Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

(1)

Lampiran 1

Permohonan Menjadi Responden

Saya yang bernama Henrianto Karolus Siregar adalah Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan

penelitian tentang “Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi

Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun

2015”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi lembar kusioner dengan jujur dan apa adanya tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bapak/ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas pribadi Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Oktober 2015

Peneliti Responden


(2)

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada lembar pertama, saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Medan dengan judul “Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi

Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun

2015”. Saya memahami penelitian tidak akan berakibat negatif terhadap saya dan

keluarga saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada penelitian ini.

Medan, Oktober 2015 Responden

(………..)


(3)

Lampiran 3

Instrumen Penelitian

Petunjuk untuk pengisian

1. Bapak/Ibu/Saudara/I diharapkan bersedia menjawab setiap pertanyaan yang

tersedia dengan memberi tanda (√) pada tempat yang telah disediakan. Semua

pertanyaan diisi dengan satu jawaban. 2. Semua pertanyaan harus diisi.

3. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan pada peneliti. A.Data demografi

Nomor responden :

Umur :

Lama menderita diabetes melitus : 1. Jenis kelamin

( ) Laki-Laki ( ) Perempuan 2. Pendidikan terakhir

( ) Tidak Sekolah ( ) SD

( ) SMP ( ) SMA


(4)

50

3. Pekerjaan ( ) PNS

( ) Wiraswasta ( ) Buruh ( ) Petani

( ) Lainnya, sebutkan.... B.Kusioner pengetahuan

Beri tanda (√) pada pilihan yang anda anggap benar.

B = Benar S = Salah

TT = Tidak Tahu No

Pernyataan

Benar Salah Tidak Tahu 1. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat

menyebabkan penurunan kesadaran (koma).

2. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat mengakibatkan penurunan kadar gula darah pada tingkat membahayakan.

3. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat mengakibatkan jatuh/cedera jika kadar gula darah sangat tinggi.

4. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan darah menjadi kental jika kadar gula darah tinggi.

5 Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat mengakibatkan kekurangan cairan.

6. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung.

7. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan kegagalan pemompaan jantung (penyakit gagal jantung).

8. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah.


(5)

51

9. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat mengakibatkan kebutaan.

10. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat merusak ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal. 11. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat

menyebabkan kesemutan pada kaki.

12. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan mati rasa pada kaki dan tangan. 13. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat

mengakibatkan nyeri pada kaki dan tangan.

14. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat mengakibatkan kelemahan pada kaki dan tangan. 15. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat

mengakibatkan infeksi pada kaki.

16. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan luka atau lecet pada tangan dan kaki. 17. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat

menyebabkan gatal-gatal pada kulit.

18. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan kondisi pada kulit menjadi kering dan mudah lecet.

19. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan stres.

20. Menurut Bapak/Ibu penyakit diabetes dapat menyebabkan depresi.


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

(18)

(19)

(20)

(21)

(22)

(23)

Lampiran 17 TAKSASI DANA PENELITIAN

PEMBUATAN PROPOSAL

1. Biaya print proposal Rp. 150.000

2. Fotokopy proposal Rp. 100.000

3. Jilid biasa Rp. 40.000

4. Konsumsi dosen pembimbing dan penguji Rp. 250.000

5. Transportasi Rp. 200.000

6. Biaya tak terduga Rp. 150.000

PEMBUATAN SKRIPSI

1. Perbaikan proposal Rp. 70.000

2. Biaya uji reliabilitas Rp. 200.000

3. Perbanyak instrumen uji reliabilitas Rp. 50.000

4. Biaya pengambilan data Rp. 200.000

5. Perbanyak instrumen pengambilan data Rp. 100.000 6. Biaya transportasi selama penelitian Rp. 200.000

7. Biaya komisi etik penelitian Rp. 100.000

8. Biaya tak terduga Rp. 450.000

9. Konsumsi dosen pembimbing dan penguji Rp. 100.000 +


(24)

Lampiran 18 RIWAYAT HIDUP

Nama : Henrianto Karolus Siregar Tempat/Tanggal Lahir : Kp.Pandan, 02 Nopember 1992 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Katholik

Alamat : Jln. Setia Budi Psr 2, Gg. Bunga Dewi 8.

Orang tua : 1. Ayah : M. Siregar 2. Ibu : L. Sitinjak, S.Pd

Riwayat Pendidikan :

1. 1999-2005 : SD Negeri No. 112197 Desa Sennah 2. 2005-2008 : SMP Swasta Bintang Kejora

3. 2008-2011 : SMK TARUNA PEKANBARU

4. 2011-2014 : D-III Keperawatan di STIKes Santa Elisabeth Medan. 5. 2014-Sekarang : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera


(25)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2013. Living with diabetes: complication. Diunduh pada http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complications/. Diakses pada tanggal 10 Juli 2015.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Brenda, S. (2014). Healthline Medical Review Team and Advisory Board: Long Term Complications of Heart Disease. Diunduh pada http://www.healthline.com/health/heart-disease/complications#Overview1. Diakses pada tanggal 11 juli 2015.

Gustian, R. 2012. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Salemba Medika.

Hasdianah, H. R. (2012). Mengenal Diabetes Melitus Pada Orang Dewasa dan Anak-anak Dengan Solusi Herbal. Yogyakarta : Nuha Medika.

Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.

Junita Siboro. (2010). Tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUP H. Adam Malik Medan. Diakses pada tanggal 28 April 2015: http//repository.usu.ac.id.

Kishore, P. (2014). Nonketotic Hyperosmolar Syndrome (NKHS: Hyperosmolar HyperglycemicState.Diunduhpadahttp://www.merckmanuals.com/professio nal/endocrine-and-metabolic-isorders/diabetes-mellitus-and-disorders-of-carbohydrate-metabolism/nonketotic-hyperosmolar-yndrome-nkhs. Diakses pada tanggal 11 Juli 2015.

Natoatmodjo, 2003 dalam Wawan, A & Dewi, M. (2011). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


(26)

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika.

Profil RSUD dr. Pirngadi. (2014). Angka Kejadian Kasus Diabetes Melitus. Profil RSUD dr. Pirngadi.http://www.rsudpirngadi.pemkomedan.go.id/halkategori. Diakses pada tanggal 18 Mei 2015.

PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Permana, H. (2006). Komplikasi kronik dan penyakit pada diabetes. Devision of Endocrinology and Metabolism Department of Internal Medicine Padjadjaran University Medical School, Hasan Sadikin Hospital Bandung.

