Evaluasi Pengelolaan Sistem Pembuangan Sampah Di Rusunawa (Studi Kasus : Rusunawa Seruwei Belawan)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi secara harfiah diartikan sebagai penilaian (Badudu,
1994:401). Evaluasi mengandung maksud melakukan penilaian terhadap kinerja
pengelolaan untuk merumuskan upaya keberlangsungan fungsi bangunan.
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak
akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam
pelaksanaan

rancangan,

serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam

bahasa Indonesia, akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris
yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols dan Shadily, 2000
: 220).
Tague-Sutclife (1996 : 1-3), mengartikan evaluasi sebagai suatu proses yang
sistematis untuk menentukan sejauh mana tujuan instruksional yang dicapai oleh

siswa. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan
insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana,
sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.

2.2.Pengertian Pengelolaan
Pengertian

Pengelolaan adalah proses

yang

membantu

merumuskan

kebijaksanaan dan tujuan yang memberikan pengawasan pada semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. (Himpunan Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2003: 534)
Kata “Pengelolaan” dapat disamakan dengan manajemen, yang berarti pula
pengaturan atau pengurusan (Arikunto, 1993). Banyak orang yang mengartikan

manajemen sebagai pengaturan, pengelolaan, dan pengadministrasian, dan
memang itulah pengertian yang populer saat ini. Pengelolaan diartikan sebagai
suatu rangkaian pekerjaan atau usaha yang dilakukan oleh sekelompok orang
untuk melakukan serangkaian kerja dalam mencapai tujuan tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Reksopoetranto (1992) mengemukakan beberapa pengertian pengelolaan,
sebagai berikut :
1)

Pengelolaan adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan, pengkoordinasian dan pengkontrolan manusia dan sumber daya alam
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
2)

Pengelolaan adalah suatu proses yang meliputi perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang setiap bidang

mempergunakan ilmu pengetahuan dan seni secara teratur untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan .
Pengelolaan pada dasarnya adalah pengendalian dan pemanfaatan semua
sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk atau penyelesaian
suatu tujuan kerja tertentu.
Pengertian pengelolaan telah banyak dibahas para ahli yang antara satu
dengan yang lain saling melengkapi. Salah satunya adalah dari pendapat Stoner
yang dikutip oleh Handoko menyatakan bahwa pengelolaan merupakan proses
perencanan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para
anggota organisasi dan pengguna sumber daya organisasi lainya untuk mencapai
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner menekankan bahwa pengelolaan
dititik beratkan pada proses dan sistem. Oleh karena itu, apabila dalam sistem dan
proses tidak baik, menyebabkan proses pencapaian tujuan akan terganggu atau
mengalami kegagalan.
2.2.1. Fungsi Pengelolaan
Fungsi pengelolaan secara prinsip ada 4 (empat) fungsi yaitu :
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan. Pemahaman
terhadap “Merencanakan” lebih kepada penggunaan metode untuk memikirkan
sasaran dan tindakan yang tepat, sedangkan “Mengorganisasikan” adalah lebih
kepada mengatur dan mengalokasikan wewenang serta sumber daya untuk

mencapai sasaran. “Memimpin” diartikan sebagai aktivitas dalam mengarahkan,
mempengaruhi, dan memotivasi untuk melaksanakan tugas. Selanjutnya
“Mengendalikan” lebih kepada bagaimana memastikan bahwa pengelolaan sedang

Universitas Sumatera Utara

bergerak mencapai tujuan. Fungsi–fungsi tersebut saling melengkapi satu sama
lain (Stoner, 1996:6– 15).
Oleh karena itu, pengelolaan diartikan sebagai proses merencanakan,
mengorganising, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala
aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

