sumatera Utara

1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan pada tanggal 4 Februari 2012 dengan
tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di perusahaan
sehingga dapat digunakan sebagai penelitian dalam proses pengerjaan tesis.
Dalam penelitian pendahuluan ini dilihat adalah:
a. Bagaimana proses kerja yang dilakukan oleh pekerja
b. Tahapan elemen kegiatan yang dilakukan oleh pekerja
c. Fasilitas kerja aktual yang digunakan oleh pekerja
d. Kendala-kendala dan masalah yang terdapat di tempat tersebut.
e. Analisa umum terhadap kendala dan masalah aktual
2. Tahapan penelitian
Pada tahapan penelitian ini peneliti melakukan penelitian selama 7 hari
secara berturut mulai dari tanggal 30 April 2012 sampai dengan 6 Mei 2012,
adapun kegiatan yang dilakukan pada saat penelitian adalah sebagai berikut:
a. Penyebaran Formulir SNQ
Penyebaran SNQ ini bertujuan untuk mengidentifikasi keluhan
musculoskeletal disorders yang dialami pekerja pada saat melaksanakan
aktivitasnya.
b. Pengkuran waktu kerja pekerja
Pengukuran waktu kerja pekerja dilakuka selama 7 hari kerja dimana
pengukuran di sesuaikan dengan waktu mereka melaksanakan aktivitas
kerjanya di bagian kerja masing-masing.

Universitas Sumatera Utara

c. Pengambilan video elemen kerja
Pengambilan video elemen kerja diakukan selama satu hari kerja mulai
dari tahap awal hingga tahap akhir pekerjaan, pengambilan video ini
bertujuan untuk mengidentifikasi postur kerja pekerja yang dilakukan
pekerja secara aktual.
d. Pengukuran dimensi tubuh pekerja
Pengukuran fasilitas tubuh pekerja dengan menggunkan human body
martin ditujukan untuk mengetahui ukuran dimensi tubuh yang akan
digunakan untuk merancang fasilitas kerja yang baru berdasarkan
analisis ketidaksesuaian dimensi pekerja dan fasilitas yang digunakan.
e. Pengambilan data perusahan
Pengambilan data perusahaan tempat dilaksanakannya penelitian, data
perusahaan yang diambil yaitu: sejarah perusahaan, struktur organisasi,
proses produksi yang ada di perusahaan, jam kerja, dan data pekerja.

4.8

Tahap Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematik tentang fenomena
sosial dan gejala-gejala fisik dengan jalan mengamati dan mencatat. Pada
penelitian ini peneliti melihat dan mengamati postur kerja operator.
2. Metode survey dengan kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Rangkaian pertanyaan tersebut berisi

Universitas Sumatera Utara

pertanyaan yang berkenaan terhadap masalah yang akan diteliti pada proses
penelitian.
Adapun kuesioner yang dilakukan pada penelitian ini adalah Standard
Nordic Questionnaire (SNQ).
3. Metode wawancara, teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
melakukan wawancara secara langsung kepada pimpinan perusahaan dan
para pekerja untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
menunjang penyelesaian masalah.
4. Metode Pengukuran Anthropometri, adalah pengukuran terhadap dimensi
tubuh pekerja dan dimensi kaki pekerja, dimana dimensi-dimensi tersebut
digunakan pada produk yang akan dirancang.

Data pertama yang dikumpulkan adalah data keluhan musculoskeletal yang
diidentifikasi melalui Standart Nordic Questionnaire (SNQ) yang disebarkan kepada
operator. Kemudian dilakukan penilaian postur kerja aktual dengan menggunakan
QEC untuk mengetahui gerakan yang tidak sesuai dengan postur kerja alami manusia.
Dari hasil pengolahan data SNQ dan QEC dapat diketahui bagian tubuh operator yang
mengalami keluhan sakit dan pegal serta postur kerja yang tidak alamiah. Kemudian
juga dilakukan penilaian biomekanika terhadap operator, sehingga dengan adanya
analisis biomekanika tersebut dapat diberikan usulan perancangan alat bantu untuk
mengurangi keluhan-keluhan operator.

Universitas Sumatera Utara

4.9

Tahap Pengolahan Data
Pengolahan data terdiri dari:
1. Pengolahan Standart Nordic Questionnaire (SNQ).
SNQ yang telah dibagikan kepada 6 operator di stasiun kerja pengepakan
dan pemindahan produk jadi ke gudang. Hasil SNQ direkapitulasi kemudian
dilakukan

pengolahan

sehingga

dapat

diketahui

tingkat

keluhan

muskuloskeletal yang dialami operator.
2. Penilaian postur kerja dengan Quick Exposure Check (QEC).
Postur kerja aktual operator dianalisa dan dinilai dengan menggunakan QEC
sehingga dapat diketahui skor penilaian postur kerja dan level resiko. Dari
hasil pengolahan data dapat dirumuskan tindakan perbaikan yang mungkin
dilakukan terhadap fasilitas kerja berdasarkan hasil pengolahan SNQ dan
QEC.
3. Uji kenormalan data antropometri.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data diperoleh telah
memenuhi distribusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal
sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik. Pada penelitian ini uji
kenormalan data dilakukan dengan model chi-square dengan bantuan
software SPSS 19.0 for Windows. Metode Chi-Square digunakan karena
data antropometri yang digunakan adalah data parametrik yang dapat
diketahui nilai parameter/statistik data (rata-rata, standar deviasi, dan
sebagainya), merupakan data kontiniu (hasil pengukuran), dan ukuran
sampel memenuhi sehingga metode Chi-Square dapat digunakan untuk

