Analisis Kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan Chapter III IV

BAB III
ANALISIS KEBIJAKAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK
TAHUN 2011-2015 KOTA MEDAN
Setelah memaparkan teori, data-data dan informasi yang berkenaan
gambaran umum Profil Kota Medan dan secara khusus Visi Misi Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Struktur Jabatan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan dan apaapa saja Program yang dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan dalam rangka meningkatkan kualitas Hidup
Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan dalam bab sebelumnya,
selanjutnya peneliti akan memaparkan analisis tentang Kebijakan Kualitas Hidup
Perempuan dan Anak Tahun 2011-2015 Kota Medan.
Dalam menganalisis kebijakan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak
Tahun 2011-2015 Kota Medan akan menggunakan teori kebijakan publik,
Analisis Kebijakan Publik, Defenisi Kualitas hidup dan Komponen Kualitas
Hidup. Yang nantinya sebagai acuan untuk memperoleh analisis yang objektif
terhadap data-data dan informasi yang didapat seputar Peraturan Walikota Medan
Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota
Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012 Untuk
memperkuat


Program

Pengarusutamaan

Gender

(PUG).Data-data

yang

dipaparkan dalam bab ini diperoleh dari Jurnal, Laporan Badan Pemberdayaan

Universitas Sumatera Utara

Perempuan dan KB, hasil wawancara dengan pihak pemerintah dalam ini adalah
Pihak Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan
serta Laporan Badan Pusat Statistik Kota Medan.
Salah satu pihak yang berwewenang dalam mengatur dan mengeluarkan
kebijakan adalah Pemerintah daerah. Pemerintah daerah juga berhak mengontrol
jalannya kebijakan tersebut. Agar apa yang menjadi tujuan dan sasaran lahirnya

kebijakan dapat tercapai dengan baik dalam suatu daerah. Adapun Kebijakan akan
direalisasikan melalui berbagai program ataupun kegiatan-kegiatan. Peraturan
Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010 tentang Pengarusutamaan Gender
merupakan bentuk dan tahapan dari Kebijakan Publik Meso, Kebijakan yang
bersifat meso atau bersifat menegah atau yang lebih dikenal dengan penjelasan
pelaksanaan. Yang mana peraturan ini dikeluarkan sesuai dengan Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender dalam pembangunan Nasional. Upaya pemerintah Kota Medan untuk
meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan. Hal ini
didorong oleh beberapa kebijakan yang dilakukan oleh Badan yang membantu
Walikota Kota Medan menjalankan sebagian dari tugasnya, yaitu Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan. Selajutnya
Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang Pembentukan Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Medan
Tahun 2012 yang dibentuk untuk memperkuat PUG.

Universitas Sumatera Utara

Pengarusutamaan gender dimaksudkan untuk memberikan pedoman
kepada Pemerintah Daerah dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam

pembuatan kebijakan, perencanaan dan pelaksanaan program, perencanaan dan
pelaksanaan kegiatan agar berspektif gender. Hal ini didorong melalui
implementasi program-program dari PUG tersebut. Adapun tujuannya untuk
memberi acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi
pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan,
pengganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan kota.
Berdasarkan wawancara dengan Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM :
Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota
Medan. di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota
Medan mengatakan: 46
“Lahirnya kebijakan ini pada hakekatnya, ketika Pemerintah melihat
masih tertinggalnya Perempuan didalam segala bidang kehidupan
bermasyarakat. Khususnya masih sedikitnya Perempuan yang terjun
keruang publik dan masih didominasi oleh ibu-ibu yang memilih untuk
berada di lini domestik (Rumah Tangga). Begitu pula dengan maraknya
kasus kekerasan terhadap Perempuan dan Anak, dan hal ini sebenarnya
sudah terjadi jauh sebelum indonesia merdeka dan sampai sekarang pun
sesudah indonesia merdeka. Padahal Perempuan dan Anak juga
merupakan

generasi Bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa
kita ini kelak. Jika kita lihat komitmen dari pembuat kebijakan
sebenarnya sudah baik, hanya saja dalam proses implementasinya masih
kurang maksimal yang disebabkan oleh bebrapa faktor, misalnya
minimnya anggaran dari pemerintah dan kurangnya partisipasi dari
46

Wawancara dengan Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, Ibu
Ir. Hj. Asrah FM. Harahap, MM, 16 Januari 2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Perempuan dan Anak. Saya melihat kurangnya Partisipasi dari
Perempuan dan Anak diakibatkan Perempuan dan Anak juga belum
mengerti akan apa saja yang menjadi kewajibannya sebagai
masyarakat. Khususnya Kota Medan serta apa saja yang menjadi hak-hak
yang harus ia dapatkan ketika ia menjadi masyarakat Kota Medan”.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala
Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan

dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 47
“Peraturan Walikota Medan Nomor 34
Tahun
2010
tentang
Pengarusutamaan
Gender dikeluarkan sesuai dengan Instruksi
Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender. ini berlaku untuk semua Kota yang ada
diindonesia, salah satunya Kota Medan. Melihat kondisi perempuan
yang selalu mengalami subordinasi dan Pemerintah juga melihat bahwa
Perempuan merupakan aset Negara yang harus di perhatikan”.
Didalam Pengarusutamaan Gender (PUG) terdiri dari beberapa program
kegiatan, yaitu sosialisasi pengarusutamaan gender kepada kepada aparat
pemerintah mulai dari dinas-dinas, kecamatan hingga kelurahan dan masyarakat
Kota Medan. Sosialisasi ini dilakukan sehingga dapat menghindari adanya distorsi
atas kebijakan dan program tersebut. Hal ini menjadi penting karena semakin
tinggi pengetahuan aparat pemerintah dan masyarakat yang menjadi sasaran atas
program maka akan mengurangi tingkat penolakan dan kekeliruan dalam
mengaplikasikan program dan kebijakan dalam ranah yang sesungguhnya dan

membuat perempuan faham pentingnya mengetahui sasaran dan tujuan dari
kebijakan tersebut.

