Penerapan Kode Etik Pustakawan Dalam Melakukan Pelayanan TerhadapPengguna Pada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara

Bab II
Kajian Teoritis

2.1 Pengertian Perpustakaan Perguruan Tinggi
Perpustakaan secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah ruang atau
gedung yang digunakan untuk menyimpan buku-buku, jurnal-jurnal,

riset

penelitian dan lain sebagainya. Dari pengetahuan tersebut kita dapat dua unsur
utama perpustakaan adalah ruangan dan buku . Sedangkan yang dimaksud
perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat dalam
lingkungan pendidikan tinggi misalnya universitas, perpustakaan akedemik dan
perpustakaan fakultas, sekolah tinggi, institut dan lembaga perguruan tinggi
lainnya.
Perpustakaan perguruan tinggi juga disebut dengan perpustakaan khusus.
Karena, umumnya perpustakaan perguruan tinggi khusus melayani kebutuhan
akedemik masing – masing baik untuk kebutuhan mahasiswa, dosen serta hasil –
hasil karya mahasiswa dan dosen,
Sedangkan menurut Sulistiyo Basuki 1991:51 menyembutkan bahwa
perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada perguruan

tinggi , badan bawahannya, maupun lembaga yang berfaliasi denga perguruan
tinggi, dengan tujuan utma membatu perguruan tinggi mencapai tujuan yakni tri
darma perguruan tinggi (pendidika, penelitia dan pengabdian masyarakat
Perpustakaan

perguruan

tinggi

adalah

”Perpustakaan

yang

diselenggarakan oleh lembaga dalam melaksanakan tujuannya dan memiliki peran
yang sangat penting dalam mencapai Tri Dharma Perguruan Tinggi”.
Perpustakaan tersebut berada di lingkungan kampus (Sutarno 2006: 35).
Menurut Rahayuningsih (2007:7) Perpustakaan perguruan tinggi adalah
perpustakaan yang melayani para mahasiswa, dosen, dan karyawan suatu

perguruan tinggi tertentu (akademi, universitas, institut, sekolah tinggi,
politeknik).
Menurut RUU menyebutkan bahwa perpustakaan pada bab 1 pasal 1
menyatakan perpustakan adalah institusi yang mengumpulkan pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

tercetak dan terekam, mengelolana dengan cara khusus guna memenuhi
kebutuhan intelektual para penggunanya melalui cara interaksi pengetahuan.
Menurut Syahrial-Pamuntjak (2000:5) perpustakaan perguruan tinggi
adalah, “perpustakaan yang tergabung dalam lingkungan lembaga pendidikan
tinggi, baik yang berupa perpustakaan universitas, perpustakaan fakultas,
perpustakaan akademi, perpustakaan sekolah tinggi”. Badan standarisasi nasional
(sni

7330:2009)

mendifinisikan

perpustakaan


perguruan

tinggi

adalah,

”perpustakaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan informasi pengajar dan
mahasiswa di perguruan tinggi”.
Menurut Sutarno (2003: 35) mendefinisikan sebagai berikut: perpustakaan
perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada dalam suatu perguruan
tinggi dan yang sederajat yang berfungsi mencapai tri dharma perguruan tinggi,
sedangkan penggunanya adalah seluruh civitas akademika.

2.1.1 Tujuan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Secara umum tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah menunjang tri
dharma perguruan tinggi, yaitu penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat secara khusus membantu para dosen dan
mahasiswa, serta tenaga kependidikan di perguruan tinggi itu dalam proses
pembelajaran.

Menurut

Sjahrial-Pamuntjak

(2000:4),

“Tujuan

dari

Perpustakaan

Perguruan Tinggi adalah membantu Perpustakaan Perguruan Tinggi dalam
menjalankan program pengajaran”.
Sedangkan dalam Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (2004:
32) disebutkan bahwa: sebagai unsur penunjang perguruan tinggi, perpustakaan
merumuskan tujuannya sebagai berikut :
1. Mengadakan buku, dan pustaka lainnya untuk dipakai oleh dosen,
mahasiswa dan staf lainnya bagi kelancaran program pengajaran di
perguruan tinggi.

2. Mengadakan buku, jurnal dan pustaka lainnya yang diperlukan untuk
penelitian sejauh dana tersedia.

Universitas Sumatera Utara

3.

Mengusahakan, menyimpan dan merawat pustaka yang bernilai sejarah
yang dihasilkan oleh sivitas akademika.

4. Menyediakan sarana bibliografi untuk menunjang pemakaian pustaka
5. Menyediakan tenaga yang cakap serta penuh dedikasi untuk melayani
kebutuhan pengguna perpustakaan, dan bila perlu, mampu memberikan
pelatihan pengguna pustaka.
6. Bekerjasama dengan perpustakaan lain untuk mengembangkan program
perpustakaan.

Sedangkan Menurut Rahayuningsih (2007:2) tujuan perpustakaan didirikan
adalah:
1. Mengumpulkan bahan pustaka, yaitu secara terus-menerus menghimpun

sumber informasi yang relevan untuk dikoleksi.
2. Mengolah atau memproses bahan pustaka berdasarkan suatu sistem
tertentu.
3. Menyimpan dan memelihara, yaitu mengatur, menyusun, dan memelihara,
agar koleksi rapi, bersih, awet, utuh, lengkap, dan mudah diakses.
4.

