Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin, kerja insulin
atau keduanya. World Health Organization (WHO) Diabetes Melitus merupakan
suatu kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana didapati
defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Gustian, 2012).
Diabetes Melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan insulin. Diabetes
melitus yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe I Insulin
Dependen Diabetes Melitus (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent Diabetes
Melitus (NIDDM) (Hasdianah, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke
empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari
total penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China dan Amerika
Serikat dan WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun2030.
Diperkirakan jumlah penderita Diabetes Melitus akan meningkat pada tahun 2030
yaitu India (79,4 juta), Cina, Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta),
tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang

(PERKENI, 2011).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi
Diabetes Melitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan
di daerah urban prevalensi Diabetes Melitus sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar
7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan Negara maju,
sehingga Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius,
dan dapat terjadi pada lansia (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).
Di Indonesi menurut International Diabetes Foundation (IDF) terdapat 1785
penderita diabetes melitus yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati
(42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki
diabetik (15%). Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan, maka tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah timbulnya
komplikasi, yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah, latihan jasmani,
konsumsi obat anti diabetik, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh

penderita diabetes melitus (Purwanti, 2013).
Komplikasi Diabetes melitus jangka lama termasuk penyakit kardiovaskuler
(risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina
yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan
impotensi dan ganggren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih
umum bila kontrol kadar gula darah buruk (Purnamasari, 2009).
Penyakit diabetes melitus kebanyakan adalah penyakit keturunan tetapi bukan
penyakit menular. Meskipun demikian, tidaklah berarti penyakit tersebut pasti
menurun kepada anak. Walaupun kedua orangtua menderita penyakit diabetes

Universitas Sumatera Utara

3

melitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita penyakit tersebut
(Tjokroprawiro, 2011).
Angka kesakitan dan kematian pada diabetes melitus meningkat diberbagai
negara, hal ini dikaitkan dengan insidensi yang sangat cepat meningkat dan
progresivitas penyakitnya juga disebabkan faktor ketidaktahuan penderita sendiri,
atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan komplikasi yang lanjut

dan berat. Kalau ditinjau lebih dalam lagi, ternyata hiperglikemia ini merupakan awal
bencana bagi penderita diabetes, hal ini terbukti dan terjadi juga pada penderita
dengan gangguan toleransi glukosa yang sudah terjadi kelainan komplikasi vaskuler
(Permana, 2006).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya
pencegahan harus dimulai sejak awal, yaitu saat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
ataupun sejak ditemukannya faktor risiko diabetes melitus yang dapat diperbaiki.
Upaya perubahan gaya hidup yang meliputi penurunan berat badan dengan
mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik, harus selalu ditekankan
mengingat tingkat keberhasilan yang cukup baik, biaya yang rendah serta hampir
tanpa risiko (Soewondo, 2006).
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu yang terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2003 dalam
Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan pasien diabetes melitus dapat diartikan sebagai
hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan memahami
pencegahan, pengobatan maupun komplikasinya.

Universitas Sumatera Utara

4


Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan
sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah
mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan tidak
mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui
pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan
sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2014).
Di Sumatera Utara, menurut Profil RSUD dr. Pirngadi penyakit diabetes melitus
merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita pasien yang melakukan
kunjungan ke RSUD dr. Pirngadi Medan selama Januari-Desember Tahun 2014
Diabetes melitus menduduki peringkat pertama diantara 10 besar penyakit sepanjang
tahun 2014 di RSUD dr. Pirngadi Medan sebanyak 1050 pasien dari 11779
kunjungan (Profil RSUD dr. Pirngadi Medan 2014).
Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di
RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2015.


Universitas Sumatera Utara

5

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes
melitus di RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2015 ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes
melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun
2015.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi Mahasiswa keperawatan
Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai bahan kajian bagi Mahasiswa yang
tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan pasien diabetes melitus tentang
komplikasi diabetes melitus.
1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data dasar, dan sumber

informasi dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan, terutama untuk
pemberian pendidikan kesehatan berupa pengetahuan tentang penyakit dan
komplikasi diabetes melitus.
1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitan ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan
yang berharga bagi penelitian berikutnya. Terutama bagi penelitian yang menyangkut
pengetahuan tentang komplikasi diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara