Rusunawa Seruwei (Arsitektur Hijau)

(1)

1

RUSUNAWA SERUWEI

(ARSITEKTUR HIJAU)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

DWI ANASTASIA ASTUTY

070406009

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

2

RUSUNAWA SERUWEI

(ARSITEKTUR HIJAU)

OLEH :

DWI ANASTASIA ASTUTY

070406009

Medan, Juni 2011

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc.

Wahyuni Zahrah, S.T., M.Si.

NIP. 196201091987012001 NIP. 198104262008122003

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 196606221997021001


(3)

3

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Dwi Anastasia Astuty

NIM : 070406009

Judul Proyek Tugas Akhir : Rusunawa Seruwei

Tema : Arsitektur Hijau

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan : No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi 3. Perbaikan Tanpa

Sidang 4. Perbaikan

Dengan Sidang 5. Tidak Lulus

Medan, Juni 2011

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 196606221997021001

Koordinator TKA - 490

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.


(4)

4

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

Laporan Studio Tugas Akhir ini berisikan antara lain : pengumpulan data melalui studi literatur dan dari berbagai nara sumber, telaah, analisa dan penyusunan landasan - landasan teoritis (konseptual) bagi tahap perancangan serta gambar - gambar rancangan.

Selama proses hingga selesainya laporan ini, penulis tidak terlepas dari berbagai pihak yang turut andil dalam menyukseskannya. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

a. Kedua orang tua saya yang tercinta Bapak H. Suryatman, Ibu Hj. Nurhayati,

Abang tercinta Heru Prabowo Adi Sastro A.Md., dan Didi Ardian, S.E. atas segala doa, semangat, dan perhatian yang tiada hentinya kepada saya.

b. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingan, dukungan, semangat, dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir. c. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan untuk dapat menerapkan tema pada design. d. Bapak Ir. Novrial M. Eng. selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan

masukan, saran, dan kritik.

e. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T. sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2010/2011

f. Bapak Imam Faisal Pane, M.T. sebagai Sekretaris Jurusan dan Sekretaris Koodinator Studio Tugas Akhir Semester B TA. 2010/2011

g. Bapak Kepala Bapeda Kota Medan beserta stafyang telah memberikan izin serta memberikan kemudahan dalam pengumpulan data-data.

h. Bapak Kepala Balitbang Kota Medan beserta staf yang telah mengeluarkan surat izin survey.

i. Bapak Kepala Pengelola Rusunawa Medan Labuhan beserta staf yang telah memberikan informasi dan kemudahan untuk pengumpulan data.

j. Seluruh Staf pengajar Arsitektur Universitas Sumatera Utara atas semua kritik dan sarannya selama asistensi.


(5)

5 k. Seluruh Staf Tata Usaha Program studi Arsitektur Universitas Sumatera Utara. l. Abang Andi Fabrori (05) dan Ahmad Mansyur (08) yang telah banyak membantu. m.Seluruh teman-teman kelompok Tugas Akhir saya, Einsteinia,Bambang Herawan,

Hari Hajaruddin, Julaiha Hasibuan, Syahriza Syahrul, Natasya. Terimakasih atas semangat, segala kebersamaan, suka dan duka yang telah kita lewati bersama dari awal hingga akhir.

n. Sahabat-sahabat saya Fandha, Fitri, Dita, Zian, Mita, dan seluruh teman-teman arsitektur stambuk 07.

o. Digital Printing DnD & GradY_pLOtter yang telah membantu dalam proses pengerjaan hasil gambar kerja.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan dan terwujudnya kesempurnaan sebagaimana dimaksud.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Hormat penulis,

Dwi Anastasia Astuty


(6)

6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Maksud dan tujuan perancangan ... 3

1.3 Rumusan masalah ... 4

1.3.1 Masalah arsitektur ... 4

1.3.2 Masalah sirkulasi ... 4

1.3.3 Masalah fungsi bangunan ... 5

1.3.4 Masalah perlengkapan bangunan ... 5

1.4 Batasan proyek ... 5

1.5 Kerangka berpikir ... 6

1.6 Sistematika penulisan laporan ... 7

BAB II DESKRIPSI PROYEK ... 8

2.1 Terminologi Judul ... 8

2.2 Tinjauan Umum ... 9

2.2.1 Permukiman Kumuh ... .9

2.3 Tinjauan Khusus ... ...11

2.3.1 Pengertian Rusun Secara Umum ... 11

2.3.2 Fungsi-Fungsi Rumah Susun ... 11

2.3.3 Klasifikasi Rumah Susun ... 11

2.3.4 Persyaratan Teknis Dan Administratif Pembangunan Rumah Susun ... 12

2.3.5 Prinsip Dasar Pembangunan Rumah Susun ... 13

2.3.6 Kelengkapan Rumah Susun ... 14

2.3.7 Satuan Rumah Susun ... 15

2.3.8 Bagian Bersama dan Benda Bersama ... 15


(7)

7

2.3.10 Fasilitas Lingkungan ... 17

2.4 Lokasi Proyek ... 18

2.4.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 20

2.4.2 Kondisi Eksisting Lokasi ... 25

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis ... 26

a. Rusunawa Muka Kuning ... 26

b. Rusunawa Kemayoran ... 27

BAB III ELABORASI TEMA ... 29

3.1 Pengertian Tema ... 29

3.2 Latar Belakang Pemilihan Tema ... 33

3.3 Tujuan Pemilihan Tema ... 33

3.4 Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Bangunan ... 34

3.5 Studi Banding Tema Sejenis ... 43

a. Namba Parks Osaka, Japan ... 43

b. River Frontage Green Building, Uzbekistan ... 45

c. Milan’s Stunning Green Super City, Milan ... 46

BAB IV ANALISA ... 48

4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan ... 48

4.1.1 Tata Guna Lahan ... 48

4.1.2 Analisa Sirkulasi ... 51

4.1.3 Analisa Pejalan Kaki ... 52

4.1.4 Analisa View (dalam ke luar) ... 53

4.1.5 Analisa View (luar ke dalam) ... 54

4.1.6 Analisa Vegetasi ... 55

4.1.7 Analisa Matahari ... 56

4.1.8 Analisa Kebisingan ... 57

4.1.9 Analisa Pencapaian ... 58

4.1.10 Analisa Skyline ... 59

4.2 Analisa Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Perhitungan Unit Rusunawa... 60

4.2.1 Analisa Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan ... 60


(8)

8

4.3.1 Analisa Pengguna dan Aktivitas ... 62

4.3.2 Diagram Analisa Pengguna dan Aktivitas ... 65

4.3.3 Program Kebutuhan dan Besaran Ruang ... 68

4.4 Analisa Penzoningan ... 70

4.5 Analisa Ruang Luar ... 70

4.6 Analisa Massa Bangunan ... 71

4.7 Analisa Ruang Dalam ... 72

4.7.1 Analisa Tiap Lantai ... 72

4.7.2 Analisa Tiap Unit Hunian ... 73

4.8 Analisa Teknologi ... 75

4.9 Analisa Elemen-Elemen Desain ... 76

4.10 Analisa Orientasi Terhadap Bangunan ... 78

BAB V KONSEP PERANCANGAN ... 83

5.1 Konsep Penzoningan ... 83

5.2 Konsep Entrance dan Sirkulasi ... 84

5.3 Konsep Vegetasi ... 85

5.4 Konsep Bentukan Massa dan Bangunan ... 87

5.5 Konsep Sirkulasi Udara ... 90

5.6 Konsep Sanitasi ... 92


(9)

9

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Sumatera Utrara ... 18

Gambar 2.2 Peta Pembagian Kecamatan Medan ... 19

Gambar 2.3 Medan Labuhan ... 19

Gambar 2.4 Peta Kecamatan Medan Labuhan ... 19

Gambar 2.5 Jalan Seruwei ... 20

Gambar 2.6 Lokasi Site ... 20

Gambar 2.7 Peta Penyebaran Kawasan Kumuh Kota Medan ... 22

Gambar 2.8 Peta Kondisi Eksisting Lokasi ... 25

Gambar 2.9 Site Plan Rusunawa Muka Kuning, Batam ... 26

Gambar 2.10 Rusunawa Muka Kuning, Batam dari berbagai sisi ... 27

Gambar 2.11 Site Plan Rusunawa Kemayoran, Jakarta ... 28

Gambar 2.12 Tampak Rusunawa Kemayoran, Jakarta ... 28

Gambar 3.1 Potongan lapisan green roof ... 37

Gambar 3.2 Green roof in School of Art, Design and Media at Nanyang Technological University in Singapore ... 38

Gambar 3.3 Green roof di Bangunan perpustakaan Downtown Vancouver, BC...38

Gambar 3.4 Skylight ... 38

Gambar 3.5 Ventilasi Satu Sisi ... 39

Gambar 3.6 Ventilasi satu sisi dengan dua bagian bukaan ... 39

Gambar 3.7 Ventilasi satu sisi dengan dua bagian bukaan ... 39

Gambar 3.8 Stack Ventilation ... 39

Gambar 3.9 Passive Cooling ... 39

Gambar 3.10 Photovoltaic ... 40

Gambar 3.11 Diagram 1 kerja panel Photovoltaic ... 40

Gambar 3.12 Diagram 2 kerja di dalam panel Photovoltaic ... 40

Gambar 3.13 Diagram 3 kerja di dalam panel Photovoltaic ... 41

Gambar 3.14 Diagram kerja rainwater harvesting ... 41

Gambar 3.15 Material Bambu ... 42

Gambar 3.16 Material Pekerasan ... 42

Gambar 3.17 Bambu yang digunakan diberbagai aplikasi rrumah ... 42


(10)

10

Gambar 3.19 Eksterior Namba Parks Osaka, Japan ... 44

Gambar 3.20 Perspektif Namba Parks Osaka, Japan ... 45

Gambar 3.21 River Frontage Green Building, Uzbekistan. ... 45

Gambar 3.22 Eksterior River Frontage Green Building, Uzbekistan ... 46

Gambar 3.23 Tampak Milan’s Stunning Green Super City, Milan. ... 46

Gambar 3.24 Perapektif Eksterior Milan’s Stunning Green Super City, Milan. ... 47

Gambar 3.25 Eksterior Milan’s Stunning Green Super City, Milan. ... 47

Gambar 4.1 Peta Tata Guna Lahan ... 48

Gambar 4.2 Peta Analisa Sirkulasi ... 51

Gambar 4.3 Peta Analisa Pejalan Kaki ... 52

Gambar 4.4 Peta Analisa View (dalam ke luar) ... 53

Gambar 4.5 Peta Analisa View (luar ke dalam) ... 54

Gambar 4.6 Peta Analisa Vegetasi ... 55

Gambar 4.7 Peta Analisa Matahari ... 56

Gambar 4.8 Peta Analisa Kebisingan ... 57

Gambar 4.9 Peta Analisa Pencapaian ... 58

Gambar 4.10 Peta Analisa Skyline ... 59

Gambar 4.11 Konsep Gubahan Massa ... 72

Gambar 4.12 Konsep Selasar didepan (single loeded) untuk satu zona hunian ... 72

Gambar 4.13 Konsep Selasar didepan (single loeded) untuk dua zona hunian ... 72

Gambar 4.14 Konsep Selasar didepan (single loeded) untuk dua zona hunian dengan void ... 73