Menjadi pusat informasi, sumber belajar, penelitian, preservasi, rekreasi,
dan kegiatan ilmiah lainnya.

5. Menjadi agen perubahan dan agen kebudayaan dari masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang.

Sebagai unsur penunjang perguruan tinggi dalam mencapai visi dan
misinya, perpustakaan perguruan tinggi memiliki tujuan, menurut SulistyoBasuki (1993 : 52) tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah:
1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat perguruan tinggi , lazimnya
staf pengajar dan mahasiswa. Sering pula mencakup tenaga kerja
administrasi perguruan tinggi.
2. Menyediakan bahan pustaka (referensi) pada semua tingkatan akademis,
artinya mulai dari mahasiswa tahun pertama hingga ke mahasiswa pasca

sarjana dan pengajar.
3. menyediakanruangan belajar bagi pemakai perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi berbagai jenis
pemakai.
5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan
perguruan tinggi juga lembaga indusri lokal.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tujuan dari perpustakaan perguruan
tinggi adalah sebagai penyedia jasa pelayanan informasi yang meliputi
pengumpulan, pelestarian, pengolahan, pemanfaatan dan penyebaran informasi
sehingga dapat dimanfaatkan pengguna, penyediaan fasilitas yang mendukung
dalam memenuhi kebutuhan informasi civitas akademika, pemberian berbagai
jasa informasi serta pengembangan mutu perguruan tinggi pada tempatnya
bernaung.
Tujuan

Perpustakaan


menurut

Hasugian

(2009:80)

adalah,

”Untuk

memberikan layanan informasi untuk kegiatan belajar, penelitian, dan pengabdian
kepada masyarakat dalam rangka melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi.”

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Perguruaan Tinggi
Agar tujuannya dapat terlaksana, perpustakaan perguruan tinggi harus
menjalankan fungsinya dengan baik.Adapun fungsi Perpustakaan Perguruan
Tinggi menurut Yuven (2010:1) adalah:
1. Lembaga pengelola sumber-sumber informasi.
2. Lembaga pelayanan dan pendayagunaan informasi.
3. Wahana rekreasi berbasis ilmu pengetahuan.

4. Lembaga pendukung pendidikan (pencerdas bangsa).
5. Lembaga pelestari hasanah budaya bangsa.

Sedangkan fungsi perpustakaan perguruan tinggi menurut Direktorat jenderal
pendidikan tinggi (2004: 3) Adalah sebagai berikut :
1. Fungsi edukasi perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas
akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang
mendukung pencapaian tujuan pembelajaran, pengorganisasian bahan

Universitas Sumatera Utara

pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar
mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
2. Fungsi informasi perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah
diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
3. Fungsi riset perpustakaan mempersembahkan bahan-bahan primer dan
sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian
dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Koleksi pendukung
penelitian di perpustakaan perguruan tinggi adalah menghasilkan karyakarya


penelitian

yang

dapat

di

aplikasikan

untuk

kepentingan

pembangunan masyarakat dalam berbagai bidang.
4. Fungsi rekreasi, perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang
bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan
daya inovasi pengguna perpustakaan.
5. Fungsi publikasi perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan
publikasi karya yang dihasilkan oleh warga erguruan tingginya yakni

sivitas akademika dan staf non-akademik
6. Fungsi deposit perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya
dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
7. Fungsi interpretasi perpustakaan sudah seharusnya melakukan kajian dan
memberikan nilai tambah terhadap sumber-sumber informasi yang
dimilikinya

untuk

membantu

pengguna

dalam

melakukan

dharmanya. Sesuai dengan pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa perpustakaan perguruan tinggi dengan fungsinya dapat mendukung
program pendidikan, pengajaran, serta penelitian dengan menyediakan
informasi yang dibutuhkan dan melaksanakan tri dharma perguruan tinggi.
Menurut

Buku

Manajemen

Perpustakaan

Sutarno

(2006:54),

fungsi

Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai berikut:
a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan pustaka
b. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui
pembelian, langganan, tukar-menukar, penggandaan, penerbitan dan lainlain.
c. Pengolahan dan penyiapan bahan pustaka

