Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan) Chapter III V

 

BAB III
PERJANJIAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR
A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi Kendaraan Bermotor
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur dan
berjalannya fungsi perbankan sebagai penyalur kredit ke sektor manufaktur serta
sektor riil lainnya, maka industri asuransi pun turut berkembang. Kini jenis-jenis
pertanggungan dalam asuransi kerugian berdasarkan data dari Bappepam-LK,
Biro Perasuransian telah terbagi atas 13 (tiga belas) cabang (produk/class of
business) yang meliputi asuransi harta benda (property), asuransi kendaraan
bermotor (motor vehicle), asuransi pengangkutan laut (marine cargo), asuransi
rangka kapal (marine hull), asuransi rangka pesawat (aviation), asuransi rekayasa
(engineering), asuransi kecelakaan diri dan kesehatan (personal accident &
health), asuransi kredit dan penjaminan (credit & surety), asuransi satelit, asuransi
energi (energy-onshore), asuransi energi (energy-offshore), serta aneka cabang
asuransi lain yang dikategorikan dalam cabang asuransi aneka (others).25
Asuransi Kendaraan Bermotor, salah satu jenis asuransi kerugian yang
diminati konsumen karena asuransi ini memberikan pertanggungan atas kerugian/
berkurangnya nilai secara finansial atas objek pertanggungan kendaraan bermotor
yang disebabkan karena menabrak, ditabrak, dicuri, terbakar, dan tergelincir.

Secara spesifik juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
74/PMK.010/2007 tentang Penyelenggaraan Pertanggungan Asuransi pada Lini
Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor, khususnya Pasal 1 ayat (2): Asuransi
Djoko Prakoso, dan I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, PT Asdi Maha Satya,
Jakarta, 2000, hal. 57.
25

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Kendaraan Bermotor adalah produk asuransi kerugian yang melindungi
tertanggung dari risiko kerugian yang mungkin timbul sehubungan dengan
kepemilikan dan pemakaian kendaraan bermotor.26
Asuransi Kendaraan Bermotor merupakan bagian dari asuransi umum
yang menjamin kerugian atau kerusakan pada kendaraan bermotor yang
dipertanggungkan terhadap risiko tabrakan, perbuatan jahat orang lain, pencurian,

kebakaran dan sambaran petir, sesuai dengan kondisi yang tercantum dalam Polis
Kendaraan Bermotor Indonesia. Secara garis besar, jenis pertanggungan Asuransi
Kendaraan Bermotor terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu:27
1. Comprehensive/All Risk (Kerugian Gabungan) memberikan jaminan terhadap:
a. Kerugian/kerusakan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan karena
tabrakan, benturan, terbalik, tergelincir dari jalan.
b. Kerugian keuangan/kerusakan kendaraan bermotor karena perbuatan jahat
orang-orang terkecuali oleh keluarga sendiri/orang yang bekerja dengan
tertanggung atau membawa kendaraan tersebut seizin tertanggung.
c. Kebakaran yang diakibatkan oleh api yang muncul dari dalam maupun
dari luar kendaraan.
d. Pencurian, termasuk pencurian yang dilakukan dengan kekerasan.
e. Sambaran petir.
2. Total Loss Only (TLO) menjamin kerugian kendaraan yang diasuransikan baik
karena kecelakaan, kebakaran, maupun pencurian, dimana kerugian tersebut
memenuhi salah satu syarat berikut:
Ronny Hanitijo Sumitra, Asuransi Kendaraan bermotor, Ghalia Indonesia, Jakarta.
2008, hal. 32.
26


 
 

Universitas Sumatera Utara

 

a. Akibat kecelakaan/kebakaran, dimana biaya kerugian/kerusakan mencapai
75% atau lebih dari harga kendaraan.
b. Akibat pencurian, bila dalam batas waktu 60 hari kendaraan tersebut
belum diketemukan.
c. Risiko sendiri untuk risiko kecelakaan (butir 1) dan pencurian (butir 2)
berlaku jumlah yang tercantum dalam polis.
Perbedaan keduanya adalah bahwa pada jenis pertanggungan TLO,
penanggung baru akan membayar kerugian apabila nilai kerugian yang
diakibatkan oleh risiko yang dijamin melebihi 75% dari harga pertanggungan
yang disepakati di awal, sedangkan pada jaminan comprehensive (all risk),
tertanggung dapat mengajukan klaim untuk kerusakan akibat risiko yang dijamin
berapapun nilai kerugian yang terjadi, sepanjang tidak melebihi harga
pertanggungan.28

Sebenarnya,

pertanggungan

untuk

kendaraan

bermotor

telah

terstandarisasi, dengan jaminan dan pengecualian seperti tertera dalam PSKBI
(Polis Standar Kendaraan Bermotor Indonesia). Risiko yang dijamin dalam
asuransi ini adalah kerugian yang disebabkan karena tabrakan, benturan, terbalik,
tergelincir, perbuatan jahat orang lain, pencurian, kebakaran, sambaran petir.
Namun dalam perkembangannya, perusahaan asuransi berupaya untuk
menarik konsumen dengan memberikan nilai tambah (value added) selain dari
risiko standar yang disebutkan dalam PSKBI. Perluasan tersebut dapat meliputi
risiko akibat huru hara, kerusuhan, terorisme dan sejenisnya. Beberapa perusahaan

27
28

Ibid.
Ibid.

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

lain bahkan memberikan nilai tambah lain seperti layanan derek gratis. Hal
tersebut menjadikan persaingan dalam asuransi kendaraan bermotor menjadi
semakin ketat. Sebagaimana pula dalam jenis asuransi harta benda, asuransi
kendaraan bermotor juga menjadi asuransi wajib bagi pembeli kendaraan yang
menggunakan fasilitas kredit melalui bank maupun perusahaan pembiayaan.
Dengan


demikian,

pertumbuhan

penjualan

polis

akan

sejalan

dengan

berkembangnya penyaluran kredit kendaraan bermotor melalui bank maupun
perusahaan pembiayaan.29
Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD, premi merupakan suatu kewajiban
tertanggung sebagai imbalan terhadap kewajiban penanggung untuk tertanggung
sebagai imbalan, terhadap kewajiban penanggung untuk mengganti kerugian
tertanggung. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari peralihan risiko dengan

orang yang memikul risiko itu berhak atas kontra prestasi yang disebut premi.
Untuk kendaraan bermotor yang diasuransikan maka premi30 biasanya
dibayar dimuka secara tunai. Tetapi apabila asuransi itu akan berjangka waktu
lama maka pembayaran dapat diperjanjikan secara angsuran. Tergantung terjamin
asuransi dengan pemilik kendaraan bermotor.
Undang-undang juga mengatur bahwa apabila perjanjian asuransi ditutup
dengan peraturan makelar, maka makelarlah yang harus membayar premi dahulu
kepada pihak penanggung, selanjutnya makelar mengadakan tuntutan kembali
kepada tertanggung sejumlah premi yang telah dibayar dan provisinya. Apabila