2.3. Pengelolaan Rusunawa
Pengelolaan Rusunawa meliputi kegiatan–kegiatan operasional yang berupa
pemeliharaan, perbaikan, dan pembangunan prasarana lingkungan, serta fasilitas
sosial, bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama (PP No.4/1988).
Pengelola Rusunawa merupakan upaya untuk melestarikan fungsi Rusunawa
meliputi kebijakan dalam penataan pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pengawasan dan pengendalian Rusunawa.
2.3.1. Badan Pengelolaan Rusunawa

Badan pengelolaan ini dapat dibentuk dari perhimpunan penghuni untuk
mengurus kepentingan bersama para pemilik dan penghuni, serta dapat
membentuk

atau

menunjuk

badan

pengelola

yang

bertugas

untuk

menyelenggarakan pengelolaan yang meliputi pemeliharaan, perbaikan dan
pengawasan terhadap penggunaan bagian bersama, benda bersama dan tanah

bersama (UU No. 16/1985). Pembentukan perhimpunan penghuni disyahkan oleh
Bupati atau Walikota. Dalam mempertahankan keberadaan dan kelangsungan
rumah susun sederhana dibentuk unit pengelola teknis (UPT), (Koeswahyono,
2004:89), Pada umumnya semua unit pengelola tersebut memiliki hak dan
kewajiban yang telah ditentukan sesuai dalam pasal 66 peraturan Pemerintah No.
4 tahun 1988 tentang Rumah Susun.
Dalam hal kegiatan operasi dan pemeliharaan harus dilaporkan secara
berkala oleh Badan Pengelola kepada pemilik aset Rusunawa dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, untuk itu pengawasannya dibentuk Badan Pengawas
yang bertugas sebagai pengawas penyelenggaraan Rusunawa sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi dalam pengawasan pengelolaan aset milik Pemerintah /
Pemerintah Daerah.

Universitas Sumatera Utara

2.4. Pengertian Sistem
Sistem merupakan perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
sehingga membentuk suatu totalitas, atau sistem merupakan susunan yang teratur
dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya. (Kamus besar bahasa Indonesia,
KBBI )


2.5. Pengertian Sistem Sanitasi
Sanitasi adalah suatu cara untuk mencegah berjangkitnya suatu penyakit
menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Sanitasi merupakan
usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap
berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (Arifin, 2009).
Untuk memenuhi persyaratan sistem sanitasi, setiap bangunan gedung harus
dilengkapi dengan sistem air bersih, sistem pembuangan air kotor dan/atau air
limbah, kotoran dan sampah, serta penyaluran air hujan.(Peraturan Pelaksanaan
UU Tentang Bangunan Gedung, No.28 Tahun 2002).
2.6. Pengelolaan Sistem Pembuangan Sampah
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani
sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar,
kegiatan didalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah,
penanganan di tempat, pengumpulan sampah, pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :
1. Timbulan Sampah
Timbulan sampah adalah volume sampah atau berat sampah yang dihasilkan
dari jenis sumber sampah di wilayah tertentu persatuan waktu m3/h (Departemen
PU, 2004). Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah

(SNI, 1995). Pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi, tetapi ditimbulkan. Oleh
karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya
timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis kegiatannya.

Universitas Sumatera Utara

2. Penanganan di tempat
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap
sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan.
Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau
tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah
ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan
sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi
pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan
di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce).
3. Pengumpulan
Pengumpulan adalah kegiatan mengumpul sampah dari sumbernya menuju ke
lokasi tempat penampungan sementara (TPS). Umumya dilakukan dengan
menggunakan gerobak dorong dari rumah-rumah menuju ke lokasi tempat

penampungan sementara (TPS).
Untuk menghitung volume tempat penampungan sementara maka dapat di
gunakan rumus menghitung volume yaitu V= p x l x t (Y.D. Sumanto, Gemar
Matematika 6, hal : 59).
Luas persegi panjang = p x l