Universitas Sumatera Utara

d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi
e. Pendayagunaan/pemberdayaan koleksi
f. Pemberian layanan kepada masyarakat dengan sistem yang mudah, cepat,
dan tepat serta sederhana.
g. Pemasyarakatan perpustakaan.
h. Pengkajian dan pengembangan atas semua aspek kepustakawanan
i. Menjalin kerja sama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan
bersama koleksi sarana prasarana
j. Pelaksanaan koordinasi dengan berbagai pihak-pihak dan mitra kerja
lainnya.
k. Administrasi perpustakaan, seperti kepegawaian, ketatausahaan, keuangan,
dan kerumahtanggaan (Perpusnan RI,2001).
Dalam melaksanakan tujuannya, perpustakaan perguruan tinggi juga
manjalankan fungsinya yaitu fungsi edukasi, fungsi informasi, fungsi riset,
fungsi rekreasi, fungsi publikasi, fungsi deposit, dan fungsi interpretasi.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perguruan Tinggi
Secara umum tugas perpustakaan peruruan tinggi ialah melayani keperluan
para mahasiswa dari tingkatan persiapan sampai kepada mahasiswa yang sedang
menghadapi ujian sarjana dan menyusun skripsi, para staf dalam persiapan bahan
perkuliahan serta para penelitian yang bergabung dalam perguruan tinggi yang
bersangkutan serta melakukan tugas rutin untuk pengadaan, mengelola, dan
merawat pustaka. Sjahrijal-Pamuntjak (2000:5)
Menurut buku pedoman umum pengelolaan koleksi perpustakaan
perguruan tinggi, bahwa tugas perpustakaan perguruan tinggi adalah:
1. Mengikuti perkembangan perkuliahan dan menyediakan bahan-bahan
yang dibutuhkan untuk pengajaran.
2. Menyediakan pustaka yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas
dalam rangka studinya.
3. Mengikuti

perkembangan

program-program

penelitian

yang

diselenggarakan di lingkungan perguruan tinggi induknya dan berusaha
menyediakan literatur ilmiah dan bahan lain yang diperlukan bagi peneliti.

Universitas Sumatera Utara

4. Memutakhirkan koleksi dengan mengikuti terbitan-terbitan yang baru baik
terbitan cetak maupun tidak tercetak.
5. Menyediakan

fasilitas

yang

memungkinkan

pengguna

mengakses

perpustakaan lain maupun pangkalan-pangkalan data melalui jaringan
lokal (intranet) maupun global (internet) dalam rangka pemenuhan
kebutuhan informasi yang diperlukan.
Sedangkan menurut Mahmudin (2006:2), tugas perpustakaan perguruan tinggi
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai pusat kegiatan belajar yang berfungsi
a. Membantu program pendidikan pada umumnya sesuai dengan
tujuan lembaga di atasnya sesuai dengan misi dan visi lembaga
tersebut. Mengembangkan kemampuan pengunjung menggunakan
sumber informasi.
b. Membantu
memperkaya

pengguna

dalam

menyediakan

informasi

dan

pengetahuan.

2. Membantu memperluas pengetahuannya tentang suatu bidang pelajaran.
3.

Mengembangkan minat, kemampuan dan kebiasaan membaca yang
menuju kebiasaan belajar mandiri.

4. Membiasakan pengunjung untuk mencari informasi di perpustakaan,
kemahiran dalam mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan.
5.

Perpustakaan sebagai tempat belajar seumur hidup.

2.1 Pustakawan
Pustakawan adalah orang yang mengelola sebuah perpustakaan besert
isinya memiliki buku, dokumen danmateri non buku yang merepakan koleksi
perpustakaan dan menyediakaan informasi dan jasa peminjaman guna memenuhi
kebutuhan pemakai (Sulystio-Basuki, 2008)
Sedangkan Sk menpan no. 132 tahun 2002 tentang jabatan fungsional
pustakawan dan angka kreditnya, memberi batasan pengertian pustakawan sebagai
berikut:
“pustakawan adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk

Universitas Sumatera Utara

melakukan kegiatan kepustakawanan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi
dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya”.
Berdasarkan

undang-undang

RI

nomor

43

tahun

2007

tentang

perpustakaan dalam pasal 1 ayat (8) dinyatakan bahwa pustakawan adalah
seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau
pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

2.2.1 Peranan Pustakawan
Peranan pustakawan dalam melaksanakan profesinya sebagai pustakawan
sangat beragam, misalnya pada lembaga pendidikan seperti di perguruan tinggi
pustakawan dapat pula berperan sebagai dosen atau peneliti. Menurut Hermawan
dan Zen (2006:57) pustakawan memainkan berbagai peran (peran ganda) yaitu:
1. Edukator
Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanaka tugasnya
harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus
melakukan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik

adalah

mengembangan

kepribadian,

mengajar

adalah

mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan
mengembangkan keterampilan. Oleh karenanya, pustakawan harus
memiliki kecakapan mengajar, melatih dan mengembangkan, baik para
pegawai ataupun pengguna jasa yang dilayaninya.
2. Manajer
Pada hakekatnya pustakawan adalah manajer informasi, informasi yang
banyak dan terdapat dalam berbagai wadah yang jumlahnya terus
bertambah harus dikelola dengan baik. Kebutuhan informasi pengguna
merupakan dasar pengelolaan informasi. Sebagai manajer pustakawan
harus mempunyai jiwa kepemimpinan, kemampuan memimpin dan
menggerakkan, serta mampu bertindak sebagai koordinator dan integrator
dalam melaksanakan tugasnya sehar-hari. Pustakawan dalam perannya
sebagai manajer juga harus dapat mengoptimalkan semua sumber daya

