Penerapan Kode Etik Pustakawan Di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara

BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1 Perpustakaan Umum
2.1.1. Perpustakaan Umum
Perpustakaan merupakan hal yang penting dalam setiap program pendidikan, dan
penelitian. Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang diselenggarakan oleh
pemerintah daerah dengan dana umum tujuan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan
informasi secara menyeluruh tanpa membedakan jenis kelamin, agama, ras, usia, pekerjaan
dan kedudukan. Adapun pengertian perpustakaan umum menurut Sutarno (2003;2)
perpustakaan umum adalah Lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena
menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa
membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat
sosial, umur dan pendidikan serta perbedaan lainnya.
Sedangkan Santoso (2006;159) mengemukakan bahwa:
Perpustakaaan umum adalah pusat informasi yang menyediakan pengetahuan dan
informasi-informasi siap akses bagi penggunanya. Layanan perpustakaan umum
disediakan dengan dasar kesamaan akses untuk semua orang tanpa memandang
perbedaan umur, ras, gender, agama, kebangsaan, bahasa dan status sosial. Semua
kelompok umur pemakai harus mendapatkan materi yang sesuai dengan
kebutuhannya dan koleksi dan layanan harus bebas dari sensor politik, agama atau
tekanan sosial.

Dari kedua uraian pendapat diatas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum adalah
perpustakaan yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk melayani kepentingan umum dan
memenuhi kebutuhan informasi masyarakat tanpa memebedakan umur, ras, gender, suku
bangsa, agama yang dianut, bahasa, dan status sosial dalam mengakses pengetahuan dan
informasi-informasi yang disediakan perpustakaan.

Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Tujuan Perpustakaan Umum
UNESCO dalam Sudarsono (2006;158) mengeluarkan manifesto perpustakaan umum.
Manifesto tersebut menyatakan bahwa ada 4 pokok penting tujuan perpustakaan umum,
yaitu:
1. Kemerdekaan, kesejahteraan dan pembangunan masyarakat maupun perorangan
adalah nilai dasar kemanusiaan. Ini hanya akan terwujud melalui tingkat kemampuan
warga yang sadar informasi untuk melakukan hak demokratis dan dan memainkan
peran aktifnya dalam masyarakat. Partisipasi konstruktif dan upaya pembangunan
demokrasi sangat tergantung pada cukupnya pendidikan dan juga pada kemerdekaan
akses yang tak terbatas pada pengetahuan, pemikiran dan budaya informasi.
2. Perpustakaan umum merupakan gerbang menuju pengetahuan, menyediakan kondisi
awal bagi perorangan maupun kelompok sosial untuk melakukan kegiatan belajar

seumur hidup, pengambilan keputusan mandiri dan pembangunan budaya.
3. Manifesto ini menyatakan keyakinan Unesco pada perpustakaan umum sebagai
kekuatan yang menghidupkan budaya pendidikan dan informasi serta sebagai
lembaga untuk membina kedamaian dan kesejahteraan spiritual melalui pemikiran
manusia.
4. Oleh karena itu Unesco mendorong pemerintahan baik daerah maupun pusat agar
mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun perpustakaan umum.
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa tujuan dari perpustakaan umum
adalah sebagai lembaga yang membina dan mendukung masyarakat dalam melakukan
kegiatan belajar seumur hidup untuk menciptakan budaya pendidikan dan informasi. Oleh
sebab itu pemerintah harus mendukung dan terlibat aktif dalam usaha membangun
perpustakaan.
2.1.3 Tugas Perpustakaan Perpustakaan Umum
Untuk mencapai suatu tujuan perpustakaan umum harus dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik. Adapun tugas perpustakaan umum menurut Yusup (1995;24) adalah:
1. Mengumpulkan segala macam media cetak dan karya lainnya yang dihasilkan oleh
daerah yang tercakup dalam wilayah koordinasinya.
2. Menghimpun semua jenis informasi kemudian mengolahnya untuk kepentingan
pemanfaatan bagi masyarakat banyak, yaitu anggota masyarakat yang secara
administratif terjangkau dalam pelayanannya.

3. Mengelola sumber-sumber informasi yang beragam pula sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang bervariasi.

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum
(2000;5), Tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan
mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani
masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan umum adalah
menghimpun semua informasi, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan
pustaka untuk kepentingan pemnfaatan bagi masyarakat umum. Pendapat lain dikemukakan
oleh Yusuf (1996;18) menyatakan bahwa tugas pokok perpustakaan umum adalah sebagai
berikut:
1. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk melayani
kebutuhan bahan pustaka masyarakat.
2. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan
kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin.
3. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan
kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan

formal, nonformal, dan informal.
4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar
dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak sehingga dapat
berpartisipasi dalam pembangunan nasional.
Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat diketahui bahwa tugas perpustakaan umum
adalah melayani kebutuhan masyarakat dengan menyediakan berbagai ragam bahan bacaan
yang bermanfaat yang dapat mendorong masyarakat untuk terampil membaca sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup masyarakat sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan
nasional.