47

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat
di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Hal ini sesuai dengan isi Perwal nomor 34 Tahun 2010 pada Bab VI
Dimana Pelaksanaan kebijakan, program, kegiatan dan anggaran yang responsif
gender melibatkan masyarakat, organisasi kemasyarakatan atau lembaga lain
selain Pemerintah Daerah, SKPD. Sosialisasi yang diberikan kepada Dinas-dinas
pemerintah, SKPD-SKPD dan Masyarakat terkait Pengarusutamaan Gender untuk
Urusan Pendidikan, Urusan Kesehatan dan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana.
Dalam Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi Daerah
Pengarusutamaan Gender dalam hal urusan Pendidikan seperti: Menyusun data
terpilah dibidang pendidikan khususnya yang menunjukkan Angka Partisipasi

Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM),
Angka Buta Aksara, Angka Putus Sekolah, guru dan Kepala Sekolah. Badan
Pemberdayaan masih terpaku pada data-data yang disediakan oleh Walikota Kota
Medan.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid
Pengarusutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 48
“Untuk Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK),
Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Buta Aksara, Angka Putus
Sekolah, guru dan Kepala Sekolah Kami masih meminta data dari Kantor
Walikota. Data itu pula lah yang nantinya akan kami gunakan didalam
membuat Laporan Evaluasi PUG. Dalam meminta data kepada Walikota
pun itu sangat sulit, dan cenderung lama untuk mendapatkannya”.

48

Wawancara dengan Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat
di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hasil wawancara ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk
menunjukkan atau menyusun Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi
Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Buta Aksara, Angka Putus
Sekolah, guru dan Kepala Sekolah Kota Medan, Sama sekali tidak berjalan dan
masih menggunakan data-data yang tersedia di Walikota. Hal ini berlawanan
dengan isi Pedoman Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi Daerah
Pengarusutamaan Gender.
Selanjutnya didalam Mengidentifikasi, menemukenali dan menganilisis
masalah gender terkait APS, APK, dan APM. Juga dengan meilihat data-data dari
kantor Walikota berdasarkan persentase dimasing-masing bidang. Dan untuk
itulah dilakukan sosialisasi kepada Dinas-dinas Kota Medan, salah satunya Dinas
Pendidikan agar menindaklanjuti jika APS, APK, dan APM di sekolah-sekolah
masih rendah. Hal ini sesuai dengan amanat yang terkandung didalam Tujuan
gugus Tugas Pengarusutamaan Gender Pada Point (1). Membantu SKPD dalam
ruang lingkup tugas pokok dan langkah konkrit sebagai solusi apabila melihat ada
kesenjangan gender. Dan Point (2). Mendorong dan membantu SKPD untuk
menelaah dan memperbaiki kebijakan, program, kegiatan dan anggaran agar lebih
berspektif gender.
Kemudian dalam Menganalisis perbedaan angka partisipasi perempuan

dan laki-laki pada berbagai indikator pendidikan pokok. Maka
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga

Berencana

Badan

Kota Medan juga

memfasilitasi kegiatan Pelatihan sensitif gender, pelatihan analisis gender sesuai

Universitas Sumatera Utara

dengan Tugas gugus PUG pada point (3). Persentase yang seimbang dalam askes
terhadap pendidikan adalah tujuan utama PUG.
Adapun pelatihan ini akan diikuti oleh para pejabat pemerintah. Hal ini
dikarenakan mereka sebagai aktor-aktor perumus kebijakan. Ketidakpahaman
dalam proses perumus kebijakan

mengenai


PUG dikhawatirkan dapat

menghasilkan kebijakan yang tidak sensitif gender atau tidak memperhatikan
adanya perbedaan antara kebutuhan laki-laki dengan kebutuhan perempuan.
Sehingga apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari Perwal no 34 Tahun 2010
tidak tercapai dengan maksimal.
Melalui pelatihan ini diharapkan agar para aktor-aktor perumus kebijakan
paham mengenai kebijakan yang sensitif gender, sehingga setiap keputusan yang
mereka ambil di kemudian hari akan memperhatikan adanya kebutuhan laki-laki
dan kebutuhan perempuan. Namun dalam pelaksanaanya kegiatan ini juga masih
belum rutin dilakukan karena membutuhkan biaya yang banyak. Akan tetapi
menurut saya, Pelatihan yang dilaksanakan ini kurang maksimal, karena tidak
adanya tindak lanjut (follow up) yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan setelah pelatihan berlangsung.
Padahal didalam setiap kegiatan yang sudah dilakukan seharusnya ada tindak
lanjutnya. Untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang di dapatkan mengenai
responsif gender setelah mengikuti pelatihan tersebut.
Urusan Kesehatan yaitu: Menyusun data terpilah bidang kesehatan tentang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Dimana Badan


Universitas Sumatera Utara

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan bekerja sama
dengan Rumah Sakit Pemerintah. Salah satunya Rumah Sakit Pringandi. Dari data
tersebut maka akan dilihat bagaimana laporan kematian Bayi dan Ibu di Kota
Medan maka akan dilakukan sosialisasi terkait apa-apa saja yang harus
diperhatikan oleh ibu-ibu pada saat hamil dan sesudah melahirkan. Hal ini juga
sesuai dengan tujuan Pedoman Ruang Lingkup Isu Gender pada point (3).
mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Selanjutnya dalam Memastikan tentang Standar Operasional Persiapan dan
Pelaksanaan Operasi dirumah sakit yang tidak mendiskriminasi antara laki-laki
dan perempuan dan antara suami dan istri. Badan Pemberdayaan Perempuan dan
KB hanya memberikan materi kepada Dinas Kesehatan mengenai Pentingnya di
sediakan fasilitas-fasilitas khusus untuk para suami yang sedang menunggu
istrinya bersalin.
Dan terakhir untuk dan Urusan Pemberdayaan Perempuan, Khususnya
Partisipasi Perempuan didalam ruang (Public). Untuk itu dalam materi
Pengarusutamaan Gender ditekankan kembali persamaan kedudukan, fungsi dan
peranan Perempuan dalam pembangunan Kota. Hal ini sesuai dengan isi Pedoman
Ruang Lingkup Dan Isu Gender Rencana Aksi tentang Urusan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana. Pada point (1). Mengkampanyekan,
mensosialisasikan persamaan kedudukan, fungsi dan peranan perempuan dalam
pembangunan kota.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid
Pengarusutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 49
“Sosialisasi Pengarusutamaan Gender adalah hal yang vital yang harus
dilakukan terlebih dahulu, Pengarusutamaan Gender adalah Strategi yang
dibuat untuk membuat laki-laki dan perempuan dapat berperan aktif di
ruang publik serta meminimalisir ketimpangan diantara mereka. Dan
harapannya Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan Baik.
Karena pada hakekatnya Gender dan Kodrat adalah dua hal yang berbeda.
Ketika kita berbicara Gender maka itu berhubungan dengan Konsep yang
mengatur peran dan tanggung jawab antara laki-laki dan Perempuan yang
terjadi akibat keadaan sosial dan dapat berubah sesuai dengan keadaan dan
sosial budaya yang ada. Dan ketika kita berbicara Kodrat Maka Kita akan
berbicara tentang Sesuatu yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa.
Misalnya Kodrat Perempuan: Melahirkan, Menyusui, Mensturasi. Jadi
salah ketika dimasyarakat berkembang bahwa pekerjaan rumah tangga
identik dengan perempuan saja, contohnya menyapu, memasak, mencuci
ini juga adalah tugas dari pada kaum laki-laki. Hal inilah yang sebenarnya
kita coba sosialisasikan kepada masyarakat agar tercipta keadaan yang
seimbang antara laki-laki dan perempuan. Walaupun untuk isu gender
sendiri masih banyak dipertentangkan termasuk juga oleh kaum
Perempuan”.
Kemudian pada point (2) Menyusun data dan informasi terpilah statistik
sosial ekonomi dan politik berdasarkan jenis kelamin. Badan Pemberdayaan
Perempuan dan KB Kota Medan melihat data-data dari kantor Walikota. Dan
terakhir pada point (3). Mengkampanyekan dan mensosialisasikan kepersertaan
pemakaian alat kontrasepsi KB secara setara antara laki-laki dan perempuan.
Dalam menjalankan berbagai kegiatan-kegiatan tersebut juga di bentuk Kelompok
Kerja PUG Atau disebut Focal Point. Focal Point dibentuk dimasing-masing