Gambar 4.14 Alternative tipe denah 1 ... 73

Gambar 4.15 Alternative tipe denah 2 ... 74

Gambar 4.16 Alternative tipe denah 3 ... 74

Gambar 4.17 Orientasi bangunan terhadap matahari ... 78

Gambar 4.18 Orientasi Bangunan ... 79

Gambar 4.19 Aliran Udara ... 80

Gambar 4.20 Aliran Udara ... 80

Gambar 4.21 Aliran Udara ... 80

Gambar 4.22 Aliran Udara ... 81

Gambar 4.23 Aliran Udara ... 81

Gambar 4.24 Aliran Udara ... 81


(11)

11

Gambar 5.1 Konsep Penzoningan ... 83

Gambar 5.2 Konsep Entrance dan Sirkulasi ... 84

Gambar 5.3 Konsep Vegetasi ... 85

Gambar 5.4 Pohon Mangga ... 86

Gambar 5.5 Pohon Rambutan ... 86

Gambar 5.6 Pohon Kelapa ... 86

Gambar 5.7 Pohon Tanjung ... 87

Gambar 5.8 Bentukan Massa Bangunan ... 87

Gambar 5.9 Denah Lantai 2-4 Rusun Tipe A ... 87

Gambar 5.10 Denah Lantai 1 Rusun Tipe A ... 88

Gambar 5.11 Denah Roof Top Rusun Tipe A ... 88

Gambar 5.12 Urban Farming Pada Salah Satu Bangunan ... 89

Gambar 5.13 Potongan Rusun Tipe A Gambar ... 89

Gambar 5.14 Potongan Rusun Tipe A Gambar ... 90

Gambar 5.15 Sirkulasi Udara di Dalam Bangunan ... 91

Gambar 5.16 Sirkulasi Udara di Dalam Bangunan ... 91

Gambar 5.17 Bak Tanaman Pada Fasade ... 91

Gambar 5.18 Sansiveria Tabel 4.13 : Program Kebutuhan dan Besaran Ruang ... 92

Gambar 5.19 Roof Top untuk Menampung Air Hujan ... 92

Gambar 5.20 Konsep Pengolahan Air Hujan ... 93

Gambar 5.21 Konsep Pengolahan Limbah ... 94

Gambar 5.22 Wetland dan Kolam Indikator ... 94


(12)

12

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Luas, lokasi, dan jumlah penghuni kawasan kumuh tahun 1996, 2000, 2003,

dan 2005 ... 10

Tabel 2.2 Jumlah kebutuhan rumah tahun 2000, 2004, dan 2009 ... 10

Tabel 2.3 Jumlah Rusunawa terbangun tiap propinsi tahun 2004-2007 ... 17

Tabel 2.4 Jumlah Laju Penduduk Kota Medan tahun 2001-2010 ... 21

Tabel 2.5 Tabulasi Lokasi Perumahan Kumuh di Kota Medan ... 21

Tabel 2.6 RUTRK Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan ... 24

Tabel 4.1 Tata Guna Lahan ... 48

Tabel 4.2 Analisa Sirkulasi ... 51

Tabel 4.3 Analisa Pejalan Kaki ... 52

Tabel 4.4 Analisa View (dalam ke luar) ... 53

Tabel 4.5 Analisa View (luar ke dalam) ... 54

Tabel 4.6 Analisa Vegetasi ... 55

Tabel 4.7 Analisa Matahari ... 56

Tabel 4.8 Analisa View (luar ke dalam) ... 57

Tabel 4.9 Analisa Pencapaian ... 58

Tabel 4.10 Analisa Skyline ... 59

Tabel 4.11 Proyeksi Pertambahan Penduduk ... 61

Tabel 4.12 Analisa Pengguna dan Aktivitas ... 62


(13)

13

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Kerangka berpikir ... 6

Diagram 4.1 Pengunjung Rusunawa ... 65

Diagram 4.2 Pengelola Rusunawa ... 66

Diagram 4.3 Penghuni Rusunawa ... 67


(14)

14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia terus berkembang baik dar segi pembangunan (sarana dan prasarana) maupun jumlah penduduk. Pada tahun 2005, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2,1 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk tahun 2000 terjadi pertambahan penduduk sebesar 89.329 jiwa (1,61%). Dengan luas wilayah mencapai 262,10 km2, kepadatan penduduk mencapai 7.681 jiwa/km2.

(sumber: BPS Medan)

Data tersebut menunjukkan Kota Medan belum terlepas dari masalah kekumuhan. Perumahan kumuh banyak terdapat di kawasan Medan Utara seperti di Belawan, Labuhan, Marelan, Tembung, Denai, Sunggal dan Medan Johor. Bahkan terdapat juga pada daerah pusat Kota Medan. Kawasan kumuh di Utara Medan merupakan perumahan nelayan yang terletak di bantaran sungai Deli. Sedangkan di pusat kota ada di bantaran sungai Babura dan daerah pinggir rel kereta api

Hingga 2008, luas wilayah permukiman kumuh di Medan mencapai 403 hektar di 7 kecamatan terdiri dari 18 kelurahan. Luas daerah kumuh di Medan mencapai 15-20 persen atau 403 hektar dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1,5 persen pertahun dari total keseluruhan luas daerah tersebut.

Daerah tersebut mencakup 7 kecamatan yakni Medan Area dengan luas daerah kumuh 24.55 Ha dengan 1.625 masyarakat miskin, Medan Denai 107.4 Ha dengan 6.849 masyarakat miskin, Medan Perjuangan 14.30 Ha dengan 1.067 warga miskin, Medan Belawan 61.35 ha dengan penduduk miskin17.716 warga, Medan Deli 112.2 Ha dengan penduduk miskin 25.280 orang, Medan Labuhan 56.5 Ha dengan penduduk miskin 20.599 dan Medan Marelan 27 Ha dengan penduduk miskin 11.931 warga. Pelaksanaan kegiatan NUSSP di Kota Medan sejak 2005 telah mengurangi luasan wilayah kumuh menjadi 360.60 Ha.

Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera), Suharso Monoarfa, mengatakan kawasan kumuh di Indonesia tercatat seluas 57.000 hektar pada tahun 2009. Angka ini naik dari tahun sebelumnya yang seluas 54.000 hektar. Walaupun menurut BPS jumlah


(15)

15 masyarakat miskin menurun dari 35 juta jiwa pada tahun 2008 menjadi 32,5 juta jiwa pada tahun 2009. Namun, kawasan kumuh justru semakin meningkat.

Berdasarkan data BPS 2008, terdapat 26,9 juta unit rumah yang tidak layak huni di Indonesia, baik yang semi permanen maupun tidak permanen. Jumlah rumah yang tidak terlayani air bersih sebanyak 9,7 juta unit. Sedangkan rumah yang tidak mendapatkan listrik sebanyak 3,9 juta unit dan yang tidak terlayani jamban sebanyak 10,5 juta unit.

Untuk menata kawasan kumuh, yang paling diperlukan adalah perumahan dan pengendalian alih fungsi, memperbaiki kondisi lingkungan, pemugaran kondisi bangunan, pemeliharaan lingkungan, dan peremajaan terutama daerah kawasan industri yang merupakan kawasan identik dengan lingkungan kumuh dikarenakan kurangnya tempat tinggal bagi para pekerja sehingga menciptakan kawasan kumuh di daerah tersebut.

Kawasan Industri Medan (KIM) adalah sebuah Kelurahan Mabar, dikelola oleh PT. Kawasan Industri Medan, sebua dekat dengan pint ini yang sebagian besar di antaranya adalah perusahaan dalam negeri.

Banyaknya perusahaan yang memberikan kesempatan lapangan kerja membuat daerah KIM akan semakin berkembang dengan seiring berjalannya waktu. Karena itu, diperlukannya perumahan untuk dapat menampung para pekerja, terutama rumah sederhana/rumah sangat sedarhana yang dekat dengan tempat mereka bekerja.

Dalam hal ini pihak pemerintah maupun swasta sebaiknya dapat bekerja sama dengan baik untuk pengadaan tempat tinggal yang layak huni bagi mereka. Semakin terbatasnya lahan membuat pembangunan rumah secara vertikal menjadi alternative yang paling baik. Dan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, salah satu alternative adalah Rumah Susun.

Pembangunan rumah susun merupakan respon terhadap kebutuhan rumah bagi masyarakat. Rumah susun menjadi alternatif pilihan untuk penyediaan hunian karena merupakan pilihan yang ideal bagi negara-negara berkembang.


(16)

16 Daerah yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki permasalahan pada kurangnya ketersediaan hunian, ketidak layakan hunian dan keterbatasan lahan. Hal ini membutuhkan suatu konsep perencanaan dan pembangunan yang tepat agar permasalahan hunian dapat terselesaikan.

Program Pembangunan Rumah Susun dewasa ini,khususnya bagi masyarakat golongan menengah kebawah di kota-kota besar, dinilai ada yang berhasil maupun ada yang kurang berhasil.

Isu pembangunan Rumah Susun sendiri sudah lama dilakukan pemerintah maupun pihak swasta. Tetapi, pengelolaan dan kelengkapan fasilitas belum terlaksana dengan baik untuk dapat menunjang aktivitas penghuni.

Pembangunan Rumah Susun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah untuk dapat memiliki tempat tinggal yang layak huni dengan harga terjangkau dengan efesiensi penggunaan tanah dan tata ruang yang baik.

1.2 Maksud dan Tujuan Perancangan

Menurut UU No. 16 tahun 1985 Tentang Rumah Susun, Tujuan Pembangunan Rumah Susun adalah:

a. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama bagi golongan masyarakat yang berpenghasilan menengan kebawah, yang menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.

b. Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah didaerah perkotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan permukiman yang lengkap, serasi dan seimbang.

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam pmbangunan Rumah Susun ini adalah :

a. Mengendalikan lajunya pembangunan rumah-rumah biasa yang banyak memakan lahan.

b. Memberikan tempat tinggal yang layak huni dan dekat dengan tempat bekerja. c. Mewujudkan pemukiman yang nyaman, serasi, dan selaras.


(17)

17 e. Meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya baik sarana, maupun prasarana. f. Menberikan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat

berpenghasilan rendah.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ada pada rancangan ini adalah bagaimana mendesain Rumah Susun menjadi lebih baik dengan memperhatikan kondisi fasilitas yang dibutuhkan bagi para penghuni Rumah Susun.

Prinsip Arsitektur hijau akan memanfaatkan kondisi alam yang sudah ada dengan penataan yang lebih baik. Penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan, menciptakan kondisi pencahayaan alami dan penghawaan alami dalam bangunan. Penggunaan material daur ulang, memanfaatkan energy yang tersedia seperti matahari, angin, dan air hujan.

Bagaimana menciptakan sirkulasi pencapaian kedalam site, pergerakan pengguna bangunan, maupun pergerkan pengguna di dalam satu kawasan blok.

1.3.1 Masalah Arsitektur

a. Masalah dalam penerapan penampilan bangunan Rumah Susun yang menarik, sesuai fungsi, dan tema.

b. Masalah dalam kaitan Rumah Susun dengan konteks lingkungan sekitarnya.

c. Masalah fungsi yang akan diterapkan sehingga sesuai dengan kebutuhan pengguna. d. Masalah dalam menciptakan bentuk arsitektur yang berbeda dengan bangunan

sekitarya yang diwujudkan dalam bentuk desain yang terpadu dengan lingkungan sekitar.

e. Pemanfaatan nilai lokasi dengan semaksimal mungkin untuk mendapatkan nilai tambah bagi lingkungan sekitar.