Universitas Sumatera Utara

yang tersedia di perpustakaan, baik yang berupa sumber daya manusia,
sumber daya informasi, dana, termasuk saranan dan prasarana.
3. Administrator
Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan
dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis
atas hasil yag telah dicapai, kemudian melakukan upaya-upaya perbaikan
untuk mencapai hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, seorang
pustakawan harus mempunyai pengetahuan yang luas di bidang organisasi,
sistem dan prosedur kerja. Dengan pengetahuan itu diharapka pustakawan
memilk kemampuan dalam menafsirkan prosedur kedalam kegiatankegiatan nyata, sehingga akan dapat meningkatkan kualitas kerja, berdaya
guna, berhasil guna, dan tepat guna.
4. Supervisior
Sebagai supervisior pustakawan harus;
a. Dapat

melaksanakan

pembinaan

profesional,

untuk

mengembangkan jiwa kesatuan dan persatuan antar sesama
pustakawan, sehingga dapat menumbuhkan dan peningkatan
semangat kerja, dan kebersamaan;
b.

Dapat menigkatkan prestasi, pengetahuan dan keterampilan, baik
rekan-rekan sejawat masyarakat pengguna yang dilayaninya;

c.

Mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan,
memahami beban kerja, hambatan-hambatan, serta bersikap sabar,
tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; dan

d. Mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun
dengan para pembinanya dalam menyelesaikan berbagai persoalan
dan kendala, sehingga mampu meningkatkan kinerja unit
organisasinya.

2.3 Pengertian Profesi
Menurut Kanter (2011) sebuah profesi adalah sebutan atau jabatan dimana
orang yang menyandang memiliki pengetahuan khusus yang diperolehnya melalui

Universitas Sumatera Utara

training atau pengalaman lain, atau diperoleh melalui keduanya, sehingga
penyandang profesi dapat membimbing atau memberi nasihat/saran atau juga
melayani orang lain dalam bidangnya sendiri. Profesi dapat dirumuskan sebagai
pekerjaan yang dilakukan sebagai nafkah hidup dengan mengandalkan keahlian
dan keterampilan yang tinggi dan dengan melibatkan komitmen pribadi (moral)
yang mendalam (keraf,1998)
Naagarazan

(2006)

mendefinisikan

profesi

sebagai

any

occuption/job/vocation that requires advanced expertise (skill and knowledge),
self-regulation, and concerted service to the public good. Yaitu profesi sebagai
pekerjaan yang memerlukan pengembangan keahlian (keterampilan dan
pengetahuan), pengaturan diri dan diselenggarakan berdasarkan keputusan
bersama untuk melayani masyarakat dengan baik.
Sedangkan menurut Soekarman (2004) menyatakaan bahwa profesi adalah
sejenis pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang untuk melaksanakannya dengan
baik memerlukan keterampilan atau keahlian khusus yang diperoleh dari
pendidikan atau pelatihan sesuai dengan perkembangan bidang pekerjaan atau
lapangan pekerjaan yang bersangkutan.

2.3.1 Ciri – Ciri Profesi
Istilah profesi selalu menyangkut dengan pekerjaan tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi, untuk mencegah kesimpang siuran tentang
profesidan pekerjaan berikut ini dikemukakan ciri-ciri dari profesi
Menurut Notoatmodjo (2010:36) mengemukakan suatu profesi sekurangkurangnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.

Mengikuti Pendidikan Sesuai Standar Nasional Artinya orang yang
termasuk dalam profesi bersangkutan harus telah menyelesaikan
pendidikan profesi tersebut.

2.

Pekerjaanya Berdasarkan Etika Profesi dalam menjalankan tugas
atau profesinya seseorang harus berlandaskan atau mengacu kepada
etika profesi yang telah dirumuskan oleh organisasi profesinya.

Universitas Sumatera Utara

3.

Mengutamakan Kepentingan Masyarkat dari Pada Keuntungan
Materi dalam menjalankan tugasnya seorang profesional tidak
didasarkan pada kepentingan materi semata-mata, tetapi harus
mengutamakan kepentingan masyarakat.

4.

Pekerjaanya Legal (Melalui Perizinan) Untuk menjalankan tugas,
harus terlebih dahulu memperoleh izin praktik dari yang
berwenang.

5.

Anggota-Anggotanya Belajar Sepanjang Hayat seorang anggota
profesi

mempunyai

kewajiban

untuk

selalu

meningkatkan

profesinya melalui belajar terus-menerus. Seorang profesional tidak
boleh berhenti belajar untuk memelihara dan meningkatkan
profesionalitasnya.
6.

Anggota-anggotanya Bergabung dalam Suatu Organisasi Profesi
seseorang yang sudah memperoleh pengakuan profesi atau lulus
dari pendidikan profesi diwajibkan untuk menjadi anggota
organisasi profesi yang bersangkutan.

Sejalan hal diatas Arifin (2006:1) juga mengutarakan bahwa secara umum
terdapat tiga ciri suatu profesi yaitu:
1. Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki
sebuah profesi.
2. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan.
3. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada
masyarakat, dengan kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk
kepentingan umum dari pada kepentingan sendiri.

2.3.2 Profesi Pustakawan
Menurut Hermawan dan Zen (2006:68) pustakawan dapat dianggap
sebagai profesi karena sebagian kriteria sudah dimiliki yaitu:
1. Memiliki lembaga pendidikan, baik formal maupun informal.