Tarsisi Tamudji, Wawasan Perasuransian, IKIP Press, Semarang, 2000, hal. 97.
Premi merupakan hal yang penting dalam suatu perjanjian asuransi. Ini dapat dilihat
dari pecahnya perjanjian asuransi yang disebabkan karena premi belum diserahkan pada waktu
29

30

 
 


Universitas Sumatera Utara

 

ternyata tertanggung tidak mau membayar kembali kepada makelar tadi maka
undang-undang memberikan sejumlah retensi31 atas polis (Pasal 684 KUHD).32
Tetapi dalam praktek tidak perlu sejauh itu, sebab sudah menjadi kebiasaan
menambah satu klausal dalam polis yang isinya asuransi tidak berjalan bila premi
tidak dibayar pada waktu nya. Dengan adanya klausal ini penanggung tidak perlu
menuntut pemutusan perjanjian, bila terdapat wanprestasi dari tertanggung.33
Biasanya premi itu sendiri ditetapkan jumlahnya pada waktu perjanjian
asuransi dibuat, kecuali pada asuransi saling menanggung (onderlinge
verzekering). Dalam asuransi saling menanggung, premi tidak ditentukan lebih
dahulu pada saat mengadakan perjanjian asuransi, tetapi ditentukan dengan cara
menanggung bersama-sama kerugian-kerugian yang diderita dalam jangka waktu
tertentu. Misalnya dalam jangka waktu tertentu kwartel, setengah tahun atau satu
tahun. Kerugian-kerugian tertentu inilah yang dibebankan kepada tiap-tiap
anggota menurut timbangan jumlah yang diasuransikan. Jumlah premi itu
ditentukan sesudah periodenya lampau dengan menantikan persentase tertentu
atau dapat juga dengan menentukan uang muka pada waktu membuat perjanjian

asuransi.34
Biasanya premi dibayar dengan tunai pada saat perjanjian itu ditutup,
tetapi bila premi itu diperjanjikan dengan angsuran, maka premi itu dibayar pada
yang telah disepakati bersama. Pemecahan itu dapat diminta penanggung melalui Pengadilan
Negeri berdasarkan Pasal 1266 KUHPerdata.
31
Maksud dari hak retensi adalah hak dari penerima kuasa untuk menahan sesuatu yang
menjadi milikpemberi kuasa karena pemberi kuasa belum membayar kepada penerima kuasa hak
penerima kuasa yang timbul dari pemberian kuasa. Ketentuan mengenai hal ini dapat kita
temui dalam Pasal 1812 KUHPerdata.
32
http://www.akademiasuransi.org/2012/10/polis-standard-asuransi-kendaraan.html,
diakses tanggal 1 Mei 2016
33
Ibid.

 
 

Universitas Sumatera Utara


 

permulaan tiap-tiap waktu angsuran.
Disamping premi tertanggung masih dibebani kewajiban lainnya yaitu:
a. Memberitahukan kepada penanggung hal-hal yang perlu mengenai benda yang
diasuransikan (Pasal 251, 283 dan 654 KUHD).
b. Berdaya upaya agar kerugian dapat dihindarkan atau diperkecil (Pasal 283 dan
655 KUHD).
c. Kewajiban-kewajiban khusus lainnya yang mungkin disebutkan dalam polis,
misalnya memberitahukan kepada penanggung jawab risiko penanggung
diperberat.35
Fungsi premi adalah sebagai harga pembelian dari tertanggung yang wajib
diberikan pada penanggung atau sebagai imbalan dari risiko yang diperalihkan
kepada penanggung dan ini berlaku pula untuk pembelian kendaraan bermotor
baik roda dua dan roda empat atau lebih.
Bagi tertanggung sebenarnya tidak penting untuk mengetahui pengeluaran
apa saja yang termasuk dalam premi itu. Seorang tertanggung hanya tahu adanya
suatu ganti kerugian apabila kerugian itu menimpa kendaraan bermotor yang
diasuransikan akibat evenemen yang benar-benar telah terjadi dan ia telah

membayar premi. Harapan tertanggung untuk mendapatkan ganti kerugian tidak
akan terwujud tanpa adanya pembayaran premi pada penanggung.
Sedangkan bagi penanggung sangat penting mengetahui dan menetapkan
pengeluaran apa saja yang harus dimasukkan dalam premi. Bagi penanggung

34

Ibid.
Dunia Kontraktor, "Analisa Hukum Asuransi Kendaraan Bermotor Menurut Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang, Melalui http://www.duniakontraktor.com/analisa-hukum35

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

menentukan biaya-biaya apa saja yang harus dimasukkan dalam premi menjadi
suatu perhitungan yang tidak boleh keliru.
Adapun perincian perhitungan premi adalah sebagai berikut :
a. Banyaknya kerugian yang mungkin akan diderita yang banyaknya dipastikan
dalam presentase dari jumlah yang diasuransikan.
b. Sejumlah uang sebagai penggantian ongkos-ongkos perusahaan penanggung.
c. Provisi untuk perantara, misalnya makelar dan juga untung bagi penanggung
serta sejumlah uang cadangan. 36
Menetapkan premi bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk itu suatu
perusahaan asuransi kendaraan bermotor melakukan penelitian secara ilmiah
dengan perencanaan yang cukup matang serta membutuhkan data yang kuantitatif
dapat dipertanggung jawabkan mengenai kerugian-kerugian yang pernah terjadi
atas benda yang diasuransikan yang sejenis. Misalnya untuk jenis-jenis kendaraan
roda dua saja atau lebih.
Itulah alasannya mengapa statistik tidak dapat dipisahkan dari lembagalembaga asuransi ini. Premi biasanya ditetapkan dalam suatu presentase yang
mencerminkan penilaian dari risiko yang ditanggung oleh pihak penanggung.
Penilaian dari penilaian dari penangung berbeda-beda, akan tetapi selalu dikuasai
oleh hukum permintaan dan penawaran. Bagaimanapun juga perusahaan asuransi
akan menentukan besarnya premi itu dengan pertimbangan yang dihubungkan
dengan jumlah yang diasuransikan. Misalnya berapa ribu kendaraan bermotor,

asuransi-kendaraan-bermotor-menurut-kitab-undang-undang-hukum-dagang/.html,Diakses
tanggal 6 Oktober 2015.
36
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Pertanggungan Wajib, Seksi Hukum Dagang UGM,
Yogyakarta, 2005, hal. 7

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

berapa mobil jenis sedan, berapa minibus dan sebagainya.
Undang-undang tidak mengatur kapan saat pembayaran premi. Karena itu
dalam praktek terbuka kemungkinan bagi para pihak untuk menentukan saat
pembayaran premi. Tapi sudah menjadi kebiasaan dalam praktek bahwa saat
pembayaran premi ditentukan dalam setiap perjanjian pertanggungan di tutup.
Demikian pula mengenai jumlah premi yang dibayarkan oleh tertanggung
biasanya dapat diserahkan secara angsuran atau periode pertanggungan dengan
jumlah waktu yang telah disepakati bersama.
Selanjutnya apabila tertanggung lalai dalam memenuhi kewajiban untuk
membayar pada waktunya, maka penanggung diberi hak untuk meminta
pembayaran tersebut atau minta ganti kerugian berdasarkan Pasal 1266
KUHPerdata, dengan syarat batal dianggap selalu ada dalam perjanjian timbal
balik apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi. Akan tetapi dalam praktek
selalu diusahakan agar jangan sampai digunakan Pasal 1266 KUHPerdata tersebut
sebab jika pasal itu digunakan berarti setiap ada kelalaian pihak penanggung harus
menghadap ke muka Pengadilan Negeri. Karena itu untuk mencegah hal seperti
itu di dalam praktek digunakan klausula yang disebut “polis klausula” yang
berarti bahwa pertanggungan itu tidak akan berjalan apabila tidak dibayar pada
waktu yang telah disepakati bersama antara pihak penanggung dan pihak
tertanggung.37
Pengaturan premi asuransi kendaraan bermotor di atur dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: SE-06/D.05/2013 Tanggal: 31 Desember 2013 tentang
Subekti dan Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya Paramita,
Jakarta, 2006, hal.395.
37

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Penetapan Tarif Premi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor Tahun
2014.
Perusahaan Asuransi Umum yang memasarkan Asuransi Kendaraan
Bermotor sesuai dengan ketentuan dalam Polis Standar Asuransi Kendaraan
Bermotor Indonesia (PSAKBI) untuk periode 12 (dua belas) bulan wajib
memberlakukan tarif premi sebagaimana tercantum dalam tabel I.A. Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: SE-06/D.05/2013 Tanggal: 31 Desember 2013 tentang
Penetapan Tarif Premi Pada Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor Tahun
2014.
Perusahaan Asuransi Umum yang memasarkan Asuransi Kendaraan
Bermotor dengan perluasan jaminan banjir termasuk angin topan, gempa bumi,
tsunami, huru hara dan kerusuhan (SRCC), terorisme dan sabotase, tanggung
jawab hukum terhadap pihak ketiga (kendaraan penumpang dan sepeda motor,
kendaraan niaga, truk dan bus), kecelakaan diri untuk penumpang, tanggung
jawab hukum terhadap penumpang wajib memberlakukan tarif premi tambahan
sebagaimana tercantum dalam tabel I.B Peraturan Menteri Keuangan Nomor: SE06/D.05/2013 Tanggal: 31 Desember 2013 tentang Penetapan Tarif Premi Pada
Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor Tahun 2014.

Perusahaan Asuransi Umum dilarang memasarkan Asuransi Kendaraan
Bermotor dengan di bawah tarif atau di atas tarif sebagaimana tercantum dalam
tabel I.A dan I.B Surat Edaran Peraturan Menteri Keuangan Nomor: SE06/D.05/2013 Tanggal: 31 Desember 2013 tentang Penetapan Tarif Premi Pada

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Lini Usaha Asuransi Kendaraan Bermotor Tahun 2014. Penerapan tarif di bawah
tarif bawah hanya dapat dilakukan dalam rangka pemberian diskon dengan
memenuhi ketentuan mengenai diskon yang diatur dalam surat edaran ini.
Penerapan tarif premi lebih tinggi dari tarif atas hanya dapat dilakukan dalam
rangka pemberian fitur-fitur layanan tambahan.
Perusahaan Asuransi Umum yang memasarkan Asuransi Kendaraan
Bermotor wajib mencantumkan tarif premi dalam ikhtisar polis atau dokumen
yang merupakan bagian dari polis yang wajib diketahui oleh tertanggung dan/atau
pembayar premi.
Perusahaan Asuransi Umum dilarang membuat perjanjian dengan pihak
ketiga yang memberikan kesempatan kepada pihak ketiga untuk menjual tarif
premi asuransi yang lebih tinggi dari tarif premi yang ditetapkan oleh Perusahaan
Asuransi Umum yang bersangkutan.
Pihak ketiga yang berhubungan dengan perolehan bisnis asuransi antara
lain Pialang Asuransi, Agen Asuransi, Bank atau Perusahaan Pembiayaan dan
atau pihak lainnya dilarang menjual tarif premi asuransi yang lebih tinggi dari
tarif premi yang ditetapkan oleh Perusahaan Asuransi Umum.
Pengaturan asuransi atau pertanggungan asuransi ada dua bagian yaitu di
dalam KUHD dan diluar KUHD.
1. Di dalam KUHD
a. Buku I Bab IX tentang pertanggungan pada umumnya (Pasal 246- 268)
b. Buku II Bab X tentang pertanggungan kebakaran dan bahaya hasil panen
dan pertanggungan jiwa (Pasal 287-308)

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

c. Buku II Bab IX tentang pertanggungan terhadap bahaya laut (Pasal 592685)
d. Buku II Bab X tentang pertanggungan terhadap bahaya dalam
pengangkutan darat dan perairan darat (Pasal 686-695)
2. Peraturan asuransi atau pertanggungan di luar KUHD ialah :
a. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 tentang Penyelesaian Usaha
Perasuransian.
c. Keputusan Presiden Nomor 230 Tahun 1968 dan Nomor 13 Tahun 1981
tentang Kesehatan Pegawai Negeri dan Penerima Pensiunan Beserta
Keluarganya.
d. Undang-undang Nomor 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan
Wajib Kecelakaan Penumpang (Askep).
e. Undang-undang Nomor 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu
Lintas Jalan (Askel).
f. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Astek).
g. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil.
h. Peraturan pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Angkatan
Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI).
i. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan
Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

kemerdekaan, beserta keluarganya.
Asuransi kendaraan bermotor adalah asuransi kerugian yang tidak
mendapat pengaturan khusus dalam KUHD. Karena tidak mendapat pengaturan
khusus, maka semua ketentuan umum asuransi kerugian dalam KUHD berlaku
terhadap asuransi kendaraan bermotor. Kesepakatan bebas yang dibuat secara
tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis, menjadi dasar hubungan asuransi
kendaraan bermotor antara tertanggung dan penanggung. Polis ditandatangani
oleh penanggung dan menjadi alat bukti tertulis bagi kedua pihak untuk
memenuhi kewajiban dan memperoleh hak secara timbal balik.