49

Wawancara dengan Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat
di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

SKPD-SKPD yang ada di Kota Medan. Akan tetapi Kelompok Kerja ini tidak
berjalan sama sekali.
Berdasarkan wawancara yang di paparkan oleh ibu Dra. Yuslinar Selaku
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 50
“Sosialisasi Pengarusutamaan Gender sangat penting dilakukan. Selain ini
juga sudah menjadi Program yang harus dijalankan. Agar apa yang
menjadi tujuan dari Peraturan Walikota Medan Nomor 34 Tahun 2010
dapat tercapai. Materi yang akan di sampaikan juga kepada Dinas-dinas
Kota Medan, SKPD dan masyarakat Kota Medan harus sesuai dengan isuisu Pemberdayaan Perempuan dan Anak agar Kualitas Hidup Perempuan
dan Anak meningkat. Pemerintah juga harus memperhatikan setiap
kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama mempertimbangkan
keberadaan Perempuan dan laki-laki. Dan untuk menunjang kegiatankegiatan yang akan dilakukan maka di bentuk Focal Point dimana terdapat
kelompok kerja yang ada di setiap SKPD-SKPD Kota Medan agar
memperhatikan nilai-nilai pengarusutamaan gender sebagaimana yang
sudah dijelaskan diatas, akan tetapi Focal Point sendiri belum dijalankan
dengan maksimal karena masih banyak dari SKPD yang tidak tau mereka
tergabung didalam Focal Point yang mana. Sehingga untuk Focal Point
sendiri tidak berjalan. Hal ini juga dipicu kurangnya koordinasi yang kami
lakukan kepada setiap grup Focal Point”.
Padahal dalam Peraturan Walikota nomor 34 Tahun 2010 pada Bagian
Ketiga, Tujuan dibentuknya Kelompok Kerja (POKJA) Pengarusutamaan Gender
Pasal 8 Ayat (1). Untuk meningkatkan fungsi dan menjalin komunikasi antara
gugus tugas pengarusutamaan gender dimasing-masing SKPD dan mendorong
kesadaran gender kepada pejabat daerah maka perlu dibentuk kelompok kerja
(pokja) pengarusutamaan gender dimana pada pasal (2) Dijelaskan

Tugas

50

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat
di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender yaitu pada point (a).
Mempromosikan dan memfasilitasi dialog gender antar unit kerja pada masingmasing SKPD, (b). Mengembangkan jaringan kerja sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang diberikan dalam upaya mewujudkan kesetaraan dan keadilan
gender.(c). Menyusun program kerja dalam rangka pelaksanaan pengarusutamaan
gender guna mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender, (d). Membuat
mekanisme kelompok kerja agar para gugus tugas pengarusutamaan gender
semakin handal dan efektif, (e). Melaksanakan sosialisasi, advokasi, koordinasi
dan pelatihan pengarusutamaan gender dilingkunagan Pemerintah Daerah, (f).
Menampung laporan tentang kebijakan, program atau kegiatan-kegiatan yang
tidak

responsif

gender

dimasing-masing

SKPD,

(g).

Membuat

serta

menyampaikan laporan pelaksanaan program dan kegiatan kelompok kerja
(pokja) pengarusutamaan gender kepada Kepala SKPD. Maka dapat kita
simpulkan bahwa tugas ini tidak berjalan dengan maksimal, karena Kelompok
Kerja tersebut sama sekali belum mengetahui fungsi ataupun kedudukannya.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk Urusan Pendidikan,
Urusan Kesehatan dan Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana. PUG sangat memaksimalkan kegiatan sosialisasi-sosialisasi kepada
Dinas-dinas pemerintah, SKPD-SKPD dan Masyarakat terkait Pengarusutamaan
Gender. Salah yang harus dipersiapkan dalam rencana implementasi kebijakan
salah satunya adalah sosialisasi. Sosialisasi ini penting untuk menyampaikan
argumentatif kebijakan yang diambil adalah sudah melalui proses yang sesuai

Universitas Sumatera Utara

dengan logika dan layak untuk diimplementasikan. Dalam sosialisasi nantinya
menunjukkan ada dua tiga sasaran penting. Pertama adalah kepada perumus
kebijakan/parlemen dan stakeholders. Sosialisasi kepada pihak pertama ini adalah
untuk mendapatkan dukungan dari segi politik, sehingga implementasi kebijakan
dapat dilakukan dengan legal dan sesuai dengan konstitusi. Kedua adalah
kelompok sasaran. Kelompok sasaran pihak publik. 51 Dan nantinya masingmasing bidang akan menindaklanjuti sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Dan untuk setiap tugas tersebut, maka akan dibentuk kepanitiaan.
Mengingat kelompok Kerja PUG yang tidak berjalan. Adapun kepanitiaan
tersebut akan diisi oleh orang-orang yang ada didalam bidang Pemberdayaan
Perempuan. Disisi lain hal ini sangat mengecewakan dan

merugikan Kaum

Perempuan dan Anak Kota Medan. Ketika Kebijakan tidak disosialisasikan
kepada publik, Maka akan sedikit pula yang akan mengetahui tentang konsep
PUG tersebut. Sehingga didalam pengambilan keputusan atau dalam pembuatan
program-program yang akan dilaksanakan, Dinas-dinasi pemerintah, SKPDSKPD Kota Medan tidak memperhatikan konsep PUG. Dalam hal ini, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan harus
mempunyai sikap tegas untuk mengaktifkan kembali Kelompok Kerja PUG Atau
disebut Focal Point. Agar sosialisasi dapat dilaksanakan dengan maksimal
sehingga berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Hidup Perempuan dan Anak di
Kota Medan.
51

