Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK R)
2.1.1

Pengertian PIK R
PIK R adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe

yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan
konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, TRIAD
KRR (seksualitas, HIV dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup ( life skills),
gender dan keterampilan advokasi dan KIE. Keberadaan dan peranan PIK R
dilingkungan remaja sangat penting artinya dalam membantu remaja untuk
memperoleh informasi dan pelayanan konseling yang cukup dan benar tentang
penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. (BKKBN, 2012).
2.1.2
1.

Kebijakan dan Strategi


Kebijakan
a. Pembentukan dan pengembangan PIK R
b. Peningkatan kualitas pengelola
c. Menyiapkan PIK R yang ramah remaja (youth friendly)
d. Penigkatan komitmen dengan stakeholder dan mitra kerja dalan pengelolaan
PIK R
e. Penyediaan dan peningkatan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
pengelola PIK R

11
Universitas Sumatera Utara

12

2.

Strategi
a. Melakukan advokasi tentang penumbuhan dan pengembangan PIK R
b. Melakukan promosi dan sosialisasi tentang PIK R
c. Menyediakan dukungan dan anggaran bagi kegiatan PIK R, baik dari dana

APBN, APBD, maupun dari sumber dana lainnya
d. Melaksanakan pelatihan, orientasi, magang dan studi banding bagi SDM
pengelola PIK R
e. Mengembangkan materi subtansi PIK R sesuai dinamika remaja
f. Mengembangkan kegiatan yang menarik minat remaja
g. Memilih dan mengembangkan PIK R unggulan
h. Memfasilitasi tersedianya sarana dan prasarana pendukung PIK R
i. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berjenjang

2.1.3 Kegiatan-kegiatan dari Pengelolaan PIK R
1. Membentuk PIK R
Pembentuan PIK R di lingkungan komuitas remaja untuk memberikan
pelayanan informasi dan konseling tentang 8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia
Perkawinan, TRIAD KRR, life sklls, Gender, Advokasi dan Komunikasi Informasi
dan Edukasi (KIE).
2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas PIK R yang ramah remaja ( youth
friendly)

Universitas Sumatera Utara


13

Kegiatan ini bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kualitas pengelolaan
dan pelayanan PIK R yang ramah remaja sehingga para remaja akan memperoleh
informasi yang menarik minat remaja yang bercirikan dari, oleh dan untuk remaja.
3. Melakukan advokasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan dukungan dari penentu kebijakan
terhadap kelancaran dan keberlangsungan PIK R.
4. Melakukan promosi dan sosialisasi PIK R
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan keberadaan PIK R kepada semua
pihak yang terkait dalam rangka memperluas akses dan pengembangan dukungan
serta jaringan PIK R.
5. Menyiapkan dan memberdayakan SDM pengelola PIK R
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan dan memberdayakan SDM
(Pengelola, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya) baik untuk PIK R yang baru
tumbuh maupun mengganti SDM yang sudah tidak aktif lagi dengan berbagai sebab
(regenerasi) untuk keberlangsungan PIK R.
6. Menyiapkan dan memberdayakan SDM pengelola program GenRe
Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan dan memberdayakan SDM pengelola
program GEnRe (Kabid KSPK, Kasubbid Bina Ketahanan Remaja, Kepala

SKPDKB, Kabid dan Kasi yang menangani program GenRe di Kabupaten dan Kota).

Universitas Sumatera Utara

14

7. Dukungan sumber dana PIK R
Kegiatan ini bertujun untuk mendukung biaya operasional PIK R secara rutin
melalui pengembangan kegiatan ekonomi produktif, penggalangan dana baik yang
bersumber dari APBN dan APBD maupun sumber lainnya yang tidak mengikat.
8. Melaksanakan konsultasi dan fasilitasi dalam pengelolaan PIK R
Kegiatan ini bertujuan untuk mencari cara-cara pemecahan masalah yang
terkait dengan pengelolaan dan pelaksanaan PIK R yang tidak bisa dipecahkan oleh
pengelola.
9. Pemberian penghargaan bagi PIK R unggulan
Kegiatan ini bertujuan memberikan penghargaan atas prestasi yang dicapai oleh
PIK R dalam pengelolaan, pelayanan dan kegiatan yang dilaksanakan.
10. Administrasi, Pencatatan, dan Pelaporan
Kegiatan


ini

bertujuan

untuk

meningkatkan

tertib

administrasi

dan

mendokumentasikan kegiatan-kegiatan dalam pengelolaan dan pelayanan yang
diberikan oleh PIK R, meliputi SDM, sarana, prasarana, dan metode.
2.1.4 Mekanisme Pengelolaan PIK R
Pengelolaan PIK R dilaksanakan melalui langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut :
1.