1.3.2 Masalah Sirkulasi

a. Masalah perencanaan pencapaian dengan mempertimbnagkan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan.

b. Masalah lalu lintas kendaraan yang nantinya akan masuk maupun keluar diperlukannya penataan yang baik serta penataan pedestrian yang dapat memudahkan pejalan kaki.


(18)

18 c. Masalah pengaturan ruang parkir dan penataan ruang luar.

1.3.3 Masalah Fungsi Bangunan

a. Masalah dalam memadukan fungsi dari bangunan yang memiliki beberapa fasilitas publik.

b. Masalah dalam penyediaan fasilitas yang mampu memenuhi tuntutan dari pemakai gedung.

1.3.4 Masalah Perlengkapan Bangunan

a. Masalah dalam merencankan sistem utilitas dan mekanikal elektrikal yang mengakomodir fungsi-fungsi di dalam Rumah Susun.

b. Masalah dalam memperhatikan kepentingan evakuasi apabila terjadi bencana, ini terkait dengan masalah perlengkapan bangunan.

c. Masalah dalam perencanaan sistem keamanan dalam tapak bangunan.

1.4 Batasan Proyek

Maksud pembangunan Rumah Susun Seruwei untuk menjadikan pemukiman kumuh (kondisi existing) yang tidak teratur menjadi pemukiman yang lebih teratrur dan terintegrasi dengan lingkungan sekitar. Hubungan antara ruang-ruang bersama dan unit-unit hunian yang merupakan private area akan dibuat penzoningan dengan baik sehingga akan memudahkan penghuni Rumah Susun.

Akan ada beberapa tower dengan beberapa type unit hunian pada Rumah Susun sehingga dapat memudahkan dalam pelayanan sarana dan prasarana yang ada sekaligus memberikan solusi pilihan untuk masing-masing penghuni Rumah Susun sesuai dengan kemampuan ekonominya.

Menyediakan jalur sirkulasi baik pejalan kaki maupun kendaraan. Begitu juga dengan penyediaan drainase, tempat sampah, dan MCK yang sesuai dengan syarat-syarat kesehatan.

Pembangunan Rumah Susun akan menyediakan sarana pendukung bagi penghuni diantaranya ruang bersama, sarana ibadah, taman bermain, pendidikan sekolah dini atau TK bagi anak-anak, serta ruang terbuka hijau (open space).


(19)

19

1.5 Kerangka Berpikir

1.1 Diagram kerangka berpikir

LATAR BELAKANG

MAKSUD DAN TUJUAN SASARAN

PENGUMPULAN DATA & STUDI LITERATUR

ANALISA

Feed back

KRITERIA KONSEP

KONSEP

PRA-RANCANGAN

DESAIN AKHIR PERMASALAHAN


(20)

20

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penulisan laporan (secara sistematik) dan mengoptimalkan hasil dan tujuan. Adapun rincian dari masing-masing bab sebagai berikut :

BAB I

PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang, dilanjutkan dengan maksud dan tujuan, rumusan masalah, serta batasan proyek, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

Berisikan tentang terminologi judul kemudian tinjauan umum, tinjauan khusus, lokasi proyek dan studi banding proyek sejenis

BAB III

ELABORASI TEMA

Berisikan tentang Pengertian Tema, Latar Belakang Pemilihan Tema, Tujuan Pemilihan Tema, Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Bangunan, dan Studi Banding Proyek

BAB IV ANALISA

Berisikan tentang Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan, Analisa Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Perhitungan Unit Rusunawa, Analisa Fungsional, Analisa Penzoningan, Analisa Ruang Luar, Analisa Massa Bangunan, Analisa Ruang Dalam, Analisa Teknologi, Analisa Elemen-Elemen Desain, Analisa Orientasi Terhadap Bangunan.

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

Berisikan penerapan konsep perancangan berdasarkan tema yang diambil yaitu arsitektur hijau.

BAB VI

HASIL PERANCANGAN


(21)

21

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul

Adapun judul proyek ini adalah Rusanawa Seruwei. Rusunawa merupakan singkatan dari:

∗ Rumah Susun

Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bangunan-bangunan yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan yang masing-masing dapat dimiliki secara terpisah terutama tempat-tempat hunian yang dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama. (Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1993)

∗ Sederhana

Sedang; tidak berlebih-labihan; tidak banyak pernik. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta, Balai Pustaka, 1986)

∗ Sewa

Pemakaian sesuatu dengan membayar uang. (Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta, Balai Pustaka, 1986)

Rusunawa :

Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan yang masing-masing dapat disewa secara terpisah terutama tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. (Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Permukiman, Badan Perancanaan Pembangunan Kota Surabaya, p.V-2)

Seruwei :

Merupakan nama Jalan yang berada di Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Sungai Mati, Medan.


(22)

22

Rusanawa Seruwei adalah bangunan gedung bertingkat di Jalan Seruwei yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan yang masing-masing dapat disewa secara terpisah terutama tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

2.2 Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang permukiman secara umum,dimana rusun identik dengan permukiman kumuh.

2.2.1 Permukiman Kumuh

Salah satu permasalahan di Indonesia adalah semakin meluasnya permukiman kumuh. Dalam jangka waktu tiga tahun ternyata luas pemukiman kumuh di Indonesia bertambah hingga 18%. Pada tahun 1996, luas permukiman kumuh di Indonesia mencapai 40.053 hektar. Sedangkan pada tahun 2000 luas permukiman kumuh telah berkembang menjadi 47.393 hektar. Namun demikian, data terakhir tahun 2003 menunjukkan bahwa luas permukiman kumuh berhasil diturunkan menjadi 45.565 hektar.

Berdasarkan data dari RPJMN 2005-2009, meningkatnya luas permukiman kumuh tersebut selaras dengan pertumbuhan penduduk dan makin tidak terkendalinya pertumbuhan kota utama (primacy city) yang menjadi penarik meningkatnya arus migrasi. Selain itu, laju pertumbuhan kawasan kumuh (di pusat kota maupun di tepi kota) juga dipicu oleh keterbatasan kemampuan dan ketidakpedulian masyarakat untuk melakukan perbaikan rumah (home improvement). Hal lain yang juga menjadi pemicu adalah ketidakharmonisan antara struktur infrastruktur kota, khususnya jaringan jalan dengan kawasan permukiman yang terbangun. Di pinggir kota hal tersebut yang menimbulkan urban sprawl yang membawa dampak kepada kemacetan, ketidakteraturan, yang akhirnya menimbulkan ketidakefisienan serta pemborosan energy dan waktu.

Jumlah lokasi dan jumlah penduduk yang tinggal di permukiman kumuh pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari data yang tersedia, jumlah lokasi permukiman kumuh pada tahun 1996 mencapai 4886 titik dan dihuni oleh sekitar 2,28 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat tajam selama kurun waktu 10 tahun menjadi 15.739 lokasi dihuni oleh 3,5 juta jiwa pada tahun 2005.


(23)

23

Tabel 2.1 Luas, lokasi, dan jumlah penghuni kawasan kumuh tahun 1996, 2000, 2003, dan 2005.

Tahun Luas

(Ha) Jumlah Lokasi \ Penghuni (Jiwa) Keterangan

1996* 40.053 4.886 2.275.966 -

2000* 47.393 10.065 2.289.862 -

2003** 45.565 12.162 3.003.025*** 732.445 KK

2005** tad 15.739 3.505.115*** 854.906 KK

Sumber :

* RPJMN 2005-2009, Bappenas

** Statistik Potensi Desa Indonesia, BPS, (berbagai tahun) Keterangan :

*** Menggunakan asumsi rata-rata anggota keluarga pada Statistik Potensi Desa Indonesia 2003 yaitu 1 rumah terdiri atas 4 jiwa.

tad tidak ada data

Pada tahun 2000, jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah mencapai 4 juta rumah tangga. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari kebutuhan tahun sebelumnya yang belum terakomodasi oleh penyediaan rumah yang dilakukan oleh BUMN, developer swasta, maupun swadaya masyarakat. Selain itu, peningkatan kebutuhan rumah juga disebabkan oleh pertumbuhan jumlah rumah tangga. Bila pemerintah berkeinginan agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dalam waktu 10 tahun, ditambah dengan peningkatan kebutuhan rumahakibat pertambahan penduduk (pertambahan rumah tangga), maka sejak tahun 2000 total kebutuhan rumah per tahun adalah sebesar 1,1 juta unit. Dengan demikian pada akhir tahun 2004 total kebutuhan rumah akan mencapai 5,8 juta unit, dan tahun 2009 sebesar 11,6 juta unit.

Tabel 2.2 Jumlah kebutuhan rumah tahun 2000, 2004, dan 2009.

Tahun Jumlah RT yang Belum

Memiliki Rumah

Total Kebutuhan Rumah (Unit)

2000 4.338.864 1.663.533

2004 tad 5.832.665

2009 tad 11.665.330

Sumber :

* RPJMN 2005-2009, Bappenas


(24)

24

2.3 Tinjauan Khusus

Tinjauan khusus akan membahas tentang rusun secara keseluruhan.

2.3.1 Pengertian Rusun Secara Umum

Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan yang masing-masing (dapat dimiliki atau disewa) secara terpisah terutama tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

2.3.2 Fungsi-Fungsi Rumah Susun

Fungsi-fungsi Rumah Susun meliputi fungsi hunian, bukan hunian, dan campuran.

∗ Rumah Susun fungsi hunian adalah Rumah Susun yang satu-satunya berfungsi utama untuk tempat tinggal.

∗ Rumah Susun fungsi bukan hunian adalah Rumah Susun yang satuan-satuannya berfungsi untuk bukan tempat tinggal.

∗ Rumah Susun penggunaan campuran adalah Rumah Susun yang satuan-satuannya berfungsi untuk tempat tinggal dan penggunaan lainnya.

2.3.3 Klasifikasi Rumah Susun

Ada beberapa klasifikasi Rumah Susun berdasarkan sifat dan kepemilikannya.

∗ Klasifikasi Rumah Susun berdasarkan sifatnya terdiri dari : a. Rumah Susun Sederhana

b. Rumah Susun Menengah c. Rumah Susun Mewah

∗ Klasifikasi Rumah Susun berdasrkan kepemilikannya terdiri dari : a. Rumah Susun Milik (Rusunami)


(25)

25

2.3.4 Persyaratan Teknis Dan Administratif Pembangunan Rumah Susun.

Sesuai dengan Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 4 tahun 1988 tentang rumah susun presiden Republik Indonesia. Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan yang memenuhi persyaratan konstruksi sesuai dengan standar yang berlaku.

Struktur, komponen, dan penggunaan bahan bangunan rumah susun sebagaimana dimaksud, harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap :

∗ Beban mati; ∗ Beban bergerak;

∗ Gempa, hujan, angin, banjir;

∗ Kebakaran dalam jangka waktu yang diperhitungkan cukup un tuk usaha pengamanan dan penyelamatan;

∗ Daya dukung tanah;

∗ Kemungkinan adanya beban tambahan, baik dari arah vertikal maupun horizontal; ∗ Gangguan/ perusak lainnya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Selain persyaratan teknis dan administratif pembangunan Rumah Susun, Rumah Susun juga memiliki standart perencanaan yaitu :

∗ Kepadatan Bangunan

Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan perbandingan yang tepat meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lingkunga Bangunan (KLB).