Universitas Sumatera Utara

melakukan uji kenormalan data. Program ini akan secara otomatis
menampilkan output uji kenormalan data yang diinputkan.
4. Uji keseragaman data antropometri.
Uji keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data dimensi
tubuh yang diambil seragam atau berada pada batas kendali atas (BKA) dan
dan batas kendali bawah (BKB). Apabila dalam satu pengukuran terdapat
satu jenis atau lebih data tidak seragam maka data tersebut akan langsung
ditolak atau dilakukan revisi dengan cara membuang data out of control
tersebut dan melakukan perhitungan kembali. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% karena
tujuan penelitian yaitu merancang fasilitas kerja yang ergonomis tidak
berpengaruh langsung atau tidak memberikan dampak secara langsung
terhadap tujuan pendirian perusahaan tersebut yaitu memperoleh profit dari
hasil penjualan untuk menambah kesejahteraan karyawan, sehingga dengan
tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% peneliti yakin data yang
disajikan layak untuk membuat perbaikan metode dan rancangan alat bantu
untuk fasilitas pekerja. Persamaan yang digunakan untuk menguji
keseragaman data adalah:

BKA  X  2

BKB  X  2

Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka data seragam.
Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka data tidak seragam.

Universitas Sumatera Utara

5. Uji kecukupan data antropometri.
Uji kecukupan data dilakukan untuk mengetahui apakah data dimensi tubuh
operator yang telah dikumpulkan dan telah melewati uji sebelumnya sudah
mencukupi untuk melakukan perbaikan metode kerja dan alat bantu. Untuk
uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan
95% digunakan persamaan:


 n
 n
2
 40 N   X i     X i 

  i 1
 i 1

N' 
n


Xi
i 1


2








2

(4.1)

Keterangan:
NI = Jumlah pengamatan yang seharusnya dilakukan
(dari hasil perhitungan)
N = Pengamatan pendahuluan
Jika NI < N, maka data pengamatan cukup
Jika NI > N, maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data

6. Penentuan usulan dimensi fasilitas kerja.
Data antropometri hasil pengukuran yang telah melewati uji statistik
selanjutnya menjadi ukuran untuk menentukan dimensi alat bantu usulan
yang sesuai dengan dimensi operator.
7. Pembuatan aliran proses.
Data waktu dan urutan proses produksi CV. Bukitraya Laendrys
digambarkan dalam sebuah peta yaitu Peta Aliran Proses (Flow Process
Chart) sebelum dilakukan perbaikan.

Universitas Sumatera Utara

4.10

Tahap Analisis Pemecahan Masalah
Analisis dan pemecahan masalah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis hasil SNQ yang telah dibagikan kepada 6 operator di stasiun
pengepakan untuk mengetahui keluhan tingkat muskuloskeletal yang
dialami oleh operator yang menjadi landasan dalam menentukan perbaikan
metode kerja dan rancangan alat bantu sebagai fasilitas bagi pekerja.
2. Analisis postur kerja aktual untuk mengetahui gerakan yang tidak sesuai
dengan postur kerja alami manusia sehingga dapat ditentukan bagian-bagian
kerja yang harus diperbaiki.
3. Analisis Biomekanika Operator. Analisis yang akan dilakukan dalam
menganalisis biomekanika kerja yaitu dengan penentuan Recommended
Weight Limit (RWL) dan Lifting Index (LI), juga penentuan nilai Maximum
Permissible (MPL). Pada analisis-analisis tersebut akan terlihat jelas posisi
operator pada kondisi origin dan destination. Kedua kondisi ini akan
dibandingkan satu sama lain, sehingga nantinya didapatkan posisi operator
yang nyaman dan aman pada saat melaksanakan aktivitasnya.
4. Analisis prosedur kerja aktual. Analisis ini dilakukan dengan menganalisis
Peta Aliran Proses yang dirancang, sehingga dapat dihasilkan Standard
Operating Procedure bagi perusahaan.
5. Perancangan alat bantu usulan sebagai fasilitas bagi kerja. Hal yang menjadi
pertimbangan adalah kondisi belum adanya fasilitas berupa alat bantu
pemindahan produk setelah proses pengepakan akan dipindahkan ke gudang

Universitas Sumatera Utara

produk jadi. Maka dari itu perlu dilakukan perancangan alat bantu sebagai
fasilitas bagi kerja khusunya di bagian pengepakan.
6. Analisis postur kerja pada alat bantu usulan. Postur kerja dianalisis melalui
gambar usulan yang memperlihatkan penggunaan alat bantu usulan.
7. Membuat Peta Aliran Proses
Pembuatan Peta Aliran Proses berikutnya dilakukan lagi untuk mendapatkan
perbaikan prosedur kerja berdasarkan Peta Aliran Proses sekarang.
8. Membuat prosedur kerja baru sesuai dengan penggunaan alat bantu usulan.
9. Membandingkan prosedur kerja aktual dengan prosedur kerja usulan.

