Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara

(1)

LEMBAR KUESIONER

PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI (BPAD) PROVINSI SUMATERA UTARA

I. Keterangan Kuesioner

1. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data objektif dari responden 2. Kuesioner ini terdiri dari 10 pertanyaan

II. Petunjuk Pengisian X

Pilihlah jawaban yang andan anggap paling sesuai menurut pendapat Sdr/i dengan cara memberi tanda silang (X) pada jawaban yang kami tawarkan.

A. Sikap Dasar Pustakawan

1. Apakah anda berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyrakat pada umurnyta dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Apakah anda berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

3. Apakah anda mampu membedakan tugas profesi anda dengan kepentingan pribadi anda?

a. Selalu b. Sering


(2)

4. Apakah anda bersikap dan bekerja sesuai kompetensi yang anda miliki serta memutuskan sesuatu sesuai pertimbangan yang berlandaskan prinsip-prinsip profesionalisme pustakawan?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

5. Apakah anda menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

6. Apakah anda bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pengguna pemustaka/ perpustakaan baik dalam ucapan maupun dalam tindakan?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

B. Hubungan Dengan Pengguna/ Pemustaka

7. Apakah saudara menyediakan akses informasi yang tak terbatas kepada pengguna/ pemustaka?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah


(3)

8. Apakah anda turut aktif dan bertanggung jawab dalam pengembangan perpustakaan? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

9. Apakah anda melindungi hak privasi pengguna/pemustaka dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

10.Apakah anda menegakkan dan menghormati hak milik intelektual? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Pengertian Pustakawan. Medan : Universitas Negeri Sumatera Utara

Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta : Rineka Cipta.

Azis, Afrizal. 2006. Pustakawan Sebagai Tenaga Profesional di Bidang Perpustakaan, Informasi dan Dokumentasi. (JKDMM: Jurnal Kepustakawanan dan Masyarakat

Membaca. Volume 22. Nomor 1 Januari-Juni 2006. P. 39-50 Benge, Ronald C. 1972. Libraries and Cultural Change. USA : The Shoe String Press.

Bertens, K. 2005. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 2004. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI.

Ernawan, Erni R. 2007. Business Ethics. Bandung: Alfabeta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset.

Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan: USU Press. Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. 2006. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan

Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia.Jakarta: Sagung Seto. Julia. 2013. Kode Etik Bidang Informasi Teknologi: Etika Profesi.

<http://julia.staff.ipb.ac.id/kode-etik-bidang-information-teknologi-etika-profesi/>diakses tanggal 20 Januari 2016

Kamus Bisnis. 2014. Kode Etik. <http://kamusbisnis.com/arti/kode-etik/> diakses tanggal

27 Januari 2016. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika Dan Hukum Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Rismawaty. 2008. Kepribadian & Etika Etika Profesi. Jakarta: Graha Ilmu.

Poerwadarminta,W,J,S 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pendit, Putu Laxman. 1992. “Kepustakawanan Indonesia : Potensi dan Tantangan”. Jakarta : Kesaint Blanc.


(5)

Saleh, Abdur Rahman. 2001. Pelayanan Perpustakaan. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta Samosir, Zurni (2004). Konsep Dasar Ilmu Perpustakaan.

<repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1789/1/konsep-zurni.pd>. Diakses 3 Maret 2016.

Santoso, Joko. 2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung

Simorangkir, O.P. 2003. Etika : Bisnis, Jabatan, Dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarsono, Blasius. 2006. Antologi Kepustakawanan Indonesia.Jakarta: Sagung Seto. Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Suwarno, Wiji. 2010. Ilmu Perpustakaan & Kode Etik Pustakawan. Jogjakarta: Ar-Russ

Media.

Sutarno, NS. 2003. Perpustakaan dan Masyrakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sutarno, NS (2006). Manajemen Perpustakaan.Jakarta. Sagung.

--- . 2010. Pengantar Dasar Kepustakaan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Syahrial-Pamuntjak, Rusina. 2000. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Jakarta: Djambatan.

Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 18 Tahun 1988 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya.

Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 33 Tahun 1990 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya.

Surat Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara No. 132 Tahun 2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya.

Tjitropranoto, Prabowo. 1995. Kriteria Sumber Daya Manusia di Perpustakaan. Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol. IV (2).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Yazid. 1999. “Pemasaran jasa : konsep dan implementasi”. Yogyakarta : Ekonisia. Yusuf, Taslimah.1996. Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta. Universitas Terbuka.


(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sugiyono (2010, 29) “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya yang berlaku untuk umum.”

Hal senada juga dikemukakan Notoatmodjo (2010, 36) metode penelitian deskriptif adalah :

Suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan dan laporan.

Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti akan melakukan pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan analisis data, membuat kesimpulan daln laporan secara deskriptif dalam membuktikan, dan menemukan pemecahan masalah dari penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara, Jalan Sultan Ma‟mun Ar-Rasyid (Jl. Brigjend Katamso) No.45 K Medan. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan objek yang akan diteliti dan memberikan informasi bagi peneliti. Sugiyono (2008;115) menyatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.


(7)

Populasi adalah kelompok dimana seseorang peneliti akan memperoleh hasil penelitian yang dapat disamaratakan (digeneralisasikan), suatu populasi mempunyai sekurang-kurangnya satu karakteristik yang membedakan populasi itu dengan kelompok-kelompok lain. (Darmadi 2011, 46).

Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan pustakawan pada layanan pengguna Perpustakaan Umum BPAD Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 7 orang

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2010, 62), “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Dalam menentukan besarnya sampel, peneliti menggunakan teknik total sampling. Sehingga sampel yang digunakan sesuai jumlah populasi yang ada yaitu orang. Menurut Sugiyono (2010,85), “Total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain dari total sampling adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua pustakawan pada layanan pengguna Perpustakaan Perpustakaan Umum BPAD Provinsi Sumatera Utara, teknik pengambilan adalah total sampling sehingga sampel berjumlah 7 orang 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Untuk mengumpulkan data tersebut peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, sebagai berikut:

1. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data (tertulis dalam lembar kuesioner) dengan cara memberikan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penelitian yaitu tentang sikap dasar pustakawan dan hubungan dengan pemustaka/pengguna.

2. Studi Kepustakaan, yaitu mengumpulkan data melalui berbagai bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data dapat diperoleh dari buku, jurnal, artikel


(8)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Ada pun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner.

2. Data sekunder, yaitu data yang mendukung data primer yang diperoleh melalui buku, jurnal, artikel lepas, laporan penelitian, internet ataupun dari dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari beberapa hal yang berhubungan dengan penelitian. Menurut Sugiyono (2010, 312) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Setiap kuesioner berisi pertanyaan yang memuat berbagai indikator variabel penelitian.

Menurut Arikunto (2006, 150) “kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang dia ketahui”.

Jenis kuesioner pada penelitian ini adalah kuesioner langsung yaitu dimana pertanyaan langsung diberikan kepada responden.


(9)

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Kuesioner Variabel Kode Etik Pustakawan Variabel Indikator Nomor Item Angket Jumlah Kode Etik

Pustakawan

1. Sikap dasar pustakawan

2. Hubungan dengan pengguna/pemustaka

1,2,3,4,5,6 7,8,9,10

6 4

Jumlah 10

3.7 Analisis Data

Semua data yang berasal dari kuesioner diolah sehingga menghasilkan deskripsi jawaban yang akan dipersentasekan. Data yang terkumpul dari penyebaran kuesioner dianalisis menggunakan metode deskriptif. Data tersebut disusun ke dalam tabel kemudian dihitung persentasenya. Penghitungan persentase menggunakan tafsiran data dengan menggunakan rumus. Setelah data dipersentasekan, kemudian dikelompokkan atau ditabulasikan.