Membentuk PIK R
Langkah-langkah pembentukan PIK R meliputi :
a. Pertemuan/ sarasehan anggota kelompok remaja dalam rangka pembentukan
PIK R dan pengelola PIK R untuk membicarakan tentang :

Universitas Sumatera Utara

15

1) Pentingnya pembentukan PIK R
2) Menyepakati pembentukan PIK R
b. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh dukungan/ persetujuan dengan
pimpinan setempat (Kepala Sekolah, Kepala Desa, TOMA/TOGA, ketua
jurusan, dan lainnya) tentang rencana pembentukan PIK R
c. Menyusun nama dan struktur pengurus PIK R
d. Menyusun program kegiatan yang akan dilakukan sesuai indikator PIK R
Tahap Tumbuh sebagai berikut :
1) Materi khusus yang dikuasai oleh Pengelola/ Pendidik Sebaya (PS) :
a) 8 Fungi Keluarga

b) Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP)
c) TRIAD KRR
d) Keterampilan hidup (life skills)
2) Kegiatan yang dilakukan :
a) Di dalam lingkungan PIK R
b) Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam PIK R
c) Menggunakan media cetak (majalah dinding, leaflet, poster, dan
lain-lain)
d) Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
3) Sarana, prasarana, dan SDM :
a) Ada ruang Sekretariat
b) Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm

Universitas Sumatera Utara

16

c) Struktur organisasi pengurus minimal yang terdiri dari Pembina,
Ketua, Sekretariat, Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, serta
minimal 2 orang Pendidik Sebaya (PS)

d) Minimal 2 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/ orientasi
tentang subtansi Program GenRe (8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan
Usia Perkawinan, TRIAD KRR, dan Keterampilan Hidup)
4) Jaringan dan Kemitraan :
a) PIK R Tahap Tumbuh harus memiliki kerjasama dengan stakeholder
dilingkungannya, misalnya :
1.

Lurah/ Kades dan TOMA untuk PIK R jalur kemasyarakatan

2.

TOGA untuk PIK R jalur keagamaan

3.

Kepala sekolah untuk PIK R jalur sekolah umum/agama

4.


Puskesmas/ Pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan
medis

b) PIK R tahap tumbuh harus menjalin kemitraan dengan Mitra Kerja
(Organisasi

Kepemudaan,

Orgaisasi

Keagamaan,

Organisasi

Kemasyarakatan, Organisasi Profesi dan Kesiswaan).
5) Meresmikan pembentukan PIK R (launching) yang diperkuat dengan
Surat Keputusan (SK) dari Pembina PIK R yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara


17

2.

Mengembangkan dan meningkatkan kualitas PIK R
a.

Untuk meningkatkan kualitas PIK R dari Tahap Tumbuh menuju Tahap Tegak
harus telah memenuhi indikator sebagai berikut :Materi khusus yang dikuasi
oleh Pengelola/ Pendidik Sebaya (PS)/ Konselor Sebaya (KS) :
a) 8 Fungsi Keluarga
b) Pendewasan Usia Perkawinan (PUP)
c) TRIAD KRR
d) Keterampilan hidup (Life Skills)
e) Ketarampilan advokasi dan KIE
1)

Kegiatan yang dilakukan
a) Di dalam dan di luar PIK R dengan bentuk aktifitas pemberian
informasi baik di dalam PIK maupun di lur PIK R misalnya melalui

dialog interaktif di radio dan TV, penyuluhan dan pembinaan,
konseling, penyelenggaraan seminar, roadshow ke sekolah lain,
pameran, pentas seni, dan lain-lain
b) Menggunakan media cetak dalam penyampaian informasi atau isi
pesan program GenRe misalnya melalui majalah dinding, leaflet,
poster, dan elektronik misalnya radio, televise, dan website.
c) Melakukan pencatatan dan pelaporan rutin
d) Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja
untuk datang ke PIK R misalnya jambore remaja, lintas
alam/outbond, bedah buku, bedah film, bimbingan belajar siswa,

Universitas Sumatera Utara

18

studi banding, kegiatan ekonomi produktif, kegiatan kesenian dan
olah raga, lomba-lomba, buka puasa bersama, bercocok tanam,
beternak, dan sebagainya.
2) Sarana, Prasarana dan SDM :
a) Ada ruang sekretariat dan ruang konseling
b) Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c) Struktur pengurus minimal terdiri dari : Pembina, Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, serta minimal 4 orang
Pendidik Sebaya dan 2 orang Kenselor Sebaya
d) 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/ orientasi tentang
substansi Program GenRe (8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia
Perkawinan, TRIAD KRR dan Keterampilan Hidup, Keterampilan
advokasi dan KIE)
e) 2 orang Konselor Sebaya yang sudah dlatih tentang materi
pengetahuan dasar konseling
f)
3)

Lokasi di komunitas remaja mudah diakses dan disukai oleh remaja

Jaringan dan Kemitraan :
a) PIK R Tahap Tumbuh harus memiliki kerjasama dengan
stakeholderdilingkungannya, misalnya :
1. Lurah/ Kades dan TOMA untuk PIK R jalur kemasyarakatan
2. TOGA untuk PIK R jalur keagamaan
3. Kepala sekolah untuk PIK R jalur sekolah umum/agama

Universitas Sumatera Utara

19

4. Puskesmas/ Pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan
medis
a)

Memperoleh pembinaan dan fasilitasi, antara laian oleh
Pemprov/Pemkab/Pemkot, Kepala Sekolah, TOGA/TOMA,
Puskesmas/Pustu, dan lain-lain.

b) Memiliki Mitra Kerja antara lain dengan Organisasi Profesi,
Organisasi

Kepemudaan, Organisasi Keagamaan, dan

Kesiswaan.
b.

Untuk meningkatkan kualitas PIK R dari Tahap Tegak menuju Tahap Tegar
harus telah memenuhi indikator sebagai berikut :
1) Materi khusus yang dikuasi oleh Pengelola, Pendidik Sebaya (PS) dan
Konselor Sebaya (KS) :
a) 8 Fungsi Keluarga
b) Pendewasan Usia Perkawinan (PUP)
c) TRIAD KRR
d) Keterampilan hidup (Life Skills)
e) Ketarampilan advokasi dan KIE
f) Pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK R (misal : gender)
2)

Kegiatan yang dilakukan
a) Di dalam dan di luar PIK R dengan bentuk aktifitas pemberian informasi
baik di dalam PIK maupun di lur PIK R misalnya melalui dialog
interaktif di radio dan TV, penyuluhan dan pembinaan, konseling,

Universitas Sumatera Utara

20

penyelenggaraan seminar, roadshow ke sekolah lain, pameran, pentas
seni, dan lain-lain
b) Menggunakan media cetak misalnya majalah dinding, leaflet, poster,
dan elektronik misalnya radio, televise, dan website
c) Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja untuk
datang ke PIK R misalnya jambore remaja, lintas alam/ outbond, bedah
buku, bedah film, bimbingan belajar siswa, studi banding, kegiatan
ekonomi produktif, kegiatan kesenian dan olah raga, lomba-lomba, buka
puasa bersama, bercocok tanam, beternak, dan sebagainya. Melakukan
pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja (pemeriksaan gigi, konsultasi
kecantikan, konsultasi gizi)
d) Terlibat

dalam

kegiatan sosial

misalnya

pelayanan kesehatan,

kebersihan lingkungan dan kampanye Perilaku Hidup Berwawasan
Kependudukan (PHBK) lain-lain.
e) Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3) Sarana, Prasarana dan SDM :
a)

Ada ruang seketariat, ruang konseling, dan ruang pertemuan

b) Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c)

Struktur pengurus minimal terdiri dari : Pembina, Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, serta minimal 4 orang
Pendidik Sebaya dan 4 orang Kenselor Sebaya

Universitas Sumatera Utara

21

d) 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih/ orientasi tentang
substansi Program GenRe (8 Fungsi Keluarga, Pendewasaan Usia
Perkawinan, TRIAD KRR dan Keterampilan Hidup, Keterampilan
advokasi dan KIE dan pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK R
misalnya gender
e)

4 orang Konselor Sebaya yang sudah dlatih tentang materi
pengetahuan dasar konseling

f)

Lokasi di komunitas remaja mudah diakses dan disukai oleh remaja

g) Memiliki hotline/sms konseling
h) Memiliki perpustakaan
i)

Memiliki sarana dan prasarana jaringan internet serta akses terhadap
jejaring sosial (Facebook, Twitter, dan lainnya)

4) Jaringan :
a) PIK R Tahap Tumbuh harus memiliki kerjasama dengan stakeholder
dilingkungannya, misalnya :
1. Lurah/ Kades dan TOMA untuk PIK R jalur kemasyarakatan
2. TOGA untuk PIK R jalur keagamaan
3. Kepala sekolah untuk PIK R jalur sekolah umum/agama
4. Puskesmas/ Pustu terdekat dengan PIK R sebagai tempat rujukan medis
b) Memiliki Mitra Kerja antara lain dengan Organisasi Profesi, Organisasi
Kepemudaan, Organisasi Keagamaan, Organisasi Kesiswaan, Komite
Sekolah

Universitas Sumatera Utara

22

c) PIK R Tegar sudah mempunyai PIK R binaan (Tumbuh/Tegak)
d) Kegiatan PIK R telah terintegrasi dengan kelompok Bina Keluarga Remaja
(BKR)

2.2 Metode Simulasi Permainan
2.2.1 Definisi Simulasi Permainan
Simulasi adalah tingkah laku seseorang untuk berlaku seperti orang yang
dimaksudkan, dengan tujuan agar orang itu dapat mempelajari lebih mendalam
tentang bagaimana orang itu merasa dan berbuat sesuatu. Simulasi mempunyai
bermacam-macam

bentuk

pelaksanaan

ialah

:

peer-teaching,

sosiodrama,

psikodrama, simulasi game, role playing (Roestiyah, 2012).
Permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemaian yang
berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu pula. Setiap permainan harus mempunyai empat komponen
utama yaitu :
1. Adanya pemain (pemain-pemain);
2. Adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi
3. Adanya aturan-aturan main, dan
4. Adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai (Sadiman, 2005).
Menurut Saefuddin yang dikutip dalam Veronica (2009) Tujuan metode
simulasi permainan adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

23

1.

Meningkatkan akselarasi pemikiran dan perasaan dengan sikap dan psikomotorik
pembelajar,

kemampuan

pembelajar

ditingkatkan

dalam

keterampilan

berkomunikasi sederhana dan kepekaan terhadap aksi orang lain agar terbentuk
sikap peduli terhadap lingkungan sekitarnya;
2.

Menghayati berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh peran yang
dimainkan;

3.