Diakses tanggal 6

Juli2015.http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/09/kompilasikr onikdanpenyakitpenyertapadadiabetesi.pdf

Purnamasari. (2009). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III edisi ke-5. Jakarta. EGC.

Purwanti, 2013. Panduan Lengkap Untuk Diabetes, Keluarga, dan Profesional Medis. Bandung : Qanita Mizan Pustaka.

Riyadi, S & Sukarmin. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Soewondo, P. (2006). Hidup Sehat Dengan Diabetes. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Tandra, H. (2007). Segala Sesuatu yang Harus Anda Ketahui tentang Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Tjokroprawiro, A. (2011). Hidup Sehat Bersama Diabetes & Panduan Lengkap Pola Makan Untuk Penderita Diabetes. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka konseptual penelitian adalah abstrak dari suatu realitas agar dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel (Nursalam, 2013). Kerangka konseptual membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori. Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Bagan 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi DM :

1. Komplikasi Akut : a. Ketoasidosis diabetik b. Hipoglikemia

c. Hiperglikemia 2. Komplikasi Kronik :

a. Penyakit jantung koroner

b. Komplikasi mata (retinopati diabetik) c. Gangguan ginjal (nefropati diabetik) d. Gangguan saraf (neuropati diabetik) e. Komplikasi Kaki

f. Kesehatan Jiwa (mental health)

Baik Cukup Kurang


(28)

27

3.2 Defenisi Operasional

Defenisi operasional : Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan hasil tahu pasien diabetes melitus yang berkaitan dengan komplikasi akut dan kronik diabetes melitus.

Tabel 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus Di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi DM.

Segala sesuatu yang diketahui dan hasil tahu pasien diabetes melitus yang berkaitan dengan Komplikasi Akut: Ketoasidosis diabetik, Hipoglikemia, Hiperglikemia, dan Komplikasi Kronik: Penyakit Jantung koroner, Komplikasi mata (retinopati diabetik), Gangguan ginjal (nefropati diabetik), Gangguan saraf (neuropati diabetik), Komplikasi Kaki, Kesehatan Jiwa (mental health), dan Komplikasi kulit.

Kusioner dengan 20 pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman. Baik 28-40 Cukup 14-27 Kurang 0-13 Ordinal


(29)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien diabetes melitus yang dirawat di RSUD dr. Pirngadi Medan pada Tahun 2014 sebanyak 1050 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013).


(30)

29

diabetes melitus pada tahun 2014 di RSUD dr. Pirngadi Medan adalah 1050 orang, maka jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari 1050 orang yaitu 105 responden.

Rumus = N x 10% 100 N = 1050x10 100 = 105 orang

Jumlah teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yakni Convinience Sampling yaitu setiap pasien diabetes melitus yang memenuhi kriteria dan dijumpai pada saat pengumpulan data. Convinience Sampling adalah cara penetapan sampel dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang menyenangkan atau mengenakkan peneliti. Sampling ini dipilih apabila kurangnya pendekatan dan tidak memungkinkan untuk mengontrol bias. Subjek dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai di tempat dan waktu secara bersamaan pada pengumpulan data (Nursalam, 2013).

Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah pasien penderita diabates melitus yang di rawat jalan dan rawat inap, bersedia menjadi responden bisa membaca dan menulis bahasa Indonesia.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Pirngadi Medan mulai 28 September sampai dengan 28 Oktober 2015. Lokasi penelitian ini


(31)

30

dipilih karena salah satu rumah sakit pendidikan di kota Medan, jumlah pasien memadai serta efektivitas waktu dan biaya.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Direktur RSUD dr. Pirngadi Medan. Setelah disetujui penulis akan meminta izin ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pertimbangan penelitian ini dilakukan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasian identitas responden. Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya bagi responden dan memberikan kebebasan bagi responden menentukan keputusan sendiri apakah bersedia ikut menjadi responden dalam penelitian ini atau tidak tanpa ada unsur paksaan atau pengaruh dari peneliti atau siapapun. Sebelum pelaksanaan penelitian ini responden di berikan penjelasan mengenai manfaat penelitian dan tujuan penelitian, kemudian peneliti menanyakan kesediaan responden untuk partisipasi dalam penelitian. Apabila responden bersedia, responden akan diberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditandatangani. Responden diberikan informed consent dan kusioner, kemudian diberikan informasi yang jelas tentang cara pengisian kusioner yang benar.

4.5 Instrumen Penelitian

Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kusioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam


(32)

31

dari dua bagian, yaitu bagian pertama adalah kusioner untuk data demografi, bagian kedua adalah kusioner untuk pengetahuan. Cara pengisian lembar kusioner adalah dengan menggunakan checklist (√) pada tempat yang tersedia. Kusioner bagian pertama merupakan kusioner data demografi atau karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Kusioner bagian kedua meliputi pernyataan pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus. Kusioner pengetahuan ini terdiri 20 pernyataan dengan jawaban Benar, Salah, dan Tidak Tahu. Jika mampu menjawab Benar diberi nilai 2, Salah diberi nilai 1, dan Tidak Tahu diberi nilai 0.

Skor tertinggi yang didapat adalah 40 dan skor terendah 0. Maka dalam penentuan kategori pengetahuan, digunakan rumus menurut Hidayat (2010), yaitu: P = Rentang/Banyak kelas.

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang (selisih nilai tertinggi dikurangi nilai terendah) sebanyak 40 dibagi 3 kategori. Maka diperoleh panjang kelas sebesar 40, dan batas interval dibawah 0, maka pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus dapat dikategorikan menjadi:

0-13 = tingkat pengetahuan kurang 14-27 = tingkat pengetahuan cukup 28-40 = tingkat pengetahuan baik


(33)

32

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah (Arikunto, 2010). Uji validitas pada penelitian ini sudah dilakukan dengan validitas isi. Validitas ini sudah dikonsultasikan kepada 3 orang ahli dosen yang berkompeten di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Instrumen dinyatakan valid bila indeks validitas isi 0,8 atau lebih. Nilai validitas instrumen bernilai 0,88.

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan.

Peneliti mencari reliabilitas dengan rumus Cronbach Alpha, uji reliabilitas dilakukan sebelum mengumpulkan data, dengan mengujikan kusioner kepada 30 subjek di RSUD dr. Pirngadi Medan dengan kriteria subjek penelitian kemudian menilai reliabilitasnya. Untuk instrumen yang baru dikatakan reliabel apabila memiliki nilai 0,70. Hasil reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan cronbach Alpha adalah 0,911.