Universitas Sumatera Utara

Pendidikan formal dilakukan pada tingkat universitas baik untuk program
diploma, sarjana atau pasca sarjana.
2. Memiliki organisasi profesi, yaitu pustakawan di indonesia sejak tahun
1973 memiliki organisasi ikatan pustakawan indonesia (IPI), congress of
southeast asia librarians (CONSAL) untuk tingkat regional dan
international federation of library association and institutions (IFLA)
untuk tingkat internasional.
3. Memiliki kode etik, pustakawan indonesia yang menjadi acuan moral bagi
anggota dalam melaksanakan profesi.
4.

Memiliki majalah ilmiah sebagai sarana pengemban ilmu serta
komunikasi antar anggota seprofesi.

5. Memiliki tunjagan profesi, meskipun belum memadai, pustakawan di
indonesia medapatkan tunjangan fungsional seperti halnya guru, dosen,
peneliti.

2.4 Etika Dan Kode Etik
Etika berasal dari bahasa asing yaitu ethic(s) bahasa inggris atau ethica
dalam bahasa latin, ethique dalam bahasa prancis , ethikos dalam bahasa greek.
Yang artinya kebiasaan-kebiasaan terutama yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia. Etika (ethics) mempunyai pengertian standart dan tingkah laku atau
perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilaksanakan
oleh manusia yang sesuai dengan ketentuan moral pada umumnya .
Pengertian etika menurut Ernawan (2007:2) adalah, “ajaran atau ilmu
tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan kebiasaan baik atau buruk, yang
diterima umum mengenai sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya”.
Sedangkan menurut Rindjin (2004) menyatakan bahwa etos mempunyai
banyak arti tetapi yang utama adalah beraeti kebiasaan, akhlak atau watak. Ia
menyatakan pula bahwa etika mempunyai 3 makna yaitu :
1. Etika (kebiasaan, watak) sesungguhnya mengacu pada masing-masing
pribadi seseorang yang mempunyai kebiasaan, akhlak atau watak tertentu.

Universitas Sumatera Utara

2. Etika dalam bentuk jamak, berarti adat istiadat yaitu norma-norma yang
dianut oleh kelompok golongan atau masyarakat tertentu mengenai
perbuatan baik dan buruk.
3. Etika adalh studi tentang prinsip-prinsip prilaku yang baik dan yang buruk.

kode etik dilihat dari segi asal-usul kata terdiri dari dua kata yaitu kode dan
etik, dalam bahasa inggris terdapat berbagai makna dari kata code diantaranya
tingkah laku, prilaku, peraturan perundang-undangan, dan kata etik bermakna
sejumlah aturan moral atau prinsip prilaku untuk menentukan mana yang benar
dan mana yang salah.
Menurut Simorangkir (2003:87) kode etik adalah, “persetujuan bersama, yang
timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih mengarahkan perkembangan
mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan”. Jadi kode etik adalah
hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok tertentu, demi
untuk kepentingan bersama dan kerukunan.
Pendapat lain pengertian kode etik menurut Soepardan (2007:38) adalah,
“seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota
kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar
dalam memutuskan dan melakukan tindakan profesi”.
Dalam kamus bisnis (2014:1) pengertian kode etik adalah, “seperangkat aturan
yang jelas dan tertulis sebagai pedoman bagi para manajer, karyawan, dan agen
dari suatu organisasi dalam berperilaku”.
Pengertian kode etik juga dikemukakan oleh Suwarno (2010:92) yaitu, “sistem
norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang benar dan apa yang baik bagi profesional.

1.4.1

Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya

tujan kode etik suatu organisasi profesi menurut

Hermawan dan Zen (2006:84) adalah untuk :
1. Menjaga martabat dan moral profesi
Salah satu hal yang harus dijaga oleh suatu profesi adalah martabat dan
moral. Agar profesi itu mempunyai martabat yang perlu dijaga dan

Universitas Sumatera Utara

dipelihara adalah moral. Profesi yang mempunyai martabat dan moral
yang tinggi, sudah pasti akan mempunyai citra atau image yang tinggi
pula di masyarakat. Untuk itu, profesi membuat kode etik yang akan
mengatur sikap dan tingkah laku anggotanya, mana yang harus
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu kode
etik profesi sering disebut juga sebagai kode kohormatan profesi, jika
kode etik dilanggar maka nama baik profesi akan tercemar, berarti
merusak martabat profesi.
2.

memelihara hubungan antar profesi
Kode etik juga dimaksudkan untuk memelihara hubungan antar
anggota. Dalam kode etik diatur hak dan kewajiban kepada antar
sesama anggota profesi. Satu sama lain saling hormat menghormati
dan bersikap adil, serta berusaha meningkatkan kesejahteraan bersama.
Dengan adanya aturan tersebut diharapkan mampu mendukung
keberhasilan bersama.