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luas dasar bangunan dengan luas lahan /persil, tidak melebihi dari 0,4.

b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas tanah tidak kurang dari 1,5.

c. Koefisien Bagian Bersama (KBB) adlah perbandingan Bagian Bersama dengan luas bangunan, tidak kurang dari 0,2.

∗ Lokasi

Rusun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan transportasi umum, serta dengan mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.


(26)

26 ∗ Tata Letak

Tata letak Rusun harus mempertimbangkan keterpaduan bangunan, lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan mempertimbangkan faktor-faktor kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan.

∗ Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian

Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan, dan pertukaran secara alami, kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota.

∗ Jenis Fungsi Rumah Susun

Jenis fungsi peruntukan Rusun adalah untuk hunian dimungkinkan dalam satu Rumah Susun/kawasn Rumah Susun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

∗ Luasan Satuan Rumah Susun

Luas satu Rumah Susun minimum 21m2, dengan fungsi utama sebagai ruang tidur/ruang serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi dan dapur.

∗ Kelengkapan Rumah Susun

Rumah Susun harus dilengkapi prasarana, sarana, dan utilitas yang menunjang kesejahteraan, kelancaran, dan kemudahan penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

∗ Transportasi Vertikal

Rumah Susun dengan jumlah lantai dibawah 6 lantai, menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal. Sedangkan Rumah Susun lebih dari 6 lantai, menggunakan lift sebagai tranportasi vertikal.

2.3.5 Prinsip Dasar Pembangunan Rumah Susun

Prinsip dasar pembangunan Rumah Susun meliputi : ∗ Keterpaduan

Pembangunan Rumah Susun dilaksanakan prinsip keterpaduan kawasan, sector, antar pelaku, dan keterpaduan dengan sistem perkotaan.

∗ Efisiensi dan Efektivitas

Memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara optimal, melalui peningkatan intensitas penggunaan lahan dan sumber daya lainnya.


(27)

27 Mewujudkan adanya kepastian hokum dalam bermukim bagi semua pihak, serta menunjang tinggi nilai-nilai kearifan yang hidup ditengah masyarakat.

∗ Keseimbangan dan Keberlanjutan

Mengindahkan keseimbangan ekosistem dan kelestarian sumber daya yang ada. ∗ Partisipasi

Mendorong kerjasama dan kemitraan Pemerintah dengan badan usaha dan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses perencanaan, pembangunan, pengawasan, osperasi dan pemeliharaan, serta pengelolaan Rumah Susun.

∗ Kesetaraan

Menjamin adanya kesetaraan peluang bagi masyarakat berpenghasilan menengah bawah untuk dapat menghuni Rumah Susun yang layak bagi peningkatan kesejahteraannya.

∗ Transparansi dan Akuntabilitas

Menciptakan kepercayaan timbal-balik antara pemerintah, badan usaha, dan masyarakat melalui penyediaan informasi yang memadai serat dapat mempertanggung jawabkan kinerja pembangunan kepada seluruh pemangku kepentingan.

2.3.6 Kelengkapan Rumah Susun

Sesuai dengan Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 4 tahun 1988 tentang rumah susun presiden Republik Indonesia. Rumah susun harus dilengkapi dengan:

∗ Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai perpipaan dan perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air dalam bangunan;

∗ Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan;

∗ Jaringan gas yang memenuhi persyaratan beserta perlengkapannya meter gas, pengatur arus, serta pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang membahayakan;

∗ Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan pemasangan;


(28)

28 ∗ Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas dan

pemasangan;

∗ Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan;

∗ Tempat untuk kemungkinan pemasangan jaringan telepon dan alat komunikasi lainnya;

∗ Alat transportasi yang berupa tangga, lift atau eskalator sesuai dengan tingkat keperluan dan persyaratan yang berlaku;

∗ Pintu dan tangga darurat kebakaran; ∗ Tempat jemuran;

∗ Alat pemadam kebakaran; ∗ Penangkal petir;

∗ Alat/ sistem alarm;

∗ Pintu kedap asap pada jarak-jarak tertentu;

∗ Generator listrik disediakan untuk rumah susun yang menggunakan lift.

2.3.7 Satuan Rumah Susun

Satuan rumah susun harus mempunyai ukuran standar yang dapat dipertanggungjawabkan, dan memenuhi persyaratan sehubungan dengan fungsi dan penggunaannya serta harus disusun, diatur, dan dikoordinasikan untuk dapat mewujudkan suatu keadaan yang dapat menunjang kesejahteraan dan kelancaran bagi penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari untuk hubungan ke dalam maupun ke luar.

Satuan rumah susun dapat berada pada permukaan tanah, di atas atau dibawah permukaan tanah, atau sebagian di bawah dan sebagian di ataspermukaan tanah, merupakan dimensi dan volume ruang tertentu sesuai dengan yang telah direncanakan.

2.3.8 Bagian Bersama dan Benda Bersama

Bagian bersama yang berupa ruang untuk umum, ruang tangga, lift, selasar, harus mempunyai ukuran yang mempunyai persyaratan dan diatur serta dikoordinasikan untuk dapat memberikan kemudahan bagi penghuni dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam hubungan sesama penghuni, maupun dengan pihak-pihak lain, dengan memperhatikan keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan.


(29)

29 Benda bersama harus mempunyai dimensi, lokasi, kualitas, kapasitas yang memenuhi persyaratan dan diatur serta dikoordinasikan untuk dapat memberikan keserasian lingkungan guna menjamin keamanan dan kenikmatan para penghuni maupun pihak-pihak lain, dengan memperhatikan keselarasan,keseimbangan, dan keterpaduan.

2.3.9 Prasarana Lingkungan

Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan yang berfungsi sebagai penghubung untuk keperluan kegiatan sehari-hari bagi penghuni, baik ke dalam maupun ke luar dengan penyediaan jalan setapak, jalan kendaraan, dan tempat parkir.

Lingkungan rumah susun harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan utilitas umum yang sifatnya menunjang fungsi lainnya dalam rumah susun yang bersangkutan, meliputi :

∗ Jaringan distribusi air bersih, gas, dan listrik dengan segala kelengkapannya termasuk kemungkinan diperlukannya tangki-tangki air, pompa air, tangki gas, dan gardu-gardu listrik;

∗ Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air hujan dari rumah susun ke sistem jaringan pembuangan air kota;

∗ Saluran pembuangan air limbah dan/ atau tangki septik yang menghubungkan pembuangan air limbah dari rumah susun ke sistem jaringan air limbah kota, atau penampungan air limbah tersebut ke dalam tangki septik dalam lingkungan.

∗ tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan sampah dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan;

∗ kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan dengan kapasitas air yang cukup untuk pemadam kebakaran;

∗ tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang diperhitungkan terhadap kebutuhan penghuni dalam melaksanakan kegiatan-kegiatannya sesuai dengan fungsinya;


(30)

30

2.3.10 Fasilitas Lingkungan

Dalam rumah susun dan lingkungannya harus disediakan ruangan-ruangan dan/atau bangunan untuk tempat berkumpul, melakukan kegiatan masyarakat, tempat bermain bagi anak-anak, dan kontak sosial lainnya, sesuai dengan standar yang berlaku.

Dalam lingkungan rumah susun yang sebagian atau seluruhnya digunakan sebagai hunian untuk jumlah satuan hunian tertentu, selain penyediaan ruang atau bangunan harus disediakan pula ruangan atau bangunan untuk pelayanan kebutuhan sehari-hari sesuai dengan standar yang berlaku.

Tabel 2.3 Jumlah Rusunawa terbangun tiap propinsi tahun 2004-2007.

No Lokasi

Jumlah Twin Blok

Jumlah (Unit)

1 NAD 1 98

2 Sumatera Utara 11 1.065

3 Sumatera Barat 3 290

4 Sumatera Selatan 3 288

5 Jambi 1 98

6 Lampung 1 98

7 Kepulauan Riau 5 432

8 Banten 1 98

9 DKI Jakarta 41 3.916

10 Jawa Barat 26,5 2.504

11 DIY 11 1.022

12 Jawa Tengah 18 1.718

13 Jawa Timur 24 2.208

14 NTT 1 98

15 Bali 1 98

16 Sulawasi Selatan 10 933

17 Sulawasi Tengah 1 98

18 Sulawasi Tenggara 1 98

19 Sulawasi Utara 2 180

20 Kalimantan Barat 1 96


(31)

31

22 Kalimantan Timur 3 290

23 Papua 2 192

Total 169,5 16.006

Sumber :

Kementrian Negara Perumahan Rakyat, 2007.

2.4 Lokasi Proyek

Proyek Rusunawa berada di Sumatera Utara Kota Medan, Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Sungai Mati Jalan Seruwei. Kecamatan Medan Labuhan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Deli disebelah selatan, Kecamatan Medan Belawan disebelah Utara, Kecamatan Medan Marelan disebelah barat, dan Kabupaten Deli Serdang disebelah timur. Kecamatan Medan Labuhan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 40,68 km2.

Dari enam kelurahan di Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Sungai Mati memiliki luas wilayah yang terluas yaitu sebesar 12,870 km2.

Propinsi Sumatera Utara Kota Medan


(32)

32

Gambar 2.2. Peta Pembagian Kecamatan Medan

U

Gambar 2.3. Medan Labuhan

Gambar 2.4.Peta Kecamatan Medan Labuhan

Lokasi Site Rusunawa Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Sungai Mati Jl. Seruwei.


(33)

33

2.4.1 Kriteria Pemilihan Lokasi a. Tinjauan terhadap struktur kota

Kota Medan yang merupakan kota terbesar kelima di Indonesia setelah kota Jakarta, Surabaya, Bandung, Bekasi, dan selanjutnya Medan, memiliki luas 26.510 Ha. (265,10 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Berdasarkan data kependudukan tahun 2010, penduduk Kota Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.109.339 jiwa.. Berdasarkan data tersebut Kota Medan merupakan salah satu Kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Laju pertumbuhan penduduk kota Medan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan. Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per km² pada tahun 2004.

Gambar 2.5. Jalan Seruwei

Gambar 2.6. Lokasi Site

Batas-batas site :

Utara : Lahan Kosong.

Timur : Tol Balmera.

Selatan : SMA Negeri 9 Medan Labuhan.

Barat : Rel kereta api dan rumah penduduk. Lokasi Site Rusunawa

Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Sungai Mati Jl. Seruwei.


(34)

34

Tabel 2.4 Jumlah Laju Penduduk Kota Medan tahun 2001-2010

Sumber :

Wikipedia Kota Medan

b. Identifikasi Kawasan

Kawasan ini merupakan salah satu lokasi pemukiman kumuh yan ada di Kota Medan, Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Sei Mati.