(34)

33

4.7 Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data secara mandiri dengan membagikan kusioner secara langsung kepada responden. Sebelum membagi kusioner kepada responden, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan direktur RSUD dr. Pirngadi Medan. Pada saat pengumpulan data penelitian, menjelaskan pada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kusioner dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Responden yang bersedia diberi lembar kusioner dan diberi kesempatan bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami. Responden yang tidak mampu mengisi sendiri dibantu oleh peneliti dengan cara membacakan kusioner. Setelah selesai pengisian, peneliti mengambil lembar kusioner kemudian memeriksa kelengkapan data dan jawaban. Jika ada data yang kurang lengkap dapat langsung dilengkapi, selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.

4.8 Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Editing, dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan data dan kejelasan semua data dari hasil pengukuran yang diperoleh dari responden.

b. Coding, merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri dari beberpa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila


(35)

34

pengolahan dan analisa data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

c. Cleaning data, data yang telah dimaksudkan diperiksa kembali, untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan. Baik kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca kode sehingga data siap untuk dianalisis. d. Entry data, adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi.

2. Analisa Data

Analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan memastikan semua jawaban telah diisi, kemudian dilanjutkan dengan memberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Pengolahan data demografi meliputi nomor responden, umur, lama menderita diabetes melitus, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi data tetapi tidak dianalisis (Arikunto, 2006). Sedangkan pengolahan data komplikasi diabetes melitus akut dan kronis menggunakan teknik komputerisasi yang juga ditampilkan dalam bentuk frekuensi dan persentase.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai 28 September sampai dengan 28 Oktober 2015 di RSUD dr. Pirngadi Medan dengan jumlah responden sebanyak 105 orang.

5.1.1 Karakteristik Demografi Responden

Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan hasil tentang karakteristik responden terdiri dari: usia, lama menderita diabetes melitus, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan. Pada tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sebagian besar Mayoritas responden berusia 56-65 tahun sebanyak 59 orang (56,2%), responden lama menderita diabetes melitus 0-6 tahun sebanyak 41 orang (39,0%), responden adalah laki-laki sebanyak 60 orang (57,1%), responden berpendidikan SMA sebanyak 47 orang (44,8%), responden memiliki pekerjaan sebagai Pensiunan PNS sebanyak 43 orang (41,0%).


(37)

36

Tabel 5.1 Distribusi dan frekuensi karakteristik responden di RSUD dr. Pirngadi Medan 2015 (N=105)

No Karakteristik Responden Frekuensi Persentasi 1. 2. 3. 4. 5. Umur (tahun)

1. 36-45 7 6,7 2. 46-55 11 10,5 3. 56-65 59 56,2 4. 66-86 28 26,7

Lama Menderita Diabetes Melitus

1. 0- 6 Tahun 41 39,0 2. 7 Tahun-12 Tahun 32 30,5 3. 13 Tahun-18 Tahun 14 13,3 4. 19 Tahun-24 Tahun 9 8,6 5. 25 Tahun-30 Tahun 8 7,6 6. 31 Tahun-36 Tahun 1 1,0

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 60 57,1 2. Perempuan 45 42,9

Tingkat Pendidikan

1. SD 4 3,8 2. SMP 17 16,2 3. SMA 47 44,8 4. Perguruan Tinggi 37 35,2

Pekerjaan

1. PNS 14 13,3 2. Wiraswasta 25 23,8 3. Pensiunan PNS 43 41,0 4. Ibu Rumah Tangga 23 21,9


(38)

37

5.1.2 Pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus (n = 105). No Pengetahuan Frekuensi Persentasi 1.

2. 3.

Baik 83 79,0% Cukup 19 18,1% Kurang 3 2,9%

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 105 responden pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus sudah baik sebanyak 83 orang (79,0%).

5.2 Pembahasan

Hasil penelitian ini membahas tentang pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015. 5.2.1 Pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes

melitus

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan memiliki pengetahuan yang baik. Hasil Ini menunjukkan bahwa mayoritas pasien diabetetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan sudah memiliki pengetahuan yang baik dengan umur responden 56-65 tahun sehingga semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Notoatmodjo, 2014). Hasil Penelitian Junita Siboro (2010) mengatakan bahwa umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang


(39)

38

orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut. Semakin tua umur seseorang semakin matang perkembangan mentalnya dan juga berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya. Berdasarkan pendidikan responden adalah SMA dan Perguruan Tinggi sehingga pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Notoatmodjo, 2014). Tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu pendidikan, pekerjaan, dan umur. Faktor eksternal yaitu lingkungan, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2014). Berdasarkan pekerjaan responden adalah Pensiunan PNS sehingga kemampuan dan pemahaman tentang pengetahuan diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus sudah baik. Menurut responden 1 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu yaitu tentang penyakit diabetes dapat menyebabkan darah menjadi kental jika kadar gula darah tinggi, penyakit diabetes dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah, penyakit diabetes dapat menyebabkan kondisi pada kulit menjadi kering dan mudah lecet, penyakit diabetes dapat menyebabkan stress, penyakit diabetes dapat menyebabkan depresi. Berdasarkan pernyataan


(40)

39

tersebut responden tidak tahu bahwa pernyataan diatas merupakan komplikasi diabetes melitus karena responden tidak mengalami komplikasi tersebut. Hasil ini mengindikasikan bahwa pendidikan responden adalah SMA, umur responden berusia 74 tahun dan lama menderita diabetes melitus selama 17 Tahun sehingga semakin cukup umur tingkat pengetahuan dan kematangan seseorang akan lebih matang dalam berpikir.

Menurut responden 2 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab semua pernyataan karena lama menderita diabetes melitus responden masih 1 bulan. Menurut responden 7 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab semua pernyataan karena lama menderita diabtes melitus responden masih 1 bulan, pendidikan responden adalah SMP, pekerjaan responden adalah sebagai Pembantu Rumah Tangga. Hasil ini mengindikasikan bahwa responden tidak tahu pernyataan tersebut mengenai komplikasi diabetes melitus dan tingkat pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Menurut responden 42 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab semua pernyataan karena lama menderita diabetes masih 2 bulan, pendidikan responden adalah SMA, dan pekerjaan responden adalah Wiraswasta. Hal ini menunjukkan bahwa responden tidak tahu pernyataan tersebut adalah tentang komplikasi diabetes melitus dan belum pernah mengalami komplikasi tersebut.