4.11

Tahap Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi butir

penting dalam penelitian ini. Kesimpulan merupakan perumusan dari tahap analisis
sebelumnya. Saran-saran yang diberikan berguna untuk perbaikan hasil penelitian dan
pemberian saran kepada pihak perusahaan untuk mengimplementasikan hasil
penelitian ini. Blok diagram prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Universitas Sumatera Utara

STUDI PENDAHULUAN
- Observasi Langsung
- Wawancara

STUDI LITERATUR
- Buku Pendukung
- Jurnal Internet

PERUMUSAN MASALAH
Banyaknya operator mengalami keluhan MSDs pada
stasiun pengepakan dan tidak adanya tata cara kerja
yang baku bagi operator untuk melaksanakan pekerjaan

PENETAPAN TUJUAN
Perancangan perbaikan metode kerja dan alat bantu yang
digunakan pada stasiun kerja pengepakan, agar pekerja
dapat bekerja dengan baik, aman, dan nyaman

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER

DATA SEKUNDER

1. Data elemen kerja
2. Data waktu proses produksi
3. Data SNQ
4. Data postur kerja
5. Prosedur kerja aktual
6. Data Biomekanika Operator

1. Sejarah perusahaan
2. Struktur organisasi
3. Pembagian waktu kerja
4. Proses produksi yang ada di
perusahaan
5. Data pekerja

PENGOLAHAN DATA
1. Pemetaan tubuh operator sebagai hasil SNQ untuk melihat keluhan MSDs
2. Penilaian postur kerja dengan QEC
3. Perhitungan biomekanika operator
4. Perancangan fasilitas kerja berdasarkan nilai yang diperoleh dari prinsip
perancangan
5. Menyusun SOP baru setelah perbaikan metode kerja
ANALISIS DAN PERANCANGAN
1. Analisis tingkat keluhan muskuloskeletal
2. Analisis postur kerja aktual
3. Analisis dan evaluasi biomekanika
4. Perancangan usulan metode kerja dan alat bantu.
5. Membandingkan metode kerja aktual dengan usulan

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambar 4.2 Blok Diagram Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1

Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
Standard Nordic Questionnaire (SNQ) dibuat untuk mengetahui keluhan yang

dialami oleh operator selama melaksanakan aktivitas pengepakan dan pemindahan
produk jadi ke gudang. Pengumpulan data SNQ diberikan kepada enam orang
operator. Setiap operator yang mengisi kuesioner SNQ tersebut memiliki beban dan
waktu kerja yang sama. Pengambilan data SNQ hanya dilakukan sebanyak satu kali.
Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang dihasilkan melalui
pengisian SNQ. Data tersebut direkapitulasi dengan melakukan pembobotan untuk
mengetahui tingkat keluhan muskuloskeletal pada tiap bagian tubuh dengan masingmasing kategori rasa sakit, sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana yang paling
merasakan sakit untuk dilakukan perbaikan metode kerja dan rancangan alat bantu
sebagai fasilitas bagi pekerja yang dapat meminimalkan rasa sakit tersebut.
Rekapitulasi bobot SNQ dapat dilihat pada Tabel 5.3. Nilai bobot pada masingmasing kategori tersebut yaitu:
Tidak sakit

: bobot 0

Agak sakit

: bobot 1

Sakit

: bobot 2

Sangat sakit

: bobot 3

Universitas Sumatera Utara

Kategori rasa sakit yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:
Tidak sakit:
Bagian tubuh operator tidak terasa nyeri sedikitpun karena kontraksi otot yang
terjadi berjalan normal, biasanya hal ini terjadi jika bagian tubuh tidak
langsung bersentuhan dengan benda kerja.
Agak sakit:
Bagian tubuh operator mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang timbul tidak
membuat operator jenuh atau cepat lelah.
Sakit:
Bagian tubuh operator merasakan nyeri yang cukup hebat dan keadaan ini
membuat operator mulai jenuh dan cepat lelah.
Sangat sakit:
Bagian tubuh operator merasakan nyeri yang sangat luar biasa disertai dengan
ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga membuat operator
merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.1 Hasil Pengolahan Standart Nordic Questionnaire
No. Dimensi Tubuh
0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Total
Keluhan

Op-1

1

2

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

3

2

2

3

3

1

1

0

0

0

0

1

1

1

1

55

Op-2

1

1

3

3

3

2

3

3

2

2

2

2

3

3

3

3

3

3

1

1

1

1

1

1

0

0

1

1

53

Op-3

2

1

3

3

3

3

3

3

3

0

2

2

3

3

2

2

3

3

0

0

0

0

1

1

2

2

1

1

52

Op-4

2

1

3

3

3

3

3

3

2

1

2

2

3

3

3

3

3

3

0

0

1

1

1

1

0

0

0

0

50

Op-5

2

2

3

3

3

1

2

2

2

2

2

2

3

3

3

3

3

3

0

0

1

1

1

1

2

2

2

2

56

Op-6

1

2

3

3

3

3

3

3

1

2

3

3

3

3

3

3

2

2

1

1

1

1

0

0

2

2

1

1

56

Op

Sumber : Hasil Pengukuran
Keterangan No. Dimensi Tubuh:
0 : Leher Bagian Atas
1 : Leher Bagian Bawah
2 : Bahu Kiri
3 : Bahu Kanan
4 : Lengan Atas Kiri
5 : Pinggang
6 : Lengan Atas Kanan
7 : Punggung
8 : Bokong
9 : Pantat
10 : Siku Kiri
11 : Siku Kanan
12 : Lengan Bawah Kiri
13 : Lengan Bawah Kanan
14 : Pergelangan Tangan Kiri
15 : Pergelangan Tangan Kanan

16 : Tangan Kiri
17 : Tangan Kanan
18 : Paha Kiri
19 : Paha Kanan
20 : Lutut Kiri
21 : Lutut Kanan
22 : Betis Kiri
23 : Betis Kanan
24 : Pergelangan Kaki Kiri
25 : Pergelangan Kaki Kanan
26 : Kaki Kiri
27 : Kaki Kanan

Universitas Sumatera Utara

Warna

Keterangan
0

0

Keluhan Tidak Sakit

1

2

1

2

3

3

Keluhan Agak Sakit
5

5
4

6

Keluhan Sakit

11

Keluhan Sangat Sakit

6

4
10

10

7

12
12

15
0
17

14
15
0
17

14

9

16

13

8

13

8

11

7

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

9

16

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Gambar 5.1 Keluhan Musculoskeletal pada Pekerja 1 dan 2

Universitas Sumatera Utara

Warna

Keterangan
0

0

Keluhan Tidak Sakit

1

2

1

2

3

3

Keluhan Agak Sakit
5

5
4

6

Keluhan Sakit

11

Keluhan Sangat Sakit

6

4
10

10

7

12
12

15
0
17

14
15
0
17

14

9

16

13

8

13

8

11

7

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

9

16

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Gambar 5.2 Keluhan Musculoskeletal pada Pekerja 3 dan 4

Universitas Sumatera Utara

Warna

Keterangan
0

0

Keluhan Tidak Sakit

1

2

1

2

3

3

Keluhan Agak Sakit
5

5
4

6

Keluhan Sakit

11

Keluhan Sangat Sakit

6

4
10

10

7

12
12

15
0
17

14
15
0
17

14

9

16

13

8

13

8

11

7

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

9

16

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

Gambar 5.3 Keluhan Musculoskeletal pada Pekerja 5 dan 6

Universitas Sumatera Utara

5.2

Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual
Pada stasiun kerja pengepakan dan pemindahan produk jadi ke gudang

terdapat beberapa elemen kegiatan yang harus dikerjakan operator. Adapun uraian
kegiatan operator tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.4 s.d Gambar 5.7
1. Operator memindahkan produk jadi (kapur pertanian) yang telah
ditampung dengan karung dari corong mesin Hammer Mill. Aktivitas
pemindahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.4

Gambar 5.4 Aktivitas Memindahakan Produk dari Corong Mesin Hammer Mill

2. Operator melakukan pengepakan produk jadi (kapur pertanian) dengan
menggunakan mesin jahit karung. Penjahitan karung kemasan produk
dilakukan secara manual. Aktivitas pengepakan tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5.5

Universitas Sumatera Utara

Gambar 5.5 Aktivitas Pengepakan Produk Jadi
3. Operator A membantu operator B menaikkan produk ke punggung
operator B (pemindahan dilakukan secara manual). Terlihat kondisi
bahwa pengangkatan produk ke punggung operator harus melibatkan
operator lainnya, ini menunjukkan bahwa beban produk yang dipikul
pekerja sangat berat yaitu ± 50 kg. Aktivitas tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5.6

Gambar 5.6 Aktivitas Op.A Membantu Op.B Menaikkan Produk ke Punggung

Universitas Sumatera Utara

4. Pengangkatan produk dipindahkan ke gudang.
Pada aktivitas ini operator hanya menggunakan punggungnya untuk
memikul produk kapur pertanian untuk dipindahkan ke gudang tanpa
menggunakan alat bantu pemindahan. Aktivitas tersebut dapat dilihat
pada Gambar 5.7

Gambar 5.7 Pengangkatan Produk Dipindahkan ke Gudang

5.3

Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Quick Exposure Check (QEC)
Penilaian postur kerja dilakukan di stasiun pengepakan dan pemindahan

produk ke gudang dengan menggunakan software Quick Exposure Check for
Work-Related Musculoskeletal Risk 2003 Version. Penilaian postur kerja
bertujuan untuk mengetahui elemen gerakan atau kegiatan yang menyebabkan
terjadinya keluhan pada tubuh operator. Sehingga gerakan yang menimbulkan
keluhan dapat dihilangkan atau diperbaiki. Penilaian postur kerja untuk setiap
elemen kerjanya dapat diuraikan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Pemindahan produk jadi (kaptan) yang telah ditampung dengan karung
dari corong mesin Hammer Mill, terlihat pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8 Pemindahan Produk dari Corong Mesin Hammer Mill

Perhitungan skor postur kerja pemindahan produk dari mesin hammer mill
dijabarkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Skor Postur Kerja Pemindahan Produk dari Mesin Hammer Mill
No.
Kategori
Skor
1
Belakang punggung
26
2
Bahu/lengan
34
3
Pergelangan tangan/tangan
28
4
Leher
8
5
Kekuatan tangan
1
6
Getaran
1
7
Langkah
1
8
Tingkat stres
1
Total
100
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

Persentase Exposure Level (E) dengan menggunakan rumus:
X
 100%
E(0 0) 
X max

(5.1)

Dimana:
X
= Total skor postur
Xmax = Total skor postur statis (162)
Sehingga:
E (%) 

100
 100%  62%
162

Kategori level resiko ditunjukkan Tabel 5.3
Tabel 5.3 Nilai Level Tindakan QEC
Level
Persentase
Tindakan
Tindakan
Skor
1
0-40%
Aman
Diperlukan beberapa waktu ke
2
41-50%
depan
3
51-70%
Tindakan dalam waktu dekat
4
71-100%
Tindakan sekarang juga
Sumber : Hasil Pengolahan Data
2.