Keterangan : p = panjang
l = lebar

Jadi volume

= luas alas x tinggi
= luas persegi panjang(pxl) x tinggi
=pxlxt

Keterangan : p = panjang
l = lebar
t = tinggi

Universitas Sumatera Utara


4. Pengangkutan
Pengangkutan

adalah

kegiatan

pemindahan

sampah

dari

tempat

penampungan sementara (TPS) menuju lokasi pembuangan pengolahan sampah
atau lokasi pembuangan akhir.
5. Pengolahan
Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau

jumlah sampah. Terdapat berbagai alternatif yang tersedia dalam pengolahan
sampah yaitu :
- Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting)
dan pemadatan (compacting),

yang

tujuannya

adalah

mempermudah

penyimpanan dan pengangkutan.
- Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang
dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat
berkurang hingga 90-95%.
- Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami
(organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang
sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan.
- Pembaruan tenaga (Energy recovery), yaitu tranformasi sampah menjadi
energi, baik energi panas maupun energi listrik.
6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah
dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya ditempatkan di tempat
tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat
berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah dengan sanitasi tempat pembuangan akhir. Di mana
pada lokasi TPA dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah
timbulan sampah.
Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3
tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.

Universitas Sumatera Utara

Aboejoewono (1985) menggambarkan secara sederhana tahapan-tahapan dari
proses kegiatan dalam pengelolaan sampah sebagai berikut :
1. Pengumpulan diartikan sebagai pengelolaan sampah dari tempat asalnya
sampai ke tempat pembuangan sementara sebelum menuju tahapan
berikutnya. Pada tahapan ini digunakan sarana bantuan berupa tong sampah,
bak sampah, gerobak dorong maupun tempat penampungan sementara (TPS).
Untuk melakukan pengumpulan, umumnya melibatkan sejumlah tenaga yang
mengumpulkan sampah setiap periode waktu tertentu.
2. Tahapan pengangkutan dilakukan dengan menggunakan sarana bantuan
berupa

alat

transportasi

tertentu

menuju

ke

tempat

pembuangan

akhir/pengolahan. Pada tahapan ini juga melibatkan tenaga yang pada periode
waktu

tertentu

mengangkut

sampah

dari

tempat

penampungan

sementara(TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA).
3. Pada tahap pembuangan akhir/pengolahan, sampah akan mengalami
pemrosesan baik secara fisik, kimia maupun biologis sedemikian hingga
tuntas penyelesaian seluruh proses.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia nomor
03/prt/m/2013 tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam
penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
dalam pasal 1 yaitu :
- Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.
- Pemilahan adalah kegiatan mengelompokkan dan memisahkan sampah sesuai
dengan jenis.
- Pewadahan adalah kegiatan menampung sampah sementara dalam suatu wadah
individual atau komunal di tempat sumber sampah dengan mempertimbangkan
jenis-jenis sampah.
- Pengumpulan adalah kegiatan mengambil dan memindahkan sampah dari
sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan
sampah dengan prinsip 3R.

Universitas Sumatera Utara

- Pengangkutan adalah kegiatan membawa sampah dari sumber atau tempat
penampungan sementara menuju tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat
pemrosesan akhir dengan menggunakan kendaraan bermotor yang didesain
untuk mengangkut sampah.
- Tempat penampungan sementara, yang selanjutnya disingkat TPS, adalah tempat
sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
- Pengolahan adalah kegiatan mengubah karakteristik, komposisi, dan/atau jumlah
sampah.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 05/Prt/M/2007
Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat
Tinggi,

Persyaratan tempat

sampah,

penampungan sampah,

dan/atau

pengolahan sampah adalah sebagai berikut:


Sistem pembuangan sampah padat direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan fasilitas penampungan dan jenisnya.



Pertimbangan

fasilitas

penampungan

diwujudkan

dalam

bentuk

penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masingmasing bangunan rumah susun bertingkat tinggi, yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.


Pertimbangan jenis sampah padat diwujudkan dalam bentuk penempatan
pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu kesehatan
penghuni, masyarakat dan lingkungannya.