Dwiyanto, Indiahono. 2009. Kebijakan Publik Berbasis Dynamic Policy Analysis. Yogyakara: Gaya Media.
Hal 136

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya ketika program pengarusutamaan sudah di implementasikan
maka dilakukan Evaluasi Pengarusutamaan Gender. Evaluasi dilakukan agar
melihat sejauh mana partisipasi perempuan dan tingkat keberhasilan di
implementasikannya pengarusutamaan gender ditengah-tengah masyarakat. Hal
ini dilihat dari komposisi perempuan di Pemerintahan Kota Medan, Keaktifan
perempuan di rana (publik) dan sejauhmana pemahaman perempuan terkait
pengarusutamaan gender.
Berdasarkan wawancara dengan Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang
Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 52
“Evaluasi pada awalnya dilakukan 2 kali dalam satu tahun, agar kita cepat
menilai apa-apa saja yang menjadi kekurangan didalam menjalankan
program Pengarusutamaan Gender. Akan tetapi memasuki Tahun 2017
Evaluasi dilakukan 1 kali saja dalam satu tahun. Laporan Evaluasi
Pengarusutamaan Gender dibuat langsung oleh Ibu Eli Sinulingga,SE
Selaku Kasubbid Pengaruutamaan Gender dan Laporan ini wajib di buat”.
Evaluasi ini juga sejalan dengan Tujuan Pengarusutamaan Gender, pada
poin (b) yang berbunyi:
“untuk memberi acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun
strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan,
pelaksanaan, pengganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan,
program dan kegiatan pembangunan kota”.

52

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017, bertempat
di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

Hal tersebut Sejalan dengan isi BAB VIII mengenai Pemantauan dan
Evaluasi, disebutkan pada Ayat (1). SKPD melakukan Pemantauan dan Evaluasi
terhadap kebijakan, program, kegiatan dan anggaran yang responsif gender pada
setiap tahun anggaran yang artinya satu kali dalam satu tahun sudah cukup baik.
dan pada ayat (4). Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan melalui kerjasama
dengan pemerhati gender. Dalam hal ini evaluasi juga dapat melibatkan
masyarakat Kota Medan dan lembaga terkait guna memberikan masukan-masukan
yang akan memperbaiki program kerja kedepannya. Agar pengarusutamaan
gender dapat meningkatkan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota Medan
secara efektif dan efesien.
Akan tetapi didalam praktek membuat Laporan Evaluasi PUG, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan terlihat kurang
sungguh-sungguh. Hal ini diperkuat dengan masih menggunakan data-data yang
dikumpulkan dari kantor walikota Kota Medan. Dan masih sekedar melihat
Persentase di masing-masing bidang. Hal ini sudah pasti akan menghasilkan
evaluasi yang tidak tajam dan tidak transparan. Karena data yang digunakan
bukanlah

data

yang

di

kumpulkan

langsung

oleh

Kasubbid

bidang

Pengarusutamaan Gender. Padahal hakekat evaluasi yang dilakukan harus dapat
memperjelas seberapa jauh dan implementasinya telah dapat mencapai tujuan.
Dan nantinya hasil Laporan Evaluasi dapat menjadi salah satu bahan informasi
yang relevan untuk meramu strategi-strategi apa yang akan diambil untuk

Universitas Sumatera Utara

menjalankan program kedepan. Sehingga data-data yang dikumpulkan pun, Sudah
seharusnya dikumpulkan langsung oleh kasubbid PUG.
Selanjutnya, memberikan keterampilan kepada perempuan dan lansia.
Keterampilan ini seperti membuat bunga dari barang-barang bekas ataupun kertas
yang sudah tidak dipakai lagi. Harapannya dengan pengetahuan ini masyarakat
dapat melatih dan mengembangkan keterampilannya. Kegiatan ini juga dapat
dijadikan mata pencaharian. Walaupun kegiatan ini belum efektif dilakukan.
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid
Pengaruutamaan Gender di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 53
“Kegiatan memberikan keterampilan kepada perempuan dan lansia tidak
berjalan baik, karena minimnya dana yang di keluarkan oleh Pemerintah
Daerah untuk setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Serta Kurangnya
Partisipasi dari Perempuan dan Lansia didalam mengikuti pelatihan
tersebut. Kegiatan pelatihan ini dibuat berdasarkan waktu yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya kendala yang kami temui ialah
partisipasi dari masyarakat yang kurang. Masyarakat masih sedikit yang
turut berartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.”
Pandangan

yang

sama

juga

dikatakan

oleh

Sekretaris

Badan

Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan, ibu Asrah FM
Harahap, MM mengatakan:
“Ketika anggaran nya sudah baik maka otomatis dalam
pengimplementasian nya dilapangan juga akan baik. Sama seperti sebuah
kendaraan akan dapat berjalan apabila ada bensinnya. Begitupula
53

Wawancara dengan Subbid Pengarusutamaan Gender, Ibu Eli Sinulingga, S.E, 16 Januari 2017, bertempat
di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