Universitas Sumatera Utara

2.2 Pengertian Pustakawan
Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustkaan atau ahli perpustakaan
yang melaksanakan kegiatan mengumpulkan informasi, mengelolah dan menyebarluaskan
kepada masyarakat. Kata pustakawan sendiri berasal dari kata “pustaka” dan “wan” diartikan
sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat dengan dengan pustaka atau
bahan pustaka.
Menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut
pustakawan adalah:

Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan
ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan.
Sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan Lasa, HS. Librarian pustakawan,
penyaji informasi adalah:
Tenaga profesional dan fungsional dibidang perpustakaan, informasi maupun
dokumentasi.
Sejalan

dengan

Undang-Undang

Nomor

43

tahun

2007


tentang

Perpustakaan

disebutkan bahwa :
Pustakawan
adalah
seseorang
yang
memiliki
kompetensi
yang
diperolehnya melalui pendidikan dan atau/pelatihan kepustakawanan serta
mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan
pelayanan perpustakaan.
Dari ketiga pendapat diatas dapat diketahui bahwa seorang pustakawan yang
profesional dibidang perpustakaan telah memberikan pelayanan sesuai tugas lembaga
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui
pendidikan.


Universitas Sumatera Utara

Poerwadarminta dalam Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:
Pustakawan adalah ahli perpustakaan. Dengan pengertian tersebut berarti pustakawan
sebagai tenaga yang berkompeten dibidang perpustakaan, dokumentasi, dan
informasi.
Selanjutnya Aziz (2006;44) menambahkan bahwa:
Perpustakan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi
publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik melalui lembaga
kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pustakawan merupakan tenaga profesi
dalam bidang informasi, yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenag dan hak secara penuh
oleh pejabat yang berwenang.
2.3 Profesi Pustakawan
Profesi adalah suatu pekerjaan yang melaksanakan tugasnya memerlukan atau
menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi.
Keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan khusus diperuntukkan untuk itu dengan
kurikulum yang dapat dipertanggung jawabkan. Seseorang yang menekuni suatu profesi
tertentu disebut profesional, sedangkan profesional sendiri mempunyai makna yang mengacu

kepada sebutan orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Profesi pustakawan
sering menimbulkan polemik di tengah masyarakat, bahkan di kalangan pustakawan sendiri.
Tak banyak orang yang mengenal dan mengetahui siapa itu pustakawan dan apa
pekerjaannya. Masyarakat umumnya tahu bahwa di perpustakaan ada pekerja yang
memberikan layanan informasi, namun seringkali mereka tidak tahu siapakah yang disebut
pustakawan itu.

Universitas Sumatera Utara

Eksistensi tenaga profesional pustakawan telah diakui pemerintah secara resmi
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara
No.18/MENPAN/1988 tntang Angka Kredit Bagi Jabatan Pustkawan dan diperbaharui
dengan SK Menpan No.33 Tahun 1990 yang kemudian diperbaharui kembali dengan SK
Menpan No.132 Tahun 2002. Para ahli atau pemerhati pustakawan pun secara jelas mengakui
eksistensi pustakawan sebagai suatu profesi. Berikut ini merupakan ciri-ciri dari profesi,
yaitu:
1. Keterampilan
yang
berdasar

pada
pengetahuan
teoritis
Seseorang profesional harus memiliki pengetahuan teoritis dan keterampilan
menegenai bidang teknik yang ditekuni dan bisa diterapkan dalam
pelaksanaanya atau prakteknya dlam kehidupan sehari-hari.
2. Asosiasi Profesional
Merupakan suatu badan organisasi yang biasanya diorganisasikan oleh
anggota profesi yang bertujuan untuk meningkatkan status para anggotanya.
3. Pendidikan yang Ekstensi
Profesi yang prestisius biasanya memerlukan pendidikan yang lama dalam
jenjang pendidikan tinggi. Seorang profesional dalam bidang teknik
mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi baik itu dalam suatu
pendidikan formal ataupun non formal.
4. Ujian Kompetisi
Sebelum memasuki organisasi profesional, biasanya ada persyaratan untuk
lulus dari suatu tes yang menguji terutama pengetahuan teoritis.
5. Pelatihan Institusional
Selain ujian, juga biasanya dipersyaratkan untuk megikuti pelatihan
institusional dimana calon profesional mendapatkan pengalaman praktis

sebelum menjadi anggota penuh organisasi. Peningkatan keterampilan melalui
pengembangan profesional juga dipersyaratkan.
6. Lisensi
Profesi menetapkan syarat pendaftaran dan proses sertifikasi sehingga hanya
mereka yang memiliki lisensi bisa dianggap bisa dipercaya.
7. Otonomi Kerja
Profesional cenderung mengendalikan kerja dan pengetahuan teoretis mereka
agar terhindar dari adanya intervensi dari luar.
8. Kode Etik
Organisasi profesi biasanya memiliki kode etik bagi para anggotanya dan
prosedur pendisiplinan bagi mereka yang melanggar aturan.

Universitas Sumatera Utara

9. Mengatur Diri
Organisasi profesi harus bisa mengatur organisasinya sendiri tanpa campur
tangan pemerintah. Profesional diatur oleh mereka yang lebih senior, praktisi
yang dihormati, atau mereka yang berkualitas paling tinggi.
10. Layanan Publik da Altruism
Diperolehnyapenghasilan dari kerja profesinya dapat dipertahankan selama

berkaitan dengan kebutuhan publik, seperti layanan dokter berkontribusi
terhadap kesehatan masyarakat.
11. Status dan Imbalan yang tinggi
Profesi yang paling sukses akan meraih status yang tinggi, prestise, dan
imbalan yang layak bagi para anggotanya. Hal tersebut bisa dianggap sebagai
pengakuan terhadap layanan yang mereka berikan bagi masyarakat.