Ketentuan pengelolaan sampah padat, yaitu :
1) Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah,
alat pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara,
sedangkan

pengangkutan

dan

pembuangan

akhir

sampah

bergabung dengan sistem yang sudah ada.
2) Potensi reduksi sampah padat dapat dilakukan dengan mendaur
ulang, memanfaatkan kembali beberapa jenis sampah seperti botol
bekas, kertas, kertas koran, kardus, aluminium, kaleng, wadah
plastik dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

3) Sampah padat kecuali sampah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3)
harus dibakar dengan tempat pembakaran sampah yang tidak
mengganggu lingkungan.
Menurut Permen PU nomor : 05/prt/m/2007 tentang pedoman teknis
pembangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi, yaitu seluruh instalasi
utilitas harus melalui saluran/lubang (shaft), perencanaan saluran/lubang (shaft)
harus memperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan.
Menurut Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun, pasal 26. Yaitu :


Pewadahan sampah di tiap satuan rusun dapat dibuat dari bahan permanen
atau semi permanen.



Sampah yang dibuang ke TPS harus dibungkus dengan alat pembungkus
yang kedap bau dan air.



Saluran sampah dipakai bahan kedap bau dan air, tahan karat. Ukuran
sisi/diameter penampang terkecil sekurang-kurangnya 50 cm.



Sistem pembuangan sampah pada satuan rusun dan bangunan rusun harus
terkoordinasikan dengan sistem jaringan pembuangan sampah pada
lingkungan yang tersedia.
Menurut Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis

Pembangunan Rumah Susun, pasal 60. Yaitu :


Bak sampah dibuat dari bahan kedap bau dan air, dan tidak mudah
berkarat.



Dilengkapi gerobak sampah dari bahan yang tidak mudah berkarat dan
mudah dipelihara.



Dilengkapi TPS dan diletakkan terpisah dari rusunawa, serta dapat
dijangkau oleh truk sampah.



Dilengkapi truk sampah yang dapat menjangkau sekurang – kurangnya ke
TPS dan dapat mengangkut sampah dari TPS ke TPA.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Peraturan Pelaksanaan UU Tentang Bangunan Gedung, No.28
Tahun 2002, dalam pasal 45 tentang pembuangan sampah adalah :
(1) Sistem pembuangan kotoran dan sampah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan
fasilitas penampungan dan jenisnya.
(2)

Pertimbangan

fasilitas

penampungan

diwujudkan

dalam

bentuk

penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masingmasing bangunan gedung, yang diperhitungkan berdasarkan fungsi
bangunan, jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
(3) Pertimbangan jenis kotoran dan sampah diwujudkan dalam bentuk
penempatan pewadahan dan/atau pengolahannya yang tidak mengganggu
kesehatan penghuni, masyarakat dan lingkungannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan, pemasangan, dan
pengelolaan fasilitas pembuangan kotoran dan sampah pada bangunan
gedung mengikuti pedoman dan standar teknis yang berlaku.
Pewadahan sampah terbuat dari bahan permanen dapat dilihat dari gambar 2.1.di
bawah ini :

Sumber: Lembar Teknologi Penampungan Sementara,Modul:TPS1

Gambar 2.1. Bak Sampah Permanen

Dengan ukuran tersebut timbulan sampah yang di hasilkan dapat
menampug sampah untuk 75- 100 KK.

Universitas Sumatera Utara

Entjang Indan (2000), berpendapat agar sampah tidak membahayakan
kesehatan manusia, maka perlu pengaturan pembuangannya, seperti tempat
sampah yaitu tempat penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut
dikumpulkan untuk dibuang dan dimusnahkan.
Syarat tempat sampah adalah :


Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak mudah
bocor, kedap air.