Total Skor
Exposure
32-70
71-88
89-123
124-176

Pengepakan produk dengan menggunakan mesin jahit karung, terlihat
pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9 Pengepakan Produk

Universitas Sumatera Utara

Perhitungan skor postur kerja pengepakan produk (kaptan) dijabarkan
pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Skor Postur Kerja Pengepakan Produk
No.
Kategori
Skor
1
Belakang punggung
12
2
Bahu/lengan
10
3
Pergelangan tangan/tangan
14
4
Leher
4
5
Kekuatan tangan
1
6
Getaran
1
7
Langkah
1
8
Tingkat stres
1
Total
44
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Persentase Exposure Level (E) dengan menggunakan rumus:
E(0 0) 

X
 100%
X max

Dimana:
X
= Total skor postur
Xmax = Total skor postur statis (162)
Sehingga:
E (%) 

44
 100%  27%
162

Kategori level resiko ditunjukkan Tabel 5.5
Tabel 5.5 Nilai Level Tindakan QEC
Level
Persentase
Tindakan
Skor
Tindakan
1
0-40%
Aman
Diperlukan beberapa waktu ke
2
41-50%
depan
3
51-70%
Tindakan dalam waktu dekat
4
71-100%
Tindakan sekarang juga
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Total Skor
Exposure
32-70
71-88
89-123
124-176

Universitas Sumatera Utara

3. Operator A membantu operator B menaikkan produk ke punggung operator
A (pemindahan dilakukan secara manual), terlihat pada Gambar 5.10.

Gambar 5.10 Op.A Membantu Op.B Menaikkan Produk ke Punggung
Perhitungan skor postur kerja op.A membantu op.B menaikkan produk ke
punggung dijabarkan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Op.A Membantu Op.B Menaikkan Produk ke Punggung
No.
Kategori
Skor
1
Belakang punggung
30
2
Bahu/lengan
42
3
Pergelangan tangan/tangan
40
4
Leher
8
5
Kekuatan tangan
1
6
Getaran
1
7
Langkah
1
8
Tingkat stres
4
Total
127
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Perhitungan E(%):
E (%) 

127
 100%  78%
162

Kategori level resiko ditunjukkan Tabel 5.7

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.7 Nilai Level Tindakan QEC
Persentase
Skor
Tindakan
0-40%
Aman
Diperlukan beberapa waktu ke
depan
2
41-50%
3
51-70%
Tindakan dalam waktu dekat
4
71-100%
Tindakan sekarang juga
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Level
Tindakan
1

4.

Total Skor
Exposure
32-70
71-88
89-123
124-176

Pengangkatan produk dipindahkan ke gudang, terlihat pada Gambar 5.11

Gambar 5.11 Pengangkatan Produk Dipindahkan ke Gudang
Perhitungan skor postur kerja pengangkatan produk dipindahkan ke
gudang dijabarkan pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8 Skor Postur Kerja Pengangkatan Produk Dipindahkan ke Gudang
No.
Kategori
Skor
1
Belakang punggung
34
2
Bahu/lengan
42
3
Pergelangan tangan/tangan
40
4
Leher
8
5
Kekuatan tangan
1
6
Getaran
1
7
Langkah
1
8
Tingkat stres
9
Total
136
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

Persentase Exposure Level (E) dengan menggunakan rumus:
E(0 0) 

X
 100%
X max

Dimana:
X
Xmax
Sehingga:

= Total skor postur
= Total skor postur statis (162)

E (%) 

136
 100%  84%
162

Kategori level resiko ditunjukkan Tabel 5.9
Tabel 5.9 Nilai Level Tindakan QEC
Level
Persentase
Tindakan
Skor
Tindakan
1
0-40%
Aman
Diperlukan beberapa waktu ke
depan
2
41-50%
3
51-70%
Tindakan dalam waktu dekat
4
71-100%
Tindakan sekarang juga
Sumber : Hasil Pengolahan Data

Total Skor
Exposure
32-70
71-88
89-123
124-176

Rekapitulasi analisis postur kerja dapat dilihat pada Tabel 5.10
Tabel 5.10 Rekapitulasi Hasil Analisis Postur Kerja
No.
1

Elemen Kerja
Pemindahan produk jadi (kapur
pertanian) yang telah ditampung dengan
karung dari corong mesin Hammer Mill.
Pengepakan produk dengan menggunakan
mesin jahit karung.