Benge (1972;222) berpendapat bahwa kebendapustakawanan adalah suatu kata benda
yang berarti profesi atau suatu badan ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari atau merupakan
aplikasi ilmu pengetahuan terhadap kegiatan praktis. Kegiatan yang tercakup dalam
kepustakawanan adalah:
1. Pengumpulan bahan pustaka
2. Pelestarian bahan pustaka
3. Pengorgnisasian bahan pustaka
4. Penyebaran sumber informasi yang dikandung bahan pustaka
Jika ditilik dari segi kualifikasiny pustakawan dibagi menjadi pustakawan profesional,
semipofesional, dan teknisi (Sulistyo-Basuki, 1991;151-203). Pustakawan profesional adalah
tenaga yang memiliki sertifikat atau diploma setingkat diploma 2 dalam ilmu perpustakaan,
sedangkan teknisi merupakan tenaga perpustakaan yang berpendidikan SLTA ke bawah
dengan pendidikan kepustakawanan satu tahun atau kurang.

Universitas Sumatera Utara

Hal senada dinyatakan oleh Tjitropranoto (1995;29-30) yang menggambarkan tenaga
profesional pustakawan berdasarkan keahlian dan ketrampilan dengan ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai metodologi, teknik analisis, serta teknik dan prosedur kerja
yang didasarkan pada disiplin ilmu pengetahuan dan atau pelatihan teknis
tertentu dengan sertifikasi.
2. Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi.
3. Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan berdasarkan : tingkat keahlian
bagi jabatan fungsional keahlian, tingkat keterampilan bagi jabatan
fungsional keterampilan.
4. Pelaksanaan tugas bersifat mandiri
5. Jabatan fungsional tersebut diperlukan dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi organsasi.
Menurut Kast (1990), pustakawan termasuk jenis profesi yang mengandung unsur
inklusif yaitu jas profesi yang secara langsung menyentuh semua lapisan masyarakat. Sama
dengan dokter, pustakawan berkewajiban melayani kebutuhan informasi semua masyarakat,
tanpa memandang status apapun.
Senada dengan itu, Sulistyo-Basuki (1991) mendefenisikan profesi pustakawan mempunyai
ciri sebagai berikut:
1. Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian.
2. Adanya struktur dan pola pendidikan yang jelas.
3. Adanya kode etik.
4. Adanya tingkat kemandirian.
5. Profesi pustakawan berorientasi pada jasa.

Universitas Sumatera Utara

Maka dapat dikatakan bahwa profesi pustakawan adalah suatu profesi yang
menunjukkan tugas, bertnggung jawab, memiliki wewenang dan hak pustakawan didasarkan
pada keahlian dan keterampilan dalam melaksanakan kegiatan perpustakaan, dokumentasi
dan informasi yang bersifat mandiri. Keahlian dan keterampilan di bidang perpustakaan atau
kompetensi memadai yang dipersyaratkan di bidang perpustakaan menandakan profesi
pustakawan menempati posisi dalam katagori profesi yang profesional.
Menurut Stress (1991;180) aspek profesionalitas pustakawan tidak berebeda dengan
profesi lainnya dengan tolak ukur sebagai berikut:
1. Keterampilan kemampuan dan pengetahuan. Keterampilan mengacu pada kualitas
penampilan dalam pelaksaan aktivitas kerja. Kemampuan menunjukkan ketajaman
berpikir dalam mengemas dan menyelesaikan pekerjaan yang tepat. Pengetahuan
berkaitan dengan wawasan di bidang perpustakaan serta bidang lainnya sebagai
landasan terciptanya daya kreasi, gagasan atau prinsip-prinsp yang diperlukan.
2. Kedewasaan psikologis, behubungan dengan kesiapan mental pustakawan dalam
menghadapi tugas serta tanggung jawab atas hasil serta konsekuensi pekerjaannya,
selalu bersikap terbuka dalam menerima masukan atau kritik yang konstruktif.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa kode etik dijadikan standart aktvitas anggota
profesi, kode etik tersebut sekaligus sebagai pedoman (guidelines). Dalam kaitannya dengan
profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan yang menjadi standart kegiatan
anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-nilai professional suatu profesi
yang diterjemahkan kedalam standart perilaku anggotanya. Nilai professional paling utama
adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada masyarakat.
2.3.1. Etika Profesi
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu “Ethikos” yang berarti timbul dari
kebiasaan adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajasri yang menjanilai atau kualitas
yang menjadi studi standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan
konseo seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Soegarda Poerbakawatja berpendapat bahwa etika merupakan filsafat nilai
yang meliputi pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan
keburukan yang ada di dalam hidup manusia, terutama mengenai gerik-gerik pikiran serta
rasa yang merupakan pertimbangan dari perasaan hingga mengenai tujuan dari bentuk
perbuatan.
Salam (1997;1) juga membuat pengertian tentang etika adalah: sebuah refleksi kritis
dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud dalam sikap
dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok”
Menurut Simorangkir (2003 ; 3) etika pada umumnya diartikan sebagai
Suatu usaha yang sistematis dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan
pengalaman moral individual dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk
mengendalikan perilaku manusia serta nilai-nilai yang berbobot untuk dapat dijadikan
sasaran dalam hidup.
Dari beberapa pendapat diatas dapat diketahui bahwa etika adalah ilmu yang
mengajarkan tentang baik dan buruk dalam mengendalikan pola perilaku hidup manusia baik
secara pribadi maupun sebagai kelompok.
2.3.2. Prinsip-prinsip Etika Profesi
Seorang profesional dalam melakukan tugas dan kewajibannya selalu berhubungan
erat dengan kode etik profesi yang dijadikan sebagai standar moral, tolak ukur, atau pedoman
dalam melaksanakan pekerjaan, kode etik berkaitan dengan prinsip etika tertentu yang
berlaku untuk suatu profesi, prinsip-prinsip etika profesi yang dikemukakan oleh Salam
(1997;142) yaitu:
1. Tanggung Jawab
Setiap

orang yang mempunyai profesi tertentu diharapkan selalu bersikap

bertanggung jawab dalam dua arah yaitu terhadap pelaksanaan pekerjaan dan
terhadap hasilnya, dan terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.

Universitas Sumatera Utara

2. Keadilan
Prinsip ini menuntut para profesional untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya. Dalam rangka pelaksanaan sebuah profesi, tuntutan itu
berarti di dalam menjalankan profesinya setiap orang profesional tidak boleh
melanggar hak orang lain, atau pihak lain, lembaga atau negara sebaliknya, kaum
profesional perlu menghargai hak pihak-pihak lain itu, sebagaimana ia sendiri
mengharapkan agar pihak lain menghargai haknya serta hak kelompok atau
perusahaan yang diwakilinya. Karena itu, jika dia tahu bahwa pelaksanaan
profesinya akan melanggar hak orang atau pihak lain, maka ia harus menghentikan
tindakan itu.
3. Otonomi
Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan diberi kebebasan
dalam menjalankan profesinya, otonomi menuntut agar organisasi profesi secara
keseluruhan bebas dari campur tangan yang berlebihan dari pihak pemerintah atau
pihak-pihak lain.

Pendapat lain prinsip-prinsip etika profesi, menurut Ernawan (2007:126) adalah:
1. Sikap Baik
Merupakan prinsip dasar etika. Prinsip etika baik mendasari semua norma moral.
Hendaknya kita bernada positif dengan berbuat baik dengan memulai dengan
kegiatan-kegiatan yang merupakan awal kesejahteraan terutama pada masyarakat.
2. Tanggung Jawab
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan berdasarkan standar profesi agar
hasil yang dicapai efektif dan efisien serta dampaknya terhadap kehidupan orang lain.
3. Kejujuran
Kejujuran merupakan suatu jaminan dan dasar kepercayaan masyarakat terhadap para
profesional.
4. Keadilan
Adil pada hakikatnya kita memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya.
Prinsip ini mengungkapkan kewajiban untuk memberikan perlakuan yang sama
terhadap semua orang yang berada dalam situasi yang sama dan untuk menghormati
hak semua pihak yang bersangkutan, serta menghargai martabat dan milik orang
lain.

Universitas Sumatera Utara

5. Hormat Pada Diri Sendiri
Manusia pada dasarnya wajib untuk selalu memperlakukan diri sebagai sesuatu yang
bernilai pada dirinya sendiri. Prinsip ini mempunyai dua arah, yaitu kita tidak
membiarkan diri diperas, diperalat, atau diperbudak dan jangan sampai kita
membiarkan diri kita tidak memanfaatkan potensi yang ada karena berarti kita telah
menyia-nyiakan bakat dan kemampuan yang telah dianugerahka kepada kita.
6. Kesetiaan
Setia pada tujuan dan nilai-nilai luhur profesinya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prinsip-prinsip dari etika profesi yaitu
tanggung jawab, keadilan, kesetiaan dan otonomi.
2.4 Kode Etik
Kode etik dilihat dari segi asal-usul kata terdiri dari dua kata yaitu kode dan etik,
dalam bahasa Inggris terdapat berbagai makna dari kata code diantaranya tingkah laku,
perilaku, peraturan perundang-undangan, dan kata etik bermakna sejumlah aturan moral atau
prinsip prilaku untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah.
Menurut Simorangkir (2003;87) kode etik adalah:
Persetujuan bersama, yang timbul dari diri para anggota itu sendiri untuk lebih
mengarahkan perkembangan mereka, sesuai dengan nilai-nilai ideal yang
diharapkan.
Jadi kode etik adalah hasil murni yang sesuai dengan aspirasi profesi suatu kelompok
tertentu, demi untuk kepentingan bersama dan kerukunan.
Sedangkan Salam (1997;150) mengemukakan kode etik merupakan
Ikhtisar mengenai nilai-nilai profesi yang menegaskan dan merinci aturan-aturan
mengenai perilaku terhadap mana para anggotanya harus memihak dan melibatkan
diri agar mereka tetap dapat berpenampilan baik dalam organisasi profesinya.
Pendapat lain pengertian kode etik menurut Soepardan (2007;38) adalah
Seperangkat prinsip etik yang disusun atau dirumuskan oleh anggota-anggota
kelompok profesi, yang merupakan cermin keputusan moral dan dijadikan standar
dalam memutuskan dan melakukan tindakan profesi.

Universitas Sumatera Utara

Dalam Kamus Bisnis (2014;1) pengertian kode etik adalah:
Seperangkat aturan yang jelas dan tertulis sebagai pedoman bagi para manajer,
karyawan, dan agen dari suatu organisasi dalam berperilaku.
Pengertian kode etik juga dikemukakan oleh Suwarno (2010;92) yaitu, sistem norma,
nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan apa
yang baik bagi profesional.