Harus ditutup rapat sehinga tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti tikus, kucing dan sebagainya.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 3242:2008, Tata Cara

Pengelolaan Sampah di Permukiman yaitu timbulan sampah (L/orang atau
unit/hari) = Kota Kecil = 2,5 L/org/hari dan timbulan sampah untuk rumah
permanen adalah 2,5 L/org/hari.
Menurut SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan yaitu Sarana pelengkap persampahan di tiap rumah
dengan jumlah jiwa rata-rata 5 orang adalah tong sampah pribadi.
Kriteria wadah sampah diuraikan dalam SNI No 19-2454-2002 tentang tata
cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan adalah sebagai
berikut:
1. Tidak mudah rusak dan kedap air;
2. Ekonomis dan mudah diperoleh/dibuat oleh masyarakat; dan
3. Mudah dikosongkan.
Karakteristik wadah sampah yaitu bentuk, sifat, bahan, volume, dan
pengadaan wadah sampah untuk masing-masing pola pewadahan sampah
dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Karakteristik Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002
No. Karakteristik

Pola Pewadahan Individual

Pola Pewadahan Komunal

Kotak, silinder, kontainer, bin

Kotak, silinder, kontainer,

(tong) yang bertutup, kantong

bin (tong) yang bertutup

Wadah
1

Bentuk

plastik
2

Sifat

Ringan, mudah dipindahkan

Ringan, mudah

dan dikosongkan

dipindahkan dan
dikosongkan

3

4

5

Bahan

Volume

Pengadaan

Logam, plastik, fiberglass,

Logam, plastik, fiberglass,

kayu, bambu, rotan

kayu, bambu, rotan

− Permukiman dan toko kecil :

− Pinggir jalan dan taman:

(10 – 40) L

(30 –40) L

− Kantor, toko besar, hotel,

− Permukiman dan pasar:

rumah makan: (100 – 500) L

(100 – 1000) L

Pribadi, instansi, pengelola

Instansi, pengelola

Kriteria jenis wadah, kapasitas, kemampuan pelayanan, dan umur wadah
menurut SNI 19-2454-2002 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.2 Jenis Wadah, Kapasitas, Kemampuan Pelayanan, dan Umur
Wadah Sampah Menurut SNI 19-2454-2002
Jenis kontainer

Kapasitas

Pelayanan

Umur kontainer

Keterangan

Kantong

(10 – 40) L

1 KK

(2 – 3) hari

-

Bin

40 L

1 KK

(2 – 3) tahun

-

Bin

120 L

(2 – 3) KK

(2 – 3) tahun

-

Bin

240 L

(4 – 6) KK

(2 – 3) tahun

-

Kontainer

1000 L

80 KK

(2 – 3) tahun

Komunal

Kontainer

500 L

40 KK

(2 – 3) tahun

Komunal

Bin

(30 – 40) L

Pejalan kaki,

(2 – 3) tahun

-

taman

Universitas Sumatera Utara

Menurut Peraturan menteri pekerja umum(Permen PU) Republik Indonesia
nomor 03/prt/m/2013 Label atau tanda dan warna wadah sampah dapat digunakan
seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 2.3. Label atau Tanda dan Warna Wadah Sampah
No Jenis Sampah

Label

Warna

1

SAMPAH B3

Merah

SAMPAH ORGANIK

Hijau

Sampah yang

SAMPAH GUNA

Kuning

dapat

ULANG

Sampah yang
mengandung
bahan
berbahaya
dan beracun
serta limbah bahan
berbahaya dan beracun

2

Sampah
yang mudah
terurai

3

digunakan
kembali

4

Sampah

SAMPAH DAUR

yang dapat

ULANG

Biru

didaur
ulang

5

Sampah
lainnya

RESIDU

Abuabu

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, pengamanan sampah
rumah tangga adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi (Reduce)
Yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang atau
benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:


Mengurangi pemakaian kantong plastik.



Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga
secara rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.



Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi
ulang.



Memperbaiki

barang-barang

yang

rusak

(jika

masih

bisa

diperbaiki).


Membeli produk atau barang yang tahan lama.

b. Penggunaan kembali (Reuse)
Yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa mengubah
bentuk. Contoh:


Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas,
kardus bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya.
Barang-barang tersebut dapat dimanfaatkan sebaik mungkin
misalnya diolah menjadi tempat untuk menyimpan tusuk gigi,
perhiasan, dan sebagainya.



Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah
digunakan, memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan
mini di rumah dan untuk umum.



Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

c. Daur ulang (Recycle)
Yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru. Contoh:


Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara
pembuatan kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.



Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa
digunakan kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak

Universitas Sumatera Utara

digunakan menjadi kertas kembali, botol plastik bisa menjadi
tempat alat tulis, bungkus plastik detergen atau susu bisa dijadikan
tas, dompet, dan sebagainya.


Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah
terdekat.

Sumber: Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014

Gambar 2.2 Konsep Integrasi 3R
Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan :


Sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari



Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai
dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.



Pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik
dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda
untuk setiap jenis sampah tersebut. Tempat sampah harus tertutup rapat.



Pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan
sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.



Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir

Universitas Sumatera Utara

2.7. Pengertian Rumah Susun
Pengertian rumah susun menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 tahun 2011 tentang rumah susun adalah sebagai berikut:
Rumah Susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuansatuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah,
terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama, dan tanah bersama.
Sedangkan menurut Peraturan menteri Pekerjaan Umum No . 60/PRT/1992
tentang Persyaratan Teknis pembangunan rumah susun, pengertian dan
pembangunan rumah susun adalah :
-Lingkungan rumah susun adalah sebidang tanah dengan batas – batas yang jelas ,
di atasnya di bangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya secara
keseluruhan merupakan tempat permukiman.
-Satuan lingkungan rumah susun adalah kelompok rumah susun yang terletak
pada tanah bersama sebagai salah satu lingkungan yang merupakan satu kesatuan
sistem pelayanan pengelolaan.
-Prasarana lingkungan rumah susun adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan
yang memungkinkan rumah susun dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
2.7.1. Pembangunan Rumah Susun
Pembangunan rumah susun dapat diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah, Koperasi, dan Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak
dalam bidang itu, serta Swadaya Masyarakat. ( Undang Undang No. 16 Tahun
1985 pasal 5, Tentang : Rumah Susun )

2.7.2. Status Kepemilikan Rumah Susun
Berdasarkan status kepemilikan satuan unit huniannya, rumah susun
dibagi menjadi tiga jenis menurut (De Chiara, Joseph (Ed.). 1984:571), yaitu :
1.

Daerah yang dikuasai bersama (Condominium) merupakan bangunan
rumah susun yang dimiliki secara bersama oleh penghuninya dan
setiap penghuninya memiliki surat hipotek atas unit rumah susun

Universitas Sumatera Utara

yang dihuni, sedangkan fasilitas umum dimiliki secara bersamasama dengn penghuni lainnya.
2.

Kepemilikan
bangunan

koperasi

rumah

susun

(Cooperative
dimana

Ownership)

penghuni

merupakan

mempunyai

hak

kepemilikan yang diberikan oleh suatu instansi tertentu yang
membangun

rumah

susun

dan

biasanya

dikenakan

biaya

pemeliharaan atau biaya lainnya.
3.

Rumah susun sewa (Rent) merupakan bangunan rumah susun
dimana penghuni tidak memiliki hak milik atas unit yang dihuninya
dan harus membayar biaya sewa serta pemeliharaan kepada
pemiliknya.

2.7.3. Hak dan Kewajiban Penghuni Rumah Susun
Menurut (Mokh Subhkan2008:47) Penghuni/Penyewa mempunyai hak dan
kewajiban sebagai berikut :
- Menempati Rusunawa untuk keperluan tempat tinggal.
- Mengajukan keberatan atas pelayanan yang kurang baik oleh pengelola
Kewajiban penghuni/penyewa adalah sebagai berikut :
-Membayar sewa dan segala iuran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
- Membuang sampah setiap hari di tempat yg ditentukan
- Memelihara sarana rumah susun yang disewa dengan sebaik-baiknya.
Selain mempunyai hak dan kewajiban dalam memanfaatkan barang yang
bersifat pribadi, penghuni juga mempunyai hak atas barang bersama, benda
bersama dan tanah bersama yang merupakan fasilitas dari rumah susun yang
diatur dengan Undang-Undang Nomor 16 tahun 1985 tentang Rumah Susun
berlaku atas sarana rumah susun yang dimiliki oleh perseorangan atau badan
hukum.