Untuk menghitung persentase jawaban yang diberikan responden, peneliti menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

F

P = ____ x 100% n

Keterangan :

P = Persentase

F = Jumlah jawaban yang diperoleh n = Sampel (Hadi 1981, 421)


(10)

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang dibuat dari tabel tabulasi data, maka peneliti menggunakan penafsiran sebagai berikut:

Jika memiliki persentase 1-25 % : Sebagian kecil Jika memiliki persentase 26-49% : Hampir setengah Jika memiliki persentase 50 % : Setengah

Jika memiliki persentase 51-75 % : Sebagian besar Jika memiliki persentase 76-99% : Pada umumnya


(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sikap Dasar Pustakawan

Kode etik pustakawan Indonesia Pasal 3 menuangkan sikap dasar yang harus dimiliki oleh pustakawan sesuai dengan kode etik pustakawan Indonesia, sikap dasar berkaitan erat dengan karakter diri yang dimiliki oleh seorang pustakawan, karakter ini akan menentukan bagaimana sikap pustakawan bersikap dalam melaksanakan tugasnya terutama dalam melayani masyarakat sebagai pemustaka perpustakaan, untuk mengetahui sikap dasar pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat dari Tabel 4.1 – Tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.1: Melaksanakan Tugas

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

1.

Apakah anda berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyrakat pada umurnyta dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya?

Selalu 5 71,43%

Sering 2 28,57%

Kadang- Kadang

0 0%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Data dari Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebesar 5 (71,43%) responden menjawab berupaya melaksanakan tugas dengan cepat dan tepat, sedangkan sebanyak 2 (28,57%) responden menjawab sering berupaya melaksankan tugas dengan cepat dan tepat dan tidak ada (0%) responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah berupaya


(12)

melaksanakan tugas dengan cepat dan tepat. Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan bahwa pada umumnya Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara selalu berupaya melaksanakan tugas dengan cepat dan tepat karena Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara mengerti bahwa tugas pustakawan adalah melayani pemustaka dengan baik dan memberikan layanan kepada pemustaka secara cepat dan tepat.

Seorang pustakawan harus mengikuti semua perkembangan bidang ilmu terutama bidang pekerjaan masing-masing, untuk mengetahui apakah Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara berusaha untuk mempertahankan keunggulan kompetensinya dan berusaha mengikuti perkembangan dapat dilihat dari Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2: Mempertahankan keunggulan kompetensi dan berkewajiban mengikuti perkembangan

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

2.

Apakah anda berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan?

Selalu 3 42,86 %

Sering 3 42,86 %

Kadang- Kadang

1 14,28 %

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebesar 3(42,86 %) responden menjawab selalu mengembangkan ilmu yang dimilikinya, 3(42,86 %) responden menjawab sering, sedangkan 1 (14,28 %) responden menjawab kadang-kadang mengembangkan ilmu


(13)

yang dimilikinya, dan sebesar 0(0%) responden menjawab tidak pernah mengembangkan ilmu yang dimilikinya dibidang pekerjaan masing-masing. Berdasarkan persentase di atas dapat dinyatakan bahwa hampir setengah dari seluruh Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara pernah mengembangkan ilmunya dibidang pekerjaan masing-masing dan keahlianya hal ini karena semua pustakawan diikut sertakan dalam kegiatan pelatihan dan seminar pustakawan.

Selain memiliki kewajiban untuk menjalankan tugas sebagai seorang profesional, pustakawan juga memiliki kewajiban sebagai individu namun tetap dituntut untuk bersikap profesional, pustakawan dituntut untuk menempatkan diri kapan dia harus bertindak secara profesional dan kapan harus bertindak atas nama pribadi. Untuk mengetahui apakah Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara dapat membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi dapat dilihat pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3: Membedakan Tugas Profesi Dengan Kepentingan Pribadi

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

3.

Apakah anda mampu membedakan tugas profesi anda dengan kepentingan pribadi anda?

Selalu 3 42,86%

Sering 2 28,57%

Kadang- Kadang

2 28,57%

Tidak Pernah

0 0%


(14)

Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebesar 3(42,86%) responden menjawab sangat mampu membedakan yang mana tugas profesi dengan kepentingan pribadi, sedangkan sebanyak 2(28,57%) responden menjawab mampu membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi dan sebanyak 2(28,57%) responden menjawab kurang mampu membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi dan tidak ada (0%) responden menjawab tidak mampu membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi. Berdasarkan persentase di atas dapat diinterpretasikan bahwa hampir setengahnya Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara sangat mampu membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi hal ini dikarenakan Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara sudah profesional dalam melaksakan pekerjaan dan tidak menggabungkan urusan pribadi dengan tugas profesi, dan hampir setengahnya juga Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara yang kurang mampu membedakan tugas profesi dengan kepentigan pribadi hal ini dikarenakan Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara belum bisa memilah tugas profesi dengan kepentingan pribadi. Sudah menjadi suatu keharusan bahwa dalam memutuskan segala tindakan dan dalam melasanakan pekerjaan pustakawan harus mampu bersikap profesional, untuk mengetahui apakah Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara sudah bekerja secara profesional dapat dilihat pada Tabel 4.4:


(15)

Tabel 4.4: Bekerja Secara Profesional

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

4.

Apakah anda bersikap dan bekerja sesuai kompetensi yang anda miliki serta memutuskan sesuatu sesuai pertimbangan yang

berlandaskan prinsip-prinsip profesionalisme pustakawan?

Selalu 3 42,86%

Sering 1 14,28%

Kadang- Kadang

3 42,86%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Data pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebanyak 3(42,86%) responden menjawab bahwa pustakawan selalu bekerja secara profesional, sedangkan 1(14,28%) responden menjawab pustakawan pernah bekerja secara profesional, dan sebanyak 3(42,86%) responden menjawab pustakawan kadang-kadang bekerja secara profesional, dan 0(0%) responden menjawab tidak pernah bekerja secara profesional. Berdasarkan data di atas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara sudah bekerja secara profesional karena Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara dituntut untuk bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetisi yang dimiliki dan setiap tugas yang dibebankan dikerjakan secara profesional. Dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pustakawan, pustakawan harus bekerja bersih dan jujur, pustakawan tidak boleh menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadinya. Untuk mengetahui apakah Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara tidak pernah menyalahgunakan jabatan/kedudukan dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi dapat dilihat pada Tabel 4.5:


(16)

Tabel 4.5: Menyalahgunakan Posisi

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

5.

Apakah anda menghindarkan diri dari segala bentuk

penyalahgunaan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan?

Selalu 4 57,15%

Sering 2 28,57%

Kadang- Kadang

1 14,28%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Berdasarkan persentase di atas dapat diketahui bahwa sebanyak responden 4(57,15%) menjawab selalu menyalahgunakan kedudukannya, tidak ada responden 2(28,57%) menjawab sering, sedangkan responden 1(14,28%) menjawab kadang-kadang menyalahgunakan kedudukannya, dan responden 0(0%) menjawab tidak pernah menyalahgunakan jabatan/kedudukanya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesinya. Dari persentase di atas dapat dinyatakan setengah Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara tidak pernah menyalahgunakan wewenangnya kecuali atas jasa profesinya karena Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara sebisa mungkin menghindari diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan.

Dalam melayani pengguna, pustakawan harus bersikap sopan dan bijaksana, sopan dapat dilakukan misalnya dengan senyum dan salam kepada pemustaka. Sopan berjalan beriringan dengan bijaksana, sehingga diharapkan perilaku pustakawan dapat memuaskan pemustaka perpustakaan, untuk mengetahui apakah pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara bersikap sopan dan bijaksana dapat dilihat didalam Tabel 4.6:


(17)

Tabel 4.6: Bersikap Sopan dan Bijaksana

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

6.

Apakah anda bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pengguna/pemustaka

perpustakaan baik dalam ucapan maupun dalam tindakan?

Selalu 5 71,430%

Sering 1 14,28%

Kadang- Kadang

1 14,28%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Data pada Tabel 4.6 di atas dapat menunjukkan bahwa sebanyak 5 (14,28%) responden menjawab bersikap sangat sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka perpustakaan sedangkan 1 (14,28%) responden menjawab sering dan kadang-kadang sebanyak 1 (14,2%8) bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka, tidak ada (0%) responden menjawab kurang sopan dan tidak sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka perpustakaan baik dalam ucapan maupun perbuatan. Dari persentase di atas dapat dinyatakan hampir seluruhnya Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara selalu bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka perpustakaan baik dalam ucapan maupun perbuatan karena Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara mengerti bahwa setiap pekerjaan yang dilaksanakanya tidak lepas dari interaksi dengan orang lain, untuk menjaga martabat dan profesinya pustakawan harus bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka perpustakaan.