Dalam kode etik pustakawan Indonesia Pasal 1, kode etik pustakawan Indonesia
merupakan:
1. Aturan tertulis yang harus dipedomani oleh setiap pustakawan dalam melaksanakan
tugas profesi sebagai pustakawan;
2. Etika profesi pustakawan yang menjadi landasan moral yang dijunjung tinggi,
diamalkan dan diamankan oleh setiap pustakawan;
3. Ketentuan mengatur pustakawan dalam melaksanakan tugas kepada diri sendiri,
sesama pustakawan, pengguna, masyarakat dan negara.
Sehingga dapat dikemukakan bahwa pengertian dari kode etik adalah seperangkat
standar aturan tingkah laku yang dibuat oleh organisasi profesi yang menjadi landasan
perilaku anggotanya dalam menjalankan tugas dan profesinya.

Universitas Sumatera Utara

2.4.1

Tujuan Kode Etik
Pada dasarnya tujuan organisasi profesi menciptakan kode etik suatu profesi adalah

untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi. Hermawan dan Zen (2006;84)
memberikan penjabaran mengenai tujuan kode etik dari suatu organisasi profesi yaitu:
1. Menjaga Martabat dan Moral Profesi
Salah satu hal yang harus dijaga oleh suatu profesi adalah martabat dan moral. Agar
profesi itu mempunyai martabat yang perlu dijaga dan dipelihara adalah moral.
Profesi yang mempunyai martabat dan moral yang tinggi, sudah pasti akan
mempunyai citra atau image yang tinggi pula di masyarakat. Untuk itu, profesi
membuat kode etik yang akan mengatur sikap dan tingkah laku anggotanya, mana
yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu kode etik
profesi sering disebut juga sebagai kode kohormatan profesi, jika kode etik dilanggar
maka nama baik profesi akan tercemar, berarti merusak martabat profesi.
2. Memelihara Hubungan Antar Profesi
Kode etik juga dimaksudkan untuk memelihara hubungan antar anggota. Dalam kode
etik diatur hak dan kewajiban kepada antar sesama anggota profesi. Satu sama lain
saling hormat menghormati dan bersikap adil, serta berusaha meningkatkan
kesejahteraan bersama. Dengan adanya aturan tersebut diharapkan mampu
mendukung keberhasilan bersama.
3. Memelihara Hubungan Anggota Profesi
Dalam kode etik dirumuskan tujuan pengabdian profesi, sehingga anggota profesi
mendapat kepastian dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena
itu, biasanya kode etik merumuskan ketentuan bagaimana anggota profesi melayani
masyarakat. Dengan adanya ketentuan itu, para anggota profesi dapat meningkatkan
pengabdiannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan tanah air serta
kemanusiaan.
4. Meningkatkan Mutu Profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi, kode etik juga memuat kewajiban agar para
anggota profesinya berusaha untuk memelihara dan meningkatkan mutu

profesi.

Selain itu, kode etik juga mengatur kewajiban agar para anggotanya mengikuti
perkembangan zaman. Setiap anggota profesi berkewajiban memelihara dan meningkatkan
mutu profesi, yang pada umumnya dilakukan dalam wadah organisasi profesi.

Universitas Sumatera Utara

5. Melindungi Masyarakat Pemakai
Profesi, seperti hal profesi pustakawan adalah melayani masyarakat. Melalui kode etik
yang dimiliki, dapat melindungi pemakai jasa. Ketika ada anggota profesi melakukan
sesuatu yang tidak patut dilakukan sebagai pekerja profesional, maka kode etik
adalah rujukan bersama.
Sejalan dengan pendapat Hermawan dan Zen, pendapat lain tujuan dari kode etik
menurut Soepardan (2007;40) menyatakan bahwa tujuan kode etik adalah sebagai berikut:
1. Menjunjung Tinggi Martabat dan Citra Profesi
Image pihak luar atau masyarakat terhadap satu profesi perlu dijaga untuk mencegah
pandangan merendahkan atau meremehkan profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap
kode etik profesi akan melarang berbagai bentuk tindakan atau kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar sehingga kode etik
disebut juga “kode kehormatan”.
2. Menjaga dan Memelihara Kesejahteraan Para Anggota
Kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan material dan spiritual atau mental.
Berkenaan dengan kesejahteraan material, kode etik umumnya menetapkan laranganlarangan bagi anggotanya untuk melakukan perbuatan yang merugikan kesejahteraan.
Kode etik juga menciptakan peratuan-perauran yang mengatur tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur para anggota profesi ketika berinteraksi dengan sesama
anggota profesi.
3. Meningkatkan Pengabdian Para Anggota Profesi
Kode etik juga berisi tujuan pengabdian profesi tertentu, sehingga para anggota
profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
profesinya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketetuan-ketentuan yang perlu
dilakukan oleh para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.
4. Meningkatkan Mutu Profesi
Kode etik juga memuat norma-norma serta anjuran agar profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu profesi sesuai dengan bidang pengabdiannya. Selain itu, kode etik
juga mengatur bagaimana cara memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
profesi.
Hal ini juga dikemukakan oleh Ernawan (2007;125) tujuan dibuatnya kode etik
adalah, menjunjung martabat profesi atau memelihara kesejahteraan para anggotanya dengan

Universitas Sumatera Utara

mengadakan larangan-larangan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan
kesejahteraan material para anggotanya.
Sehingga maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik yaitu:
a. Menjaga dan meningkatkan kualitas moral.
b. Menjaga dan meningkatkan keterampilan teknis.
c. Melindungi kesejahteraan materil dari para pengemban profesi.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan dibuatnya kode etik profesi yaitu
untuk menjunjung moral dan martabat dari suatu profesi, meningkatkan mutu dari profesi,
memelihara hubungan dan meningkatkan kesejahteraan para anggota.
2.4.1.1 Fungsi Kode Etik
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pelindung dan
pengembangan bagi profesi. Menurut Julia (2013;3) ada tiga hal pokok yang merupakan
fungsi dari kode etik yaitu:
1. Kode etik memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik, pelaksana
profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.
2. Kode etik merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan
kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja.
3. Kode etik mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana
profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi dilain instansi atau perusahaan.