kebijakan, dukungan finasial juga harus kembali diperhatikan oleh
Pemerintah Daerah. Karena kesulitan kami selama ini adalah Anggaran.
Banyak Kasus yang harus diselesaikan namun tidak ada anggaran untuk
menyelesaikan kasus itu, walaupun ada 12 mitra yang bekerja sama
dengan P2TP2A. 12 Lembaga ini merupakan lembaga yang peduli
Perempuan dan Anak”.
Berangkat dari fenomena diatas, membuat saya yakin bahwa apa yang
menjadi orientasi kedepan dilakukannya pemberian keterampilan kepada
perempuan dan lansia tidak berjalan dengan maksimal. Mengingat rata-rata yang
menjadi keluh kesah dari setiap program yang akan dijalankan adalah minimnya
anggaran dari Pemerintah daerah Kota Medan. Padahal dalam Bab X Mengenai
Anggaran, sangat jelas dikatakan pada ayat (1). Pembiayaan yang diperlukan bagi
pelaksanaan pengarusutamaan gender dibebankan kepada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD). Dalam mewujudkan hal tersebut perlu adanya
keseimbangan antara kebijakan dan anggaran yang harus dikeluarkan Pemerintah
Daerah. Walaupun besaran anggaran yang akan dikeluarkan untuk masing-masing
kegiatan tidak dijelaskan.
Dalam sosialisasi tersebut juga dipaparkan pentingnya Pemerintah Kota
Medan memperhatikan Ruang Layak Anak di Kota Medan. Anak sebagai generasi
bangsa harus mendapatkan pelindungan dari Pemerintah. Hal tersebut didukung
dengan hasil wawancara saya dengan ibu Yuslinar Selaku Kepala Bidang
Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang
Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 54
“Selain sosialisasi terkait Pengarusutamaan gender yang berbicara
mengenai fungsi atau peran laki-laki dan perempuan juga diberikan materi
terkait Pembangunan infrastruktur yang responsif gender. Artinya
memperhatikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat banyak. Khususnya
Perempuan dan Anak Kota Medan. Contohnya: Pembangunan tanggatangga baik di wilayah umum masyarakat ataupun kantor pelayanan
masyarakat yang membuat tangga tertutup dan tidak terlalu tinggi supaya
ketika ada perempuan yang menggunakan rok tidak menganggu
kenyamanan mereka serta apabila tangga tersebut dinaikki perempuan
lansia dan anak-anak mereka tidak mengalami kesulitan. Begitupula
terhadap ruang layak anak yang harus di buat di Kota Medan Contohnya
menyediakan tempat bermain anak dirumah sakit. karena ini juga
merupakan hak dari masyarakat untuk mendapatkan fasilitas yang
menunjang kualitas Hidup mereka. Contoh lainnya juga kawasan Bebas
Rokok. Mengingat zat yang terkandung didalam berbahaya untuk
kesehatan Anak. Dan tak hanya itu saja pemerintah juga harus
memperhatikan setiap kebijakan yang dikeluarkan agar sama-sama
mempertimbangkan keberadaan Perempuan dan laki-laki”.
Perlindungan anak merupakan kewajiban yang harus dipenuhi pemerintah,
masyarakat dan stakeholder lainnya. Diantara sekian banyak perencanaan kota
layak anak, penyediaan fasilitas taman bermain dan fasilitas bermain anak
merupakan salah agenda yang harus di perhatikan oleh pemerintah daerah. Akan
tetapi dalam kenyataannya di Kota Medan, masih belum nampak ruang layak
Anak. Contohnya masih belum kita temukan ruang khusus bagi anak-anak di
rumah sakit pemerintah Daerah, ruang bermain di sejumlah taman serta ruang
baca di perpustakaan serta fasilitas lainnya.

54

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar 30 Januari 2017, bertempat
di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Anak merupakan salah satu asset Negara yang sangat berharga, terutama
jika dikaitkan dengan peran mereka di masa yang akan datang. Sehingga perlu
dijamin kebebasannya dalam berkembang. Termasuk mendapatkan fasilitas untuk
tumbuh kembang anak dimana saja. Di rumah sakit sekalipun. Bermain adalah
sarana belajar anak yang paling sejati yang berkembang sejalan dengan
pendewasaannya menjadi proses belajar yang berkelanjutan tanpa atau dengan
sekolah formal. Jadi dapat dikatakan aktifitas bermain itulah yang membedakan
seorang anak dengan manusia dewasa. Seperti yang dikatakan Bapak Akhyar
Nasution pada peringatan Hari Anak Nasional Tingkat Kota Medan. Anak perlu
dilindungi karena setiap anak terlahir dengan segenap potensi yang baik. Hak-hak
anak yang harus dipenuhi dan dilindungi bersama, antara lain hak untuk bermain,
mendapatkan pendidikan dan perlindungan Anak.

55

Lima hal yang menjadi prinsip dasar dalam pengembangan Kota Layak
Anak. Pertama ialah, Anak ditempatkan sebagai pusat pembangunan artinya anak
sebagai generasi bangsa dan negara harus benar-benar diakui keberadaannya.
Kedua ialah, Menyuarakan hak anak dan mendengarkan suara anak, Mengingat
bermain merupakan aktifitas yang tidak dapat dilepaskan dari dunia anak-anak
didalam pertumbuhan karakternya. Ketiga, Mengutamakan kepentingan terbaik
bagi anak, Tidak melakukan diskriminasi dalam pemenuhan dan pemberian

55

http://lintasmedan.com/2016/11/pemko-komitmen-jadikan-medan-kota-layak-anak/(diaskes pada tanggal 19
Maret 2017 Pukul 20:07 Wib)

Universitas Sumatera Utara

perlindungan hak anak, dan Tersedianya peraturan daerah, infrastruktur dan
lingkungan yang mendukung tumbuh-kembang anak secara optimal. 56
Salah satu Rumah Sakit Pemda yang sengaja saya kunjungi adalah Rumah
Sakit Pirngadi. Akan tetapi sama sekali tidak adanya tempat bermain Anak,
Beberapa taman yang ada di dekat pekarangan Rumah Sakit hanya terdapat
bunga-bunga dan Taman tersebut bukanlah disediakan untuk areal permainan
anak-anak yang berkunjung kerumah sakit. Taman yang ada di Rumah Sakit
Pirngadi hanya untuk keindahan saja. Dan beberapa taman juga di pagari karena
tidak dibenarkan masuk kedalam area taman. Sehingga ketika kita masuk ke
dalam rumah sakit, banyak anak-anak yang bermain-main didalam rumah sakit.
Padahal tidak semua anak-anak yang datang kerumah sakit itu karena sakit atau
datang karena ingin berobat. Akan tetapi karena ibunya berobat maka anaknya
juga dibawa atau lain sebagainya. Satu sisi hal ini juga dapat membahayakan si
anak, Karena kita tidak tahu virus yang ada didalam rumah sakit. Mengingat daya
tahan anak yang cendrung lemah dan sangat mudah tertular oleh virus.
Dapat kita tari kesimpulan bahwa keadaan diatas berbanding terbalik
dengan semangat pemerinntah Kota Medan didalam mewujudkan Kota Medan
sebagai Kota Layak Anak. Terutama didalam penyediaan fasilitas bermain anak.
Padahal Pemkot Medan Pada Tahun 2012 mendapatkan penghargaan dari
pemerintah pusat. Kali ini penghargaan diperoleh dari Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, karena Medan dinilai
56

Dhini Dewiyanti.Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung.Majalah Ilmiah.Hal 14 (diaskes pada tanggal 19
Maret 2017, Pukul 22:09)

Universitas Sumatera Utara

sebagai Kota Layak Anak (KLA). Penghargaan ini akan diberikan langsung
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumelar,
kepada Walikota Medan Rahudman Harahap di Hotel Grand Sahid Jakarta. 57
Melihat realiasasi tidak adanya ruang layak Anak di Kota Medan, Salah satunya
Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah sangat disayangkan apabila Kementrian
Pemberdayaan

Perempuan

dan

Perlindungan

Anak

Republik

Indonesia

memberikan penghargaan sebagai sebagai Kota Layak Anak (KLA).