Persentase
62

27

Aman

3

Operator A membantu operator B
menaikkan produk ke punggung operator
B (pemindahan dilakukan secara manual)

78

Tindakan sekarang juga

4

Pengangkatan produk dipindahkan ke
gudang

84

Tindakan sekarang juga

2

Tindakan
Tindakan dalam waktu
dekat

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Universitas Sumatera Utara

5.4

Data Biomekanika Operator
Data pengukuran variabel-variabel pekerjaan diambil dari operator stasiun

pengepakan dan pemindahan produk jadi ke gudang. Adapun data pengukuran
Recommended Weigth Limit (RWL) dan Maximum Permissible Limit (MPL) yang
diperoleh pada saat melakukan pengamatan adalah sebagai berikut:

1. Data Recommended Weigth Limit (RWL)
Data RWL dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ketika pada posisi awal
sebelum pengangkatan produk (origin) dan pada posisi setelah
pengangkatan produk (destination).
Data RWL pada saat operator A melakukan pengangkatan produk dari
lantai ke punggung operator B, dan selanjutnya pemindahan produk dari
stasiun pengepakan ke gudang dapat dilihat pada Tabel 5.17

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.11 Data RWL pada Aktivitas Pemindahan Produk
Aktivitas : Pengangkatan Produk dari Lantai ke Punggung Operator
Berat Objek (kg)
Lokasi Tangan (cm)
Jarak
Sudut Asimetrik
Operator
Origin
Destination
Vertikal
L
L
(cm)
(Nyata)
(Max)
H
V
H
V
Origin Destination
1
2
3
4
5
6

50
50
50
50
50
50

23
23
23
23
23
23

17
18,5
20
17,3
19,7
18

15,5
15,5
15,5
15,5
15,5
15,5

38,5
39
40
39,2
39
40

135,7
135,7
135,7
135,7
135,7
135,7

128,2
128,2
128,2
128,2
128,2
128,2

0
0
0
0
0
0

27,3
28
29,5
27,8
29
28,5

Aktivitas : Pemindahan Produk dari Stasiun Pengepakan ke Gudang
Berat Objek (kg)
Lokasi Tangan (cm)
Jarak
Sudut Asimetrik
Operator
Origin
Destination
Vertikal
L
L
(cm)
(Nyata)
(Max)
H
V
H
V
Origin Destination
50
23
18,7 128,2 20,2
15
12,5
0
18,5
1
50
23
19 128,2 19,7
15
12,5
0
19,7
2
50
23
17,4 128,2 21
15
12,5
0
20
3
50
23
19,5 128,2 20,5
15
12,5
0
18,3
4
50
23
19,8
128,2
21,3
15
12,5
0
19,3
5
50
23
18 128,2 20
15
12,5
0
19
6

Frekuensi
angkat/menit

Durasi
Kerja

Pegangan
Objek

2
2
2
2
2
2

2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam

poor
poor
poor
poor
poor
poor

Frekuensi
angkat/menit

Durasi
Kerja

2
2
2
2
2
2

2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam
2-8 jam

Pegangan
Objek
poor
poor
poor
poor
poor
poor

Sumber : Hasil Pengukuran

Universitas Sumatera Utara

2. Data Maximum Permissible Limit (MPL)
Data MPL dapat dibedakan menjadi 2, yaitu pada posisi awal sebelum
pengangkatan produk (origin) dan pada posisi setelah pengangkatan
produk (destination).
a. Data MPL pada saat operator A melakukan pengangkatan produk
dari lantai ke punggung operator B. Adapun data MPL tersebut dapat
dilihat pada Tabel 5.18
Data MPL pada saat pemindahan produk dari stasiun pengepakan ke
gudang. Adapun data MPL tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.19

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.12 Data MPL pada Aktivitas Pengangkatan Produk dari Lantai ke Punggung Operator
Operator Kondisi
1
2
3
4
5
6

O
D
O
D
O
D
O
D
O
D
O
D

1 (Ο)

2 (Ο)

3 (Ο)

4 = H (Ο)

40,1
69,5
41,5
60,0
39,0
57,7
42,0
60,2
40,0
59,0
40,3
60,5

29,9
61,5
29,8
60,0
30,0
61,0
28,9
59,5
30,1
60,0
30,0
59,5

70,5
40,0
69,3
39,5
70,0
39,8
69,0
40,2
68,5
38,7
70,2
38,5

70,1
57,3
69,2
57,3
70,2
58,0
68,5
54,8
67,1
56,0
70,0
59,2

Keterangan :
O
: Origin
D
: Destination
1
: Sudut Telapak Tangan
2
: Sudut Lengan Bawah
3
: Sudut Lengan Atas
4=H : Sudut Punggung

: Sudut Pinggang


(Ο)
50,0
52,2
49,5
46,0
50,1
47,3
48,0
45,5
49,0
46,5
50,0
46,7

PKT
PLB
PLA
PP
BB
Wo

PKT
(cm)
11,7
11,7
11,5
11,5
11,0
11,0
12,2
12,2
10,5
10,5
11,3
11,3

:
:
:
:
:
:

PLB
(cm)
27,8
27,8
26,7
26,7
25,3
25,3
28,0
28,0
25,0
25,0
27,1
27,1

PLA
(cm)
30,5
30,5
31,0
31,0
29,5
29,5
32,0
32,0
29,6
29,6
31,7
31,7

PP (cm)

BB (kg)

Wo (kg)

70,5
70,5
72,0
72,0
71,0
71,0
73,3
73,3
72,0
72,0
70,5
70,5

62,0
62,0
63,0
63,0
61,0
61,0
69,0
69,0
65,0
65,0
59,0
59,0

50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0

Panjang Kepalan Tangan
Panjang Lengan Bawah
Panjang Lengan Atas
Panjang Punggung
Berat Badan
Berat Beban Angkat