Tabel 2.5 Tabulasi Lokasi Perumahan Kumuh di Kota Medan

No Kecamatan Kelurahan

1 Medan Belawan Belawan 2

2 Medan Labuhan Sei Mati

3 Medan Timur P. Brayan, Bengkel, Durian, Gaharu 4 Medan Barat P. Brayan Kota, Glugur Kota, Silalas 5 Medan Petisah Sei Putih 2, Petisah Tengah

6 Medan Helvetia Cinta Damai

7 Medan Area Pandau Hulu, Tegak Sari, Pasar Merah Timur 8 Medan Maimoon Aur, Suka Raja, Hamdan

9 Medan Kota Teladan Barat 10 Medan Amplas Siti Rejo 11 Medan Polonia Medan Polonia

Sumber : Dinas Tata Kota Medan

Tahun Penduduk

1.926.052

1.963.086

1.993.060

2.006.014

2.036.018

2.083.156

2.102.105

2.121.053


(35)

35

Gambar : 2.7 Peta Penyebaran Kawasan Kumuh Kota Medan

Sumber : Bappeda Kota Medan


(36)

36 Pada tahun 2008 penduduk khusus Kelurahan Sei Mati mencapai 13.282 jiwa. Kelurahan Sei Mati merupakan Kawasan Indusri Medan (KIM) dimana ini merupakan kawasan yang akan terus berkembang stiap tahunnya. Banyaknya lapangan pekerjaan membuat kawasan ini kedepannya akan mungkin menjadi lingkungan yang padat.

Karakteristik dari kawasan tersebut adalah tingkat berpenghasilan rendah. Rata-rata pekerjaan mereka merupakan buruh pada sebuah pabrik.

c. Potensi Kawasan

Lokasi site sangat strategis untuk dijadikan kawasan pemukiman karena kemudahan pencapaian ke area site tersebut melalui jalur utama. Kawasan ini akan menjadi kawasan yang akan terus berkembang karena merupakan Kawasan Industri Medan.

d. Lingkungan

Keadaan lingkungan perencanaan diupayakan dapat mendukung perencanaan ruang kota Kawasan Industri Medan (KIM). Mengingat prospek pembangunan perencanaan ini diusahakan dapat mengatasi masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan perumahan dan permukiman kumuh khususnya yang berada di Kawasan Industri Medan (KIM) sesuai dengan identitas lingkungan perencanaan dan sesuai dengan rencana umum tata ruang Kota Medan.

e. Tata Guna Lahan dan Kawasan

Sesuai peruntukan lokasi dalam RUTRK Kota Medan tahun 2005, sebagai daerah lokasi perencanaan peremajaan lingkungan pusat kota. Lokasi terletak pada kawasan dengan peruntukan fungsi perumahan campuran yang menunjang fungsi yang akan direncanakan. Ruang atau tapak berada di jalur lalu lintas utama Kawasan Industri Kota Medan yang menghubungkan keberbagai Kawasan Industri. Lokasi juga mudah dicapai oleh kendaraan umum, pribadi, maupun pejalan kaki.

Dilihat dari RUTRK kota Medan tahun 2005, lokasi proyek berada pada WPP A dengan peruntukan wilayah antara lain : Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi Maritim. Dan fungsi yang dikembangkan dalam proyek ini adalah sarana permukiman.


(37)

37

Tabel 2.6 RUTRK Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan

WPP Kecamatan Pusat

Pengembangan

Peruntukan Wilayah

Program Kegiatan A Medan

Belawan Medan Marelan Medan Labuhan Belawan Pelabuhan, Industri, Permukiman, Rekreasi Maritim Jalan baru, Jaringan air minum, Septictank, Sarana pendidikan, dan Pemukiman B ∗Medan Deli Tanjung Mulia Perdagangan,

Perkantoran, Rekreasi Indoor,

Permukiman

Jalan baru, Jaringan air minum, Pembuangan sampah, Sarana

pendidikan C ∗Medan Timur

∗Medan Perjuangan ∗Medan

Tembung ∗Medan Area ∗Medan Denai ∗Medan Amplas Aksara Permukiman, Perdagangan, Rekreasi Sambungan air minum, Septictank,

Jalan baru, Rumah permanen, Sarana

pendidikan, dan Kesehatan.

D ∗Medan Johor ∗Medan Johor ∗Medan Kota ∗Medan Maimon ∗Medan Polonia Pusat Kota CBD, Pusat Pemerintahan, Hutan Kota, Pusat

Pendidikan, Perkantoran, Rekreasi Indoor, Permukiman Perumahan permanen, Pembuangan sampah, Sarana pendidikan

E ∗Medan Barat ∗Medan

Helvetia

Sei Sikambing Permukiman, Perkantoran, Konservasi,

Sambungan air minum, Septictank,


(38)

38 ∗Medan Petisah

∗Medan Sunggal ∗Medan

Selayang ∗Medan

Tuntungan

Rekreasi, Lapangan Golf dan Hutan

Kota

Rumah permanen, Sarana pendidikan,

dan Sarana kesehatan

Sumber : Bappeda Kota Medan

2.4.2 Kondisi Eksisting Lokasi

Gambar 2.8 : Peta Kondisi Eksisting Lokasi

Site ini berada di Kelurahan Sei Mati, Medan Labuhan, yang merupakan salah satu kawasan di Kota Medan yang termasuk Kawasan Kumuh. Lokasi berbatasan langsung dengan Rusunawa yang sudah ada (Wisma Labuhan).

Batas-batas site :

Utara : Lahan Kosong. Timur : Tol Balmera.

Selatan : SMA Negeri 9 Medan Labuhan. Barat : Rel kereta api dan rumah penduduk.


(39)

39 Data-data teknis proyek

Nama proyek : Rumah susun

Lokasi : Jl. Seruwei, Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Medan Sumatera Utara.

Sifat proyek : Fiktif

Sumber dana : Swasta dan Subsidi dari Pemerintah

Luas area :

KDB : 60%

KLB : 30%

2.5 Studi Banding Proyek Sejenis a. Rusunawa Muka Kuning, Batam.

Muka Kuning adalah kawasan industri di kepulauan Riau yang lebih tepatnya berada di Batam. Dikawasan tersebut berdiri pabrik pabrik elektronika yang hampir semua merupakan merk ternama di Indonesia maupun mancanegara

Rusunawa Muka Kuning di Sei Beduk, Batam merupakan bangunan twinblock (menara kembar) dengan kamar sebanyak 78 unit untuk menampung sedikitnya 321 orang pekerja.

Rusunawa Muka Kuning berada di Kawasan Industri Kabil di Kota Batam yang dibangun oleh PT Jamsostek (persero). Rusunawa tersebut dibangun untuk memenuhi kebutuhan sekitar 1.512 pekerja peserta Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

Rusunawa Muka Kuning, Batam merupakan Rusunawa dengan pengelolaan terbaik di Indonesia. Rusunawa Muka Kuning terdiri dari 12 twinblok.


(40)

40

b. Rusun Kemayoran, Jakarta.

Nama Kemayoran, bagi penduduk yang sudah lama tinggal di Jakarta tentu tidak asing lagi karena dahulu di kampung Kemayoran terdapat perkumpulan kesenian keroncong yang seialu mengisi acara hiburan di Radio Republik Indonesia (RRl) Jakarta.

Dahulu kampung Kemayoran wilayahnya meliputi Serdang, Sumur Batu, Utan Panjang, Kebon Kosong, Kepu, Gang Sampi, Pasar Nangka dan Bungur. Di sini terdapat kali buatan hasil sodetan dari kali Ciliwung, memanjang dari Kwitang mengalir melalui belakang Gran Hotel, Senen, Adilihung, Pasar Nangka dan terus masuk Kemayoran.

Kegunaannya pada waktu itu ialah untuk mengairi sawah-sawah tetapi sekarang fungsinya sudah berubah menjadi kali yang bercampur sampah-sarnpah. Adanya pembangunan disegala sektor, kampung Kemayoran akhirnya berubah menjadi ramai dan padat penduduknya. Tanah-tanah, sawah, maupun tanah berawa tidak ada lagi dan telah menjadi tempat pemukiman dan pertokoan.


(41)

41 Dari sini muncul pemukiman-pemukiman kumuh di sekitar kali Ciliwung. Hal ini membuat pemerintah dan pemda setempat berinisiatif untuk membuat Rusunawa Kemayoran untuk merelokasi pemukiman kumuh menjadi lebih teratur dan tertata rapi serta memberikan tempat tinggal yang lebih layak huni. Rusunawa Kemayoran terdiri dari 15 blok.

Gambar 2.11. Site Plan Rusunawa Kemayoran, Jakarta.


(42)

42 BAB III

ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian Tema

Pendekatan tema untuk perancangan bangunan ”Rusunawa Seruwei” adalah melalui pendekatan Arsitektur hijau (Green Architecture).

Arsitektur hijau merupakan isu yang sedang berkembang saat ini. Dimana proses konstruksi merupakan salah satu penyebab rusaknya lingkungan. Begitu banyak terjadi bencana alam, peningkatan suhu dunia, rusaknya lapisan ozon yang penyebabnya termasuk proses konstruksi menjadi pendorong terciptanya penerapan arsitektur hijau dimasyarakat.

Arsitektur hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan binaan yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya material, air dan energi. Dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan binaan yang:

a. Efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada.

b. Mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam mengembangkan produktivitas penghuninya,

c. Mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.

Prinsip Arsitektur hijau atau yang lebih dikenal dengan Green Architecture adalah bahwa apa yang telah kita ciptakan tidak hanya mengambil dari alam akan tetapi harus dapat dikembalikan lagi ke alam. Segala sesuatu yang telah kita terima dari alam dapat kita berikan lagi kealam tanpa menimbulkan efek negatif pada alam. Itu merupakan syarat desain yang baik yang dapat menggunakan pembaharuan material. Hijau sendiri dapat diartikan sebagai sesuatu yang natural, yang sangat berhubungan dengan alam.

Arsitektur hijau adalah suatu gerakan yang dilakukan dalam menerapkan langkah-langkah yang berusaha semaksimal mungkin tidak merusak alam. Dan Arsitektur hijau adalah upaya untuk tetap melestarikan alam dan lingkungan untuk masa depan yang berkelanjutan dalam efesiensi energi dan sumber daya alam dalam kegiatan arsitektural untuk pembangunan yang berkelanjutan.

Ciri-ciri Arsitektur hijau antara lain :

∗ Peka terhadap lingkungan

∗ Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminimal mungkin) ∗ Mengusahakan pencahayaan alami


(43)

43 ∗ Harmonis dengan lingkungan alam dimana bangunan berdiri

∗ Mengusahakan penghawaan alami

∗ Memakai material daur ulang atau material yang ekologis.

Terdapat 6 prinsip Arsitektur hijau atau Green Architecture yang diterapkan oleh

Brenda dan Robert Vale yang harus menjadi perhatian untuk dapat diterapkan dalam berbagai

aplikasi, yaitu :

1. Konservasi energi

∗ Bangunan seharusnya meminimalkan penggunaan kebutuhan akan energi. ∗ Perlindungan sumber daya alam.

∗ Pendayagunaan alam sebagai sumber energi bagi keperluan study dan rekreasi.

∗ Memanfaatkan limbah sebaik-baiknya seperti dengan menjadikan limbah sebagai energi biogas atau pupuk.

∗ Penentuan lokasi yang paling tepat guna dengan cara pemilihan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsi bangunan atau proyek.

2. Bekerja sama dengan iklim

∗ Bangunan bekerja sama dengan iklim dan sumber energi alam.

∗ Memanfaatkan energi yang tersedia di alam seperti matahari, angin, hujan, dan air. ∗ Pencahayaan alami pada siang hari.

∗ Penghawaan alami.

3. Meminimalisasi sumber-sumber daya baru ∗ Penggunaan material daur ulang.

∗ Penggunaan material yang dapat diperbaharui. ∗ Merancang bangunan dari sisa bangunan sebelumnya. ∗ Penggunaan material yang ramah lingkungan.