3. Memelihara hubungan anggota profesi
Dalam kode etik dirumuskan tujuan pengabdian profesi, sehingga
anggota profesi mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya. Oleh karena itu, biasanya kode etik merumuskan
ketentuan bagaimana anggota profesi melayani masyarakat. Dengan
adanya ketentuan itu, para anggota profesi dapat meningkatkan
pengabdiannya kepada tuhan yang maha esa, bangsa dan tanah air
serta kemanusiaan.
4. meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat kewajiban
agar para anggota profesinya berusaha untuk memelihara dan
meningkatkan mutu profesi. Selain itu, kode etik juga mengatur
kewajiban agar para anggotanya mengikuti perkembangan zaman.
Setiap anggota profesi berkewajiban memelihara dan meningkatkan
mutu profesi, yang pada umumnya dilakukan dalam wadah organisasi
profesi.
5. Melindungi masyarakat pemakai

Universitas Sumatera Utara

profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat.
Melalui kode etik yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa.
Ketika ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut
dilakukan sebagai pekerja profesional, maka kode etik adalah rujukan
bersama

Sejalan dengan pendapat Hermawan dan Zen, pendapat lain tujuan dari
kode etik menurut Soepardan (2007:40) menyatakan bahwa tujuan kode etik
adalah sebagai berikut:
1. Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra Profesi
Image pihak luar atau masyarakat terhadap satu profesi perlu dijaga
untuk mencegah pandangan merendahkan atau meremehkan profesi
tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang
berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat
mencemarkan nama baik profesi di dunia luar sehingga kode etik
disebut juga “kode kehormatan”.
2. Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggota
Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan
spiritual atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode
etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk
melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga
menciptakan peratuan-perauran yang mengatur tingkah laku yang tidak
pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi dengan
sesama anggota profesi.
3. Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi
Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung
jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan
ketetuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
4. Meningkatkan Mutu Profesi

Universitas Sumatera Utara

Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang
pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara
memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.
5. Melindungi masyarakat pemakai
Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat.
Melaluikode etik yang dimiliki dapat melindungi pemakai jasa. Ketika
ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan
sebagai pekerjaan profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama.

Sedangkan menurut Ernawan (2007:125) tujuan kode etik dibuatnya kode etik
adalah “menjujung martabat profesi atau memelihara kesejahteraan para
anggotanya dengan mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatanperbuatan yang akan merugikan kesejahteraan para anggotanya” sehingga
maksudnya yang terkandung dalam perbentukan kode etik yaitu:
a. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral.
b. Menjaga dan meningkatkan keterampilan teknis.
c. Melindungi kesejahteraan material dari para pengemban profesi.

2.4.2 Fungsi Kode Etik
Menurut Julia (2013:3) ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari
kode etik yaitu:
1. Kode etik memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang
prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode
etik, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan
dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan
suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti
pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap
para pelaksana di lapangan kerja.

Universitas Sumatera Utara

3. Kode etik mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat
dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau
perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi dilain
instansi atau perusahaan.

Pendapat lain fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Ernawan (2007: 125)
yaitu:
1. Menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi, karena setiap
klien mempunyai kepastian bahwa kepetingannya akan terjamin.
2. Sarana kontrol sosial.
3. Pengemban patokan yang lebih tinggi.
4. Pencegah kesalahpahaman dan konflik.

Sedangkan Soepardan dan Hadi mengemukakan (2007:39) kode etik berfungsi
sebagai berikut:
1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik.
2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan
dipertimbangkan dalam memberi pelayanan.
3.

Merupakan cara untuk mengevaluasi diri.

4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi teman sejawat.
5. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai
moral.
6. Menginformasikan kepada profesional tentang nilai dan standar profesi

1.4.2

Implementasi Kode Etik

Ada dua implementasi kode etik yaitu
1. Nilai-Nilai Kode Etik Pustakawan
Nilai-nilai

adalah

kesadaran

tertinggi

individu

yang

merupakan

seperangkat konsep yang hidup di dalam pikiran individu manusia dalam
suatu kelompok, yang dianggap bernilai dan berharga sehingga menjadi
pedoman hidup. Kode etik merupakan haril pemikiran pustakawan yang

Universitas Sumatera Utara

tergabung dalam suatu organisasi profesi, IPI, yang kemudian dijadikan
sebagai pedoman sikap tingkah laku dalam melaksanakan tugas
profesinya. Ini artinya kode etik memiliki nilai-nilai yang telah disepakati
oleh anggota profesi dan disosialisasikan kepada pustakawa untuk
dipahami dan dilaksanakan.Nilai-nilai menurut Hatch (1997) merupakan
konsep yang hidup didalam pikiran manusia dalam suatu kelompok yang
dianggap memiliki makna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Nilainilai ini yang kemudian menentukan benar, slah,baik, atau buruk. Personal
yang perlu digali adalah persoalan nilai-nilai yang terkandung dalam kode
etik

itu.

2. Usaha/Tindak Implementasi
Usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan sesuatu yang
telah direncanakan. Menurut Searchcrm (2009) implementasi adalah
pelaksanaan, menindaklanjuti suatu rencana, suatu metode,atau desain ke
dalam suatu tindakan

1.5 Kode Etik Pustkawan
Menurut Hermawan dan Zen kode etik adalah pegangan atau pedoman
yang ditaati dan diperlukan oleh anggota profesi agar kepercayaan para klien tidak
disalah gunakan.Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional
tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak
benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang
benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
dihindari.
Kode etik bukan merupakan kode yang kaku karena akibat perkembangan
zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau sudah tidak sesuai dengan
tuntutan zaman. Kode etik disusun oleh organisasi profesi, dalam hal ini adalah
Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) yang merupakan organisasi profesi bagi
pustakawan. Tentang pelaksanaan kode etik pustakawan juga disebutkan dalam
UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, pasal 36b dan 37.

Universitas Sumatera Utara

Dalam kode etik Pustakawan tersebut dijelaskan bahwa pustakawan adalah
seseorang yang dalam memiliki pendidikan bidang perpustakaan, dokumentasi,
dan informasi sekurang-kurangnya tingkat pendidikan profesional dan atau
berkualifikasi setingkat yang diakui oleh Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) dan
berkarya dalam bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi sesuai
metodologi keilmuan yang diperolehnya.

2.5.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan
Kode etik dapat pula sebagai jaminan profesi terhadap pengguna jasa
pustakawan. Menurut Hermawan dan Zen (2006:99) ada beberapa tujuan dari
kode etik pustakawan yaitu untuk :
1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada tuhan yang maha esa,
bangsa dan negara.
2.

Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu menjaga
martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai-nilai
moral yang dianut oleh masyarakat.

3. Meningkatkan mutu profesi pustakawan; untuk dapat memberikan layanan
kepustakawan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban
untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan,
baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi
kepada masyarakat; mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap
orang, maka pustakawan sebagai pekerja informasi harus berupaya agar
kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai
dengan kebutuhan pengguna.

Pada dasarnya tujuan kode etik suatu organisasi profesi adalah untuk :
1. Menjaga martabat dan moral profesi
Profesi yang mempunyai martabat dan moral yang tinggi sudah pasti akan
mempunyai citra yang baik di masyarakat. Untuk itu profesi membuat
kode etik yang akan mengatur sikap dan tingkah laku anggotanya mana
yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Jika kode etik

Universitas Sumatera Utara

dilanggar maka nama baik profesi akan tercemar. Oleh karena itu kepada
pelanggar harus diberi sanksi.
2. Memelihara hubungan anggota profesi
Dalam kode etik diiatur hak dan kewajiban antar anggota profesi.
Sehingga akan timbul sikap saling menghormati adil serta berusaha
meningkatkan kesejahteraan bersama.
3.

Meningkatkan pengabdian anggota profesi
Dalam kode etik dirumuskan tujuan pengabdian profesi sehingga anggota
profesi mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab. Dengan adanya ketentuan itu para anggota profesi dapat
meningkatkan pengapdianya pada tuhan yang maha esa, bangsa dan tanah
air, dan kemasyarakatan.

4. Meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat kewajiban agar
para anggota profesinya berusaha untuk memelihara dan meningkatkan
mutu profesi.

5. Melindungi masyarakat pemakai
Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat.
Melalui kode etik yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa. Ketika
ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai
pekerja profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama. Masyarakat
pemakai dapat dilindungi jika terjadi kegiatan malpraktik.

Tujuan kode etik pustakawan yang tertuang dalam kode etik pustakawan
Indonesia Pasal 2 adalah:
1. Membina dan membentuk karakter pustakawan.
2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial
3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara anggota dengan
masyarakat.
4. Menumbuhkan

kepercayaan

masyarakat

pada

perpustakaan

dan

mengangkat citra pustakawan.

Universitas Sumatera Utara

2.5.2 Manfaat Kode Etik Pustakawan
Kode etik memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan masyarakat,
menurut Hermawan dan Zen (2006:101) memberikan penjelasan secara rinci
manfaaat kode etik adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi profesi
a. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.
b. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan
bertanggung jawab.
c. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.
d. Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi.
e. Meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang disajikan
terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.
f. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan
efektif.
g. Mendorong para pustakawan untuk memahami tanggung jawab individual
untuk melibatkan diri dan mendukung assosiasi profesi mereka.
2.Manfaat bagi anggota
a. Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas
profesinya.
b. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik.
c. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para anggota.
d. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan
reputasi.
e. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.
f. Dapat

menghilangkan

keragu-raguan

dan

kebingungan

dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan
pemakai, pustakawan dan atasan.
3. Manfaat bagi masyarakat
a. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.
b. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada
layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkannya.
c. Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi.

Universitas Sumatera Utara

d. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya.
e. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang
diberikan.
f. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload).
g. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.