Pendapat lain fungsi kode etik yang dikemukakan oleh Ernawan (2007;125) yaitu:
1. Menguatkan kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi, karena setiap klien
mempunyai kepastian bahwa kepetingannya akan terjamin.

Universitas Sumatera Utara

2. Sarana kontrol sosial.
3. Pengemban patokan yang lebih tinggi.
4. Pencegah kesalahpahaman dan konflik.
Sedangkan Soepardan dan Hadi mengemukakan (2007;39) kode etik berfungsi
sebagai berikut:
1. Memberi panduan dalam membuat keputusan tentang masalah etik.
2. Menghubungkan nilai atau norma yang dapat diterapkan dan dipertimbangkan dalam
memberi pelayanan.
3. Merupakan cara untuk mengevaluasi diri.
4. Menjadi landasan untuk memberi umpan balik bagi teman sejawat.
5.

Menginformasikan kepada profesi lain dan masyarakat tentang nilai moral.

6. Menginformasikan kepada profesional tentang nilai dan standar profesi.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa fungsi dari kode etik yaitu sebagai
sarana kontrol sosial, memberikan pedoman dan panduan bagi anggota profesi, untuk
mencegah kesalah pahaman dan untuk mengevaluasi diri.
2.4.2 Kode Etik Pustakawan
Kode etik pustakawan di Indonesia dikeluarkan oleh Ikatan Pustakawan Indonesia
(IPI), sehingga setiap pustakawan harus tunduk dan taat pada kode etik pustakawan
Indonesia, dengan demikian kode etik pustakawan menjadi milik seluruh anggota profesi
pustakawan.
Kode Etik Pustakawan Indonesia terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Mukadimah.
2. Bab I berisi tentang ketentuan umum.
3. Bab II berisi tentang tujuan.
4. Bab III berisi tentang sikap dasar pustakawan, hubungan dengan pengguna, hubungan
antar pustakawan, hubungan dengan pustakawan, hubungan pustakawan dengan
organisasi

profesi,

hubungan

pustakawan

dalam

masyarakat,

pelanggaran,

pengawasan dan ketentuan lain.
5. Bab IV berisi penutup.

Universitas Sumatera Utara

2.4.2.1 Tujuan Kode Etik Pustakawan
Kode etik pustakawan mengatur dan sebagai pedoman kerja bagi pustakawan, tujuan
kode etik pustakawan adalah agar pustakawan profesional dalam memberikan jasa sebaikbaiknya kepada pemustaka. Beberapa tujuan dari kode etik pustakawan menurut Hermawan
dan Zen (2006;84) yaitu:
1. Meningkatkan pengabdian pustakawan kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan
negara.
2. Menjaga martabat pustakawan adalah tugas anggota untuk selalu martabat dan
kehormatan pustakawan dengan berlandaskan niai-nilai moral yang dianut oleh
masyarakat.
3. Meningkatkan mutu profesi pustakawan; untuk dapat memberikan layanan
kepustakawan terhadap masyarakat, maka anggota profesi berkewajiban untuk
meningkatkan mutu profesi dan anggota melalui berbagai kegiatan, baik melalui
pendidikan formal, non-formal atau informal.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan, terutama layanan informasi kepada
masyarakat; mendapatkan informasi, adalah

merupakan hak setiap orang, maka

pustakawan sebagai pekerja harus berupaya agar kuantitas dan kualitas informasi
yang diberikan selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Tujuan kode etik pustakawan yang tertuang dalam kode etik pustakawan Indonesia
Pasal 2 adalah:
1. Membina dan membentuk karakter pustakawan.
2. Mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial
3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara anggota dengan masyarakat.
4. Menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra
pustakawan.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa tujuan dari kode etik pustakawan
adalah menjaga martabat pustakawan, meningkatkan mutu dari profesi pustakawan,
meningkatkan kualitas layanan dan mencegah kesalah pahaman dan konflik antar anggota
dan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