Menggunakan

pengalaman

perannya

dalam

simulasi

untuk

mengatasi

permasalahan yang dihadapi;
4.

Memperoleh persepsi, pandangan ataupun mengalami perasaan kejiwaan dan
batin tertentu;

5.

Menanamkan disiplin dan sikap berhati-hati

6.

Memberi kesempatan berlatih menguasai keterampilan tertentu melalui situasi
buatan, sehingga pembelajar terbebas dari resiko pekerjaan berbahaya.

2.2.2 Kelebihan Simulasi Permainan
1.

Menguasai keterampilan tanpa membahayakan dirinya atau orang lain dan tanpa
menanggung kerugian;

2.

Melibatkan pembelajar secara aktif; dan memberikan kesempatan kepada
pembelajar secar langsung terlibat dalam kegiatan belajar dan melakukan
eksperimen tanpa takut-takut terhadap akibat yang mungkin timbul di dalam
lingkungan yang sesungguhnya;

3.

Meningkatkan berfikir secara kritis, karena pembelajar dilibatkan secara aktif
dalam proses pembelajaran;

Universitas Sumatera Utara

24

4.

Belajar mengalami suatu kegiatan tertentu;

5.

Dapat meningkatkan motivasi pembelajar;

6.

Bermanfaat untuk tugas-tugas yang memerlukan praktek tetapi lahan praktek
tidak memadai;

7.

Memberi kesempatan berlatih mengambil keputusan yang mungkin tidak dapat
dilakukan dalam situasi nyata;

8.

Dapat membentuk kemampuan menilai situasi dan membuat pertimbangan
berdasarkan kemungkinan yang muncul

9.

Dapat meningkatkan disiplin dan meningkatkan sikap kehati-hatian.

2.2.3 Kekurangan Simulasi Permainan
1.

Kurang efektif menyampaikan informasi umum;

2.

Kurang efektif untuk kelas yang besar, karena umumnya akan lebih efektif bila
dilakukan untuk perorangan atau group yang kecil;

3.

Memerlukan fasilitas khusus yang mungkin sulit untuk disediakan di tempat
latihan, karena diperlukan banyak alat bantu;

4.

Dibutuhkan waktu yang lama, bila semua pembelajar harus melakukannya;

5.

Media berlatih yang merupakan situasi buatan tidak selalu sama dengan situasi
sebelumnya, baik dalam hal kecanggihan alat, lingkungan dan sebagainya;

6.

Memerlukan waktu dan biaya yang lebih banyak.

Universitas Sumatera Utara

25

2.3 Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe
a) Tujuan
Untuk memahami tentang program kependudukan dan keluarga berencana
pada umumnya dan subtansi program GenRe pada khususnya antara lain :
Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP), life skills, Triad Kesehatan
Reproduksi Remaja (Seksualitas, Napza, HIV/AIDS), melalui subtansi
permainan ular tangga GenRe, yang dimulai dari kotak start hingga
mencapai kotak finish (kotak juara).
b) Pemain
Dapat dimainkan oleh 2-4 kelompok dimana masing-masing kelompok
minimal 2-4 orang.
c) Kelengkapan permaianan :
1. 1 buah lembar permainan ular tangga GenRe
2. 4 buah poin GenRe
3. 1 buah Dadu/ kubus GenRe
4. 1 set kartu kasus
d) Cara Bermain
1. Sebelum memulai permainan terlebih dahulu membuat kesepakatan
tentang :
a. Menentukan kelompok dan anggota kelompok.
b. Menentukan pemandu permainan, dengan syarat: orang yang menguasai
subtansi program Genre (Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya, Kader).

Universitas Sumatera Utara

26

c. Menentukan hadiah yang akan diberikan untuk pemenang (bisa dengan
jabat tangan sebagai ucapan selamat menjadi pemenang atau berupa
barang yang murah meriah).
2.

Lembar permainan ular tangga GenRe terdiri dari 36 buah kotak, yang
masing-masing kotak terdapat gambar atau instruksi yang berbeda-beda.

3.

Setiap kelompok memilih satu poin

4.

Untuk menentukan urutan giliran, pemain dari tiap kelompok melempar
dadu/kubus GenRe. Pemain yang berhasil melempar dadu/ kubus GenRe
dengan angka yang paling besar mendapat giliran pertama.

5.

Letakkan poin di kotak start, lempar dadu/ kubus GenRe. Lalu langkahkan
poin ke kotak selanjutnya sesuai dengan angka yang dihasilkan dari lemparan
dadu/kubus GenRe.

6.

Kelompok pertama yang mencapai finish adalah pemenangnya. Pemenang
akan mendapatkan ucapan selamat atau hadiah dari kelompok yang kalah.

2.4 Remaja
2.4.1 Definisi Remaja
Remaja atau “adolescence” berasal dari bahasa latin “adolescere” yang
berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis.

Universitas Sumatera Utara

27

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun, menurut
Departemen Kesehatan (Depkes) RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin, menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun (Widyastuti, 2009)
Definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu :
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun
sampai 20-21 tahun
2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan
fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual
3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami
perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara
masa anak-anak menuju masa dewasa (Kusmiran, 2012).
2.4.2 Tahapan Remaja
Tumbuh kembang remaja menuju dewasa, berdasarkan kematangan
psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1.

Masa remaja awal atau dini (early adolescence); umur 11-13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berfikir
abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya

2.

Masa remaja pertengahan (middle adolescence); umur 14-16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk berkencan,
berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam

Universitas Sumatera Utara

28

3.

Masa remaja lanjut (late adolescence) ; umur 17-20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari teman
sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta,
pengungkapan kebebasan diri. Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk
masing-masing individu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi
tidak mempunyai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan
secara berkesinambungan.
Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan somatik pada remaja, yaitu

peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat badan, perubahan
biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan
walaupun polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhususan ( sex specific), seperti
pertumbuhan payudara pada remaja perempuan dan rambut muka (kumis, jenggot)
pada remaja laki-laki (Marmi, 2014).
2.4.3 Perubahan Fisik pada Masa Remaja
Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tandatanda sebagai berikut :
1. Tanda-tanda seks primer
Tanda seks primer yang dimaksud adalah yang berhubungan langsung dengan
organ seks. Ciri-ciri seks primer pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah
mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia

Universitas Sumatera Utara

29

antara 10-15 tahun. Mimpi basah sebetulnya merupakan salah satu cara tubuh lakilaki ejakulasi. Ejakulasi terjadi karena sperma yang terus menerus diproduksi perlu
dikeluarkan. Ini adalah pengalaman yang normal bagi semua remaja laki-laki.
b. Remaja wanita
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ reproduksi adalah
ditandai dengan datangnya menstruasi (menarche). Menstruasi adalah proses
peluruhan lapisan dalam atau endometrium yang banyak mengandung pembuluh
darah dari uterus melalui vagina. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa
menopause yaitu ketika seorang berumur sekitar 40-50 tahun.Siklus menstruasi
normal terjadi setiap 22-35 hari, dengan lama menstruasi 2-7 hari.
2. Tanda- tanda Seks Sekunder
Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut :
a.

Remaja Laki-laki
1) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kaki bertambah besar
2) Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan membidang, pinggul
menyempit
3) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki
4) Tulang wajah memanjang dan membesar tidak tampak seperti anak kecil lagi
5) Tumbuh jakun, suara menjadi besar
6) Penis dan buah zakar membesar
7) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal dan berminyak
8) Rambut menjadi lebih berminyak

Universitas Sumatera Utara

30

9) Produksi keringat menjadi lebih banyak
b. Remaja wanita
1)

Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan kakai bertambah besar

2)

Pinggul lebar, bulat, dan membesar

3)

Tumbuh bulu-bulu halus disekitar ketiak dan vagina

4)

Tulang-tulangwajah mulai memanjang dan membesar

5)

Pertumbuhan payudara, puting susu membesar dan menonjul, serta kelenjar
susu berkembang, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat

6)

Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori-pori bertambah
besar, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif

7)

Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan
menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan
dan tungkai

8)

Suara menjadi semakin penuh dan semakin merdu (Kumalasari, 2012).

2.4.4 Perubahan Kejiwaan pada Masa Remaja
Perubahan –perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah
sebagai berikut :
1) Perubahan emosi
a. Sensitif ; perubahan-perubahan kebutuhan, konflik nilai antara keluarga
dengan lingkungan dan perubahan fisik menyebabkan remaja sangat
sensitif, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa

Universitas Sumatera Utara

31

tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja
puteri, terlebih sebelum menstruasi.
b. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar
yang memengaruhinya, sering bersikap irasional, mudah tersinggung
sehingga mudah terjadi perkelahian/ tawuran pada anak laki-laki, suka
mencari perhatian, dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
2) Perubahan intelegensi
a. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik
b. Cenderung ingin mengetahui hal-hal yang baru, sehingga muncul perilaku ingin
mecoba-coba.
Perilaku ingin coba-coba merupakan hal penting bagi kesehatan reproduksi
remaja. Perilaku ingin mencoba hal yang baru jika didorong oleh rangsangan seksual
dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala
akibatnya. Berikut adalalah beberapa permasalahan prioritas terkait perilaku remaja
yang ingin mencoba hal baru :
a.

Kehamilan yang tidak dikehendaki akan menjurus pada aborsi tidak aman dan
komplikasinya

b.

Kehamilan dan persalinan usia muda akan menambah risiko kesakitan dan
kematian ibu dan bayi (2-4 kali lebih berisiko dari masa usia subur)

c.

Penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS

d.

Ketergantungan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

Universitas Sumatera Utara

32

e.

Tindak kekerasan seksual, sperti pemerkosaan, pelecehan, dan transaksi seks
komersial.
Dari segi kesehatan reproduksi, perilaku ingin mecoba-coba dalam bidang

seks merupakan hal yang sangat rawan, karena akan membawa akibat yang sangat
buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja wanita (Kumalasari,
2012).