Selain tidak adanya ruang layak anak yang disediakan oleh pihak Rumah
Sakit, tidak adanya ruang tunggu khusus untuk orang tua yang anaknya di
opname. Sehingga beberapa orang tua atau pihak keluarga ada yang duduk
dilantai bahkan ada yang tidur dilantai. Meskipun lantai rumah sakit terlihat bersih
akan tetapi hal ini juga kurang baik apabila terjadi di Rumah Sakit. Sudah
seharusnya Pemerintah Daerah memperhatikan pelayanan yang ada di rumah
sakit. Seperti apa yang tertulis didalam Poster informasi mengenai Hak dan
Kewajiban Pasien di rumah sakit. Pada Point ke 2 dan 3 di sebutkan bahwa Pasien
berhak memperoleh pelayanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa dikriminasi
serta memperoleh pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional.

57

http://news.okezone.com/read/2012/10/02/340/698289/pemkot-medan-terima-penghargaan-sebagai-kotalayak-anak (diasekes pada tanggal 01 februari 2017 . Pukul 20;56)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan temuan diatas, khususnya dalam hal tidak adanya penyediaan
ruang layak anak dan ruang tunggu khusus untuk orang tua yang anaknya di
opname di rumah sakit. Maka perlu dilakukan sosialisasi yang berkelanjutan
Kepada dinas kesehatan mengenai pentingnya memperhatikan pelayanan yang ada
dirumah sakit dan pengadaan ruang layak anak serta ruang tunggu khusus untuk
orang tua di setiap rumah sakit yang ada di Kota Medan. Khususnya Rumah Sakit
yang dikelolah langsung oleh Pemerintah Daerah.

Untuk pelayanan di ruang ibu yang baru bersalin sudah dapat dikatakan
baik. Hal ini saya lihat dari fasilitas yang ada di ruang yang sudah memperhatikan
kebutuhan baik ibu, ayah maupun bayi. Dalam ruangan tersebut juga sudah ada
tempat-tempat khusus jika kita ingin menunggu. Walupun tidak terlalu banyak.
Beberapa poster mengenai informasi cegah kematian ibu, Bayi dan Anak juga
terdapat di ruang tunggu. Mengingat kegiatan ini adalah tugas dari PUG Untuk
urusan kesehatan, Dalam Memastikan tentang Standar Operasional Persiapan dan
Pelaksanaan Operasi dirumah sakit yang tidak mendiskriminasi antara laki-laki
dan perempuan dan antara suami dan istri. Badan Pemberdayaan Perempuan dan
KB hanya memberikan materi kepada Dinas kesehatan mengenai pentingnya di
sediakan fasilitas-fasilitas khusus Ruang tunggu.

Selain Sosialisasi Pengarusutamaan gender, Evaluasi Pengarusutamaan
gender, Pemberian Keterampilan kepada perempuan dan Lansia. Program
Pengarusutamaan Gender selanjutnya adalah melakukan Senam Pagi 1 kali dalam

Universitas Sumatera Utara

satu bulan. Kegiatan ini dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh. Senam
pertama dilakukan pada tanggal 17 Januari 2017 di Salon WELLA, Jln. Bahagia
Pasar 3. Akan tetapi didalam melaksanakan kegiatan Senam Pagi ini, masih
banyak kekurangan yang saya temukan pada saat mengikuti kegiatan ini secara
langsung. Tidak On time nya waktu senam, pada walnya Senam Pagi dimulai
pukul 09.00 wib akan tetapi yang terealisasi dilapangan pukul 11.00 wib.ini
membuat waktu pelaksanaan senam sangat singkat. Senam Pagi dihadiri 15 Orang
Perempuan dan 2 Orang dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kota
Medan. Yaitu Ibu Dra. Yuslinar, Selaku Kepala Bidang Pemberdayaan
Perempuan dan Ibu Eli Sinulingga,SE Selaku Kasubbid Pengarusutamaan Gender.

Selanjutnya untuk Keputusan Walikota Medan nomor 436/1084.K tentang
Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(P2TP2A) Kota Medan Tahun 2012. Dibentuknya P2TP2A untuk memperkuat
Program Pengarusutamaan Gender (PUG) di Kota Medan. Dimana P2TP2A
merupakan Pusat pelayanan yang terintegrasi dalam upaya pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak dari berbagai bentuk kekerasan. Berbagai
bentuk kekerasan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat sering sekali menimpa
Perempuan dan Anak. Fenomena inilah yang kita lihat dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Mereka dianggap sebagai individu yang lemah dan tak
dapat melindungi dirinya sendiri.

Universitas Sumatera Utara

Pusat pelayanan ini dibentuk oleh pemerintah yang berbasis masyarakat.
Dalam rangka meningkatkan peran dan kualitas perempuan serta perlindungan
anak dari tindakan-tindakan yang merugikan dan mengancam keberlangsungan
hidup perempuan dan anak, perlu dibentuk dan dikembangkan suatu bentuk
partisipasi masyarakat dan kerjasama antar masyarakat, perempuan dan dunia
usaha. Setiap bentuk kekerasan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat akan
cepat diketahui oleh orang-orang disekitarnya atau tetangga. Maka dibutuhkan
kerja sama yang kuat antar masyarakat dengan P2TP2A didalam menyikapi setiap
kasus yang ada. Untuk itu peran aktif masyarakat didalam melaporkan apabila ada
kasus kekerasan sangat dibutuhkan oleh P2TP2A.
Didalam menjalankan ataupun menangani setiap kasus yang dilaporkan,
Maka dibentuklah kepengurusan didalam P2TP2A. Berdasarkan Keputusan
Walikota Kota Medan Nomor 463/1084.K Pengurus Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) terdiri dari 7 bidang terdiri dari:
Koordinator Umum P2TP2A Adalah Ibu Ir. Hj. Asrah FM, Hrp, MM yang juga
merupakan Sekretaris Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
Kota Medan. Koordinator harian ada dua orang, yaitu Bapak. M.Amin, SH dan
Ibu Siti Zaitun, SH, Sekretaris dan Adminitrasi Keuangan: Ibu Eli Sinulingga,SE
yang juga Kasubbid Pengarusutamaan Gender , Seksi Pelayanan Medis dan
Psikologis Kejiwaan: dr. Silvy Agustina H, Sp, KJ dan dr. Vita Camellia, Sp.KJ.
Seksi Pendamping hukum: Azmiati Zuliah,SH, Seksi Pengasuhan, Pemulihan dan
Pemberdayaan: Timo Dahlia Daulay,SH.