2.4.2.2 Manfaat Kode Etik Pustakawan
Kode etik memberikan manfaat terhadap profesi, anggota dan masyarakat, menurut
Hermawan dan Zen (2006:101) memberikan penjelasan secara rinci manfaaat kode etik
adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Bagi profesi
Manfaat kode etik bagi profesi adalah sebagai berikut ;
a. Dasar formal dari suatu organisasi yang profesional.
b. Sebagai indikator bahwa pekerjaan pustakawan adalah matang dan
bertanggung jawab.
c. Kode etik akan membantu anggota memiliki standar kinerja.
d. Sebagai alat kontrol masuknya anggota ke dalam profesi atau asosiasi.
e. Meyakinkan hubungan layanan perpustakaan dan informasi yang disajikan
terhadap kebutuhan masyarakat yang harus dilayani.
f. Menyediakan manajemen layanan perpustakaan informasi yang baik dan
efektif.
g. Mendorong para pustakawan untuk memahami tanggung jawab individual
untuk melibatkan diri dan mendukung assosiasi profesi mereka.
2. Manfaat Bagi Anggota
Manfaat kode etik bagi anggota profesi adalah sebagi berikut:
a. Anggota profesi memiliki tuntutan moral dalam melaksanakan tugas
profesinya.
b. Menjamin hak pustakawan dan pekerja informasi untuk berpraktik.
c. Dapat memelihara kemampuan, keterampilan, dan keahlian para anggota.
d. Dapat memperbaiki kinerja yang dapat mengangkat citra, status dan reputasi.
e. Perbaikan kesejahteraan dan apresiasi.
f. Dapat menghilangkan keragu-raguan dan kebingungan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab dalam hubungan dengan pemakai, pustakawan dan
atasan.
3. Manfaat Bagi Masyarakat
Manfaat kode etik bagi masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan mutu layanan terhadap masyarakat.
b. Memungkinkan masyarakat untuk menyampaikan keluhannya, jika ada
layanan yang diberikan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkannya.
c. Memberi perlindungan hak akses terhadap informasi.
d. Menjamin hak akses pemakai terhadap informasi yang diperlukannya.
e. Menjamin kebenaran, keakuratan, dan kemutakhiran setiap informasi yang
diberikan.
f. Melindungi pemakai dari beban lebih informasi (information overload).
g. Memelihara kualitas dan standar pelayanan.

Universitas Sumatera Utara

2.4.3

Substansi Kode Etik Pustakawan Indonesia
Dalam kode etik pustakawan Indonesia memiliki substansi yang dijabarkan dalam

berbagai kewajiban yang dimiliki pustakawan, yaitu sikap dasar pustakawanan, hubungan
dengan pengguna, hubungan antar-pustakawan, hubungan dengan perpustakaan, hubungan
pustakawan dengan organisasi profesi, dan hubungan pustakawan dengan masyarakat.
2.4.3.1 Sikap Dasar Pustakawan
Kode etik pustakawan yang ditetapkan IPI pada Pasal 3 menuangkan beberapa sikap
dasar, menurut Suwarno (2010;115) substansi kode etik pustakawan dalam sikap dasar
pustakawan yaitu:
a. Berupaya melaksanakan tugas yang sesuai dengan harapan masyarakat pada
umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya. Tugas pustakawan
adalah melayani pemustaka denga baik. Maka dalam kode etik ini, pustakawan
dituntut untuk dapat menyerap aspirasi masyarakat pemustaka untuk kemudian
memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya.
b. Berupaya

mempertahankan

keunggulan

kompetensi

setinggi

mungkin

dan

berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah seorang yang telah
memiliki ilmu dibidang perpustakaan artinya, ia memiliki dibidang perpustakaan yang
harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara
selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk
menuntut ilmu terutama bidang kepustakawanan.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi.
Pustakawan adalah manusia yang hidup sebagai makhluk pribadi dan sosial.
Kaitannya dengan profesi pustakawan, pustakawan selain bertanggung jawab

Universitas Sumatera Utara

terhadap dirinya, ia bertanggung jawab dengan profesi pustakawan yang
disandangnya.
d. Menjamin bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan pertimbangan profesional.
Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau
dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan sesuatu harus
dipertimbangkan berdasarkan prinsip-prinsip profesionalisme.
e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa
profesi. Pustakawan bukan profesi yang profit, keuntungan yang didapat pustakawan
berasal dari jasa profesi yang telah dilakukannya. Hal ini mengisyaratkan sebagai
larangan kepada pustakawan untuk tidak melakukan hal-hal negatif yang
menyebabkan terganggunya nama baik profesi pustakawan, seperti korupsi, kolusi
dan nepotisme. Kode etik pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku
jujur, bersih, dan menghindarkan diri dari segala bentuk penyelewengan dan
penyalahgunakan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan
juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal
mungkin.
f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun
perbuatan.Pustakawan adalah individu yang hidup di dalam lingkungan masyarakat.
Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk
menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi
dan melayani masyarakat dengan baik, santun, dan bijaksana.
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan menuangkan
beberapa sikap dasar yaitu berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat ,
berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi, membedakan sikap hidup pribadi dan