4. Menghargai pemakai

∗ Arsitektur hijau menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan pennggunanya namun selaras dengan prinsip Arsitektyr hijau yang lainnya. Misalnya : daripada menggunakan AC untuk kenyamanan pengguna, sebaiknya menggunakan penghawaan alami untuk menyejukkan ruangan dengan ventilasi silang. Daripada menggunakan terlalu banyak energi untuk penerapan lampu pada siang hari agar pengguna tetap nyaman beraktifitas dalam bangunan prinsip Arsitektur hijau atau Green Architecture menerapkan pencahayaan alami.


(44)

44 ∗ Seminimal mungkin merubah tapak. Misalnya dengan mempertahankan kontur tanah.

Tidak mengambil jalan pintas dengan cara cut dan fill site dalam pembangunan di tapak. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki udara.

∗ Menurut seorang arsitek Australia, Glenn Murcutt ”Seorang harus menyentuh bumi secara ringan” yang ia kutip dari kata-kata orang Aborigin. Kata-kata ini meliputi interaksi bangunan dan sitenya merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penerapan Arsitektur hijau. Suatu bangunan yang menghabiskan banyak energi, menghasilkan sumber polusi dan menjadi asing bagi penggunanya.

6. Holistik

∗ Seluruh prinsip-prinsip Arsitektur hijau digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang dibangun.

Heinz Frick (1999) memberikan empat kriteria arah pembangunan secara Green

Architecture atau Arsitektur hijau, yaitu :

1. Pembangunan berwawasan lingkungan menurut adanya proses yang melestarikan lingkungan alam dan peredarannya, sehingga menghemat energi.

2. Pembangunan biologis (baubiologie) yang memperhatikan kesehatan penghuni dan menganggap rumah sebagai kulit ketiga manusia.

3. Pembangunan psikospiritual, berkaitan dengan jiwa manusia, rasa dan karsa, serta susunan organisme manusia yang mengerti arsitektur sebagai pengalaman kesadaran. 4. Pembangunan organik yang bobot arsitekturalnya terletak pada fungsi pembentukan

dan kesenian.

Masih menurut Heinz Frick (1997) pola perencanaan Arsitektur hijau selalu memanfaatkan alam, sebagai berikut :

1. Penyesuaian pada lingkungan alam sekitar.

2. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit penggunaan energi.

3. Memelihara sumber lingkungan (udara, tanah, air). 4. Memelihara dan memperbaiki peredaran alam.

5. Mengurangi ketergantungan pada system pusat energi dan limbah.

6. Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.


(45)

45 8. Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhan sehari-hari.

9. Pengguna teknologi sederhana.

10. Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.

11. Kulit (dinding dan atap) sebuah gedung harus sesuai dengan tugasnya harus melindungi dirinya dari dari sinar panas, angin, dan hujan.

12. Bangunan sebaiknya diarahkan beorientasi timur barat dengan bagian utara selatan menerima cahaya alam tanpa kesilauan.

13. Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya serap panas, dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim dan ruang dalamnya.

14. Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat banyak energi.

15. Bangunan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menggunakan penyegaran udara secara alamiah dan memanfaatkan angin untuk membuat ruangan menjadi lebih sejuk.

Arsitektur hijau yang merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup didalam proses desain. Arsitektur hijau muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor-faktor lingkungan.

Arsitektur hijau memiliki tujuan untuk menghasilkan suatu bangunan yang bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efesiensi yang lebih tinggi. Hal ini dapat dicapai melalui penerapan konsep Arsitektur hijau itu sendiri. Contohnya seperti dengan penghematan energi, memperbanyak area hijau, dan pendaurulangan air.

3.2 Latar Belakang Pemilihan Tema

Hampir seluruh negara di dunia ini menghadapi masalah lingkungan hidup yang telah tercemar. Hal ini dapat disimpulkan melalui isu-isu pemanasan global (global warming) yang beredar. Isu ini akan menjadi masalah yang sangat besar jika tidak ditanggulangi dengan penyelesaian yang cermat.

Di beberapa negara maju telah dikeluarkan berbagai peraturan yang berkaitan dengan lingkungan hidup seperti pembangunan kawasan yang harus ramah lingkungan. Salah satu pemecahan solusi lingkungan tercemar banyak dikembangkan konsep-konsep kota yang hijau.


(46)

46 Konsep Arsitektur hijau sudah selayaknya dapat diterapkan di Indonesia. Mengingat intensitas pembangunan yang sangat besar dan kerusakan lingkungan yang semakin parah yang diakibatkan oleh pembangunan.

3.3 Tujuan Pemilihan Tema

Dengan menerapkan tema ini pada rancangan, berarti mengadakan cara yang spesifik untuk mengurangi penggunaan energi dan material, mengurangi polusi, menjaga habitat, menjaga ekosistem, lingkungan, dan mendidik masyarakat, kesehatan dan keindahan.

Rancangan yang ekologis mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan, dan mengurangi dampak terhadap lingkungna dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia. Rancangan ekologis adalah rancangan yang teliti dan penuh pertimbangan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan manusia.

Mengingat fungsi bangunan adalah rumah, tempat dimana kita tinggal, maka penerapan tema Arsitektur hijau adalah tepat, karena tema ini akan memberikan efesiensi penggunaan energi yang dapat memberikan kenyamanan bagi penghuni. Selain itu dapat juga untuk:

∗ Menjaga dan melestarikan lingkungan,

∗ Menghemat penggunaan energi, dengan mencari atau memikirkan sumber energi lain. ∗ Termotivasi untuk turut menjaga alam.

3.4 Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Bangunan

Penerapan tema Arsitektur hijau pada bangunan yang dirancang dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut :

Mewujudkan suatu kawasan dengan perbandingan antara luas hijau dengan

lahan terbangun yang sesuai

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.06/PRT/M/2007 tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan dijelaskan bahwa perbandingan antara lahan hijau dengan lahan terbangun adalah 40% : 60 %. Hal tersebut tercantum dalam KDH ( Koefisien Daerah Hijau ) yaiitu angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai. Dengan perencanaan sedemikian, diharapkan kualitas udara dan lingkungan yang


(47)

47 tercipta akan asri dan sehat bagi pengguna bangunan. Selain itu, jumlah air yang kembali ke tanah akan lebih banyak.

Mengembangkan tata vegetasi yang baik

Tata vegetasi suatu kawasan juga sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bangunan yang terdapat pada kawasan tersebut. Dengan adanya tata vegetasi yang baik diharapkan dapat memperbaiki iklim mikro dan mengurangi polusi udara terutama pada bangunan tempat manusia beraktivitas. Dengan adanya tata vegetasi yang baik dapat mengurangi emisi gas karbondioksida yang akan mengurangi dampak pemanasan global.

Mengembangkan bangunan hijau

Dalam konsep Green Building terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

• Terintegrasi dengan alam,

• Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka panjang

• Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial

• Memenuhi kriteria LEED ( Leadership in Energy and Environtmental Design ) • Menyelamatkan energi sekaligus memenuhi kebutuhan.

Melakukan proses Recycle, Reuse, dan Reduce untuk air dan limbah

Untuk mewujudkan konsep green architecture perlu dilakukan proses pendaurulangan dan pemanfaatan kembali air dan limbah. Air yang di pakai pada bangunan akan didaur ulang kembali melalui proses water treatment dan di pakai kembali sehingga kita tidak perlu menggunakan air bersih dalam jumlah yang banyak. Begitu juga dengan limbah. Air limbah hasil buangan bangunan dapat ditreatment kembali dan dipakai untuk keperluan taman. Selain itu juga bisa dilakukan sistem penampungan air hujan yang kemudian akan digunakan untuk keperluan lanskap.

Dalam sebuah proses konstruksi ada 2 tahap yang dilalui yaitu pra konstruksi dan pasca konstruksi. Sebaiknya dalam 2 tahap ini kita sudah dapat menghemat, baik energi maupun biaya.

Pra Konstruksi :

a. Pertimbangkan massa bangunan hanya sebagai ruang yang fungsional sehingga tidak boros dan aman secara sosial (aman dari gangguan penjahat) maupun secara konstruksi (lebih ringan dan ringkas).

b. Penataan tata ruang dengan lebih banyak penghawaan silang sehingga kelak memimalkan kerja pengkondisi udara atau kipas angin.


(48)

48 c. Penataan ruang dengan pertimbangan pencahayaan alami yang lebih banyak dengan kaca

atau glassblock ecara tepat, misalnya menghadap ke arah yang selatan atau timur dan skylight didalam ruangan.arah hadap jendela, pintu dan fasade lainnya.

d. Teritisan atap yang lebih panjang sehingga dapat meneduhkan pemakai bangunan dana atap yang lebih tinggi untuk kondensasi panas.

e. Pemakaian bahan-bahan bangunan yang mudah didapat (disekitar lingkungan) kita sehingga beban transportasi yang lebih sedikit. banyak yang tidak menyukai pemakaian kayu sebagai boikot terhadap pembalakan liar kayu di hutan hujan tropis.

f. Adanya void untuk sirkulasi udara dan cahaya pada bangunan bertingkat.

g. Pertimbangkan ruang terbuka yang lebih banyak dengan tanpa perkerasan diantara dinding masif bangunan terutama sebagai peresapan air tanah dan efek pemantulan sinar matahari. h. Pemakaian jalusi (krepyak) pada jendela atau pintu seperti halnya dinding yang bernapas

dan glassblock untuk dinding.

i. Tanpa mengurangi kualitas bangunan, pilih struktur yang lebih ringan sehingga beban bangunan lebih sedikit terbebani baik terhadap beban angin maupun gempa, terlebih volume yang lebih sedikit akan menguragi biaya konstruksi.

j. Manhole pada gewel pada dinding yang lebih lebar.

k. Pertimbangkan saluran pemipaan (plumbing) yang mudah dirawat.

l. Dengan alasan lebih dekat dengan alam, fungsi ruang dalam rumah ditarik keluar, semisal ruang tamu di taman teras depan, ruang makan dan ruang keluarga pada halaman belakang atau samping, kamar mandi semi terbuka di taman samping, dapat juga diperlakukan sebaliknya, dengan adanya ruang menerus ke dalam ruang. misalnya ruang tamu atau ruang keluarga hingga dapur menyatu secara fisik dan visual.

Pasca konstruksi:

a. Perabotan dan asesoris yang tidak terlalu berlebihan, dapur dan kamar mandi dengan saluran yang senantiasa bersih akan menghemat pengeluaran anda akan listrik dan air. semisal dapur yang dekat dengan taman, sisa air cucian dapur dapat dipakai untuk menyirami tanaman, sisa bilasan cucian jemuran bisa untuk mencuci kendaraan.

b. Memberi tumbuhan rambat pada tembok kita sehingga mengurangi panas di dinding. c. Memilih warna cat yang tidak gelap pada tembok luar, karena menyerap panas, namun

sebaliknya juga tidak memilih warna putih karena dapat menyilaukan.

d. Tidak menutup semua lahan terbuka dengan perkerasan, sebagai pertimbangan penyerapan air hujan.

e. Menanam lebih banyak tanaman baik sebagai pohon penedeh, pengurang bising, pengurang debu maupun untuk penghalang terpaan sinar matahari semisal tanaman rambat


(49)

49 sebagai jalusi atau tanaman buah dalam pot. irigasi dapat memakai irigasi tetes (drip irigation).

f. Mengganti lampu dan peralatan listrik yang lebih hemat dan berusia lama.

g. Bila bangunan terdiri dari dua lantai atau lebih, pertimbangkan adanya roof garden.

h. Perilaku hemat dan pemilihan bahan yang hemat energi seperti lampu led berdaya rendah, saklar thermostat atau yang memakai fotometer, pemakaian bahan pemanas air yang lebih hemat.