B. Pihak-pihak dalam Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Yang
Terikat dengan Pembiayaan Konsumen
1. Penanggung
Pengertian penanggung secara umum, adalah pihak yang menerima risiko
dimana dengan mendapat premi, berjanji akan mengganti kerugian atau
membayar sejumlah uang yang telah disetujui, jika terjadi peristiwa yang tidak
dapat diduga sebelumnya, yang mengakibatkan kerugian bagi tertanggung.38
Ada beberapa hak penanggung antara lain:
a. Penerima premi.
b. Mendapatkan keterangan dari tertanggung berdasarkan prinsip itikad baik.
(Pasal 251 KUHD)

M. Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, PT.
Alumni, Bandung,2003 hal. 9
38

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

c. Hak-hak lain sebagai imbalan dari kewajiban tertanggung menurut Man
Suparman Sastrawidjaja hak penangggung antara lain :39
1) Menuntut pembayaran premi kepada tertanggung sesuai dengan perjanjian.
2) Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang
berkaitan dengan objek yang diasuransikan kepadanya.
3) Memiliki premi dan bahkan menuntutnya dalam hal peristiwa yang
diperjanjikan terjadi tetapi disebabkan oleh kesalahan tertanggung sendiri.
(Pasal 276 KUHD)
4) Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur
yang disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. (Pasal 282
KUHD)
5) Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan
maksud untuk membagi risiko yang dihadapinya. (Pasal 271 KUHD)
Ada beberapa kewajiban penanggung antara lain :
a. Memberikan ganti rugi atau memberikan sejumlah uang kepada tertanggung
apabila peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika terdapat hal yang
dapat menjadi alasan untuk membebaskan dari kewajiban tersebut.
b. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung (Pasal 259, 260
KUHD)
c. Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur,
dengan syarat tertanggung belum menanggung risiko sebagian atau
seluruhnya. (Pasal 281 KUHD)

39

Ibid., hal 22

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

d. Dalam asuransi kebakaran, penanggung harus mengganti biaya yang
diperlukan untuk membangun kembali apabila dalam pasal tersebut
diperjanjikan demikian. (Pasal 289 KUHD).
2. Tertanggung
Tertanggung secara umum adalah pihak yang mengalihkan risiko kepada
pihak lain dengan membayarkan sejumlah Premi.40 Berdasarkan Pasal 250 KUHD
yang dapat bertindak sebagai tertanggung adalah sebagai berikut: Bilamana
seseorang yang mempertanggungkan untuk diri sendiri, atau seseorang, untuk
tanggungan siapa di adakan pertanggungan oleh seorang pertanggungan tidak
mempunyai kepentingan atas benda tidak berkewajiban mengganti kerugian.
Berdasarkan Pasal 250 KUHD tersebut yang berhak bertindak sebagai
tertanggung adalah pihak yang mempunyai interest (kepentingan) terhadap objek
yang dipertanggungkan. Apabila kepentingan tersebut tidak ada, maka pihak
penanggung tidak berkewajiban memberikan ganti kerugian yang diderita pihak
tertanggung.
Pasal 264 KUHD menentukan, selain mengadakan perjanjian asuransi
untuk kepentingan diri sendiri, juga diperbolehkan mengadakan perjanjian
asuransi untuk kepentingan pihak ketiga, baik berdasarkan pemberian kuasa dari
pihak ketiga itu sendiri ataupun di luar pengetahuan pihak ketiga yang
berkepentingan. Tertanggung dalam pelaksanaan perjanjian asuransi mempunyai
hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga apabila terjadi peristiwa

40
Neo Yesi Pandansari, “Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian
Asuransi Kecelakaan diri di PT. Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Kantor Cabang Semarang”,
Tesis, Magister Kenotariatan Pasca Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang, 2013, hal 29

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

yang tidak diharapkan yang terjamin kondisi polis maka penangung dapat
melaksanakan kewajibannya.
Objek Pertanggungan berdasarkan Pasal 268 KUHD mengatur bahwa
suatu pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilai
dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahaya dan oleh undang-undang tidak
terkecualikan. Kepentingan sebagaimana yang diatur dalam pasal tersebut tidak
berlaku bagi asuransi sejumlah uang (jiwa), dimana terdapat hal-hal tertentu yang
tidak dapat dinilai dengan uang atau bersifat hubungan material, yang bersifat
kekeluargaan dan hubungan cinta kasih antara keluarga. Pasal 1 angka 2 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 menyatakan objek asuransi
adalah benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum
serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi atau berkurang
nilainya. Asuransi sebagai suatu perjanjian pengalihan risiko menganut prinsipprinsip atau asas-asas yang sangat penting, mengingat transaksi asuransi
melibatkan keuangan masyarakat secara umum yang secara tidak langsung juga
karena membawa pengaruh terhadap perekonomian sebuah negara. Prinsip-prinsip
dalam asuransi tersebut adalah:
a. Prinsip kepentingan (insurable interest)
Prinsip kepentingan sangat erat dengan prinsip indemnity. Prinsip kepentingan
adalah hak yang sah untuk mempertanggungkan atau adanya hubungan antara
tertanggung dengan objek pertanggungan sedemikian rupa sehingga tertanggung
yang menderita kerugian keuangan sebagai akibat terjadinya kerusakan, kerugian
atau kehancuran pada objek pertanggungan. Insurable interest atau kepentingan

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

yang dapat dipertanggungkan, artinya tertanggung mempunyai kepentingan
keuangan yang legal objek yang dipertanggungkan.
Pasal 250 KUHD mengatur bahwa: Apabila seorang yang telah mengadakan
pertanggungan untuk dirinya sendiri, atau apabila seorang yang untuknya telah
diadakan suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak
mempunyai kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu, maka
penangung tidaklah diwajibkan memberikan ganti rugi. Ketentuan di atas
mensyaratkan adanya kepentingan dalam mengadakan perjanjian asuransi dengan
akibat penanggung tidak diwajibkan untuk memberikan ganti rugi jika tidak ada
kepentingan tertanggung.
b. Prinsip Itikad Baik atau Prinsip Kejujuran yang Sempurna (Utmost Good
Faith)
Perjanjian asuransi seperti juga pada perjanjian pada umumnya, unsur
saling percaya antara penanggung dan tertanggung itu sangat penting.
Penanggung percaya bahwa apabila terjadi risiko yang dipertanggungkan maka
penanggung akan membayar ganti rugi. Saling percaya ini dasarnya adalah itikad
baik. Mengenai itikad baik ini, Pasal 251 KUHD mengatur bahwa setiap
keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak memberitahukan hal
-hal yang diketahui oleh si tertanggung. Betapapun itikad baik ada padanya, yang
demikian sifatnya, sehingga seandainya si penanggung telah mengetahui keadaan
yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan
syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya pertanggungan.