(41)

40

Menurut responden 45 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab semua pernyataan karena lama menderita responden masih 6 bulan, pendidikan responden adalah SMP, dan pekerjaan responden adalah Wiraswasta. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden adalah SMP sehingga tingkat pengetahuan mengenai komplikasi diabetes melitus masih memiliki pengetahuan kurang. Dimana pendidikan dapat mempengaruhi seseorag termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta untuk menjaga kesehatan.

Menurut responden 53 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab pernyataan mengenai penyakit diabetes dapat mengakibatkan penurunan kadar gula darah pada tingkat membahayakan, penyakit diabetes dapat mengakibatkan jatuh/cedera jika kadar gula darah sangat tinggi, penyakit diabetes dapat menyebabkan darah menjadi kental jika kadar gula darah tinggi, penyakit diabetes dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung, penyakit diabetes dapat menyebabkan kegagalan pemompaan jantung (penyakit gagal jantung), penyakit diabetes dapat mengakibatkan infeksi pada kaki, penyakit diabetes dapat menyebabkan luka atau lecet pada tangan dan kaki, penyakit diabetes dapat menyebabkan kondisi pada kulit menjadi kering dan mudah lecet. Hasil ini menunjukkan bahwa responden tidak pernah mengalami komplikasi tersebut, lama menderita diabetes melitus masih 2 bulan, pendidikan adalah SMA, dan pekerjaan responden adalah Wiraswasta. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur dan lama menderita diabetes melitus.


(42)

41

Menurut responden 54 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab semua pernyataan karena lama menderita diabetes melitus masih 1 Tahun, umur responden berusia 45 Tahun, pendidikan responden SMP, dan pekerjaan responden adalah Wiraswasta. Meningkatnya pengetahuan dapat dipengaruhi oleh umur, tingkat pendidikan, dan lama menderita diabetes melitus. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat resistensi. Semakin tua umur seseorang semakin matang perkembangan mentalnya dan juga berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Menurut responden 63 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab pernyataan mengenai penyakit diabetes dapat mengakibatkan jatuh/cedera jika kadar gula darah sangat tinggi, penyakit diabetes dapat menyebabkan darah menjadi kental jika kadar gula darah tinggi, penyakit diabetes dapat mengakibatkan kekurangan cairan, penyakit diabetes dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung, penyakit diabetes dapat menyebabkan kegagalan pemompaan jantung (penyakit gagal jantung), penyakit diabetes dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah, penyakit diabetes dapat merusak ginjal dan mengakibatkan gagal ginjal, penyakit diabetes dapat menyebabkan kesemutan pada kaki, penyakit diabetes dapat menyebabkan mati rasa pada kaki dan tangan, penyakit diabetes dapat mengakibatkan infeksi pada kaki, penyakit diabetes dapat menyebabkan kondisi pada kulit menjadi kering dan


(43)

42

mudah lecet, penyakit diabetes dapat menyebabkan stres dan depresi. Hasil ini mengindikasikan bahwa responden tidak pernah mengalami komplikasi tersebut, lama menderita diabetes melitus sudah 11 tahun, pendidikan responden adalah SMP, dan pekerjaan responden adalah Wiraswasta. Sehingga pendidikan sangat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup sehat. Menurut responden 80 bahwa pernyataan tentang komplikasi diabetes melitus tidak tahu menjawab semua pernyataan karena lama menderita responden 20 tahun, pendidikan responden adalah SMP, dan pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga. Hasil ini mengindikasikan bahwa belum tentu pengalaman lama menderita diabetes melitus responden tahu tentang pengetahuan komplikasi diabetes melitus. Sehingga pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden tentang komplikasi diabetes melitus. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 maka dapat disimpulkan dan saran sebagai berikut :

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini bahwa pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus sudah memiliki pengetahuan yang baik karena pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risiko serta sifat resistensi. Semakin tua umur seseorang semakin matang perkembangan mentalnya dan juga berpengaruh pada pengetahuan yang diperolehnya sehingga pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah, latihan jasmani, konsumsi obat anti diabetik, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh penderita diabetes melitus.


(45)

44

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan masukan serta sumber informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan terutama dalam pembelajaran keperawatan.

6.2.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus agar terwujudnya tujuan keperawatan dan evaluasi yang diinginkan seperti petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan perannya dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus.

6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan dan sebagai pedoman untuk tahap penelitian berikutnya. Selanjutnya, boleh dicari tahu bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan diabetes melitus dan komplikasi diabetes melitus.


(46)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).

2.1.2 Fungsi Pengetahuan

Setiap kegiatan yang dilakukan umumnya memberi manfaat. Pengetahuan merupakan upaya manusia yang secara khusus dengan objek tertentu, terstruktur, tersistematis, menggunakan seluruh potensi kemanusiaan dan dengan menggunakan metode tertentu. Pengetahuan merupakan sublimasi atau intisari dan berfungsi sebagai pengendali moral dari pada pluralitas keberadaan ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011).

2.1.3 Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber pengetahuan dapat dibedakan atas dua bagian besar yaitu bersumber pada daya indrawi, dan budi (intelektual) manusia. Pengetahuan indrawi dimiliki oleh manusia melalui kemampuan indranya tetapi bersifat relasional. Pengetahuan


(47)

7

diperoleh manusia juga karena ia juga mengandung kekuatan psikis, daya indra memiliki kemampuan menghubungkan hal-hal konkret material dalam ketunggalannya. Pengetahuan indrawi bersifat parsial disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan tiap indra. Pengetahuan intelektual adalah pengetahuan yang hanya dicapai oleh manusia, melalui rasio intelegensia. Pengetahuan intelektual mampu menangkap bentuk atau kodrat objek dan tetap menyimpannya di dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi, 2011).

2.1.4 Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,


(48)

8

2. Memahami (Comprehention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.


(49)

9

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria- criteria yang telah ada.

2.1.5 Cara memperoleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi 2011 Cara mengetahui pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a. Cara coba salah

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.


(50)

10

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.

2.1.6 Proses Prilaku “TAHU”

Menurut Notoatmodjo (2014) perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni:

1. Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

2. Interest (merasa tertarik) dimana individu mulai menaruh perhatian dan tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.


(51)

11

4. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru. 5. Adaption, dan sikapnya terhadap stimulus.

Pada penelitian selanjutnya, menurut Notoatmodjo (2014), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (ling lasting) namun sebaliknya jika perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh factor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya. 2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Faktor internal 1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut Notoatmodjo (2014), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku


(52)

12

serta dalam pembangunan, pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Notoatmodjo (2014), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Notoatmodjo (2014), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

b. Faktor eksternal 1. Faktor lingkungan

Menurut Notoatmodjo (2014), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.