2.7.4. Klasifikasi Menurut Ketinggian Bangunan Rumah Susun
Menurut John Mascai dalam “Housing” (1980, hal 225-226), ketinggian
Rumah susun dibedakan menjadi :

Universitas Sumatera Utara

a

Rumah susun dengan ketinggian sampai dengan 4 lantai ketinggian rendah
(low rise). Rumah susun ini menggunakan tangga konvensional sebagai
alat transportasi vertikal.

b

Rumah susun dengan ketinggian 5-8 lantai ketinggian sedang (medium
rise). Rumah susun ini sudah menggunakan escalator sebagai alat
transportasi vertikal.

c

Rumah susun dengan ketinggian lebih dari 8 lantai ketinggian tinggi (high
rise). Rumah susun ini menggunakan elevator sebagai alat transportasi
vertikal.

2.7.5. Sistem Koridor Rumah Susun
Berdasarkan sistem koridor rumah susun menurut John Mascai dalam
“Housing” (1980, hal 225-226) adalah sebagai berikut:
a. Sistem Koridor Bagian Luar ( Exterior Corridor System )
Disebut juga Koridor dimuat tunggal (single loaded corridor), merupakan
sistem koridor yang melayani unit-unit hunian dari satu sisi saja. Ciri utama
bangunan yang menggunakan sistem ini adalah tiap unit hunian memiliki dua
wilayah ruang luar. Bentuk ini memungkinkan unit-unit apartemen mendapatkan
ventilasi silang dan pencahayaan dari dua arah secara alamiah. Bentuk bangunan
secara keseluruhan pada umumnya merupakan bentuk massa memanjang. Gambar
dapat dilihat pada gambar 2.3. di bawah ini :

Sumber: Fajri (2015)

Gambar 2.3. Sistem Koridor Bagian Luar

Universitas Sumatera Utara

b. Sistem Koridor Tengah ( Central Corridor System )
Disebut juga dengan Sistem muat ganda (system double loaded), merupakan
sistem koridor yang melayani unit-unit hunian dari dua sisi. Gambar dapat dilihat
pada gambar 2.4. di bawah ini :

Sumber: Fajri (2015)

Gambar 2.4. Sistem Koridor Tengah

c. Sistem Titik Blok ( Point Block System )
Merupakan pengembangan dari sistem muat ganda (double loaded) dengan
koridor yang sangat pendek, sehingga terjadi perubahan dari koridor linier
menjadi bujur sangkar. Sistem koridor ini memiliki core yang secara langsung
berhubungan dengan unit-unit hunian yang tersusun mengelilingi Inti (core). Unitunit hunian yang ada terbatas antara 4 sampai 6 unit. Bentuk bangunan secara
keseluruhan pada umumnya merupakan bentuk menara. Gambar dapat dilihat
pada gambar 2.5. di bawah ini :

Sumber: Fajri (2015)

Gambar 2.5. Sistem Titik Blok

Universitas Sumatera Utara

d. Sistem Inti Banyak ( Multicore System )
Sistem ini digunakan untuk memenuhi tuntutan yang lebih bervariasi dari
bangunan hunian.Faktor utama yang menentukan penggunaan jenis ini adalah
kondisi tapak, pemandangan dan jumlah unit. Gambar dapat dilihat pada gambar
2.6. di bawah ini :

`
Sumber: Fajri (2015)

Gambar 2.6. Sistem Inti Banyak

Universitas Sumatera Utara