Strategi dalam menerapkan konsep green building pada desain bangunan yaitu sebagai berikut:

∗ Pemanfaatan material yang berkelanjutan, ∗ Keterkaitan dengan ekologi lokal,

∗ Keterkaitan antara transit dengan tempat tinggal, bekerja dan rekreasi, ∗ Efisiensi penggunaan air,

∗ Mengedepankan kondisi lokal, baik secara fisik maupun sosial, ∗ Pendidikan sustainability melalui desain,

∗ Memperkuat keterkaitan dengan alam, dan

∗ Pemakaian kembali/renovasi bangunan Ketahanan bangunan melalui layout yang fleksibel. Dalam mewujudkan konsep green building pada bangunan dapat dilakukan berbagai cara sebagai berikut :

∗ Membuat atap hijau ( roof – garden atau green roof )

Green roof adalah atap bangunan yang ditanami oleh vegetasi atau media tanaman, dapat berupa taman, tempat rekreasi, ataupun kegiatan lainnya. Green roof membantu mengoptimalkan suhu udara sekitar bangunan dan mengurangi nilai suhu yang akan masuk ke dalam bangunan. Selain itu green roof juga menjadi media untuk mengembalikan air ke dalam tanah terbangun.


(50)

50 ∗ Pencahayaan alami dengan menyediakan skylight, bukaan besar pada dinding.

Gambar 3.2. Green roof in School of Art, Design and

Media at Nanyang Technological University in

Singapore.

Gambar 3.3. Green roof di Bangunan

perpustakaan Downtown Vancouver, BC


(51)

51 ∗ Pengudaraan alami.

Ventilasi satu sisi:

Ruangan dengan jendela hanya di satu sisi. Udara dingin akan masuk, dan udara panas akan keluar dari jendela yang sama. Jenis ventilasi ini adalah jenis yang normal dan sering diterapkan, tetapi ini hanya berguna untuk kedalaman ruangan tertentu.

Ventilasi satu sisi dengan dua bagian bukaan:

Ventilasi ini lebih efisien dibandingkan dengan ventilasi satu sisi.

Ventilasi silang:

Untuk ventilasi silang, jendela terbuka di dua sisi yang saling berhadapan. Perbedaan tekanan digunakan dengan bangunan menghadap ke arah angin.

Gambar 3.8. Stack Ventilation Gambar 3.9. Passive Cooling

Gambar 3.5. Ventilasi Satu Sisi

Gambar 3.6. Ventilasi satu sisi

dengan dua bagian bukaan


(52)

52 Balok lantai dapat menyerap panas selama siang hari. Pada malam hari, suhu di luar bangunan berubah, pada saat inilah balok lantai mengeluarkan panas yang telah diserap, jadi pada siang hari, bangunan terasa sejuk. Ini yan

g dinamakan passive cooling.

∗ Menggunakan teknologi photovoltaic, dan water filtration. • Photovoltaic

Cara Kerja Photovoltaic

Gambar 3.10. Photovoltaic

Gambar 3.11. Diagram 1 kerja panel Photovoltaic


(53)

53 • Penyaringan air (Water Filtration)

Sumber air berasal dari air hujan. Air hujan sebelumnya akan ditampung kemudian disaring dan akan digunakan untuk keperluan penyiraman tanaman, mencuci, penyiraman pada kamar mandi, kolam hias, dan lainnya.

∗ Menggunakan material bangunan yang ramah lingkungan

Material yang akan digunakan untuk pembangunan rumah susun ini adalah material yang ramah lingkungan dan memiliki dampak paling minimal terhadap lingkungan, seperti bambu, cat yang tidak mengandung zat beracun, dan lainnya. yang Material termasuk material ramah lingkungan adalah material yang tahan lama dan dapat didaur-ulang, material juga dapat berupa material yang member efek positif terhadap lingkungannya, seperti pada udara, tanah, dan air.

Gambar 3.13. Diagram 3 kerja di dalam panel Photovoltaic


(54)

54 ∗ Melakukan penanganan limbah bangunan secara efektif

Mengalihkan atau menggunakan kembali air limbah sebelum memasuki saluran limbah sentral akan meminimalisir beban dari utilitas pengolahan limbah sentral. Sebagai fungsi tambahan, limbah padat yang dihasilkan dapat digunakan langsung pada site sebagai sumber irigasi yang mengandung nutrisi yang berharga bagi tumbuhan atau sebagai bagian dari fitur desain di dalam tapak yang menarik.

Air yang dialihkan dari saluran limbah, baik graywater maupun blackwater, yang memerlukan penanganan langsung yang berbeda. Graywater adalah air limbah yang dihasilkan dari penggunaan indoor seperti air cucian, shower, dan sink, dan dapat digunakan kembali dalam penyiraman toilet atau irigasi untuk membantu meminimalkan beban sistem

Gambar 3.15. Material Bambu Gambar 3.16. Material Pekerasan


(55)

55 pengolahan limbah dan untuk mengurangi total konsumsi air. Untuk memanfaatkan graywater, sistem pemipaan ganda harus diinstal untuk memisahkannya dengan blackwater, yang merupakan air limbah yang dihasilkan dari penyiraman toilet. Blackwater dapat diolah di tempat melalui sistem konvensional ataupun alternatif.

∗ Menggunakan perabot dalam bangunan yang hemat energi dan hemat pemakaian air

Seiring teknologi yang berkembang, pada saat ini banyak perabot bangunan yang menggunakan konsep eco-friendly, dimana konsep ini adalah meminimalkan penggunaan, bahan dan material perabot terhadap lingkungan. Hal ini berarti bahwa perabot eco-friendly cocok digunakan untuk bangunan dengan tema Green Architecture.

3.5 Studi Banding Tema Sejenis

d. Namba Parks Osaka, Japan.

Namba Parks adalah salah satu kompleks bangunan dengan konsep hijau bagi penduduk di Osaka. Terdiri dari 30-floor skyscraper, Taman Tower, dan pusat perbelanjaan dengan delapan lantai bertingkat yang memiliki teras kebun.

Ini terdiri dari gedung perkantoran tinggi yang disebut Taman Tower dan pusat perbelanjaan 120 penyewa dengan taman yang berada di atap. Namba Parks dikembangkan oleh Jon Jerde The Kemitraan Jerde.

Terdiri dari berbagai macam restoran (Jepang, Korea, Italia, dll) yang terletak di lantai 6, dan toko-toko yang terletak di lantai 2-5. Ada juga sebuah amphitheater, dan juga sebagai ruang untuk kecil kebun sayur pribadi dan toko-toko.

Namba Parks dipahami sebagai sebuah taman besar, intervensi alami dalam kondisi yang padat pada perkotaan Osaka. Selain menyediakan komponen hijau yang sangat sangat jarang terlihat, taman miring dapat menghubungkan ke jalan, sehingga dapat memudahkan bagi orang lewat untuk memasuki bagian dari teras luar.


(56)

56

e. River Frontage Green Building, Uzbekistan.

Ini adalah konsep dari bangunan perumahan yang akan dibangun di Uzbekistan. Dengan konsep bangunan hijau, dan outdoor looks, yang tidak hanya indah di mata, tetapi juga memberikan kualitas tinggi bagi kalangan masyarakat. Selain perumahan, bangunan ini juga akan digunakan sebagai gedung kantor dan spa.

Bangunan ramah lingkungan ini dirancang oleh arsitek llewelyn-Davies. Pemandangannya sangat menarik, penuh dengan tampilan hijau. Dengan bentuk geometris hampir seperti labirin, seperti kita menemukan sesuatu selama di dalam gedung dan menciptakan suasana segar.

Gambar 3.20. Perspektif Namba Parks Osaka, Japan. Gambar 3.19. Eksterior Namba Parks Osaka, Japan.


(57)

57

f. Milan’s Stunning Green Super City, Milan.

Adalah sebuah kota super hijau. Pembangunan akan menggunakan prinsip-prinsip bio-arsitektur di samping panel photovoltaic dan pemanas air surya-termal untuk mengurangi penggunaan energi.

Dirancang oleh Polis Engineering, Studio Nicoletti, dan Arsitektur Marzorati Studio, Milan Santa Monica akan terdiri lebih dari 2000 apartemen berpusat di sekitar taman 2 juta meter persegi. Kompleks ini akan benar-benar mandiri, menawarkan sekolah, fasilitas olahraga, dan pusat perbelanjaan, mengurangi jarak yang penghuninya tidak akan perlu untuk perjalanan dalam melakukan aktivitas sehari-hari mereka.

Gambar 3.21. River Frontage Green Building, Uzbekistan.


(58)

58 Vegetasi dirancang secara efesien untuk membantu mengisolasi interior sekaligus memberikan udara segar. Panel fotovoltaik membantu memberi efek teduh matahari dan sekaligus menghasilkan energi, dan pemanas air surya membantu untuk lebih meningkatkan efisiensi. Pembangunan saat ini dijadwalkan untuk konstruksi pada tahun 2013.

Gambar 3.23. Tampak Milan’s Stunning Green Super City, Milan.


(59)

59

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan 4.1.1 Tata Guna Lahan

Berikut ini data serta keterangan informasi yang berhubungan dengan site :

Gambar 4.1 : Peta Tata Guna Lahan

Legenda Penjelasan Gambar

Permukiman

∗Pada daerah ini terdapat permukiman dengan kepadatan sedang dan dengan kepadatan tidak padat.

∗Rumah pada daerah ini umumnya berlantai 1 dengan GSB 2m sampai dengan 8m.


(60)

60 Hunian

Campuran

Stasuin KA Labuhan

Tempat Ibadah

Institusi Pemerintah

∗Hunian campuran di daerah ini kebanyakan merupakan mixused dengan rumah usaha.

∗Hunian campuran di daerah ini terdapat di Jl.Bukit Barisan dan Jl. Pasar Lama ∗Site berada dekat dengan Stasiun KA

Labuhan. Stasiun ini hanya dikhususkan untuk pengangkutan bahan bakar minyak dari pertamina ataupun minyak mentah.

∗Terdapat tempat ibadah berupa mesjid dan vihara pada daerah ini. Mesjid Raya Al-Osmani merupakan mesjid tua yang desainnya merupakan arsitektur melayu. Begitu juga dengan vihara yang terdapat pada kawasan ini merupakan peninggalan sejarah.

∗Institusi pemerintah juga terdapat pada daerah ini seperti kantor pos Labuhan dan kantor Bulog.


(61)

61 Pendidikan

Perindustrian

Wisma Labuhan

Warung kecil

∗Pada kawasan ada beberapa sekolah. Mulai dari Sekoah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas.

∗Terdapat SMA Negeri 9 Medan Labuhan pada Jl. Seruwei dan YASPI Labuhan Deli di Jl. Yos Sudarso.