(18)

4.2 Hubungan Dengan Pemustaka

Kewajiban pustakawan menyangkut hubungan dengan pemustaka terdapat dalam kode etik Pustakawan Indonesia Pasal 4, pustakawan sebagai seorang profesional mempunya kewajiban untuk memperluas akses dan menyebarkan informasi seluas-luasnya kepada pemustaka perpustakaan, untuk mengetahui hubungan Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara dengan pemustaka dapat dilihat dari Tabel 4.7-Tabel 4.10:

Tabel 4.7: Menyediakan Akses Informasi

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

7.

Apakah anda menyediakan akses informasi yang tak terbatas kepada pemustaka

Selalu 4 74,15%

Sering 2 28,57%

Kadang- Kadang

1 14,28%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebanyak 4 (74,15%) responden menjawab selalu menyediakan akses informasi yang tak terbatas, sedangkan sebanyak 2 (28,57%) responden menjawab sering menyediakan akses informasi yang tak terbatas dan sebanyak 1(14,28%) responden menjawab kadang-kadang menyediakan akses informasi yang tak terbatas dan (0%) responden menjawab tidak pernah menyediakan akses informasi kepada pemustaka. Berdasarkan persentase di atas dapat diinterpretasikan bahwa pada umumnya 74,15% Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara menyediakan akses informasi yang tak terbatas kepada pemustaka perpustakaan. Pustakawan hendaknya dapat menjadi perantara


(19)

antara sumber informasi dengan pemustaka, selain itu pustakawan juga tidak boleh membeda-bedakan atau melalukan diskriminasi kepada pemustaka perpustakaan, pustakawan seharusnya melayani pemustaka secara iklas sehingga pemustaka merasa nyaman di perpustakaan, untuk mengetahui apakah Pustakawan BPAD Sumatera tara memberikan pelayanan secara iklas dapat dilihat pada Tabel 4.8:

Tabel 4.8 : Turut aktif serta bertanggung jawab dalam perkembangan perpustakaan

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

8.

Apakah anda turut aktif dan bertanggung jawab dalam pengembangan perpustakaan?

Selalu 4 57,15%

Sering 2 28,57%

Kadang- Kadang

1 14,28%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Data pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebanyak 4 (57,15%) responden menjawab selalu aktif dan bertanggung jawab dalam pengembangan perpustakaan 2 (28,57%) responden menjawab sering, dan 1 (14,28%) kadang-kadang menjawab sebanyak 0(0%) responden menjawab tidak pernah aktif dan bertanggung jawab dalam pengembangan perpustakaan. Berdasarkan persentase di atas dapat diinterpretasikan bahwa pada umumnya 57,15 % Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara telah aktif dan bertanggung jawab dalam pengembangan perpustakaan seperti pengelolahan koleksi/ bahan bacaan, mengikuti pelatihan perpustakaan dan acara seminar kepustakawanan. Tugas pustakawan untuk melindungi kerahasiaan dan privasi pengguna, baik berupa informasi yang dicari maupun


(20)

data pengguna itu sendiri, dengan melaksanakan kewajiban ini pustakawan akan mendapat kepercayaan masyarakat karena kerahasiaan dan privasi mereka terjamin, untuk mengetahui apakah Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara sudah melindungi hak privasi pemustaka dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari dapat dilihat dari Tabel 4.9

Tabel 4.9: Melindungi Hak Privasi Pemustaka dan Kerahasiaan Menyangkut Informasi Yang Dicari

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

9.

Apakah anda melindungi hak privasi pemustaka/pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari?

Selalu 7 100%

Sering 0 %

Kadang- Kadang

0 0%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Data pada Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebanyak 7(100%) responden menjawab selalu melindungi privasi dan kerahasiaan pemustaka, sebanyak 0(0%) responden menjawab sering melindungi privasi dan kerahasiaanpemustaka dan sebanyak 0(0%) responden menjawab kadang-kadang melindungi privasi dan kerahasiaan pemustaka dan (0%) responden menjawab tidak pernah melindungi privasi dan kerahasiaan pemustaka.


(21)

Berdasarkan persentase di atas dapat diinterpretasikan bahwa seluruhnya Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara melindungi hak privasi pemustaka dan kerahasiaan menyangkutinformasi yang dicari karena Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara mengerti bahwa pemustaka memiliki hak untuk dilindungi segala privasinya dalam hal informasi yang dicarinya.Hak milik intelektual merupakan hak milik seseorang atas karya yang dimilikinya dan hak tersebut juga dilindungi oleh undang-undang. Dalam menjalankan jewajiban ini, pustakawan harus menyediakan sumber informasi yang asli kepada pemustaka perpustakaan, dengan demikian pustakawan tidak akan merugikan pemiik hak intelektual tersebut. Untuk mengetahui jawaban Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara mengenai hak milik intelektual dapat dilihat pada Tabel 4.10


(22)

Tabel 4.10: Menegakkan dan Menghormati Hak Milik Intelektual

No Pertanyaan Pilihan

Jawaban

Frekuensi Persentase %

10.

Apakah anda menegakkan dan menghormati hak milik intelektual?

Selalu 7 100%

Sering 0 0%

Kadang- Kadang

0 0%

Tidak Pernah

0 0%

TOTAL 7 100%

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa sebesar 7 (100%) responden menjawab selalu menegakkan dan menghormati hak milik intelektual, 0(0%) responden menjawab sering, sedangkan sebanyak 0(0%) responden menjawab kadang-kadang dan 0(0%) responden menjawab tidak pernah menegakkan dan menghormati hak milik intelektual. Berdasarkan persentase diatas dapat dinyatakan sebagian besar Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara sudah menegakkan dan menghormati hak milik intelektual karena Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara Utara mengetahui bahwa semua informasi yang dikelola oleh Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara adalah karya yang memiliki kekuatan hukum untuk dilindungi.


(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang dan telah diuraikan pada bab sebelumnya penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Mengenai sikap dasar pustakawan yang terdiri dari:

a) Melaksanakan tugas yang sesuai dengan harapan masyarakat, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara telah sebagian berupaya sebaik mungkin dalam melaksanakan tugasnya dengan cepat dan tepat. b) Mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan mengikuti

perkembangan, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara hampir setengahnya mengikuti perkembangan tentang perpustakaan yaitu dengan mengikuti sertakan dalam kegiatan pelatihan dan seminar tentang pepustakaan .

c) Membedakan tugas profesi dengan kepentingan pribadi, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara masih setengahnya yang mampu membedakan tugas profesinya dengan kepentingan pribadi masing-masing.

d) Bersikap dan bekerja sesuai kompetensi serta memutuskan sesuatu berlandaskan prinsip profesionalisme pustakawan, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara sebagian besar sudah bekerja secara profesional karena adanya tuntutan yang dibebankan kepada mereka sebagai pustakawan.


(24)

e) Menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi ataupun golongan, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara setengahnya tidak pernah menyalahgunakan wewenangnya kecuali atas jasa profesinya.

f) Bersikap sopan dan bijakasana dalam melayani pemustaka/pengguna perpustakaan baik dalam ucapan maupun tindakan, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara masih sebagian yang bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pengguna perpustakaan.