Universitas Sumatera Utara

Adapun tugas-tugas Pokok dari P2TP2A Ialah: Mengkoordinir dan
memantau Pengurus P2TP2A dalam segala kegiatan program layanan yang
dilakukan. Koordinir wajib dilakukan oleh Koordinator Umum sebagai
Penanggung jawab tertinggi Pengurus P2TP2A, Agar kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya Mengkoordinir seluruh
rangkaian kegiatan program layanan baik secara teknis dan adminitrasi
maksudnya ialah Jika ada laporan kasus yang dialami Perempuan dan Anak yang
otomatis akan ditindak lanjuti dan Pengurus P2TP2A Wajib memperhatikan
proses pengadminitrsian setiap kasus.
Berdasarkan Laporan Hasil Kegiatan Pelayanan Perempuan dan Anak
Korban Kekerasan Kota Medan, Bentuk kekerasan Perempuan dan Anak Kota
Medan yang paling menonjol adalah bentuk kekerasan Seksual dan kemudian di
susul kekerasan Fisik. Dari tahun 2014-2015 terdapat 970 pengaduan, diantaranya
245 orang mengalami kekerasan fisik, 340 mengalami kekerasan seksual, 163
mengalami kekerasan lainnya, 94 mengalami kekerasan psikis, 108 mengalami
kekerasan penelantaran dan 20 mengalami kekerasan eksploitasi. 638 bentuk
kekerasan dialami oleh perempuan dan 334 dialami laki-laki. Dari data diatas
bentuk 65% bentuk kekerasan dialami oleh Perempuan dan 35% dialami oleh
laki-laki.
Akan tetapi didalam pelaksanaannya masih kurang maksimal, Selain itu
tidak ada data yang menjelaskan dari laporan pengaduan kasus yang masuk,
Berapa kasus yang sudah berhasil diselesaikan setiap tahunnya. Padahal data

Universitas Sumatera Utara

tersebut sangat penting untuk mengetahui keberhasilan P2TP2A didalam
menyelesaikan setiap pengaduan kasus tindak kekerasan terhadap Perempuan dan
Anak. Kurang lengkapnya pengarsifan data menunjukkan ketidakseriusan didalam
menangani sejumlah kasus yang ada. Hal ini juga membuat sulit untuk
mengoreksi setiap kekurangan-kekurangan dalam setiap kasus yang sudah
ditangani. Dan sebaliknya ketika pengarsifan data lengkap maka P2TP2A dapat
menyusun strategi-strategi yang diperlukan dalam menangasi kasus berikutnya.
Hal ini juga di perparah oleh fungsi adminitrasi dan keuangan yang tidak berjalan
sama sekali dan hanya bersifat nomenklatur.
Berdasarkan wawancara dengan Dra. Yuslinar Selaku Kepala Bidang
Pemberdayaan Perempuan di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan:

58

“Apabila ada kasus kekerasan maka biaya dikeluarkan secara pribadi oleh
ibu Faridawati Nassution dan kadang-kadang ibu Dra. Yuslinar dan kalau
di rata-ratakan ada satu kasus yang harus ditangani oleh P2TP2A setaip
harinnya, walaupun tidak semua kasus harus mengeluarkan dana karena
terkadang ada kasus yang diselesaikan hari itu saja dengan upaya
musyawarah. Dan rata-rata setiap pengaduan yang masuk dapat
diselesaikan sesuai dengan kebutuhan masing-masing kasus pengaduan”.
Hal yang sama Juga dikatakan Oleh Ibu Faridawati Nasution, Selaku Plt.
Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak Berdasarkan yang saya lakukan

58

Wawancara dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu Dra.Yuslinar30 Januari 2017,
bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan
mengatakan: 59
“Tidak adanya Anggaran dari Pemerintah Daerah untuk setiap
penyelesaian kasus membuat kasus lambat untuk kami tangani. Karena ada
bebarapa kasus yang harus membutuhkan dana apabila sudah masuk ke
dalam pengadilan, apabila sudah seperti ini maka kami juga akan bekerja
sama dengan mitra yang Peduli Perempuan dan Anak. Untuk biaya yang
akan dikeluarkan mereka lah yang akan menanggung. Serta transportasi
yang tidak memadai sangat menganggu berjalannya kegiatan di bidang
Pemberdayaan Perempuan khusunya untuk kasubbid Kualitas Hidup dan
Perlindungan Anak. Apabila ada kasus yang harus di atasi maka kami
menggunakan kendaraan milik kami pribadi untuk membawa korban
menyelesaikan kasusnya. Termasuk juga kasus-kasus yang sudah
ditangani dan kami laporkan di Hasil kegiatan kami, Korban sama sekali
tidak dikenakan biaya apapun”.
George C. Edward III mengatakan didalam bukunya “Kebijakan Publik
Berbasis Dynamic Policy Analysis”, Model Implementasi Kebijakan menunjuk
empat

variabel

yang

berperan penting

dalam pencapaian keberhasilan

implementasi. Salah satunya ialah:
“Sumber daya, yaitu menunjukkan setiap kebijakan harus didukung oleh
sumber daya yang memadai, baik sumber daya manusia maupun
sumberdaya finasial. Sumberdaya manusia adalah kecukupan baik kualitas
dan kuantitas implementator yang dapat melingkupi seluruh kelompok
sasaran. Sumberdaya finasial adalah kecukupan modal investasi atas
sebuah

program/kebijakan.