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Dari ketentuan tersebut di atas, asuransi menjadi batal apabila tertanggung
memberikan keterangan yang keliru atau tidak benar atau sama sekali tidak
memberikan keterangan. Di samping itu tidak dipersoalkan apakah tertanggung
beritikad baik atau buruk, karena tujuan utamanya adalah melindungi
penanggung.
c. Prinsip Keseimbangan (Indemnity)
Perjanjian asuransi bertujuan memberikan ganti rugi terhadap kerugian
yang diderita oleh tertanggung disebabkan oleh risiko sebagaimana diperjanjikan
dalam polis. Besarnya nilai ganti rugi adalah seimbang dengan kerugian yang
diderita oleh tertanggung.Prinsip keseimbangan diatur secara tegas dalam Pasal
253 KUHD yaitu kerugian atau kerusakan yang diderita oleh tertanggung akan
diganti oleh penanggung secara seimbang sesuai dengan kerugian riil yang
diderita. Tujuan pemberian ganti rugi adalah untuk mengembalikan posisi
keuangan tertanggung atas objek pertanggungan yang mengalami kerugian kepada
posisi semula sesaat sebelum terjadinya kerugian.
d. Prinsip subrogasi
Prinsip ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari prinsip
indemnity, bahwa penanggung hanya wajib memberikan ganti rugi kepada
tertanggung sebesar kerugian yang dideritanya. Apabila tertanggung setelah
menerima ganti rugi ternyata mempunyai tagihan pada pihak lain, yang karena
kesalahannya pihak ketiga itu menimbulkan kerugian maka tertanggung tidak
berhak menerimanya, dan hak itu beralih kepada penanggung. Prinsip subrogasi
diatur secara tegas dalam Pasal 284 KUHD yaitu seseorang penanggung yang

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

telah membayar kerugian sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan si
penanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga
berhubungan dengan penerbitan kerugian tersebut, dan si tertanggung itu adalah
bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si
penanggung terhadap orang-orang ketiga itu.
Dari ketentuan tersebut dapat diketahui bahwa subrogasi adalah
penggantian kedudukan tertanggung oleh penanggung yang telah membayar ganti
kerugian, dalam melaksanakan hak-hak tertanggung kepada pihak ketiga yang
menyebabkan terjadinya kerugian.
e. Prinsip kontribusi atau saling menanggung
Apabila atas suatu objek asuransi yang dijamin oleh beberapa penanggung
pada waktu yang bersamaan, maka masing-masing penanggung itu menurut
imbalan dari jumlah untuk mana mereka menandatangani polis, hanya akan
memikul harga yang sebenarnya dari kerugian yang diderita oleh tertanggung.
Pasal 278 KUHD mengatur apabila dalam satu-satunya polis, meskipun pada harihari yang berlainan oleh berbagai penanggung telah diadakan penanggungan yang
melebihi harga, maka mereka itu bersama-sama, menurut keseimbangan daripada
jumlah-jumlah untuk mana mereka telah menandatangani polis tadi memikul
hanya harga sebenarnya yang dipertanggungkan. Ketentuan yang sama
berlakunya, apabila pada hari yang bersamaan, mengenai satu-satunya barang,
telah diadakan berbagai penanggungan.

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

f. Prinsip sebab akibat
Prinsip sebab akibat, bahwa kerugian yang terjadi, haruslah oleh suatu
sebab atas risiko yang merupakan tanggungan penanggung. Jika tidak maka
penanggung dibebaskan dari kewajibannya membayar ganti rugi. Salah satu
prinsip-prinsip tersebut ada hak subrogasi dimana penanggung menggantikan
tertanggung dalam hak penuntutan terhadap pihak ketiga. Hal ini telah
diperjanjikan terlebih dahulu dalam bentuk perjanjian tertulis antara penanggung
dan tertanggung. Perjanjian tertulis disebut dengan polis. Polis adalah ikatan
persetujuan antara penanggung dengan tertanggung sebagaimana yang ditetapkan
dalam Pasal 225 KUHD yang menyatakan bahwa suatu pertanggungan harus
dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.
Asuransi kendaraan bermotor Indonesia dikenal adanya polis standar
kendaraan bermotor yang dikeluarkan Dewan Asuransi Indonesia atau Polis
Standar Kendaraan Bermotor-Dewan Asuransi Indonesia (PSKB-DAI).Pada
umumnya semua perusahaan asuransi menggunakan PSKB dan melakukan
modifikasi polis tersebut untuk memenuhi permintaan pasar, disebut sebagai
tailormade policy.
Berdasarkan PSKB-DAI dikaitkan dengan luas jaminan meliputi
kelompok besar yakni polis gabungan.
1. Pertanggungan gabungan
Luas jaminan pertanggungan ini di pasar asuransi dikenal dengan all risk,
meliputi pertanggungan;

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

a. Kerugian dan kerusakan atas fisik kendaraan tersebut (physical damage or
material damage) akibat kecelakaan, niat jahat orang lain (malicious
damage).
b. Kerusakan dan kerugian karena pencurian
c. Kerusakan dan kerugian karena kebakaran
d. Biaya derek/penarikan kendaraan di jalan raya atau tempat kejadian.
e. Tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
2. Pertanggungan kerugian total semata atau TLO (Total Lost Only)
Penanggung hanya mengganti kerugian keseluruhan atau TLO terhadap
kerangka kendaraan (casco), kerugian dapat berupa teknis total loss maupun
constructive total loss, sesuai persyaratan polis.
3. Polis pertanggungan tanggung jawab hukum terhadap pihak ketiga semata
kerugian dan kerusakan yang dialami pihak ketiga atau orang lain, meliputi:
a. Harta benda
b. Luka badan dan jiwa meninggal dunia
c. Biaya perkara dan ongkos bantuan ahli hukum (lawyers atau advokat).
Tujuan dari asuransi adalah untuk meringankan beban risiko yang dihadapi
oleh tertanggung dengan memperoleh ganti rugi dari penanggung sedemikian rupa
hingga:
1. Tertanggung terhindar dari kebangkrutan sehingga dia masih mampu berdiri
seperti sebelum menderita kerugian.
2. Mengembalikan tertanggung kepada posisi semula seperti sebelum menderia
kerugian

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Hak tertanggung antara lain:
1. Menuntut agar polis ditandatangani oleh penanggung (Pasal 259 KUHD)
2. Menuntut agar polis segera diserahkan oleh penanggung (Pasal 260 KUHD)
3. Mendapatkan ganti rugi apabila terjadi perisitwa yang tidak diharapkan.
Kewajiban tertanggung adalah :
1. Membayar premi kepada penanggung (Pasal 246 KUHD)
2. Memberikan keterangan yang benar kepada penanggung mengenai objek yang
diasuransikan. (Pasal 251 KUHD)
3. Mencegah atau mengusahakan agar peristiwa yang dapat menimbulkan
kerugian terhadap objek yang diasuransikan tidak terjadi atau dapat dihindari
apabila dapat dibuktikan oleh penanggung, bahwa tertanggung tidak berusaha
untuk mencegah terjadinya perisitiwa tersebut dapat menjadi salah satu alasan
bagi penanggung untuk menolak memberikan ganti kerugian bahkan
sebaliknya menuntut kerugian kepada tertanggung. (Pasal 283 KUHD)
4. Memberitahukan kepada tertanggung bahwa telah terjadi peristiwa yang
menimpa objek yang diasuransikan, berikut usaha-usaha pencegahannya
Badan hukum penyelenggara perasuransian dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian, disebut
perusahaan perasuransian, yaitu:
1. Perusahaan asuransi kerugian, yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan
manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