2.5 TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA)
Permasalahan remaja berkaitan dengan resiko TRIAD Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR) yaitu Seksualitas, , HIV dan AIDS, NAPZA.
1. Seksualitas
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat
kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim
antara laki-laki dan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang di
dorong oleh hasrat seksual mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku
berkencan, bercumbu, dan senggama (Purwoastuti, 2015).
Menurut Hidayat (1997), ruang lingkup seksualitas terbagi atas hal-hal berikut:
a. Seksualitas biologis
Komponen yang mengandung beberapa ciri dasar seks yang terlihat pada
individu yang bersangkutan (kromosom, hormon, serta ciri seks primer dan
sekunder). Ciri seks primer timbul sejak lahir, yaitu alat kelamin luar (genetalia
eksterna) dan alat kelamin dalam (genetalia interna). Ciri seks sekunder timbul saat

Universitas Sumatera Utara

33

seorang meningkat dewasa, misalnya timbul bulu-bulu badan di tempat tertentu
(ketiak, dada); berkembangnya payudara perempuan, dan perubahan suara laki-laki.
b. Identitas seksual
Identitas seksual adalah konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya
laki-laki atau perempuan. Identitas seksual dalam bentuknya banyak dipengaruhi oleh
lingkungan dan tokoh yang sangat penting (orangtua).
c. Identitas gender
Identitas

gender

adalah

penghayatan

perasaan

kelaki-lakian

atau

keperempuanan yang dinyatakan dalam bentuk perilaku sebagai laki-laki atau
perempuan dalam lingkungan budayanya. Identitas budaya merupakan interaksi
antara faktor fisik dan psikoseksual. Interaksi yang harmonis diantara kedua faktor ini
akan menunjang perkembangan norma seorang perempuan atau laki-laki.
d. Perilaku seksual
Perilaku seksual yaitu orientasi seksual dari seorang individu, yang merupakan
interaksi antara kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku seksual dan
tingkah laku gender. Tingkah laku seksual didasari oleh dorongan seksual untuk
mencari dan memperoleh kepuasan seksual, yaitu orgasmus. Tingkah laku gender
adalah tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim di luar tingkah laku
seksual. Perilaku seksual itu mulai tampak setelah anak menjadi remaja (Kusmiran,
2012).

Universitas Sumatera Utara

34

Perilaku seksual yang tidak sehat dikalangan remaja khususnya remaja yang
belum menikah cenderung meningkat. Menurut Elizabeth B. Hurlock, beberapa
faktor yang memengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Faktor perkembangan yang terjadi dalam diri mereka, yaitu berasal dari
keluarga di mana anak mulai tumbuh dan berkembang
b. Faktor luar, yaitu mencakup kondisi sekolah/ pendidikan formal yang cukup
berperan terhadap perkembangan remaja dalam mencapai kedewasaannya.
c. Faktor masyarakat yaitu adat kebiasaan, pergaulan, dan perkembangan di
segala bidang khususnya teknologi yang dicapai manusia (Kumalasari, 2012).
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tak mampu
mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk melakukan hubungan
seks pranikah. Hal ini akan menimbulkan akibat yang dapat dirasakan bukan saja oleh
pasangan, khususnya remaja puteri, tetapi juga orang tua, keluarga, bahkan
masyarakat.
Akibat hubungan seks pranikah :
a. Bagi remaja :
1. Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak perawan.
2. Menambah risiko tertular Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti : gonore
(GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), clamidia, kondiloma akuminata,
HIV/AIDS.

Universitas Sumatera Utara

35

3. Remaja puteri terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran
kandungan tidak aman, infeksi organ-organ reproduksi, anemia, kemandulan
dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan.
4. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa
depan).
5. Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan
kesempatan bekerja.
6. Melahirkan bayi yang kurang atau tidak sehat.
b. Bagi keluarga
1. Menimbulkan aib keluarga
2. Menambah beban ekonomi keluarga
3. Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan masyarakat di
lingkungannya (ejekan).
c. Bagi masyarakat
1. Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun
2. Meningkatnya angka kematian ibu dan bayi
3. Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan
masyarakat menurun (Marmi, 2014).
2. HIV dan AIDS
HIV (human immunodeficiency virus) menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia dan dapat menimbulkan AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel
darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama

Universitas Sumatera Utara

36

limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel limfosit.
AIDS (acquired immuno deficiency syndrome ) merupakan kumpulan gejala
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan HIV. Tubuh manusia mempunyai
kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh, sehingga
berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Purwoastuti, 2015).
Cara penularan HIV/ AIDS diantaranya sebagai berikut :
a.

Melalui hubungan seksual
Merupakan jalur utama penularan HIV/AIDS yang paling umum ditemukan.

Virus dapat ditularkan dari seseorang yang sudah terkena HIV kepada mitra
seksualnya (pria ke wanita, wanita ke pria, pria ke pria) melalui hubungan seksual
tanpa pengaman (kondom). Jalur ini dapat dicegah dengan cara :
1)

Abstinence : tidak berhubungan seksual.

2)

Be faithful: saling setia dengan satu pasangan.

3)

Condom : selalu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.