2.5.3

Kinerja Pustakawan
Dalam meningkatkan kinerja dan kualitas layanan pustakawan dituntut

bersikap profesional. Sikap profesionalisme tenaga pustakawan yang perlu
diperhatikan adalah kepribadian pustakawan, kompetensi pustakawan, dan
kecakapan pustakawan. Melihat kebutuhan tersebut, tuntutan bagi pustakawan
adalah menjadi tenaga pustakawan ideal. Ukuran ideal yang disyaratkan yaitu
apabila pustakawan memenuhi persyaratan, seperti yang tercantum dalam kode
etik pustakawan (Hermawan, Rahman, 2006)
1. Aspek profesional,
meliputi hal mengenai pustakawan yang harus mempunyai pendidikan
formal ilmu pengetahuan, pustakwan dituntut gemar membaca, terampil, kreatif,
cerdas, tanggap, berwawasan luas, berorientasi kedepan, mampu menyerap ilmu,
obyektif (berorientasi pada data), tetapi memerlukan disiplin ilmu tertentu di
pihak lain, berwawasan lingkungan, mentaati etika profesi pustakwan,
mempunyai motivasi tinggi, berkarya di bidang kepustakawanandan mampu
melaksanakan penelitian dan penyuluhan.
2. Aspek kepribadian dan perilaku,
meliputi pustakawan harus bertaqwa kepada Tuhan YME, bermoral
pancasila, mempunyai tanggungjawab sosial dan kesetiakawanan, memiliki etos
kerja yang tinggi, mandiri, loyalitas tinggi terhadap profesi, luwes, komunikasi,
bersikap suka melayani, ramah dan simpatik, terbuka terhadap kritik dan saran,
selalu siaga dan tanggap terhadap kemajuan dan perkembangan ilmu dan
teknologi.

Universitas Sumatera Utara

2.5.4

Kualitas Pustakawan
kualitas pustakawan yaitu :
a. Pustakawan mengadakan pembinaan disekolah, perguruan tinggi,
instansi pemerintah/swasta, lembaga dan organisasi masyarakat,
b. Pustakawan mengikuti pengabdian pada masyarakat dan penelitian
ilmiah,
c. Pustakawan ikut serta dalam proses belajar mengajar,
d. Pustakawan terus menerus mempelajari dan mengikuti
perkembangan teknologi serta meletakkan dasar perekonomiannya
pada pengelolaan informasi,
e. Pustakawan ikut serta membantu menyediakan literatur kepada
peneliti,
f. Pustakawan proaktif mencari solusi minat baca masyarakat melalui
display koran pengumuman yang diletakan lingkungan kantor,
taman, dan lingkungan perkampungan,
g. Pustakawan harus mampu memimpin dan menyusun program
organisasi IPI yang berorientasi kepada anggotanya.

2.6 Pengertian Pelayanan
Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada konsumen
itu sendiri. Seperti halnya Menurut Kotler (2008, 83) pelayanan adalah setiap
tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang
tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering.

2.6.1 Pelayanan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Kegiatan pelayanan pengguna perpustakaan merupakan hal yang paling
pokok dan penting bagi sebuah perpustakaan perguruan tinggi yang merupakan
ujung tombak dari keberhasilan penyelenggaraan perpustakaan. Layanan
perpustakaan berarti layanan yang diberikan kepada pembaca dalam memperoleh
informasi dengan cepat, tepat sehingga pengguna mudah untuk menemukan bahan
pustaka/informasi sesuai dengan kebutuhan mereka.

Universitas Sumatera Utara

Perguruan tinggi yang berkualitas, baik negeri maupun swasta tentunya
memiliki perpustakaan, dimana perpustakaan tersebut memiliki pelayanan
perpustakaan.
Definisi pelayanan perpustakaan dalam buku Perpustakaan perguruan
Tinggi : Buku Pedoman (2004, 71) dinyatakan bahwa:
Layanan perpustakaan adalah pemberian informasi dan fasilitas perpustakaan
kepada pengguna melalui layanan perpustakaan. Melalui layanan perpustakaan
pengguna dapat memperoleh hal berikut:
1. Informasi yang dibutuhkan secara optimal dari berbagai media
2. Manfaat berbagai alat bantu penelusuran yang tersedia
Adapun menurut Undang-Undang No 43 Tahun 2007 pasal 14 mengenai
pelayanan perpustakaan, bahwa :
1. Layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi
kepentingan pemustaka.
2. Setiap perpustakaan menerapkan tata cara layanan perpustakaan
berdasarkan standar nasional perpustakaan.
3. Setiap perpustakaan mengembangkan layanan perpustakaan sesuai dengan
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
4. Layanan

perpustakaan

sebagaimana

dimaksud

pada

ayat

(1)

dikembangkan melalui pemanfaatan sumber daya perpustakaan untuk
memenuhi kebutuhan pemustaka.
5. Layanan perpustakaan diselenggarakan sesuai dengan standar nasional
perpustakaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pemustaka.
6. Layanan

perpustakaan

terpadu

diwujudkan

melalui

kerja

sama

antarperpustakaan.
7. Layanan perpustakaan secara terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
dilaksanakan melalui jejaring telematika.

Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Jenis Pelayanan Perpustakaan
Jenis pelayanan pengguna yang diberikan perpustakaan akan menentukan
mutu dari pelayanan perpustakaan tersebut. Menurut Buku Pedoman Perpustakaan
Perguruan Tinggi (2004:71), jenis-jenis layanan pengguna adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan sirkulasi
2. Pelayanan referensi
3. Layanan multimedia
4. Pelayanan jasa kesiagaan informasi
5. pelayanan pendidikan pengguna

Universitas Sumatera Utara