Universitas Sumatera Utara

tugas profesi, tindakan dan keputusan berdasarkan pertimbangan profesional, tidak
menyalahgunakan kedudukan untuk mengambil keuntungan dan bersikap sopan dan
bijaksana dalam melayani pemustaka.
2.4.3.2. Hubungan dengan Pengguna/Pemustaka
Kepentingan utama pustakawan adalah pemustaka, kewajiban pustakawan kepada
masyarakat dimuat dalam kode etik pustakawan yang dikeluarkan IPI, Suwarno (2010:117)
menjabarkan hubungan dengan pengguna/pemustaka meliputi:
1. Puskawan menjunjung tinggi hak perorangan atas informasi. Pustakawan
menyediakan akses tak terbatas, adil tanpa pandang ras, agama, status sosial,
ekonomi, politik, gender kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan.
Hak perorangan atas informasi bermakna sebagai hak pemustakan mendapatkan
informasi yang seluas-luasnya, dan kemudian menjadi tugas pustakawan untuk dapat
memberikan pelayanan kepada pemustaka dengan sebaik-baiknya.
2. Pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi pengguna informasi yang
diperoleh dari perpustakaan.
Informasi yang diakses oleh pemustaka tidak dapat dideteksi oleh pustakawan,
pemustaka juga dengan leluasa dapat menggunakan informasi yang diaksesnya untuk
kepentingannya tanpa harus diketahui oleh pustakawan sebagai pengelola informasi di
perpustakaan, dengan demikian, pustakawan dalam hal ini tidak bertanggung jawab
terhadap informasi yang telah diakses oleh pemustaka, baik untuk kepentingan ilmiah
maupun kepentingan lain sesuai dengan kebutuhan pemustaka.
3. Pustakawan berkewajiban melindungi hak privasi pengguna dan kerahasiaan
menyangkut informasi yang dicari.
Melindungi hak privasi dan kerahasiaan yang disebut di sini bermakna bahwa
pemustaka memiliki hak untuk dilindungi segala privasinya dalam hal informasi yang
dicarinya. Dengan demikian, pustakawan dituntut untuk menjaga dan melindungi
kerahasiaan tersebut. Dengan kata lain pustakawan harus menyembunyikan atau tidak
mengumumkan sesuatu yang bersifat rahasia, terutama yang menyangkut informasi
yang dicari oleh pemustakanya.
d. Pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
Sejalan dengan pustakawan yang memiliki kewajiban melindungi hak privasi
pemustaka, pustakawan harus pula mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
Artinya, informasi yang dikelola oleh pustakawan, terutama yang menyangkut karya
seseorang, baik sendiri maupun bersama-sama yang lain, berupa buku, majalah,
kaset, disket, CD dan program komputer, dan lain sebagainya adalah karya yang
memiliki kekuatan hukum untuk dilindungi, untuk itu pustakawan harus konsekuen
dengan profesinya untuk melindungi hak cipta penulisannya dengan mencegah
oknum-oknum yang ingin menggunakan karya tersebut untuk tujuan yang tidak sesuai
dengan undang-undang.
Dari uraian diatas dapat dikemukakan bahwakode etik pustakawan mengatur hubungan
pustakawan dengan pengguna/pemustaka yaitu pustakawan menjunjung tinggi hak

Universitas Sumatera Utara

pemustaka/pengguna atas informasi, pustakawan tidak bertanggung jawab atas konsekuensi
pengguna/pemustaka atas informasi yang diperoleh dari perpustakaan, pustakawan
berkewajiban melingungi hak privasi pengguna/pemustaka dan kerahasiaan menyangkut
informasi yang dicari dan pustakawan mengakui dan menghormati hak milik intelektual.
2.4.4 Kode Etik dalam Prilaku Pustakawan
Untuk mewujudkan tujuan kode etik pustakawan, kode etik telah menetapkan
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pustakawan dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari, karena kode etik merupakan kaidah umum, maka kode etik tersebut
perlu dijabarkan dan diterapkan ke dalam prilaku pustakawan, sehingga dapat dengan mudah
dilaksanakan dalam pelaksanaan tugasnya.
Hermawan dan Zen (2006:123) menjabarkan kode etik perlu diterapkan dalam
berbagai kegiatan berikut:
1. Pergaulan di Masyarakat
Di dalam masyarakat, pustakawan harus bersikap luwes dan tidak kaku. Ia harus
memiliki perilaku yang baik antara lain sopan santum, sabar dan tidak murah marah,
suka menolong, menghormati orang lain, penuh perhatian, tidak egois, memiliki sikap
tenggang rasa, percaya diri dan komunikatif.
2. Pelayanan kepada Masyarakat
Untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, pustakawan harus
mengenal masyarakat pengguna, luwes dalam melayani, mengetahui kemauan
pengguna, mempromosikan produk layanan, melayani sampai tuntas, tidak
memaksakan kehendak, melayani dengan wajah ceria, menjamin kerahasiaan, mau
mendengarkan keluhan, tidak berprasangka negatif, dan suka mengucapkan
terimakasih.
3. Hubungan Dengan Rekan Sejawat
Selain berhubungan baik dengan masyarakat, pustakawan juga hendaknya menjaga
dan memelihara hubungan baik dengan rekan sejawat sehingga akan tercipta suasana
yang harmonis diantara pustakawan. Oleh karena itu, pustakawan perlu
memperhatikan sikap mereka, antara lain tidak sombong atau rendah diri, tidak suka
menyakiti, serta mampu menempatkan diri.
4. Hubungan Dengan Atasan
Pustakawan hendaknya menciptakan hubungan yang baik juga dengan atasan. Untuk
dapat bekerja sama yang baik dengan atasan, pustakawan seharusnya loyal terhadap
pekerjaannya dan lebih suka memberi solusi daripada masalah.
5. Penampilan Pribadi
Dalam melayani masyarakat, pustakawan juga perlu memperhatikan penampilan
pribadinya. Penampilan pustakawan yang diharapkan yaitu bersikap wajar atau tidak
berlebih-lebihan, jujur, berpakaian sopan, tampil tenang, murah senyum, bertutur kata
yang baik, pandai bergaul, tidak materialistis dan tidak pendendam.

Universitas Sumatera Utara

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa kode etik pustakawan harus diterapkan
dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari yaitu dalam pergaulan di masyarakat, dalam
pelayanan kepada masyarakat, membina hubungan baik dengan atasan dan rekan sejawat, dan
dalam penampilan saat bekerja.

Universitas Sumatera Utara