Keduanya

harus

diperhatikan

dalam

implementasi program/kebijakan pemerintah. Sebab tanpa kehandalan

59

Wawancara dengan Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak: Dra. Faridawati Nasution. 30 Januari
2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

implementator, kebijakan menjadi kurang enerjik dan berjalan lambat serta
seadanya. Sedangkan Sumberdaya finasial menjamin keberlangsungan
program/kebijakan. Tanpa ada dukungan finasial yang memadai, program
tidak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan dan sasaran”.
Didalam

Peraturan

Walikota

Nomor

34

Tahun

2010,

tentang

Pengarusutamaan Gender dan Keputusan Walikota Kota Medan Nomor
463/1084.K tentang Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan
Anak (P2TP2A) Kota Medan. Juga sudah jelas dikatakan mengenai Anggaran
yang akan dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan ataupun program diatur. Seperti
yang tertuang di dalam Tujuan penetapan Pengarusutamaan gender pada poin (c)
dan Tugas-Tugas Pokok P2TP2A Pada poin empat yang berbunyi:
“ (Point c) Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang responsif
gender”
“ (Pasal empat) Melaksanakan fungsi adminitrasi dan keuangan”
Artiya, Komitmen (political will) dari pembuat kebijakan masih lemah dan
pemerintah juga belum benar-benar memperhatikan anggaran yang di tetapkan
untuk masing-masing program ataupun kegiatan yang dilakukan oleh Badan
Pemberdayaan dan Perlindungan Anak Kota Medan. Komitmen tersebut hanya
sebatas ditulis didalam kertas saja dan tidak direalisasikan dengan baik. Padahal
Komitemen (political will) dari pembuat kebijakan harus kuat dan pemerintah
juga harus benar-benar memperhatikan anggaran. Dan salah satu faktor yang

Universitas Sumatera Utara

menunjukkan keseriusan Pemerintah Daerah didalam menindaklanjuti kasuskasus kekerasan yang menimpa Perempuan dan Anak ialah memperhatikan
anggarannya dan menjamin keberlangsungan tugas-tugas P2TP2A dengan baik
dan benar didalam menangani setiap kasus. Karena ketika pemerintah telah
mengeluarkan Pernyataan kebijakan, pernyataan kebijakan disini adalah
pernyataan pemerintah atas suatu kebijakan yang diambil untuk menyelesaikan
atau

terkait

dengan

masalah

publik

maka

Pemerintah

juga

harusnya

memperhatikan anggaran, agar kebijakan/program dapat berjalan dengan baik dan
benar-benar dirasakan dampak positifnya. Sebagai output oleh masyarakat,
Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan yang menjadi sasaran Kebijakan
tersebut.
Didalam menangani setiap kasus, P2TP2A juga bekerjasama dengan 12
Lembaga Unit Terpadu yang Peduli Perempuan dan Anak. 12 Lembaga tersebut
antara lain:
1. PKPA
2. KKSP
3. PERSADA
4. KANIT PPA POLRESTA MEDAN
5. KANIT PPA POLRES BELAWAN
6. KAPOLSEK MEDAN BARU
7. LBH APIK
8. PUSAKA INDONESIA

Universitas Sumatera Utara

9. KPAID PROVINSI SUMATERA UTARA
10. YAKMI
11. IPPI
12. P2TP2A KOTA MEDAN
Dan akan memberikan pelayanan kepada korban kekerasan. Penanganan
lebih lanjut, pelayanan kesehatan apabila korban mengalami kekerasan secara
fisik, Rehabilitasi sosial apabila korban mengalami kekerasan secara psikis,
Biasanya korban juga akan dibawah ke rumah sakit milik Pemerintah Daerah.
Mengingat tidak dipungut biaya apabila kita ke rumah sakit daerah. Rumah sakit
yang biasannya dikunjungi apabila ada korban adalah rumah sakit pirngadi. Dan
untuk Penegakan hukum ataupun bantuan hukum agar korban mendapatkan
keadilan. Ketika kasus tersebut tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah
maka berlanjut kepada pengadilan. Pihak dari Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Keluarga Berencana Kota Medan juga wajib mendamping korban.
Harapannya dengan adanya wadah ini banyak Perempuan dan Anak yang
diselamatkan dari setiap bentuk kekerasan dan dapat kembali bertumbuh dengan
baik ditengah-tengah masyarakat. Sehingga kualitas hidup perempuan dan anak
dapat lebih baik.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Faridawati Nasution, Selaku Plt.
Kasubbid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak di Kantor Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan mengatakan: 60
“Untuk ini Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan juga
akan mencarikan pengacara untuk korban dan tidak dipungut biaya apapun
dari korban dan yang terakhir Pemulangan dan reintergrasi dan ini
dilakukan dengan koordinasi terlebih dahulu dengan dinas-dinas terkait
agar korban dapat kembali dengan selamat kepada keluarganya. Pelayanan
tersebut disesuaikan dengan bentuk kekerasan yang dialami oleh korban
yang melapor ke Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan”.
Sebagai salah satu oknum yang memiliki pengaruh kuat dalam
memutuskan arah keberlangsungan dan kesejahteraan masyarakat. Khususnya
Perempuan dan Anak, Maka Pemerintah Daerah harus sungguh-sungguh didalam
merealisasikan setiap kebijakan yang sudah ia keluarkan termasuk didalam
memperhatikan setiap anggaran yang akan dikeluarkan. Tidak hanya itu saja,
Pemerintah Daerah juga memiliki ruang untuk memastikan bahwa programprogram yang merupakan turunan dari kebijakan yang sudah ditetapkan benarbenar dijalankan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota Medan.
Masyarakat sebagai makhluk sosial cenderung tidak dapat menyelesaikan
masalahnya secara mandiri. Masyarakat membutuhkan bantuan orang lain dan
lembaga yang ada disekitar mereka. Sehingga, dari hal inilah terjadi kontrak sosial
antara individu-individu yang satu dengan individu lainnya untuk menyerahkan
sebagian hak yang dimilikinya kepada institusi yang bernama Negara. Dan untuk

60

Wawancara dengan Kassubid Kualitas Hidup dan Perlindungan Anak: Dra. Faridawati Nasution. 30 Januari
2017, bertempat di Kantor dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

tingkat daerah maka Pemerintah Daerah lah yang bertanggung jawab atas hal
tersebut.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya dilapangan, saya melihat Pemerintah
Daerah cenderung lepas tangan dan mempercayakan sepenuhnya setiap program.
Satu sisi memamg benar bahwa Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota
Medan dituntut untuk mandiri didalam merealisasikan setiap program-program
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Namun disisi lain perlunya pengawasan dan
kerjasama yang kuat dalam merealisasikan setiap program-program tersebut. Agar
apa saja yang menjadi tujuan dan sasaran dikeluarkannya kebijakan dapat benarbenar dirasakan oleh Perempuan dan Anak Kota Medan. Mengingat kebijakan
yang dikeluarkan berangkat dari pengaturan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Khususnya Perempuan dan Anak Kota Medan. Dan yang terpenting dalam
pelaksanaan setiap program-program yang telah ditetapkan, perlu dilakukan
secara demokratis dengan mengedepankan prinsip deliberatif dan partisipasi.

III.3 Hambatan-hambatan
Dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi tugas Badan
Pemberdayaan Perempuan dan KB Kota medan dalam upaya meningkatkan
kualitas Hidup Perempuan dan Anak Kota medan terdapat banyak hambatanhambatan. Beberapa diantaranya ialah :
1. Anggaran

Universitas Sumatera Ut