2. Perusahaan asuransi jiwa, yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup
atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Perusahaan reasuransi,
yaitu perusahaan atau usaha asuransi yang memberikan jasa dalam
pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi
kerugian dan atau perusahaan asuransi jiwa.
C. Syarat-syarat dan risiko-risiko dalam Polis Asuransi Kendaraan
Bermotor
Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin
akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Asuransi dijalankan
dengan menggunakan aturan main yang sudah tercantum di dalam polis asuransi.
Untuk menghindari penolakan klaim bagi nasabah asuransi, maka perlu diberikan
pemahaman tentang syarat pertanggungan.
Syarat-syarat sebagai yang ditentukan dalam Pasal 1320 dan Pasal 1321
KUH Perdata itu bagi perjanjian pertanggungan masih belum memuaskan, karena
itu ditambah lagi dengan ketentuan Pasal 251 KUHD, yang mengharuskan adanya
pemberitahuan tentang semua mengenai keadaan yang diketahui oleh tertanggung
mengenai benda pertanggungan.
Pasal 256 KUHD memberi ketentuan tentang syarat-syarat suatu akta,
yang dapat disebut sebagai polis merupakan syarat-syarat umum terjadinya
 
 

Universitas Sumatera Utara

 

perjanjian asuransi. Oleh karena itu, timbullah kebutuhan untuk menambah syaratsyarat lain yang khusus berlaku bagi para pihak.Poin delapan dari Pasal 256
KUHD, memberi kesempatan kepada para pihak untuk mengatur sendiri hal-hal
yang kiranya dianggap penting untuk diatur.
Polis asuransi kendaraan bermotor selain harus memenuhi syarat-syarat
umum Pasal 256 KUHD, juga harus memuat syarat-syarat khusus yang hanya
berlaku bagi asuransi kendaraan bermotor. Untuk memahami syarat-syarat umum
Pasal 256 KUHD yang berlaku juga pada asuransi kendaraan bermotor, berikut ini
disajikan syarat-syarat umum tersebut:
1. Hari dan tanggal kapan serta tempat dimana asuransi kendaraan bermotor
diadakan.
2. Nama tertanggung yang mengasuransikan kendaraan bermotor untuk diri
sendiri atau untuk kepentingan pihak ketiga.
3. Keterangan yang cukup jelas mengenai kendaraan bermotor yang
diasuransikan terhadap bahaya (risiko) yang ditanggung.
4. Jumlah yang diasuransikan terhadap bahaya (risiko) yang ditanggung.
5. Evenemen-evenemen penyebab timbulnya kerugian yang ditanggung oleh
penanggung.
6. Waktu asuransi kendaraan bermotor mulai berjalan dan berakhir yang
menjadi tanggungan penanggung.
7. Premi asuransi kendaraan bermotor yang dibayar oleh tertanggung.
8. Janji-janji khusus yang diadakan atara tertanggung dan penanggung.41
Abdulkadir Muhammad, 2011, Hukum Asuransi Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, hal 181
41

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Di dalam polis standar asuransi kendaraan bermotor selain ketentuan
mengenai risiko yang ditanggung dan risiko yang tidak ditanggung, dimuat juga
syarat-syarat khusus tersebut adalah sebagai berikut:
a. Wilayah Negara berlakunya asuransi kendaraan bermotor.
b. Pembayaran premi.
c. Pemberitahuan kecelakaan, tindakan pencegahan, tuntutan dari pihak ketiga,
tuntutan pidana terhadap tertanggung.
d. Kerugian, ganti kerugian, asuransi rangkap, laporan tidak benar, subrogasi
Pasal 284 KUHD, dan hilangnya hak ganti kerugian.
e. Perselisihan dan arbitrase.
f. Berakhirnya asuransi kendaraan bermotor
Asuransi kendaraan adalah sebuah kontrak tertulis (Polis Asuransi) antara
tertanggung kepada perusahaan asuransi bahwa perusahaan asuransi akan
memberikan ganti rugi kepada pihak tertanggung terhadap kerugian atas
kerusakan pada mobil dan atau kepentingan yang dipertanggungkan, berdasarkan
pada syarat dan kondisi yang dicetak, dicantumkan, dilekatkan dan atau dibuatkan
endorsemen pada Polis tersebut.42
Di dalam polis asuransi tertanggung harus memahami tentang risiko apa
saja yang dijamin dan tidak dijamin. Yang dijamin oleh Asuransi Kendaraan
Bermotor secara umum adalah sebagai berikut:
1. Kerugian atau Kerusakan Kendaraan Bermotor. Dalam asuransi kendaraan
bermotor ini risiko yang dipertanggungkan disebabkan oleh tabrakan,
https://www.asura.co.id/blog/resiko-resiko-yang-dijamin-oleh-perusahaan-asuransikendaraan diakses tanggal 1 Mei 2016.
42

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

benturan, terbalik, tergelincir dari jalan, termasuk juga akibat dari
kesalahan material, konstruksi, cacat sendiri atau sebab-sebab lainnya dari
kendaraan yang bersangkutan
2. Perbuatan jahat orang lain
3. Pencurian
4. Kebakaran
5. Sambaran petir
6. Kerugian atau kerusakan yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa di atas
dan sebab-sebab lainnya selama penyebarangan dengan kapal feri atau alat
penyeberangan resmi lain yang berada di bawah pengawasan Direktorat
Jenderal Perhubungan Darat.
7. Kerusakan roda yang disebabkan oleh kecelakaan.
8. Biaya yang wajar yang dikeluarkan tertanggung untuk penjagaan atau
pengangkutan ke bengkel atau tempat lain guna menghindari atau
mengurangi

kerugian

maksimum

sebesar

0.5%

dari

jumlah

Pertanggungan.43

43

Ibid

 
 

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TERTANGGUNG
ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR YANG TERIKAT
PEMBIAYAAN KONSUMEN
A. Pengaturan Tanggung Jawab Debitur Kendaraan Bermotor yang Terikat
Perjanjian Pembiayaan
Kendaraan bermotor yang dibeli melalui kredit, terutama kendaraan baru,
biasanya dilengkapi dengan asuransi. Asuransi kendaraan bermotor sendiri ada
dua jenis, yaitu All Risk dan Total Lost Only (TLO). TLO melindungi pengguna
dari risiko hilang. Perjanjian asuransi terjadi sejak adanya kesepaktan antara pihak
penanggung dan pihak tetanggung yang diuraikan dalam surat yang disebut polis
asuransi.44 Menurut ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang Perasuransian, disebukatkan bahwa : “Asuransi adalah
perjanjian antara dua pihak, perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang
menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan
untuk memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena
kerugian, atau bertanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung karena terjadinya peristiwa yang tidak pasti.
Salah satu risiko yang dapat terjadi adalah kendaraan bermotor hilang
dicuri. Ketentuan ini sesuai dengan kejadian yang dialami tertanggung terhadap
kehilangan kendaraan bermotor roda 4 (empat) yang menimbulkan kerugian
terhadap tertanggung mengenai kendaraan. Pihak perusaahan pembiayaan wajib
mengasuransikan barang konsumsi sesuai persyaratan yang ditentukan oleh pihak