(53)

13

2. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.1.8 Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan di interprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil presentase 76% - 100% 2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75% 3. Kurang : Hasil presentase < 56%


(54)

14

2.2 Diabetes Melitus

2.2.1 Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makrovaskuler dan neurologis. Dalam sumber buku lain diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas. Diabetes melitus juga didefinisikan sebagai keadaan hiperglikemia kronik yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau intensitivitas sel terhadap insulin disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membrane basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron. Diabetes dapat diklasifikasikan menjadi diabetes tipe I (insulin dependent diabetes melitus atau IDDM), tipe II (non insulin dependent diabetes melitus atau NIDDM), diabetes melitus tipe yang lain, impaired glukosa tolerancei (gangguan toleransi glukosa), gastrointestinal diabetes melitus (GDM) (Riyadi & Sukarmin, 2008).

2.2.2 Faktor Penyebab Diabetes Melitus

Menurut Tandra, (2007) umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan insulin.


(55)

15

Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.

Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis mempunyai beberapa faktor pemicu penyakit tersebut, antara lain :

1. Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Konsumsi makan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes melitus.

2. Obesitas (kegemukan)

Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90 kg cenderung memilik peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes melitus. Sembilan dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes melitus.

3. Faktor genetik

Diabetes melitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab diabetes melitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes melitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.


(56)

16

4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.

5. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolestrol tinggi dan dislipidemia dapat meningkatkan risiko terkema diabetes mellitus.

6. Pola hidup

Pola hidup juga sanga mempengaruhi faktor penyebab diabetes melitus. Jika orang malas berolah raga memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit diabetes melitus karena olah raga berfungsi untuk membakar kalori yang berlebihan di dalam tubuh.

7. Kadar kortikosteroid yang tinggi

8. Kehamilan diabetes gestasional akan hilang setelah melahirkan. 9. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.


(57)

17

Faktor-faktor di atas adalah sebagian contoh dari penyebab diabetes melitus, sebenarnya masih banyak sekali faktor-faktor pemicu diabetes melitus. Dengan menerapkan pola makan dan pola hidup yang sehat merupakan pencegahan awal penyakit diabetes melitus. Mulailah pola makan dan pola hidup sehat sekarang (Hasdianah, 2012).

2.2.3 Manifestasi Klinik

Menurut Riyadi & Sukarmin (2008) manifestasi klinik yang sering dijumpai pada pasien diabetes melitus yaitu : Poliuria (peningkatan pengeluaran urine), Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antideuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik. Kelainan kulit : gatal, bisul-bisul. Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti diketiak dan di bawah payudara biasanya akibat tumbuhnya jamur. Kelainan genekologis, Keputihan


(58)

18

terjadinya neuropati. Pada penderita diabetes mellitus regenerasi sel persarafan mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan. Kelemahan tubuh, Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh. Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes melitus bahan protein banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes melitus. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi ejakulasi dan dorongan seksualitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh peningkatan hormon testoteron. Pada kondisi optimal (periodik hari ke-3) maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan seksual. Penderita diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat kerusakan testoteron dan sistem yang berperanan. Mata kabur yang disebabkan katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelainan pada corpus vitreum.


(59)

19

2.2.4 Komplikasi Diabetes Melitus

Menurut American Diabetes Association (2013) kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Komplikasi akut yaitu: Ketoasidosis Diabetik, Hipoglikemia, Hiperglikemia. Komplikasi kronik yaitu: Penyakit Jantung Koroner, Komplikasi Mata (retinopati diabetik), Gangguan Ginjal (nefropati diabetik), Gangguan Saraf (neuropati diabetik), Komplikasi kaki, Komplikasi Kulit, dan Kesehatan Jiwa (mental health).

1. Komplikasi jangka pendek (akut)

Komplikasi akut merupakan komplikasi diabetes yang terjadi dalam jangka pendek, atau bersifat mendadak.

a. Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik adalah suatu kondisi serius yang dapat menyebabkan koma diabetes (pingsan untuk waktu yang lama) atau bahkan kematian. Ketika sel-sel kita tidak mendapatkan glukosa yang mereka butuhkan untuk energi, tubuh kita mulai membakar lemak untuk energi, yang menghasilkan keton. Keton adalah bahan kimia yang tubuh menciptakan ketika itu rusak lemak digunakan untuk energi. Tubuh melakukan hal ini ketika tidak memiliki cukup insulin untuk menggunakan glukosa, sumber normal tubuh energi. Gejala-gejala ketoasidosis ditunjukkan dengan beberapa hal, yaitu mulut kering, rasa


(60)

20

dan terkadang nyeri perut. Selain gejala-gejala tersebut, ada pula gejala lanjutan seperti kesulitan bernapas, dehidrasi, rasa mengantuk, dan yang terparah adalah keadaan koma. Saat seseorang mengalami ketoasidosis maka perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis cepat. Penanganan ketoasidosis biasanya dilakukan dengan pemberian injeksi insulin dan mengganti cairan tubuh yang hilang dan kadar ion kalium pada darah yang turut berkurang akibat seringnya buang air kecil (poliuria).

b. Hipoglikemia

Hipoglikemia yaitu suatu kondisi yang ditandai dengan kadar glukosa darah sangat rendah, biasanya kurang dari 70 mg/dl. Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya koma (hilang kesadaran) hingga kerusakan otak. Pada umumnya, orang yang memiliki penyakit diabetes berisiko mengalami serangan hipoglikemia. Namun, orang yang tidak menderita diabetes pun bisa juga terserang hipoglikemia. Secara umum, penyebab hipoglikemia dapat dibagi menjadi dua, yaitu hipoglikemia yang berkaitan dengan obat dan hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan obat. Hipoglikemia yang berkaitan dengan obat adalah hipoglikemia yang timbul karena penggunaan obat-obatan. Ini umumnya terjadi pada penderita diabetes yang mengonsumsi obat penurun kadar gula darah. Sementara itu, hipoglikemia yang tidak berkaitan dengan obat bisa disebabkan karena berpuasa, aktivitas fisik berlebihan, dan dampak dari


(61)

21

asupan makanan dan minuman. Kekurangan asupan karbohidrat juga bisa menjadi penyebab hipoglikemia. Hipoglikemia berat berpotensi menyebabkan kecelakaan, cedera, koma, dan kematian.

c. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak atau berlebihan, yang akhirnya akan menjadi penyakit yang disebut Diabetes Melitus (DM) yaitu suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormone insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia, serta kelelahan yang parah dan pandangan yang kabur. Hiperglikemia adalah kondisi yang disebabkan kadar gula darah puncak terukur sebesar 600 mg/dL. Ketika gula darah mencapai level ini, darah menjadai kental dan manis. Kelebihan gula lantas dibuang ke dalam air seni yang memicu pembuangan jumlah besar cairan dari tubuh. Jika tidak ditangani, Hiperglikemia dapat menyebabkan dehidrasi dan menyebabkan koma. 2. Komplikasi jangka panjang (kronik)

a. Penyakit jantung koroner

Komplikasi diabetes pada pembuluh darah jantung sangat membahayakan, mengingat penyakit ini merupakan penyakit serius yang


(62)

22

darah ke seluruh organ tubuh. Apabila darah semakin mengental akibat tingginya kadar gula dalam darah, maka dapat menyebabkan jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah. Akibatnya pada pasien diabetes melitus, muncul gejala jantung berdebar-debar dan perasaan mudah lelah meskipun tidak melakukan aktivitas yang berat. Kondisi ini diperparah jika penderita diabetes mempunyai timbunan lemak pada jantung. Selain menyebabkan gangguan pada jantung juga dapat menyebabkan penyakit hipertensi.

b. Komplikasi Mata (Retinopati Diabetik)

Komplikasi diabetes selanjutnya terjadi pada pembuluh darah yang melewati retina mata, ini disebut retinopati diabetik. Retinopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan pada penderita diabetes di seluruh dunia. Kerusakan retina yang sudah berat akan membuat penderita buta permanen. Retinopati terjadi karena adanya kerusakan pada pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata. Kerusakan ini menyebabkan kebocoran dan terjadinya penumpukan cairan yang megandung lemak serta pendarahan pada retina. Risiko terjadinya retinopati pada penderita diabetik dipengaruhi oleh lamanya penyakit diabetes terjadi. Semakin lama seseorang mengidap diabetes maka semakin besar kemungkinan terjadinya kondisi retinopati diabetik. Mengingat besarnya bahaya retinopati ini, maka bagi penderita diabetes dianjurkan untuk selalu memeriksakan mata secara berkala ke rumah sakit.


(63)

23

c. Gangguan Ginjal (Nefropati Diabetik)

Gangguan ginjal atau nefropati akibat diabetes terjadi ketika penumpukan gula dalam pembuluh darah merusak elemen penyaring dalam ginjal yang disebut nefron. Akibat rusaknya sistem penyaringan ini maka akan terjadi kebocoran pada ginjal. Kebocoran ini ditandai dengan keluarnya albumin bersama urine. Apabila gangguan pada ginjal ini tidak segera diobati, maka dapat menimbulkan gagal ginjal. Jika sudah begini, penderita harus melakukan cuci darah dan cangkok ginjal agar dapat bertahan hidup. Kerusakan pada ginjal dapat dicegah jika sejak dini sudah dideteksi melalui pemeriksaan darah dan air seni. Ironisnya, mayoritas penderita tidak mengetahui jika telah menderita gangguan pada ginjal. Untuk itu deteksi dini dari ketidakberesan ginjal menjadi sangat penting dan memungkinkan pengobatan yang sesuai sebelum terjadi kerusakan ginjal atau terjadi manifestasi penyakit yang lebih parah karena komplikasi yang lain. Bagi penderita diabetes sebaiknya rutin memeriksakan diri ke dokter.

d. Gangguan Saraf (Neuropati Diabetik)

Gangguan pada saraf karena diabetes disebut dengan istilah neuropati diabetik. Gangguan saraf terjadi karena tumpukan gula darah merusak sel-sel saraf. Gangguan ini bila tidak segera diobati maka dapat menyebabkan kelumpuhan pada beberapa bagian organ tubuh. Adapun


(64)

24

motoris, dan otonom. Gangguan pada saraf sensoris menyebabkan terjadinya hilang rasa, kesemutan, nyeri, atau kelemahan di kaki dan tangan. Gangguan pada saraf motoris menyebabkan pengecilan (atrofi) otot, dan gangguan pada saraf otonom menyebabkan perubahan pola keringat sehingga penderita tidak dapat berkeringat, kulit menjadi kering, mudah timbul pecah-pecah, dan mudah terkena infeksi.

e. Komplikasi Kaki (Foot Complications)

Kaki diabetik merupakan komplikasi diabetes yang paling sering terjadi sekaligus memiliki dampak yang fatal, pada kejadian parah harus dilakukan amputasi (pemotongan). Komplikasi kaki diabetik terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf (neuropati), pembuluh darah, dan terjadinya infeksi. Gangguan pada sistem saraf menyebabkan rasa kebal di kaki (hilang rasa), sehingga seorang penderita sering tidak sadar adanya luka. Gangguan pembuluh darah menyebabkan terganggunya proses penyembuhan luka. Dan terakhir, adanya kerentanan penderita diabetes terhadap terjadinya infeksi di daerah luka. Keseluruhan kondisi yang terjadi ini mengakibatkan borok (gangren) pada kaki. Keadaan kaki diabetik yang parah atau yang tidak ditangani secara tepat dapat berkembang menjadi suatu tindakan pemotongan (amputasi) kaki. Masalah kaki yang paling sering terjadi ketika ada kerusakan saraf, juga disebut neuropati. Hal ini dapat menyebabkan kesemutan, nyeri (pembakaran atau menyengat), atau kelemahan di kaki. Hal ini juga dapat


(65)

25

menyebabkan hilangnya rasa di kaki, sehingga Anda bisa melukai dan tidak tahu itu.

f. Komplikasi kulit

Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh, termasuk kulit. Bahkan, masalah tersebut kadang-kadang tanda pertama bahwa seseorang memiliki diabetes. Untungnya, kondisi kulit yang paling dapat dicegah atau mudah diobati jika tertangkap awal. Beberapa masalah ini adalah kulit kondisi orang dapat memiliki, tapi orang-orang dengan diabetes mendapatkan lebih mudah. Ini termasuk infeksi bakteri, infeksi jamur, gatal-gatal, dan menyebabkan kondisi pada kulit berwarna kecoklatan atau merah. Masalah kulit lainnya terjadi sebagian besar atau hanya untuk orang-orang dengan diabetes.

g. Kesehatan Jiwa (Mental Health)

Diabetes melitus dapat menyebabkan emosi alami seperti stres, sedih, marah dan penolakan sebelum mereka menyebabkan depresi. Kemarahan pada diabetes adalah tempat berkembang biak yang sempurna untuk marah. Penyangkalan, Denial adalah suara yang dalam mengulangi "Bukan aku" Kebanyakan orang pergi melalui ini ketika pertama kali didiagnosis. Depresi Studi menunjukkan bahwa orang dengan diabetes memiliki risiko lebih besar depresi dibandingkan orang tanpa diabetes.