2. Mengenai hubungan dengan pengguna /pemustaka yang terdiri dari:

a) Menyediakan akses informasi yang tak terbatas kepada pemustaka/pengguna, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara hampir seluruhnya telah meyediakan akses informasi yang akurat dan tak terbatas kepada pengguna tanpa membeda-bedakan pengguna dari kalangan apa saja serta bersikap ikhlas dalam melayani..

b) Turut aktif dan bertanggung jawab dalam pengembangan perpustakaan, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara sudah sebagia yang turut aktif dan bertanggung jawab dalam pengembangan perpustakaan seperti pengelolahan koleksi/ bahan bacaan, mengikuti pelatihan perpustakaan dan acara seminar kepustakawanan

c) Melindungi hak privasi pemustaka/pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara sudah semua pustakawan berupaya untuk bertanggung jawab dalam melindungi hak privasi dari para pengguna perpustakaan.

d) Menegakkan dan menghormati hak milik intelektual, penulis menyimpulkan bahwa responden ataupun pustakawan BPAD provinsi Sumatera Utara sudah semua pustakawan menegakkan dan menghormati hak milik intelektual karna seluruh


(25)

5.2 Saran

Berdasarkan pembahasan hasil dari kuesioner yang telah dilakukan, maka penulis mencoba untuk mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara diharapkan agar dapat meningkatkan lagi kinerja pelayanannya terkhusus pada layanan pengguna Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara.

2. Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara, dapat menjadikan kode etik putakawan sebagai pedoman dalam bekerja dan memajukan citra pustakawan lebih baik lagi kedepannya.

3. Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara diharapkan lebih memahami sikap dasar sebagai pustakawan serta hubungan dengan pengguna perpustakaan guna menjaga hubungan dengan pengguna perpustakaan supaya pengguna lebih merasa aman, nyaman dan senang untuk datang kembali mengunjungi perpustakaan BPAD Sumatera Utara.

4. Pustakawan BPAD Provinsi Sumatera Utara untuk bersikap lebih ramah dan mengayomi pengguna dalam mencari informasi.


(26)

BAB II

KAJIAN TEORITIS 2.1 Perpustakaan Umum

2.1.1. Perpustakaan Umum

Perpustakaan merupakan hal yang penting dalam setiap program pendidikan, dan penelitian. Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dengan dana umum tujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan informasi secara menyeluruh tanpa membedakan jenis kelamin, agama, ras, usia, pekerjaan dan kedudukan. Adapun pengertian perpustakaan umum menurut Sutarno (2003;2) perpustakaan umum adalah Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.

Sedangkan Santoso (2006;159) mengemukakan bahwa: Perpustakaaan umum adalah pusat informasi yang menyediakan pengetahuan dan informasi-informasi siap akses bagi penggunanya. Layanan perpustakaan umum disediakan dengan dasar kesamaan akses untuk semua orang tanpa memandang perbedaan umur, ras, gender, agama, kebangsaan, bahasa dan status sosial. Semua kelompok umur pemakai harus mendapatkan materi yang sesuai dengan kebutuhannya dan koleksi dan layanan harus bebas dari sensor politik, agama atau tekanan sosial.

Dari kedua uraian pendapat diatas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk melayani kepentingan umum dan memenuhi kebutuhan informasi masyarakat tanpa memebedakan umur, ras, gender, suku bangsa, agama yang dianut, bahasa, dan status sosial dalam mengakses pengetahuan dan informasi-informasi yang disediakan perpustakaan.


(27)

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum

UNESCO dalam Sudarsono (2006;158) mengeluarkan manifesto perpustakaan umum. Manifesto tersebut menyatakan bahwa ada 4 pokok penting tujuan perpustakaan umum, yaitu:

1. Kemerdekaan, kesejahteraan dan pembangunan masyarakat maupun perorangan adalah nilai dasar kemanusiaan. Ini hanya akan terwujud melalui tingkat kemampuan warga yang sadar informasi untuk melakukan hak demokratis dan dan memainkan peran aktifnya dalam masyarakat. Partisipasi konstruktif dan upaya pembangunan demokrasi sangat tergantung pada cukupnya pendidikan dan juga pada kemerdekaan akses yang tak terbatas pada pengetahuan, pemikiran dan budaya informasi.

2. Perpustakaan umum merupakan gerbang menuju pengetahuan, menyediakan kondisi awal bagi perorangan maupun kelompok sosial untuk melakukan kegiatan belajar seumur hidup, pengambilan keputusan mandiri dan pembangunan budaya.

3. Manifesto ini menyatakan keyakinan Unesco pada perpustakaan umum sebagai kekuatan yang menghidupkan budaya pendidikan dan informasi serta sebagai lembaga untuk membina kedamaian dan kesejahteraan spiritual melalui pemikiran manusia.

4. Oleh karena itu Unesco mendorong pemerintahan baik daerah maupun pusat agar mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan umum.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari perpustakaan umum adalah sebagai lembaga yang membina dan mendukung masyarakat dalam melakukan kegiatan belajar seumur hidup untuk menciptakan budaya pendidikan dan informasi. Oleh sebab itu pemerintah harus mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan.

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perpustakaan Umum

Untuk mencapai suatu tujuan perpustakaan umum harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Adapun tugas perpustakaan umum menurut Yusup (1995;24) adalah:

1. Mengumpulkan segala macam media cetak dan karya lainnya yang dihasilkan oleh daerah yang tercakup dalam wilayah koordinasinya.

2. Menghimpun semua jenis informasi kemudian mengolahnya untuk kepentingan pemanfaatan bagi masyarakat banyak, yaitu anggota masyarakat yang secara administratif terjangkau dalam pelayanannya.

3. Mengelola sumber-sumber informasi yang beragam pula sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang bervariasi.


(28)

Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000;5), Tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan umum adalah menghimpun semua informasi, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka untuk kepentingan pemnfaatan bagi masyarakat umum. Pendapat lain dikemukakan oleh Yusuf (1996;18) menyatakan bahwa tugas pokok perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melayani

kebutuhan bahan pustaka masyarakat. 2. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan

kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin. 3. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan

kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan

formal, nonformal, dan informal. 4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar

dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan umum adalah melayani kebutuhan masyarakat dengan menyediakan berbagai ragam bahan bacaan yang bermanfaat yang dapat mendorong masyarakat untuk terampil membaca sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.


(29)

2.2 Pengertian Pustakawan

Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustkaan atau ahli perpustakaan yang melaksanakan kegiatan mengumpulkan informasi, mengelolah dan menyebarluaskan kepada masyarakat. Kata pustakawan sendiri berasal dari kata “pustaka” dan “wan” diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat dengan dengan pustaka atau bahan pustaka.

Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah:

Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan. Sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan Lasa, HS. Librarian pustakawan, penyaji informasi adalah:

Tenaga profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi.

Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa :

Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperolehnya melalui pendidikan dan atau/pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.

Dari ketiga pendapat diatas dapat diketahui bahwa seorang pustakawan yang profesional dibidang perpustakaan telah memberikan pelayanan sesuai tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan.


(30)

Poerwadarminta dalam Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:

Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti pustakawan sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi.

Selanjutnya Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:

Perpustakan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pustakawan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenag dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

2.3 Profesi Pustakawan

Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi tertentu disebut profesional, sedangkan profesional sendiri mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Profesi pustakawan sering menimbulkan polemik di tengah masyarakat, bahkan di kalangan pustakawan sendiri. Tak banyak orang yang mengenal dan mengetahui siapa itu pustakawan dan apa pekerjaannya. Masyarakat umumnya tahu bahwa di perpustakaan ada pekerja yang memberikan layanan informasi, namun seringkali mereka tidak tahu siapakah yang disebut pustakawan itu.


(31)

Eksistensi tenaga profesional pustakawan telah diakui pemerintah secara resmi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara No.18/MENPAN/1988 tntang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustkawan dan diperbaharui dengan SK Menpan No.33 Tahun 1990 yang kemudian diperbaharui kembali dengan SK Menpan No.132 Tahun 2002. Para ahli atau pemerhati pustakawan pun secara jelas mengakui eksistensi pustakawan sebagai suatu profesi. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi, yaitu:

1. Keterampilan yang berdasar pada pengetahuan teoritis Seseorang profesional harus memiliki pengetahuan teoritis dan keterampilan

menegenai bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam pelaksanaanya atau prakteknya dlam kehidupan sehari-hari.

2. Asosiasi Profesional Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh

anggota profesi yang bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.

3. Pendidikan yang Ekstensi Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam

jenjang pendidikan tinggi. Seorang profesional dalam bidang teknik mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu pendidikan formal ataupun non formal.

4. Ujian Kompetisi Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk

lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.

5. Pelatihan Institusional Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk megikuti pelatihan institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui pengembangan profesional juga dipersyaratkan.

6. Lisensi Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.

7. Otonomi Kerja Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka

agar terhindar dari adanya intervensi dari luar.

8. Kode Etik Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan


(32)

9. Mengatur Diri Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur

tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi yang dihormati, atau mereka yang berkualitas paling tinggi.

10.Layanan Publik da Altruism

Diperolehnyapenghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi terhadap kesehatan masyarakat.

11.Status dan Imbalan yang tinggi Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan

imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

Benge (1972;222) berpendapat bahwa kebendapustakawanan adalah suatu kata benda yang berarti profesi atau suatu badan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari atau merupakan aplikasi ilmu pengetahuan terhadap kegiatan praktis. Kegiatan yang tercakup dalam kepustakawanan adalah:

1. Pengumpulan bahan pustaka 2. Pelestarian bahan pustaka 3. Pengorgnisasian bahan pustaka

4. Penyebaran sumber informasi yang dikandung bahan pustaka

Jika ditilik dari segi kualifikasiny pustakawan dibagi menjadi pustakawan profesional, semipofesional, dan teknisi (Sulistyo-Basuki, 1991;151-203). Pustakawan profesional adalah tenaga yang memiliki sertifikat atau diploma setingkat diploma 2 dalam ilmu perpustakaan, sedangkan teknisi merupakan tenaga perpustakaan yang berpendidikan SLTA ke bawah dengan pendidikan kepustakawanan satu tahun atau kurang.


(33)

Hal senada dinyatakan oleh Tjitropranoto (1995;29-30) yang menggambarkan tenaga profesional pustakawan berdasarkan keahlian dan ketrampilan dengan ciri sebagai berikut:

1. Mempunyai metodologi, teknik analisis, serta teknik dan prosedur kerja yang didasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan dan atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi.

2. Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.

3. Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan : tingkat keahlian bagi jabatan fungsional keahlian, tingkat keterampilan bagi jabatan fungsional keterampilan.

4. Pelaksanaan tugas bersifat mandiri

5. Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organsasi.

Menurut Kast (1990), pustakawan termasuk jenis profesi yang mengandung unsur inklusif yaitu jas profesi yang secara langsung menyentuh semua lapisan masyarakat. Sama dengan dokter, pustakawan berkewajiban melayani kebutuhan informasi semua masyarakat, tanpa memandang status apapun.

Senada dengan itu, Sulistyo-Basuki (1991) mendefenisikan profesi pustakawan mempunyai ciri sebagai berikut:

1.Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian. 2.Adanya struktur dan pola pendidikan yang jelas. 3.Adanya kode etik.

4.Adanya tingkat kemandirian.


(34)

Maka dapat dikatakan bahwa profesi pustakawan adalah suatu profesi yang menunjukkan tugas, bertnggung jawab, memiliki wewenang dan hak pustakawan didasarkan pada keahlian dan keterampilan dalam melaksanakan kegiatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang bersifat mandiri. Keahlian dan keterampilan di bidang perpustakaan atau kompetensi memadai yang dipersyaratkan di bidang perpustakaan menandakan profesi pustakawan menempati posisi dalam katagori profesi yang profesional.

Menurut Stress (1991;180) aspek profesionalitas pustakawan tidak berebeda dengan profesi lainnya dengan tolak ukur sebagai berikut:

1. Keterampilan kemampuan dan pengetahuan. Keterampilan mengacu pada kualitas penampilan dalam pelaksaan aktivitas kerja. Kemampuan menunjukkan ketajaman berpikir dalam mengemas dan menyelesaikan pekerjaan yang tepat. Pengetahuan berkaitan dengan wawasan di bidang perpustakaan serta bidang lainnya sebagai landasan terciptanya daya kreasi, gagasan atau prinsip-prinsp yang diperlukan.

2. Kedewasaan psikologis, behubungan dengan kesiapan mental pustakawan dalam menghadapi tugas serta tanggung jawab atas hasil serta konsekuensi pekerjaannya, selalu bersikap terbuka dalam menerima masukan atau kritik yang konstruktif. Berdasarkan pendapat diatas bahwa kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.

2.3.1. Etika Profesi

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “Ethikos” yang berarti timbul dari kebiasaan adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajasri yang menjanilai atau kualitas yang menjadi studi standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan


(35)

Menurut Soegarda Poerbakawatja berpendapat bahwa etika merupakan filsafat nilai yang meliputi pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan yang ada di dalam hidup manusia, terutama mengenai gerik-gerik pikiran serta rasa yang merupakan pertimbangan dari perasaan hingga mengenai tujuan dari bentuk perbuatan.

Salam (1997;1) juga membuat pengertian tentang etika adalah: sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok”

Menurut Simorangkir (2003 ; 3) etika pada umumnya diartikan sebagai

Suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan sasaran dalam hidup.

Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa etika adalah ilmu yang mengajarkan tentang baik dan buruk dalam mengendalikan pola perilaku hidup manusia baik secara pribadi maupun sebagai kelompok.

2.3.2. Prinsip-prinsip Etika Profesi

Seorang profesional dalam melakukan tugas dan kewajibannya selalu berhubungan erat dengan kode etik profesi yang dijadikan sebagai standar moral, tolak ukur, atau pedoman dalam melaksanakan pekerjaan, kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang berlaku untuk suatu profesi, prinsip-prinsip etika profesi yang dikemukakan oleh Salam (1997;142) yaitu:

1. Tanggung Jawab

Setiap orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu bersikap bertanggung jawab dalam dua arah yaitu terhadap pelaksanaan pekerjaan dan terhadap hasilnya, dan terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada umumnya.


(36)

2. Keadilan

Prinsip ini menuntut para profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Dalam rangka pelaksanaan sebuah profesi, tuntutan itu berarti di dalam menjalankan profesinya setiap orang profesional tidak boleh melanggar hak orang lain, atau pihak lain, lembaga atau negara sebaliknya, kaum profesional perlu menghargai hak pihak-pihak lain itu, sebagaimana ia sendiri mengharapkan agar pihak lain menghargai haknya serta hak kelompok atau perusahaan yang diwakilinya. Karena itu, jika dia tahu bahwa pelaksanaan profesinya akan melanggar hak orang atau pihak lain, maka ia harus menghentikan tindakan itu.

3. Otonomi

Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan profesinya, otonomi menuntut agar organisasi profesi secara keseluruhan bebas dari campur tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau pihak-pihak lain.

Pendapat lain prinsip-prinsip etika profesi, menurut Ernawan (2007:126) adalah: 1. Sikap Baik

Merupakan prinsip dasar etika. Prinsip etika baik mendasari semua norma moral. Hendaknya kita bernada positif dengan berbuat baik dengan memulai dengan kegiatan-kegiatan yang merupakan awal kesejahteraan terutama pada masyarakat. 2. Tanggung Jawab

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan berdasarkan standar profesi agar hasil yang dicapai efektif dan efisien serta dampaknya terhadap kehidupan orang lain. 3. Kejujuran

Kejujuran merupakan suatu jaminan dan dasar kepercayaan masyarakat terhadap para profesional.

4. Keadilan

Adil pada hakikatnya kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Prinsip ini mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama terhadap semua orang yang berada dalam situasi yang sama dan untuk menghormati hak semua pihak yang bersangkutan, serta menghargai martabat dan milik orang lain.


(37)

5. Hormat Pada Diri Sendiri

Manusia pada dasarnya wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini mempunyai dua arah, yaitu kita tidak membiarkan diri diperas, diperalat, atau diperbudak dan jangan sampai kita membiarkan diri kita tidak memanfaatkan potensi yang ada karena berarti kita telah menyia-nyiakan bakat dan kemampuan yang telah dianugerahka kepada kita.

6. Kesetiaan

Setia pada tujuan dan nilai-nilai luhur profesinya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip dari etika profesi yaitu tanggung jawab, keadilan, kesetiaan dan otonomi.