44

A. Hasymi Ali, Pengantar Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2005 hal189

 

Universitas Sumatera Utara

 

debitur kepada perusahaan asuransi yang telah ditunjuk atau disetujui oleh pihak
perusahaan pembiayaan. Jika terjadi risiko kehilangan yang dipertanggungkan
pada barang konsumsi, maka pihak debitur harus segera melaporkan kepada pihak
perusahaan pembiayaan, selanjutnya pihak
membuat tembusan kepada pihak asuransi.

perusahaan pembiayaan yang
Asuransi dalam perjanjian yang

diadakan oleh PT. Astra Credit Company (ACC) Medan terdiri dari asuransi yang
ditunjuk oleh perusahaan pembiayaan untuk menjamin pertanggungan objek
antara perusahaan pembiayaan dengan debitur.
Asuransi atau pertanggungan, di dalamnya selalu mengandung pengertian
adanya suatu risiko. Berdasarkan Polis Standar asuransi Kendaraan bermotor
Indonesia tanggung jawab pihak asuransi kepada tertanggung adalah memberikan
jaminan penggantian terhadap risiko-risiko yang termasuk dalam ketentuan polis
standar asuransi kendaraan bermotor Indonesia.
Namun dalam hal ini, jika harga kendaraan yang diasuransikan tersebut
lebih besar dari harga asuransi, dan mengalami kerugian dengan melibatkan pihak
ketiga, maka pihak asuransi akan menggantikan menurut hitungan dari bagian
yang diasuransikan terhadap bagian yang tidak diasuransikan. Kerugian ini
disebut kerugian sebagian dan asuransi ini disebut asuransi di bawah harga.
Penanggung akan memberikan ganti kerugian kepada tertanggung atas kerusakan
atau kehilangan kendaraan bermotor yang diasuransikan berdasarkan harga
sebenarnya, setinggi-tingginya sebesar jumlah, setelah dikurangi dengan risiko
sendiri yang tercantum dalam ikhtisar asuransi dan setelah dikenakan perhitungan
asuransi dibawah harga.

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Faktor adanya permasalahan kesulitan pengajuan klaim asuransi bukan
saja akibat dari pihak asuransi tetapi juga akibat dari pihak PT. Astra Credit
Company. Beberapa kasus yang ada, hal tersebut terjadi akibat dari timbulnya
suatu sengketa konsumen karena adanya perbedan tolak ukur mengenai hal-hal
yang terdapat didalam perjanjian asuransi yaitu disebut dengan Polis Asuransi
serta tidak terpenuhinya persyaratan serta dokumen-dokumen yang merupakan
langkah pertama yang harus dipenuhi apabila akan mengajukan klaim asuransi.
Polis asuransi adalah salah satu dokumen penting yang terdapat didalam
perjanjian asuransi yang merupakan alat bukti tertulis bahwa telah terjadi
perjanjian pertanggungan antara penanggung dan tertanggung. Kewajiban untuk
menuangkan perjanjian asuransi didalam polis ini terdapat didalam Pasal 255
KUHD yaitu bahwa suatu pertanggungan haruslah dibuat secara tertulis dalam
suatu akta yang dinamakan polis.Sehingga selanjutnya polis ini dapat digunakan
sebagai suatu bukti apabila terjadi suatu sengketa. Asuransi adalah suatu bentuk
perjanjian, maka seluruh kesepakatan yang tertuang didalam polis perjanjian
asuransi akan mengikat kedua belah pihak yaitu penanggung dan tertanggung dan
berlaku sebagai hukum khusus.45
B. Pengaturan Tanggung Jawab Tertanggung dalam Hal Hilangnya
Kendaraan Bermotor yang Diasuransikan dan Masih Terikat Perjanjian
Pembiayaan Konsumen
Perkembangan asuransi kendaraan bermotor sudah mencakup bidangbidang lain seperti pada bidang otomotif yang merupakan hasil dari kemajuan
45
Lailati Alifah, dkk. Penyelesaian Sengketa Klaim Asuransi Kehilangan Kendaraan
Bermotor pada PT. Raksa Pratikara Berdasarkan Kontrak Dan Melalui Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK), Jurnal Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2015, hal 7

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

teknologi dan risiko yang muncul sangat tinggi. Hal ini mengingat kendaraan
bermotor beroda dua atau lebih yang mempunyai kecepatan yang tinggi maka
dapat dikatakan bahwa pemakai kendaraan bermotor mengandung risiko yang
relatif tinggi di banding dengan pemakaian terhadap berada benda lainnya.46
Jika kendaraan bermotor yang diasuransikan pada saat terjadinya kerugian
atau kerusakan oleh suatu bahaya ditanggung dalam asuransi kendaraan bermotor
ini, harga sebenarnya kendaraan bermotor tersebut lebih besar daripada harga
asuransi, maka penanggung akan menggantinya menurut hitungan dari bagian
yang diasuransikan terhadap bagian yang tidak diasuransikan.
Asuransi kendaraan bermotor adalah asuransi kerugian yang tidak
mendapat pengaturan khusus dalam KUHD. Polis standar asuransi kendaraan
bermotor adalah sebagai berikut: (1) Wilayah Negara berlakunya asuransi; (2)
Pembayaran premi; (3) Pemberitahuan kecelakaan, tindakan pencegahan, tuntutan
dari pihak ketiga, tuntuatn pidana tehadap tertanggung; (4) Kerugian, ganti
kerugian, asuransi rangkap, laporan tidak benar, subrogasi Pasal 284 KUHD, dan
hilangnya hak ganti kerugian; (5) Perselisihan dan arbitase; (6) Berakhirnya
asuransi kendaraan bermotor.
Kerugian ini disebut kerugian sebagian (partial loss) dan asuransi ini
disebut asuransi dibawah harga (under insurance). Selain itu ada yang disebut
kerugian total (total loss) yaitu kerusakan atau kerugian yang biaya perbaikannya
diperkirakan sama dengan atau lebih dari 75% (tujuh puluh lima persen) dari
harga sebenarnya kendaraan bermotor tersebut bila diperbaiki atau hilang karena
Komar Andasasmita, Problem Asuransi kendaraan bermotor dan Praktek
Notaris, Bandung, 2005, hal 8.
46

 
 