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.13 Data MPL pada Aktivitas Pemindahan Produk dari Stasiun Pengepakan ke Gudang
Operator Kondisi
PKT
PLB
PLA
PP (cm)
1
2
3
4 = H

Ο
Ο
Ο
Ο
Ο
(cm)
(cm)
(cm)
( )
( )
( )
( )
( )
1
O
30,3 61,5 41,3
15,5
20,1
10,8
27,5
32,2
73,0
D
47,5 40,0 59,7
57,5
38,3
10,8
27,5
32,2
73,0
2
O
32,0 59,0 38,5
14,7
19,4
11,5
26,7
31,0
72,0
D
49,1 37,8 60,0
56,0
36,5
11,5
26,7
31,0
72,0
3
O
29,5 60,2 39,0
17,2
19,1
11,0
25,3
29,5
71,0
D
48,0 38,3 61,2
58,0
36,3
11,0
25,3
29,5
71,0
4
O
31,5 60,0 38,2
16,5
18,0
12,2
28,0
32,0
73,3
D
50,0 39,5 59,4
56,4
37,5
12,2
28,0
32,0
73,3
5
O
30,3 60,0 40,0
17,0
19,5
10,5
25,0
29,6
72,0
D
48,7 39,7 61,0
58,1
38,0
10,5
25,0
29,6
72,0
6
O
31,2 61,5 38,1
17,1
20,0
11,3
27,1
31,7
70,5
D
49,0 40,1 59,0
59,0
39,7
11,3
27,1
31,7
70,5
Keterangan :
O
: Origin
PKT : Panjang Kepalan Tangan
D
: Destination
PLB : Panjang Lengan Bawah
1
: Sudut Telapak Tangan
PLA : Panjang Lengan Atas
2
: Sudut Lengan Bawah
PP
: Panjang Punggung
3
: Sudut Lengan Atas
BB
: Berat Badan
4=H : Sudut Punggung
Wo
: Berat Beban Angkat

: Sudut Pinggang

BB (kg)

Wo (kg)

62,0
62,0
63,0
63,0
61,0
61,0
69,0
69,0
65,0
65,0
59,0
59,0

50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0
50,0

Universitas Sumatera Utara

5.5

Data Antropometri
Data pengukuran antropometri diperoleh berdasarkan pengukuran yang

didapat dari data hasil pengukuran di Laboratorium Ergonomi dan Perancangan
Sistem Kerja (Lab. E dan PSK), Departemen Teknik Industri, USU. Jumlah
dimensi tubuh yang diambil berjumlah 44 dimensi yang ada di Lab. E dan PSK.
Sedangkan untuk dimensi tubuh yang terkait untuk merancang alat bantu berupa
trolley, yaitu Lebar Bahu (TB), Tinggi Siku Berdiri (TSB), dan Diameter
Genggaman (DG). Data-data dimensi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3.

5.6

Penilaian Biomekanika Operator

5.6.1

Penentuan Nilai Recommended Weight Limit (RWL) dan Lifting Index
(LI)

Setelah dilakukan pengukuran terhadap variabel-variabel pekerjaan, akan
dihitung nilai RWL dari operator. Untuk mendapatkan RWL, maka terlebih
dahulu ditentukan pengukuran faktor-faktor

yang mempengaruhi dalam

pengangkatan beban dengan acuan ketetapan NIOSH. Faktor-faktor yang akan
diukur untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang
pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah konstanta pembebanan,
faktor pengali horizontal, faktor pengali vertikal, faktor pengali perpindahan,
faktor pengali asimetrik, faktor pengali frekuensi, dan faktor pengali kopling
(handle). Sebagai contoh elemen kegiatan pengangkatan produk dari lantai ke
punggung operator dapat dilihat pada Gambar 5.12

Universitas Sumatera Utara

H
Gambar 5.12 Aktivitas Pengangkatan Produk

Berikut

ini

merupakan

cara

perhitungan

RWL

untuk

aktivitas

pengangkatan produk dari lantai ke punggung operator :
1. Nilai LC atau konstanta pembebanan, dimana LC = 23 Kg.
2. Faktor pengali horizontal (HM). Dalam penghitungan, digunakan nilai
Horizontal Location (H) yang merupakan jarak horizontal dari titik
tengah antara dua tumit ke jarak beban yang terdekat. Nilai Horizontal
Location (H) terbagi dua situasi, yaitu H pada situasi origin merupakan
jarak horizontal dari titik pusat antara dua tumit ke beban sebelum
operator mengangkat beban.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan H pada situasi destination merupakan jarak horizontal dari
titik pusat antara dua tumit ke beban setelah operator mengangkat
beban. Gambar posisi H dapat dilihat pada Gambar 5.12
Berikut ini adalah perhitungan nilai HM dengan H saat situasi origin
dan destination:
a. Nilai H pada saat origin adalah 17 cm, maka:
HM

= 25/H
= 25/17
= 1,47

b. Nilai H pada saat destination adalah 38,5 cm, maka:
HM

= 25/H
= 25/38,5
= 0,65

3. Faktor pengali vertikal (VM). Dalam penghitungan, digunakan nilai
Vertical Location (V) yang merupakan jarak vertikal posisi genggaman
tangan yang memegang beban (diukur dari titik pangkal jari tengah)
terhadap lantai. Nilai Vertical Location (V) terbagi dalam dua situasi,
yaitu V pada situasi origin yang merupakan jarak vertikal posisi
genggaman tangan dari operator pada saat menggenggam beban
terhadap lantai sebelum operator memindahkan beban. Sedangkan V
pada situasi destination merupakan jarak vertikal posisi genggaman

Universitas Sumatera Utara

tangan dari operator pada saat menggenggam beban terhadap lantai
setelah operator memindahkan beban.
Berikut ini adalah perhitungan nilai VM dengan V pada situasi origin
dan destination:
a. Nilai V pada saat origin adalah 15,5 cm, maka:
VM

= 1 – 0,00326 │V-75│
= 1 – 0,00326 │15,5-75│
= 1 – 0,00326 │-59,5│
= 0,82

b. Nilai V pada saat destination adalah 135,7 cm, maka:
VM

= 1 – 0,00326 │V-75│
= 1 – 0,00326 │135,7-75│
= 1 – 0,00326 │60,7│
= 0,80

4. Nilai faktor perpindahan (DM). Dalam penghitungan, digunakan nilai
Vertical Travel Distance (D) yang merupakan jarak perpindahan beban
secara vertikal antara tempat asal ke tempat tujuan.
Berikut ini adalah perhitungan nilai faktor pengali perpindahan (DM):
Nilai D adalah 128,2 cm, maka:
DM

= 0,825 + 4,5/D
= 0,825 + 4,5/128,2
= 0,86

Universitas Sumatera Utara

5. Nilai faktor pengali asimetrik (AM). Dalam penghitungan, digunakan
nilai A (sudut asimetrik) yang merupakan sudut yang dibentuk antara
garis asimetrik dan pertengahan garis sagital. Pada saat situasi origin,
nilai A adalah 0°, Sedangkan pada saat situsi destination, nilai A dapat
dihitung besar sudutnya.
Berikut ini adalah perhitungan nilai faktor pengali perpindahan (AM):
a. Nilai A pada saat origin adalah 0̊, maka:
AM

= 1 – 0,0032 A
= 1 – 0,0032 (0̊)
=1

b. Nilai A pada saat destination adalah 27,30, maka:
AM

= 1 – 0,0032 A
= 1 – 0,0032 (27,30)
= 0,91

6. Nilai faktor pengali frekuensi (FM). Untuk menentukan nilai faktor
pengali frekuensi dapat dilihat melalui tabel faktor pengali frekuensi.
Nilai FM terbagi atas dua, yaitu:
a. Nilai FM pada saat origin dengan frekuensi pengangkatan/menit
adalah 2, durasi waktu 2-8 jam, dan Vertical Location = 15,5 cm (V <
75), maka nilai FM adalah sebesar 0,65.

Universitas Sumatera Utara

b. Nilai FM pada saat destination dengan frekuensi pengangkatan/menit
adalah 2, durasi waktu 2-8 jam, dan jarak vertikal = 135,7 cm (V > 75)
maka nilai FM adalah sebesar 0,65.

7. Nilai faktor pengali coupling (CM). Faktor pengali coupling adalah poor,
maka:
a. Nilai CM pada saat origin dengan V75 adalah 0,9

Setelah semua faktor pengali diketahui maka RWL dapat ditentukan,
dengan cara sebagai berikut:
a. Nilai RWL pada saat origin adalah sebagai berikut:
RWL = LC × HM × VM × DM × AM × FM × CM
RWL = 23 x 1,47 x 0,82 x 0,86 x 1 x 0,65 x 0,90
RWL = 13,95 kg
b. Nilai RWL pada saat destination adalah sebagai berikut:
RWL = LC × HM × VM × DM × AM × FM × CM
RWL = 23 x 0,65 x 0,82 x 0,86 x 0,91 x 0,65 x 0,90
RWL = 5,61 kg

Setelah nilai RWL didapatkan, maka perhitungan nilai Lifting Index (LI)
dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

LI 

L
RWL

(5.2)

Keterangan:
L
= Berat beban yang diangkat operator
LI
= Lifting Index
RWL = Recommended Weight Limit

Adapun perhitungan nilai Lifting Index (LI) ini dilakukan untuk
mengetahui apakah aktivitas pengangkatan memberikan risiko cedera bagi
operator. Aktivitas pengangkatan akan memberikan resiko cedera jika nilai Lifting
Index (LI) > 1. Berikut adalah perhitungan Lifting Index (LI) pada aktivitas
pengangkatan produk dari lantai ke punggung operator:

1.

Nilai LI pada saat origin, dimana:
L

= 50 kg

RWL = 13,95 kg
Maka:
LI = L/RWL
= 50/13,95
= 3,58

Universitas Sumatera Utara

2.

Nilai LI pada saat destination, dimana:
L

= 50 kg

RWL = 5,61 kg
Maka:
LI = L/RWL
= 50/5,61
= 8,91

Perhitungan Nilai RWL dan LI direkapitulasi pada Tabel 5.14 dan 5.15.
Tabel 5.14 Hasil Rekapitulasi Perhitungan Nilai RWL dan LI untuk Situasi Origin
pada Aktivitas Pengangkatan Produk dari Lantai ke Punggung Opera