2.4 Kode Etik

Kode etik dilihat dari segi asal-usul kata terdiri dari dua kata yaitu kode dan etik, dalam bahasa Inggris terdapat berbagai makna dari kata code diantaranya tingkah laku, perilaku, peraturan perundang-undangan, dan kata etik bermakna sejumlah aturan moral atau prinsip prilaku untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah.

Menurut Simorangkir (2003;87) kode etik adalah:

Persetujuan bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih mengarahkan perkembangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang diharapkan.

Jadi kode etik adalah hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok tertentu, demi untuk kepentingan bersama dan kerukunan.

Sedangkan Salam (1997;150) mengemukakan kode etik merupakan

Ikhtisar mengenai nilai-nilai profesi yang menegaskan dan merinci aturan-aturan mengenai perilaku terhadap mana para anggotanya harus memihak dan melibatkan diri agar mereka tetap dapat berpenampilan baik dalam organisasi profesinya.

Pendapat lain pengertian kode etik menurut Soepardan (2007;38) adalah

Seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar dalam memutuskan dan melakukan tindakan profesi.


(38)

Dalam Kamus Bisnis (2014;1) pengertian kode etik adalah:

Seperangkat aturan yang jelas dan tertulis sebagai pedoman bagi para manajer, karyawan, dan agen dari suatu organisasi dalam berperilaku.

Pengertian kode etik juga dikemukakan oleh Suwarno (2010;92) yaitu, sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa yang baik bagi profesional.

Dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 1, kode etik pustakawan Indonesia merupakan:

1. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap pustakawan dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pustakawan;

2. Etika profesi pustakawan yang menjadi landasan moral yang dijunjung tinggi, diamalkan dan diamankan oleh setiap pustakawan;

3. Ketentuan mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas kepada diri sendiri, sesama pustakawan, pengguna, masyarakat dan negara.

Sehingga dapat dikemukakan bahwa pengertian dari kode etik adalah seperangkat standar aturan tingkah laku yang dibuat oleh organisasi profesi yang menjadi landasan perilaku anggotanya dalam menjalankan tugas dan profesinya.


(39)

2.4.1 Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan organisasi profesi menciptakan kode etik suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Hermawan dan Zen (2006;84) memberikan penjabaran mengenai tujuan kode etik dari suatu organisasi profesi yaitu:

1. Menjaga Martabat dan Moral Profesi

Salah satu hal yang harus dijaga oleh suatu profesi adalah martabat dan moral. Agar profesi itu mempunyai martabat yang perlu dijaga dan dipelihara adalah moral. Profesi yang mempunyai martabat dan moral yang tinggi, sudah pasti akan mempunyai citra atau image yang tinggi pula di masyarakat. Untuk itu, profesi membuat kode etik yang akan mengatur sikap dan tingkah laku anggotanya, mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu kode etik profesi sering disebut juga sebagai kode kohormatan profesi, jika kode etik dilanggar maka nama baik profesi akan tercemar, berarti merusak martabat profesi.

2. Memelihara Hubungan Antar Profesi

Kode etik juga dimaksudkan untuk memelihara hubungan antar anggota. Dalam kode etik diatur hak dan kewajiban kepada antar sesama anggota profesi. Satu sama lain saling hormat menghormati dan bersikap adil, serta berusaha meningkatkan kesejahteraan bersama. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan mampu mendukung keberhasilan bersama.

3. Memelihara Hubungan Anggota Profesi

Dalam kode etik dirumuskan tujuan pengabdian profesi, sehingga anggota profesi mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, biasanya kode etik merumuskan ketentuan bagaimana anggota profesi melayani masyarakat. Dengan adanya ketentuan itu, para anggota profesi dapat meningkatkan pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan tanah air serta kemanusiaan.

4. Meningkatkan Mutu Profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat kewajiban agar para

anggota profesinya berusaha untuk memelihara dan meningkatkan mutu profesi. Selain itu, kode etik juga mengatur kewajiban agar para anggotanya mengikuti perkembangan zaman. Setiap anggota profesi berkewajiban memelihara dan meningkatkan mutu profesi, yang pada umumnya dilakukan dalam wadah organisasi profesi.


(40)

5. Melindungi Masyarakat Pemakai

Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat. Melalui kode etik yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa. Ketika ada anggota profesi melakukan sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai pekerja profesional, maka kode etik adalah rujukan bersama.

Sejalan dengan pendapat Hermawan dan Zen, pendapat lain tujuan dari kode etik menurut Soepardan (2007;40) menyatakan bahwa tujuan kode etik adalah sebagai berikut:

1. Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra Profesi

Image pihak luar atau masyarakat terhadap satu profesi perlu dijaga untuk mencegah pandangan merendahkan atau meremehkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar sehingga kode etik disebut juga “kode kehormatan”.

2. Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggota

Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental. Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan larangan-larangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan. Kode etik juga menciptakan peratuan-perauran yang mengatur tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama anggota profesi.

3. Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi

Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian profesinya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketetuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

4. Meningkatkan Mutu Profesi Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi.

Hal ini juga dikemukakan oleh Ernawan (2007;125) tujuan dibuatnya kode etik adalah, menjunjung martabat profesi atau memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan


(41)

mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan kesejahteraan material para anggotanya.

Sehingga maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik yaitu: a. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral.

b. Menjaga dan meningkatkan keterampilan teknis.

c. Melindungi kesejahteraan materil dari para pengemban profesi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan dibuatnya kode etik profesi yaitu untuk menjunjung moral dan martabat dari suatu profesi, meningkatkan mutu dari profesi, memelihara hubungan dan meningkatkan kesejahteraan para anggota.

2.4.1.1 Fungsi Kode Etik

Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pelindung dan pengembangan bagi profesi. Menurut Julia (2013;3) ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik yaitu:

1. Kode etik memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

2. Kode etik merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja.

3. Kode etik mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.

Pendapat lain fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Ernawan (2007;125) yaitu:


(42)

2. Sarana kontrol sosial.

3. Pengemban patokan yang lebih tinggi. 4. Pencegah kesalahpahaman dan konflik.

Sedangkan Soepardan dan Hadi mengemukakan (2007;39) kode etik berfungsi sebagai berikut:

1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik.

2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan dalam memberi pelayanan.

3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri.

4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi teman sejawat.

5. Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral. 6. Menginformasikan kepada profesional tentang nilai dan standar profesi.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa fungsi dari kode etik yaitu sebagai sarana kontrol sosial, memberikan pedoman dan panduan bagi anggota profesi, untuk mencegah kesalah pahaman dan untuk mengevaluasi diri.

2.4.2 Kode Etik Pustakawan

Kode etik pustakawan di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), sehingga setiap pustakawan harus tunduk dan taat pada kode etik pustakawan Indonesia, dengan demikian kode etik pustakawan menjadi milik seluruh anggota profesi pustakawan.

Kode Etik Pustakawan Indonesia terdiri dari beberapa bagian yaitu: 1. Mukadimah.

2. Bab I berisi tentang ketentuan umum. 3. Bab II berisi tentang tujuan.

4. Bab III berisi tentang sikap dasar pustakawan, hubungan dengan pengguna, hubungan antar pustakawan, hubungan dengan pustakawan, hubungan pustakawan dengan organisasi profesi, hubungan pustakawan dalam masyarakat, pelanggaran, pengawasan dan ketentuan lain.


(43)

2.4.2.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan

Kode etik pustakawan mengatur dan sebagai pedoman kerja bagi pustakawan, tujuan kode etik pustakawan adalah agar pustakawan profesional dalam memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemustaka. Beberapa tujuan dari kode etik pustakawan menurut Hermawan dan Zen (2006;84) yaitu:

1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara.

2. Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu martabat dan kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai-nilai moral yang dianut oleh masyarakat.

3. Meningkatkan mutu profesi pustakawan; untuk dapat memberikan layanan kepustakawan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui pendidikan formal, non-formal atau informal.