(66)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan seksresi insulin, kerja insulin atau keduanya. World Health Organization (WHO) Diabetes Melitus merupakan suatu kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari sejumlah faktor dimana didapati defisiensi insulin absolut atau relatif dan gangguan fungsi insulin (Gustian, 2012). Diabetes Melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme karbohidrat dan lemak yang relative kekurangan insulin. Diabetes melitus yang utama di klasifikasikan menjadi diabetes melitus tipe I Insulin Dependen Diabetes Melitus (IDDM) dan tipe II Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) (Hasdianah, 2012).

Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk sedangkan posisi urutan diatasnya yaitu India, China dan Amerika Serikat dan WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun2030. Diperkirakan jumlah penderita Diabetes Melitus akan meningkat pada tahun 2030 yaitu India (79,4 juta), Cina, Amerika Serikat (30,3 juta) dan Indonesia (21,3 juta), tahun 2020 menjadi 300 juta orang dan tahun 2030 menjadi 366 juta orang (PERKENI, 2011).


(67)

2

Di Indonesia berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi Diabetes Melitus sebesar 1,5-2,3% pada penduduk yang usia lebih 15 tahun, bahkan di daerah urban prevalensi Diabetes Melitus sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi tersebut meningkat 2-3 kali dibandingkan dengan Negara maju, sehingga Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, dan dapat terjadi pada lansia (Riyadi, S & Sukarmin, 2008).

Di Indonesi menurut International Diabetes Foundation (IDF) terdapat 1785 penderita diabetes melitus yang mengalami komplikasi neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), luka kaki diabetik (15%). Banyaknya komplikasi yang ditimbulkan, maka tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah timbulnya komplikasi, yaitu dengan melakukan kontrol kadar gula darah, latihan jasmani, konsumsi obat anti diabetik, dan perawatan kaki diabetik yang penting dilakukan oleh penderita diabetes melitus (Purwanti, 2013).

Komplikasi Diabetes melitus jangka lama termasuk penyakit kardiovaskuler (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan ganggren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk (Purnamasari, 2009).

Penyakit diabetes melitus kebanyakan adalah penyakit keturunan tetapi bukan penyakit menular. Meskipun demikian, tidaklah berarti penyakit tersebut pasti


(68)

3

melitus, kadang-kadang anaknya tidak ada yang menderita penyakit tersebut (Tjokroprawiro, 2011).

Angka kesakitan dan kematian pada diabetes melitus meningkat diberbagai negara, hal ini dikaitkan dengan insidensi yang sangat cepat meningkat dan progresivitas penyakitnya juga disebabkan faktor ketidaktahuan penderita sendiri, atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan komplikasi yang lanjut dan berat. Kalau ditinjau lebih dalam lagi, ternyata hiperglikemia ini merupakan awal bencana bagi penderita diabetes, hal ini terbukti dan terjadi juga pada penderita dengan gangguan toleransi glukosa yang sudah terjadi kelainan komplikasi vaskuler (Permana, 2006).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa upaya pencegahan harus dimulai sejak awal, yaitu saat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) ataupun sejak ditemukannya faktor risiko diabetes melitus yang dapat diperbaiki. Upaya perubahan gaya hidup yang meliputi penurunan berat badan dengan mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktivitas fisik, harus selalu ditekankan mengingat tingkat keberhasilan yang cukup baik, biaya yang rendah serta hampir tanpa risiko (Soewondo, 2006).

Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo 2003 dalam Wawan & Dewi 2011). Pengetahuan pasien diabetes melitus dapat diartikan sebagai hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan memahami pencegahan, pengobatan maupun komplikasinya.


(69)

4

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan obyek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2014). Di Sumatera Utara, menurut Profil RSUD dr. Pirngadi penyakit diabetes melitus merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita pasien yang melakukan kunjungan ke RSUD dr. Pirngadi Medan selama Januari-Desember Tahun 2014 Diabetes melitus menduduki peringkat pertama diantara 10 besar penyakit sepanjang tahun 2014 di RSUD dr. Pirngadi Medan sebanyak 1050 pasien dari 11779 kunjungan (Profil RSUD dr. Pirngadi Medan 2014).

Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2015.


(70)

5

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr.Pirngadi Medan Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi Mahasiswa keperawatan Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai bahan kajian bagi Mahasiswa yang tertarik untuk meneliti tentang pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus.

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber data dasar, dan sumber informasi dalam upaya peningkatan pelayanan keperawatan, terutama untuk pemberian pendidikan kesehatan berupa pengetahuan tentang penyakit dan komplikasi diabetes melitus.

1.4.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitan ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang berharga bagi penelitian berikutnya. Terutama bagi penelitian yang menyangkut pengetahuan tentang komplikasi diabetes melitus.


(71)

Judul : Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Nama Mahasiswa : Henrianto Karolus Siregar

Nim : 141121031

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

Abstrak

Diabetes melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, harapan hidup bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, obesitas meningkat dan kegiatan fisik berkurang. Pengetahuan pasien diabetes melitus dapat diartikan sebagai hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan memahami pencegahan, pengobatan maupun komplikasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr.Pirngadi pada tanggal 28 September sampai dengan 28 Oktober 2015. Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan 105 orang sampel dan teknik pengumpulan data menggunakan Convinience Sampling. Pengumpulan data menggunakan kusioner yang sudah divalidkan dan reliabilitas menggunakan uji cronbach alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus mayoritas pengetahuan pasien dikategorikan baik sebanyak 83 responden (79,0%). Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus agar terwujudnya tujuan keperawatan dan evaluasi yang diinginkan seperti petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan perannya dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus.


(72)

(73)

PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS

TENTANG KOMPLIKASI DIABETES MELITUS

DI RSUD dr. PIRNGADI MEDAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

Henrianto Karolus Siregar

NIM : 141121031

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(74)

(75)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum

Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2015”. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak, maka kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Plt Dekan I dan Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Ns. Asrizal, M. Kep., RN., WOC(ET)N., CHt.N selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Nur Asiah, S.Kep, Ns. M.Biomed selaku penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan saran serta bimbingan bagi penulis.