4)

Drug : tidak menggunakan obat-obat terlarang.

b. Parental (produk darah)
Penularan dapat terjadi melalui transfer darah atau produk darah, atau
penggunaan alat-alat yang sudah dikotori darah seperti jarum suntik, jarum tato,
tindik, dan sebagainya. jalur ini dapat dicegah dengan cara:

Universitas Sumatera Utara

37

1)

Memastikan bahwa darah yang diterima pada saat transfusi tidak mengandung
HIV

2)

Memastikan bahwa peralatan (jarum suntik, jarum tato, tindik) telah disterilkan
dan apabila memungkinkan gunakan peralatan yang sekali buang.

c. Perinatal
Penularan melalui ibu kepada anaknya. Ini bisa terjadi saat anak masih berada
dalam kandungan, ketika dalam proses lahir atau sesudah lahir. Kemungkinan ibu
pengidap HIV melahirkan bayi HIV positif adalah 15-39%. Seorang bayi yang baru
lahir akan membawa antibodi ibunya, begitupun kemungkinan positif dan negatifnya
si bayi tertular HIV adalah tergantung dari seberapa parah tahapan perkembangan
AIDS pada diri sang ibu. Sebaiknya lakukan tes darah sebelum hamil. Kelompok
yang beresiko terkena HIV adalah :
1)

Wanita dan laki-laki yang selalu berganti-ganti pasangan dalam melakukan
hubungan seksual.

2)

Wanita dan laki-laki pekerja seks.

3)

Melakukan hubungan seksual yang tidak wajar seperti melalui anal dan mulut,
homoseksual dan biseksual.

4)

Penyalahgunaan obat-obatan melalui suntikan secara bergantian (Kusmiran,
2012).

3. NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu : opoid, alkohol, ekstasi,

Universitas Sumatera Utara

38

ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk kedalam tubuh
akan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar biasa dan
pengaruh-pengaruh lainnya. Penggunaan NAPZA ini beresiko terhadap kesehatan
reproduksi karena penggunaan NAPZA akan berpengaruh terhadap meningkatnya
perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko
terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang
dipakai secara bergantian (Marmi, 2014).
Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional Tahun 2008, menunjukkan
bahwa jumlah pengguna NAPZA sampai dengan tahun 2008 adalah 115.404. dimana
51.986 dari total total pengguna adalah mereka yang berusia remaja (usia 16-24
tahun). Mereka yang pelajar sekolah berjumlah 5.484 dan mahasiswa berjumlah
4.055 (BKKBN, 2012).
a. Jenis-Jenis Narkoba
1) Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
(Undang-undang No. 22 Tahun 1997).
Berikut adalah zat-zat yang termasuk jenis narkotika :

Universitas Sumatera Utara

39

1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfin dan kokain serta campuran dan
sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut diatas.
2) Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undangundang No.5 Tahun 1977). Zat-zat yang termasuk psikotropika adalah sedatin (pil
BK),

Rohypnol,

Magadon,

Valium,

Mandarax,

Amfetamine,

Fensiklidin,

Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Sabu-sabu, LSD
(Lycergic Alis Diethylamide), dan sebagainya.
3) Bahan Adiktif
Bahan adiktif yaitu bahan-bahan ilmiah, semi sintetis maupun sintetis yang
dapat dipakai sebagai pengganti morfin atau kokain dapat mengganggu sistem saraf
pusat, menimbulkan efek ketagihan sehingga akan melakukan berbagai cara agar
terus bisa mengonsumsinya. Jika pemakai tidak bisa mendapatkannya, tubuhnya akan
ada pada kondisi kritis (sakau). Zat yang termasuk adiktif antara lain alkohol yang
mengandung etil etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik (karbon)
yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anastetik jika aromanya diisap, seperti lem/perekat, aseton, eter,
dan sebagainya (Kumalasari, 2012).

Universitas Sumatera Utara

40

Efek yang ditimbulkan dari narkoba diantaranya :
a. Depresan
Efek obat yaitu dengan menekan sistem-sistem saraf pusat dan mengurangi
aktivitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat
pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan
kematian.
b. Stimulan
Merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran.
Mempercepat kerja organ tubuh seperti jantung dan otak sehingga pemakai merasa
lebih bertenaga untuk sementara waktu. Jenis stimultan antara lain kafein, kokain,
amfetamin, dan metamfetamin. Contoh sekarang yang sering dipakai adalah sabusabu dan ekstasi.
c. Halusinogen
Efek utamanya adalah mengubah daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi
(melihat sesuatu/ mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada). Para pemakai
menjadi psikopat (mudah curiga). Halusinogen kebanyakan berasal dari tanaman
seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Selain itu ada juga
yang diramu di laboratorium seperti Lycergic Alis Diethylamide (LSD) dan yang
paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja (Kumalasari, 2012)
Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat bergantung pada jenis
narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai, dan situasi atau kondisi pemakai. Organ
tubuh yang secara fisiologis dipengaruhi adalah sistem saraf pusat (otak dan sumsum

Universitas Sumatera Utara

41

tulang belakang), organ vital (jantung, paru, hati, ginjal) dan pancaindera. Secara
umum, pengaruh narkoba adalah dapat memengaruhi organ tubuh secara sitemik
(Kusmiran, 2012).
Gangguan fisik yang dapat terjadi akibat penyalahgunaan narkoba antara lain
sebagai berikut :
a. Gangguan pada sistem saraf pusat, seperti : kejang, halusinasi, gangguan
kesadaran, dan kerusakan saraf perifer.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah, seperti : infeksi akut pada jantung
dan gangguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : penahanan (abses), alergi, dan
eksem.
d. Gangguan pada paru-paru, seperti : penekanan fungsi saluran pernapasan,
kesulitan bernapas, pengerasan jaringan paru-paru.
e. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan
hati, dan sulit tidur.
f. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan pada endokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual.
g. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenore (tidak
haid).