4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada masyarakat; mendapatkan informasi, adalah merupakan hak setiap orang, maka pustakawan sebagai pekerja harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Tujuan kode etik pustakawan yang tertuang dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 2 adalah:

1. Membina dan membentuk karakter pustakawan.

2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial

3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara anggota dengan masyarakat. 4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra

pustakawan.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan dari kode etik pustakawan adalah menjaga martabat pustakawan, meningkatkan mutu dari profesi pustakawan, meningkatkan kualitas layanan dan mencegah kesalah pahaman dan konflik antar anggota dan masyarakat.


(44)

2.4.2.2 Manfaat Kode Etik Pustakawan

Kode etik memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan masyarakat, menurut Hermawan dan Zen (2006:101) memberikan penjelasan secara rinci manfaaat kode etik adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Bagi profesi

Manfaat kode etik bagi profesi adalah sebagai berikut ; a. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.

b. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan bertanggung jawab.

c. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.

d. Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi.

e. Meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang disajikan terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.

f. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan efektif.

g. Mendorong para pustakawan untuk memahami tanggung jawab individual untuk melibatkan diri dan mendukung assosiasi profesi mereka.

2. Manfaat Bagi Anggota

Manfaat kode etik bagi anggota profesi adalah sebagi berikut:

a. Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas profesinya.

b. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik. c. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para anggota. d. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan reputasi. e. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.

f. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan pemakai, pustakawan dan atasan.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Manfaat kode etik bagi masyarakat adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.

b. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkannya. c. Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi.

d. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya.

e. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang diberikan.

f. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload). g. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.


(45)

2.4.3 Substansi Kode Etik Pustakawan Indonesia

Dalam kode etik pustakawan Indonesia memiliki substansi yang dijabarkan dalam berbagai kewajiban yang dimiliki pustakawan, yaitu sikap dasar pustakawanan, hubungan dengan pengguna, hubungan antar-pustakawan, hubungan dengan perpustakaan, hubungan pustakawan dengan organisasi profesi, dan hubungan pustakawan dengan masyarakat.

2.4.3.1 Sikap Dasar Pustakawan

Kode etik pustakawan yang ditetapkan IPI pada Pasal 3 menuangkan beberapa sikap dasar, menurut Suwarno (2010;115) substansi kode etik pustakawan dalam sikap dasar pustakawan yaitu:

a. Berupaya melaksanakan tugas yang sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya. Tugas pustakawan adalah melayani pemustaka denga baik. Maka dalam kode etik ini, pustakawan dituntut untuk dapat menyerap aspirasi masyarakat pemustaka untuk kemudian memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya.

b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah seorang yang telah memiliki ilmu dibidang perpustakaan artinya, ia memiliki dibidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu terutama bidang kepustakawanan.

c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi. Pustakawan adalah manusia yang hidup sebagai makhluk pribadi dan sosial. Kaitannya dengan profesi pustakawan, pustakawan selain bertanggung jawab


(46)

terhadap dirinya, ia bertanggung jawab dengan profesi pustakawan yang disandangnya.

d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan pertimbangan profesional. Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan sesuatu harus dipertimbangkan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalisme.

e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi. Pustakawan bukan profesi yang profit, keuntungan yang didapat pustakawan berasal dari jasa profesi yang telah dilakukannya. Hal ini mengisyaratkan sebagai larangan kepada pustakawan untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang menyebabkan terganggunya nama baik profesi pustakawan, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme. Kode etik pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku jujur, bersih, dan menghindarkan diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunakan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.

f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan.Pustakawan adalah individu yang hidup di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi dan melayani masyarakat dengan baik, santun, dan bijaksana.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan menuangkan beberapa sikap dasar yaitu berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat , berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi, membedakan sikap hidup pribadi dan


(47)

tugas profesi, tindakan dan keputusan berdasarkan pertimbangan profesional, tidak menyalahgunakan kedudukan untuk mengambil keuntungan dan bersikap sopan dan bijaksana dalam melayani pemustaka.

2.4.3.2. Hubungan dengan Pengguna/Pemustaka

Kepentingan utama pustakawan adalah pemustaka, kewajiban pustakawan kepada masyarakat dimuat dalam kode etik pustakawan yang dikeluarkan IPI, Suwarno (2010:117) menjabarkan hubungan dengan pengguna/pemustaka meliputi:

1. Puskawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa pandang ras, agama, status sosial, ekonomi, politik, gender kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Hak perorangan atas informasi bermakna sebagai hak pemustakan mendapatkan informasi yang seluas-luasnya, dan kemudian menjadi tugas pustakawan untuk dapat memberikan pelayanan kepada pemustaka dengan sebaik-baiknya.

2. Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna informasi yang diperoleh dari perpustakaan.

Informasi yang diakses oleh pemustaka tidak dapat dideteksi oleh pustakawan, pemustaka juga dengan leluasa dapat menggunakan informasi yang diaksesnya untuk kepentingannya tanpa harus diketahui oleh pustakawan sebagai pengelola informasi di perpustakaan, dengan demikian, pustakawan dalam hal ini tidak bertanggung jawab terhadap informasi yang telah diakses oleh pemustaka, baik untuk kepentingan ilmiah maupun kepentingan lain sesuai dengan kebutuhan pemustaka.

3. Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari.

Melindungi hak privasi dan kerahasiaan yang disebut di sini bermakna bahwa pemustaka memiliki hak untuk dilindungi segala privasinya dalam hal informasi yang dicarinya. Dengan demikian, pustakawan dituntut untuk menjaga dan melindungi kerahasiaan tersebut. Dengan kata lain pustakawan harus menyembunyikan atau tidak mengumumkan sesuatu yang bersifat rahasia, terutama yang menyangkut informasi yang dicari oleh pemustakanya.

d. Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.

Sejalan dengan pustakawan yang memiliki kewajiban melindungi hak privasi pemustaka, pustakawan harus pula mengakui dan menghormati hak milik intelektual. Artinya, informasi yang dikelola oleh pustakawan, terutama yang menyangkut karya seseorang, baik sendiri maupun bersama-sama yang lain, berupa buku, majalah, kaset, disket, CD dan program komputer, dan lain sebagainya adalah karya yang memiliki kekuatan hukum untuk dilindungi, untuk itu pustakawan harus konsekuen dengan profesinya untuk melindungi hak cipta penulisannya dengan mencegah oknum-oknum yang ingin menggunakan karya tersebut untuk tujuan yang tidak sesuai dengan undang-undang.


(48)

pemustaka/pengguna atas informasi, pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna/pemustaka atas informasi yang diperoleh dari perpustakaan, pustakawan berkewajiban melingungi hak privasi pengguna/pemustaka dan kerahasiaan menyangkut informasi yang dicari dan pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual. 2.4.4 Kode Etik dalam Prilaku Pustakawan

Untuk mewujudkan tujuan kode etik pustakawan, kode etik telah menetapkan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pustakawan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, karena kode etik merupakan kaidah umum, maka kode etik tersebut perlu dijabarkan dan diterapkan ke dalam prilaku pustakawan, sehingga dapat dengan mudah dilaksanakan dalam pelaksanaan tugasnya.

Hermawan dan Zen (2006:123) menjabarkan kode etik perlu diterapkan dalam berbagai kegiatan berikut:

1. Pergaulan di Masyarakat

Di dalam masyarakat, pustakawan harus bersikap luwes dan tidak kaku. Ia harus memiliki perilaku yang baik antara lain sopan santum, sabar dan tidak murah marah, suka menolong, menghormati orang lain, penuh perhatian, tidak egois, memiliki sikap tenggang rasa, percaya diri dan komunikatif.

2. Pelayanan kepada Masyarakat

Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, pustakawan harus mengenal masyarakat pengguna, luwes dalam melayani, mengetahui kemauan pengguna, mempromosikan produk layanan, melayani sampai tuntas, tidak memaksakan kehendak, melayani dengan wajah ceria, menjamin kerahasiaan, mau mendengarkan keluhan, tidak berprasangka negatif, dan suka mengucapkan terimakasih.