(76)

6. Fatwa Imelda, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku penguji II yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran bagi penulis.

7. Seluruh dosen dan staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu dan bimbingan kepada penulis selama dalam pendidikan.

8. Teristimewa kepada keluargaku tercinta, Ayahanda M. Siregar dan Ibunda L. Sitinjak, S.Pd atas dukungan yang telah banyak diberikan selama ini, baik dukungan moril, semangat, kasih sayang, dan doa serta ekonomi yang selalu berusaha mencukupi kebutuhan penulisan serta saudaraku Jhon Ferianto, Sri Wahyuni, Sri Sulastri, Sri Hertati, dan Paulus yang memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

9. Seluruh Mahasiswa S1 Keperawatan Ekstensi Keperawatan angkatan 2014 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan, motivasi, partisipasi dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Demikianlah semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti sendiri dan para pembaca.

Medan, Februari 2016 Penulis

Henrianto Karolus Siregar 141121031


(77)

(78)

Judul : Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan Tahun 2015

Nama Mahasiswa : Henrianto Karolus Siregar

Nim : 141121031

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2016

Abstrak

Diabetes melitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Jumlah penderita Diabetes Melitus di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, harapan hidup bertambah, urbanisasi yang merubah pola hidup tradisional ke pola hidup modern, obesitas meningkat dan kegiatan fisik berkurang. Pengetahuan pasien diabetes melitus dapat diartikan sebagai hasil tahu dari pasien mengenai penyakitnya, memahami penyakitnya, dan memahami pencegahan, pengobatan maupun komplikasinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus di RSUD dr.Pirngadi pada tanggal 28 September sampai dengan 28 Oktober 2015. Penelitian ini bersifat Deskriptif dengan 105 orang sampel dan teknik pengumpulan data menggunakan Convinience Sampling. Pengumpulan data menggunakan kusioner yang sudah divalidkan dan reliabilitas menggunakan uji cronbach alpha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus mayoritas pengetahuan pasien dikategorikan baik sebanyak 83 responden (79,0%). Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus agar terwujudnya tujuan keperawatan dan evaluasi yang diinginkan seperti petugas kesehatan diharapkan lebih meningkatkan perannya dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan komplikasi diabetes melitus.


(79)

(80)

Daftar Isi

Halaman

Judul ... i

Lembar Persetujuan Ujian Sidang Skripsi ... ii

Prakata ... iii

Halaman Pernyataan ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Skema ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan ... 5

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan ... 5

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1 Konsep Pengetahuan ... 6

2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 6

2.1.2 Fungsi Pengetahuan ... 6

2.1.3 Sumber-Sumber Pengetahuan ... 6

2.1.4 Tingkat Pengetahuan ... 7

2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 9

2.1.6 Proses Perilaku “Tahu” ... 10

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 11

2.1.8 Kriteria Tingkat Pengetahuan ... 13

2.2 Diabetes Melitus ... 14

2.2.1 Defenisi Diabetes Melitus ... 14

2.2.2 Faktor Penyebab Diabetes Melitus ... 14

2.2.3 Manifestasi Klinik ... 17

2.2.4 Komplikasi Diabetes Melitus ... 19

Bab 3. Kerangka Konseptual ... 26

3.1 Kerangka Penelitian ... 26

3.2 Defenisi Operasional ... 27

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 28

4.1 Desain Penelitian ... 28

4.2 Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Sampling... 28


(81)

4.4 Pertimbangan Etik ... 30

4.5 Instrumen Penelitian ... 30

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.7 Pengumpulan Data ... 33

4.8 Pengolahan Data dan Analisa Data ... 33

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 35

5.1 Hasil Penelitian ... 35

5.2 Pembahasan ... 37

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(82)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan ... 26


(1)

vii


(2)

Daftar Isi

Halaman

Judul ... i

Lembar Persetujuan Ujian Sidang Skripsi ... ii

Prakata ... iii

Halaman Pernyataan ... v

Abstrak ... vi

Abstract ... vii

Daftar Isi ... viii

Daftar Skema ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Lampiran ... xii

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan ... 5

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan ... 5

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1 Konsep Pengetahuan ... 6

2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 6

2.1.2 Fungsi Pengetahuan ... 6

2.1.3 Sumber-Sumber Pengetahuan ... 6

2.1.4 Tingkat Pengetahuan ... 7

2.1.5 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 9

2.1.6 Proses Perilaku “Tahu” ... 10

2.1.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 11

2.1.8 Kriteria Tingkat Pengetahuan ... 13

2.2 Diabetes Melitus ... 14

2.2.1 Defenisi Diabetes Melitus ... 14

2.2.2 Faktor Penyebab Diabetes Melitus ... 14

2.2.3 Manifestasi Klinik ... 17


(3)

ix

4.4 Pertimbangan Etik ... 30

4.5 Instrumen Penelitian ... 30

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 32

4.7 Pengumpulan Data ... 33

4.8 Pengolahan Data dan Analisa Data ... 33

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 35

5.1 Hasil Penelitian ... 35

5.2 Pembahasan ... 37

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan ... 26


(5)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Defenisi Konseptual Pengetahuan Pasien Diabetes Melitus Tentang Komplikasi Diabetes Melitus Di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Medan.. ... 27 Tabel 5.1 Distribusi dan frekuensi karakteristik responden di RSUD dr. Pirngadi Medan 2015 ... 36 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentasi berdasarkan pengetahuan pasien diabetes melitus tentang komplikasi diabetes melitus ... 37


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden ... 47

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 48

Lampiran 3 Instrumen Penelitian ... 49

Lampiran 4 Lembar Bukti Bimbingan ... 52

Lampiran 5 Lembar Persetujuan Validitas ... 54

Lampiran 6 Surat Komisi Etik ... 57

Lampiran 7 Surat Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 58

Lampiran 8 Surat Selesai Melaksanakan Uji Reliabilitas ... 59

Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan ... 60

Lampiran 10 Surat Pengambilan Data ... 61

Lampiran 11 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 62

Lampiran 12 Surat Selesai Penelitian ... 63

Lampiran 13 Tabel Persentasi Data Demografi ... 64

Lampiran 14 Tabel Persentasi Hasil Penelitian Pernyataan ... 66

Lampiran 15 Master Tabel ... 73

Lampiran 16 Jadwal Tentatif Penelitian ... 77

Lampiran 17 Taksasi Dana Penelitian... 78