Universitas Sumatera Utara

42

h. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik
secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan
HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
i. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi overdosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Overdosis
bisa menyebabkan kematian.
Dampak psikis yang terjadi akibat penyalahgunaan narkoba diantaranya :
a. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah.
b. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, dan penuh curiga.
c. Agitasi, menjadi ganas, dan tingkah laku yang brutal.
d. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal, dan tertekan.
e. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
Dampak sosial juga dapat terjadi akibat penyalahgunaan narkoba, meliputi:
a. Gangguan mental, antisosial, dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan.
b. Merepotkan dan menjadi beban keluarga.
c. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram (Kumalasari, 2012).

2.6 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

Universitas Sumatera Utara

43

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera
pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,
2010).
Secara garis besar pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan :
1.

Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari yaitu : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan, dan sebagainya.’
2.

Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterpretasikan secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu
objek yang dipelajari.
3.

Aplikasi (Aplication)
Aplikasi sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi

Universitas Sumatera Utara

44

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4.

Analisis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu sama lain.
5.

Sintesis (Sintesis)
Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi yang ada.
6.

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu
kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada
(Wawan, 2010).

2.7 Sikap
Sikap merupakan respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell
(1950) mendefinisikan sangat sederhan, yakni: “An individual’s attitude is syndrome

Universitas Sumatera Utara

45

of response consistency with regard to object”. Jadi dapat dikatakan bahwa sikap itu
suatu sindrom atau kumpulan gejal dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga
sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain
(Notoatmodjo, 2010).
Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang yaitu :
1. Komponen kognitif
Merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap,
komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai
sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah
isu atau problem yang kontroversial.
2. Komponen afektif
Merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional
inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan
aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah
mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang
dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif
Merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap
yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak/ bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan
objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap seseorang
adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku. (Wawan, 2011). Seperti halnya

Universitas Sumatera Utara

46

pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya,
sebagai berikut :
1. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa hamil ( antenatal care),
dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu mendengarkan penyuluhan tentang
antenatal care di lingkungannya.

2. Menanggapi (responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi.
3. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.
4. Bertanggung jawab
Sikap yang paling tinggi tingkatnya adalah bertanggung jawab terhadap apa
yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan
keyakinannya, dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain yang
mencemoohkan atau adanya risiko lain (Notoatmodjo, 2010).

Universitas Sumatera Utara

47

2.8 Landasan Teori
Kegiatan PIK R adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam
program GenRe, yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan
pelayanan informasi dan konseling yang salah satunya meliputi tentang TRIAD KRR
(seksualitas, HIV dan AIDS, serta NAPZA). Kegiatan PIK R yang dilakukan di
lingkungan sekolah salah satunya adalah simulasi permainan ular tangga. Disini
permainan ular tangga diberikan kepada siswa/siswi yang bukan merupakan anggota
PIK R melalui peran pendidik sebaya.
Pengetahuan dan sikap siswa/i tidak terlepas dari informasi yang diterima
dalam berbagai sumber informasi. Berdasarkan teori Stimulus Organisme (SOR)
perubahan perilaku tergantung kepada

kualitas rangsang (Stimulus)

yang

berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi (source)
misalnya kredibilitas kepemimpinan dan gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seorang atau kelompok (Notoatmodjo, 2010).
Organisme
- Perhatian
- Pengertian
- Penerimaan

Stimulus

Respons
(Perubahan Sikap)

Promosi Kesehatan

Respons
(Perubahan tindakan)
Gambar 2.1 Teori SOR
Sumber : Notoatmodjo, 2010

Universitas Sumatera Utara

48

2.9 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Intervensi Kegiatan
PIK R dengan
simulasi permainan
ular tangga

Pre test

Pengetahuan dan Sikap
remaja tentang TRIAD
KRR( seksualitas, HIV
dan AIDS, serta
NAPZA)

Post test

Pengetahuan dan Sikap
remaja tentang TRIAD
KRR( seksualitas, HIV
dan AIDS, serta
NAPZA)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Raksana Medan

16 105 88

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan Tahun 2012

0 48 92

Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang HIV/AIDS di SMA Negeri 1 Medan

0 49 94

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

0 0 18

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

0 2 10

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016 Chapter III VI

0 0 37

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

1 5 3

Pengaruh Simulasi Permainan Ular Tangga GenRe Terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Triad KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, Napza) di SMPN 1 Tanjung Morawa Tahun 2016

0 1 58

148 PENGARUH SIMULASI PERMAINAN ULAR TANGGA GenRe TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG TRIAD KRR (SEKSUALITAS, HIV DAN AIDS, NAPZA) DI SMPN 1 TANJUNG MORAWA TAHUN 2016 Niasty Lasmy Zaen1 , Asfriyati2 , Tukiman2

0 2 10