Ikatan

Universitas Sumatera Utara

 

dicuri atau tidak ditemukan dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak terjadinya
pencurian atas kendaraan bermotor yang disuransikan tersebut.
Menyimpang dari Pasal 277 ayat (1) KUHD, dalam hal terjadi kerugian
atau kerusakan atas kendaraan bermotor yang diasuransikan dengan polis ini, yang
kendaraan bermotor tersebut sudah ditanggung oleh 1 (satu) atau lebih asuransi
lain dan jumlah segala asuransi itu lebih dari harga kendaraan bermotor yang
dimaksudkan itu, maka jumlah yang telah diasuransikan dengan polis ini dianggap
berkurang menurut perbandinagan antara jumlah segala asuransi dengan harga
yang diasuaransikan. Akan tetapi premi tidak dikurangi atau dikembalikan.
Asuransi ini disebut asuransi rangkap
Jadi oleh karena asuransi atau pertanggungan itu merupakan suatu
perjanjian, maka di dalamnya paling sedikit tersangkut dua pihak. Pihak yang satu
adalah pihak yang seharusnya menanggung risikonya sendiri, tetapi kemudian
mengalihkannya kepada pihak lain, pihak pertama ini lazim disebut sebagai
tertanggung atau dengan kata lain ialah pihak yang potensial mempunyai risiko.
Sedangkan pihak yang lain ialah pihak yang bersedia menerima risiko dari pihak
pertama dengan menerima suatu pembayaran yang disebut premi. Pihak yang
menerima risiko pihak yang satu tersebut lazim disebut sebagai penanggung
(biasanya perusahaan pertanggungan atau asuransi).47
Kewajiban utama penanggung dalam perjanjian asuransi sebenarnya
adalah memberi ganti kerugian. Meskipun demikian kewajiban memberi ganti
rugi itu merupakan suatu kewajiban bersyarat atas terjadi atau tidak terjadinya

47

A Abbas Salim, Dasar- dasar Asuransi, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2008 , hal 8

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

suatu peristiwa yang diperjanjikan yang mengakibatkan timbulnya suatu kerugian.
Artinya, pelaksanaan kewajiban penanggung itu masih tergantung pada terjadi
atau tidak terjadinya peristiwa yang telah diperjanjikan oleh para pihak
sebelumnya.48
Apabila suatu kerugian terjadi sebagai akibat dari suatu peristiwa yang
tidak tertentu yang tidak diperjanjikan, maka tentu saja penanggung harus
memenuhi kewajibannya untuk memberi ganti kerugian. Meskipun demikian
tidak setiap kerugian dan setiap adanya peristiwa selalu berakhir dengan
pemenuhan kewajiban penanggung terhadap tertanggung, melainkan harus dalam
suatu rangkaian peristiwa yang mempunyai hubungan sebab akibat. Perusahaan
asuransi sebagai penanggung dengan tegas memberikan kriteria dan batasan
luasnya proteksi atau jaminan yang diberikannya kepada tertanggung. Kriteria dan
batasan tersebut dicantumkan di dalam polis, sesuai dengan jenis asuransi yang
bersangkutan. Sehingga setiap polis tercantum jenis peristiwa apa saja yang
menjadi tanggung jawab penanggung. Jadi apabila terjadi kerugian yang
disebabkan karena peristiwa-peristiwa yang diperjanjikan itulah penanggung akan
membayar ganti kerugian.
Salah satu unsur yang terdapat dalam pengertian asuransi menurut Pasal
246 KUHD adalah hak dan kewajiban para pihak, yaitu penanggung berhak atas
premi sebagai imbalan dari pengalihan risiko, dan berkewajiban mengganti
kerugian kepada tertanggung. Apabila premi dibayar maka sejak itulah risiko
ganti kerugian beralih kepada penanggung. Hal ini juga dinyatakan dalam Pasal 1

Abdul Kadir Mohammad, Loc.Cit.

48

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

angka (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 tentang Usaha Perasuransian.
Berdasarkan undang-undang tersebut maka dinyatakan bahwa yang berhak atas
ganti kerugian adalah tertanggung, apabila tertanggung mengalami kecelakaan
dan menimbulkan adanya kerugian, maka tertanggung berhak mengajukan klaim
kepada pihak penanggung dan pihak penanggung berhak mengganti kerugian
tersebut.
Bahwa alasan PT. Astra Credit Company (ACC) tidak memberikan
jaminan kerugian yang disebabkan oleh hipnotis dan penggelapan. Hipnotis
sangat sulit di-cover. Hal itu juga sudah diatur dalam aturan pemerintah dan juga
di Surat Keputusan Bank Indonesia yang dikecualikan karena susah dibuktikan.
Sulitnya polis asuransi terkait hipnotis karena konsumen yang menjadi korban
memang menyerahkan langsung kendaraannya mulai dari kunci hingga STNK.
Polis yang biasanya tidak mendapatkan klaim dari pihak asuransi yakni
penggelapan. "Contoh penggelapan oleh sopir pribadi. Karena si sopir digaji
pemilik, selain itu kunci dan STNK juga dikasih langsung oleh majikan, tapi sopir
itu bawa kabur, Selain itu, kasus penggelapan lainnya yang bisa terjadi biasanya
dilakukan karena dipinjamkan oleh pemilik kepada orang lain (teman dekat) atau
pihak kedua49
Tujuh hal yang perlu dihindari oleh debitur pada PT. Astra Credit
Company dalam mengajukan klaim asuransi kendaraan bermotor antara lain :
1. Pengemudi Tidak Memiliki Surat Ijin Mengemudi (SIM)

Hasil wawancara dengan Julio Tampubolon, selaku Administras PT. Astra Credit
Company (ACC), Medan, tanggal 1 September 2015.
49

 
 

Universitas Sumatera Utara

 

Pengemudi yang tidak memiliki SIM jelas melanggar aturan dan hukum yang
berlaku di Indonesia, oleh karenanya perusahaan asuransi umumnya tidak
menerima klaim seperti ini karena merupakan tindak kriminal.
2. Pengemudi Berada Dalam Keadaan Mabuk
Sama seperti poin di atas, mengemudi saat berada di bawah pengaruh
minuman keras atau obat terlarang bertentangan dengan hukum dan pihak
asuransi tidak dapat bertanggung jawab atas kerusakan pada mobil yang
ditimbulkan karena hal ini.
3. Kecerobohan Pengemudi
Pengemudi yang memiliki SIM dan tidak berada di bawah pengaruh minuman
keras atau obat terlarang bukan berarti tidak pernah melakukan kecerobohan.
Kecerobohan yang dimaksud di sini umumnya adalah tindakan yang disengaja
seperti menerobos lampu merah, berjalan di atas kecepatan maksimum yang
disarankan, meninggalkan kendaraan dalam keadaan tidak terkunci, dan
sejenisnya. Beberapa dari tindakan tersebut termasuk dalam pelanggaran
peraturan dan akibatn

Dokumen yang terkait

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Leasing Kenderaan Bermotor (Studi pada PT. Astra Credit Company Medan)

12 106 96

Analisis Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Di Medan (Studi Pada PT Astra Credit Company Cabang Medan)

4 75 165

TANGGUNG JAWAB PT ASURANSI ASTRA BUANA TERHADAP TERTANGGUNG DALAM PERJANJIAN ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR.

0 0 15

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR.

0 0 6

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 1 8

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 1

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 1 15

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 16

Perlindungan Hukum Terhadap Tertanggung Asuransi Kendaraan Bermotor Yang Terikat Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Pada PT. Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 1

Analisis Terhadap Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Perusahaan Pembiayaan Astra Credit Company Di Medan (Studi Pada PT Astra Credit Company Cabang Medan)

0 0 13