3. Hubungan Dengan Rekan Sejawat

Selain berhubungan baik dengan masyarakat, pustakawan juga hendaknya menjaga dan memelihara hubungan baik dengan rekan sejawat sehingga akan tercipta suasana yang harmonis diantara pustakawan. Oleh karena itu, pustakawan perlu memperhatikan sikap mereka, antara lain tidak sombong atau rendah diri, tidak suka menyakiti, serta mampu menempatkan diri.

4. Hubungan Dengan Atasan

Pustakawan hendaknya menciptakan hubungan yang baik juga dengan atasan. Untuk dapat bekerja sama yang baik dengan atasan, pustakawan seharusnya loyal terhadap pekerjaannya dan lebih suka memberi solusi daripada masalah.

5. Penampilan Pribadi

Dalam melayani masyarakat, pustakawan juga perlu memperhatikan penampilan pribadinya. Penampilan pustakawan yang diharapkan yaitu bersikap wajar atau tidak berlebih-lebihan, jujur, berpakaian sopan, tampil tenang, murah senyum, bertutur kata


(49)

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan harus diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari yaitu dalam pergaulan di masyarakat, dalam pelayanan kepada masyarakat, membina hubungan baik dengan atasan dan rekan sejawat, dan dalam penampilan saat bekerja.


(50)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perpustakaan merupakan salah satu alat media untuk mendapatkan informasi. Dan tentu saja sebuah perpustakaan tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa adanya media dan sumber daya manusia, yaitu pustakawan. Melimpahnya informasi dalam berbagai jenis maupun bentuk media, mengharuskan pustakawan untuk melakukan perubahan terhadap perpustakaan. Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi pustakawan dalam memberikan kontribusi kinerja yang memuaskan sesuai dengan harapan pengguna. Pustakawan yang mempunyai kinerja yang baik, tentunya akan menunjang kemajuan suatu perpustakaan, karena pada hakikatnya prinsip kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi sesuai etika dan moral serta tidak melanggar hukum.

Pelayanan pustakawan yang seharusnya mencerminkan kode etik pustakawan yaitu yang pertama adalah harus bersikap sopan, ramah, melayani dengan wajah ceria dan komunikatif kepada pengguna; yang kedua adalah pustakawan dalam memberikan pelayanan kepada penggunaa harus mampu bersikap luwes, kemudian berusaha mengetahui kemauan dari pengguna; yang ketiga adalah memberikan pelayanan sampai tuntas, kemudian menjamin kerahasiaan informasi yang dicari oleh pengguna. Kegiatan di atas juga merupakan usaha pustakawan dalam meningkatkan kualitas kinerjanya dalam pelayanan pustakawan, sehingga upaya tersebut akan benar-benar terwujud dan pustakawan diharapkan menerapkan kode etik pustakawan dalam memberikan pelayanan. Kode etik pustakawan di Indonesia lahir setelah melalui berbagai perkembangan selama dua puluh tahun melalui kongres yang diadakan di berbagai kota. Ikatan Pustakawan Indoesia (IPI) menyadari perlu adanya kode etik yang dapat dijadikan sebagai pedoman perilaku bagi para anggotanya dalam melaksanakan tugas melayani masyarakat.


(1)

PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN DI BADAN PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI (BPAD) PROVINSI SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam

Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi

Oleh :

MORINA URSULA SITOHANG 080709028

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERAUTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Sitohang, Morina Ursula. 2016. Penerapan Kode Eti Pustakawan dsi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara. Medan: Departemen Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan pada layanan pengguna Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan kode etik pustakawan di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dimana pengambilan sampel menggunakan total sampling, yaitu sebanyak 7 orang dengan pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan studi kepustakaan.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan kode etik pustakawan pada perpustakaan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD) sudah diterapkan karena pustakawan Badan Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD) sudah memahami kode etik pustakawan dan menerapkan dalam melaksanakan pekerjaan, tetapi masih ada beberapa point dari kode etik yang belum di laksanakan secara maksimal yaitu hanya sedikit pustakawan yang tetap mengembangkan ilmunya.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Bunda Maria dan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara.”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dalam berbagai hal, baik dalam penyajian maupun penguraiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta terdapat penelitian yang lebih baik pada masa yang akan datang.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa restu kedua orang tua dan keluarga yang tak habis-habisnya memberi dukungan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada Bapak D.Sitohang, S.Pd dan Mamak R.Tambunan, Kakak dan Abang Edgar, Kembaranku Mai, Adik-adikku (Gisel, Putra, Dolly, Iwan) yang telah memberikan doanya, motivasinya, kasih sayangnya serta dukungan moral maupun materil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam usaha menyelesaikan skripsi, penulis banyak memperoleh bimbingan, saran, arahan nasehat serta bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat diiringi ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Hotlan Siahaaan S.Sos, M.I.Kom selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan bimbingan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Belling Siregar, SS., M.Lib., selaku dosen yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Himma Dewiyana, S.T, M.Hum, selaku dosen penguji I penulis yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ishak, S.Sos., M.Hum. selaku Dosen Akademik dan Penguji II, dimana beliau telah memberikan waktu, masukan, dukungan, petunjuk dan nasehatnya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

5. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya dan Doen Pembimbing II, dimana beliau telah banyak memberikan bimbingan.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan. 7. Bapak/Ibu pimpinan dan seluruh staf Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

(BPAD) Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan informasi yang penulis butuhkan selama penelitian.

8. Bapak Dr. Syahron Lubis M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

9. Bang Yudi (by) sebagai staf pegawai Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Buat Robby Yonas Batubara S.E terima kasih buat dukungan, doa, dan semangat yang diberikan, serta kesetiaan untuk mendengar segala keluh kesahku ataupun curhatku selama penulisan skripsi ini.

11.Buat sahabat sekaligus saudara yang selalu ada dalam suka dan duka Onnok, Donda, Afri, Osin, Lia, Anggi, Bang Jos, Lyza, Denhas, Henny, Wina, Lena, Priscilla, Melput, dan yang semua teman tidak bisa disebut satu persatu.

12.Buat teman-teman IMPUS (tetap dihati) semuanya, terimakasih buat yang pernah dijalani sama-sama terutama dalam penyusunan skripsi ini terkhusus buat „Bangke‟, roy komba, pradana, monalisa, anak Ekstensi Perpustakaan semua.

13.Buat semua keluarga besar Sitohang (Op.Eva dan semua bou-bouku) dan keluarga

Tambunan (Mak‟uwoku yang di surga, Tante dan Uda Gisel yang tak henti-hentinya memberi dukungan, doa serta semangat yang tak pernah putus kepada penulis.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, April 2016 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

1.5 Ruang Lingkup... 4

BAB II KAJIAN TEORITIS... 5

2.1 Perpustakaan Umum... 5

2.1.1 Pengertian Perpustakaan Umum... 5

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum... 6

2.1.3 Tugas Perpustakaan Perpustakaan Umum... 6

2.2 Pengertian Pustakawan... 8

2.3 Profesi Pustakawan... 9

2.3.1 Etika Profesi... 14

2.3.2 Prinsip-prinsip Etika Profesi... 14

2.4 Kode Etik ... 16

2.4.1 Tujuan Kode Etik... 18

2.4.1.1 Fungsi Kode Etik... 20

2.4.2 Kode Etik Pustakawan ... 21

2.4.2.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan ... 22

2.4.2.2 Manfaat Kode Etik Pustakawan... 23

2.4.3 Substansi Kode etik Pustakawan ... 24

2.4.1.1 Sikap Dasar Pustakawan ... 24

2.4.1.2 Hubungan Dengan Pengguna/Pemustaka ... 26

2.4.4Kode Etik dalam Prilaku Pustakawan... 27

BAB III METODE PENELITIAN... 29

3.1 Metode Penelitian ... 29

3.2 Lokasi Penelitian... 29

3.3 Populasi ... 29

3.4 Sampel ... 29

3.5 Jenis dan Sumber Data... 31

3.6 Instrumen Penelitian ... 31

3.7 Analisis Data... 31

3.8 Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….... 33

4.1 Sikap Dasar Pustakawan ... 34


(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA... 50 LEMBAR KUESIONER