∗Daerah ini merupakan kawasan industri yang lebih dikenal dengan KIM (Kawasan Industri Medan). Terdapat pabrik minyak goring pada daerah ini.

∗Site berbatasan langsung dengan Wisma Labuhan yang lebih dikenal dengan Rusun Seruwei.

∗Terdapat beberapa warung kecil di daerah Jl. Seruwei.


(62)

62

4.1.2 Analisa Sirkulasi

Gambar 4.2 : Peta Analisa Sirkulasi

Legenda Penjelasan Gambar

Jl. Yos Sudarso

Jl. Seruwei

Rel kereta api

Tol Balmera

∗ Merupakan arus lalu lintas tinggi dengan jalur dua arah dengan lebar jalan ± 8m.

∗ Merupakan arus lalu lintas rendah dengan jalur dua arah dengan lebar jalan ± 6m.

∗ Merupakan rel kereta menuju Stasiun KA Labuhan.

∗ Merupakan arus lalu lintas sedang dengan jalur dua arah dengan lebar jalan ± 20m.

site


(63)

63

4.1.3 Analisa Pejalan Kaki

Gambar 4.3 : Peta Analisa Pejalan Kaki

Tabel 4.3 : Analisa Pejalan Kaki

Leganda Penjelasan Gambar

Jalur Pejalan Kaki

∗ Pada daerah ini tidak terdapat jalur pedestrian berupa trotoar.

∗ Pada Jl. Yos Sudarso terlihat tidak terdapat trotoar begitu juga dengan Jl. Seruwei.

Jl. Yos Sudarso

Jl. Seruwei

site


(64)

64

4.1.4 Analisa View (dalam ke luar)

Gambar 4.4 : Peta Analisa View (dalam ke luar)

Tabel 4.4 : Analisa View (dalam ke luar)

Leganda Penjelasan Gambar

∗View pada sudut ini akan terlihat Stasiun KA Labuhan.

∗Bagus (++)

∗View pada sudut ini merupakan lahan kosong. Berbatasan langsung dengan site. ∗Bagus (++)

∗View pada sudut ini merupakan Tol Balmera dan Lahan kosong

∗Bagus (++)

∗View pada sudut ini merupakan Tol Balmera

∗Bagus (++)

site

1

3 2

4 6

5

1

2

3


(65)

65 ∗View pada sudut ini merupakan Wisma

Labuhan.

∗Kurang Bagus (+)

∗View pada sudut ini merupakan permukiman kumuh.

∗Kurang Bagus (+)

4.1.5 Analisa View (luar ke dalam)

Gambar 4.5 : Peta Analisa View (luar ke dalam)

Tabel 4.5 : Analisa View (luar ke dalam)

Leganda Penjelasan Gambar

∗ View ke dalam site kurang baik, karena nantinya bagian ini merupakan bagian dari belakang bangunan

∗ View ke dalam site baik, karena nantinya bagian ini merupakan bagian dari depan dan samping bangunan.

-

-

site

5


(66)

66

4.1.6 Analisa Vegetasi

Gambar 4.6 : Peta Analisa Vegetasi

Tabel 4.6 : Analisa Vegetasi

Leganda Penjelasan Gambar

∗ Pada Jl. Yos Sudarso vegetasi terdapat pada kedua sisi jalan dengan rata-rata merupakan pohon peneduh.

∗Pada Jl. Seruwei vegetasi berupa rumput dan pohon peneduh terdapat di beberapa titik.

∗Terdapat taman yang menghubungkan antara Jl.Yos Sudarso dan Jl. Seruwei.


(67)

67

4.1.7 Analisa Matahari

Gambar 4.7 : Peta Analisa Matahari

Tabel 4.7 : Analisa Matahari

Leganda Penjelasan Gambar

∗Daerah yang terkena sinar matahari pagi, pada daerah tersebut dimaksimalkan bukaan-bukaan yang lebar agar matahari pagi dapat masuk ke dalam ruangan. ∗Daerah yang terkena matahari sore, pada

daerah tersebut sebaiknya dihindari pemakaian bukaan-bukaan yang lebar agar matahari sore tidak dapat masuk ke dalam ruangan. Jika tidak terhindar lagi, maka pada bukaan-bukaan tersebut, hendaknya di berikan shading atau secondary fasad yang berguna untuk menahan panas matahari yang akan masuk ke dalam ruangan.

∗Daerah yang terkena sinar matahari siang, tidak terlalu panas.

∗Daerah yang terkena sinar matahari netral.

-

-

--

site

site

Matahari pagi Matahari


(68)

68

4.1.8 Analisa Kebisingan

Gambar 4.8 : Peta Analisa Kebisingan

Tabel 4.8 : Analisa View (luar ke dalam)[[[

Leganda Penjelasan Gambar

∗ Tingkat kebisingan rendah. Karena merupakan lahan kosong.

∗ Tingkat kebisingan sedang. Karena berbatasan dengan Stasiun KA Labuhan dan jalan Tol Balmera.

∗ Tingkat kebisingan tinggi. Karena berbatasan dengan Wisma Labuhan.


(69)

69

4.1.9 Analisa Pencapaian

Gambar 4.9 : Peta Analisa Pencapaian

Legenda Penjelasan Gambar

Jl. Yos Sudarso

Jl. Seruwei

Rel kereta api

Tol Balmera

∗ Site dapat dicapai dengan melalui Jl. Yos Sudarso yang merupakan jalur utama untuk menuju Site.

∗ Setelah melalui Jl Yos Sudarso pencapaian menuju site dilanjutkan melalui Jl. Seruwei.

∗ Pencapaian menuju site juga dapat dilakukan dengan melaui jalur kereta api namun saat ini hal tersebut belum tersedia karena jalur kereta api hanya difungsikan untuk jalur pengangkutan minyak, bkn penumpang. Namun tidak meutup kemungkinan kedepannya akan tersedia kereta api yang dikhususkan bagi penumpang.

∗ Pencapaian menuju site juga dapat melewati Tol Balmera

site


(70)

70

4.1.10 Analisa Skyline

Gambar 4.10 : Peta Analisa Skyline

Tabel 4.10 : Analisa Skyline

Legenda Gambar dan Keterangan

Skyline pada Jl. Yos Sudarso

Skyline pada Jl. Seruwei

site


(71)

71 Skyline pada Jl. Seruwei

4.2 Analisa Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Perhitungan Unit Rusunawa

4.2.1 Analisa Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Labuhan

Pertambahan jumlah penduduk dilakukan untuk dapat mengetahui pertambahan jumlah penduduk beberapa tahun kedepan untuk dapat memperhitungkan jumlah dari unit rusunawa seruwei.

Adapun perhitungannya dilakukan dengan menggunakan rumus Geometric Rate of Growth yaitu :

Pt = Po (1+r)t

Dimana :

Pt = Jumlah penduduk pada tahun t Po = Jumlah penduduk pada tahun awal r = Angka pertumbuhan

t = Jangka waktu dalam tahun

Menurut data yang terdapat pada Badan Pusat Statistik Kota Medan (BPS), penduduk Kecamatan Medan Labuhan pada tahun 2008 adalah sebanyak 105.015 jiwa dan pada tahun 2003 sebanyak 99.325 jiwa.

Sehingga diketahui : Pt = 105.015 jiwa


(1)

102 Roof fan dipasang pada atap bangunan yang dapat menyerap panas dari dalam bangunan dan mengeluarkannya pada bagian sirip-siripnya. Roof fan diopersaikan tanpa menggunakan listrik, dengan bantuan angin ndan perbedaan suhu (panas pada bagian bangunan).

Gambar 5.15 : Sirkulasi Udara di Dalam Bangunan

Gambar 5.16 : Sirkulasi Udara di Dalam Bangunan

Gambar 5.17 : Bak Tanaman Pada Fasade


(2)

103 Sansiveria sangat baik ditanam pada pekarangan rumah karena dapat menyerap polusi. Pada kawasan rusun yang merupakan kawasan industri sangat baik ditanam sansiveria pada pekarangan rumah. Ini akan memberikan sirkulasi yang baik pada area site dan juga hunian.

Gambar 5.18 : Sansiveria

5.6 Konsep Sanitasi

Memanfaatkan air hujan agar dapat dimanfaatkan kembali untuk keperluan sanitasi seperti menyiram tanaman.


(3)

104

Gambar 5.20 : Konsep Pengolahan Air Hujan

Perhitungan Air Hujan Yang Dihasilkan : 1. Curah hujan/bulan 183,34 mm atau 0.18334 m.

2. Luas area atap blok rusun untuk menampung air hujan adalah 803 m2. 3. Berdasarkan data tersebut, 1 blok rusun dapat menampung 483 liter/bulan 4. Sesuai dengan data kebutuhan air manusia/hari adalah 7,5-15 liter/hari

5. Diasumsikan jumlah kebutuhan perhari rata-rata adalah 10 liter/hari. Maka 1 blok rusun yang terdiri dari 200 orang membutuhkan 2000 liter/hari untuk memenuhi kebutuhan air mereka.

6. Sehingga air hujan tidak dapat mencukupi kebutuhan air. Air hujan dimanfaatkan untuk penyiraman tanaman pada site dan untuk kebutuhan urban farming.

5.7 Konsep Pengolahan Limbah

Pengolahan limbah air buangan dari rusun diolah terlebih dahulu dengan membuat wetland dan dapat dikontrol dengan kolam indikator.Pada kolam indikator diletakkan ikan air tawar yang sering digunakan sebagai pengcek kebersihan air. Hal ini salah satu cara menghargai site dan lingkungan sekitar karena pengolahan limbah dilakukan pada site itu sendiri.


(4)

105

Gambar 5.21 : Konsep Pengolahan Limbah

Gambar 5.22 : Wetland dan Kolam Indikator

Memanfaatkan sisa kotoran manusia menjadi energi yang dapat digunakan kembali (sumber energi baru) yaitu Biogas yang dapat dimanfaat kan sebagai penerangan dan sumber energi untuk memasak.


(5)

106 Perhitungan Biogas Yang Dihasilkan :

1. Banyaknya tinja yang dihasilkan manusia/hari adalah : 0.4 kg/hari atau setara dengan biogas 0.028 m3/kg.BK

2. Total keseluruhan penghuni rusun adalah 1200 orang, yang dapat menghasilkan 33,6 m3 gas methan/hari atau 1008 gas methan/bulan

3. Dari perolehan tersebut dapat menghasilkan 16 kg gas LPG atau 157 kWh listrik. 4. Dari perolehan tersebut biogas hanya dapat digunakan untuk penerangan pada site


(6)

107 DAFTAR PUSTAKA

Lippsmeier, Georg. Bangunan Tropis. Jakarta: Erlangga

Ching, Francis DK. Arsitektur : Bentuk, Ruang, dan Susunannya, Jakarta: Erlangga, 1999. Neufert, Ernst, terjemahan, Data Arsitek Jilid 2, Oleh Sunarto Tjahjadi, Jakarta: Erlangga, 2002.

Wahyuni, Sri. Biogas. Jakarta: PS, 2008

Simanjuntak Parulian, Franky. Sustainable-Seismicpractices. Nias: Medina, 2010

Bapeda Kota Medan / Pembangunan Perumahan dan Pemukiman di Indonesia Oktober 2008.

Green Architechture)

Biogas.pdf

ITS Undergraduate-13491-Presentation.pdf Panduan-Aplikatif-Teknologi-Sederhana.pdf